PENGARUH EKSTRAK TEMPE KEDELAI

advertisement
PENGARUH EKSTRAK TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)
DAN EKSTRAK INOKULUM KAPANG TEMPE TERHADAP
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Escherichia coli
SECARA IN VITRO
Muhammad Ali Sukron, Endang Suarsini, Agung Witjoro
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi spesies-spesies
kapang yang terdapat pada inokulum kapang tempe kedelai (Glycine max) dan
untuk mengetahui pengaruh ekstrak tempe kedelai (Glycine max) dan ekstrak
inokulum tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan
pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Pengujian daya antibakteri
menggunakan metode difusi cakram. Penelitian ini menggunakan konsentrasi
konsentrasi 0% (kontrol negatif), 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%
serta kontrol positif menggunakan antibiotik ampicillin. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil identifikasi spesies kapang dari inokulum kapang
tempe terdapat 1 spesies kapang yakni Rhizopus oligosporus Saito. Tidak ada
pengaruh pemberian ekstrak tempe kedelai dalam beberapa macam konsentrasi
terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro dan ada
pengaruh pemberian ekstrak inoulum kapang tempe dalam beberapa macam
konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro.
Kata kunci: ekstrak tempe kedelai (Glycine max), ekstrak inokulum kapang
tempe, daya hambat, Escherichia coli.
Tempe merupakan produk fermentasi yang sangat dikenal oleh masyarakat
Indonesia dan mulai digemari oleh beberapa kelompok masyarakat Negara Barat.
(Hidayat, dkk, 2006). Tempe mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan
manusia, antara lain mencegah kanker, menurunkan kolesterol darah, mencegah
anemia, dan mencegah penyakit pencernaan. Tempe mempunyai manfaat
mencegah penyakit diare dan disentri karena kandungan seratnya tinggi sehingga
baik untuk pencernaan dan juga mengandung senyawa yang dapat meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap Eschericia coli (E. coli) (Harli, 2004). Tempe memiliki
senyawa antibakteri dan antioksidan yang berkhasiat sebagai obat, yakni
genestein, daidzein, fitosterol, asam fitat, asam fenolat, lesitin, dan inhibitor
protease. Genestein dan daidzein merupakan senyawa isoflavon yang berada
dalam tempe (Cahyadi, 2006).
Kualitas tempe sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan
untuk inokulasinya. Starter tempe disebut juga sebagai inokulum kapang tempe.
(Kasmidjo, 1990). Jenis kapang yang berperan dalam fermentasi tempe adalah
Rhizopus oligosporus (R. oligosporus) dan R. oryzae dan kapang lain seperti R.
stolonifer dan R. arrhizus (Kasmidjo, 1990). R. oligosporus merupakan salah satu
jenis kapang yang sering dijumpai dalam inokulum kapang tempe (Iskandar,
2002). Menurut Fadahunsi, et al. (2013), R. oligosporus menghasilkan senyawa
fenol yang berperan sebagai zat anti inflamasi, antimikroba, dan antioksidan.
Senyawa fenol merupakan senyawa antibiotik dengan cara menghambat fungsi
membran sel.
1
2
Bakteri merupakan organisme yang banyak ditemukan di alam dalam
jumlah besar dan ada juga yang tumbuh sebagai flora normal di tubuh manusia, di
antaranya E. coli (Pelczar & Chan, 1988). E. coli merupakan bakteri gram negatif,
bersifat aerob, anaerob fakultatif, dan motil. Bakteri ini dapat ditemukan pada
kolon manusia, berkoloni pada usus, dan beberapa jenis E. coli kontaminan dapat
ditemukan pada feses hewan atau manusia (Levinson & Jawetz, 1989). Proses
infeksi E. coli dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, dapat
menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih, diare, sepsis, dan meningitis
(Kusuma, 2010). Menurut Noviana (2004), resistensi bakteri E. coli terhadap
antibiotik telah banyak dilaporkan. E. coli tersebut resisten terhadap antibiotik
golongan β-laktam, fosfomisin, dan golongan kuinolon. Jenis bakteri E. coli yang
telah mengalami resistensi dan menyebabkan infeksi ialah Enterotoxigenic E. coli
(ETEC) dan Enteropathogenic E. coli (EPEC) (Karsinah, dkk, 1994).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja antibakteri adalah
konsentrasi zat antibakteri (Pelczar & Chan, 1988). Penelitian ini menggunakan
beberapa konsentrasi untuk menguji pengaruhnya terhadap penghambatan
pertumbuhan E. coli terutama untuk E. coli yang dapat menyebabkan infeksi.
