二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
239
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 239 | MARET 2016
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya
dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa
dengan Dia dalam kematian-Nya." [Filipi 3:10]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 239:
Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim
Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Hendry Heryanto, Ie David
Inge Adriana, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth
Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Kasih kepada Allah
“Mengasihi Allah” bukanlah natur kita, sebab kita yang telah jatuh
dalam dosa, lebih memilih untuk mengasihi diri sendiri, bahkan Allah wajib
mengasihi kita dengan memperlakukan kita sebaik-baik mungkin. Jika
Allah tidak memberikan yang terbaik, kita cenderung memprotes atau
mengadili-Nya.
Namun ini semua adalah gambaran pada waktu kita hidup di luar
Kristus! Namun, apabila perilaku kita terhadap Tuhan masih saja seperti ini,
maka kita perlu menguji diri sendiri, apakah kita sudah mengenal kasih
karunia-Nya yang sangat besar bagi kita? Atau, mungkin saja kita belum
mengalami kasih karunia-Nya?
Karena itu, para pembaca renungan harian “perspektif” yang dikasihi
Tuhan, marilah kita semakin mengenal dan menghayati kasih karunia
Tuhan atas kita, khususnya di dalam mengikuti ibadah Minggu Sengsara
Tuhan, Kematian Kristus, dan Kebangkitan-Nya, agar iman kita semakin
kuat di dalam Dia, berakar, bertumbuh dan berbuah bagi kemuliaan-Nya.
Dengan demikian kasih akan Allah akan menjadi tanda yang tidak terelakan
dalam diri kita mengikuti Dia.
Jika Anda mengaku “murid Kristus” (orang Kristen),
namun Anda tidak mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh,
layakkah Anda disebut “murid-Nya”???
SELAMAT HARI PASKAH 2016
01
SELASA
MARET 2016
“Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang,
tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar
dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
(Markus 7:15)
Bacaan hari ini: Markus 7:14-23
Bacaan setahun: Markus 7:14-37
TAAT PADA TUHAN ATAU TRADISI MANUSIA
A
da pepatah mengatakan, “jangan menilai buku dari ‘cover’-nya,
melainkan isinya.” Pepatah ini ingin mengajarkan kita: umumnya
orang sering menilai sesuatu itu baik dari apa yang nampak dari
luarnya saja; padahal yang terpenting adalah isinya. Demikianlah
kehidupan religiusitas bangsa Israel pada zaman Tuhan Yesus. Mereka
nampak seperti orang yang saleh karena “kebiasaan-kebiasaan ibadah”
yang mereka lakukan secara lahiriah, namun sesungguhnya hati mereka
jauh dari Tuhan. Mereka memelihara tradisi tertentu, bahkan sampai
pelaksanaan teknisnya, namun mereka mengabaikan esensi kebenaran
firman Tuhan. Secara lahiriah mereka nampak baik, tetapi di hadapan
Tuhan, mereka dinilai sebagai orang yang munafik.
Ketika mereka mengecam para murid Tuhan Yesus yang makan tanpa
membasuh tangan, Tuhan Yesus menegor mereka, bahwa untuk urusan
yang seperti itu (tradisi yang mereka buat), mereka rela memperjuangkan.
Namun ketika berbicara mengasihi orangtua, mereka justru tidak
memperjuangkannya dengan serius, sekalipun itu adalah perintah Tuhan.
Mereka menuduh para murid sebagi orang najis, padahal hati merekalah
yang najis. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa “segala sesuatu”
yang dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
karena bukan masuk ke dalam hati, tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di
jamban (semua makanan halal); tetapi apa yang keluar dari seseorang,
itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala
pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan
menajiskan orang (ay. 15, 18-23).
Bagaimana dengan kita? Mana yang lebih penting? Tampilan lahiriah
atau kondisi hati kita? Kita taat pada perintah Tuhan atau menjunjung tinggi
tradisi kita? Marilah kita taat pada perintah Tuhan dan memperhatikan sikap
hati kita yang mau takut akan Dia, daripada memelihara tradisi manusia!
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang lebih mudah setia kepada tradisi/adat istiadat nenek
moyang mereka daripada setia kepada perintah Tuhan? (2) Bagaimana dengan Anda?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat mengasihi Tuhan dengan
segenap hidup mereka sehingga dapat semakin bertumbuh dalam iman dan
pengenalan mereka akan Allah.
02
RABU
MARET 2016
“Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini.
Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka
tidak mempunyai makanan.”
(Markus 8:2)
Bacaan hari ini: Markus 8:1-10
Bacaan setahun: Markus 8:1-21
GOD’S COMPASSION
D
alam bacaan hari ini, kita menemukan Tuhan Yesus berkata: “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga
hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan”
(ay. 2). KJV mencatat: “I have compassion on the multitude, because they
have now been with me three days, and have nothing to eat.” NIV mencatat:
“I have compassion for these people; they have already been with me three
days and have nothing to eat.” Demikain pula KJV memakai kata “now”
sedangkan NIV memakai kata: “already.” Dari istilah ini kita mendapatkan
sebuah pengertian bahwa orang-orang itu sudah tiga hari atau ± 72 jam
mengikut Tuhan Yesus, dan baru pada hari ketiga, mereka sudah tidak
mempunyai makanan lagi (bekal mereka habis).
Dalam keadaan seperti itu, Tuhan Yesus merasa kasihan
(“compassion”) dengan mereka yang tidak mempunyai makanan. Mereka
ini bisa saja kembali ke rumah mereka untuk mendapatkan makanan atau
ke tempat-tempat sekitar mereka, namun mereka justru lebih memilih
mengikut Tuhan Yesus, sekalipun tidak mempunyai makanan lagi (siap
menghadapi kelaparan). Apabila kita berada dalam posisi orang banyak itu,
mungkin kita akan memilih untuk kembali ke rumah dan makan (karena
takut kelaparan), atau kita tetap mengikuti-Nya, sekalipun menyadari ada
kemungkinan besar, kita kelaparan.
Nampaknya Tuhan Yesus tahu mereka kehabisan makanan. Tuhan
mengerti dan peduli terhadap orang banyak itu. Dia tidak tega menyuruh
orang banyak itu pulang (karena mereka akan rebah di jalan). Karena itu,
Dia memberikan makanan bagi orang banyak itu (± 4.000 orang) dengan
tujuh potong roti dan beberapa ikan. Setelah itu barulah Tuhan menyuruh
mereka pulang. Mereka pulang dengan sukacita. Bagaimana dengan kita?
Dari firman Tuhan ini, kita mengerti bahwa Allah sangat mempedulikan
kita. Jika selama ini kita mengira Tuhan tidak peduli dan mengerti keadaan
kita; bertobatlah! Percayalah bahwa Dia adalah Tuhan yang berbelas
kasihan kepada kita!
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana perasaan Tuhan Yesus ketika melihat orang banyak itu? (2)
Apakah Anda pernah merasakan, bahwa Tuhan tidak mempedulikan Anda? Mengapa?
Berdoalah bagi orang-orang Kristen yang mengalami kekurangan materi
agar mereka percaya bahwa Tuhan peduli akan hidup mereka; dan kiranya
kita dapat dipakai Tuhan menjadi saluran berkat-Nya.
03
KAMIS
MARET 2016
“Yesus memegang tangan orang buta itu
dan membawa dia keluar kampung…”
(Markus 8:23)
Bacaan hari ini: Markus 8:22-26
Bacaan setahun: Markus 8:22-38
MELIHAT TAPI TIDAK JELAS
D
ari semua catatan Kitab Injil tentang Tuhan yang menyembuhkan
orang yang sakit, bahkan dirasuk setan sekalipun, ini adalah satusatunya kasus di mana orang yang bersangkutan tidak mengalami
kesembuhan secara total, melainkan bertahap. Mengapa kesembuhan ini
tidak terjadi secara langsung, namun bertahap?
Bila kita mengamati bagian perikop sebelumnya, kita akan membaca
satu dialog yang cukup interaktif antara Tuhan dengan para murid,
berkaitan dengan peringatan Tuhan supaya mereka waspada terhadap
bahaya “ragi orang Farisi dan ragi Herodes” (Mrk. 8:15). Orang Farisi minta
tanda dari Tuhan, padahal sudah banyak mujizat yang Tuhan lakukan
sampai waktu itu; ini adalah gambaran kedegilan hati yang tidak beriman.
Herodes adalah gambaran dari orang yang mengukur keberhasilan hidup
dari jabatan, kuasa dan kekayaan. Kedua macam orang ini, hidup dalam
kebutaan rohani yang sangat parah.
Maka untuk tujuan mengajarkan suatu kebenaran kepada para murid,
Tuhan membawa orang buta tersebut ke luar kampung; ini adalah suatu
pengalaman yang dikhususkan untuk para murid. Lalu sesampainya di luar
kampung, Tuhan melakukan penyembuhan secara bertahap. Pada tahap
pertama, Tuhan bertanya kepadanya, apa yang dia lihat? Orang buta itu
menjawab, bahwa dia sudah mulai bisa melihat, tapi tidak jelas. Bentuk
manusia sudah mulai tertangkap oleh matanya, tapi dia belum bisa melihat
secara jelas. Dia sudah melihat, tapi tidak jelas. Itulah gambaran dari “mata
rohani” para murid Tuhan hari itu. Mereka sudah menyaksikan, bahkan
mengalami sendiri berbagai mujizat, termasuk dua kali mujizat luar biasa
ketika Tuhan memberi makan 5000 orang (Mrk. 6:30-44) dan 4000 orang
pada kesempatan lain (Mrk.8:1-10), namun mereka tetap tidak menangkap
apa yang Tuhan maksudkan ketika memperingatkan mereka. Sama seperti
orang buta itu, yang “melihat tapi tidak jelas,” berapa banyak “tanda” dan
“mujizat” Tuhan yang sudah kita alami? Apakah pengalaman-pengalaman
itu membuat kita semakin jelas mengenal Dia?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada para murid dalam penyembuhan
orang buta ini? (2) Apakah kita semakin mengenal Tuhan melalui aktivitas kehidupan kita?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka boleh semakin mengenal Tuhan
dan hidup dalam ketaatan akan firman Tuhan yang menjadi suluh dan terang
bagi langkah hidup mereka.
04
JUMAT
MARET 2016
“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus,
Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka
Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi...” (Markus 9:2)
Bacaan hari ini: Markus 9:1-8
Bacaan setahun: Markus 9:1-29
KEPUASAN DIRI VS MENGERJAKAN PANGGILAN
P
enulis Injil Markus mencatat peristiwa yang sangat penting antara
Tuhan Yesus dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes, ketika mereka
ada di sebuah gunung yang tinggi. Di gunung itu, para murid melihat
percakapan Yesus dengan Elia dan Musa. Kesempatan ini mendorong
Petrus untuk mengusulkan sebuah “proyek” besar, yaitu membangun tiga
tenda di atas gunung tersebut. Satu tenda untuk Tuhan Yesus, satu tenda
untuk Musa, dan satu tenda lagi untuk Elia. Musa dan Elia merupakan dua
tokoh Perjanjian Lama yang sangat berpengaruh pada zamannya dan
sangat di hormati. Persoalannya adalah, apakah maksud Petrus dengan
mendirikan tenda tersebut? Bagaimana pula sikap Tuhan Yesus melihat
respons Petrus tersebut?
Pengalaman itu adalah pengalaman pertama bagi Petrus dan murid
lainnya. Petruslah yang mencoba menawarkan pembangunan tenda itu
bagi Tuhan Yesus, Elia dan Musa. Sikap Petrus ini nampak luar biasa.
