ISSN 0852-8349 JURNAL PENELITIAN UNIVERSITAS JAMBI SERI SAINS Volume 14, Nomor 1, Januari– Juni 2012 Daftar Isi Sifat Kimia Tanah Ultisol dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L) Merril) Akibat Perbedaan Waktu Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Ermadani 01 - 08 Analisis Kebijakan Perubahan Tarif Puskesmas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi Dwi Noerjoedianto 09 - 16 Sifat Kimia dan Fisika Kerupuk Opak dengan Penambahan Daging Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) Hajar Setyaji, Viny Suwita, dan A. Rahimsyah 17 - 22 Identifikasi Jenis dan Perbanyakan Endomikoriza Lokal di Hutan Kampus Universitas Jambi Rike Puspitasari Tamin, Nursanti, dan Albayudi 23 - 28 Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Potensi Produksi untuk Meningkatkan Hasil Tandan Buah Segar (TBS) pada Lahan Marginal Kumpeh Arsyad AR, Heri Junedi dan Yulfita Farni 29 - 36 Pengaruh Penambahan Gelatin terhadap Pembuatan Permen Jelly dari Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Silvi Leila Rahmi, Fitry Tafzi, dan Selvia Anggraini 37 - 44 Lama Periode Parasit Glochidia Kijing Taiwan (Anodonta Woodiana Lea) pada Berbagai Jenis Ikan sebagai Inang Afreni Hamidah 45 - 48 Efek Penggunaan Azolla Microphylla Fermentasi sebagai Pengganti Bungkil Kedele dalam Ransum terhadap Bobot Organ Pencernaan Ayam Broiler Noferdiman 49 - 56 Efektivitas Lateks Pepaya (Carica papaya) terhadap Perkembangan Colletotrichum capsici pada Buah Cabai (Capcicum annuum L) Marlina, Siti Hafsah, dan Rahmah 57 - 62 Pedoman Penulisan Volume 14, Nomor 1, Hal. 29-36 Januari – Juni 2012 ISSN 0852-8349 PEMUPUKAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN POTENSI PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANDAN BUAH SEGAR (TBS) PADA LAHAN MARGINAL KUMPEH (OIL PALM FERTILIZING BASED ON POTENTIAL OF PRODUCTION TO INCREASE THE YIELD OF FRUIT FRESH BUNCHES AT MARGINAL LAND OF KUMPEH) Arsyad AR, Heri Junedi dan Yulfita Farni Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi, 36361 Abstract The effort of fertilizing on oil palm at farmers’ land has to consider many factors. Two of them have to considered are the amount of nutrients uptaken by plant and the availability of nutrients in the soil. The purpose of this research was to see the effect of fertilizing based on production potential of fruit fresh bunches on the weight of fruit fresh bunches of oil palm. The experiment was carried out at a farmer’s land in Muara Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi for 3 months. The treatments were arranged in randomized completely design consisting of (a). Control/without fertilizer, (b). Cow manure 20 ton ha-1, (c). NPK fertilizer 15:15:15, (d). 0,294 kg N, 0,0048 kg P and 0, 378 kg K, (e). 0,392 kg N, 0,064 kg P and 0,504 kg K, (f). 0,490 kg N. 0,080 kg P and 0,630 kg K, (g). 0,588 kg N, 0,096 kg P and 0,756 kg K. The result of study showed that the highest weight of fruit fresh bunches of oil palm was achieved by application of 0,588 kg N, 0,096 kg P and 0,756 kg K. Keywords: fertilizing, fruit fresh bunches, oil palm PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit banyak menempati tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan fisik dan kimia yang rendah. Pemupukan dapat mendukung produktivitas tanaman sawit, mengingat kelapa sawit tergolong tanaman yang konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa sawit pada lahan petani, harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya : jumlah hara yang diserap tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari zona perakaran, dan hara yang terangkut panen, serta kemampuan tanah menyediakan hara. