JENIS-JENIS BAKTERI POTENSIAL PATOGEN YANG MENGINFEKSI IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KOLAM PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG (Potential Pathogen Bacteria Infecting Goldfish (Cyprinus carpio) in Patumbak Pond Deli Serdang Regency) Meirani Ritonga(1) Dwi Suryanto(2) Yunasfi(2) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email : [email protected]) 2 Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 ABSTRACT Goldfish is commonly found in Indonesia. Pest and disease infected goldfish is being one of the factors to decrease production of the goldfish. The goldfish infected with bacteria was founded in a pond in Patumbak. The study was aim to observe bacteria that might cause fish disease. The isolation of the potensial pathogenic bacteria of goldfish was utilised using the agar spread method. Identification of pathogenic bacteria was done using Vitec 2 compact. Test of water samples was conducted at the Laboratory BTKL Class 1 Medan. Two species were found as potential pathogens in the goldfish, i.e. Pseudomonas aeruginosa and Enterecoccus faecalis. Test of water quality showed that the water quality was still in permitted condition. Keywords: Bacterial pathogens, Goldfish, Pond, Water Quality PENDAHULUAN Perkembangan zaman sangat mempengaruhi kemajuan teknologi di bidang perikanan, salah satunya adalah usaha budidaya intensif yang dapat meningkatkan produksi sektor perikanan. Namun dalam usaha tersebut ada beberapa kendala, salah satunya timbulnya penyakit pada ikan yang umumnya terjadi karena adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Namun dalam budidaya dengan kondisi lingkungan yang terbatas, padat tebar yang tinggi, pemberian pakan yang berlebihan, serta pengelolaan kualitas air yang kurang tepat dapat mengakibatkan keseimbangan lingkungan terganggu, sehingga ikan menjadi stres dan dapat memicu berkembangnya penyakit (Sari dkk., 2012). Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah jenis ikan air tawar yang pada umumnya paling banyak kita temukan di Indonesia. Untuk membantu perekonomian msyarakat sebagaimana ikan mas dapat di budidayakan baik dalam kolam terpal atau kolam tanah. Subsistem pada budidaya ikan mas tersebut terdiri dari subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran (Kowarin dkk., 2014). Ikan mas tergolong jenis ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air antara 14-23oC. Namun, suhu air optimum standar yang baik untuk pertumbuhan Ikan Mas berkisar 26-28oC. Ikan mas mampu beradaptasi terhadap perubahan kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Ikan mas juga tidak sensitif terhadap perlakuan fisik seperti seleksi, penampungan, penimbangan, dan pengangkutan. Karena sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru, ikan mas tersebar hampir diseluruh penjuru dunia. Permintaan hasil perikanan terutama ikan mas yang semakin tinggi mengakibatkan masyarakat menerapkan sistem budidaya intensif bahkan super intensif. Kondisi ini tentunya akan menimbulkan kendala, salah satunya meningkatnya peluang terserangnya penyakit pada beberapa ikan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri, dan virus. Penyakit bakteri menjadi salah satu kendala budidaya ikan mas, karena dapat menyebabkan kematian pada ikan serta kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Penyakit `Ulcerative disease` atau penyakit borok/penyakit bercak merah yang mengakibatkan kematian pada ikan mas termasuk di dalamnya ikan-ikan kecil atau benih mati yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. (Nurjanah dkk., 2014). Penyakit yang menyerang ikan mas ada yang merupakan penyakit noninfeksi dan infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor selain patogen, misalnya karena faktor lingkungan, kualitas pakan yang kurang baik, dan penyakit karena turunan. Sedangkan penyakit infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Furunculosis merupakan penyakit yang memiliki ciri-ciri luka yang khas yaitu nekrosis pada otot, pembengkakan di bawah lapisan kulit dengan luka terbuka berisi nanah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan (Winaruddin dan Eliawardani, 2007). Penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri sangat mempengaruhi hasil budidaya karena penyakit tersebut dapat menurunkan hasil ikan budidaya. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri salah satunya adalah melalui luka ikan. Salah satu bakteri yang diduga hidup pada ikan mas adalah bakteri Pseudomonas sp. Bakteri ini dapat langsung menyerang dan menginfeksi bagian tubuh ikan yang terlihat mengalami bercak merah. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan bakteri-bakteri penyebab penyakit yang diduga bersifat patogen pada ikan mas sehingga dapat di identifikasi bakteri apa saja yang menginfeksi ikan tersebut. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi lokal dan penyebaran mikroorganisme. Selain itu bakteri yang mempunyai sifat zoonosis yaitu bakteri yang mempunyai sifat dapat menularkan penyakit dari hewan/ikan kepada manusia dan sebaliknya. Bakteri tersebut adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Vibrio cholera (Rahmaningsih dkk., 2012). Enterococcus faecalis adalah bakteri yang memiliki kemampuan resisten hampir pada semua obat antiseptik. Bakteri ini memiliki kemampuan resistensi intrinsik dan resistensi yang didapat (acquired). Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans merupakan golongan bakteri yang sama dengan Enterococcus faecalis yaitu bakteri gram positif anaerob fakultatif (Charyadie dkk., 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bakteri apa saja yang menjadi patogen pada ikan mas tersebut dan untuk mengetahui kondisi lingkungan dengan keberadaan patogen yang menginfeksi ikan mas tersebut. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2016. Pengambilan sampel ikan dilakukan di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tempat budidaya ikan mas yang diduga terkena penyakit. Isolasi bakteri sampel ikan dilakukan di Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Medan I, Identifikasi bakteri yang tumbuh dari sampel ikan dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Murni Teguh, dan Identifikasi Bakteri sampel air dilakukan di Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi BTKLPP Medan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain laminar air flow, autoklaf, inkubator, timbangan analitik, penggaris, milimeterblok, hot plate, cawan Petri, tabung reaksi, lampu Bunsen, masker, sarung tangan, botol sampel, toolbox, alumunium foil, magnetic stirer, labu Erlenmeyer, oven, mikroskop, jarum ose, dissecting set, alat tulis, alat Vitec 2 compact, komputer, dan kamera. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut sampel uji ikan mas sebanyak satu ekor (7,5cm) dan air, buku identifikasi bakteri, Media Tripticase Soy Agar (TSA, Oxoid), NaCl 1%, NaOH, alkohol 70 %, medium O/F dengan kandungan 1% glukosa, dan bahan uji pewarnaan gram, larutan safranin, larutan iodin, larutan kristal violet, larutan H2O2 3%, kertas label. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel ikan mas yang mengalami gejala klinis yang terserang penyakit di Kolam Patumbak. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu sterilisasi alat dan bahan , pembuatan media bakteri, pengukuran berat sampel ikan, pengukuran kualitas air kolam, isolasi dan identifikasi bakteri patogen pada ikan, dan uji reaksi biokimia. Pengambilan Sampel Ikan Sampel ikan mas diambil dari kolam Patumbak yang mengalami gejala penyakit seperti terdapatnya borok atau luka pada permukaan tubuh ikan. Sampel ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi air kolam dan kemudian dibawa ke laboratorium dalam keadaan hidup untuk dilakukan pengidentifikasian Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengambil contoh air Kolam dengan menggunakan botol steril. Botol yang telah berisi air hasil sampling dimasukkan ke dalam coolbox untuk menjaga agar bakteri tidak mati kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Untuk luasan kolam ikan mas di kolam patumbak ini berukuran 2 ha perpetak nya 20 x 20 m. Isolasi Bakteri Patogen dari Sampel Ikan Bakteri patogen diisolasi dari beberapa bagian tubuh ikan yaitu hati, ginjal, dan kulit yang mengalami luka atau borok. Hati, ginjal, dan kulit diambil secukupnya dengan menggunakan pisau yang telah steril. Isolasi bakteri dilakukan dengan menggunakan teknik cawan gores atau streak plate pada bagianbagian tubuh ikan tersebut. Bakteri yang tumbuh dipindahkan ke media TSA dengan menggunakan teknik cawan gores, kultur inkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 - 48 jam (Darmayasa, 2008). Selanjutnya dilakukan pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik dengan pewarnaan gram, serta uji biokimia dengan menggunakan alat vitek 2 compact yang merupakan salah satu alat cepat untuk mengidentfikasi spesies dari bakteri. Tahap pewarnaan gram dilakukan dengan mengambil isolat bakteri dengan jarum ose secara aseptik dan dioleskan pada kaca obyek. Isolat bakteri kemudian ditetesi ungu violet dan dibiarkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dianginkan hingga kering. Isolat bakteri kemudian ditetesi lagi dengan larutan iodine dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dianginkan hingga kering. Selanjutnya isolat bakteri ditetesi alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dialiri air dan dianginkan hingga kering. Isolat bakteri kemudian ditetesi safranin selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan kertas penghisap dan dikering anginkan, kemudian dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Bakteri gram positif ditandai dengan warna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu mengikat warna kristal violet, sedangkan bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah muda yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak mampu mengikat warna kristal violet dan hanya terwarnai oleh safranin (pewarna tandingan) (Hadioetomo, 1993). Bentuk sel bakteri yang tumbuh kemudian diamati bentuk selnya secara mikroskopik pada kaca preparat sehingga dapat diketahui bentuknya (kokus, batang atau spiral). Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Tahap identifikasi bakteri diinkubasi selama 48 jam, dilakukan isolasi bakteri dengan metode goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh 1 isolat yang murni. Isolat-isolat yang diperoleh kemudian diamati morfologi. Pengamatan pada morfologi koloni meliputi bentuk, tepian, elevasi dan warna koloni, sedangkan pengamatan morfologi sel meliputi uji pewarnaan Gram, bentuk sel dan uji motilitas (Safrida dkk., 2012). HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan Terserang Penyakit Tanda-tanda ikan yang terinfeksi penyakit pada Kolam ditunjukkan dengan adanya lesi, borok atau luka pada sampel ikan dan hal ini merupakan gejala klinis ikan sakit yang akan di uji seperti pada Gambar 1. Lendir Luka atau borok untuk mengidentifikasi bakteri patogen yang menginfeksi sampel ikan mas. Pewarnaan Gram yang dilakukan secara mikroskopik dengan perbesaran 1000x didapat hasil pewarnaan gram bakteri Gram negatif berwarna merah muda yang berbentuk basil atau batang sedangkan Gram positif berbentuk coccus bulat yang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 1. Ikan Mas (C. carpio) yang terinfeksi penyakit Dari hasil pemeriksaan organ dalam ikan uji juga terdapat gejala klinis seperti pada hati, dan limpa. Hati ikan uji terlihat pucat, berwarna merah kekuning-kuningan. Limpa pada ikan uji terlihat terdapat warna merah memucat seperti tampak pada Gambar 2. Hati Limpa Gambar 2. Organ Dalam Ikan Mas (C. carpio) Morfologi Sel Bakteri Potensial Patogen Pada Ikan (a) (b) Gambar 3. Bentuk Sel dari Isolat (a) Bakteri Gram Negatif (b) Bakteri Gram Positif (perbesaran 1000x). Bakteri potensial patogen yang ditemukan dapat dilihat dari morfologi koloni meliputi tepian, elevasi dan warna koloni yang dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa kedua koloni bakteri memiliki perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.. Pengamatan morfologi sel perlu dilakukan pewarnaan Gram Tabel 1. Morfologi koloni bakteri yang ditemukan pada sampel ikan mas No Kode Isolat 1. KM2 2. KM1 Morfologi Koloni Elevasi Warna Putih Rata Cembung kekuningan Rata Cembung kuning Tepian Morfologi Sel Gram Bentuk _ Basil + Coccus Hasil Identifikasi Bakteri Pada No Parameter Fisika Alat 1 Suhu (oC) Termometer 24 pH pH meter 6,8 2 Hasil Ikan Pengamatan Bakteri potensial patogen ini juga ditemukan pada Kolam yang merupakan tempat Ikan Mas itu hidup. Hasil pengamatan uji biokimia melalui alat vitek 2 compact yang merupakan salah satu alat cepat untuk mengidentifikasi spesies dari bakteri dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pengamatan No Kode Isolat Organ Spesies bakteri Target 1 KM2 Pseudomonas aeruginosa Kulit Enterecoccus faecalis Hati 2 KM1 Tabel 3. Pengukuran kualitas air kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang Keadaan kualitas air yang buruk tersebut dapat disebabkan manajemen pengaturan limbah padat (manure) maupun limbah cair (air buangan) yang kurang memadai sehingga dapat menyebabkan pencemaran terhadap air yang digunakan. Pengujian parameter mikrobiologi untuk kualitas air kolam dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pemeriksaan mikroba dari sumber air dapat diilihat pada Tabel 4. Tabel No bakteri dari sampel ikan ditemukan dua bakteri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengamatan Bakteri Pseudomonas dan Entrecoccus dari sampel ikan mas Kualitas Air Kondisi lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan pada habitatnya, salah satu diantaranya Kolam. Hasil pengamatan kondisi kualitas air di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang Patumbak disajikan pada pada Tabel 3. 