Namun demikian, apakah itu yang dikehendaki Tuhan? Tidak! Tuhan Yesus
tidak menghendaki tenda, bahkan tidak berusaha menambah sedikit waktu
lebih lama lagi agar Petrus dapat mengalami kebahagiaan itu. Alkitab justru
mencatat, sekonyong-konyong semua itu berlalu. Pelajaran rohani apakah
yang kita dapatkan dari kisah ini?
Tuhan Yesus senang ketika kita dapat mengalami kebersamaan
dengan Dia, bahkan mengalami pengalaman rohani yang luar biasa itu.
Namun itu bukan tujuan akhir dari semua pengalaman rohani kita. Jika kita
hanya memuaskan kebahagiaan diri kita sendiri, tanpa mengerti maksud
dan rencana Tuhan bagi kita; apalah artinya pengalaman rohani yang luar
biasa itu!? Itulah sebabnya setelah turun dari gunung itu, Tuhan berbicara
tentang penderitaan yang akan dialami Mesias. Artinya, para murid harus
tahu bahwa pengalaman itu mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi
tujuan kedatangan-Nya di muka bumi ini, yaitu menderita dan mati di atas
kayu salib bagi keselamatan umat manusia. Jadi, janganlah berhenti pada
kepuasan rohani diri sendiri, melainkan kerjakan rencana-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan Tuhan Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes
naik ke atas gunung? (2) Apakah tujuan dari kita mengalami kepuasan rohani?
Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka selalu memperhatikan kebenaran
firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan mereka, sehingga iman
dan kerohanian mereka bertumbuh.
05
SABTU
MARET 2016
“Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya
dan pelayan dari semuanya.” (Markus 9:35)
Bacaan hari ini: Markus 9:33-37
Bacaan setahun: Markus 9:30-50
JERAT AMBISI
P
ada tahun 1985, Richard Foster menerbitkan sebuah buku berjudul:
Money, Sex and Power. Dengan gamblang dan tajam dia
membeberkan 3 bahaya laten atau jerat dosa yang secara umum
selalu mengintai setiap orang, khususnya kaum pria. Sejarah membuktikan
bahwa ketiga macam dosa ini adalah jenis dosa yang paling menggoda
karena paling cocok dengan ego dan kedagingan. Dari ketiga jenis dosa ini,
yang paling tersamar adalah dosa akan kekuasaan. Dosa yang berkaitan
dengan uang, dapat terbongkar dengan dukungan bukti yang kuat. Dosa
yang berkaitan dengan sex, biasa dianggap pelanggaran moral yang
sangat serius. Tapi dosa yang berkaitan dengan kekuasaan kadang bisa
terbungkus dengan begitu rapi, tersamar dan tidak mudah terdeteksi.
Murid-murid Tuhan hari itu, kecuali Yudas yang dikatakan tidak jujur
dalam keuangan, lainnya nampak cukup saleh untuk terbebas dari dosa
sex. Tapi beberapa kali dicatat dalam kitab-kitab Injil tentang murid-murid
yang berebut kuasa, saling bertengkar karena ingin diri dianggap sebagai
yang paling senior, paling besar. Ini bukan hanya terjadi di antara mereka
secara umum, tetapi juga pada murid-murid yang paling dekat dengan
Tuhan, bahkan sampai melibatkan ibu dari Yohanes dan Yakobus, supaya
kedua anaknya diberi posisi terhormat di sisi Tuhan (Mat. 20:20-21). Lebih
mencengangkan lagi, bahwa pertikaian untuk masalah posisi itu justru
terjadi pada saat yang paling tidak tepat. Ketika Tuhan menyampaikan
nubuat kematian-Nya sendiri, bahkan sampai pada saat terakhir menjelang
penangkapan diri-Nya, mereka justru bertengkar soal posisi, soal
senioritas, soal kekuasaan. Ambisi kedagingan, ambisi akan kekuasaan,
bisa muncul bahkan saat seseorang berada dekat dengan Tuhan, pada
saat orang melayani Tuhan. Dosa yang bergitu tersamar sulit terdeteksi.
Yang dapat kita tangkap adalah tanda yang juga samar; bahwa ketika
orang merasa diri layak atau pantas untuk mendapatkan posisi tinggi, itulah
tanda kejatuhannya dalam dosa kekuasaan. Jika demikian, bagaimanakah
dengan diri kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah Anda adalah orang yang ambisius dalam melayani Tuhan? (2)
Apakah motivasi dasar di balik ambisi yang dari luar kelihatan rohani itu?
Berdoalah bagi para pemimpin rohani gereja Tuhan agar mereka dapat
menjaga diri mereka dan memiliki kerendahan hati, serta ketaatan yang
mutlak kepada perintah Tuhan.
06
MINGGU
MARET 2016
“Biarlakan anak-anak itu datang kepada-Ku,
jangan menghalang-halangi mereka,
sebab orang-orang yang seperti itulah
yang empunya kerajaan Allah.” (Markus 10:14)
Bacaan hari ini: Markus 10:13-16
Bacaan setahun: Markus 10:1-31
KERINDUAN MENYAMBUT YESUS
S
etelah peristiwa percakapan Yesus dengan orang Farisi tentang
topik “perceraian” (Mrk. 10:1-9); tibalah Yesus di sebuah rumah,
sebelum Ia melanjutkan Misi-Nya. Di tempat itu, orang membawa
anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Yesus menjamah dan memberkati
mereka. Anak-anak itupun merasakan sukacita, karena mereka sebentar
lagi akan bertemu dengan seorang yang terkenal dipakai Allah secara luar
biasa. Bagi mereka, ini kesempatan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Namun di luar dugaan, mereka mengalami hardikan para murid Yesus
yang menghalangi mereka untuk dapat berjumpa Yesus. Bagaimanakah
respons Yesus terhadap sikap para murid-Nya yang menghardik anakanak yang ingin berjumpa Yesus dengan ketulusan hatinya?
Yesus justru memarahi para murid-Nya dan berkata kepada mereka:
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi
mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan
Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa tidak
menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk
ke dalamnya” (Mrk. 10:14). Apa maksud perkataan Yesus ini?
Sangat jelas, bahwa mengikut Yesus dan hidup dalam Kerajaan Allah
tidak mungkin dilakukan dalam kepura-puraan atau formalitas belaka, yaitu
tanpa ketulusan dan kerinduan yang mendalam untuk menyambut Dia dan
diberkati oleh-Nya. Konsep yang salah ini sering kali dilakukan oleh orang
Kristen, yaitu sama seperti para murid, mereka juga sering menekankan
“formalitas belaka,” dan bukan datang kepada Yesus dengan kerinduan
dan ketulusan. Mungkin mereka berkata “dekat” dengan Yesus, tapi ironis,
mereka telah kehilangan kerinduan yang mendalam dalam perjumpaan
dengan Dia. Akibatnya, ibadah, doa, pelayanan yang dilakukan dalam
gereja atau keseharian, terasa hampa. Jika prinsip menyambut Kerajaan
Allah adalah dengan ketulusan dan kerinduan yang mendalam, maka
prinsip ini tidak boleh berhenti dilakukan, sekalipun kita telah menjadi
warga Kerajaan Allah. Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yesus memarahi para murid yang menghalangi jalan anak2
kepada-Nya? (2) Bagaimana sikap yang Tuhan kehendaki ketika kita datang kepada-Nya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka senantiasa memiliki kerinduan
yang mendalam untuk senantiasa berjumpa dengan Tuhan Yesus dan
merasakan sukacita di dalam Dia.
07
SENIN
MARET 2016
“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!
Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus
dalam perjalanan-Nya.” (Markus 10:52)
Bacaan hari ini: Markus 10:46-52
Bacaan setahun: Markus 10:32-52
DENGAR SERUAN MEREKA
O
rang-orang yang terpinggirkan selalu ada di setiap zaman. Mereka
diperlakukan berbeda dan dikucilkan karena status sosial dan
pekerjaan mereka di tengah masyarakat. Bartimeus adalah
seorang yang masuk dalam kategori ini. Ia adalah seorang miskin, buta dan
berprofesi sebagai pengemis. Pada zaman itu, kemiskinan dan kecacatan
dipandang sebagai akibat dari dosa. Orang-orang seperti Bartimeus bukan
hanya dikucilkan secara sosial, terlebih mereka juga dipandang najis
secara spiritual.
Karena itu, tidaklah heran ketika kita mendapati respons buruk dari
orang-orang terhadap Bartimeus dalam teks yang kita baca hari ini. Mereka
menegur Bartimeus yang sedang berteriak meminta tolong kepada Yesus.
Mereka menyuruhnya diam dan bahkan tidak ada seorang pun datang dan
membantu Bartimeus berdiri ketika Yesus memanggilnya untuk datang (ay.
48-50). Namun, beda dengan khalayak ramai itu, Yesus memiliki respons
yang berbeda dari orang-orang itu. Seruan dari orang yang hina adalah
seruan yang paling terdengar di telinga Yesus. Yesus tidak mengabaikan
seruan itu. Ia memanggil Bartimeus dan menyembuhkannya (ay. 49, 5152). Yesus peduli kepada seruan orang kecil yang tidak dipandang dan Ia
mengasihi orang yang dikucilkan oleh masyarakat.
Bagaimana dengan kita hari ini? Ada banyak orang miskin di sekitar
kita. Ada banyak orang yang cacat, tidak memiliki rumah dan dipandang
sebelah mata oleh masyarakat. Ada juga orang yang tersisih oleh karena
status mereka sebagai janda karena perceraian, orang beda suku, mantan
pecandu narkoba dan lain sebagainya. Mereka bersembunyi di dalam
kegelapan dan tidak ada seorang pun mengindahkan mereka. Bagaimana
dengan kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus? Adakah kita bersikap
seperti Yesus terhadap mereka yang terbuang? Adakah kita mau peduli,
memberikan senyuman, memberikan sapaan hangat kepada mereka yang
tersisihkan? Jadilah seperti Yesus. Dengarkan seruan orang-orang yang
terpinggirkan dan terbuang di sekitar kita.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Tuhan terhadap Bartimeus yang berseru pada-Nya?
(2) Mengapa orang banyak justru tidak memperhatikannya? Bagaimana dengan kita?
Berdoalah agar Tuhan memberikan kepada kita hati yang berbelas kasihan
kepada orang-orang miskin, cacat dan yang terpinggirkan di sekitar kita;
sehingga nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita.
08
SELASA
MARET 2016
“Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,
diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak
kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!”
(Markus 11:9-10)
Bacaan hari ini: Markus 11:-11
Bacaan setahun: Markus 11:1-18
PUJIAN PALSU BAGI YESUS
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita
mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang
satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh
demikian terjadi” (Yak. 3:9-10). Kedua ayat di atas merupakan nasihat
Yakobus kepada jemaat agar mereka menggunakan lidah mereka dengan
konsisten untuk memperkatakan hal-hal yang benar dan memuliakan
Tuhan. Lidah manusia memang sering bercabang dan tidak konsisten
dalam menghasilkan perkataan.
Hal ini terjadi pada penduduk Yerusalem yang mengelu-elukan Yesus
ketika Ia masuk ke Yerusalem. Khalayak ramai menyambut Yesus dengan
sorak-sorai, memuji-muji Yesus: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak
kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” (9-10). Namun ternyata,
beberapa hari kemudian, dari lidah yang sama keluarlah hujatan kepada
Yesus: “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” (Mrk. 15:13-14). Mereka memuji
Allah, tetapi pujian mereka adalah puji-pujian yang palsu dan kosong.
Bagaimana dengan kita?
