PENGARUH EKSTRAK TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) DAN EKSTRAK INOKULUM KAPANG TEMPE TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Escherichia coli SECARA IN VITRO Muhammad Ali Sukron, Endang Suarsini, Agung Witjoro Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur E-mail: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi spesies-spesies kapang yang terdapat pada inokulum kapang tempe kedelai (Glycine max) dan untuk mengetahui pengaruh ekstrak tempe kedelai (Glycine max) dan ekstrak inokulum tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Penelitian ini menggunakan konsentrasi konsentrasi 0% (kontrol negatif), 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% serta kontrol positif menggunakan antibiotik ampicillin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil identifikasi spesies kapang dari inokulum kapang tempe terdapat 1 spesies kapang yakni Rhizopus oligosporus Saito. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak tempe kedelai dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro dan ada pengaruh pemberian ekstrak inoulum kapang tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Kata kunci: ekstrak tempe kedelai (Glycine max), ekstrak inokulum kapang tempe, daya hambat, Escherichia coli. Tempe merupakan produk fermentasi yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai digemari oleh beberapa kelompok masyarakat Negara Barat. (Hidayat, dkk, 2006). Tempe mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia, antara lain mencegah kanker, menurunkan kolesterol darah, mencegah anemia, dan mencegah penyakit pencernaan. Tempe mempunyai manfaat mencegah penyakit diare dan disentri karena kandungan seratnya tinggi sehingga baik untuk pencernaan dan juga mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Eschericia coli (E. coli) (Harli, 2004). Tempe memiliki senyawa antibakteri dan antioksidan yang berkhasiat sebagai obat, yakni genestein, daidzein, fitosterol, asam fitat, asam fenolat, lesitin, dan inhibitor protease. Genestein dan daidzein merupakan senyawa isoflavon yang berada dalam tempe (Cahyadi, 2006). Kualitas tempe sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk inokulasinya. Starter tempe disebut juga sebagai inokulum kapang tempe. (Kasmidjo, 1990). Jenis kapang yang berperan dalam fermentasi tempe adalah Rhizopus oligosporus (R. oligosporus) dan R. oryzae dan kapang lain seperti R. stolonifer dan R. arrhizus (Kasmidjo, 1990). R. oligosporus merupakan salah satu jenis kapang yang sering dijumpai dalam inokulum kapang tempe (Iskandar, 2002). Menurut Fadahunsi, et al. (2013), R. oligosporus menghasilkan senyawa fenol yang berperan sebagai zat anti inflamasi, antimikroba, dan antioksidan. Senyawa fenol merupakan senyawa antibiotik dengan cara menghambat fungsi membran sel. 1 2 Bakteri merupakan organisme yang banyak ditemukan di alam dalam jumlah besar dan ada juga yang tumbuh sebagai flora normal di tubuh manusia, di antaranya E. coli (Pelczar & Chan, 1988). E. coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerob, anaerob fakultatif, dan motil. Bakteri ini dapat ditemukan pada kolon manusia, berkoloni pada usus, dan beberapa jenis E. coli kontaminan dapat ditemukan pada feses hewan atau manusia (Levinson & Jawetz, 1989). Proses infeksi E. coli dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih, diare, sepsis, dan meningitis (Kusuma, 2010). Menurut Noviana (2004), resistensi bakteri E. coli terhadap antibiotik telah banyak dilaporkan. E. coli tersebut resisten terhadap antibiotik golongan β-laktam, fosfomisin, dan golongan kuinolon. Jenis bakteri E. coli yang telah mengalami resistensi dan menyebabkan infeksi ialah Enterotoxigenic E. coli (ETEC) dan Enteropathogenic E. coli (EPEC) (Karsinah, dkk, 1994). Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja antibakteri adalah konsentrasi zat antibakteri (Pelczar & Chan, 1988). Penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi untuk menguji pengaruhnya terhadap penghambatan pertumbuhan E. coli terutama untuk E. coli yang dapat menyebabkan infeksi. Melalui hasil penelitian diharapkan dapat ditentukan konsentrasi yang efektif dari ekstrak tempe kedelai, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya. METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2014 di laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Tempe kedelai dan inokulum kapang tempe diperoleh dari daerah Sanan, Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Identifikasi kapang tempe dilakukan dengan pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati koloni yang nampak pada medium lempeng PDA, sedangkan pengamatan mikroskopis menggunakan sediaan yang dibuat dengan metode slide culture. Preparat kapang diamati di bawah mikroskop untuk dilakukan identifikasi dengan melihat ciri-ciri mikroskopis dari masing-masing kapang yang ditemukan dan merujuk pada kunci identifikasi kapang untuk penentuan spesies-spesiesnya. Buku yang digunakan untuk mengidentifikasi ialah buku identifikasi yang berjudul ”Introduction do Food-Borne Fungi” (Samson, dkk, 1984). Tempe kedelai yang berumur 1 x 24 jam ditimbang sebanyak 10 g kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar dan pistil. Tempe kedelai yang sudah dihaluskan kemudian dihomogenkan dengan menambahkan aquades steril 20 ml ke dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan vorteks. Ekstrak tempe kedelai disaring dengan saringan steril. Kapang tempe yang berasal dari inokulum kapang tempe diisolasikan ke medium PDA kemudian diinkubasi di inkubator pada suhu 25-27ºC selama 5 x 24 jam. Kapang tempe yang sudah tumbuh di medium PDA dipindahkan ke labu Erlenmeyer yang berisi medium SDC 125 ml dan diinkubasi selama 8 x 24 jam pada suhu ruang dan diletakkan di shaker dengan kecepatan 100 rpm. Ekstrak inokulum kapang tempe disaring dengan saringan steril. 3 Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Biakan murni bakteri E. coli yang telah memenuhi larutan standar McFarland dengan kekeruhan 0,5 diinokulasikan pada medium lempeng Mueller Hinton Agar (MHA) dan di atasnya diletakkan paper disc yang telah ditetesi ekstrak tempe kedelai dan paper disc yang telah ditetesi ekstrak inokulum tempe dengan konsentrasi 0% (kontrol negatif), 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% masing-masing sebanyak 20 µl per paper disc. Sebagai perlakuan kontrol positif menggunakan antibiotik Ampicillin. Diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc pada biakan E. coli diukur setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam. Data dianalisis menggunakan ANAVA tunggal dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikan 1%. HASIL Hasil identifikasi kapang tempe berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis dengan merujuk pada kunci identifikasi kapang adalah sebagai berikut. Isolat kapang inokulum kapang tempe terdapat 1 isolat yang mempunyai ciri morfologi koloni berwarna abu-abu kecokelatan. Sifat koloni seperti kapas. Diameter koloni pada umur 5 hari menutupi seluruh permukaan medium PDA. Berdasarkan pengamatan mikroskopis kapang ini memiliki ciri-ciri hifa berwarna hialin, terdapat sekat, berdiameter 5 µm. Konidiofor berwarna hialin, berdiameter 10 µm. Sporangiospor tunggal, panjang sporangiofor 1000 µm, terdapat 1 sporangiospor dalam 1 rumpun, dan berdinding halus. Terdapat rizoid. Sporangium berbentuk bulat, berwarna cokelat. Kolumela berbentuk bulat dan berdiameter 21 µm. Sporangiospora berbentuk, bulat, elips, dan tidak beraturan, berdiameter 7,5 µm. Zygospora berwarna hialin, berdiameter 10 µm. Menurut hasil identifikasi dengan merujuk pada buku kunci identifikasi berdasarkan Samson, et al. (1984), maka kapang ini ialah Rhizopus oligosporus Saito. Data hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan E. coli pada medium Mueller-Hinton Agar setelah perlakuan dengan penambahan ekstrak tempe kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil pengukuran zona hambat pertumbuhan E. coli pada medium Mueller-Hinton Agar setelah perlakuan dengan penambahan ekstrak inokulum tempe dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri E. coli yang Diperlakukan dengan Ekstrak Tempe Kedelai dalam Beberapa Macam Konsentrasi Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm) Rerata pada Ulangan ke1 2 3 0 0,00 0,00 0,00 0,00 3,125 0,00 0,00 0,00 0,00 6,25 0,00 0,00 0,00 0,00 12,5 0,00 0,00 0,00 0,00 25 0,00 0,00 0,00 0,00 50 0,00 0,00 0,00 0,00 100 0,00 0,00 0,00 0,00 Ampicillin 11,62 11,72 12,15 11,83 4 Tabel 2 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri E. coli yang Diperlakukan dengan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe dalam Beberapa Macam Konsentrasi Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm) Rerata pada Ulangan ke1 2 3 0 0,00 0,00 0,00 0,00 3,125 5,28 5,25 5,28 5,27 6,25 5,30 5,27 5,33 5,30 12,5 5,32 5,28 5,3 5,30 25 5,35 5,32 5,35 5,34 50 5,38 5,43 5,32 5,38 100 5,58 5,75 5,72 5,68 Ampicillin 10,85 11,00 11,22 11,02 Tabel 3 Ringkasan ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tempe Kedelai dalam Beberapa Macam Konsentrasi terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli SK JK Dr KT Fhit Ftab 5% Ftab 1% Perlakuan 0 6 0 Galat 0 14 0 Total 0 20 0 2,847725996 4,455820026 Tabel 4 Ringkasan ANAVA pada Pengaruh Perlakuan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe dalam Beberapa Macam Konsentrasi terhadap Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli SK JK Dr KT Fhit Ftab 5% Ftab 1% Perlakuan 7,59773 6 1,26629 Galat 0,00109 14 0,00078 Total 7,59882 20 16260,10304 2,84773 4,45582 Hasil uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikan 1% yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 5 Notasi Hasil Uji BNT tentang Penghambatan Pertumbuhan Koloni E. coli yang Diperlakukan dengan Ekstrak Inokulum Kapang Tempe dalam Beberapa Macam Konsentrasi Konsentrasi Rerata Notasi 0 0,7071 3,125 2,4021 b 6,25 a 2,4083 b 12,5 2,4083 b 25 2,4166 b 50 2,4242 100 2,4866 Nilai BNT 1% = c d 0,018575721 5 Hasil perhitungan menggunakan analisis varian tunggal dalam RAL (Rancangan Acak Lengkap) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Fhit < Ftabel dengan taraf signifikan 1% sehingga hipotesis ditolak yaitu tidak ada pengaruh ekstrak tempe kedelai dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan E. coli secara in vitro. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Fhit > Ftabel dengan taraf signifikan 1% sehingga hipotesis diterima yaitu ada pengaruh ekstrak inokulum kapang tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan E. coli secara in vitro dengan perbedaan daya hambat yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji BNT dengan taraf signifikan 1% menunjukkan bahwa diameter zona hambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli yang dihasilkan dengan perlakuan ekstrak inokulum kapang tempe dengan konsentrasi 100% merupakan diameter zona hambat paling besar. Berdasarkan notasi hasil uji BNT 1% diketahui ekstrak inokulum kapang tempe konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang menghasilkan zona hambat terbesar dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli, tetapi konsentrasi tersebut tidak efektif karena termasuk kategori resisten (lihat Tabel 3). Zona hambat Ampicillin terhadap pertumbuhan E. coli sebesar 11,68 mm dan dibandingkan dengan ketentuan NCCLS (NCCLS, 2000 dalam Jorgensen & Turnidge, 2003, U.S. Food and Drug Administration, 2008) menunjukkan kategori resisten. Ekstrak tempe kedelai dalam beberapa konsentrasi tidak dapat menghambat pertumbuhan E. coli sehingga tergolong resisten, sedangkan ekstrak inokulum kapang tempe konsentrasi 100% dalam menghambat pertumbuhan E. coli membentuk zona hambat maksimum sebesar 5,68 mm sehingga tergolong resisten. PEMBAHASAN Hasil identifikasi kapang berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis dengan merujuk pada kunci identifikasi