Melalui hasil penelitian diharapkan dapat ditentukan konsentrasi yang efektif dari
ekstrak tempe kedelai, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian
selanjutnya.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2014 di
laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.
Tempe kedelai dan inokulum kapang tempe diperoleh dari daerah Sanan, Malang.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 kali ulangan.
Identifikasi kapang tempe dilakukan dengan pengamatan makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati koloni yang
nampak pada medium lempeng PDA, sedangkan pengamatan mikroskopis
menggunakan sediaan yang dibuat dengan metode slide culture. Preparat kapang
diamati di bawah mikroskop untuk dilakukan identifikasi dengan melihat ciri-ciri
mikroskopis dari masing-masing kapang yang ditemukan dan merujuk pada kunci
identifikasi kapang untuk penentuan spesies-spesiesnya. Buku yang digunakan
untuk mengidentifikasi ialah buku identifikasi yang berjudul ”Introduction do
Food-Borne Fungi” (Samson, dkk, 1984).
Tempe kedelai yang berumur 1 x 24 jam ditimbang sebanyak 10 g
kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar dan pistil. Tempe kedelai
yang sudah dihaluskan kemudian dihomogenkan dengan menambahkan aquades
steril 20 ml ke dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan vorteks. Ekstrak
tempe kedelai disaring dengan saringan steril.
Kapang tempe yang berasal dari inokulum kapang tempe diisolasikan ke
medium PDA kemudian diinkubasi di inkubator pada suhu 25-27ºC selama 5 x 24
jam. Kapang tempe yang sudah tumbuh di medium PDA dipindahkan ke labu
Erlenmeyer yang berisi medium SDC 125 ml dan diinkubasi selama 8 x 24 jam
pada suhu ruang dan diletakkan di shaker dengan kecepatan 100 rpm. Ekstrak
inokulum kapang tempe disaring dengan saringan steril.
3
Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram.
Biakan murni bakteri E. coli yang telah memenuhi larutan standar McFarland
dengan kekeruhan 0,5 diinokulasikan pada medium lempeng Mueller Hinton Agar
(MHA) dan di atasnya diletakkan paper disc yang telah ditetesi ekstrak tempe
kedelai dan paper disc yang telah ditetesi ekstrak inokulum tempe dengan
konsentrasi 0% (kontrol negatif), 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%
masing-masing sebanyak 20 µl per paper disc. Sebagai perlakuan kontrol positif
menggunakan antibiotik Ampicillin. Diameter zona hambat yang terbentuk di
sekitar paper disc pada biakan E. coli diukur setelah diinkubasi selama 1 x 24
jam. Data dianalisis menggunakan ANAVA tunggal dan dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikan 1%.
HASIL
Hasil identifikasi kapang tempe berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri
makroskopis dan mikroskopis dengan merujuk pada kunci identifikasi kapang
adalah sebagai berikut. Isolat kapang inokulum kapang tempe terdapat 1 isolat
yang mempunyai ciri morfologi koloni berwarna abu-abu kecokelatan. Sifat
koloni seperti kapas. Diameter koloni pada umur 5 hari menutupi seluruh
permukaan medium PDA. Berdasarkan pengamatan mikroskopis kapang ini
memiliki ciri-ciri hifa berwarna hialin, terdapat sekat, berdiameter 5 µm.
Konidiofor berwarna hialin, berdiameter 10 µm. Sporangiospor tunggal, panjang
sporangiofor 1000 µm, terdapat 1 sporangiospor dalam 1 rumpun, dan berdinding
halus. Terdapat rizoid. Sporangium berbentuk bulat, berwarna cokelat. Kolumela
berbentuk bulat dan berdiameter 21 µm. Sporangiospora berbentuk, bulat, elips,
dan tidak beraturan, berdiameter 7,5 µm. Zygospora berwarna hialin, berdiameter
10 µm. Menurut hasil identifikasi dengan merujuk pada buku kunci identifikasi
berdasarkan Samson, et al. (1984), maka kapang ini ialah Rhizopus oligosporus
Saito.