Setiap minggu kita memuji-muji Tuhan di gereja. Kita menyanyikan
lagu-lagu rohani untuk kemuliaan Tuhan. Memuji Tuhan di dalam ibadah
memanglah baik, dan kita memuliakan Tuhan dengan lidah bibir kita. Tapi,
bagaimana cara kita menggunakan lidah bibir kita di hari Senin sampai
Sabtu? Ketika kita menggunakan lidah kita untuk memaki, menghujat,
bergosip dan mengeluarkan kata-kata kotor, sesungguhnya kita tidak
berbeda dengan para penduduk Yerusalem. Pujian kita terlihat manis dan
rohani, tetapi sesungguhnya pujian itu kosong dan palsu ketika keluar dari
lidah bibir yang tidak konsisten. Sebagai hamba yang ditebus oleh Kristus,
seluruh diri kita adalah milik-Nya dan dipakai untuk kemuliaan-Nya. Ketika
kita memakai lidah bibir kita untuk menghujat manusia, sesungguhnya kita
tidak menggunakannya untuk kemuliaan Allah. Tuhan menghendaki kita
menggunakan lidah bibir kita secara konsisten untuk kemuliaan-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan menggunakan lidah “dengan tidak
konsisten”? (2) Apa yang Tuhan perintahkan kepada kita dalam menggunakan lidah kita?
Berdoalah agar Tuhan menolong Anda menggunakan lidah bibir kita secara
konsisten untuk kemuliaan Tuhan. Mohonlah kepada Tuhan agar Ia
membimbing Anda dalam bertutur kata sepanjang minggu ini.
09
RABU
MARET 2016
“Yesus menjawab mereka:
Percayalah kepada Allah.”
(Markus 11:22)
Bacaan hari ini: Markus 11:20-26
Bacaan setahun: Markus 11:19-33
BERBUAH BAGI TUHAN
S
etelah Tuhan Yesus dan para murid-Nya meninggalkan Betania,
mereka melihat sebuah pohon ara di tepi jalan. Tuhan menghampiri
dan mengamati pohon itu. Tuhan menjumpai, bahwa pohon ara itu
tidak memiliki buah, sekalipun daunnya sangat lebat (Mrk. 11:12-14).
Memang pada masa itu barulah akan musim buah ara. Namun Tuhan
Yesus memakai pohon ini untuk memberitahukan keadaan Israel, bahwa
sekalipun mereka nampak begitu megah dalam aturan keagamaan yang
ada, sesungguhnya mereka tidak memiliki buah rohani di hadapan Allah. Itu
semua nampak dari sikap Tuhan Yesus yang membersihkan Bait Allah dari
para pedagang dan penukar uang (Mrk. 11:15-19).
Keesokan harinya setelah Tuhan Yesus mengutuk pohon ara itu, pagipagi mereka melewati jalan itu, dan para murid terkejut karena pohon ara itu
telah menjadi kering. Maka bertanyalah kepada Tuhan Yesus, bagaimana
hal itu bisa terjadi? Maka Tuhan Yesus menjelaskan: “Percayalah kepada
Allah” (ay. 22). Kemudian Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid,
“jika seseorang berdoa harus dengan yakin; jikalau menyimpan sesuatu
terhadap saudaranya, itu harus diselesaikan. Jika tidak, maka Bapa yang di
Sorga juga tidak akan mengampuninya” (ay. 23-26). Apa sebenarnya yang
Tuhan Yesus ingin ajarkan kepada mereka?
Relasi yang benar terhadap Tuhan, bukanlah sekadar menjalankan
aktivitas doa atau ibadah. Doa yang berkenan kepada Allah diawali dengan
percaya kepada-Nya. Percaya kepada-Nya berarti menaati kehendak-Nya,
hidup dalam kebenaran-Nya, dan tidak menyimpan dosa dalam hidupnya.
Peristiwa pembersihan Bait Allah dan pengutukan pohon ara,
mengingatkan bahwa orang bisa saja nampak rohani karena aktivitas
keagamaannya, namun sesungguhnya hidupnya tidak berbuah bagi
Kerajaan Allah. Dengan keadaan rohani semacam ini, seseorang tidak
akan pernah mengalami kuasa Allah dalam hidupnya. Sebaliknya, ia akan
mengalami kekeringan rohani. Karena itu pengalaman pengutukan pohon
ara membuat kita waspada, apakah kita sudah berbuah bagi Tuhan?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara itu? (2) Pelajaran apa yang
kita dapatkan dari peristiwa itu?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak nampak rohani dari luarnya saja,
melainkan sungguh-sungguh berbuah bagi Kerajaan Allah, sehingga kuasa
Allah boleh semakin nyata dalam kehidupan mereka.
10
KAMIS
MARET 2016
“Hal itu terjadi dari pihak Tuhan,
suatu perbuatan ajaib di mata kita.”
(Markus 12:11)
Bacaan hari ini: Markus 12:1-12
Bacaan setahun: Markus 12:1-27
PENGABAIAN TERHADAP KASIH TUHAN
K
etika kita membaca perikop Markus 12:1-12, tentang “penggarappenggarap kebun anggur,” kita akan menangkap sebuah pesan
yang jelas tentang ironi para ahli Taurat dan imam kepala yang
digambarkan sebagai “para penggarap kebun anggur,” sebuah pekerjaan
yang mereka bisa dapatkan, jika pemilik kebun anggur itu meminta mereka
bekerja/menyewakan kepadanya; tetapi, mereka justru tidak bersyukur,
melainkan memukul dan membunuh para utusan maupun anak majikan
yang empunya kebun anggur tersebut. Perumpamaan ini dipakai Tuhan
Yesus untuk menegur dosa mereka di hadapan Allah, namun mereka tidak
bertobat; sebaliknya mereka ingin membunuh Tuhan Yesus (ay. 12). Apa
yang kita dapat pelajari dari perumpamaan ini untuk kita hari ini?
(1) Jika kita dapat melayani Tuhan atau menjadi pekerja di ladang-Nya,
janganlah kita sombong, atau kita ingin menguasai apa yang seharusnya
menjadi milik Tuhan. Kita dapat melayani Dia, karena kasih-Nya kepada
kita. Menjadi seorang “penggarap kebun anggur” Tuhan adalah sebuah
kepercayaan, dan itu terjadi hanya karena perkenanan-Nya. Oleh karena
itu, ketika kitta melayani Dia, kiranya Tuhan tetap menjadi “Tuan” atas kita,
dan bukan kita yang menjadi “Tuan” atas apa yang menjadi milik-Nya. Kita
adalah pengelola, Dialah Pemiliknya.
(2) Ketika Tuhan mengingatkan kita untuk memberikan apa yang
menjadi hak-Nya, entah itu hidup kita, hasil pekerjaan kita, dan sebagainya,
janganlah kita mengeraskan hati kita di hadapan-Nya. Sebagai “pemilik
kebun anggur,” Tuhan memang layak menerima bagian yang seharusnya
kita berikan kepada-Nya. Jika kita melakukan hal sebaliknya, maka sama
seperti penggarap-penggarap kebun aggur itu, kita tidak merasakan kasih
Tuhan, tetapi murka-Nya. Ia akan mendisiplin kita, sampai kita menyadari,
bahwa Tuhanlah yang Empunya segalanya, termasuk kehidupan kita.
Karena itu, marilah kita hidup bagi Dia, mengerjakan pekerjaan yang baik
bagi Dia, dan memberikan yang terbaik bagi Dia.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa para penggarap kebun anggur memukul dan membinasakan
utusan/anak yang empunya kebun anggur? (2) Apa aplikasi perumpamaan ini bagi Anda?
Berdoalah bagi setiap hamba Tuhan agar mereka menjadi hamba Tuhan
yang benar-benar bertanggungjawab sehingga tidak mencuri kemuliaan
yang menjadi milik Tuhan.
11
JUMAT
“Memang mengasihi Dia … dan juga mengasihi sesama manusia
seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua
korban bakaran dan korban sembelihan.”
(Markus 12:33)
MARET 2016
Bacaan hari ini: Markus 12:28-34
Bacaan setahun: Markus 12:28-44
KASIH DALAM PERBUATAN
B
angsa Israel, pada zaman Yesus, berusaha untuk menaati hukumhukum Taurat. Salah satu hukum Taurat yang mereka usahakan taati
adalah Shema Israel (Dengarlah, hai orang Israel!). Isi dari Shema
Israel ini terambil dari Ulangan 6:4-5: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN
itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Namun sayangnya, semangat untuk melakukan Taurat ini ternodai
oleh sikap mereka yang salah dalam menafsirkan Shema Israel. Orangorang Israel, secara khusus pemimpin-pemimpin agama, menafsirkan
bahwa mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa
adalah dengan melakukan ritual-ritual agama (memberikan persembahan
uang ke bait Allah, berdoa, mempersembahkan korban bakaran, dan lain
sebagainya). Karena penafsiran yang keliru inilah, akhirnya semua orang
Israel ikut keliru dalam melakukan hukum Taurat.
Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini untuk menunjukkan siapakah
TUHAN itu. Tuhan Yesus datang membawa sebuah penggenapan akan
hukum-hukum Taurat bagi orang Israel. Salah satu hukum Taurat yang
Tuhan ingin mereka tafsirkan dengan benar adalah mengenai Shema
Israel. Selama ini, orang Israel hanya menjadi orang yang melakukan
peraturan-peraturan agama, tapi tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah
dan sesama mereka. “Mengasihi Allah” mereka jadikan sebuah peraturanperaturan agama: tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus melakukan ini, harus
melakukan itu. Perihal “hukum mengasihi manusia,” orang Israel pun tidak
melakukannya. Orang Israel menganggap najis orang-orang yang sakit
kusta, bahkan orang Israel benci kepada orang-orang Samaria yang
adalah juga seorang manusia, dan sebagainya.
Melalui kehidupan-Nya, Tuhan Yesus membawa sebuah pemahaman
yang baru kepada orang-orang Israel bahwa mengasihi Allah bukanlah soal
peraturan-peraturan keagamaan, tetapi mengerjakan perintah-Nya dan
kasih terhadap sesama.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang salah dari bangsa Israel, ketika mereka menerapkan “Shema
Israel”? (2) Apa yang Tuhan kehendaki, ketika kita mencoba mengasihi Dia dan sesama?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mengasihi Tuhan sebatas pada
aktivitas keagamaan saja, tapi melalui kesetiaan mereka melakukan firman
Tuhan dan menolong sesama.
12
SABTU
MARET 2016
“Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka:
Waspadalah supaya jangan ada orang
yang menyesatkan kamu!”
(Markus 13:5)
Bacaan hari ini: Markus 13:3-12
Bacaan setahun: Markus 13:1-20
WASPADA PENYESATAN
W
aktu dunia berakhir (kiamat) ada sebuah bahasan yang disukai
banyak orang. Entah mengapa, tetapi orang-orang dari berbagai
zaman terus mencari tahu kapan dunia ini akan berakhir. Yang
menarik adalah, tidak pernah ada satupun dari ramalan maupun tanggaltanggal yang mereka tentukan, sungguh-sungguh terjadi kiamat. Semua
tanggal-tanggal dan ramalan mengenai hari kiamat itu, meleset! Yang
memprihatinkan, walaupun berbagai ramalan tanggal kiamat itu meleset,
namun setiap kali ada ramalan baru mengenai tanggal kiamat, selalu ada
orang yang mempercayainya. Bahkan sebagian orang melakukan bunuh
diri supaya tidak mengalami penderitaan di hari kiamat tersebut.
Dalam Markus 13, kita bisa melihat bahwa pada zaman Tuhan Yesus
pun, orang-orang sangat penasaran ingin mengetahui kapan hari kiamat itu
akan terjadi. Pada suatu kali mereka bertanya kepada Tuhan Yesus
mengenai tanggal pasti kiamat akan terjadi. Tuhan Yesus tidak memberi
jawaban kapan tanggal pastinya, namun Tuhan Yesus justru mengingatkan
mereka untuk waspada akan penyesatan. Tuhan Yesus mengatakan akan
ada banyak orang datang dengan memakai nama-Nya dan membawa
manusia kepada penyesatan. Penyesatan di sini bisa kita artikan salah
satunya, yaitu sebagai penyesatan mengenai kapan tanggal terjadinya hari
kiamat tersebut.
