MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA PETA MELALUI PENDEKATAN PEMBERIAN TUGAS PADA KELAS IV SDN NGLUMBER I KEPOBARU BOJONEGORO Sarjono Guru SDN Nglumper I Kepohbaru Email : [email protected] Abstrak : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan. Kenyataan di lapangan pendidikan proses pencapaian tujuan pembelajaran di SDN Nglumber I masih menggunakan paradigma lama dengan memperlakukan guru sebagai sumber utama dalam belajar walaupun sekarang kurikulum telah berkembang menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Karenanya, penulis mencoba menggunakan media kartu dalam menyampaikan materi tersebut untuk membuat siswa antusias dalam mempelajari bab peta, dan dibuat penelitian Kelas dengan Judul “ Upaya meningkatkan prestasi Belajar IPS dengan penggunaan media peta) melalui pendekatan pemberian tugas pada Kelas IV SDN Nglumber I Kepobaru Bojonegoro 2014/2015. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pra siklus dari 25 siswa masih ada 14 orang siswa yang belum tuntas, artinya angka ketuntasan belajar baru mencapai 61%. Pada siklus I menjadi 66% dan hasil pembelajaran siklus II menjadi 80% dari seluruh aspek atau komponen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode pendekatan Pemberian tugas dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menemutunjukkan letak dan nama propinsi di Indonesia dengan menggunakan media peta (kartu). Kata kunci : Prestasi Belajar IPS, penggunaan media peta, pemberian tugas. Siswa akan lebih memperoleh prestasi belajar yang baik bila dalam kegiatan belajar mereka dilibatkan melakukan aktivitas sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajari. Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh anggapan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Kenyataan di lapangan pendidikan proses pencapaian tujuan pembelajaran di SDN Nglumber I masih menggunakan paradigma lama dengan memperlakukan guru sebagai sumber utama dalam belajar walaupun sekarang kurikulum telah berkembang menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sehingga tidak menutup kemungkinan hasil belajar yang dicapai oleh siswa pun terkesan monoton, karena hanya menghafal suatu fakta dan guru dipandang sebagai sumber utama dalam belajar. Materi tentang peta merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari dan dikuasai siswa. Dalam hal ini siswa biasanya kesulitan jika diminta menemutunjukkan letak dan nama propinsi di Indonesia. Sementara itu keberhasilan seorang guru dalam mengajar akan terlihat dari tercapainya target yang telah ditentukan. Tercapainya target kurikulum bisa dilihat dari evaluasi yang diberikan kepada 1 2 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 1-4 siswa. Apabila siswa mampu menyelesaikan dengan baik,berarti target kurikulum tercapai. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh penggunaan media peta (kartu) melalui pendekatan pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemutunjukkan letak dan nama propinsi di Indonesia?” Pendekatan Pemberian Tugas Pendekatan Pemberian tugas adalah salah satu metode pembelajaran dengan media tertentu. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti atau maknanya. Untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS tentang menemutunjukkan letak dan nama propinsi yang ada di Indonesia, langkah pembelajaran yang ditempuh adalah melalui pendekatan Pemberian tugas dengan media peta (kartu). Hal tersebut bertujuan agar seluruh siswa dapat menguasai materi pelajaran secara merata dan mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metode Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran (Penelitian Tindakan Kelas), peneliti melakukan empat tahap kegiatan yang meliputi : Merencanakan tindakan, implementasi tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Empat tahap tersebut membentuk suatu siklus daur ulang sesuai dengan karakteristik sebuah siklus daur ulang, tindakan yang telah dilakukan akan dilanjutkan dengan tahap berikutnya Rencana Tindakan Analisis dan Refleksi Implementasi Tindakan Observasi dan Evaluasi Mengacu pada data awal, hasil analisis dan refleksi diri pada latar belakang, maka peneliti (guru) perlu mengadakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu : 1. Siklus I, direncanakan dengan menggunakan media peta dan diskusi kelompok. 2. Siklus II, direncanakan dengan menggunakan pendekatan partisipasi melalui media peta (kartu). Siklus I dan siklus II saling berkaitan. Artinya siklus II merupakan rencana cadangan, bila siklus I belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Tetapi jika siklus I sudah dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka siklus II tidak dilaksanakan. Begitu juga jika siklus II belum menunjukkan hasil yang diharapkan maka perlu disusun rencana lanjutan.. Rencana kegiatan terhadap siklus tersebut meliputi : 1. Menyusun skenario perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan. 2. Menyusun indikator pencapaian tujuan. 3. Menyusun alat perekam data berupa lembar observasi. - Mengamati proses belajar mengajar dengan obyek siswa. - Mengamati proses belajar mengajar dengan obyek guru. Alat perekam data ini digunakan oleh teman sejawat sebagai observasi untuk membantupelaksanaan PTK. 4. Media pembelajaran peta dan kartu provinsi Pengumpulan Data Pada tahap pengamatan, peneliti dibantu teman sejawat. Tugas teman sejawat adalah mengamati proses belajar mengajar, merekam dan mendokumentasikan segala kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang diperoleh akan dipakai sebagai acuan merencanakan tindakan berikutnya bila perbaikan pembelajaran belum berhasil. Jika dalam mengambil kesimpulan dan laporan. Sarjono, Meningkatkan Prestasi Belajar Ips Menggunakan Media Peta Melalui Pendekatan Pemberian Tugas Data yang dikumpulkan dari hasil observasi dan evaluasi adalah : 1. Minat belajar siswa, dengan indikatornya adalah : intensitas belajar siswa, keaktifan dalam pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, keterlibatan dalam kelompok. 