Data hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan E. coli pada medium
Mueller-Hinton Agar setelah perlakuan dengan penambahan ekstrak tempe
kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil pengukuran zona hambat
pertumbuhan E. coli pada medium Mueller-Hinton Agar setelah perlakuan dengan
penambahan ekstrak inokulum tempe dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri E. coli
yang Diperlakukan dengan Ekstrak Tempe Kedelai dalam Beberapa Macam
Konsentrasi
Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm)
Rerata
pada Ulangan ke1
2
3
0
0,00
0,00
0,00
0,00
3,125
0,00
0,00
0,00
0,00
6,25
0,00
0,00
0,00
0,00
12,5
0,00
0,00
0,00
0,00
25
0,00
0,00
0,00
0,00
50
0,00
0,00
0,00
0,00
100
0,00
0,00
0,00
0,00
Ampicillin
11,62
11,72
12,15
11,83
4
Tabel 2 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri E. coli
yang Diperlakukan dengan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe dalam Beberapa
Macam Konsentrasi
Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm)
Rerata
pada Ulangan ke1
2
3
0
0,00
0,00
0,00
0,00
3,125
5,28
5,25
5,28
5,27
6,25
5,30
5,27
5,33
5,30
12,5
5,32
5,28
5,3
5,30
25
5,35
5,32
5,35
5,34
50
5,38
5,43
5,32
5,38
100
5,58
5,75
5,72
5,68
Ampicillin
10,85
11,00
11,22
11,02
Tabel 3 Ringkasan ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tempe Kedelai dalam
Beberapa Macam Konsentrasi terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni E.
coli
SK
JK
Dr
KT
Fhit
Ftab 5%
Ftab 1%
Perlakuan
0
6
0
Galat
0
14
0
Total
0
20
0
2,847725996
4,455820026
Tabel 4 Ringkasan ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe
dalam Beberapa Macam Konsentrasi terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni
E. coli
SK
JK
Dr
KT
Fhit
Ftab 5%
Ftab 1%
Perlakuan
7,59773
6
1,26629
Galat
0,00109
14
0,00078
Total
7,59882
20
16260,10304
2,84773
4,45582
Hasil uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf
signifikan 1% yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5 Notasi Hasil Uji BNT tentang Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli yang
Diperlakukan dengan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe dalam Beberapa Macam
Konsentrasi
Konsentrasi
Rerata
Notasi
0
0,7071
3,125
2,4021
b
6,25
a
2,4083
b
12,5
2,4083
b
25
2,4166
b
50
2,4242
100
2,4866
Nilai BNT 1% =
c
d
0,018575721
5
Hasil perhitungan menggunakan analisis varian tunggal dalam RAL
(Rancangan Acak Lengkap) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Fhit < Ftabel dengan
taraf signifikan 1% sehingga hipotesis ditolak yaitu tidak ada pengaruh ekstrak
tempe kedelai dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan
pertumbuhan E. coli secara in vitro. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Fhit > Ftabel
dengan taraf signifikan 1% sehingga hipotesis diterima yaitu ada pengaruh ekstrak
inokulum kapang tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap
penghambatan pertumbuhan E. coli secara in vitro dengan perbedaan daya hambat
yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji BNT dengan taraf signifikan 1%
menunjukkan bahwa diameter zona hambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli
yang dihasilkan dengan perlakuan ekstrak inokulum kapang tempe dengan
konsentrasi 100% merupakan diameter zona hambat paling besar.
Berdasarkan notasi hasil uji BNT 1% diketahui ekstrak inokulum kapang
tempe konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang menghasilkan zona
hambat terbesar dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli, tetapi
konsentrasi tersebut tidak efektif karena termasuk kategori resisten (lihat Tabel 3).
Zona hambat Ampicillin terhadap pertumbuhan E. coli sebesar 11,68 mm dan
dibandingkan dengan ketentuan NCCLS (NCCLS, 2000 dalam Jorgensen &
Turnidge, 2003, U.S. Food and Drug Administration, 2008) menunjukkan
kategori resisten. Ekstrak tempe kedelai dalam beberapa konsentrasi tidak dapat
menghambat pertumbuhan E. coli sehingga tergolong resisten, sedangkan ekstrak
inokulum kapang tempe konsentrasi 100% dalam menghambat pertumbuhan E.
coli membentuk zona hambat maksimum sebesar 5,68 mm sehingga tergolong
resisten.