Sebagai orang Kristen, kita harus waspada, tidak mempercayai isu-isu
mengenai tanggal maupun hari terjadinya kiamat. Dasar keyakinan kita,
semua ramalan adalah bohong, karena Tuhan Yesus pernah mengatakan
bahwa tidak ada seorangpun yang tahu kapan terjadinya kiamat tersebut.
Yang mengetahui tanggal dan waktunya adalah Allah Bapa. Ini artinya tidak
ada manusia yang tahu kapan kiamat itu, kecuali Allah Bapa. Karena itu,
kita perlu berhati-hati dan tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran ataupun
ramalan-ramalan yang mengatakan dunia akan kiamat di hari ini atau di
tanggal itu. Sebaliknya, marilah kita semakin setia melayani Dia, dan
mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya.
STUDI PRIBADI: (1) Kapan dunia ini akan kiamat/berakhir? (2) Apa yang perlu diwaspadai
oleh anak-anak Tuhan di akhir zaman ini?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak terombang-ambingkan oleh
berbagai pengajaran sesat tentang hari atau tanggal kedatangan Tuhan
Yesus kedua kalinya.
13
MINGGU
MARET 2016
“Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun
yang tahu, malaikat-malaikat di Surga tidak,
dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.”
(Markus 13:32)
Bacaan hari ini: Markus 13:21-37
Bacaan setahun: Markus 13:21-37
KEMEGAHAN KEDATANGAN TUHAN
A
khir zaman adalah hal yang menarik untuk dipelajari, demikian juga
bagi para murid Yesus. Menjawab pertanyaan para murid (ay. 4),
Yesus menyampaikan beberapa tanda yang akan terjadi menjelang
datangnya akhir zaman. Yesus hanya mengungkapkan apa yang akan
terjadi, bukan kapan waktunya dan tanda-tanda itu pun bukan berurutan.
Kedatangan Mesias di akhir zaman ditandai dengan gejala-gejala
alam yang terjadi di angkasa, melibatkan matahari, bulan dan bintangbintang. Yesus mengajarkan ini dengan tiga penekanan tujuan, yakni,
bahwa akhir zaman bersifat universal, alam semesta menyeluruh. Kedua,
tidak ada seorang pun bisa mengetahui kapan pastinya akhir zaman terjadi,
hal itu akan datang secara tiba-tiba, meskipun kita dapat melihat tandatandanya. Ketiga, agar murid-murid-Nya dan kita semua selalu berjagajaga (ay. 33).
Di samping rasa ingin tahu, rupanya juga terselip kecemasan dalam
diri para murid. Gambaran akhir zaman di dunia ini memang menakutkan,
namun suasana yang berbeda terjadi ketika Tuhan Sang Juruselamat
datang dengan kekuasaan dan kemuliaan-Nya, diiringi oleh malaikatmalaikat-Nya. Bagi setiap orang yang percaya pada Yesus, kemegahan
kedatangan Kristus itu akan melenyapkan segala ketakutan mereka. Bagi
mereka yang percaya kepada-Nya, akhir zaman bukanlah sesuatu yang
menakutkan, melainkan saat-saat yang agung dan penuh kemuliaan.
Bagimana kita meresponi semuanya ini? Marilah kita tidak gelisah dan
dibingungkan oleh berbagai tanda yang terjadi dalam dunia ini, sebaliknya
kita semakin setia kepada Tuhan dan menantikan kedatangan-Nya dengan
sukacita dan hidup dalam kekudusan. Janganlah kita sama seperti dunia
ini, melainkan kita hidup sebagai anak-anak Tuhan yang selalu berjagajaga dalam menantikan kedatangan-Nya. Janganlah kita mudah
disesatkan oleh sejumlah kabar tentang hari kedatangan Tuhan di tahun
sekian atau bulan sekian, melainkan kita tetap berpegang pada apa yang
Tuhan Yesus telah ajarkan dalam firman-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Adakah hal-hal yang membuat Anda cemas tentang akhir zaman? (2)
Bagaimanakah seharusnya sikap kita menyambut kedatangan-Nya di akhir zaman?
Berdoalah agar anak-anak Tuhan menyiapkan diri dengan baik menyambut
kedatangan Tuhan yang tiba-tiba, serta bertanggung jawab dalam segala
kepemilikan yang Tuhan berikan kepada mereka.
14
SENIN
MARET 2016
“Tetapi Yesus berkata: Biarkanlah dia …
Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik kepada-Ku…”
(Markus 14:6)
Bacaan hari ini: Markus 14:1-26
Bacaan setahun: Markus 14:1-26
SEKITAR KEMATIAN-NYA
K
itab Markus dibuka dengan kalimat: “Inilah permulaan Injil tentang
Yesus Kristus, Anak Allah.” Dengan menyebut Yesus sebagai Anak
Allah, Markus ingin menyatakan bahwa Yesuslah, Mesias yang
dipilih Allah untuk “memerintah” bangsa Israel. Namun bangsa Israel telah
menolak-Nya. Di sekitar penolakan itu, ada beberapa peristiwa yang Yesus
alami dan maksudkan dalam kematian-Nya.
(1) Ada perencanaan untuk menangkap dan membunuh Yesus
dengan tipu muslihat, yang dilakukan oleh para imam kepala dan ahli-ahli
Taurat. Mereka ialah tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk
orang-orang Farisi. Mereka bisa saja tidak sama dalam pandangan
tentang: hal berpuasa (Mrk. 2:8), mengenai memegang hukum Sabat (Mrk.
2: 24), dan mengenai perceraian (Mrk. 10:2), namun mereka bisa bersamasama sepakat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus. (2)
Yesus diurapi oleh seorang perempuan yang membawa minyak narwastu
murni yang mahal harganya. Tindakan perempuan ini menunjukkan
kasihnya kepada Yesus, selain sebagai persiapan untuk penguburan-Nya.
(3) Pengkhianatan Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya terhadap diri
Yesus, dengan menjual-Nya kepada para imam kepala. Pengkhianatan ini
telah membuka jalan bagi para imam kepala dan ahli-ahli Taurat untuk
menangkap Yesus. (4) Yesus mengadakan perjamuan malam bersama
murid-murid-Nya. Di dalam perjamuan malam itu, Yesus menunjukkan
bagaimana Ia akan dibunuh dan darah-Nya akan dicurahkan sebagai
kurban pengampunan dosa. Kematian Yesus akan menjadi dasar
Perjanjian Baru antara Allah dan umat-Nya yang baru.
Dari rangkaian peristiwa sekitar menjelang kematian-Nya, kita melihat
Yesus telah siap menghadapi kematian-Nya. Ia memberikan teladan bagi
kita. Teladan apa yang kita dapatkan? Sebagai orang percaya, kita harus
siap menghadapi penderitaan, pengkhianatan, dan kekecewaan yang
mungkin saja dapat meruntuhkan iman kepercayaan kita. Namun, tetaplah
berdiri teguh dalam iman kita kepada-Nya, sama seperti Dia!
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Yesus Kristus dalam mengahadapi kematian-Nya?
Apa makna kematian-Nya? (2) Pelajaran apa yang Anda dapat dari sikap Yesus tersebut?
Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka hidup tekun dalam iman dan
pengharapan mereka, sehingga mereka tetap kuat ketika harus menghadapi
berbagai pencobaan dalam hidup mereka.
15
SELASA
MARET 2016
“… Sekalipun aku harus mati bersama-sama dengan engkau,
aku takkan menyangkal engkau…”
(Markus 14:31)
Bacaan hari ini: Markus 14:27-53
Bacaan setahun: Markus 14:27-53
“AKU” TAKKAN MENYANGKAL ENGKAU
D
alam bacaan Alkitab hari ini, kita melihat Petrus sedang membuat
sebuah komitmen yang sangat baik. Namun kemudian dia ditegur
Tuhan. Apakah ini berarti kita tidak perlu membuat komitmen, atau
Tuhan sudah tahu siapa kita sebenarnya, jadi lebih baik kita berdiam diri
saja?! Dari perikop ini kita melihat ada perbedaan antara sebuah komitmen
yang murni untuk ikut Tuhan dengan pernyataan Petrus, yang lebih
didasarkan pada egonya yang sombong.
Pertama, perkataan Tuhan Yesus tidak bermaksud meragukan iman
para murid, melainkan menyampaikan sebuah peringatan dan konfirmasi
tentang mereka maupun tentang kebangkitan-Nya (ay. 28). Namun Petrus
langsung menyangkali pernyataan Tuhan tersebut, dengan alasan bahwa
ia lebih setia dari semua orang lain. Di sinilah letak kejatuhannya sebelum
penyangkalan tersebut. Ia merasa diri lebih hebat dari orang lain, bahkan ia
beranggapan bahwa Tuhan pun telah salah menilai dirinya. Petrus tidak
melihat tujuan sebenarnya dari apa yang Tuhan Yesus sampaikan, ia hanya
mementingkan dirinya sendiri.
Kedua, pada waktu Tuhan Yesus memberikan tanda yang jelas
tentang penyangkalan tersebut, yaitu sebelum ayam berkokok, Petrus
akan menyangkal-Nya tiga kali. Ingat bahwa sebelumnya Tuhan Yesus
menubuatkan tentang keledai yang akan Ia pakai untuk masuk Yerusalem
dan juga ruangan kosong yang dipinjam untuk makan Paskah bersama
murid-murid, tergenapi persis seperti yang dikatakan kepada murid-muridNya. Seharusnya pada detik ini, peringatan Tuhan yang demikian jelas dan
tegas itu, harus diterima dengan rendah hati. Namun sekali lagi, Petrus
merasa egonya terserang, dia yakin dia bukan orang yang disinggung oleh
Tuhan. Untuk menjaga harga dirinya, maka ia berani berbantah dengan
Tuhan, dan secara halus menyatakan bahwa Tuhan yang salah tentang
dirinya. Bagaimana dengan kita? Jika kita ditegur-Nya, janganlah congkak,
sebab “kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan” (Ams. 16:18).
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Petrus jatuh dalam pencobaan? (2) Bagaimana kita
menyikapi teguran atau peringatan firman Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kerendahan hati untuk dengardengaran akan firman Tuhan dan hidup menyenangkan hati Tuhan, dan
boleh menang menghadapi pencobaan Iblis.
16
RABU
MARET 2016
“… Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!”
(Markus 14:71)
Bacaan hari ini: Markus 14:54-72
Bacaan setahun: Markus 14:54-72
KEBERANIAN DAN KEGAGALAN PETRUS
P
ada waktu Yudas membawa rombongan orang pesuruh imam-imam
kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua yang diperlengkapi dengan
senjata untuk menangkap Yesus di taman Getsemani, Petrus berani
menghunus pedangnya dan memotong telinga dari seorang anggota
mereka. Artinya Petrus berani melawan dan menantang mereka secara
terbuka, sekalipun jumlah mereka sedikit.
Namun mengapa kemudian Petrus menyangkal Yesus di hadapan
hamba perempuan Imam Besar? Hamba perempuan adalah seorang yang
paling rendah pada waktu itu, dan terhadap pernyataannya saja Petrus
tidak berani menjawab, bagaimana mungkin Petrus berubah secepat itu?!
