BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perdesaan merupakan salah satu pembangunan nasional yang merupakan suatu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia perdesaan serta masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan berdasarkan pada potensi dan kemampuan perdesaan. Pembangunan perdesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasional karena dengan pembangunan, kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia yang ada di perdesaan. Pembangunan sektor industri bagi Indonesia merupakan hal yang harus dilakukan, mengingat jumlah angkatan kerja banyak, yang tidak mungkin dapat diatasi hanya pada sektor pertanian, terutama untuk pembangunan perdesaan. Dengan industri, tenaga kerja akan banyak terserap baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan pembangunan industri dapat terbuka bidang-bidang usaha lainnya seperti berbagai kegiatan dalam sektor perdagangan dan jasa. Pembangunan industri memiliki peranan yang signifikan bagi kemajuan suatu daerah, tidak terkecuali pembangunan industri di daerah perdesaan. Oleh karena itu, industrialisasi perdesaan merupakan bagian penting dalam strategi penanganan ketenagakerjaan di daerah atau dalam pembangunan industri di perdesaan dibutuhkan kebijakan yang mampu membuka lapangan pekerjaan yang luas dan khususnya pemberdayaan potensi masyarakat lokal. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009). Perkembangan 1 pusat kegiatan suatu wilayah dapat menggunakan industri sebagai awal persebaran perkembangan, karena pembangunan kawasan industri yang baik berada di peri-peri suatu pusat kegiatan dan dapat menyangkut daerah perdesaan yang memiliki lahan yang cukup luas untuk pembangunan. Perkembangan industri di perdesaan juga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perdesaan yang beralih ke sektor industri dibandingkan sektor pertanian. Pengembangan sektor industri daerah dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan yang progresif ke daerah dan masyarakat di sekitarnya. Daerah yang memiliki sektor industri di dalamnya akan lebih maju dibandingkan daerah yang masih menggunakan sektor pertanian sebagai pendapatan daerahnya, karena sektor industri akan mengolah hasil bahan mentah yang akan menciptakan produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Berbeda dengan sektor pertanian yang hanya menghasilkan produk bahan mentah tanpa diolah dan langsung dipasarkan ke dalam maupun luar daerah. Dengan adanya perbedaan tersebut, perlu adanya aktivitas sektor industri yang berbasis pertanian sehingga ketersediaan bahan baku dapat didukung oleh kemampuan untuk mengolah sehingga dapat menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sudut pandang ekonomi. Pengembangan peruntukan kawasan industri di Kabupaten Kulon Progo yang ditujukan untuk berbagai jenis industri tersebut memiliki luas lebih dari 4.796 hektar. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Wilayah Sentolo merupakan wilayah aglomerasi karena posisi Sentolo yang berada di wilayah perbatasan sehingga memiliki peluang menangkap dampak pengembangan perkotaan di wilayah Sleman dan Bantul. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Kulon Progo telah mengijinkan adanya investasi strategis di Kabupaten Kulon Progo yang salah satunya merupakan pembangunan Kawasan Industri Sentolo. Masterplan pembangunan tersebut telah tersedia dan siap untuk dibangun di kawasan peruntukan industri. Berdasarkan masterplan 2 tersebut, dapat diketahui perkembangan yang telah tercapai di lapangan sehingga dibutuhkan pengamatan langsung untuk memperoleh data secara maksimal. Rencana pembangunan Kawasan Industri Sentolo tersebut semestinya dapat memberikan manfaat baik untuk daerah maupun masyarakat di sekitarnya. Manfaat yang dihasilkan tidak hanya berupa peningkatan perekonomian masyarakat saja melainkan juga bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sehingga layak untuk digunakan sebagai daerah kawasan industri yang menjadi sektor utama dalam perkembangan daerah. Peran kawasan industri yang akan diterima oleh masyarakat tersebut perlu dikaji untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang rencana pengembangan tersebut dan faktor yang mempengaruhi adanya rencana kawasan industri terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, sebagai salah satu bentuk kontribusi dalam upaya pengembangan kawasan industri tersebut, maka penulis melakukan penelitian dan menulis skripsi berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo”. 