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman. Oleh karena itu diperlukan metode empiris untuk menentukan status hara di dalam tanah dan tanaman untuk memberikan pedoman yang efektif bagi praktik pemupukan. Diagnosis kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawit dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatian agar diperoleh hasil (produk) yang optimal. Metode diagnosis kebutuhan hara untuk tanaman kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Kebanyakan petani sawit belum banyak mengetahui cara pemupukan yang benar untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawitnya, terutama dalam meningkatkan tandan buah segar. 29 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiserit (Poeloengan et al. 2001) Menurut Sugiyono, et al (2005), pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya pemeliharaan. Pemanfaatan pupuk organik, dapat memperbaiki lahan petani dalam meningkatkan tandan buah kelapa sawit, apalagi bila di barengi dengan pupuk anorganik. Menurut Pahan (2007), bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman, karena kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, Aplikasi kompos tandan kosong kelapa sawit pada percobaan di pot dapat meningkatkan KTK media tanah dari 20,6 mejadi 39,7 me/100 g tanah (Darmosarkoro, et.al. 2001). Dalam menentukan pemupukan anorganik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2007) sifat pupuk yang penting adalah kandungan unsur hara utama pupuk, kandungan unsur hara tambahan, rekasi kimia pupuk di dalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Menurut Sugiyono, et al. (2005), perimbangan hara kation K, Ca dan Mg di dalam tanah, terutama K vs Mg, menjadi faktor pembatas bagi tercapainya produktivitas kelapa sawit. Antagonisme K vs Mg mengakibatkan defisiensi hara K dan atau Mg di lapangan. Defisiensi K dan Mg disebabkan kadar hara di tanah rendah. Lahan di perkebunan kelapa sawit didominasi oleh tanah-tanah marginal. Tanah tersebut memiliki karakteristik fisika dan kimia sehingga tingkat kesuburan tanahnya 30 rendah dan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman (Koedadiri dan Winarno, 1999) Kondisi lahan di areal petani di desa Pudak Kumpeh sebagian besar merupakan lapisan tanah permukaan yang padat dan kurang subur. merupakan lapisan penimbunan liat. Sifat fisika tanah pada areal ini telah mengalami kemerosotan (penurunan) kualitas. Kondisi lahan tidak dikelola dengan baik, tergenang, dan lapisan tanah ini sampai kedalaman tertentu kurang subur dan sulit untuk ditembusi perakaran tanaman Air hujan yang jatuh pada areal ini akan tergenang atau mengalir melalui permukaan atau sedikit tertahan di dalam tanah pada musim kemarau. Akibatnya ketersediaan air untuk tanaman menjadi terganggu. Kegiatan suatu pertanian pada lahan semacam ini mempunyai potensi untuk menimbulkan kemarginalan sebagai akibat sifat lahan. Tanah sebagai modal dasar peningkatan hasil pertanian dan usaha konservasi tanah merupakan cara menjaga dan meningkatkan kualitas, kuantitas dan produktivitas tanah (Sarief, 1989). Jika sistem bertani dengan olah tanah intensif/konvensional pada lahan kering dibiarkan berlangsung dalam waktu lama tanpa disertai usaha konservasi tanah, maka produktivitasnya akan cepat menurun dan generasi mendatang akan mewariskan lahan kritis yang cukup luas.. Pengalaman menunjukkan bahwa produktivitas tanah dapat dipertahankan ataupun dapat ditingkatkan jika dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan pemupukan berdasarkan potensi prodksiTBS, terhadap kondisi kesuburan lahan dan bobot hasil tandan buah segar (TBS) tanaman sawit di lahan petani Muara Kumpeh BAHAN DAN METODA Penelitian dilaksanakan pada lahan milik petani sawit desa Pudak Kumpeh Ulu. Waktu pada Agustus-November 2011. Arsyad AR, dkk. : Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh Bahan-bahan percobaan meliputi contoh tanah di lokasi, Peralatan menggunakan ring sample, cangkul, parang, kantong plastik, spidol. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, dengan 7 perlakuan dan menggunakan tiap tiga pohon sawit sebagai ulangan. Perlakuan berdasarkan potensi produksi. Jumlah unsur hara yang diserap untuk pembentukan/pengisian TBS diproporsikan dengan mengalikan faktor Y/25 x unsur hara yang terangkut oleh kelapa sawit per ha/per tahun (Y=potensi produksi). Berdasarkan data penelitian penyerapan TBS oleh kelapa sawit untuk 25 ton/ha, menyerap N kg adalah 0,49 kg, P 0,08 kg , K 0,63 kg , Mg 0,14 kg dan Ca 0,13 kg k (Pahan, 2006). Faktor yang dicobakan pada percobaan ini diasumsi hasil TBS kelapa sawit petani adalah diantara 15 hingga 30 ton/ha, maka diagnosisnya adalah : B0 = tanpa menggunakan pupuk B1 = penggunaan pupuk organik kotoran sapi 20 ton/ha B2 = Penggunaan pupuk anorganik dosis standar Petani pupuk Majemuk NPK: 15;15;15 sebanyak 4 genggam tangan dewasa B3 = penggunaan pupuk dosis 15/25 x (N,P,K) atau setara dengan 0,294 kg N, 0,0048 kg P dan 0,378 kg K B4 = penggunaan pupuk dosis 20/25 kg (N,P,K), setara dengan 0,392 kg N, 0,064 P dan 0,504 kg K B5 = penggunaan pupuk dosis 25/25 x (N,P,K), setara dengan 0,490 kg N, 0,080 kg P dan 0,630 kg K Tabel 1. Sifat fisika tanah lokasi penelitian. Sifat Fisika Tanah Satuan ukuran Berat Volume g/cm3 Total Ruang Pori % Kadar Air Lapang % Tekstur tanah: pasir % debu % liat % B6 = penggunaan pupuk dosis 30/25 x (N,P,K), setara dengan 0,588 kg N, 0,096 kg P dan 0,756 kg K. Pohon sawit yang akan diperlakukan dengan pupuk adalah tumbuh dan berbuah normal pada umur TM 9 tahun. Pupuk perlakuan disebar sekitar pokok sawit terlebih dahulu dibersihkan dari gulma. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang asal kotoran sapi, dipilih yang matang, dosis menurut perlakuan juga ditaburkan disekeliling pohon secara merata. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah Urea 46%, TSP 46% dan KCl 45%. Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah matang secara serempak dapat dipanen sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan, dapat dilakukan 2 kali. Parameter yang diamati meliputi data fisik tanah, kimia tanah dan tanaman. Diantara sifat fisik tanah yang diamati meliputi : Berat ), Total ruang pori Volume Tanah (g (%), Kadar air tanah lapang. Parameter kimia tanah, meliputi : pH, KTK, Kejenuhan Basa dan N-total, P-Bray 1 dan K-dd, Ca-dd dan Mg-dd serta C-organik. Pengamatan parameter tanaman meliputi: Berat TBS (kg), Jumlah TBS dan Lingkaran batang serta Jumlah pelepah. Data dianalisis dengan sidik ragam dan Uji jarak ganda duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah di Lokasi Penelitian Karakteristik fisika dan kimia tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 Sifat Fisika Tanah. Hasil analisis tanah terhadap sifat fisika tanah dapat dilihat pada Tabel 5.1. Nilai 1,15 63 58 Keterangan Sedang Sedang - 51,90 32,32 25,76 Lempung ber liat 31 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Pada Tabel 1. sifat fisika tanah untuk berat volume tanah adalah sedang, total ruang pori sedang dan kadar tanah cukup, sedangkan tektur tanah adalah lempung berliat. Berat Volume Tanah. BV lokasi penelitian adalah 1,15 g cm-3. Nilai BV ini memiliki kriteria sedang (Saefuddin Sarief, 1989). Menurut Undang, et.al. (2006). BV tanah mineral berkisar 0,6 – 1,4 g cm-3 . BV tanah mineral berteksur halus berkisar 1,0 – 1,3 g cm-3 ,sedangkan tanah berpasir 1,4 -1,7 g cm-3. Tanah dengan bahan organik tinggi mempunyai BV lebih rendah. Tanah dengan tekstur kasar, mempunyai BV lebih tinggi. BV diamati karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah. Nilai BV tergantung pada kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah dan pengaruh pengelolaan tanah. Total Ruang Pori,TRP. Nilai TRP pada tanah penelitian adalah 63% tergolong sedang. Tanah kondisi baik untuk pertumbuhan tanaman mengandung kira-kira 50% total ruang pori berdasarkan volume