Berlanjut dari renungan kemarin, kita melihat bahwa keberanian Petrus
untuk ikut Tuhan Yesus, berani menderita bersama dengan Tuhan, adalah
semu, tidak sungguh-sungguh, karena semua pernyataannya adalah pada
kehebatannya, dia lebih baik dari orang lain. Sesungguhnya Petrus
mengikut Tuhan adalah untuk melihat bagaimana Tuhan Yesus melakukan
mujizat untuk melepaskan diri, mungkin ini yang ada dalam pikiran Petrus;
pikirnya ketika Tuhan melakukan mujizat atau dengan bantuan malaikat,
maka Petrus bisa dengan bangga maju bersama Tuhan, mengalahkan
musuh-musuh. Namun ternyata yang disaksikan oleh Petrus adalah Yesus
yang lemah, tak berdaya di hadapan para pejabat agama, direndahkan dan
disiksa, bahkan Tuhan Yesus seolah-olah sama sekali tidak memberikan
perlawanan. Sehingga akhirnya, seluruh keyakinan dirinya, pada kekuatan
maupun kehebatannya, hancur. Yesus tidak melakukan seperti yang ia
harapkan! Maka Petrus menyangkal Tuhannya. Bagaimana dengan kita?
Apakah kita juga menyangkal Dia yang menderita dan tersalib untuk kita?
Patut bersyukur, pada akhir dari proses pembentukan Tuhan, Petrus
berubah dan menjadi manusia yang mengandalkan Tuhan! Ketika mereka
menghadapi sidang mahkamah agama, Petrus berani berkata: “Silakan
kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada
kamu atau taat kepada Allah” (Kis. 4:19).
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Petrus bisa berubah sikap, dari seorang pemberani menjadi
pecundang? (2) Apa yang membuat Petrus akhirnya menjadi orang yang setia pada Tuhan?
Berdoa bagi para misionaris yang melayani di berbagai pelosok Indonesia,
untuk memberitakan Injil Tuhan agar mereka tetap kuat dan bersemangat,
sekalipun menghadapi banyak tantangan.
17
KAMIS
MARET 2016
“Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka menanggalkan
jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula
pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian Yesus dibawa keluar
untuk disalibkan.” (Markus 15:20)
Bacaan hari ini: Markus 15:16-20
Bacaan setahun: Markus 15:1-25
MAKNA PENYALIBAN KRISTUS BAGI KITA
P
ilatus memuaskan maksud jahat orang Yahudi dengan menyerahkan Kristus untuk disalib. Ia membebaskan Barabas bagi mereka,
pembuat kejahatan dan kecemaran bangsa, dan menyerahkan
Yesus untuk disalibkan, yang sebenarnya merupakan kemuliaan dan
berkat bagi bangsa mereka. Apakah makna penyaliban Kristus?
Pertama, kematian yang berdarah. Darah mengadakan pendamaian.
Kristus menyerahkan nyawa dan menumpahkan darah-Nya bagi manusia.
Dalam setiap persembahan pendamaian ada peraturan khusus yang
dibuat untuk penumpahan darah dan pemercikannya di hadapan Allah.
Karena itu, supaya Kristus dapat memenuhi semua syarat ini, Ia
menumpahkan darah-Nya.
Kedua, penyaliban merupakan kematian yang menyakitkan.
Kesakitan itu sangat terasa dan menyengat, karena kematian menyerang
hal-hal yang penting bagi kehidupan melalui bagian-bagian luar. Kristus
mati, karena Ia akan menjadi Imam sekaligus korban. Ia meninggal, supaya
Ia dapat aktif berperan dalam kematian, Ia akan menyerahkan nyawa-Nya
sebagai korban persembahan untuk dosa. Kristus menghadapi maut, Ia
menaklukkan maut, dan menang atas maut.
Ketiga, penyaliban merupakan kematian yang memalukan. Kematian
bagi para budak dan penjahat yang paling keji,—demikianlah penyaliban
dipandang oleh orang Romawi. Salib dan malu dipadukan bersama-sama.
Karena Allah telah dinodai kehormatan-Nya oleh dosa manusia, maka
dalam kehormatan Allah pula, Kristus menjadikan diri-Nya sebagai korban
pemuasan bagi Allah, bukan hanya dengan menyangkal dan memisahkan
diri-Nya sendiri selama suatu waktu dari kehormatan yang patut di dapatNya berdasarkan sifat keilahian-Nya, tetapi juga dengan menyerahkan diriNya di bawah celaan dan penghinaan paling keji yang bisa ditanggung
manusia. Walaupun penderitaan dan salib pada saat ini tidak ada yang
menggembirakan, tetapi mendukakan, setelah itu, salib ini membuahkan
mahkota kemuliaan bagi setiap kita yang melewatinya.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Pilatus tetap ingin menyalibkan Yesus? (2) Apakah
makna Penyaliban Kristus bagi kehidupan kita?
Berdoalah untuk diri kita, untuk keluarga dan juga untuk umat Tuhan supaya
setiap kita mengerti dengan benar makna penyaliban Kristus yang
membawa kita kepada kemuliaan.
18
JUMAT
MARET 2016
“Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan
dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia:
Sungguh orang ini adalah Anak Allah.”
(Markus 15:39)
Bacaan hari ini: Markus 15:33-41
Bacaan setahun: Markus 15:26-47
KEMULIAAN DI BALIK KEMATIAN
J
ohn Owen mengatakan bahwa kematian Kristus bukanlah kekalahan;
kematian Kristus justru merupakan kematian yang mematikan
kekuatan kematian. Di dalam kematian Kristus juga terdapat makna
yang sangat penting untuk kehidupan orang yang percaya kepada-Nya.
Pertama, “tabir Bait Suci terbelah dua” merupakan pemisah antara
wilayah Allah (Ruang Maha Suci) dengan wilayah manusia. Manusia tidak
pernah boleh melewati tabir itu memasuki Ruang Maha Suci; barangsiapa
memasukinya akan mengalami kematian. Satu tahun sekali Imam Besar,
sebagai wakil Tuhan Yesus, diizinkan masuk untuk memohon pendamaian.
Apabila Imam Besar itu tidak betul-betul suci, maka dia masuk Ruang Maha
Suci dan tidak akan keluar lagi, karena mati. Ritual ini dijalankan ribuan
tahun lamanya, sejak zaman Musa. Tuhan Yesus mati sekitar jam 3 sore,
sama dengan saat dimana domba Paskah disembelih untuk korban
penebus dosa. Ketika Kristus mati, semua murka Allah yang seharusnya
ditimpakan kepada kita menjadi ditimpakan kepada Kristus. Waktu Kristus
mati, selesailah hutang dosa, Tuhan yang berinisiasi membelah tabir Bait
Suci, yang berarti: antara Allah dan manusia telah terjadi pendamaian. Hal
ini menunjukkan pula bahwa bukan manusia yang menemukan jalan untuk
bertemu dengan Tuhan, melainkan Tuhan yang menetapkan jalan
pendamaian itu.
Kedua, sungguh Kristus adalah Anak Allah. Markus 15:39 menuliskan,
“Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh orang ini adalah Anak Allah.’”
Kematian Kristus bukanlah hanya menyelesaikan masa lampau, tapi juga
membawa kita melihat ke depan, kepada pengharapan dan bersifat
misionaris. Kematian Kristus begitu dahsyat sampai orang kafirpun
mengakui bahwa Dia adalah Anak Allah. Kita harus membawa orang
kembali kepada Kristus, karena Kristus telah mati bagi dia. Berita tentang
kematian Kristus bagi manusia berdosa merupakan berita terpenting yang
membuat manusia menjadi berpengharapan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa makna kematian Kristus bagi kehidupan orang percaya? (2) Bagaimana respons kita ketika mengerti bahwa kematian Kristus sangat penting bagi kita?
Berdoalah kepada Tuhan Yesus supaya kita tetap memiliki pengharapan dan
tetap percaya hanya kepada-Nya, walaupun kematian datang menghampiri
kita dan keluarga kita.
19
SABTU
MARET 2016
“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret
yang disalibkan itu. Ia telah bangkit!”
(Markus 16:6)
Bacaan hari ini: Markus 16:1-8
Bacaan setahun: Markus 16
JANGAN TAKUT
K
ematian Yesus meninggalkan kesedihan sekaligus ketakutan yang
luar biasa dalam hati para murid-Nya. Namun kasih dan kesetiaan
mereka kepada Yesus tidaklah luntur dan hilang. Para wanita itu
pergi ke kubur untuk meminyaki dan merempah-rempahi jenazah Yesus.
Rempah-rempah (arōmata) adalah dalam bentuk cair, seperti minyak
wangi, karena para wanita itu berencana untuk meminyaki tubuh Yesus.
Sikap para perempuan ini menunjukkan betapa mereka mengasihi,
mengapresiasi dan untuk mengenang Kristus. Mereka sama sekali tidak
menduga apalagi berharap bahwa Yesus akan bangkit. Namun ketika
mereka tiba, batu di pintu kubur itu telah terguling, dan kubur Yesus telah
terbuka. Mereka tidak menjumpai mayat Yesus di dalamnya, melainkan
menjumpai seorang muda yang memakai jubah putih, memberitahukan
bahwa Yesus tidak ada lagi sebab Ia telah bangkit.
Selanjutnya Malaikat itu berpesan “jangan takut” kepada para
perempuan itu. “Jangan takut” di sini seharusnya diterjemahkan dengan,
“berhentilah tercengang-cengang.” Malaikat itu meyakinkan mereka
bahwa Yesus telah bangkit dan pergi, dan untuk membuktikan hal itu, dia
menyuruh mereka untuk melihat tempat mereka membaringkan Dia. Injil
Yohanes 20:6,7 memberitahukan kepada kita bahwa kain kafan masih ada
di situ. Berita dari Malaikat itu mendorong para perempuan itu, agar mereka
memberitahukan hal itu kepada murid-murid lainnya, bahwa Yesus telah
bangkit dan Ia mendahului mereka ke Galilea. “Ia telah bangkit, Ia tidak ada
di sini.” Perkataan ini mengandung dua pengertian. Pertama, bahwa Yesus
tidak mati. Ia hidup kembali, karena Ia adalah sumber hidup itu. Yesus telah
menang atas maut. Karena itu, Ia tidak lagi berbaring di tempat kematian
itu. Kedua, hati yang tadinya dirundung duka mendalam, berganti sukacita.
Sinar paskah mulai bercahaya, kegelapan mulai sirna. Patutlah kiranya bila
sekarang ini kita pun menyambut berita tentang kebangkitan Yesus dengan
takut dan iman. Marilah setiap kita melangkah dengan penuh iman, kepada
Kristus sepanjang kehidupan kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat para murid Tuhan tercengang-cengang? (2) Apa
dampak kebangkitan Yesus bagi para murid, terutama kita hari ini?
Berdoalah agar Tuhan menolong kita mengerti arti kematian Tuhan Yesus di
atas kayu salib untuk menebus dosa kita, sehingga kita memaknai hidup ini
dengan lebih serius untuk hidup bagi-Nya.
20
MINGGU
MARET 2016
“Supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu
yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”
(Lukas 1:4)
Bacaan hari ini: Lukas 1:1-4
Bacaan setahun: Lukas 1:1-20
TEOFILUS YANG MULIA
I
njil Lukas adalah kitab pertama dari dua kitab yang dialamatkan kepada
seorang bernama Teofilus (Luk. 1:1, 3; Kis. 1:1). Walaupun nama penulis
tidak dicantumkan di dalamnya, namun kesaksian yang bulat dari
kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri telah
menunjukkan bahwa Lukas lah yang menulis kedua kitab itu. Rupanya,
Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi
yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia
untuk menulis kepada Teofilus (artinya, “seorang yang mengasihi Allah”)
guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang
bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang
saudara “yang kekasih... seorang dokter” (Kol. 4:14) dan seorang teman
sekerja Paulus yang setia (2Tim. 4:11; Fil. 1:24). Dari penulisan Lukas
sendiri, kita mengetahui bahwa ia adalah seorang yang berpendidikan
tinggi, penulis yang terampil, sejarawan yang teliti dan teolog yang diilhami.