4. Pengujian parameter mikrobiologi di Kolam Patumbak Deli Serdang Parameter Hasil Mikrobiologi Analisis 1 Total Coliform 5000 2 Colifaecal 1000 Pembahasan Hasil pengamatan gejala klinis yang terlihat pada ikan mas yang diambil dari kolam ikan menunjukkan terdapatnya lesi, luka atau borok dan lendir yang berlebih pada bagian luar tubuh ikan (Gambar 1). Pada pengamatan dilapangan ikan mas yang diduga sakit juga berenang ke permukaan, dan mengalami pergerakan lambat. Kordi (2004) menyatakan bahwa dalam melakukan identifikasi atau diagnosis penyakit ikan, nama penyakit dan gejala klinisnya penting diketahui karena dapat membantu dalam menentukan kepastian penyebabnya. Isolasi bakteri pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bakteri patogen pada ikan mas yang di duga terserang penyakit. Hasil isolasi bakteri yang tumbuh pada media umum/ trypticase soy agar pada ikan uji yang diambil dari kolam tempat ikan itu hidup didapatkan Pseudomonas aeruginosa dan Enterecoccus faecalis. Bakteribakteri ini merupakan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit (Kismiyati dkk., 2009). Bakteri Pseudomonas sp pada isolasi sampel ikan uji merupakan bakteri patogen yang paling dominan ditemui pada ikan yang mengalami luka atau borok pada badan permukaan ikan yang sakit. Organ yang paling dominan ditemukan bakteri ini adalah kulit. Lubis dkk., (2014) menjelaskan bahwa serangan bakteri ini pada kulit meyebabkan kulit menjadi kesat, timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung serta terjadi pendarahan pada hati, ginjal dan limfa saat dilakukan pembedahan. Bakteri Pseudomonas sp. merupakan penyakit yang memiliki bercak merah atau borok pada permukaan tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan Purnama dkk., (2013) menjelaskan bahwa pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh adanya sumber karbon yang cukup, suhu yang optimal, dan kondisi pH yang cocok serta kondisi lain yang mendukung. Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif dan termasuk golongan bakteri patogen dan merupakan salah satu penyakit yang memiliki borok atau luka pada tubuh ikan. Bakteri Enterococcus faecalis pada isolasi sampel ikan uji merupakan bakteri yang ditemui pada tubuh ikan sakit. Bakteri ini dapat menginfeksi saluran urin, pembuluh darah, endokardium, lambung, limfa, saluran empedu, luka bakar, dan lain-lain. Pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis melalui pembentukan biofilm yang merupakan tempat perlekatan mikroorganisme dan mikroorganisme akan memperbanyak diri pada permukaan biofilm tersebut (Nurliza, 2015). Hasil pengamatan morfologi sel yaitu pewarnaan gram dan bentuk sel pada bakteri Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dan merupakan bakteri negatif karena bakteri-bakteri ini tetap mempertahankan warna metil red/ merah pada pewarnaan gram. Hal ini sesuai dengan Agustina dkk., (2013), yang menyatakan bahwa sel yang memiliki berwarna merah karena terwarnai oleh warna pembanding yaitu safranin. Bakteri gram negatif terlihat berwarna merah muda. Bakteri gram negatif mengandung lipid dan lemak dalam persentase yang lebih tinggi dari pada bakteri gram positif. Selain itu bakteri gram negatif juga memiliki peptidoglikan yang lebih tipis daripada bakteri gram positif. Hasil pengamatan morfologi sel yaitu pewarnaan dan bentuk sel menunujukkan bakteri Enterecoccus facealis berbentuk kokus (bulat) dan merupakan bakteri gram positif karena bakteri-bakteri ini tetap mempertahankan warna metil ungu pada pewarnaan gram. Safrida dkk., (2012), menyatakan bahwa bakteri gram positif terlihat berwarna ungu karena asam-asam ribonukleat pada sitoplasma sel-sel gram positif membentuk ikatan yang lebih kuat dengan kompleks ungu kristal violet sehingga ikatan kimiawi tersebut tidak mudah dipecahkan oleh pemucat warna. Reaksi tersebut didasarkan atas perbedaan komposisi kimiawi dinding sel. Sel gram positif mempunyai dinding dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini adalah suhu dan pH. Kualitas air merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pemeliharan ikan mas (Cprinus carpio) karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi penyakit. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian yang terjadi dapat berupa peningkatan kematian ikan. Selain faktor genetik (keturunan), pertumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan perairan. Salah satu yang dominan adalah suhu. Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya dan mempengaruhi laju metabolisme pada biota akuatik. Berdasarkan pengukuran kualitas air dilapangan pada kolam yaitu suhu 24 oC. Menurut Tarigan (2002), bahwa suhu air kolam yang standar untuk pemeliharaan budidaya ikan mas berkisar antara 25-30oC. Hasil kualitas air menunujukkan pada kolam pH yaitu 6,8 berarti keadaan ini menyebabkan kondisi yang kurang baik. Hal ini sesuai Tatangindantu dkk., (2013), menyatakan pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 7 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air. Hasil pengukuran (Tabel 4) parameter mikrobiologi, diketahui bahwa Total Coliform di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang masih memenuhi baku mutu seperti yang tercantum dalam PP No. 82 tahun 2001, dan masih dikategori baik. Total coliform pada kolam ikan ini menunjukkan hasil 5000, untuk hasil parameter mikrobiologi Colifaecal di kolam patumbak menunjukkan hasil 1000. Hasil pengujian parameter mikrobiologi