selayang pandang ahmadiyah

advertisement
SELAYANG PANDANG AHMADIYAH
I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini Jemaat Ahmadiyah menjadi topik pembicaraan yang menarik di kalangan
umat Islam, terkait dengan penyerangan yang dilakukan sekelompok masa yang menamakan diri
“Gerakan Umat Islam” yang dipimpin oleh Habib Abdurahman Assegap ( dari Front Pembela
Islam ). Tokoh-tokoh Islam lainnya yang turut serta pada penyerangan tersebut antara lain Bp.
Amin Jamaludin dan Bp. Hartono Ahmad dari Lembaga pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI).
Kedua tokoh LPPI ini sudah cukup lama meneliti ajaran Ahmadiyah, dan kemudian telah
menyimpulkannya sebagai suatu aliran sesat dan menyesatkan, karena mempercayai lagi adanya
nabi setelah nabi Muhammad SAW dan dianggap memiliki kitab suci baru yang dinamakan kitab
Tazkirah.
Penyerengan dilakukan pada saat anggota Ahmadiyah Indonesia tengah melakukan
pertemuan tahunan (Jalsah Salanah ), pada hari Sabtu, tanggal 09 Juli 2005. Masa mengutuk
Ahmadiyah dan menuntut agar Ahmadiyah dibubarkan. Tindakan anarkis pun terjadi sehingga
mengakibatkan beberapa anggota Ahmadiyah terluka terkena lemparan batu dan hantaman
kayu. Penyerangan kedua dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 15 Juli 2005 dengan
menggerahkan sejumlah masa yang lebih besar lagi dan menuntut agar Ahmadiyah segera
meninggalkan dan mengosongkan markas Parung Bogor. Akhirnya untuk menghindari amuk
masa, dengan sangat berat hati para pengikut Imam Mahdi itupun dievakuasi oleh aparat
kepolisian untuk meninggalkan markas Mubarak, sesuai permintaan para pendemo.
Tragis memang kejadiannya, karena penghuni rumah yang selama lebih dari dua puluh
tahun menempati tempat itu terpaksa harus meninggalkan kediamannya. Terusir dari rumahnya
sendiri karena dianggap sebagai penganut ajaran sesat dan sangat meresahkan masyarakat.
Menanggapi peristiwa ini, kami dapat menyimpulkan beberapa alasan mengapa masa
yang menamakan diri Gerakan Umat Islam (terutama para tokohnya yang terdiri dari para alimulama) begitu membenci Ahmadiyah.

Alasan Pertama : adalah karena ketidak tahuan mereka tentang ajaran Islam
Ahmadiyah yang sebenarnya. Mereka menganggap bahwa Hazrat Mirza Ghulam
Ahmad telah begitu lancang dan kurang ajar, berani menyatakan dirinya sebagai
Nabi, padahal menurut anggapan mereka bahwa Hazrat Muhammad SAW adalah
sebagai Nabi Terakhir dan tidak akan ada lagi Nabi setelah beliau.

Alasan Kedua : adalah karena saking cintanya terhadap Hazrat Muhammad SAW,
sehingga tidak boleh ada seorangpun yang menyaingi atau menggantikan kedudukan
beliau dalam hatinya.
Kebencian mereka terhadap Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya dapat
kami maklumi, jika melihat kedua alasan tersebut. Hanya yang tidak bisa dimengerti mengapa
kebencian terhadap seseorang atau sekelompok orang harus ditumpahkan melalui tindakan
brutal dan anarkis ?.... Bukankah Islam mengajarkan kasih sayang, kedamaian dan musyawarah
?...
Satu hal mendasar yang ingin kami tegaskan tentang pendirian pengikut Ahmadiyah,
mengapa mereka begitu bersikukuh mempercayai bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu
sebagai Imam Mahdi. Adalah karena pengikut Ahmadiyah menta’ati dengan jiwa sami’na wa
atho’na terhadap apa yang diperintahkan oleh Hazrat Muhammad Rasulullah SAW. Beliau
menyerukan kepada umatnya bahwa :
“Apabila kamu melihatnya (Imam Mahdi), maka berbai’atlah sekalipun kamu harus
merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia itu adalah Khalifah dari Allah dan Al
Mahdi”.
