MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA Sutiani1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya perilaku sosial anak di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Desain penelitian tindakan kelas ini mengikuti model alur Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan secara bersiklus, setiap siklus melalui 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setting penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 12 anak, terdiri dari 10 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data melalui observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Jenis data adalah data kualitatif yang dianalisis melalui teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase dari 25% pada siklus I meningkat menjadi 58% pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar 33% untuk semua kemampuan anak yang diamati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Kata Kunci: Perilaku Sosial, Metode Bermain Peran PENDAHULUAN Taman Kanak-kanak berperan dalam meletakkan kemampuan dasar seperti kemampuan nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, dan kognitf. Oleh sebab itu, dibutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Upaya pengembangan potensi anak TK harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Selain itu belajar sambil bermain membantu anak untuk mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya dan membantu mengembangkan perilaku sosial anak. Berdasarkan hasil pengamatan/observasi awal terhadap anak-anak yang ada di TK Karya Thayyibah Matana, khususnya di kelompok A, pada umumnya anak-anak sangat sulit untuk tolong menolong, berbicara/komunikasi yang baik, bekerjasama dengan guru maupun dengan temannya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut kurang 1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. No. Stambuk A 451 10 083. 655 diperhatikan orang tua, anak lebih suka bebas mengikuti kemaunnya, anak ini sangat jarang diberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan oleh orang tuanya, tidak mendapatkan bimbingan yang tepat, anak selalu membawa kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di lingkungan rumah serta ingin bebas masuk keluar kelas tanpa izin, bermain tanpa peduli dengan sekeliling mereka. Hal yang demikianlah yang membuat anak Karya Thayyibah Matana khususnya kelompok A sulit untuk berkomunikasi, kerjasama yang baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah pada umumnya, sehingga hal ini sangat menganggu kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Dari uraian di atas terbukti bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang efektif. Kondisi itu sangat mempengaruhi hasil belajar khususnya perilaku sosial anak, untuk memperbaiki proses pembelajaran sebagai upaya yang bisa dilakukan, sebagai solusinya apakah metode penelitian atau model pembelajaran yang harus dirubah. Disisi lain anak perlu mendapatkan perhatian pula dengan minat, motivasi, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, pengalaman. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya untuk mengingatkan perilaku sosial anak, ruangan kelas yang mempengaruhi situasi dalam pembelajaran. Secara spesifik Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2012:139-140) mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada anak usia dini ini ke dalam pola-pola perilaku sebagai berikut: (1)Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi, anak mampu meniru perilaku guru yang diperagakan sesuai dengan tema pembelajaran. (2)Persaingan, yaitu keinginan untuk menggungguli dan mengalahkan orang lain. Persaingan ini biasanya sudah tampak pada usia empat tahun. Anak bersaing dengan tema untuk meraih prestasi sepeti berlomba-lomba dalam memperoleh juara dalam suatu permainan, menunjukkan antusiasme dalam mengerjakan sesuatu sendiri. (3)Kerja sama, mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain secara bersama dan kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain. (4)Simpati, karena simpati membuthksn pengertian tentang perasaanperasaan dan emosi orang lain, maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak, semakin cepat simpati akan berkembang. (5)Empati, seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang lain, tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Relative hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak akhir. 656 (6)Dukungan sosial, menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. (7)Membagi, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial ialah membagi miliknya, terutama mainan untuk anakanak lainnya. Pada momen-momen tertentu, anak juga rela membagi makanan kepada anak lain dalam rangka mempertebal tali pertemanan mereka dan menunjukkan identitas keakraban antar mereka. (8)Perilaku akrab, anak memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan teman. Bentuk perilaku akrab diperlihatkan dengan cara canda gurau dan tawa riang di antara mereka. Kepada guru, mereka memperlakukan sebagimana layaknya pada orang tua mereka sendiri, memeluk, merangkul, digendong, memegang tangan sang guru dan banyak bertanya. Selain pola perilaku yang dikemukakan Hurlock di atas (dalam Ahmad Susanto, 2012:140) maka pola perilaku sosial lainnya yang perlu diajarkan atau dikembangkan kepada anak usia dini ialah pola perilaku seperti anak mampu menghargai teman, baik menghargai milik, pendapat, hasil karya teman, atau kondisi-kondisi yang ada pada teman. Menghargai kondisi orang lain, misalnya anak tidak mengejek atau mengisolasi anak lain yang kurang sempurna anggota tubuhnya, cacat, terdapat kekurangan dari fisik, dan psikisnya. Pengembangan perilaku sosial juga bisa diarahkan untuk mengajarkan anak mau membantu kepada orang lain (helping other), tidak egois, sikap kebersamaan, sikap kesederhanaan dan kemandirian, yang saat ini sikap-sikap ini sudah mulai hilang dari perhatian para pendidik, baik pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak, maupun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Terdapat