tanah. Nilai TRP penting untuk mengetahui pertukaran gas antara tanah dan atmofir, pertumbuhan akar, pergerakan air dan cadangan air. Total ruang pori terdiri dari rongga udara antara butir pasir, debu dan liat dan antara agregat-agregat. Tektur dan struktur adalah faktor utama menguasai sejumlah pori-pori dalam tanah. Bahan organik mempengaruhi porositas secara tak langsung melalui pengaruh struktur. Kadar Air Tanah. Kadar air tanah lapang saat penelitian adalah 58% volume. Pada kondisi kapasitas lapang, air tersedia adalah 100%. Saat kadar air dalam tanah < 50% dari air tersedia, maka dapat menurunkan produksi. Menurut Hillel (1996), tanah berpasir, nilai kadar air tanah jenuh adalah 40-50%, sedangkan pada tanah liat bisa mencapai 60%. Air tanah, mengendalikan hampir seluruh proses fisik, kimia dan biologi yang terjadi di dalam tanah. Air berperan sebagai pelarut dan agen pengikat antar partikel-partikel tanah, yang selanjutnya berpengaruh terhadap stabilitas struktur dan kekuatan tanah. Secara 32 kimia air berperan sebagai agen pengangkut zat terlarut dan suspensi yang terlibat dalam perkembangan tanah dan degradasi. Produksi tanaman pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, dan juga pada gilirannya sifat-sifat tanah dan kandungan air dalam tanah. Kadar air di dalam tanah, terutama sekitar daerah perakaran harus cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman atau berada dalam kondisi kapasitas lapang, agar tanah dapat tumbuh dengan optimal. Kadar air tanah sangat diperlukan untuk menilai apakah kondisi kadar air dalam tanah tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman atau belum. Tekstur tanah. Tekstur tanah penelitian memiliki lempung berliat. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat. Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung. Lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Lempung mempunyai komposisi yang seimbang antara fraksi kasar dan fraksi halus, dan Pada tanah lempung kapasitas menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir, sementara drainse, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat Tekstur tanah atau besar butir tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik, kemudahan tanah memadat dan lain-lain. Sifat Kimia Tanah dari hasil analisis contoh tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2. Sifat kimia tanah penelitian menunjukan pH sangat masam, kadar Corganik tanah sedang, N-Total tanah yang rendah, dan P-Bray 1 sangat rendah, K-dd rendah, serta Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah. Selanjutnya nilai KTK tanah tergolong rendah dengan Kejenuhan Basa sangat rendah. Kondisi sifat tanah seperti ini biasanya mempunyai kemampuan produktivitras rendah. Tanah dengan sifat sangat masam akan berakibat kelarutan pada garam-garam aluminium (Coleman dan Mechlich,1957). Arsyad AR, dkk. : Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh Tabel 2. Sifat kimia tanah lokasi penelitian Sifat Kimia Tanah Satuan ukuran pH KTK me/100gr KB % C-organik % N-total % P-Bray 1 (ppm) K-dd me/100gr Ca-dd me/100gr Mg-dd me/100gr Pada pH rendah, ion fosfat membentuk senyawa yang tidak larut dengan besi dan aluminium. pH optimum untuk fosfat ada di sekitar 6,5. Tanaman sawit dapat tumbuh dan sangat sesuai tumbuh pada tanah dengan pH 5,0-6,0 Kapasitas tukar kation, termasuk sifat kimia tanah yang sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas tanah pertanian. Pada lokasi tanah penelitian KTK tanah adalah rendah. Tanah dengan KTK tinggi akan mampu menjerap, menyimpan dan menyediakan unsur hara cukup banyak bagi tanaman. Untuk pertumbuhan tanaman sawit sangat sesuai tumbuh pada KTK diatas sedang. Kejenuhan basa, merupakan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat pada kompleks jerapan tanah yang terdiri dari kation asam dan basa. Pada lokasi tanah penelitian KB