Ketika kami mengetahui ada perintah itu dari junjungan kami Muhammad SAW, kami
langsung menurutinya tanpa harus mencari alasan ini dan itu. Seperti yang telah dilakukan
Hazrat Abu Bakar Asy-Shidiq ketika mendengar pengakuan sahabat beliau ( Hazrat Muhammad
SAW ) bahwa dia telah dianggkat oleh Allah sebagai utusan-Nya. Atau seperti halnya para
sahabat yang ketika itu sedang dalam keadaan mabuk berat karena minuman keras, yang
langsung membuang guci-guci araknya tatkala mendengar bahwa Rasulullah SAW atas perintah
Allah telah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk meninggalkan minuman keras. Tidak
ada alasan yang mereka kemukakan untuk menta’ati perintah itu, melainkan tha’at terlebih
dahulu baru kemudian mencari tahu apa penyebabnya.
Demikian pula halnya dengan pengikut Ahmadiyah, tatkala ada perintah dari Hazrat
Muhammad SAW bahwa hendaknya beriman kepada Imam Mahdi, yang pendakwaannya diserta
dengan tanda-tanda samawi ( salah satunya berupa gerhana bulan dan gerhana matahari dalam
satu bulan Ramadhan ), maka kami pun beriman. Kami tidak peduli apabila karena keita’atan
kami terhadap Rasulullah SAW kemudian kami dicaci maki, dihinakan, dianggap gila, sesat dan
kafir oleh orang-orang. Kecintaan dan kepatuhan kami terhadap junjungan kami Hazrat
Muhammad SAW telah membuat kami tidak peduli terhadap diri sendiri. Keingin dekatan kami
dengan sang kekasih sejati Allah Ta’ala yang kami ekpresikan melalui kecintaan kepada
Rasulullah SAW membuat hati kami menjadi kebal terhadap segala caci maki dan hinaan dari
siapapun.
Tapi tentu saja kami pun tidak sembrono dalam menentukan figur Imam Mahdi yang
dijanjikan itu. Ciri-ciri yang telah digambarkan oleh Rasulullah SAW menjadi patokan dalam
menentukan siapa figur tersebut. Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sudah cukup bagi kami
untuk dijadikan sumber rujukan dalam mencari siapa sebenarnya yang ditunjuk Allah sebagai
Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan itu.
Kesalahan kami yang terbesar yang kami lakukan, sehingga menyebabkan timbulnya
kebencian masyarakat (yang tidak tahu) terhadap Hazrat Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah, adalah
karena sangat kurangnya penjelasan yang diberikan kepada mereka tentang apakah itu
Ahmadiyah, sehingga timbul fitnah-fitnah yang memojokkan Ahmadiyah.
Fitnah-fitnah yang muncul di kalangan masyarakat umum tentang Ahmadiyah, antara lain :
1. Ahmadiyah tidak mengakui Hazrat Muhammad SAW sebagai Khataman Nabiyyin dan
menganggap ada lagi nabi setelah nabi Muhammad SAW.
2. Ahmadiyah memiliki kitab suci tersendiri yang bernama “Kitab Suci Tazkirah”.
3. Ahmadiyah Shahadatnya berbeda.
4. Ahmadiyah mempercayai adanya nabi yang ke dua puluh enam, yaitu Hazrat Mirza
Ghulam Ahmad.
5. Ahmadiyah melaksanakan ibadah hajinya ke India bukan ke Makkah.
6. Ahmadiyah menolak adanya Jihad Fisabilillah.
7. Ahmadiyah merupakan misionaris Inggris dan menjadi antek-anteknya karena menerima
kucuran dana untuk pergerakannya dari pemerintah Inggris.
8. Ahmadiyah shalatnya eksklusif ( tidak mau bergabung dengan umat Islam lainnya ).
9. Ahmadiyah menganggap haram menikahkan anggotanya dengan orang di luar pengikut
Ahmadiyah.