1.2. Rumusan Masalah Pembangunan kawasan peruntukan industri sangat mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah terutama sektor sosial dan ekonomi. Sebagian besar negara-negara di benua Eropa telah beralih ke sektor industri sebagai produsen barang-barang modern yang telah diolah dan siap digunakan untuk kepentingan masyarakatnya sendiri maupun diekspor ke luar daerahnya. Perubahan menjadi sektor industri tersebut membuat negara-negara di Eropa menjadi negara yang maju dan pendapatan masyarakat semakin tinggi sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Masyarakat sekitar banyak dimanfaatkan sebagai bagian dari pekerjaan di kawasan industri tersebut sehingga menjadikan kawasan industri sebagai faktor turunnya tingkat pengangguran nasional atau peningkatan angkatan kerja baru yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3 Kawasan Industri Sentolo akan menjadi poros kegiatan utama masyarakat yang tinggal maupun mempunyai mata pencaharian di wilayah sekitarnya. Masyarakat yang sebelumnya berprofesi di bidang pertanian dan perkebunan akan tergeser dan lebih ke perdagangan dan pelayanan jasa. Perusahaan yang telah beroperasi seharusnya telah memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dengan memberikan pelayanan dan peluang usaha sehingga akan memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat. Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan yang akan mendirikan pabrik di Kawasan Industri Sentolo, seharusnya akan memberikan manfaat kepada masyarakat untuk lebih bisa berkembang dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan dengan memberikan bantuan secara langsung atau memberikan lapangan pekerjaan baru terutama kepada masyarakat lokal. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu : 1. sejauh mana perkembangan realisasi pembangunan Kawasan Industri Sentolo? 2. bagaimana persepsi masyarakat terhadap rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo? 3. apakah rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo akan berperan penting terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo” adalah: 1. mengetahui perkembangan realisasi pembangunan Kawasan Industri Sentolo. 2. mengetahui persepsi masyarakat terhadap rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo. 3. mengetahui peran rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. 4 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dalam perancanaan dan pelaksanan pembangunan di Kabupaten Kulon Progo Manfaat praktis : 1. menambah wawasan peneliti dalam mengetahui pedoman kegiatan penelitian dan mengetahui perkembangan kawasan industri di Indonesia 2. menjadi salah satu pertimbangan untuk pengembangan kawasan industri selanjutnya berdasarkan persepsi masyarakat di lingkungan kawasan industri 3. sebagai pembaharuan dan perluasan informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait perkembangan kawasan industri di Indonesia 4. Menjadi bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut serta referensi terhadap penelitian yang sejenis 1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Pendekatan dalam Ilmu Geografi Menurut Yunus (2008), dalam ilmu Geografi terdapat 3 pendekatan utama yang digunakan yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologis dan pendekatan kompleks wilayah. a. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach) Pendekatan menekankan keruangan pada merupakan eksistensi suatu ruang metode sebagai analisis wadah yang untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Oleh karena itu, objek studi geografi adalah geospheric phenomena, maka segala sesuatu yang terkait dengan objek dalam ruang dapat disoroti dari berbagai mantra antara lain pola, struktur, proses, interaksi, organisasi dalam sistem keruangan, asosiasi, tendensi atau kecenderungan, perbandingan dan sinergisme keruangan. 