Asuhan Keperawatan Anak dengan Hirschprung Anita Apriliawati, Ns., Sp. Kep.An Anatomi Sistem Pencernaan Definition Hirschsprung's disease is a condition that affects the large intestine (colon or large bowel) and causes problems with passing stool. It's present when a baby is born (congenital) and results from missing nerve cells in the muscles of a portion of the baby's colon. Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan migrasi kranio-kaudal dari cikal bakal sel ganglion sepanjang usus pada minggu ke 5 sampai minggu ke 12., yang mengakibatkan terdapatnya segmen aganglionik Children with Hirschsprung's disease can be constipated or have problems absorbing nutrients from food. In severe cases of Hirschsprung's disease, a newborn child experiences an obstructed colon and is unable to have a bowel movement. In mild cases, doctors may not detect the disease until later in a child's life. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi lakilaki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down. Kelainan-kelainan penyerta yang sering didapatkan adalah palatoskisis, polidaktili, defek katub jantung, malformasi kraniofasial dan sindrom hipoventilasi (Kim et al, 2006;Yang et al, 2007). penyakit Hirschsprung harus dicurigai pada neonatus dengan kelainan trisomi 21 yang disertai konstipasi. Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Sign & Symptoms Pada bayi yang baru lahir : segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir perut menggembung muntah malabsorbsi. Sign & Symptoms Pada anak : Failure to thrive (gagal tumbuh) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) Kolon yang teraba Barium enema: The contrast material outlines a bowel segment without ganglions (arrows), above which prestenotic dilatation is visible. Pemeriksaan Penunjang • Barium enema : pemeriksaan ini dapat ditemukan daerah transisi, gambaran kontraks usus tidak teratur, enterokoltis pada segmen yang melebar, retensi barium setelah 24-48 jam • Foto polos abdomen : memperlihatkan usus melebar / gambaan obstruksi usus rendah. • Manometer anorektal : mendeteksi reflek relaksasi dari internal spingter setelah distensi lumen rektal • Biopsi isap : Mengambil mukosa & submukosa dengan alat penghisap untuk mencari sel ganglion • Biopsi otot rektum : Pengambilan lapisan otot rectum Klasifikasi 1. Hirschsprung segmen pendek Segmen aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid. 2. Segmen panjang Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Penatalaksanaan 1. Konservatif Pada neonates dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara 2. Tindakan bedah sementara Kolostomi pada neonatus 3. Tindakan bedah definitif Mereksesi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis Komplikasi 1. Obstruksi usus 2. Konstipasi 3. Ketidakseimbangan elektrolit 4. Enterocolitis 5. Striktur anal dan inkontinensia (post operasi) Tindakan Pembedahan Kolostomi (sementara) >6 bulan pembedahan ke 2 Prosedur Duhamel’s Retro Rectal Pull Through :Penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya ke belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda. Prosedur Swenson’s Retro Sigmoidectomy : end to end, memotong aganglionik Prosedur Soave’s Endo Rectal Pull Thrrough : Membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal & jaringan otot kolon rektosigmoid yang tersisa Tindakan bedah definitif yang dilakukan pada penyakit Hirschsprung antara lain prosedur Swenson, prosedur Duhamel, prosedur Soave, prosedur Rehbein, prosedur transanal dan bedah laparoskopik. Saat ini prosedur transanal satu tahap telah berkembang dan dikerjakan pada saat penderita masih neonatus (Pratap et al., 2007) Soave’s Endo Rectal Pull Thrrough Duhamel’s Retro Rectal Pull Through Daiganosa keperawatan (pra bedah) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat Konstipasi b.d ketidakmampuan kolon mengevakuasi feses Risiko devisit volume cairan b.d intake tidak adekuat Cemas orang tua b.d kurang pengetahuan ttg penyakit dan terapi Diagnosa Keperawatan (pasca bedah) Nyeri b.d insisi pembedahan Risiko infeksi b.d kontaminasi feses, kurang pengetahuan keluarga dalam merawat klien Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terpajan dari feses sekunder akibat kolostomi atau ileostomi Perawatan Kolostomi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi Cuci tanggan Jelaskan pada anak dan orang tua prosedur yg akan digunakan Lapaskan kantung kolostomi dan lakukan pembersihan daerah kolostomi Periksa adanya kemerahan dan iritasi Pasang kantung kolostomi di daerah stoma Tutup dan lakukan fiksasi dengan plester Cuci tangan Atresia Ani/ Anus Imperforata / Anorectal Malformation ANITA APRILIAWATI 2011 Definisi Atresia Ani mrp s/ kelainan malformasi kongenital dimn tdk lengkapnya perkembngan embrionik pd anus / tertutupnya anus scr abnormal / tdk adanya lubang tetap pd anus (Alimun,AH,2006) Atresia Ani adl ketdksempurnaan perkembangan embrionik pd distal usus shg mengakibatkan tertutupnya anus scr abnormal. Atresia ani mrp kelaianan bawaan yg mengakibatkan malformasi kongenital shg rektum tdk mempunyii lubang keluar. (Suriadi,Yuliani R.,2006) Epidemiologi Insiden Atresia Ani terjadi pd 1: 5000 kelahiran hidup. 20-75% bayi menderita Anus Inperforata jg menderita anomali lain, dg malformasi saluran genitourinaria (20-54 % ) & fiistula trakeoesofagus 10% bayi. Adanya kelainan yg berhub.biasanya sbg penyebab kematian. Faktor Kongenital Tdk diketahui Ujung ekor berkembang menjadi kloaka (bakal genitourinari & struktur anorectal) Gangguan berhentinya perkembangan embrionik di daerah usus,rektum bag,distal serta traktus urogenitalis (pada saat janina4-6 minggu) Migrasi & perkembangan kolon,saluran urin & genetalia tdk sempurna (pd saat janin 710 minggu) Feses/mekonium keluar melalui vagina/uretra Perempuan: melalui vagina (retrovaginal) Laki-laki: melalui uretra (rectouretral) Terdapat fistula ATRESIA ANI Mekonium tidak keluar pada waktu 24-48 jam setelah lahir Tidak Terdapat fistula Tipe Atresia Ani Letak Tinggi Rectum berakhir di atas m.puborectalis, tdk ada spingter internal. Biasanya dihubungkan dgn fistula genitourinary (lubang anus terpisah dg ujung rectum yg buntu) Intermediet Rectum di bawah m.puborectalis, lekukan anus dan spingter eksternal ada di posisi normal. Biasanya ada fistula KOLOSTOMI Letak Rendah Posisi rectum normal, ada spingter eksternal & internal yg berkembang baik, dg fungsi normal & tdk ada hubungan dg saluran genitoury (saluran anus/rectum bag,bwah mengalami stenosis) Tanda Gejala 24-28 jam Perut menggembung Distensi abdomen Tidak bisa BAB (tidak bisa mengeluarkan mekonium setelah lahir) / keluar seperti pita Muntah Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pemeriksaan Lab. & Diagnostik PF rectum (colok dubur) : Untuk memeriksa kepatenan rektal. Melakukan pemasukan thermometer mel anus ,apakah terdapat anus imperforata atau tidak Sinar X terhadap abdomen: Untuk menentukan kejelasan ke seluruhan bowel dan jarak pemanjangan kantung rectum dari spingter. Ultrasound terhadap abdomen : Untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari spingternya. Rontgenogram abdomen & pelvis: digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dgn traktus urinarius. KOLOSTOMI •Setelah anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun/ BB = 10kg. •Dilakukan “pulltrough” sacroperineal & abdominoperineal serta PSARP (posterior sagital anorectoplasti) KOLOSTOMI Gangguan integritas kulit DK : Gangguan integritas kulit b.d terpajan dari feses sekunder akibat kol ostomi Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit. KH : kulit sekitar tempat kolostomi tetap utuh, penyembuhan luka tepat waktu, bebas dari kemerahan & iritasi. Intervensi : 1. Gunakan kantong ostomi berukuran pas dengan barier kulit yang efektif (misalnya, Ansietas keluarga (orang tua) Hollihesive, Stomahesive atau Comfed). 2. Ganti kantong ostomi kapan pun kantong bocor atau diduga bocor. Periksa kantong setiap 2 jam. 3. Kosongkan kantong ostomi kapan pun kantong penuh, misalnya saat seperempat atau sepertiga bagian. 4. Ganti kantong ostomi sekurang-kurangnya sekali setiap 24 jam sampai area periostoma sembuh. 5. Apabila ada kerusakan kulit terjadi lakukan terapi untuk luka sesuai indikasi. KOLOSTOMI Ansietas keluarga (orang tua) DK : Ansietas keluarga (orang tua) b.d kurangnypengetahuan tentang penyakit dan terapi yang diprogramkan Tujuan : Kecemasan keluarga (orang tua) dapat berkurang. KH : Keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan terapi yang diprogramkan. Ansietas keluarga Intervensi : (orang tua) 1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal serta sifat penyakit anak. Gunakan media dan gambar agar lebih mudah dipahami. 