II. MENJAWAB TUDUHAN-TUDUHAN TERHADAP AHMADIYAH
Untuk meluruskan fitnah-fitnah itu, ada jawaban-jawaban praktis dan sederhana, tidak
memerlukan dalil-dalil yang susah, sehingga para Dai yang tidak memahami ayat-ayat Al Qur’an
pun bisa menjelaskannya.
1. Penjelasan Masalah Pertama : Ahmadiyah tidak mengakui Hazrat Muhammad SAW
sebagai Khataman nabiyyin dan menganggap ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad
SAW.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikut Ahmadiyah sangat meyakini bahwa
Hazrat Muhammad SAW adalah Khataman Nabiyyin, namun dalam pengertian yang lebih
bermakna lagi dari pada hanya sekedar “Nabi Terakhir”. Makna Khataman Nabiyyin yang
diyakini Ahmadiyah adalah bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang “Nabi
yang paling sempurna” diantara semua rasul yang diciptakan Allah Ta’ala.
Dalil Al Qur’an yang menyatakan tentang Khataman Nabiyyin terdapat dalam surah Al
Ahzab ayat 40, yang terjemahannya sebagai berikut :
“ Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang laki-laki diantaramu, melainkan dia itu
adalah utusan Allah dan Khataman Nabiyyin” .
Seorang nabi bisa saja turun setelah nabi Muhammad SAW, tetapi nabi itu tentunya dari
kalangan umat Islam / keluarga beliau sendiri. Adanya seorang nabi setelah nabi
Muhammad SAW bukan berarti akan merendahkan martabat nabi Muhammad SAW
sebagai khataman nabiyyin, melainkan malah akan semakin memuliakan beliau.
Bukanlah seorang guru yang baik selalu menghasilkan murid yang baik pula?. Sebagai
contoh, setelah nabi Ibrahim as banyak lagi para nabi yang diturunkan Allah Ta’ala,
namun bukan merendahkan martabat beliau, melainkan malah justru semakin
memuliakan kebesaran beliau, apalagi nabi-nabi yang turun itu dari keturunan beliau
sendiri.
2. Penjelasan Masalah Kedua : Ahmadiyah memiliki kitab suci tersendiri yang bernama
“Kitab Suci Tazkirah”.
Kitab “Tazkirah” itu memang ada, walaupun tidak semua pengikut Ahmadiyah pernah
melihatnya. Kalau seandainya Tazkirah itu merupakan kitab sucinya orang-orang
Ahmadiyah, berarti seluruh pengikut Ahmadiyah harus memiliki kitab itu dan harus
mempelajarinya. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian, karena jangankan di rumahrumah anggotanya, di mesjid-mesjid Ahmadiyah pun belum tentu terdapat kitab
Tazkirah, sedangkan kitab suci Al Qur’an sudah pasti dimiliki oleh pengikut-pengikut
Ahmadiyah apalagi di mesjid-mesjid Ahmadiyah.
Perlu kami jelaskan bahwa kitab Tazkirah itu adalah merupakan buku catatan kumpulan
mimpi-mimpi, kasyaf-kasyaf, ilham-ilham dan wahyu-wahyu yang diterima oleh Hazrat
Mirza Ghulam Ahmad dari Allah Ta’ala. Kalau pun di dalam buku Tazkirah itu ada
cuplikan-cuplikan ayat-ayat Al Qur’an, bukan berarti beliau menjiplak kitab suci Al Qur’an,
tetapi memang demikianlah adanya, bahwa Allah Ta’ala berbicara kepada beliau dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Al Qur’an, baik melalui mimpi,
kasyaf, Ilham maupun wahyu. Dan itu merupakan hak Allah Ta’ala, apakah Dia mau
berbicara dengan menggunakan kalimat yang terdapat dalam Al Qur’an, dengan kalimat
yang pernah Dia ucapkan kepada nabi-nabi sebelumnya, atau dengan kalimat yang baru.