5 b. Pendekatan Ekologis (Ecological Approach) Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya. Akan tetapi, manusia adalah sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa, karsa, dan karya atau makhluk yang berbudi daya. Oleh karena itu, interelasi antara manusia dan atau kegiatannya dengan lingkungannya akan menjadi tekanan analisis dalam pendekatan ekologi yang dikembangkan dalam disiplin ilmu geografi. c. Pendekatan Kompleks Wilayah (Region Complex Approach) Pendekatan kompleks wilayah merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis. Regional complex mengisyaratkan adanya pemahaman yang mendalam tentang propreti yang ada dalam wilayah yang bersangkutan dan merupakan regional entity. Kompleksitas gejala menjadi dasar pemahaman utama dari eksistensi wilayah di samping efek internalitas dan eksternalitas. 1.5.2. Geografi dan Pembangunan Geografi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kaitan sesama manusia, ruang, ekologi, kawasan dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat dari kaitan sesama tersebut (Bintarto, 1975). Pembangunan merupakan realisasi dari suatu perencanaan, baik pada daerah kosong maupun pada daerah yang sudah didiami. Pembangunan juga bisa dilakukan dengan cara menciptakan sesuatu yang benar-benar baru yang belum pernah ada sebelumnya. Konsep pembangunan menjadi semakin kompleks, tidak hanya terbatas pada masalah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meliputi masalah lingkungan dan sosial. Pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 6 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pembangunan yang berhasil Tidak ada kerusakan sosial Berkesinambungan Tidak ada kerusakan alam Gambar 1.1 Pembangunan yang Berhasil Sumber : Budiman (2000) 1.5.3. Persepsi Masyarakat Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada umunya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf otak melalui pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang di indera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan (Davidoff dalam Walgito, 2002). Melalui persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrateed, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam individu masyarakat akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi individu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan perasaan, pengalaman, pemikiran, motivasi, serta kerangka acuan. Faktor eksternal berupa stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan sekitarnya. 7 1.5.4. Pembangunan Masyarakat Perdesaan Dalam rangka pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah tanah air Indonesia, diperlukan adanya perhatian, khususnya diberikan kepada pembangunan perdesaan serta peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dalam menanggulangi masalahmasalah yang mendesak. Dalam hubungan ini perlu secara khusus pula diperbaiki dan diberikan perhatian kepada kelompok-kelompok pembangunan nasional. Proses pembangunan masyarakat dimaksudkan sebagai usaha di wilayah perdesaan dari negara-negara sedang berkembang. Karena titik berat pelaksanaannya ada di wilayah perdesaan itulah maka pengertian pembangunan masyarakat sering diinterpretasikan sebagai pembangunan masyarakat desa. Para penyelenggara pembangunan masyarakat masih mencoba untuk memberikan interpretasinya sendiri terhadap konsep pembangunan masyarakat. Menurut Suhardjo (2008), pada dasarnya terdapat empat interpretasi terhadap konsep pembangunan masyarakat. Pertama, ada yang berpendirian bahwa pembangunan masyarakat tiada lain merupakan sebuah program. Kedua, beranggapan bahwa pembangunan masyarakat merupakan sebuah proses. Ketiga, pembangunan masyarakat sebagai sebuah metoda. Keempat, berpandangan bahwa pembangunan masyarakat pada hakekatnya berupa sebuah gerakan nasional. Suhardjo (2008) juga menyatakan bahwa dalam konsep pembangunan masyarakat, paling tidak ada enam asas yang dipergunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraannya. Asas-asas itu sebagai berikut: 1) Asas Kebutuhan Masyarakat Asas ini mengandung arti bahwa usaha-usaha pembangunan masyarakat haruslah mengenai kebutuhan nyata dari masyarakat yang bersangkutan, yang direncanakan dengan baik atas dasar fakta dan data empirik 2) Asas Swadaya Asas ini memberikan pengarahan agar usaha-usaha pembangunan masyarakat sejauh mungkin dilaksanakan atas kemampuan dan 8 kekuatan masyarakat desa sendiri, apabila ada bantuan luar hanyalah bersifat sementara dan sekedar sebagai rangsangan saja 3) Asas Edukatif Dalam arti sempit asas ini mengandung arti bahwa masyarakat desa yang masih bersifat tradisional memerlukan tenaga-tenaga pelopor melalui pendidikan kader agar berfungsi sebagai penggerak, pembimbing dan juga untuk menyiapkan pekerjaan yang memerlukan ketrampilan khusus. Untuk itu semua diperlukan penciptaan kaderkader lewat apa yang disebut pendidikan non formal. 