tanah adalah sangat rendah. Tanah dengan KB tinggi menunjukkan kandungan kation basa yang umumnya merupakan unsur hara tanaman yang tinggi pula. Tanah demikian termasuk tanah yang subur bagi pertanian. N-total tanah penelitian adalah rendah. Bila N tesedia rendah pada tanah pertumbuhan tanaman akan terganggu, mengakibatkan tebalnya dinding sel daun, ukuran sel lebih kecil, daun menjadi keras, dan penuh dengan serat-serat. Sebaliknya bila jumlah N di dalam tanah terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Nilai P di dalam tanah lokasi penelitian adalah sangat rendah. P biasanya didalam tanah stabil, tidak mudah dibawa oleh air, P Nilai 4,00 11,94 18,01 2,09 0,19 9,09 0,13 0,32 0,06 Keterangan Sangat Masam Rendah Sangat rendah Sedang Rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah terpegang kuat oleh tanah. Pemberian fosfat dalam jumlah besar dapat berubah menjadi fraksi yang sukar larut dan mempunyai daya ikat yang tinggi pada tanah-tanah merah, oleh karena P membentuk fraksi fosfat aluminium dan fosfat besi. Fosfat dalam tanah sama dengan halnya dengan nitrogen dalam bentuk organis, sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman, tersedianya dipengaruhi oleh pH tanah. Agar tanaman memperoleh fosfat dari tanah sesuai kebutuhannya harus diberikan melampaui daya fiksasinya. K dapat ditukar dalam tanah pada lokasi penelitian adalah rendah. Dalam tanah K bersifat antagonis terhadap Ca dan Mg, sehingga perlu pertimbangan hara tertentu untuk meminimalkan sifat antagonisme tsb. Komposisi kation yang baik di dalam tanah , untuk pertumbuhan tanaman adalah 5% 65% + dan 10% (Bear dan Toth, 1946 dalam Sugiyono et al. 2005). Ca dapat dipertukarkan pada tanah penelitian adalah sangat rendah, begitu juga dengan Mg-dd. Status kesuburan tanah pada areal kelapa sawit dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi bila K dapat dipertukarkan berturut-turut adalah: < 0,2, 0,2-0,5 dan >0,5 mg/100 g tanah, sedangkan untuk kreteria Mg dapat dipertukarkan rendah, sedang dan tinggi, bila kadar Mg dalam tanah < 0,4, 0,4 1,0 dan > 1,0 mg/100 g tanah. Parameter Tanaman Beberapa parameter tanaman yang diamati dalam percobaan pemupukan ini adalah : besar lingkaran batang(cm), banyaknya jumlah pelepah (lembar) dan banyaknya 33 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. jumlah tandan buah (tandan) serta berat tandan buah segar (TBS)(kg) per pohon. Hasil pengamatan parameter tanaman sawit dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6. Pada Tabel 3. menunjukkan bahwa ada keragaman besar lingkar batang tanaman sawit pada lahan petani. pada perlakuan B4 didapatkan jumlah pelepah yang lebih sedikit per pohon. Banyaknya jumlah optimal dari pelepah (luas daun) menjamin serapan meningkatkan evapotranspirasi, lebih lanjut berfungsi membentuk karbohidrat dalam proses fotosintesis.Pengamatan berat tandan buah segar per pohon ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 3. Besar lingkaran batang (cm) per pohon Perlakuan B0 (tanpa pupuk) B1(kotoran sapi 20 ton/ha) B2 (dosis standar Petani ) B3 (dosis 15/25 x N,P,K) B4 (dosis 20/25 x N,P,K) B5 (dosis 25/25 x N,P,K) B6 (dosis 30/25 x N,P,K) Lingkar Batang (cm/pohon) 239 ab 242 ab 239 ab 233 ab 252 ab 259 a 222 b Tabel 5. Banyaknya TBS panen per pohon Banyak TBS Perlakuan (pohon) B0 (tanpa pupuk) 3,67 b B1 (kotoran sapi 20 ton/ha) 5,67 ab B2 (dosis standar Petani ) 5,67 ab B3 (dosis 15/25 x N,P,K) 4,33 b B4 (dosis 20/25 x N,P,K) 7,00 ab B5 (dosis 25/25 x N,P,K) 3,33 b B6 (dosis 30/25 x N,P,K) 10,00 a Keragaman besar lingkar batang terlihat pada perlakuan B5 dan B6. Pada perlakuan B5, ukuran lingkar batang adalah terbesar, sedangkan pada perlakuan B6 menunjukan lingkar batang terkecil. Data ini menunjukan bahwa petani menanam pohon sawit sangat beragam. Dari info yang didapat, bahwa petani tidak banyak tahu asal bibit. Bibit