Dan apakah Dia akan menggunakan bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Urdu atau
bahasa Indonesia sekalipun, itu adalah hak Allah Ta’ala. Tidak ada hak manusia untuk
campur tangan dan memprotesnya.
Dan mengenai benar atau tidaknya bahwa Allah menurunkan wahyu kepada Hazrat Mirza
Ghulam Ahmad, itu bukan urusan kita, melainkan urusan beliau dengan Allah Ta’ala. Kita
boleh percaya atau tidak. Kalaupun ternyata beliau berdusta tentang wahyu-wahyu itu,
maka beliau sendirilah yang bertanggung jawab, dan Allah sendirilah yang akan
menghukumnya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Haqqah ayat : 44 – 47, yang artinya :
Dan
sekiranya dia (para nabi) mengadakan sebagian perkataan atas nama Kami,
pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudian kami potong pembuluh
jantungnya. Maka tidak ada seorangpun dari kamu dapat menghalangi (Kami
untuk menghukumnya).
3. Penjelasan Masalah Ketiga : Ahmadiyah Syahadatnya berbeda.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya senantiasa mengucapkan dan
berusaha memahami makna dua kalimah syahadat yang pernah diajarkan Rasulullah
SAW, yaitu : “Asyhadu an-l-la ilaaha ilallah Wa asyhadu anna Muhammadan-rrasulullah”. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan Allah.
Itulah syahadat yang diyakini orang-orang Ahmadiyah. Memang dalam membaca dua
kalimah syahadat, kami tidak pernah menambahkan kalimat “Laa nabiyya ba’da”,
karena Rasulullah SAW pun tidak pernah menambahkan kalimat tersebut pada dua
kalimah syahadat.
4. Penjelasan Masalah Keempat : Ahmadiyah mempercayai adanya nabi yang kedua
puluh enam, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Perlu kami jelaskan bahwa Ahmadiyah bukan saja mempercayai 25 nabi seperti pada
umumnya, melainkan mempercayai semua nabi-nabi yang pernah diturunkan oleh Allah
Ta’ala, baik yang diceritakan dalam Al Qur’an maupun yang tidak diceritakan. Tertulis
dalam sebuah hadits bahwa Allah telah mengirim ke dunia ini lebih dari 124 ribu nabi.
Jadi kepercayaan Ahmadiyah terhadap para nabi, bukan hanya sebatas 25 atau 26 nabi
saja, bahkan lebih dari itu.
5. Penjelasan Masalah Kelima : Ahmadiyah melaksanakan ibadah hajinya ke Qadian
India, bukan ke Makkah.
Sejak zaman ketika Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi
atau sejak berdirinya organisasi Ahmadiyah, pelaksanaan ibadah Hajinya pengikut
Ahmadiyah tidak pernah berubah, tetap ke Makkah yang terletak di negeri Saudi Arabia.
Terbukti banyak para anggota Ahmadiyah yang telah melaksanakan ibadah haji ke
Makkah. Kalaupun ada beberapa anggota (yang mampu) pergi ke Qadian, bukan berarti
mereka menunaikan ibadah haji ke sana (karena disana tidak ada Masjidil Haram dan
Hajar Aswad) tetapi biasanya pergi ke Qadian dalam rangka mengikuti pertemuan
tahunan Jemaat Ahmadiyah se dunia yang disebut dengan istilah “Jalsah Salanah”,
sebagaimana yang setiap tahun biasa dilaksanakan oleh jemaat Ahmadiyah Indonesia di
Kampus Mubarak Parung Bogor. Acara yang digelar pada acara Jalsah Salanah bukanlah
acara yang macam-macam, melainkan hanya mendengarkan ceramah-ceramah
keagamaan, melaksanakan shalat berjamaah, baik shalat wajib maupun shalat tahajud.
Jadi kalau ada yang beranggapan bahwa pengikut Ahmadiyah melaksanakan ibadah
hajinya ke Qadian India, itu hanyalah sebuah kedustaan belaka.