empat alasan, mengapa anak perlu mempelajari berbagai perilaku sosial? Sedikitnya ada empat alasan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sujiono (dalam Ahmad Susanto, 2012:140-141) sebagai berikut: (1)Agar anak dapat belajar bertingkah laku yang dapat diterima lingkungannya; (2)Agar anak dapat memainkan peranan sosial yang bisa diterima kelompoknya, misalnya sebagi laki-laki dan perempuan; (3)Agar anak dapat mengembangkan sikap sosial yang sehat terhadap lingkungannya yang merupakan modal penting untuk sukses di dalam kehidupan sosialnya kelak; dan (4)Agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dan akibatnya lingkungannya pun dapat menerimanya dengan senang hati. Berdasarkan hal tersebut, maka saya telah melakukan penelitian tentang upaya meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di kelompok A Karya Thayyibah Matana. Metode bermain peran menjadi pilihan karena dengan adanya peran yang diberikan, diharapkan dapat meningkatkan perilaku soial anak. Sehingga penelitian 657 yang dilakukan ini dengan judul “Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Bermain Peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan perilaku sosial. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial melalui metode bermain peran di kelompok A Karya Thayyibah Matana. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan desain penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat, 2010:12). Di mana alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini dimulai dari (1) perencanaan, (2) tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Setting penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek penelitian ini yaitu anak kelompok A berjumlah 12 anak terdiri dari 1 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Prosedur penelitian ini dimulai dari 1) perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan meliputi (1) Memilih materi yang akan diajarkan disesuaikan dengan tema, (2) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), (3) Membuat lembar observasi guru dan anak, (4) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam bermain peran, dan (5) Menentukan penilaian berdasarkan Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak (MENDIKNAS, 2010:11). = Berkembang Sangat Baik = Berkembang Sesuai Harapan = Mulai Berkembang = Belum Berkembang 2) pelaksanaan, pada tahap ini peneliti (guru) bersama anak melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran (RKH) yang telah dibuat pada sesuai dengan tema, meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran, 3) observasi, mengamati semua aktivitas guru dan anak dalam kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan baik untuk aktivitas guru maupun anak, kegiatan ini dilakukan pada saat pembukaan, inti dan penutup di mana teman sejawat bertugas sebagai pengamat mengisi lembar observasi tersebut, dan 4) refleksi, dilakukan untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan penelitian, sehingga dengan refleksi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan beberapa perbaikan pada kegiatan siklus II guna meminimalisir kelemahan-kelemahan yang 658 terjadi pada kegiatan siklus I bila mana keberhasilan tindakan yang diharapkan belum tercapai. Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang bersumber dari aktivitas guru dan anak pada tindakan siklus I dan siklus II yang dideskripsikan pada saat pembelajaran berlangsung serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan. Teknik pengumpulan data yaitu 1) observasi yang dilakukan dari awal pertama datang, berbaris, dan pada waktu anak mengikuti proses pembelajaran, bahkan pada kegiatan istirahat. Pelaksanaan dilakukan dengan mengisi lembar observasi anak dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku sosial anak bagaimana anak bergaul dengan teman dan bagaimana anak dalam mengikuti pembelajaran, 2) Pemberian tugas dalam penelitian ini yaitu guru memberikan tugas kepada anak untuk bermain peran memperagakan tugas ayah, ibu dan anak serta bermain peran menjadi pak tani, dan 3) dokumentasi dalam penelitian ini untuk melihat kegiatan yang dilakukan oleh anak selama proses kegiatan pembelajaran sampai pada hasil belajar yang dicapai oleh anak, yang kemudian dituangkan dalam buku penilaian perkembangan anak. Data kualitatif yang diperoleh melalui hasil pengamatan selanjutnya diolah secara deskriptif untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan. Teknik analisis data diolah dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2012:43) sebagai berikut: 𝑃= 𝑓 × 100% 𝑁 Keterangan: P = Angka Persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Banyaknya Individu HASIL PENELITIAN 1. PRA TINDAKAN Tabel 1 Hasil Pra Tindakan Aspek Yang Diamati No 1 2 3 4 Kategori Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang Belum Berkembang Jumlah Simpati Komunikasi Jumlah % Kerjasama F 1 2 % 8 17 F 1 3 % 8 25 F 1 2 % 8 17 3 7 8 19 4 5 12 33 42 100 3 5 12 25 42 100 3 6 12 25 50 100 10 16 36 28 45 100 659 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian pra tindakan dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus I. 2. TINDAKAN SIKLUS I Tabel 2 Hasil Tindakan Siklus I Aspek Yang Diamati No 1 2 3 4 Tolong Menolong Kategori Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang Belum Berkembang Jumlah Komunikasi Jumlah % Kerjasama F 3 2 % 25 17 F 3 3 % 25 25 F 3 2 % 25 17 9 7 25 19 4 3 12 33 25 100 3 3 12 25 25 100 4 3 12 33 25 100 11 9 36 31 25 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 25% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 31% anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 25% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian tindakan siklus I dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus II. 3. TINDAKAN SIKLUS II Tabel 3 Hasil Tindakan Siklus II Aspek Yang Diamati N o 1 2 3 4 Kategori Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang Belum Berkembang Jumlah Tolong Menolong F 7 2 2 1 12 % 58 17 17 8 100 660 Komunikasi F 7 2 2 1 12 % 58 17 17 8 100 Jumlah % 21 6 6 3 36 58 17 17 8 100 Kerjasama F 7 2 2 1 12 % 58 17 17 8 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 58% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 17% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 17% anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 8% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian tindakan siklus II dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh telah mencapai persentase keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, tidak perlu dilanjutkan pada tindakan selanjutnya. PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui membangun hubungan yang harmonis dengan anak, meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut dimaksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar tersebut. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran yang juga berarti menentukan berhasil atau tidaknya anak tersebut dalam pembelajaran. Selanjutnya, dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain. Berikut ini pemaparan data hasil penelitian. Berdasarkan hasil rekapitulasi pengamatan pra tindakan yang telah dilakukan dari 12 anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Kemungkinan hal ini disebabkan karena lingkungan rumah anak yang mempengaruhi perilaku anak, selain itu dapat pula kurangnya perhatian orang tua di rumah untuk membimbing anak. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak, di mana proses pembelajaran didominasi oleh guru tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuannya. Hal-hal 661 itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk tindakan siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran yang diharapkan mampu meningkatkan perilaku sosial anak. Pada tindakan siklus I yang telah dilaksanakan dengan dua kali tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian, dengan meminta teman sejawat untuk menjadi pengamat. Selanjutnya peneliti dan teman sejawat bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilakukan. Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan mengukur 3 perilaku sosial anak yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Fokus penelitian ini adalah menggunakan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan perilaku sosial anak. Hasil tindakan siklus I, telah menunjukkan peningkatan dari pelaksanaan pra tindakan, di mana dapat terlihat bahwa pada tindakan siklus I terdapat 25% kategori berkembang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa tindakan siklus I sudah menunjukkan peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa perilaku sosial anak yang diamati seperti tolong menolong, komunikasi dan kerjasama rata-rata peningkatan sebesar 17% kategori berkembang sangat baik. Adapun faktor penyebab adanya peningkatan perilaku sosial anak karena guru menanamkan rasa persaudaran diantara anak, dan lebih menjelaskan bahwa pentingnya arti persahabatan, cara berkomunikasi yang baik, antara sesama teman maupun orang lain. Dan menjelaskan arti pentingnya komunikasi yang baik menggunakan nada suara yang ramah/tidak dengan suara yang keras, serta guru dalam hal memberikan tugas harus dikerjakan secara berkelompok oleh anak, dengan begitu hal tersebut akan membantu anak untuk mau bekerjasama dengan temannya, bukan hanya dalam belajar, tetapi juga dalam bermain. Sekalipun tindakan siklus I telah menunjukkan peningkatan, namun guru dan teman sejawat memutuskan untuk melanjutkan pada tindakan siklus II untuk meminimalisir kekurang yang terjadi pada tindakan siklus I. Pada tindakan siklus II ini dengan dua kali tindakan menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus I dan pra tindakan. Di mana berdasarkan persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori berkembang sangat baik untuk 3 aspek penilaian, yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Namun pada tindakan siklus II masih terdapat 1 anak atau 8% yang belum berkembang perilaku sosialnya. 662 Dapat dikemukakan bahwa anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang pemalu dan anak yang jarang masuk sekolah. Hal itu bukan berarti anak tersebut tidak memiliki kemampuan sama sekali, hanya saja belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya, karena anak yang belum berkembang persentasenya sangat kecil. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya perilaku sosial anak dengan beberapa aspek yang telah berhasil diamati. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan perilaku sosial anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan berdasarkan rekapitulasi tindakan siklus I 25% kategori berkembang sangat baik meningkat berdasarkan rekapitulasi tindakan siklus II menjadi 58% kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar 33% untuk masing-masing aspek yang diamati yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Berdasarkan kesimpulan di atas dan kondisi selama melaksanakan penelitian, maka saran yang ingin disampaikan kepada: (1) Guru, selalu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan harus mampu memperbaiki serta meningkatkan sistem pembelajaran di TK, sehingga permasalahanpermasalahan oleh anak TK dapat diatasi. (2) Anak, sebaiknya anak mampu meningkatkan perilaku sosial sosialnya di mana saja anak berada. (3) Kepala TK, mampu menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh guru dan anak dalam penggunaan metode bermain peran. (4) Peneliti lain, kiranya dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat jadikan bahan perbandingan untuk mengkaji fokus penelitian yang sama atau berbeda, metode, peranan atau teknik analisis datanya. 663 DAFTAR RUJUKAN Badrujaman, Aip dan Hidayat, Dede Rahmat. (2010). Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media. MENDIKNAS. (2010). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Susanto, Ahmad. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana. Tim Penyusun. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) Artikel Penelitian. Palu: FKIP UNTAD. 664