2. Tingkat Daya Serap Siswa Skor daya serap siswa memiliki rentang nilai 1 sampai 10 dengan tingkat kategori sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. 3. Tingkat Keberhasilan Tindakan Tingkat keberhasilan tindakan dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan, indikatornya adalah : a. Efektifitas siswa dalam belajar sama atau lebih besar dari 70 % dari jumlah seluruh siswa. b. Tingkat daya serap siswa sama atau lebih besar 70% dari jumlah suluruh siswa. Nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Hasil Penelitian Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran yang kemungkinan terbagi dalam dua sampai tiga siklus melalui pendekatan partisipatoris, terlebih dulu telah diadakan penelitian pra siklus yang menunjukkan bahwa hasil pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Nglumber I masih kurang maksimal. Nilai tes mereka masih sangat rendah. Bahkan dari 25 siswa hanya ada dua yang mendapat nilai 90. Berdasarkan data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran masih kurang efektif. Salah satu faktornya adalah kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Karenanya hasil nilai tes siswa tidak optimal. Bahkan nilai rata-ratanya hanya 61. Dari 16 siswa masih ada 6 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Artinya, baru 40% siswa yang dinyatakan tuntas. Karena itulah, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran kemungkinan sampai 3 siklus atau 2 siklus. Kemampuan siswa dalam pembelajaran tentang letak dan nama propinsi di Indonesia |3 masih kurang. Yaitu, hanya mencapai ratarata 52% dari total keseluruhan aspek kemampuannya. Itu berarti bahwa dari 16 siswa, yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan baru 6 Siswa, dan 10 lainnya masih belum tuntas. Dengan demikian, hasil perbaikan pembelajaran siklus I masih jauh dari kriteria ketuntasan kemampuan sesuai dengan angka yang sudah ditetapkan. Yaitu, “80% dari seluruh aspek pendekatan kooperatif.” Artinya, semua komponen-komponen pendekatan kooperatif belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 11 siswa dari 14 siswa atau sebesar 66%. Hal itu menggambarkan adanya peningkatan meski tidak terlalu besar (dari 61% pada pra siklus menjadi 66% pada siklus I). Nilai tertinggi meningkat dari 90 menjadi 100. Nilai terendah yang semula 40 meningkat menjadi 50. Dan nilai rata-rata yang semula 61 juga meningkat menjadi 66. Pada siklus II siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan (dari 52% menjadi 80%) dari total keseluruhan aspek kemampuannya. Itu artinya hampir seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan kemampuan. Dengan demikian, hasil perbaikan pembelajaran siklus II telah mampu meningkatkan ketuntasan kemampuan sesuai dengan angka yang sudah ditetapkan. Yaitu, “80% dari seluruh siswa mencapai skor 20 dari masing-masing komponen atau aspek.” Siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa dari 16 siswa atau prosentase ketuntasan telah mencapai 100% pada siklus II. Hal itu menggambarkan adanya peningkatan yang sangat signifikan (dari 66% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II). Salah satu siswa mampu mencapai nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah yang semula 50 meningkat menjadi 70. Dan nilai rata-rata juga meningkat dari 61 menjadi 80. Hasil ini menunjukkan bahwa pada perbaikan pembelajaran siklus II telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga 4 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 1, Nomor 3, September 2015 hlm 1-4 kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan mencapai 80%. Kesimpulan Dari perbaikan pembelajaran siklus I, hasil penelitian menunjukkan peningkatan meski tidak terlalu besar. Prosentase ketuntasan di pra siklus sebesar 61% menjadi 66% di siklus I. Nilai terendah yang semula 40 meningkat menjadi 50. Begitu juga nilai tertinggi yang semula 90 menjadi 100. Angka rata-rata nilai siswa yang semula 61 meningkat menjadi 66. Dari perbaikan pembelajaran pada siklus I ini masih ada 14 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Sehingga perlu diadakan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II. Hasil pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Prosentase ketuntasan telah mencapai 100%. Nilai rata-rata siswa pun meningkat menjadi 80. Angka rata-rata kemampuan siswa yang sebelumnya hanya 66% pada siklus I meningkat menjadi 80% pada siklus II, artinya skor kemampuan siswa telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu : “80% dari seluruh aspek atau komponen”. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode pendekatan Pemberian tugas dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menemutunjukkan letak dan nama propinsi di Indonesia dengan menggunakan media peta (kartu). DAFTAR PUSTAKA Andayani, dkk. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka. Asy’ari, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Sosial. Jakarta : Erlangga. Setiawan Denny, dkk. 2006. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Suciati. Dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Sumantri Mulyani, Syadih Hana. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka. TAP, TIM, FKIP. 2007. Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta : Universitas Terbuka. Wardani, I. G. A. K, Wihardir Kuswaya, Nasoetion Noehi. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Winata Putra Udin S, dkk. 2005. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Universitas Terbuka.