PEMBAHASAN
Hasil identifikasi kapang berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis
dengan merujuk pada kunci identifikasi kapang, menunjukkan bahwa isolat
kapang pada inokulum kapang tempe ialah spesies Rhizopus oligosporus Saito.
Ciri mikroskopis yang khas dari R. oligosporus ialah sporangiospora berdinding
halus, berbentuk subglubosa atau tidak teratur, sporangiosfor tidak lebih panjang
dari 1 mm, dan terdapat banyak klamidospora (Samson, et al., 1984).
Hasil penelitian dengan menggunakan bahan ekstrak tempe kedelai
membuktikan bahwa ekstrak tempe kedelai tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli secara in vitro. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona
hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang telah ditetesi dengan 7 macam
konsentrasi yang telah diujikan. Berdasarkan hasil uji analisis varian tunggal
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf
signifikan 1% (lihat Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
konsentrasi ekstrak terhadap penghambatan pertumbuhan koloni bakteri E. coli.
Senyawa aktif antibakteri yang terdapat pada tempe kedelai ialah isoflavon.
Dalam penelitian ini ekstrak tempe kedelai dilarutkan dengan menggunakan
aquades steril. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada daya antibakteri ekstrak
tempe kedelai dari beberapa macam konsentrasi terhadap pertumbuhan koloni
bakteri E. coli. Ada kemungkinan senyawa isoflavon tidak terlarut sempurna
dalam aquades, karena daya larut isoflavon dalam aquades tergolong rendah. Hal
6
ini kemungkinan dapat menyebabkan tidak terbentuknya zona hambat
pertumbuhan.
Hasil penelitian dengan menggunakan bahan ekstrak inokulum kapang
tempe membuktikan bahwa ekstrak inokulum kapang tempe dapat menghambat
pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Hal ini dibuktikan dengan adanya
zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang telah ditetesi dengan 7
macam konsentrasi yang telah diujikan. Pada hasil pengamatan diketahui bahwa
diameter zona hambat meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ekstrak inokulum kapang tempe yang terkandung pada paper disc. Pada
konsentrasi ekstrak inokulum kapang tempe 0% tidak terbentuk zona hambat dan
diameter zona hambat meningkat sampai konsentrasi ekstrak 100% yakni sebesar
5,68 mm terhadap E. coli. Hal ini membuktikan bahwa bahan yang bersifat anti
bakteri yang terdapat pada inokulum kapang tempe berpengaruh terhadap daya
antibakteri.
Berdasarkan hasil uji analisis varian tunggal dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) terbukti bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 1% (lihat Tabel
4) hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak inokulum
kapang tempe terhadap penghambatan pertumbuhan koloni bakteri E. coli dengan
perbedaan daya hambat yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji BNT 1% (lihat
Tabel 5) diketahui ekstrak inokulum kapang tempe konsentrasi 100% merupakan
konsentrasi ekstrak yang menghasilkan zona hambat terbesar dalam menghambat
pertumbuhan koloni bakteri E. coli, tetapi konsentrasi tersebut tidak efektif karena
termasuk kategori resisten
Pembentukan zona hambat di sekitar paper disc menunjukkan bahwa
ekstrak inokulum kapang tempe mengandung senyawa aktif yang bersifat
antibakteri. Menurut Fadahunsi, et al. (2013), senyawa antibakteri yang dihasilkan
R. oligosporus yang merupakan kapang inokulum kapang tempe adalah senyawa
fenol. Mekanisme kerja zat antibakteri dari senyawa fenol adalah merusak dinding
sel dan permeabilitas membran sel (Volk & Wheeler, 1990).
Bakteri merupakan sel hidup yang memiliki dinding sel yang berfungsi
mempertahankan bentuk sel dan melindungi dari tekanan osmotik. Dinding sel
tersusun atas peptidoglikan yang penyusun utamanya adalah protein. Bakteri E.
coli merupakan bakteri Gram negatif yang dinding selnya memiliki susunan kimia
yang lebih kompleks dibandingkan bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif
selain peptidoglikan, mempunyai lapisan luar dinding sel yang terdiri dari
lipopolisakarida, lipoprotein, dan periplasma yang terikat peptidoglikan (Madigan,
et al., 2012). Lipopolisakarida merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai
pertahanan sel bekerja sama dengan peptidoglikan dan melakukan seleksi
terhadap zat-zat asing. Lipoprotein mengandung molekul protein yang disebut
porin (Hidayathulla, et al., 2011).