ini tidak melebihi baku mutu karena kondisi air kolam ini masih dalam kategori yang baik untuk kehidupan biota yang belum terlalu tercemar. Hal ini sesuai dengan Lewerissa dan Martha (2014), menjelaskan bahwa pencemaran perairan dapat berupa pencemaran fisik, kimia, maupun biologis. Pencemaran secara biologis atau yang lebih tepatnya mikrobiologis terutama disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam air yang berbahaya bagi kesehatan karena akan menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit Penyakit infeksi ini sangat berbahaya sehingga diperlukan parameter mikrobiologis yang penting dalam menentukan kualitas perairan. Adanya bakteri coliform / fecal coliform di dalam air menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bakteri potensial patogen yang menginfeksi ikan mas (C. carpio) yaitu Pseudomonas aeruginosa dan bakteri Enterecoccus faecalis yang paling banyak ditemukan pada isolasi media umum/Tryptic Soy Agar. 2. Bakteri yang ada pada air kolam tempat ikan mas (C. carpio) itu hidup merupakan bakteri parameter mikrobiologis yang penting dalam menentukan kualitas perairan. Saran Setelah ditemukannya penyakit bakterial pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang dipelihara pada kolam Patumbak Deli Serdang, disarankan untuk melakukan pengelolaan kolam dan kualitas air secara baik dan rutin agar tidak menjadi wabah penyakit. DAFTAR PUSTAKA Agustina, D., C, Yulvizar., dan R, Nursanty. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pada Ikan Kembung (Rastrellinger sp.) Asin Berkitosan. Jurnal Biospecies 6 (1) : 15-19 Charyadie, F, L., S. Adi., dan R. P. Sari. 2014. Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea america, Mill.) Terhadap Pertumbuhan Enterecoccus faecalis. Jurnal 8 (1) : 1907-5987. Darmayasa, I.B G. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid (lemak) Pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah Dan Estuari DAM Denpasar. Bumi Lestari, 8: 122-127. Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik Dan Prosedur Dasar Laboratorium. Penerbit Gramedia, Jakarta. Kismiyati, S, Surbekti., R, W, N, Yusuf., dan R, Kusdarwati. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif Pada Luka Ikan Mas Koki (Carassius auratus) Akibat Infestasi Ektoparasit Argulus sp. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan 1 (2) : 2-6. Kordi, G. H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. Kowarin, E., G. O. Tambani., dan S. V. Rantung. 2014. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) di Desa Warukapas Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah PS. Agribisnis Perikanan Manado 2 (1) : 85-88. Lewerissa, F. dan M, Kaihena. 2014. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform dan Fecal Coliform Pada Mata Air Desa Saparua Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pattimura. Lubis, Y. P. P., Yunasfi., dan R, Leidonald. 2014. Jenis-Jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin (Pangasius djambal). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Nurjanah, S., S. B. Prayitno., dan Sarjito. 2014. Sensitivitas Bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp yang Diisolasi Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sakit Terhadap Berbagai Macam Obat Beredar. Jurnal Of Aquaculture Management and Tehcnology 3 (4) : 308316. Nurliza. 2015. Bakteri yang Diisolasi Dari Saluran Akar yang Telah Dilakukan Perawatan Dengan Periodontitis Apikalis yang Persisten. Universitas Sumatera Utara. Purnama. 2013. Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aerus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtillis, dan Escherichia coli. [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Rahmaningsih, S., S. Wlis., dan A. Mulyana. 2012. Bakteri Patogen Dari Perairan Pantai dan Kawasan Tambak di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Jurnal Ekologia 12 (1) : 4-54. Safrida, D. Y., Y. Cut., dan D. N. Cut. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Berpotensi Probiotik Pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Depik 1 (3) : 200-203. Sari, D. S. 2012. Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Ekstrak Etil Asetat Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa). [Skripsi]. Tatangindatu, F., O, Kalesaran., dan R, Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Aeral Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Palelon, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan 1 (2) : 8-19. Tarigan, R. 2002. Cara Pemeliharaan Ikan Pada Kolam Pekarangan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 8 (28) : 84-90. Winaruddin dan Eliawardani. 2007. Inventarisasi Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas yang Dibudidayakan Dalam Jaring Apung di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Kedokteran Hewan 1 (2) : 66-69.