4) Asas Partisipasi Asas ini memberikan pengertian bahwa dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat partisipasi segenap unsur dalam masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai organisasi, dengan dilandasi kesadaran dan kesukarelaan dalam kerjasama merupakan kunci utama kebehasilan pencapaian tujuan pembangunan masyarakat. 5) Asas Potensi Asas ini memberikan pengertian bahwa setiap usaha pembangunan masyarakat hendaknya semaksimal mungkin mempergunakan sumberdaya setempat baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam. Disamping itu agar memperhatikan tingkat kemampuan ekonomi, teknik, kondisi sosial dan budaya masyarakat. 6) Asas Integral Asas ini memberikan pengarahan bahwa setiap usaha pembangunan masyarakat hendaknya merupakan bagian yang tidak terpisahkan baik dengan pembangunan tingkat regional maupun nasional. 1.5.5. Kawasan Industri Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967, yang dimaksud dengan kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut dengan Industrial Park adalah suatu kawasan industri di atas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah lembaga yang 9 cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, kesediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi. Di Indonesia pengertian kawasan industri mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009. Menurut peraturan pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin Usaha Kawasan Industri. Kebijakan pengembangan kawasan industri yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 merupakan langkah yang ditempuh pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan investasi di sektor industri serta memberikan kepastian hukum dan mengatur pengelolaan kawasan industri dalam suatu daerah. Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono, 2004 dalam Syahruddin, 2010). Wahidi (2014) menyebutkan, kawasan peruntukan industri merupakan bentang lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundangan. Perusahaan kawasan industri merupakan perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri, sedangkan perusahaan industri merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri di Indonesia. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri baik industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan dan memiliki daya ikat spasial. Tujuan pengembangan kawasan industri adalah: 10 1) Tujuan utama sebagai alat untuk mengatur tata ruang dan meminimalkan kasus pencemaran terutama bagi daerah dengan iklim investasi tinggi 2) Sebagai penciptaan (stimulator) iklim investasi bagi daerah-daerah yang remote 3) Tujuan lainnya, yaitu menciptakan (mencari) profit Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Berdasarkan sumber bahan yang diperoleh dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: 1. Industri Ekstraktif, yaitu industri yang memperoleh bahan baku dari alam sekitarnya. Industri tersebut seperti pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dll. 2. Industri non-ekstraktif, yaitu industri yang memperoleh bahan baku dari selain sumber alam 3. Industri fasilitatif, yaitu industri yang berusaha di bidang jasa seperti transportasi, asuransi, perbankan, dan lain-lain. Menurut Weber (dalam Setyo, 2005), ada 3 faktor yang digunakan sebagai faktor penentuan lokasi industri, yaitu: 1. Perbedaan biaya transportasi Produsen cenderung mencari lokasi yang memberikan keuntungan berupa penghematan biaya transportasi serta dapat mendorong efisiensi dan efektivitas produksi. Penghematan biaya transaksi (biaya transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak, biaya koordinasi, dan biaya komunikasi) dalam penentuan lokasi industri 2. Perbedaan biaya upah Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi, sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah yang lebih 11 tinggi. Adanya suatu wilayah dengan tingkat upah yang tinggi mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut. 3. Keuntungan dari konsentrasi industri secara spasial Konsentrasi spasial akan menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila perbedaan produksi perusahaan pada suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut meningkat. Hal ini terjadi pada industri yang berlokasi secara berdekatan. Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi industri tersebut memberikan masukan bagi penentuan lokasi yang optimum, yaitu lokasi terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Teori lokasi yang dikemukakan oleh Weber digunakan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos paling minimum, dengan asumsi bahwa: 1. Wilayah yang dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen. 2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai. 3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR). 4. Hanya ada satu jenis alat transportasi. 5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut. 6. Terdapat persaingan antar kegiatan industri. 7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu) dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini : 12 Gambar 1.2. Weber dalam Menentukan Lokasi Industri sumber: Ilmu Pengetahuan Populer 2000 Klaster industri sebagai aglomerasi lokasi industri, ada beberapa keuntungan berlokasi pada klaster industri, antara lain: 1. Adanya skala ekonomi (economic of scale), dimana dengan adanya spesialisasi biaya produksi dapat ditekan menjadi lebih efisien dan produk dapat dihasilkan dalam jumlah yang lebih besar. 2. Adanya lokalisasi ekonomi (economic of localization), yang memberi keuntungan lokasi. 3. Adanya aglomerasi ekonomi (economic of agglomeration), yaitu keuntungan berupa ketersediaan berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh perusahaan. Perencanaan kawasan mempunyai jaringan intelektual dalam penerapan ilmu arsitektur maupun teknik. Dalam hal ini, perencanaan kawasan lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah dan tidak terlalu menaruh perhatian akan adanya kebutuhan tentang teori yang membenarkan kepentingan maupun aktivitasnya. 13 Wahidi (2014) menyebutkan bahwa dalam merencanakan kawasan industri terpadu terdapat hal-hal yang harus dilakukan yaitu: 1) Menentukan jenis industri yang akan ditampung dalam kawasan tersebut 2) Mencari lokasi yang cukup baik dari segi aksesbilitas transportasi, topografi yang disesuaikan dengan RTRW setempat dan akses pembuangan limbah pabrik 3) Mencari lahan yang cukup luas 4) Mengurus izin lokasi ke pemerintah daerah 5) Membuat rencana induk (masterplan) awal, untuk konsultasi dengan pemerintah setempat, serta menjajagan respon pasar. 6) Membuat studi kelayakan proyek atas rencana indusk awal 7) Membuat studi AMDAL untuk syarat perizinan 8) Mengurus perizinan seperti izin usaha kawasan industri 9) Menyiapkan pemasaran kawasan Pra Studi Kelayakan Pengambilan Keputusan Studi Kelayakan Menyeluruh Mengembangkan Rencana Bisnis Pengadaan Konsultan Perencana Promosi yang berkelanjutan dan transfer teknologi Perencanaan Site Master Plan dan Infrastruktur Pendukung Pelaksanaan Pembangunan Pemasaran Kawasan Industri dan rekruitmen investor Gambar 1.3. Tahapan Pengembangan Kawasan Industri (sumber: Studi Kelayaan (FS) dan Masterplan KIS, 2015) 14 Pengaruh pemilihan lokasi industri untuk suatu pusat kegiatan kerja terhadap keterlibatan masyarakat setempat seringkali tidak disadari. Padahal suatu kawasan perindustrian mempengaruhi secara langsung terhadap ribuan keluarga dan lebih banyak lagi secara tidak langsung. Lokasi pusat kegiatan kerja industri diperlukan untuk perjalanan ke tempat kerja. Pemilihan suatu lokasi secara tidak langsung meningkatkan atau mengurangi biaya sosial dan ekonomi bagi beberapa keluarga. Keadaan fasilitas transpor yang tersedia ke lokasi seperti akses ke jalur kereta api atau jarak ke sistem jalan raya antar daerah akan menentukan tipe industri yang dapat beroperasi secara efisien pada saat pengembangan. Keragaman dari industri uang menarik di lokasi akan mempengaruhi kesempatan kegiatan kerja masyarakat di masa mendatang. Suatu program swadaya masyarakat secara substansial dapat dipengaruhi oleh fasilitas air dan selokan, dan penigkatan sistem jalan raya serta transportasi umum yang diperlukan oleh industri di masa depan. Pentingnya sektor industri bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat menurut Wahidi (2014) antara lain : 1) Merupakan peluang kesempatan kerja untuk penduduk setempat 2) Meningkatkan pendapatan negara dari hasil ekspor produk industri 3) Menghemat belanja dengan dolar dan perolehan dolar 4) Memperbaiki kualitas jalan raya 5) Menggalakkan investor luar negeri 6) Menggalakkan masukan teknologi tinggi 7) Membuka kota-kota