Mekanisme kerja zat antibakteri dari ekstrak inokulum kapang tempe
diawali dengan merusak dinding sel bakteri yang tersusun oleh peptidoglikan,
sedangkan sel manusia tidak mempunyai lapisan tersebut sehingga sel-sel tubuh
manusia tidak akan rusak oleh senyawa antibakteri (Jawetz, et al., 2005).
Kerusakan pada dinding sel erat kaitannya dengan protein yang menyusun
dinding sel. Senyawa antibakteri pada ekstrak inokulum kapang tempe dapat
menyebabkan denaturasi protein, sehingga struktur dinding sel berubah (Pelczar
& Chan, 1988). Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri disebabkan
7
oleh adanya ikatan hidrogen intermolekul. Ikatan hidrogen intermolekul pada
protein lemah sehingga mudah lepas dan berikatan dengan senyawa lain
(Siswandono & Soekardjo, 1995).
Senyawa antibakteri yang terdapat pada inokulum kapang tempe memiliki
atom O yang dapat berikatan dengan atom H pada protein. Adanya ikatan
Hidrogen baru pada struktur dari protein tersebut berubah. Perubahan struktur
dinding sel menyebabkan perubahan fungsi, sehingga permeabilitas dinding sel
menurun dan mengakibatkan keluar masuknya ion penting, enzim dan asam
amino terganggu. Keluar masuknya molekul yang tidak terkontrol dapat
mengganggu metabolisme sel, sehingga menurunkan ATP yang terbentuk.
Penurunan ATP dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat mengalami
kematian.
Setelah dinding sel rusak, senyawa fenol dari inokulum kapang tempe
mampu menghambat pertumbuhan E. coli. Turunan senyawa fenol berinteraksi
dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen dan
dapat merubah permeabilitas membran sel (Parwata & Dewi, 2008).
Penetrasi fenol pada konsentrasi tinggi ke dalam sel bakteri menyebabkan
koagulasi protein dan lisis pada membran sel. Mekanisme penghambatan senyawa
fenol adalah melalui pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada
senyawa fenol dengan protein membran sel, yang menyebabkan gangguan
terhadap permeabilitas membran, sehingga komponen sel yang esensi keluar dari
dalam sel dan menyebabkan kematian bakteri (Deasywaty, 2011).
Senyawa fenol dengan konsentrasi rendah dapat membentuk ikatan
protein-fenol dengan ikatan lemah dan mudah terurai dan apabila terjadi penetrasi
fenol ke dalam sel dapat menyebabkan koagulasi protein dan lisis pada membran
sel. Dampak yang ditimbulkan adalah terjadi gangguan pada sistem transportasi
nutrisi (Parwata & Dewi, 2008).
Kerusakan pada membran sel mengakibatkan senyawa-senyawa yang
terdapat pada sitoplasma, termasuk enzim keluar dari dalam sel. Keluarnya enzimenzim dari dalam sel dapat mengakibatkan proses pembentukan ATP terganggu.
ATP pada bakteri berfungsi sebagai sumber untuk pertumbuhan bakteri, sehingga
bila ATP berkurang, maka proses pertumbuhan pada bakteri terhambat yang
mengakibatkan bakteri mengalami kematian.
Kemampuan antibiotik Ampicillin sebagai kontrol positif pada koloni
bakteri E. coli tergolong resisten (NCCLS, 2000 dalam Jorgensen & Turnidge,
2003, U.S. Food and Drug Administration, 2008), sehingga kemampuan dari
ekstrak inokulum kapang tempe tergolong resisten dalam menghambat
pertumbuhan koloni bakteri E. coli. Hal ini dimungkinkan biakan murni E. coli
yang terdapat pada Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Negeri Malang telah mengalami resisten terhadap antibiotik
Ampicillin.
Resistensi E. coli terhadap Ampicillin dapat disebabkan oleh enzim βlaktamase. Ampicillin adalah antibiotik yang memiliki cincin β-laktam. Cincin βlaktam berfungsi untuk membunuh bakteri. Enzim β-laktamase yang dihasilkan
oleh E. coli membuka cincin β-laktam pada Ampicillin, sehingga antibiotik
tersebut inaktif dan E. coli menjadi resisten terhadap Ampicillin (Jawets, et al.,
1995).