yang ditanam bukan berasal dari balai pembibitan resmi. Dengan keragaman ini, tiap tanaman sawit akan memiliki sifat berbeda dalam serapan hara. Pada Tabel 4. menunjukkan jumlah pelepah tiap pohon. Banyaknya jumlah pelepah per batang tanaman sawit ada perbedaan, terutama pada perlakuan B3 dan B4. Pada Tabel 5. dari pengamatan banyaknya jumlah TBS yang terdapat pada tiap pohon, menunjukkan bahwa perlakuan B0, B3 dan B5 banyaknya jumlah TBS per pohon adalah lebih sedikit, dibandingkan dengan perlakuan B6. Pada B6 akan tampak jumlah TBS lebih banyak dengan perlakuan dosis yang lebih tinggi. Berat TBS tang dihasilkan akibat perlakuan pemupukan berdasarkan potensi produksi dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa, berat TBS mulai tampak meningkat pada perlakuan B4, Kemudian pada B5 adanya penurunan berat TBS, lalu meningkat kembali pada perlakuan B6. Tabel 4. Banyaknya pelepah per pohon Tabel 6. Hasil Tandan Buah Segar (Kg) tiap Pohon Hasil TBS Perlakuan (kg/pohon) B0 (tanpa pupuk) 13.67 B1 (kotoran sapi 20 ton/ha) 6,67 B2 (dosis standar Petani ) 20,33 B3 (dosis 15/25 x N,P,K) 16,67 B4 (dosis 20/25 x N,P,K) 38,67 B5 (dosis 25/25 x N,P,K) 26,00 B6 (dosis 30/25 x N,P,K) 49,33 Perlakuan B0 (tanpa pupuk) B1(kotoran sapi 20 ton/ha) B2 (dosis standar Petani ) B3 (dosis 15/25 x N,P,K) B4 (dosis 20/25 x N,P,K) B5 (dosis 25/25 x N,P,K) B6 (dosis 30/25 x N,P,K) Banyak pelepah (pohon) 36 ab 39 ab 37 ab 41 a 31 b 36 ab 38 ab Pada perlakuan B3 didapatkan jumlah pelepah lebih banyak per pohon, sedangkan 34 Efek pemupukan meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta Arsyad AR, dkk. : Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk yang ditambahkan ke tanah menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan (TBS). Pemupukan pada tanah memperbaiki kondisi yang tak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan hara di dalam tanah. Terjadinya penurunan TBS dalam kasus ini, adalah karena serapan unsur hara dibatasi secara kritis oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum. Menurut Pahan (2006), ada sifat sinergis dan antagonis serapan hara pada beberapa unsur. Pemberian N akan mengganggu serapan Mg walaupun Mg dalam tanah cukup, sehingga pada saat pemberian N, Mg juga perlu ditambahkan. Pada keadaan alami, unsur Mg kurang tersedia karena serapannya diganggu N, akibatnya juga proses serapan N juga akan terganggu. Menurut Pahan (2006), sistem transportasi aktif memerlukan energi. Enegi didapat dari hasil penguraian adenosin triposfat. ADP akan dirubah menjadi ATP melalui proses fotosintesis di dalam profil. Klorofil akan terhambat pembentukannya bila unsur Mg kurang tersedia. Dengan demikian pemberian N yang mengurangi serapan Mg justru akan menyebabkan N yang tersedia tidak dapat diserap secara maksimal. Begitu pula pemupukan P yang diberikan dalam bentuk TSP akan lebih lambat tersedia dari pada unsur N (urea). Pemberian N dan P, yang berpotensi antagonisme secara langsung, menyebabkan terjadinya periode dimana unsur N yang tersedia tidak begitu banyak diserap tanaman karena kurangnya energi akibat P belum tersedia (walaupun sudah diaplikasikan). Respons tanaman terhadap ketersediaan hara tergantung mekanisme serapan hara oleh tanaman, Pada aliran massa, besarnya absorpsi air oleh tanaman tergantung pada beda potensial air di zona perakaran dengan potensial air di dalam daun. Perbedaan potensial ini akan semakin besar bila laju evapotranspirasi semakin besar. Untuk meningkatkan serapan hara dibutuhkan ketersediaan air tanah dalam jumlah yang cukup dan luas permukaan daun yang optimum. Untuk menjamin serapan N, Mg, Ca yang lebih baik jumlah pelepah daun harus dipertahankan agar tetap optimal. Luas daun yang optimal berfungsi pula membentuk karbohidrat melalui proses fotosinteis. Ketersediaan P dan K tergantung lengas tanah dan konsenterasi P dan K, terutama