meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode

advertisement
MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE
BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA
Sutiani1
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya perilaku sosial
anak di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain
peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Desain penelitian
tindakan kelas ini mengikuti model alur Kemmis dan Mc. Taggart yang
dilakukan secara bersiklus, setiap siklus melalui 4 tahap yaitu (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setting
penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek
penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 12 anak, terdiri dari
10 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang terdaftar pada tahun ajaran
2013/2014. Teknik pengumpulan data melalui observasi, pemberian
tugas dan dokumentasi. Jenis data adalah data kualitatif yang dianalisis
melalui teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan persentase dari 25% pada siklus I meningkat menjadi 58%
pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar
33% untuk semua kemampuan anak yang diamati. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial anak dapat ditingkatkan melalui
metode bermain peran di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana.
Kata Kunci: Perilaku Sosial, Metode Bermain Peran
PENDAHULUAN
Taman Kanak-kanak berperan dalam meletakkan kemampuan dasar seperti
kemampuan nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, dan kognitf.
Oleh sebab itu, dibutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan
dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Upaya pengembangan potensi anak TK
harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
Selain itu belajar sambil bermain membantu anak untuk mengenal dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungan sekitarnya dan membantu mengembangkan perilaku sosial anak.
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi awal terhadap anak-anak yang ada di TK
Karya Thayyibah Matana, khususnya di kelompok A, pada umumnya anak-anak sangat
sulit untuk tolong menolong, berbicara/komunikasi yang baik, bekerjasama dengan guru
maupun dengan temannya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut kurang
1
Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako. No. Stambuk A 451 10 083.
655
diperhatikan orang tua, anak lebih suka bebas mengikuti kemaunnya, anak ini sangat jarang
diberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan oleh orang tuanya, tidak
mendapatkan bimbingan yang tepat, anak selalu membawa kebiasaan-kebiasaan yang
berlaku di lingkungan rumah serta ingin bebas masuk keluar kelas tanpa izin, bermain
tanpa peduli dengan sekeliling mereka. Hal yang demikianlah yang membuat anak Karya
Thayyibah Matana khususnya kelompok A sulit untuk berkomunikasi, kerjasama yang baik
di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah pada umumnya, sehingga hal ini sangat
menganggu kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas.
Dari uraian di atas terbukti bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini
kurang efektif. Kondisi itu sangat mempengaruhi hasil belajar khususnya perilaku sosial
anak, untuk memperbaiki proses pembelajaran sebagai upaya yang bisa dilakukan, sebagai
solusinya apakah metode penelitian atau model pembelajaran yang harus dirubah. Disisi
lain anak perlu mendapatkan perhatian pula dengan minat, motivasi, yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuannya, pengalaman. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya
untuk mengingatkan perilaku sosial anak, ruangan kelas yang mempengaruhi situasi dalam
pembelajaran.
Secara spesifik Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2012:139-140) mengklasifikasikan
pola perilaku sosial pada anak usia dini ini ke dalam pola-pola perilaku sebagai berikut:
(1)Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan
perilaku orang yang sangat ia kagumi, anak mampu meniru perilaku guru
yang diperagakan sesuai dengan tema pembelajaran.
(2)Persaingan, yaitu keinginan untuk menggungguli dan mengalahkan orang
lain. Persaingan ini biasanya sudah tampak pada usia empat tahun. Anak
bersaing dengan tema untuk meraih prestasi sepeti berlomba-lomba dalam
memperoleh juara dalam suatu permainan, menunjukkan antusiasme
dalam mengerjakan sesuatu sendiri.
(3)Kerja sama, mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain secara
bersama dan kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan
meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan
dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
(4)Simpati, karena simpati membuthksn pengertian tentang perasaanperasaan dan emosi orang lain, maka hal ini hanya kadang-kadang timbul
sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak, semakin cepat simpati akan
berkembang.
(5)Empati, seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang
perasaan dan emosi orang lain, tetapi di samping itu juga membutuhkan
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
Relative hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal
masa kanak-kanak akhir.
656
(6)Dukungan sosial, menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak
dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan
orang-orang dewasa.
(7)Membagi, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh
persetujuan sosial ialah membagi miliknya, terutama mainan untuk anakanak lainnya. Pada momen-momen tertentu, anak juga rela membagi
makanan kepada anak lain dalam rangka mempertebal tali pertemanan
mereka dan menunjukkan identitas keakraban antar mereka.
