BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan Indonesia perkembangan agroindustri di menuntut peningkatan produksi pertanian. Disisi lain lahan subur semakin menyusut karena dimanfaatkan untuk berbagai keperluan non pertanian. Oleh karena itu, pengembangan pertanian perlu diarahkan kepada tanah-tanah marginal. Salah satu jenis tanah marginal tersebut adalah tanah sulfat masam, suatu jenis tanah yang berkembang di daerah rawa pasang surut. Tanah sulfat masam memiliki ciri khas antara lain pH rendah dan konsentrasi bahan organik relatif tinggi. Hal ini menyebabkan lingkungan tanah bersifat khusus dan memiliki keragaman mikroorganisme spesifik yang mampu beradaptasi di lingkungan tersebut. Tanah jenis ini umumnya dinilai sebagai ekosistem yang tidak saja marginal, tetapi juga rapuh (fragile). Pada lahan pasang surut, pola tanam yang banyak digunakan adalah tanpa olah tanah (TOT). Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma merupakan suatu pilihan tehnologi karena meminimumkan pengusikan lahan, disamping alasan mengatasi kelangkaan tenaga kerja, alsintan (alat mesin pertanian) dan infrastruktur lainnya. Parakuat merupakan salah satu jenis bahan aktif herbisida yang banyak digunakan karena efektivitasnya, yaitu memiliki daya bunuh cepat dan cukup besar terhadap gulma berdaun lebar maupun sempit. Parakuat bersifat larut air 1 2 tetapi tidak larut dalam minyak. Senyawa ini cepat terurai dalam larutan basa dan bersifat stabil dalam lingkungan masam. Sistem perairan tertutup yang umum diaplikasikan dalam lahan pasang - surut memungkinkan terakumulasinya residu pestisida karena adanya siklus pendek antara air permukaan dan air bawah tanah. Parakuat bersifat toksik terhadap organisme tanah (Carr,1986; Hassan & Fridovich,1978). Bila organisme tersebut berperan dalam kesuburan tanah, pemakaian pestisida dapat mempengaruhi kesuburan (Perucci & Scarponi, 1996). Parakuat juga mempengaruhi bakteri Azotobacter (Calderbank & Slade, 1976) yang berperan dalam kesuburan tanah dan fiksasi Nitrogen. Dengan demikian dalam jangka panjang fenomena tersebut memungkinkan terjadinya perubahan keragaman hayati tanah, menurunnya kesuburan, degradasi potensi tanah maupun gangguan kesehatan akibat toksisitas herbisida. Mikroorganisme tersebut antara lain berperan dalam transformasi Nitrogen di tanah yang meliputi proses amonifikasi, nitritasi dan nitratasi beberapa spesies mikrobia juga penting pada proses transformasi fosfor, misalnya mikroorganisme pelarut fosfat, sehingga unsur ini menjadi tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu pemanfaatan lahan-lahan sulfat masam untuk usaha tani perlu penelitian yang mengungkap permasalahan herbisida parakuat, terutama terkait dengan persistensinya pada tanah dan tanaman, pengaruhnya terhadap populasi mikroorganisme penyubur tanah serta pertumbuhan dan hasil tanaman. 3 B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh aplikasi parakuat terhadap populasi mikroorganisme pelaku amonifikasi, nitrifikasi dan pelarutan P dalam ekosistem rizosfer padi di tanah sulfat masam ? 2. Bagaimanakah pengaruh aplikasi parakuat pada tanah sulfat masam terhadap pertumbuhan tanaman padi ? 3. Bagaimanakah persistensi parakuat pada tanah sulfat masam ? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh aplikasi parakuat terhadap populasi mikroorganisme yang berperan dalam amonifikasi, nitrifikasi dan pelarutan P dalam ekosistem rizosfer padi di tanah sulfat masam 2. Mengetahui pengaruh aplikasi parakuat terhadap pertumbuhan tanaman padi pada tanah sulfat masam. 3. Mengetahui persistensi parakuat pada tanah sulfat masam.