6. Penjelasan Masalah Keenam : Ahmadiyah Menolak Adanya Jihad Fisabilillah.
Bagaimana mungkin Ahmadiyah mengabaikan Jihad, sementara kami sangat yakin
bahwa dengan jihad fisabilillah adalah merupakan sarana untuk meningkatkan
ketakwaan dan kedekatan dengan Allah Ta’ala. Namun bentuk jihad yang dilakukan oleh
Ahmadiyah bukanlah berjihad dengan menggunakan pedang, berperang menghancurkan
musuh yang menentang, melainkan berjihad dengan mengorbankan harta benda, waktu,
ilmu pengetahuan dan penghidmatan terhadap umat manusia. Namun bila diperlukan
orang-orang Ahmadi pun siap mengorbankan jiwa raga dan kehormatannya demi
menegakkan ajaran Islam di muka bumi ini.
Salah satu misi Imam Mahdi adalah melakukan jihad dengan menyebarkan cinta kasih
sebagai perwujudan dari indahnya ajaran Islam. Di zaman Imam Mahdi justru bentuk
jihad dengan kekerasan sudah tidak diperlukan lagi. Bentuk jihad yang dilaksanakan oleh
Ahmadiyah jauh lebih indah dan bermakna lagi, yakni menaklukan hati manusia melalui
sentuhan cinta kasih. Bukankah berjihad melawan hawa nafsu itu merupakan jihad yang
paling besar ?.... Jihad itulah yang senantiasa diupayakan oleh Ahmadiyah.
7. Penjelasan Masalah Ketujuh : Ahmadiyah merupakan missionaris Inggris dan
menjadi antek-anteknya, karena menerima kucuran dana untuk pergerakan Ahmadiyah
dari pemerintah Inggris.
Perlu kami jelaskan bahwa untuk melakukan aktifitasnya dalam rangka menegakkan
syariat Islam, Ahmadiyah tidak menerima dana dari siapapun dan dari negara manapun,
kecuali dari pengorbanan harta para anggotanya. Setiap anggota Ahmadiyah dengan
suka rela menyerahkan minimal 1/16 sampai 1/3 dari penghasilan setiap bulannya
kepada organisasi untuk keperluan perjuangan dalam mengembangkan Islam ke seluruh
dunia. Dalam organisasi Ahmadiyah ada lebih dari 17 jenis pengorbanan harta yang bisa
dilakukan oleh para anggotanya. Hal ini bukannya menjadi beban bagi para anggotanya,
justru menjadikan peluang untuk berlomba-lomba dalam melakukan pengorbanan harta
di jalan Allah Ta’ala.
Satu hal yang perlu dipahami adalah bagaimana mungkin Ahmadiyah mendapatkan
kucuran dana dari pemerintah Inggris dan menjadi antek-anteknya, sementara
Ahmadiyah sangat menentang kepercayaan Trinitas. Justru salah satu tujuan
diturunkannya Imam Mahdi adalah untuk “membunuh babi dan mematahkan salib”,
dalam pengertian mematahkan kepercayaan bahwa Tuhan memiliki anak dan nabi Isa as
sebagai anak Tuhan.
Kalaupun Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah berlaku baik terhadap negeri
Inggris, itu adalah karena negeri Inggris pun memberikan kebaikan berupa kebebasan
kepada warganya untuk melaksanakan agama dan kepercayaan yang dianut warganya,
termasuk terhadap Ahmadiyah. Pemerintah Inggris nampaknya memahami bahwa
urusan pemerintahan semestinya tidak dicampur adukkan dengan urusan keyakinan
warganya. Dan kebaikan seperti itu sewajarnyalah bila dibalas dengan kebaikan pula.
Bukankah Hazrat Muhammad SAW pun senantiasa membalas kebaikan orang-orang
dengan kebaikan pula?....
8. Penjelasan Masalah Kedelapan : Ahmadiyah shalatnya Ekslusif (tidak mau
bergabung dengan umat Islam lainnya ).