Ketika ia menulis Injilnya, rupanya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil
yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis
Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi; sedangkan Markus menulis
sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi
yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai
Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang
pendek, tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk. 1:1-4).
Oleh karena itu, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan
saksama “dari asal mulanya” (Luk. 1:3). Barangkali, Lukas mengerjakan
penelitiannya di Palestina, sementara Paulus berada di penjara Kaisarea
(Kis. 21:17; Kis. 23:23-26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir
masa itu, atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis.
28:16). Jika Lukas menjalin hubungan dengan Teofilus dan mengabarkan
Injil melalui tulisannya; bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Lukas mencatat kabar baik/Injil Yesus Kristus? (2)
Bagaimana respons kita setelah mengenal Injil? Pernahkah Anda mensharingkannya?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menjadi saksi bagi Tuhan
di manapun mereka berada, dan rela mensharingkan Injil Tuhan bagi orangorang yang terdekat dengan mereka.
21
SENIN
MARET 2016
“Kata Maria: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
(Lukas 1:38)
Bacaan hari ini: Lukas 1:21-38
Bacaan setahun: Lukas 1:21-38
ALAT DI TANGAN TUHAN
B
eberapa bulan setelah malaikat Gabriel menampakkan diri kepada
Zakharia untuk memberitakan kelahiran Yohanes Pembaptis, ia juga
menampakkan diri kepada Maria. Selama kurang lebih 400 tahun,
tidak ada berita mengenai penglihatan terjadi di Israel. Ketika malaikat
Gabriel muncul di hadapan Maria, respons pertamanya ialah sama seperti
Zakharia: terkejut dan takut. Kedatangan malaikat Gabriel kali ini untuk
memberitakan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan anak lakilaki yang harus diberi nama Yesus. Hal ini tentu sangat mengejutkan Maria.
Pada peristiwa sebelumnya, ketika Elisabet dikatakan akan mengandung,
memang Elisabet sudah tua, namun ia sudah menikah dan memiliki suami.
Sementara Maria belum menikah dan memiliki suami. Bagaimana mungkin
dia bisa mengandung? Malaikat Gabriel kemudian menjelaskan bahwa
anak di kandungan Maria adalah berasal dari Roh Kudus.
Ketika membaca kisah ini, tampaknya enak jadi Maria: orang yang
dikaruniai Tuhan untuk menjadi ibu dari Sang Juruselamat. Tapi hati Maria
bergumul pada saat ia menerima kabar dari malaikat Gabriel. Jika Yusuf,
tunangan Maria, mendengar bahwa Maria hamil sebelum menikah, bisa
jadi Yusuf tidak mau menikahi Maria. Ditambah lagi, hukum Yahudi pada
masa itu sangat menentang perzinahan. Jika ada seorang wanita yang
belum menikah ketahuan mengandung, konsekuensinya: wanita itu harus
dijatuhi hukuman mati. Resiko yang ditanggung Maria sangat besar.
Namun sekalipun besar resikonya, Maria berkata, “Sesungguhnya aku
ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu.” Alkitab mencatat
berbagai respons, ketika Allah mengirimkan pesan mengenai kelahiran
seorang anak. Sara tertawa (Kej. 18:9-15), Zakharia tidak percaya (Luk.
1:18). Namun di sini, Maria berserah. Pada saat itu, Maria mungkin belum
mengerti benar apa yang akan diperbuat Anak yang akan dilahirkannya.
Yang dia tahu adalah bahwa Tuhan memintanya untuk menjadi alat-Nya.
Maria menyerahkan dirinya untuk dipakai sebagai alat di tangan Tuhan.
Bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa anak itu harus diberi nama Yesus? (2) Apakah tujuan anak itu
dilahirkan?
Berdoalah supaya kita diberikan hati yang senantiasa mau berserah dan taat
pada Tuhan, sekalipun kita tidak mengerti rancangan-Nya. Berdoalah agar
kita memiliki hidup yang berkenan untuk dipakai oleh-Nya.
22
SELASA
MARET 2016
“Lalu kata Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.”
(Lukas 1:46-47)
Bacaan hari ini: Lukas 1:39-56
Bacaan setahun: Lukas 1:39-56
NYANYIAN PUJIAN MARIA
S
etelah menerima berita dari malaikat Gabriel, Maria bergegas pergi
untuk mengunjungi Elisabet. Kebergegasan Maria untuk
mengunjungi Elisabet adalah untuk meyakinkan dirinya akan
peristiwa yang baru saja terjadi. Ketika Maria berjumpa dengan Elisabet
yang sedang mengandung, bayi dalam kandungan Elisabet melonjak
kegirangan dan Elisabet dipenuhi Roh Kudus. Pada waktu melihat keadaan
Elisabet, di situlah iman Maria semakin diteguhkan. Dia menyadari akan
anugerah Tuhan yang begitu luar biasa dalam hidupnya. Kemudian Maria
mengungapkan rasa syukurnya dengan menyanyikan pujian bagi Tuhan.
Ayat 46-55 berisikan nyanyian pujian Maria yang disebut Magnificat.
Magnificat adalah suatu pujian bagi kemuliaan dan keagungan Allah. Maria
mengungkapkan pujiannya kepada Allah atas karya agung-Nya bagi dunia
yang dikerjakan melalui dirinya. Pujian Maria ini keluar dari hati yang
terdalam dan penuh sukacita. “Jiwaku memuliakan Tuhan...,” ungkapan
yang menggambarkan kesungguhan dan ketulusan Maria dalam memuja
dan memuji Allah. Kita dapat melihat ada tiga bagian dalam nyanyian pujian
Maria. Pertama, pujian karena berkat dan kemurahan Tuhan pada dirinya
(ay. 47-49). Kedua, pujian karena perbuatan dan kuasa Tuhan pada semua
manusia secara umum (ay. 50-53). Ketiga, pujian karena Tuhan
menggenapi janji-Nya kepada Israel (ay. 54-55).
Di sini kita melihat bagaimana respons Maria ketika mengalami berkat
Tuhan. Maria menerimanya dengan sukacita dan mengungkapkan rasa
syukurnya melalui pujian kepada Tuhan. Setiap kita pasti telah merasakan
berkat dari Tuhan. Sekalipun kita tidak menerima berkat yang sama seperti
Maria, tetapi kita tak dapat menyangkal bahwa Tuhan telah begitu banyak
mencurahkan berkat-Nya bagi kita. Lalu, apakah yang menjadi respons kita
ketika menerima berkat dari Tuhan? Apakah kita sudah mengucap syukur
dan memuji kebesaran Tuhan karena berkat-Nya dalam hidup kita, seperti
yang dilakukan Maria? Mari kita bersyukur kepada Tuhan!
STUDI PRIBADI: (1) Apakah hubungan Maria dengan Elisabet? (2) Apa janji Tuhan kepada
Abraham yang disebut dalam nyanyian Maria di ayat 55?
Berdoalah supaya kita diberikan hati yang senantiasa bersyukur dan memuji
kebesaran Tuhan dalam hidup kita. Apapun yang terjadi dalam hidup, kita
yakin dan percaya, Tuhan memberikan yang terbaik.
23
RABU
MARET 2016
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
dan membawa kelepasan baginya.”
(Lukas 1:68)
Bacaan hari ini: Lukas 1:67-80
Bacaan setahun: Lukas 1:57-80
BENEDICTUS
“Terpujilah...,” itulah awal nyanyian Zakharia yang dalam bahasa
Latin disebut “Benedictus” (ay. 68). Zakharia memuji-muji Tuhan atas karya
keselamatan yang akan dikerjakan-Nya, baik melalui kelahiran anaknya
yang akan membentangkan jalan bagi Mesias, tanda hadirnya Juruselamat
bagi umat-Nya. Padahal sebelumnya ia bisu sekian lama, oleh karena
ketidak-percayaan dirinya atas berita yang malaikat sampaikan kepadanya
(1:22). Namun saat itu, ia penuh dengan Roh Kudus dan mulutnya penuh
dengan pujian kepada Tuhan.
Fokus pujian Zakharia di sini adalah Allah dalam karya-Nya atas umatNya, Israel. Allah melawat dan membawa kelepasan, serta menumbuhkan
tanduk keselamatan bagi umat-Nya (ay. 68-72a). Kedatangan Juruselamat
adalah penggenapan janji Allah yang diucapkan-Nya kepada Abraham,
nenek moyang mereka, Israel (ay. 72b-75); Allah akan menyelamatkan
umat-Nya dari kekuatan musuh, sehingga mereka akan beribadah kepadaNya di dalam kekudusan dan kebenaran.
Kelahiran Yohanes, putra Zakharia, menjadi permulaan tanda bahwa
Allah kembali bekerja untuk menggenapi janji-Nya. Yohanes akan menjadi
nabi Allah yang bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan
mewartakan pengampunan dosa (ay. 76-78). Yohanes akan memberitakan
kabar keselamatan dan Tuhan Yesuslah yang akan menyelamatkan dunia
yang ada dalam kegelapan ini. Dia disebut “Surya pagi dari tempat yang
tinggi” (ay. 78). Dia merupakan wujud lawatan Allah kepada umat-Nya yang
didasarkan atas rahmat dan belas kasihan-Nya. Itulah sebabnya Zakharia
memuji Allah!
Kedatangan Sang Mesias ke dunia memiliki arti penting bagi manusia,
karena tanpa Dia, hidup kita berakhir dalam kegelapan lorong maut, tanpa
pengharapan sama sekali. Bagaimana dengan Anda? Bersyukurlan dan
sambutlah Dia; jadilah saksi-Nya, seperti Yohanes Pembaptis yang telah
dipakai Allah untuk membuka jalan bagi misi sang Mesias. Kiranya Allah
memakai setiap kita menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana perasaan Zakharia, ketika ia tahu, bahwa anaknya akan
dipakai Tuhan sebagai nabi-Nya? (2) Bagaimana respons Anda jika Anda dipakai-Nya?
Marilah kita berdoa agar banyak orang boleh memuji Tuhan dan mengalami
sukacita oleh karena mereka boleh mengalami lawatan Tuhan di dalam diri
Yesus Kristus, Juruselamat dunia.
24
KAMIS
MARET 2016
“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,
yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:10-11)
Bacaan hari ini: Lukas 2:8-20
Bacaan setahun: Lukas 2:1-24
KESUKAAN BAGI DUNIA
“Lihat dunia kini kelam, perang dan duka mengerang, belenggu dosa
mencekam, di kehidupan manusia... Jangan murka Kau turunkan, pada
umat yang berdosa... dst.” Demikianlah penggalan syair lagu yang pernah
dinyanyikan dalam sebuah oratorium Natal. Sebuah lagu yang melukiskan
bagaimana situasi dan kondisi dunia sekarang ini: di mana-mana penuh
dengan kekelaman, peperangan terjadi di sana-sini. Mulai dari kehidupan
di rumah tangga sampai pada sekolah: tawuran antar pelajar; di kampus:
mahasiswa antar mahasiswa; di masyarakat: perang antar kampung; di
pemerintahan: perang antar lembaga pemerintahan yang ada, pejabat
negara dengan elit politik, dan bahkan di gereja. Pelanggaran Hak Azasi
Manusia (HAM) terjadi di mana-mana. Dekadensi moral semakin tajam dan
nyata terjadi di mana-mana. Banyak contoh-contoh konkrit yang dapat kita
lihat dan telah terjadi di sekitar kita akhir-akhir ini, yang dapat menjadi bukti
dan saksi keadaan dunia yang semakin kelam. Ditambah lagi dengan dosa
dan akibatnya, yaitu maut yang sedang menanti dan mencekam kehidupan
manusia saat ini (Rm. 3:23;6:23). Tidak ada sukacita dan harapan sama
sekali bagi manusia untuk pengampunan dosa dan hidup yang kekal, yang
ada hanyalah kedukaan dan keputus-asaan. Alangkah mengerikannya
keadaaan dunia yang sedemikian ini.