pada tanah yang dekat akar, begitu pula ketersediaan K,Ca dan Mg. Bear dan Toth (1948, dalam Sugiyono, et al, 2005) mengusulkan perimbangan K, Ca dan Mg optimum di dalam tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah 5% , 65% , 10% dan . Bila nisbah Mg/K hanya 2,0 dianggap rendah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktivitas tinggi. Menurut Sugiyono, eta al. (2005), status kesuburan tanah pada areal kelapa sawit dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi bila K dapat dipertukarkan berturut-turut adalah < 0,2, 0,2-0,5 dan >0,5 mg/100 g tanah. Selanjutnya kreteria Mg dapat dipertukarkan rendah, sedang dan tinggi, bila kadar Mg dalam tanah berturut-turut adalah < 0,4, 0,4-1,0 dan > 1,0 mg/100 g tanah. Lebih lanjut Sufiyono dan Poeloengan (1996 dalam Sugiyono, et al. 2005), memberikan kreteria status K, Ca dan Mg dapat dipertukarkan rendah, sedang dan tinggi bila Kejenuhan basa adalah < 25%, 25-50% dan > 50%, serta nisbah K/Ca/Mg adalah 10/60/30. K, Ca dan Mg optimum untuk kelapa sawit adalah pada KB 50%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengamatan dari beberapa parameter tanah dan tanaman sawit pada lokasi penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : 35 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 1. Lahan penelitian di desa Pudak memiliki sifat fisika dan kimia yang rendah, sehingga dikategorikan tanahnya memiliki produktivitas yang rendah 2. Perlakuan dosis pemupukan berdasarkan potensi produksi pada lokasi petani di desa Pudak dapat meningkatkan produksi TBS pada dosis B4 dan B6. 3. Ketidak seimbangan hara di dalam tanah lokasi penelitian saat pemupukan dapat menyebabkan produksi TBS mengalami variasi peningkatan dan penurunan berat TBS per pohon. Saran Untuk melakukan peningkatan berat tandan buah segar, perlu dilakukan pemupukan sampai batas tertentu, yakni pada batas potensi produksi 20 ton per ha (perlakuan B4) dan dosis potensi produksi 30 ton per ha (perlakuan B6).. Agar tidak terjadi antgonisme dalam serapan hara oleh tanaman sawit, sebaiknya pupuk diberikan tidak dalam bersamaan antara pupuk yang mengandung N,P dan K. Pemupukan yang baik untuk sawit adalah lebih dahulu diberikan menurut urutan P-K-NMg. DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R 2005. Pertimbangan Penggunaan Pupuk Majemuk pada Berbagai Kelas Kesesuaian Lahan di Perkebunan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005. Medan Coleman, N,T and A. Mechlich,1957. Soil. In The Yearbook of agriculture. The United States Goverment Printing Office.Washington, D.C Darmosarkoro, W.,E.S. Sutarta, S. Rahutomo. 2001. Peluang Penggunaan Pupuk 36 Majemuk dan Pupuk Organik dari Limbah Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Foth, H.D., L.V. Withee, H.S. Jacobs, S.J. Thien. 1982. Laboratory Manual for Introductory Soil Science. Sixth Edition. Wm. C. Brown Company Publishers Dubuque, Iowa Koedadiri, A.D dan Winarna. 1999. Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Tanah typic paleudult, psammentic Paleudult dan Tropohumods untuk Kelapa Sawit. Warta PPKS vol. 7 No.2 Medan. Hal 61-67 Pahan., I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, E.S. Sutarto. 2001. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi 1. PPKS. Medan PPKS. 2005. Peningkatan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Dalam Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 1920 April 2005.Medan. Sarief, S. 1989. Fisika –Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sugiyono, Edy S. Sutarta, W. Darmosarkoro dan Heri Santoso. 2005. Peranan Perimbangan K, Ca dan Mg Tanah dalam Rekomendasi Pemupukkan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005. Medan. Undang Kurnia, Fahmuddin Agus, Abdurachman Adimihardja, Ai Dariah. 2006.Sifat Fisik Tanah dan Metode analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.