Shalatnya pengikut Ahmadiyah sama dengan shalat yang dilakukan oleh umat Islam
pada umumnya. Ahmadiyah pun senantiasa mempersilahkan siapa saja (umat Islam)
yang akan melaksanakan shalat di mesjid-mesjid Ahmadiyah dan bergabung bersama
(bahkan kami menerima dengan senang hati). Kami menganggap bahwa urusan shalat
adalah urusan diri pribadi dengan Tuhan, dan tidak ada seorangpun yang berhak
memfonis bahwa shalat seseorang itu sah atau tidak, kecuali Allah Ta’ala.
Kalaupun pengikut Ahmadiyah tidak mau bermakmum di belakang umat Islam lainnya,
bukan berarti Ahmadiyah menganggap haram atau lebih baik dari umat Islam lainnya,
tetapi semua ini dilakukan karena merupakan aturan organisasi, dan sebagai
konsequensinya kami harus mematuhinya. Imam kami melarang kami bermakmum di
belakang umat Islam lainnya, tentu ada sebab musababnya, namun bagi kami hal itu
tidak begitu penting, yang terpenting bagi kami adalah “tha’at” dengan jiwa “sami’na wa
atho’na”. Apapun yang diperintahkan oleh Imam kami, kami harus mematuhinya, dan
apapun yang dilarang oleh Imam kami, kami harus menjauhinya.
Sebagai contoh, apabila dalam sebuah lapangan upacara militer, bolehkah seorang
anggota pasukan ARMED berdiri dibarisan pasukan KOPASUS?. Jawabannya sudah pasti
“TIDAK”. Dan alasannya bukan karena pasukan ARMED lebih baik dari pasukan KOPASUS
atau sebaliknya, tetapi itulah aturan organisasi, dan sebagai anggota pasukan,
konsequensinya adalah harus mematuhinya.
Tetapi untuk menampik anggapan keliru berkenaan dengan hal ini, perlu kami jelaskan
pula bahwa sebelumnya, pengikut Ahmadiyah pun diperbolehkan untuk bermakmum di
belakang umat Islam lainnya. Namun ketika itu di negeri India, pengikut Ahmadiyah
selalu dianggap hina dan nazis. Jadi apabila ada anggota Ahmadiyah yang turut
bermakmum di belakang mereka dianggapnya suatu nazis dan bekas tempat sujudnya
selalu dibersihkan seakan-akan benda nazis. Hal itu terus berlangsung cukup lama.
Melihat hal itu akhirnya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad memutuskan untuk melarang
pengikutnya bersembahyang di belakang umat Islam lainnya (tetapi kalau sebagai Imam
shalat diperbolehkan).
Alasan lain adalah bagaimana mungkin kami bisa tenang berhalat dibelakang orangorang yang jelas-jelas membenci Imam kami dan menganggap kami kafir atau sesat.
Bukankah Imam shalat itu adalah sebagai penghubung antara makmum dengan Allah
Ta’ala ? Bagaimana kami yakin bahwa penghubung / Imam shalat tersebut bisa
menghubungkan kami dengan Allah Ta’ala kalau mereka tetap menganggap kami kafir
atau sesat.
9. Penjelasan Masalah Kesembilan : Ahmadiyah menganggap haram menikahkan
anggotanya dengan orang-orang diluar pengikut Ahmadiyah.
Sebagaimana halnya melaksanakan “shalat”, dimana pengikut Ahmadiyah tidak
diperkenankan untuk bermakmum di belakang umat Islam lainnya adalah merupakan
konsequensi organisasi, maka demikian pula halnya dengan “pernikahan”. Ini pun
merupakan aturan organisasi. Untuk menjamin kelangsungan organisasi, sebaiknya
anggota Ahmadiyah menikah hanya dengan anggota Ahmadiyah lagi. Hal ini juga
dilakukan demi kebaikan anggota itu sendiri, karena bila menikah dengan sesama
anggota, maka keduanya akan saling memahami akan tugas dan tanggung jawabnya
baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota. Dan bagaimana mungkin orang tua
Ahmadi rela memberikan putra / putrinya kepada luar Ahmadi yang jelas-jelas membenci
/ menolak keyakinannya (Ahmadiyah). Disatu sisi mereka membenci keyakinannya
namun disisi lain mereka meminta anak gadisnya untuk dinikahinya. Kalau Anda berada
pada posisi kami akankah Anda merelakan putrinya dinikahi pria yang membenci /
menolak keyakinan Anda ???....