Namun, syukur pada Allah, Ia telah menunjukkan kasih-Nya kepada
kita karena telah memberikan putra-Nya bagi kita (ay. 10-11; Yoh. 3:16).
Kedatangan-Nya memberikan kepada kita, umat manusia, pengharapan
dan sukacita yang besar, yakni pengampunan dosa dan hidup kekal yang
telah dinyatakan di dalam Kristus Yesus, kepada kita. Itulah berita yang
sangat menggembirakan dunia.
Kegembiraan ini untuk pertama kalinya dinyanyikan dengan kesukaan
yang besar oleh para malaikat sorga, yang bergemar membawakan berita
kesukaan besar bagi dunia (Luk 2:10-11). Di dalam Tuhan Yesus, ada
pengharapan. Di dalam Dia, ada kedamaian dan keselamatan. Maukah
Anda menerima-Nya?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah perasaan hati dan sikap kita terhadap berita kesukaan
yang disampaikan malaikat pada kita? (2) Siapakah sumber sukacita kita, orang percaya?
Marilah kita bersyukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita
melalui Yesus Kristus. Berdoalah agar semakin banyak orang mendapatkan
sukacita karena mengalami keselamatan di dalam Kristus.
25
JUMAT
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya
dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah
MARET 2016
dan manusia.” (Lukas 2:52)
Bacaan hari ini: Lukas 2:40, 52
Bacaan setahun: Lukas 2:25-52
ALLAH TINGGAL DI TENGAH KITA
L
ukas 2:40, 52 menyatakan tentang Tuhan Yesus yang bertumbuh.
Pertama adalah pertumbuhan-Nya setelah usia 8 hari; kedua adalah
pertumbuhan-Nya setelah usia 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
Tuhan adalah benar-benar Allah yang datang menjadi manusia seutuhnya.
Selain itu, ada pelajaran penting lain yang bisa kita pelajari. Kita seringkali
mendengar satu istilah “menjadi seperti Kristus,” atau “hidup seperti
Kristus,” atau “bertumbuh serupa Kristus.” Maka dari itu, dua ayat ini bisa
membantu kita.
Pertama adalah tentunya kita bertumbuh semakin besar dan dewasa
secara fisik. Memperhatikan pertumbuhan rohani bukan berarti kita tidak
memperhatikan pertumbuhan fisik kita. Tapi ketika fisik kita makin dewasa,
apakah juga diikuti oleh pertumbuhan dari aspek-aspek yang lain? Aspek
lainnya yaitu hikmat kita yang bertumbuh. Hikmat bukanlah semata tentang
kepandaian (intelegensia). Hikmat ini berkaitan dengan bagaimana kita
menilai dan memandang sesuatu. Hikmat berkaitan dengan bagaimana
kita memutuskan sesuatu, berdasarkan pertimbangan yang benar sesuai
dengan kebenaran firman Tuhan. Hikmat berkaitan dengan bagaimana kita
menilai kehidupan kita di hadapan Tuhan, termasuk ketika kita mengalami
kegagalan atau kejatuhan dalam dosa. Karena itu, aspek lain yang tidak
bisa kita hindarkan pertumbuhannya adalah kerohanian diri kita. Hal ini
berkaitan dengan relasi kita dengan Tuhan; biasanya kita mengerti dengan
menjaga kehidupan doa, saat teduh, dan persekutuan/ibadah kita. Bukan
hanya itu, ini juga berkaitan dengan kerinduan kita untuk hidup memuliakan
Allah. Aspek terakhir sering disebut sebagai aspek sosial, yaitu kehidupan
kita bersama orang lain yang ada di sekitar kita, baik itu anggota keluarga,
masyarakat, dan Gereja. Pertumbuhan rohani yang baik akan berdampak
kepada pertumbuhan aspek sosial kita dengan orang lain. Seorang Kristen
yang baik relasinya dengan Tuhan pasti akan rindu untuk menjadi orang tua
yang baik, pekerja yang memuliakan Tuhan, sekaligus warga negara yang
menjadi berkat bagi sesamanya.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita dapat bertumbuh secara utuh seperti Tuhan Yesus? (2)
Apa pentingnya kita bertumbuh, baik secara rohani, fisik, maupun aspek sosial kita?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar kerohanian mereka makin bertumbuh,
sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang penuh hikmat dan menjadi
berkat bagi sesamanya.
26
SABTU
MARET 2016
“Ada datang juga pemungut-pemungut cukai
untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya:
Guru, apakah yang harus kami perbuat?”
(Lukas 3:12)
Bacaan hari ini: Lukas 3:1-14
Bacaan setahun: Lukas 3
PEKERJA KRISTUS YANG SETIA
S
ering kita mendengar orang berkata tentang keberadaan orang
Kristen yang mempunyai kehidupan ganda. Artinya, kehidupannya
di dalam gereja berbeda sekali dengan kehidupannya di luar gereja,
terutama ketika bekerja. Di dalam gereja, dia terlihat begitu baik, suci, dan
memuliakan Tuhan, tapi semua berubah ketika dia berada di lingkungan
pekerjaannya. Dia melakukan apapun untuk mendapat keuntungan bagi
dirinya sendiri. Seharusnyalah seorang Kristen memiliki kehidupan yang
sama baiknya, baik itu di gereja dan di luar gereja, yaitu kehidupan yang
memuliakan Tuhan, bukannya hidup bagi dirinya dan hawa nafsunya.
Apa yang ditanyakan para pemungut cukai dan para prajurit kepada
Yohanes Pembaptis, bisa menjadi pelajaran bagi kita tentang bagaimana
seharusnya seorang Kristen bekerja. Yohanes Pembaptis menunjukkan,
seharusnya ada perubahan bagaimana seorang yang telah bertobat
melakukan pekerjaannya. Kepada pemungut cukai, Yohanes menyatakan
agar mereka jangan memeras tetapi hendaknya mereka memungut pajak
sesuai yang telah ditentukan bagi mereka. Kepada para prajurit, Yohanes
menyatakan agar mereka jangan memanfaatkan posisi dan kuasa mereka
untuk menekan orang lain. Sebaliknya mereka harus belajar untuk hidup
mencukupkan diri dengan gaji mereka. Dengan kata lain, janganlah kita
menggunakan kuasa atau kedudukan kita dalam bekerja untuk menekan
dan memeras orang lain. Jangan kita menggunakan pekerjaan kita untuk
memuaskan diri kita sendiri atau berbuat dosa. Kita bekerja sebagaimana
yang ditentukan untuk kita; kita bertanggung jawab akan pekerjaan kita
untuk Tuhan lebih dari sekadar untuk manusia (Kol.3:23). Dengan demikian
kita rindu menjadi berkat melalui pekerjaan kita. Seorang Kristen yang
bertobat akan bekerja untuk memuliakan Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Hendaknya kita memohon pertolongan dari
Tuhan agar bisa memuliakan-Nya melalui pekerjaan kita. Kita mengakui
Tuhan yang telah memberikan pekerjaan yang baik itu kepada kita. Maka,
hendaknya kita menghidupi pekerjaan itu untuk memuliakan Dia.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya seorang Kristen bekerja? (2) Mengapa kita
harus mengerjakan yang terbaik dan memuliakan Dia?
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar ketika bekerja dalam kehidupan sehari-hari,
mereka diberikan pertolongan untuk bisa memuliakan Tuhan dan menjadi
berkat bagi orang lain.
27
MINGGU
MARET 2016
“Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus,
kembali dari sungai Yordan lalu dibawa
oleh Roh Kudus ke padang gurun.”
(Lukas 4:1)
Bacaan hari ini: Lukas 4:1-13
Bacaan setahun: Lukas 4:1-30
MENANG ATAS PENCOBAAN
K
ehidupan anak-anak Tuhan tidak akan pernah terlepas dari yang
namanya pencobaan. Apalagi kita hidup di tengah dunia yang
berdosa, dimana dosa seringkali merupakan sesuatu yang sangat
menarik dan memikat. Karena itu, tidak heran, seringkali kita begitu mudah
jatuh dalam pencobaan.
Dalam perikop yang kita baca ini, kita melihat bahwa Yesus di dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, yang sama dengan kita, bisa menang atas
pencobaan. Padahal pencobaan itu datang di saat Yesus sedang berada
dalam kondisi yang sangat lemah, karena Ia telah berpuasa selama 40 hari.
Sebagai manusia, tentu saja saat itu, Yesus merasa sangat lapar dan kita
tahu bahwa ketika kita lapar, emosi kita juga mudah terpengaruh, bahkan
biasanya orang tidak mampu berpikir dengan jernih, ketika berada dalam
keadaan sangat lapar. Keadaan Yesus ini, dimanfaatkan oleh Iblis untuk
mencobai Dia, bukan hanya sekali, melainkan sampai tiga kali.
Lalu apa rahasianya sehingga Yesus bisa menang atas pencobaan?
Pertama, kita melihat bahwa setelah Yesus dibaptis, firman Tuhan
mengatakan bahwa Ia penuh dengan Roh Kudus. Ini berarti bahwa Yesus
memberi diri-Nya dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus. Dia tidak menuruti
keinginan diri sendiri melainkan tunduk pada keinginan Roh. Ini merupakan
satu sikap penting yang harus kita miliki sebagai anak-anak Tuhan yang
ingin menang melawan pencobaan. Paulus berkata bahwa ketika kita telah
menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, maka yang lama itu sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang, karena itu adalah baik jika
hidup kita tidak lagi menuruti nafsu kedagingan kita, melainkan tunduk
kepada keinginan Tuhan.
Kedua, ketika Yesus dicobai, kita melihat bahwa Yesus menghadapi
godaan Iblis dengan firman Tuhan sebagai pedang Roh. Pedang Roh
memiliki kuasa untuk mematahkan setiap siasat dan tipu muslihat Iblis. Jika
kita mau menang atas pencobaan, kita juga harus hidup dekat dengan
firman Tuhan, dengan membaca, merenungkan, dan menghidupinya.
STUDI PRIBADI: (1) Apa maksud dari pencobaan-pencobaan yang diberikan Iblis kepada
Tuhan Yesus? (2) Bagaimana kita dapat mengalahkan godaan si-jahat?
Berdoalah agar jemaat Tuhan rindu belajar firman Tuhan dan menghidupi
firman Tuhan itu, sehingga jemaat Tuhan bisa menang atas pencobaan, dan
kehidupan mereka menjadi kesaksian yang baik.
28
SENIN
MARET 2016
“… Alangkah hebatnya perkataan ini!
Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa
Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat
dan mereka pun keluar.” (Lukas 4:36)
Bacaan hari ini: Lukas 4:31-41
Bacaan setahun: Lukas 4:31-44
ENGKAU ADALAH ANAK ALLAH
S
etelah dicobai Iblis, Yesus memulai pelayanan-Nya. Ia kembali ke
Galilea dan memberitakan firman Tuhan di Nazareth, kota kelahiranNya. Namun rupanya, Yesus ditolak di sana. Maka pergilah Yesus ke
Kapernaum untuk mengajar di kota ini; Dia melakukan banyak mukjizat,
mengusir setan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Melalui hal-hal
ajaib yang Tuhan Yesus lakukan, Lukas ingin memaparkan kepada para
pembacanya tentang kemesianikan Yesus. Sangat ironi sekali bila kita
melihat bagaimana Iblis mengenal Yesus sebagai Anak Allah, yang kudus
dari Allah, tetapi manusia, yang kepadanya Mesias itu datang untuk
menyampaikan berita pembebasan dan keselamatan dari dosa dan
cengkeraman Iblis, justru tidak percaya kepada-Nya.