(8)Perilaku akrab, anak memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan
teman. Bentuk perilaku akrab diperlihatkan dengan cara canda gurau dan
tawa riang di antara mereka. Kepada guru, mereka memperlakukan
sebagimana layaknya pada orang tua mereka sendiri, memeluk,
merangkul, digendong, memegang tangan sang guru dan banyak bertanya.
Selain pola perilaku yang dikemukakan Hurlock di atas (dalam Ahmad Susanto,
2012:140) maka pola perilaku sosial lainnya yang perlu diajarkan atau dikembangkan
kepada anak usia dini ialah pola perilaku seperti anak mampu menghargai teman, baik
menghargai milik, pendapat, hasil karya teman, atau kondisi-kondisi yang ada pada teman.
Menghargai kondisi orang lain, misalnya anak tidak mengejek atau mengisolasi anak lain
yang kurang sempurna anggota tubuhnya, cacat, terdapat kekurangan dari fisik, dan
psikisnya. Pengembangan perilaku sosial juga bisa diarahkan untuk mengajarkan anak mau
membantu kepada orang lain (helping other), tidak egois, sikap kebersamaan, sikap
kesederhanaan dan kemandirian, yang saat ini sikap-sikap ini sudah mulai hilang dari
perhatian para pendidik, baik pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak, maupun pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Terdapat empat alasan, mengapa anak perlu mempelajari berbagai perilaku sosial?
Sedikitnya ada empat alasan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sujiono (dalam Ahmad
Susanto, 2012:140-141) sebagai berikut:
(1)Agar anak dapat belajar bertingkah laku yang dapat diterima
lingkungannya;
(2)Agar anak dapat memainkan peranan sosial yang bisa diterima
kelompoknya, misalnya sebagi laki-laki dan perempuan;
(3)Agar anak dapat mengembangkan sikap sosial yang sehat terhadap
lingkungannya yang merupakan modal penting untuk sukses di dalam
kehidupan sosialnya kelak; dan
(4)Agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dan akibatnya
lingkungannya pun dapat menerimanya dengan senang hati.
Berdasarkan hal tersebut, maka saya telah melakukan penelitian tentang upaya
meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di kelompok A Karya
Thayyibah Matana. Metode bermain peran menjadi pilihan karena dengan adanya peran
yang diberikan, diharapkan dapat meningkatkan perilaku soial anak. Sehingga penelitian
657
yang dilakukan ini dengan judul “Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode
Bermain Peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana”. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan perilaku
sosial. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial
melalui metode bermain peran di kelompok A Karya Thayyibah Matana.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan desain
penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Aip Badrujaman dan
Dede Rahmat Hidayat, 2010:12). Di mana alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas
ini dimulai dari (1) perencanaan, (2) tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Setting
penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek penelitian ini yaitu
anak kelompok A berjumlah 12 anak terdiri dari 1 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.
Prosedur penelitian ini dimulai dari 1) perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan
meliputi (1) Memilih materi yang akan diajarkan disesuaikan dengan tema, (2) Membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH), (3) Membuat lembar observasi guru dan anak, (4)
Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam bermain peran, dan (5)
Menentukan penilaian
berdasarkan Pedoman Penilaian di
Taman Kanak-kanak
(MENDIKNAS, 2010:11).
= Berkembang Sangat Baik
= Berkembang Sesuai Harapan
= Mulai Berkembang
= Belum Berkembang
2) pelaksanaan, pada tahap ini peneliti (guru) bersama anak melaksanakan kegiatan
pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran (RKH) yang telah dibuat pada sesuai
dengan tema, meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran, 3)
observasi, mengamati semua aktivitas guru dan anak dalam kegiatan belajar mengajar,
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan baik untuk aktivitas guru
maupun anak, kegiatan ini dilakukan pada saat pembukaan, inti dan penutup di mana teman
sejawat bertugas sebagai pengamat mengisi lembar observasi tersebut, dan 4) refleksi,
dilakukan untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan
kegiatan penelitian, sehingga dengan refleksi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan
beberapa perbaikan pada kegiatan siklus II guna meminimalisir kelemahan-kelemahan yang
658
terjadi pada kegiatan siklus I bila mana keberhasilan tindakan yang diharapkan belum
tercapai.
Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang bersumber dari aktivitas guru
dan anak pada tindakan siklus I dan siklus II yang dideskripsikan pada saat pembelajaran
berlangsung serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan. Teknik pengumpulan data
yaitu 1) observasi yang dilakukan dari awal pertama datang, berbaris, dan pada waktu anak
mengikuti proses pembelajaran, bahkan pada kegiatan istirahat. Pelaksanaan dilakukan
dengan mengisi lembar observasi anak dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku sosial
anak bagaimana anak bergaul dengan teman dan bagaimana anak dalam mengikuti
pembelajaran, 2) Pemberian tugas dalam penelitian ini yaitu guru memberikan tugas kepada
anak untuk bermain peran memperagakan tugas ayah, ibu dan anak serta bermain peran
menjadi pak tani, dan 3) dokumentasi dalam penelitian ini untuk melihat kegiatan yang
dilakukan oleh anak selama proses kegiatan pembelajaran sampai pada hasil belajar yang
dicapai oleh anak, yang kemudian dituangkan dalam buku penilaian perkembangan anak.
Data kualitatif yang diperoleh melalui hasil pengamatan selanjutnya diolah secara
deskriptif untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan. Teknik analisis data diolah
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang
dikemukakan oleh Anas Sudijono (2012:43) sebagai berikut:
𝑃=
𝑓
× 100%
𝑁
Keterangan: P = Angka Persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Banyaknya Individu
HASIL PENELITIAN
1. PRA TINDAKAN
Tabel 1 Hasil Pra Tindakan
Aspek Yang Diamati
No
1
2
3
4
Kategori
Berkembang Sangat Baik
Berkembang Sesuai
Harapan
Mulai Berkembang
Belum Berkembang
Jumlah
Simpati
Komunikasi
Jumlah
%
Kerjasama
F
1
2
%
8
17
F
1
3
%
8
25
F
1
2
%
8
17
3
7
8
19
4
5
12
33
42
100
3
5
12
25
42
100
3
6
12
25
50
100
10
16
36
28
45
100
659
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek
penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak yang
masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang masuk dalam kategori mulai
berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua
kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian
pra tindakan dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase
keberhasilan
yang
maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,
komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus I.
2. TINDAKAN SIKLUS I
Tabel 2 Hasil Tindakan Siklus I
Aspek Yang Diamati
No
1
2
3
4
Tolong
Menolong
Kategori
Berkembang Sangat Baik
Berkembang Sesuai
Harapan
Mulai Berkembang
Belum Berkembang
Jumlah
Komunikasi
Jumlah
%
Kerjasama
F
3
2
%
25
17
F
3
3
%
25
25
F
3
2
%
25
17
9
7
25
19
4
3
12
33
25
100
3
3
12
25
25
100
4
3
12
33
25
100
11
9
36
31
25
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek
penelitian, terdapat 25% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak
yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 31% anak yang masuk dalam kategori
mulai berkembang, dan 25% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua
kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian
tindakan siklus I dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase
keberhasilan
yang
maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,
komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus II.
3. TINDAKAN SIKLUS II
Tabel 3 Hasil Tindakan Siklus II
Aspek Yang Diamati
N
o
1
2
3
4
Kategori
Berkembang Sangat Baik
Berkembang Sesuai Harapan
Mulai Berkembang
Belum Berkembang
Jumlah
Tolong
Menolong
F
7
2
2
1
12
%
58
17
17
8
100
660
Komunikasi
F
7
2
2
1
12
%
58
17
17
8
100
Jumlah
%
21
6
6
3
36
58
17
17
8
100
Kerjasama
F
7
2
2
1
12
%
58
17
17
8
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek
penelitian, terdapat 58% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 17% anak
yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 17% anak yang masuk dalam kategori
mulai berkembang, dan 8% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua
kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian
tindakan siklus II dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh telah mencapai persentase
keberhasilan
yang
maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,
komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, tidak perlu dilanjutkan pada tindakan
selanjutnya.
PEMBAHASAN
Pembahasan
penelitian
ini
meliputi
keseluruhan
tindakan
siklus yang
dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas.
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui membangun
hubungan yang harmonis dengan anak, meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki.
Hal tersebut dimaksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan
belajar mengajar tersebut. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya
motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam
proses pembelajaran yang juga berarti menentukan berhasil atau tidaknya anak tersebut
dalam pembelajaran. Selanjutnya, dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam
kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar
anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain. Berikut ini pemaparan data
hasil penelitian.
Berdasarkan hasil rekapitulasi pengamatan pra tindakan yang telah dilakukan dari 12
anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang
sangat baik, 19% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang
masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum
berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Kemungkinan hal ini disebabkan
karena lingkungan rumah anak yang mempengaruhi perilaku anak, selain itu dapat pula
kurangnya perhatian orang tua di rumah untuk membimbing anak. Selain itu, model
pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi anak, di mana proses pembelajaran didominasi oleh guru tanpa
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuannya. Hal-hal
661
itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk tindakan
siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran yang diharapkan mampu
meningkatkan perilaku sosial anak.