2. Beri jadwal pemeriksaan diagnostik pada orang tua. 3. Beri informasi pada orang tua tentang pembedahan kolostomi. Gunakan alat Bantu visual mengenai kolostomi. 4. Jelaskan kepada orang tua aktivitas yang diharapkan dan peristiwa selama periode pasca-operasi. Missal, kebutuhan intravena, pemeriksaan lab, penggantian balutan. Gunakan contoh alat. KOLOSTOMI Risiko tinggi infeksi DK : Risiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan Tujuan : 1. pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka tanpa bukti infeksi luka 2. pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi KH : 1. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi luka 2. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi Intervensi : Ansietas keluarga (orang tua) 1. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan kewaspadaan universal lain, terutama bila terdapat drainase luka. 2. Pantau suhu tubuh secara teratur. 3. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko infeksi 4. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh 5. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan luka (mis,balutan hidrokoloid) 6. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang balutan yang kotor dengan hati-hati 7. Lakukan perawatan luka khusus sesuai dengan ketentuan 8. Bersihkan dengan preparat yang ditentukan KOLOSTOMI Gangguan rasa nyaman: nyeri DK : Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d pembedahan Tujuan : Anak tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri sampai tingkat yg dpt diterima anak KH : Anak beristirahat tenang & menunjukkan bukti-bukti nyeri yg minimal atau tidak ada Intervensi : Ansietas keluarga (orang tua) 1. Berikan posisi yg nyaman 2. Jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri hebat untuk intervensi mencegah terjadinya nyeri. 3. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika diperlukan. 4. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta bebas dari simpul. 5. Lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis:mengganti balutan, napas dalam, ambulansi) setelah analgesia 6. Berikan analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri 7. Gunakan distraksi (aktivitas bermain) 8. Pantau respon anak thdppengobatan KOLOSTOMI Gangguan citra tubuh DK : Gangguan citra tubuh b.d prosedur kolostomi Tujuan : Anak akan mengalami peningka tan konsep diri. KH : dpt mengekspresikan tindakan kolostomi sesuai dg usia & melakukan perawatan diri. Intervensi: 1. Tingkatkan &(orang motivasi pelaksanaan aktivitas perawatan diri spt hygiene harian, Ansietas keluarga tua) berdandan, pemberian makan & berbusana. 2. Anjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang kolostomi. 3. Pastikan pesepsi anak ttg citra tbhnya sendiri.Diskusikan pandangan anak thdp citra diri & efek yg ditimbulkan dr kondisi. 4. Bantu anak melihat adanya perubahan citra tbh & persepsi anak thdp peubahan tsb. 5. Dengarkan dg aktif masalah & ketakutan anak.. Diskusikan cara agar anak dpt berespon lebih adaptatif di masa dpn. 6. Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yg dikatakannya.Beri umpan balik positif thdp perilaku mandiri. Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh DK : Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan, mual dan muntah Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan KH: - Output urin 1-2 ml/kg/jam - Turgor kulit baik Ansietas keluarga (orang tua) - Membrane mukosa lembab Intervensi : 1. Timbang berat badan anak setiap hari, pantau masukan dan pengeluaran cairan. 2. Berikan cairan intravena, sesuai program. 3. Pantau tanda-tanda vital. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh DK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd menurunnya asupan , mual & muntah Tujuan. : Kebutuhan nurtisi tubuh tercukupi. KH : Menunjukkan peningkatan BB, nilai laboratorium normal, bebas tanda malnutrisi. Intervensi : Ansietas keluarga (orang tua) 1. Pantau Input/ Output makanan / cairan. 2. Kaji kesukaan makanan anak. 3. Beri makan sedikit tapi sering. 4. Pantau BB secara periodik. 5. Libatkan orang tua, mis. membawa makanan dari rumah, membujuk anak u/ makan. 6. Beri perawatan mulut sebelum makan. 7. Berikan isirahat yg adekuat. 8. Pemberian nutrisi secara parenteral, u/mempertahankan keb. kalori sesuai program diet.