Kuasa Yesus atas setan dan penyakit harusnya memberikan kepada
kita keyakinan bahwa kita bisa berserah dan selalu bersandar kepada-Nya.
Ia mampu menolong kita dalam segala pergumulan dan kesulitan hidup
yang kita hadapi. Tuhan bukan saja menyatakan kuasa-Nya, tetapi juga
menunjukkan kepada kita belas kasihan-Nya terhadap penderitaan dan
kesusahan manusia. Jika kita memiliki Tuhan yang bukan saja berkuasa,
tetapi juga peduli akan pergumulan yang kita hadapi, hal apa lagi yang perlu
kita takutkan?
Saat ini, apabila kita sedang bergumul dengan berbagai sakit penyakit,
bergumul dengan masalah rumah tangga atau kebutuhan finansial, atau
bergumul dengan masa depan kita, dengan pergaulan anak-anak kita, mari
kita bawa semua pergumulan kita itu ke hadapan Tuhan. Janganlah kita
menghadapi semuanya itu dengan mengandalkan hikmat dan kekuatan diri
sendiri yang terbatas. Percayalah kepada-Nya dan biarkan Tuhan
bertindak pada waktu-Nya; maka segala sesuatu akan indah pada waktuNya. Jika kita percaya bahwa Tuhan kita hidup dan berkuasa, janganlah
gentar dan terus-menerus hidup dalam kekuatiran. Marilah kita percaya
akan kuasa-Nya yang tidak pernah berubah, baik pada masa lalu, sekarang
dan yang akan datang; bahkan sampai selama-lamanya.
STUDI PRIBADI: (1) Bandingkanlah reaksi antara orang Nazaret & orang Kapernaum ketika
mendengar pengajaran Tuhan Yesus! (2) Apa yang bisa kita pelajari dari sikap mereka?
Berdoalah agar jemaat Tuhan bisa mencari pertolongan Tuhan Yesus ketika
menghadapi berbagai pergumulan dan kesulitan hidup, dan tidak mencari
pertolongan pada ilah-ilah lain.
29
SELASA
MARET 2016
“… Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras
dan kami tidak mendapat apa-apa,
tetapi karena Engkau yang menyuruhnya,
aku akan menebarkan jala juga.” (Lukas 5:5)
Bacaan hari ini: Lukas 5:1-11
Bacaan setahun: Lukas 5:1-16
PERINTAH YANG “TIDAK MASUK AKAL”
P
ada suatu pagi di pantai danau Genesaret, Yesus mengajar banyak
orang yang ingin mendengarkan firman Allah dengan meminjam
perahu Simon Petrus. Setelah selesai mengajar, Yesus menyuruh
Simon Petrus untuk membawa perahunya ke tempat yang dalam dan
menebarkan jala untuk menangkap ikan. Perintah ini tidak serta-merta
langsung diterima oleh Simon Petrus, karena: (1) Simon Petrus adalah
seorang nelayan yang sudah sangat berpengalaman, jadi tentunya dia jauh
lebih mengerti tentang hal menangkap ikan, dibandingkan dengan Tuhan
Yesus yang bukan seorang nelayan, tapi berlatar belakang tukang kayu. (2)
Malam adalah waktu yang terbaik untuk menangkap ikan. Simon Petrus
dan teman-temannya baru saja berusaha menangkap ikan sepanjang
malam, tapi tidak ada hasilnya (ay. 5). Sekarang di hari yang cukup siang,
Yesus malah menyuruh mereka untuk menjala ikan. Padahal pada siang
hari yang panas, ikan-ikan justru akan turun mencari tempat yang lebih
sejuk. Jadi sepertinya tidak masuk akal perintah Tuhan Yesus ini. Karena itu
Simon sempat memberikan argumennya kepada Yesus, demikian: “Guru,
telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apaapa...” (ay. 5a). Meskipun perintah itu nampak tidak masuk akal, Simonpun
tetap menaati-Nya (ay. 5b).
Apabila kita mendapatkan perintah Tuhan Yesus, yang menurut kita
sepertinya tidak masuk akal, apakah kita akan menaatinya? Misal, Tuhan
menyuruh kita memberikan perpuluhan, tapi penghasilan kita tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tuhan mengatakan agar kita mengasihi
musuh dan mengampuni mereka, padahal kejahatan mereka sudah begitu
menyakitkan kita. Tuhan menginginkan kita jujur, tetapi apabila kejujuran
diterapkan secara murni dalam bisnis, hal itu bisa mengurangi keuntungan
kita. Jika demikian, apakah yang akan kita lakukan? Maukah kita menaati
setiap perintah Tuhan, meskipun sepertinya tidak masuk akal menurut
pemikiran manusia? Jika kita mau menaati perintah Tuhan, maka kita akan
melihat dan mengalami karya-Nya yang besar, seperti Petrus.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah ada perintah Tuhan yang menurut Anda tidak masuk akal? (2)
Bagaimana selama ini Anda menyikapinya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mau dan dapat menaati setiap perintah
Tuhan meskipun sepertinya tidak sesuai dengan pemikiran manusia/dunia;
Tuhan akan memberikan hikmat kepada mereka yang taat kepada-Nya.
30
RABU
MARET 2016
“Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar
untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai
dan orang-orang lain turut makan
bersama-sama dangan Dia.” (Lukas 5:29)
Bacaan hari ini: Lukas 5:27-32
Bacaan setahun: Lukas 5:17-39
PERUBAHAN HIDUP YANG NYATA
L
ewi atau Matius adalah orang Yahudi yang bekerja sebagai pemungut
cukai. Pada zaman itu, pemungut cukai dibenci dan dianggap hina
oleh masyarakat; karena mereka bekerja sebagai penagih pajak
untuk pemerintah Romawi (penjajah dan orang kafir), dan memeras rakyat
dengan cara menaikkan pajak dan mengorupsi kelebihannya. Meskipun
secara materi hidupnya tidak kekurangan, namun seorang pemungut cukai
mengalami banyak tekanan dari masyarakat yang membencinya.
Tuhan Yesus memandang Lewi, pemungut cukai, sama dengan orang
berdosa lainnya yang juga membutuhkan pengampunan dan keselamatan.
Karena itu, ketika Yesus melihat Lewi sedang bekerja, Yesus memanggil
Lewi secara pribadi untuk mengikuti Dia. Kita tidak tahu apa yang telah
dikatakan Yesus sebelumnya, namun Calvin berpendapat bahwa Yesus
telah berbicara banyak (tentang keselamatan, pengampunan dosa) pada
Lewi sebelum Ia mengajak Lewi untuk mengikuti-Nya. Bagaimana respons
Lewi? Lewi langsung berdiri, meninggalkan segala sesuatu dan mengikut
Yesus. Tentu ini tidak mudah. Lewi akan kehilangan pekerjaan, harta, dan
teman-teman seprofesi. Namun, ketika Lewi boleh merasakan kasih dan
anugerah Tuhan Yesus, ada perubahan yang nyata terjadi dalam diri Lewi.
Pertama, Lewi rela meninggalkan kenikmatan harta dan pekerjaannya
yang tidak mungkin ia lakukan jika mengikut Yesus. Prinsipnya, Lewi mau
mengutamakan Tuhan. Kedua, Lewi mengadakan perjamuan besar di
rumahnya untuk Yesus dan banyak orang serta teman-teman seprofesinya
(ay. 29). Ini mungkin merupakan pesta perpisahan dengan temantemannya, tetapi jelas juga merupakan tanda syukur Lewi dan sekaligus
usaha Lewi untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus. Lewi
tidak takut untuk bersaksi, meskipun resiko dicemooh, ada. Ketiga, Lewi
akhirnya menjadi murid Yesus yang setia, menjadi rasul Tuhan yang
memberitakan Injil, menulis Injil Matius dan bahkan mati sebagai martir,
disiksa dan dibunuh dengan pedang di kota Nadabah, Ethiopia, tahun 60.
Bagaimanakah dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Lewi (Matius) bisa mengalami perubahan hidup yang nyata?
(2) Perubahan hidup seperti apa yang ingin Anda wujudkan?
Berdoalah agar jemaat Tuhan mau dan dapat mewujudkan perubahan hidup
yang nyata sebagai orang yang sudah diselamatkan dan percaya kepada
Yesus, sehingga hidupnya boleh berkenan dan dipakai-Nya.
31
KAMIS
MARET 2016
“Kata Yesus lagi kepada mereka:
Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
(Lukas 6:5)
Bacaan hari ini: Lukas 6:1-11
Bacaan setahun: Lukas 6:1-26
TUHAN ATAS HARI SABAT
“Sabat” berasal bahasa Ibrani yang berarti “perhentian.” Sabat
ditetapkan Tuhan pada saat penciptan dunia ini. Hari Sabat ditetapkan
sebagai hari yang dikuduskan Tuhan untuk berhenti dari segala pekerjaan.
Itu adalah waktu untuk beribadah kepada Tuhan. Hari Sabat adalah milik
Tuhan. Tuhanlah yang berhak menentukan hal-hal apa saja yang boleh
dilakukan di hari Sabat. Namun, orang Yahudi telah menetapkan aturanaturan yang lebih keras daripada yang Tuhan tetapkan.
Sebagai “Tuhan atas hari Sabat,” Tuhan Yesus memiliki otoritas dan
mengatasi semua aturan yang dibuat oleh manusia mengenai hari Sabat.
Tidak salah jika makan di hari Sabat; tidak salah jika berbuat baik di hari
Sabat. Tuhan Yesus menyebutkan bahwa pada masa Daud, para imam
memberikan kepadanya roti yang seharusnya hanya dimakan oleh para
imam, dengan tujuan menyelamatkan nyawa Daud dan tentaranya. Saat
para ahli Taurat dan orang Farisi menegur Yesus mengenai tidak boleh
memetik bulir gandum dan memakannya, Yesus mengangkat prinsip
“penangguhan Sabat,” yaitu aturan bahwa Sabat bisa dilanggar ketika
seseorang menyelamatkan nyawa. Tuhan membukakan mata para lawanNya dengan menunjuk pelanggaran larangan yang mereka lakukan sendiri.
Dalam versi paralel dalam Matius 12:11, disebutkan bahwa meskipun hari
Sabat, mereka tetap menyelamatkan domba yang terjatuh ke dalam
lubang, karena domba itu ada dalam bahaya mati. Yesus membenarkan
tindakan berbuat baik kepada manusia pada hari Sabat, karena manusia
lebih berharga daripada domba. Untuk itulah Yesus menyembuhkan orang
yang mati tangannya sebelah.
Setelah kebangkitan Yesus Kristus, pada hari pertama Kristus bangkit
dari kematian, orang-orang Kristen berkumpul untuk beribadah. Sehingga
orang Kristen menempatkan Sabat sebagai hari kebangkitan Kritus, yaitu
hari Minggu. Apa makna “Sabat” untuk kita? Yesus mengajarkan bahwa
Sabat adalah mengenai 3 hal: hari untuk beristirahat dari pekerjaan rutin,
hari untuk beribadah kepada Tuhan, dan melayani sesama.
STUDI PRIBADI: (1) Untuk tujuan apakah Tuhan menetapkan “hari Sabat”? (2) Bagaimana
seharusnya sikap dan respons kita mengenai hari Sabat?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menghargai “hari Sabat,” waktu di mana
mereka dapat beribadah kepada Tuhan dan mengerjakan kehidupan yang
menguatkan iman kerohanian mereka.
Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan
ada orang yang menyesatkan kamu!” (Markus 13:5)
Download