Pada tindakan siklus I yang telah dilaksanakan dengan dua kali tindakan dengan
menggunakan metode pembelajaran bermain peran. Sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu peneliti berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian, dengan
meminta teman sejawat untuk menjadi pengamat. Selanjutnya peneliti dan teman sejawat
bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilakukan. Selama proses
pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan mengukur 3
perilaku sosial anak yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Fokus penelitian ini
adalah menggunakan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan perilaku
sosial anak. Hasil tindakan siklus I, telah menunjukkan peningkatan dari pelaksanaan pra
tindakan, di mana dapat terlihat bahwa pada tindakan siklus I terdapat 25% kategori
berkembang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa tindakan siklus I sudah menunjukkan
peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa perilaku sosial anak
yang diamati seperti tolong menolong, komunikasi dan kerjasama rata-rata peningkatan
sebesar 17% kategori berkembang sangat baik.
Adapun faktor penyebab adanya peningkatan perilaku sosial anak karena guru
menanamkan rasa persaudaran diantara anak, dan lebih menjelaskan bahwa pentingnya arti
persahabatan, cara berkomunikasi yang baik, antara sesama teman maupun orang lain. Dan
menjelaskan arti pentingnya komunikasi yang baik menggunakan nada suara yang
ramah/tidak dengan suara yang keras, serta guru dalam hal memberikan tugas harus
dikerjakan secara berkelompok oleh anak, dengan begitu hal tersebut akan membantu anak
untuk mau bekerjasama dengan temannya, bukan hanya dalam belajar, tetapi juga dalam
bermain. Sekalipun tindakan siklus I telah menunjukkan peningkatan, namun guru dan
teman sejawat memutuskan untuk melanjutkan pada tindakan siklus II untuk meminimalisir
kekurang yang terjadi pada tindakan siklus I.
Pada tindakan siklus II ini dengan dua kali tindakan menunjukkan peningkatan yang
sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus I dan pra tindakan. Di mana berdasarkan
persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa
persentase yang diperoleh sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan
kategori berkembang sangat baik untuk 3 aspek penilaian, yaitu tolong menolong,
komunikasi dan kerjasama. Namun pada tindakan siklus II masih terdapat 1 anak atau 8%
yang belum berkembang perilaku sosialnya.
662
Dapat dikemukakan bahwa anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang
pemalu dan anak yang jarang masuk sekolah. Hal itu bukan berarti anak tersebut tidak
memiliki kemampuan sama sekali, hanya saja belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti
dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya, karena
anak yang belum berkembang persentasenya sangat kecil. Sehingga peneliti menyimpulkan
bahwa penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena
dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya perilaku
sosial anak dengan beberapa aspek yang telah berhasil diamati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan perilaku sosial
anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran di kelompok A TK Karya
Thayyibah Matana. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan berdasarkan rekapitulasi
tindakan siklus I 25% kategori berkembang sangat baik meningkat berdasarkan rekapitulasi
tindakan siklus II menjadi 58% kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan
peningkatan yang terjadi sebesar 33% untuk masing-masing aspek yang diamati yaitu
tolong menolong, komunikasi dan kerjasama.
Berdasarkan kesimpulan di atas dan kondisi selama melaksanakan penelitian, maka
saran yang ingin disampaikan kepada:
(1) Guru, selalu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan harus mampu
memperbaiki serta meningkatkan sistem pembelajaran di TK, sehingga permasalahanpermasalahan oleh anak TK dapat diatasi.
(2) Anak, sebaiknya anak mampu meningkatkan perilaku sosial sosialnya di mana saja anak
berada.
(3) Kepala TK, mampu menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh guru dan anak dalam
penggunaan metode bermain peran.
(4) Peneliti lain, kiranya dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam
penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat jadikan bahan perbandingan untuk mengkaji
fokus penelitian yang sama atau berbeda, metode, peranan atau teknik analisis datanya.
663
DAFTAR RUJUKAN
Badrujaman, Aip dan Hidayat, Dede Rahmat. (2010). Cara Mudah Penelitian Tindakan
Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media.
MENDIKNAS. (2010). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Susanto, Ahmad. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) Artikel Penelitian. Palu: FKIP
UNTAD.
664
Download