8
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Kapang
yang terdapat pada inokulum kapang tempe kedelai ada satu spesies yakni
Rhizopus oligosporus Saito. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak tempe kedelai
dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri
E. coli secara in vitro. Ada pengaruh pemberian ekstrak inokulum kapang tempe
dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri
E. coli secara in vitro. Tidak ada konsentrasi ekstrak tempe kedelai yang efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Tidak ada
konsentrasi ekstrak nokulum kapang tempe kedelai yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro karena konsentrasi 100%
yang merupakan konsentrasi tertinggi termasuk kategori resisten. Berdasarkan
hasil perbandingan daya hambat pertumbuhan bakteri E. coli antara ekstrak tempe
kedelai dan ekstrak inokulum kapang tempe terhadap kontrol positif berupa
Ampicillin yang ditentukan berdasarkan NCCLS, maka dapat disimpulkan bahwa
daya hambat pertumbuhan tersebut tergolong resisten.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan pelarut selain
aquades yang lebih sesuai. Perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai daya
antibakteri dari tempe dengan menggunakan macam kacang-kacangan yang lain,
dengan jenis inokulum kapang tempe yang lain, dan dengan jenis bakteri uji yang
lain.
DAFTAR RUJUKAN
Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bandung: Bumi Aksara.
Deasywaty. 2011. Aktivitas Antimkroba dan Identifikasi komponen Aktif Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorriza Rxb.). Tesis tidak diterbitkan. Depok:
Universitas Indonesia.
Fadahunsi, I. F., Ogunbanwo, S. T., & Ogundana, D. T. 2013. Heat Stability and
Optimization of In Vitro Antimicrobial Activity of Metabolites Produced
by Rhizopus oligosporus NRRL 2710 Againts Some Pathogenic Bacteria.
Trakia Journal of Science, 2: 110-117.
Harli, M. 2004. Intisari Kado Tempe Buat Mama. Jakarta: PT. Gramedia.
Hidayathulla, S., Keshava, C. K., & Chandrashekar, K. R. 2011. Phytochemical
Evaluation and Antibacterial Activity of Pterosermum diversolium
Blume. Int. J. Of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 3(2): 165-167.
Hidayat, N., Padaga, M. C., & Suhartini, S. 2006. Mikrobiologi Industri.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 1995. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan. Penerjemah: Gerard Bonang. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Alih Bahasa: Huriwati Hartono dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Jorgensen, J. H., & Turnidge, J. D. 2003. Suspectibility Test Method: Dilution and
Disk Diffusion Method. Dalam Murray, P. R., Baron, E. J., Jorgensen, J.
H., Pfaller, M. A., & Yolken, R. H. 2003. Manual of Clinical
Microbiology 8th Edition Volume 1. Washington, D. C.: ASM Press.
9
Iskandar, Y.M. 2002. Isoflavonoida Hasil Fermentasi Kedelai Menggunakan
Inokulum Kultur Campuran. Prosiding Semnas XI. Jasakiai. Yogyakarta.
Karsinah, Lucky, H. M., Suharto, & Mardiastuti, H. W. 1994. Batang Negatif
Gram. Mikrobiologi Kedokteran, 195-198.
Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan Serta
Pemanfaatanya. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Universitas Gajah Mada.
Kusuma, S. A. F. 2010. Makalah Escherichia coli. Pajajaran: Universitas
Padjadjaran.
Levinson, W. E. & Jawetz, E. 1989. Medical Microbiology & Immunology. San
Francisco: McGraw-Hill Inc.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., Stahl, D. A., & Clark, D. P. 2012. Brock
Biology of Microorganism Global Edition Thirteenth Edition. San
Francisco: Pearson Education Inc.
Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari
Berbagai Spesimen Klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti, 23: 4.
Parwata, I. M. & Dewi, P. F. S. 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpina galang L.). J. Kimia,
2(2): 100-104.
Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Samson, R. A., Hoekstra, E. S., dan Oorschot, C. A. N. V 1984. Introduction do
Food-Borne Fungi. Netherland: Institute of The Royal Netherlands
Academy of Arts and Sciences.
Siswandono & Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
Volk & Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar 2. Jakarta: Erlangga.
Download