industri 8) Menggalakkan penggunaan bahan baku lokal Kawasan industri sebagai pusat pertumbuhan baru yang dapat diartikan dalam dua cara, yaitu fungsional dan secara geografis. Pusat pertumbuhan secara fungsional berarti bahwa pada tempat tersebut merupakan pusat dari aktivitas atau lokasi konsentrasi dari usaha maupun industri yang ada dengan memberikan efek 15 pertumbuhan dan perkembangan baik itu ke dalam maupun luar negeri dari lokasi industri tersebut. Sedangkan secara geografis maka pusat pertumbuhan diartikan sebagai suatu lokasi yang memiliki daya tarik sehingga mampu menarik berbagai macam usaha dan masyarakat akan bermukim di tempat tersebut. Suatu lokasi dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan apabila memiliki empat ciri, yaitu (1) adanya hubungan antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, (2) adanya multiplier effect (unsur pengganda), (3) adanya konsentrasi geografis dan (4) bersifat mendorong daerah di belakangnya. Unsur pengganda muncul arena adanya keterkaitan antar sektor tersebut dan akan memacu pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan, 2005). 1.5.6. Kondisi Sosial Ekonomi Menurut Nurkolis (2014) sosial ekonomi adalah posisi seseorang atau kelompok orang dalam masyarakat yang kondisinya memungkinkan bagi setiap individu maupun kelompok untuk mengadakan usaha guna pemenuhan kebutuhan hidupnya yang sebaik mungkin bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan kehidupan sosial material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan, kesusilaan, ketentraman lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang sebaik mungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila (Adi, 1996). Dalam peraturan pemerintah No 14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang “pedoman umum penyusunan analisis dampak lingkungan” terhadap aspek sosial ekonomi yaitu: 1. Aspek sosial a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang akan tumbuh di kalangan masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat c. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat d. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial 16 e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat f. Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan 2. Aspek ekonomi a. Kesempatan bekerja dan berusaha b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam c. Tingkat pendapatan d. Sarana dan prasarana infrastruktur e. Pola pemanfaatan sumber daya alam Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat. Perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, jumlah kesempatan, tingkat pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan tersebut kemudian menimbulkan dampak positif dan negatif. Nurkolis (2004) menjelaskan bahwa dampak merupakan suatu perubahan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial menimbulkan dampak. Konsep dampak diartikan sebagai pengaruh munculnya aktivitas manusia dalam pembangunan terhadap lingkungan termasuk manusia. Dampak positif merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Dampak negatif yaitu munculnya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli desa dengan masyarakat pendatang dalam hal kemudahan mengakses pekerjaan khususnya di sektor industri. 17 1.5.7. Penelitian Sebelumnya Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu No 1. Judul Penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sebagai Klaster Industri Penulis Doriani Lingga Wahyu Ario Pratomo (2013, Jurnal) Tujuan Metode Hasil - Mengetahui peran kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar (kasus PTPN III) - Mengetahui perkembangan realisasi proyek pembangunan kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei - Mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengembangan kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei sebagai klaster industri Analisis menggunakan data primer dan data sekunder yang didapat dari pengumpulan data melalui kuesioner, observasi lapangan, wawancara, dokumentasi dan data penduduk Dalam persepsi masyarakat, Sei Mangkei berpotensi menjadi daerah pusat pertumbuhan dengan dijadikannya daerah tersebut menjadi KEK, dimana keberadaan KEK Sei Mangkei akan merangsang pertumbuhan dan pembangunan daerah-daerah yang berada di sekitar KEK Sei Mangkei. Dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, Keberadaan KEK Sei Mangkei akan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar Kecamatan Bosar Maligas yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat, juga dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi bagi masyarakat. 