Itulah jawaan dari kami atas tuduhan-tuduhan di atas. Tentunya masih ada alasan-alasan lain
yang lebih detail tentang masalah di atas, namun kami sengaja membaasi bahasannya.
Seandainya diperlukan, insya Allah kami siap memberikan jawaban yang lebih detail lagi.
III. SELAYANG PANDANG AHMADIYAH
Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi keagamaan di dalam Islam yang didirikan oleh
Hazrat Mirza Ghulam ahmad pada tahun 1889 Masehi / 1306 Hijriyah, di Qadian India. Beliau
mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan oleh Hazrat Muhammad
Rasulullah SAW.
Tujuan pendakwaannya adalah untuk menghidupkan kembali Agama Islam dan Menegakkan
Syariat Islam, dengan ikhtiar menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Jemaat Ahmadiyah berpegang pada kitab suci Al Qur’an dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.
Sebagaimana umat Islam pada umumnya, orang-orang Ahmadiyah melaksanakan RUKUN ISLAM,
yaitu :
1. Mengucapkan dua kalimah Syahadat “ Asyhadu alla ilaaha ilallah Wa asyhadu anna
Muhammadarrasuulullah”.
2. Mengerjakan shalat wajib 5 waktu ( dan shalat-shalat sunah lainnya, menghadap ke
kiblat / kabah).
3. Membayar Zakat ( dan infak-infak fisabilillah lainnya ).
4. Melaksanakan puasa pada bulan suci Ramadhan ( dan juga puasa-puasa sunat lainnya ).
5. Melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Makkah ( bukan ke Qadian, sebagaimana
anggapan masyarakat Islam pada umumnya ).
Melaksanakan RUKUN IMAN, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Beriman
Beriman
Beriman
Beriman
Beriman
Beriman
kepada
kepada
kepada
kepada
kepada
kepada
Allah SWT
Malaikat-malaikat Allah
Kitab-kitab Allah
seluruh Rasul-rasul Allah
Hari Akhirat
Qodo dan Qodar.
Jemaat Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Khataman nabiyyin, yaitu
nabi dan rasul yang paling sempurna diantara semua nabi-nabi yang diciptakan Allah SWT
pembawa syari’at terakhir, dan tidak akan ada lagi syariat baru setelah syariat yang dibawa
beliau.
Dalam usia lebih dari 100 tahun, Jemaat Ahmadiyah telah tersebar di 186 negara di dunia
dengan jumlah anggota mencapai lebih dari 200 juta orang. Dalam upaya menyebarkan syiar
Islam ke seluruh dunia, Jemaat Ahmadiyah telah melakukan upaya-upaya antara lain :




Mengirimkan ribuan Dai Ilallah ke seluruh dunia untuk menyebarkan ajaran Islam.
Membangun ribuan mesjid di berbagai negeri, membangun rumah-rumah sakit, sekolahsekolah, dsb. ( Salah satu mesjid termegah di benua Eropa adalah mesjid “Baitul Futh”
yang terletak di kota London Inggris, adalah merupakan mesjid yang dibangun oleh
Ahmadiyah ).
Menterjemahkan tafsir Al Qur’an kedalam 100 bahasa di dunia, dan mencetak buku-buku
Islam dalam berbagai bahasa.
Mendirikan sebuah Stasion Televisi Internasional (MTA) dengan daya pancar yang
menjangkau ke seluruh dunia, dengan menggunakan 6 buah satelit dunia untuk
mengumandangkan syiar Islam, keagunan Allah SWT dan memuliakan Hazrat
Muhammad Rasulullah SAW serta memanggil umat manusia untuk menerima Islam
(dengan cara yang indah). Mengudara selama 24 jam non-stop, tanpa iklan dan
provokasi.