kapang, menunjukkan bahwa isolat kapang pada inokulum kapang tempe ialah spesies Rhizopus oligosporus Saito. Ciri mikroskopis yang khas dari R. oligosporus ialah sporangiospora berdinding halus, berbentuk subglubosa atau tidak teratur, sporangiosfor tidak lebih panjang dari 1 mm, dan terdapat banyak klamidospora (Samson, et al., 1984). Hasil penelitian dengan menggunakan bahan ekstrak tempe kedelai membuktikan bahwa ekstrak tempe kedelai tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang telah ditetesi dengan 7 macam konsentrasi yang telah diujikan. Berdasarkan hasil uji analisis varian tunggal dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 1% (lihat Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap penghambatan pertumbuhan koloni bakteri E. coli. Senyawa aktif antibakteri yang terdapat pada tempe kedelai ialah isoflavon. Dalam penelitian ini ekstrak tempe kedelai dilarutkan dengan menggunakan aquades steril. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada daya antibakteri ekstrak tempe kedelai dari beberapa macam konsentrasi terhadap pertumbuhan koloni bakteri E. coli. Ada kemungkinan senyawa isoflavon tidak terlarut sempurna dalam aquades, karena daya larut isoflavon dalam aquades tergolong rendah. Hal 6 ini kemungkinan dapat menyebabkan tidak terbentuknya zona hambat pertumbuhan. Hasil penelitian dengan menggunakan bahan ekstrak inokulum kapang tempe membuktikan bahwa ekstrak inokulum kapang tempe dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang telah ditetesi dengan 7 macam konsentrasi yang telah diujikan. Pada hasil pengamatan diketahui bahwa diameter zona hambat meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak inokulum kapang tempe yang terkandung pada paper disc. Pada konsentrasi ekstrak inokulum kapang tempe 0% tidak terbentuk zona hambat dan diameter zona hambat meningkat sampai konsentrasi ekstrak 100% yakni sebesar 5,68 mm terhadap E. coli. Hal ini membuktikan bahwa bahan yang bersifat anti bakteri yang terdapat pada inokulum kapang tempe berpengaruh terhadap daya antibakteri. Berdasarkan hasil uji analisis varian tunggal dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terbukti bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 1% (lihat Tabel 4) hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak inokulum kapang tempe terhadap penghambatan pertumbuhan koloni bakteri E. coli dengan perbedaan daya hambat yang berbeda nyata. Setelah dilakukan uji BNT 1% (lihat Tabel 5) diketahui ekstrak inokulum kapang tempe konsentrasi 100% merupakan konsentrasi ekstrak yang menghasilkan zona hambat terbesar dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli, tetapi konsentrasi tersebut tidak efektif karena termasuk kategori resisten Pembentukan zona hambat di sekitar paper disc menunjukkan bahwa ekstrak inokulum kapang tempe mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri. Menurut Fadahunsi, et al. (2013), senyawa antibakteri yang dihasilkan R. oligosporus yang merupakan kapang inokulum kapang tempe adalah senyawa fenol. Mekanisme kerja zat antibakteri dari senyawa fenol adalah merusak dinding sel dan permeabilitas membran sel (Volk & Wheeler, 1990). Bakteri merupakan sel hidup yang memiliki dinding sel yang berfungsi mempertahankan bentuk sel dan melindungi dari tekanan osmotik. Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yang penyusun utamanya adalah protein. Bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif yang dinding selnya memiliki susunan kimia yang lebih kompleks dibandingkan bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif selain peptidoglikan, mempunyai lapisan luar dinding sel yang terdiri dari lipopolisakarida, lipoprotein, dan periplasma yang terikat peptidoglikan (Madigan, et al., 2012). Lipopolisakarida merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai pertahanan sel bekerja sama dengan peptidoglikan dan melakukan seleksi terhadap zat-zat asing. Lipoprotein mengandung molekul protein yang disebut porin (Hidayathulla, et al., 2011). Mekanisme kerja zat antibakteri dari ekstrak inokulum kapang tempe diawali dengan merusak dinding sel bakteri yang tersusun oleh peptidoglikan, sedangkan sel manusia tidak mempunyai lapisan tersebut sehingga sel-sel tubuh manusia tidak akan rusak oleh senyawa antibakteri (Jawetz, et al., 2005). Kerusakan pada dinding sel erat kaitannya dengan protein yang menyusun dinding sel. Senyawa antibakteri pada ekstrak inokulum kapang tempe dapat menyebabkan denaturasi protein, sehingga struktur dinding sel berubah (Pelczar & Chan, 1988). Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri disebabkan 7 oleh adanya ikatan hidrogen intermolekul. Ikatan hidrogen intermolekul pada protein lemah sehingga mudah lepas dan berikatan dengan senyawa lain (Siswandono & Soekardjo, 1995). Senyawa antibakteri yang terdapat pada inokulum kapang tempe memiliki atom O yang dapat berikatan dengan atom H pada protein. Adanya ikatan Hidrogen baru pada struktur dari protein tersebut berubah. Perubahan struktur dinding sel menyebabkan perubahan fungsi, sehingga permeabilitas dinding sel menurun dan mengakibatkan keluar masuknya ion penting, enzim dan asam amino terganggu. Keluar masuknya molekul yang tidak terkontrol dapat mengganggu metabolisme sel, sehingga menurunkan ATP yang terbentuk. Penurunan ATP dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat mengalami kematian. Setelah dinding sel rusak, senyawa fenol dari inokulum kapang tempe mampu menghambat pertumbuhan E. coli. Turunan senyawa fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen dan dapat merubah permeabilitas membran sel (Parwata & Dewi, 2008). Penetrasi fenol pada konsentrasi tinggi ke dalam sel bakteri menyebabkan koagulasi protein dan lisis pada membran sel. Mekanisme penghambatan senyawa fenol adalah melalui pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada senyawa fenol dengan protein membran sel, yang menyebabkan gangguan terhadap permeabilitas membran, sehingga komponen sel yang esensi keluar dari dalam sel dan menyebabkan kematian bakteri (Deasywaty, 2011). Senyawa fenol dengan konsentrasi rendah dapat membentuk ikatan protein-fenol dengan ikatan lemah dan mudah terurai dan apabila terjadi penetrasi fenol ke dalam sel dapat menyebabkan koagulasi protein dan lisis pada membran sel. Dampak yang ditimbulkan adalah terjadi gangguan pada sistem transportasi nutrisi (Parwata & Dewi, 2008). Kerusakan pada membran sel mengakibatkan senyawa-senyawa yang terdapat pada sitoplasma, termasuk enzim keluar dari dalam sel. Keluarnya enzimenzim dari dalam sel dapat mengakibatkan proses pembentukan ATP terganggu. ATP pada bakteri berfungsi sebagai sumber untuk pertumbuhan bakteri, sehingga bila ATP berkurang, maka proses pertumbuhan pada bakteri terhambat yang mengakibatkan bakteri mengalami kematian. Kemampuan antibiotik Ampicillin sebagai kontrol positif pada koloni bakteri E. coli tergolong resisten (NCCLS, 2000 dalam Jorgensen & Turnidge, 2003, U.S. Food and Drug Administration, 2008), sehingga kemampuan dari ekstrak inokulum kapang tempe tergolong resisten dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri E. coli. Hal ini dimungkinkan biakan murni E. coli yang terdapat pada Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang telah mengalami resisten terhadap antibiotik Ampicillin. Resistensi E. coli terhadap Ampicillin dapat disebabkan oleh enzim βlaktamase. Ampicillin adalah antibiotik yang memiliki cincin β-laktam. Cincin βlaktam berfungsi untuk membunuh bakteri. Enzim β-laktamase yang dihasilkan oleh E. coli membuka cincin β-laktam pada Ampicillin, sehingga antibiotik tersebut inaktif dan E. coli menjadi resisten terhadap Ampicillin (Jawets, et al., 1995). 8 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Kapang yang terdapat pada inokulum kapang tempe kedelai ada satu spesies yakni Rhizopus oligosporus Saito. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak tempe kedelai dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Ada pengaruh pemberian ekstrak inokulum kapang tempe dalam beberapa macam konsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Tidak ada konsentrasi ekstrak tempe kedelai yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Tidak ada konsentrasi ekstrak nokulum kapang tempe kedelai yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro karena konsentrasi 100% yang merupakan konsentrasi tertinggi termasuk kategori resisten. Berdasarkan hasil perbandingan daya hambat pertumbuhan bakteri E. coli antara ekstrak tempe kedelai dan ekstrak inokulum kapang tempe terhadap kontrol positif berupa Ampicillin yang ditentukan berdasarkan NCCLS, maka dapat disimpulkan bahwa daya hambat pertumbuhan tersebut tergolong resisten. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan pelarut selain aquades yang lebih sesuai. Perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai daya antibakteri dari tempe dengan menggunakan macam kacang-kacangan yang lain, dengan jenis inokulum kapang tempe yang lain, dan dengan jenis bakteri uji yang lain. DAFTAR RUJUKAN Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bandung: Bumi Aksara. Deasywaty. 2011. Aktivitas Antimkroba dan Identifikasi komponen Aktif Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Rxb.). Tesis tidak diterbitkan. Depok: Universitas Indonesia. Fadahunsi, I. F., Ogunbanwo, S. T., & Ogundana, D. T. 2013. Heat Stability and Optimization of In Vitro Antimicrobial Activity of Metabolites Produced by Rhizopus oligosporus NRRL 2710 Againts Some Pathogenic Bacteria. Trakia Journal of Science, 2: 110-117. Harli, M. 2004. Intisari Kado Tempe Buat Mama. Jakarta: PT. Gramedia. Hidayathulla, S., Keshava, C. K., & Chandrashekar, K. R. 2011. Phytochemical Evaluation and Antibacterial Activity of Pterosermum diversolium Blume. Int. J. Of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 3(2): 165-167. Hidayat, N., Padaga, M. C., & Suhartini, S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi. Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 1995. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Penerjemah: Gerard Bonang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa: Huriwati Hartono dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jorgensen, J. H., & Turnidge, J. D. 2003. Suspectibility Test Method: Dilution and Disk Diffusion Method. Dalam Murray, P. R., Baron, E. J., Jorgensen, J. H., Pfaller, M. A., & Yolken, R. H. 2003. Manual of Clinical Microbiology 8th Edition Volume 1. Washington, D. C.: ASM Press. 9 Iskandar, Y.M. 2002. Isoflavonoida Hasil Fermentasi Kedelai Menggunakan Inokulum Kultur Campuran. Prosiding Semnas XI. Jasakiai. Yogyakarta. Karsinah, Lucky, H. M., Suharto, & Mardiastuti, H. W. 1994. Batang Negatif Gram. Mikrobiologi Kedokteran, 195-198. Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan Serta Pemanfaatanya. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada. Kusuma, S. A. F. 2010. Makalah Escherichia coli. Pajajaran: Universitas Padjadjaran. Levinson, W. E. & Jawetz, E. 1989. Medical Microbiology & Immunology. San Francisco: McGraw-Hill Inc. Madigan, M. T., Martinko, J. M., Stahl, D. A., & Clark, D. P. 2012. Brock Biology of Microorganism Global Edition Thirteenth Edition. San Francisco: Pearson Education Inc. Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari Berbagai Spesimen Klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti, 23: 4. Parwata, I. M. & Dewi, P. F. S. 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpina galang L.). J. Kimia, 2(2): 100-104. Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Samson, R. A., Hoekstra, E. S., dan Oorschot, C. A. N. V 1984. Introduction do Food-Borne Fungi. Netherland: Institute of The Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences. Siswandono & Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Volk & Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar 2. Jakarta: Erlangga.