18 2. 3. Dampak Kawasan Industri Medan Star Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya (Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) Ari Suhana (2011, Skripsi) Persepsi Masyarakat dan Potensi Reorientasi Usaha Berkaitan dengan Rencana Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo Afwan Anantya Prianggoro (2015, Skripsi) - Mengetahui seberapa besar dampak kawasan industri Medan Star terhadap peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya - Mengetahui perbedaan pada kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah aglomerasi oleh Medan Star - Mengetahui perkembangan rencana pembangunan bandara internasional - Mengetahui persepsi masyarakat tentang rencana dibangunnya bandara - Mengetahui reorientasi usaha masyarakat di sekitar bandara - Mengetahui peran serta pemerintah rencana pengembangan usaha masyarakat sekitar calon lokasi bandara - Menggunakan data primer dan sekunder yang meliputi observasi, kuesioner dan studi kepustakaan yang menggunakan analisis compare means / uji beda Aglomerasi yang dilakukan oleh Medan Star berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat yang ditunjukkan menggunakan hasil uji korelasi produk yang menunjukkan perubahan signifikan sebelum dan sesudah terjadinya aglomerasi oleh Medan Star Metode yang digunakan adalah metode survei. Perkembangan rencana pembangunan bandara berada pada tahap pembebasan lahan dan ganti rugi, respon masyarakat terhadap bandara positif dan mendukung pembangunan bandara dan masyarakat berorientasi usaha ke perdagangan dan jasa 19 4 Persepsi Masyarakat Untuk Arahan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi di Kabupaten Trenggalek Lynda Refnitasari (2014, Skripsi) 5 Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo Fendi Setiawan (2016, Skripsi) - Mengetahui kebijakan pemerintah daerah dalam rangka mendukung pengembangan PPN menjadi PPS - Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengembangan pelabuhan serta faktor-faktor yang menentukan persepsi - Mengetahui arahan pengembangan pelabuhan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah dan persepsi masyarakat - Mengetahui realisasi pembangunan Kawasan Industri Sentolo - Mengetahui persepsi masyarakat terhadap rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo - Mengetahui peran rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Metode analisis kualitatif dan kuantitatif, Pemerintah sangat mendukung program peningkatan status, perlunya penambahan aspek keterlibatab masyarakat dalam pembangunan, pelatihan manajemen lingkungan, perbaikan sarana pendukung, koordinasi pemerintahan, dan penyiapan SDM nelayan yang unggul Metode analisis kualitatif dan kuantitatif 20 1.5.8. Kerangka Pemikiran Masyarakat Desa RTRW DIY Pertumbuhan Ekonomi Desa RTRW Kab. Kulon Progo tentang Kawasan Strategis Alih fungsi lahan Peruntukan Kawasan Industri Kawasan Industri Sentolo Persepsi Pembangunan oleh Masyarakat Progres Pembangunan Peran Sosial Ekonomi Kesesuaian Rencana Pengembangan Kawasan Industri Sentolo Diagram 1.4 Kerangka Pemikiran 21 1.5.9. Batasan Penelitian 1. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang memiliki ijin usaha kawasan industri (Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009) 2. Masyarakat: sasaran masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di dalam kawasan peruntukan industri di Kawasan Industri Sentolo terutama di Desa Tuksono 3. Rencana pembangunan Kawasan Industri Sentolo: berupa dokumen rencana pengembangan seperti dokumen rencana induk dan studi kelayakan 4. Realisasi pembangunan Kawasan Industri Sentolo: melihat perkembangan Kawasan Industri Sentolo melalui berbagai informasi yang didapatkan dari pemerintah maupun pihak terkait 5. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi-informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,1992) 6. Sosial ekonomi adalah posisi seseorang atau kelompok orang dalam masyarakat yang kondisinya memungkinkan bagi setiap individu maupun kelompok untuk mengadakan usaha guna pemenuhan kebutuhan hidupnya yang sebaik mungkin bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungannya (Nurkolis, 2014) 22