Dalam kaitannya dengan penghidmatan terhadap umat manusia, Jemaat Ahmadiyah telah
mengembangkan sistem pengobatan “Homeopathy” sebagai pengobatan alternatif masa depan
yang aman, murah dan tanpa efek samping, sehingga dapat membantu masyarakat yang tidak
mampu. Selama ini Jemaat Ahmadiyah telah melakukan pengobatan-pengobatan masal secara
gratis kepada masyarakat di pelosok-pelosok pedesaan yang membutuhkan pengobatan,
bekerjasama baik dengan pemerintahan setempat, LSM, Mahasiswa IAIN Sunan Gunung Jati,
Yayasan An Nahl Gununghalu Cililin dan masih banyak lagi tempat-tempat yang pernah
dikunjungi dalam rangka pengobatan gratis.
Penghidmatan lainnya adalah melaksanakan kegiatan Donor Darah secara rutin, bekerja sama
dengan PMI, mendaji calon peserta Donor Mata dan membangu penanganan dalam musibah
bencana alam. Di Indonesia, Ahmadiyah telah turut membantu masyarakat yang terkena
bencana alam “Tsunami” di Aceh. Pada bencana longsor di TPA Leuwigajah Jemaat Ahmadiyah
membuka Posko Bencana Alam yang menyediakan kebutuhan makan bagi sekitar 200 relawan,
menyediakan masker, sarung tangan dsb. Paska Banjir di Bandung selatan pun tak luput dari
perhatian Ahmadiyah.
Di Indonesia, Jemaat Ahmadiyah keberadaannya telah diakui secara hukum, melalui Surat
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. JA.5/23/13, Tgl. 13-3-1953, dan tambahan
Berita Negara Republik Indonesia No. 26, Tgl. 31 Maret 1953.
Pada masa revolusi fisik, Jemaat Ahmadiyah pun turut serta dalam perjuangan bangsa Indonesia
melawan Penjajah dan memberikan dukungan secara interenational melalui jaringan Jemaat
Ahmadiyah di seluruh dunia. Khalifah ke II Ahmadiyah begitu gencar mempropagandakan
tentang kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Salah seorang anggota Ahmadiyah yang gugur
dalam membela negara Republik Indonesia adalah “Arif Rahman Hakim”, mahasiswa kedokteran
universitas Indonesia, yang dikenal sebagai pahlawan Ampera pada tahun 1966.
Dalam hal pengembangan di bidang pengetahuan bagi keadilan dan kesejahteraan umat
manusia, Ahmadiyah telah membuktikan kiprahnya. Dr. Chaudry Muhammad Zafrullah Khan
adalah orang Islam pertama yang menjadi Ketua Mahkamah International, dan Prof.
Dr. Abdus Salam adalah orang Islam pertama yang memperoleh hadiah Nobel di bidang ilmu
Fisika. Beliau berdua adalah anggota-anggota Ahmadiyah.
Pada bulan Juni s/d Juli 2000, pimpinan Jemaat Ahmadiyah International, hazrat Mirza Tahir
Ahmad ( Khalifatul Masih ke IV ) telah berkunjung ke Indonesia dan diterima oleh Ketua MPR RI,
bp. Prof. Dr. Amin Rais di gedung MPR Jakarta, serta diterima oleh Presiden Republik Indonesia,
Bp. Abdulrahman Wahid di Istana Negara. Dalam kunjungan tersebut Khalifah Ahmadiyah
menjadi pembicara pada seminar “Persatuan Umat Islam” di universitas Gajah Mada, kemudian
bersilaturahmi dan menjadi pembicara pada pertemuan tokoh-tokoh Cendikiawan Islam di Hotel
Regent Jakarta.
IV. MISI UTAMA DITURUNKANNYA IMAM MAHDI
V. 10 SYARAT BAI’AT KETIKA MASUK AHMADIYAH
Download