Pola Komunikasi antara Pimpinan dan Staf Di yayasan wakaf khadijah Aisyah Pesanggrahan Jakarta selatan Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ririn Gustiawati NIM: 107051002851 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H /2013 ABSTRAK RIRIN GUSTIAWATI POLA KOMUNIKASI ORGANISASI ANTARA PIMPINAN DAN BAWAHAN DI YAYASAN WAKAF KHADIJAH AISYAH Komunikasi merupakan suatu kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan organisasi,bisa kita bayangkan, jika salah dalam pemberian intruksi, salah dalam penafsiran perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja organisasi perusahaan . bahkan ketika pemimpin dan bawahan tidak ada komunikasi maka suatu organisasi atau perusahaan akan menjadi statis tidak ada aktifitas dan tidak ada kemajuan. yayasan Wakaf Khadijah Aisyah Adalah yayasan yang bergerak di bidang sosial khususnya pendidikan. Dalam suatu yayasan tentulah terdapat pemimpin yang merupakan faktor yang penting dalam suatu organisasi, untuk berinteraksi antara pemimpin dan yang dipimpin untuk mengajak, membujuk, merayu, dan mengkooordinasi anggota organisasi demi tercapainya tujuan bersama. Pertanyaan utama ialah Bagaimana bentuk komunikasi organisasi di Yayasan khadijah Aisyah? Bagaimana pengambilan Keputusan dalam komunikasi organisasi `diyayasan Wakaf Khadijah Aisyah? Bentuk komunikasi di yayasan wakaf khadijah Aisyah ialah komunikasi internal yang terdiri dari horizontal dan vertikal. Salah satu dimensi iklim komunikasi terdapat dimensi partisipasi membuat keputusan. Pemimpin yang demokratis selalu menyeimbangi kepentingan bersama dengan melakukan musyawarah mufakat termasuk dalam hal pengambilan keputusan dan pemimpin di Yayasan wakaf Khadijah Aisyah ini selalu melakukannnya karena dalam pengambilan keputusan pemimpin selalu mengajak bawahan untuk turut berpartisipasi membuat keputusan, sehingga keputusan bukan kehendak pemimpin atau individu namun keputusan dilakukan bersama-sama dan pemimpin selalu melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan bawahannya, begitu juga sebaliknya. Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari komunikasi organisasinya. Peneliti menggunakan teori Charles Redding yang mengemukakan lima dimensi iklim komunikasi sebagai indikator penelitian. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data lisan dari para informan dan perilaku yang dapat diamati. Tehnik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa komunikasi yang dilakukan ialah dengan komunikasi internal yang terdiri dari komunikasi horizontal dan vertikal. Dalam pengambilan keputusan di yayasan ini dilakukan secara bersama sama hal ini bisa dilihat dari penjabaran 5 dimensi partisipasi membuat keputusan. Pemimpin di yayasan ini menjadikan hal tersebut sebagai sarana yang objektif dan demokratis dalam mencapai sebuah mufakat dalam sebuah keputusan ,serta memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan pendapat demi kemajuan sekolah. KATA PENGANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat tering salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna, memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak penulis rasakan. Secara khusus ucapan terima kasih untuk orang tuaku tercinta Bapak Agus dan Ibu Munawaroh dan kakaku Nurul Rizkilillah yang telah memberikan kasih sayangnya, motivasi, restu dan doanya. Pada kesempatan in penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama penulisan skripsi maupun selama masa kuliah. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi Penulis. 3. Ibu Dra. Umi Musyarofah, MA, selaku sekertaris jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan masukan serta memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. 4. Ibu DRa. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi terima kasih atas kesabaran dan ketulusannya memberikan bimbingan, serta dorongan agar Penulis tetap semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenaf Staf Pengurus Perpustakaan Umum serta Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan Penulis untuk mencari sumber serta buku bacaan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa kesulitan mencari sumber bacaan. 7. Segenap pengurus dan pegawai Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. terimakasih banyak atas waktunya serta dukungannya, yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini, atas segalanya penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam pembahasan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kejanggalan, baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang berguna untuk di masa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah SWT jualah Penulis berlindung, mohon Hidayah, taufik dan inayah-Nya, agar senantiasa hidup dalam kebenaran dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Amin-amin ya Robbal `aalamiin. Jakarta, 7 maret 2013 Penulis Ririn Gustiawati DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................ ……. i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7 C. Tujuan Penelitian dan manfaat ............................................................. 8 D. Tinjauan Teori ...................................................................................... 9 E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10 BAB 11 LANDASAN TEORI A. Pola Komunikasi ................................................................................... 12 B. Organisasi ............................................................................................. 13 C. Komunikasi Organisasi ......................................................................... 16 D. Kepemimpinan ...................................................................................... 25 BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian…………………………………………………. 31 B. Jenis penelitian………………………………………………………… 32 C. Lokasi dan jadwal penelitian………………………………………….. 33 D. Subjek dan objek penelitian………………………………………….... 33 E. Sumber data…………………………………………………………… 34 v F. Teknik pengumpulan data…………………………………………….. 35 G. Fokus pertanyaan penelitian…………………………………………... 36 H. Uji validitas dan kredibilitas…………………………………………... 36 I. Tehnik analisa data……………………………………………………. 38 J. Tehnik pemeriksaan data……………………………………………… 39 BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN A. Gambaran Umum Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah…………………. 41 a. Sejarah yayasan……………………………………………………. 41 b. Visi dan misi yayasan……………………………………………… 42 c. Struktur organisasi………………………………………………… 42 d. Program yayasan………………………………………………….. 45 B. Temuan dan Analisa data…………………………………………….. 48 a. pola komunikasi di yayasan khadijah aisyah………………….. 48 b. Pola pengambilan keputusan di yayasan…………………………. 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi, dan ikut memainkan peran dan hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Meski demikian, berkomunikasi dengan baik tidaklah mudah. Bila sebuah organisasi sampai pada titik dimana komunikasi dalam organisasi tidak seefektif yang seharusnya, organisasi itu tidak akan berfungsi seefektif yang seharusnya.1 Dalam pesprektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia bersosialisasi, manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Dapat kita lihat dalam al-qur’an surat ar-rahman ayat 1-4 yang berbunyi 2 " (Tuhan) Yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan munusia, mengjarkannya pandai berbicara" QS Ar Rahman. Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna 1 John M.Ivan cevich, perilaku dan manajemen organisasi, (Jakarta: PT: Gelora Aksara Pratama, 2005), jilid II, h 115 2 Prof. R.H. A. Soenarjo S.H. dkk, Al-qur’an dan terjemahan, ( yayasan penyelenggara penterjemah /pentafsiran Al- qur’an’ Jakarta, 1 Maret 1971),h. 885 1 2 mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks, antara lain adalah dalam lingkup organisasi (Organizational Communication). Dalam konteks organisasi, pemahaman mengenai peristiwaperistiwa komunikasi yang terjadi di dalamnya, seperti apakah intruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan pada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan, merupakan contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek yang penting dalam suatu organisasi.3 Komunikasi merupakan suatu kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan organisasi, jika salah dalam pemberian intruksi salah dalam penafsiran perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja organisasi perusahaan. Bahkan ketika pemimpin dan bawahan tidak ada komunikasi maka suatu organisasi atau perusahaan akan menjadi statis tidak ada aktifitas dan tidak ada kemajuan.4 Komunikasi sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, proses komunikasi yang dilakukan oleh setiap personalia dalam sebuah organisasi akan memudahkan pimpinan maupun bawahan saling mengetahui konsep-konsep, perasaan-perasaan, dan harapan -harapan dari anggota organisasi. Hal ini mampu diorientasikan untuk menjaga stabilitas kinerja sebuah organisasi merupakan hal 3 Burhan bungin, sosiologi komunikasi, (jakarta:kencana,2007),h.257. Abdullah masmuh, komunikasi organisasi dalam prespektif teori dan praktek,(malang: universitas muhammadiyah malang, 2008),7-8. 4 3 yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan.5 Jika sebuah organisasi sampai pada titik dimana komunikasi dalam organisasi tidak seefektif yang seharusnya, organisasi itu tidak akan berfungsi seefektif yang seharusnya. Contohnya, dalam banyak perusahaan, program orientasi karyawan baru seharusnya dapat memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menjalin komunikasi yang efektif antar karyawan. Di hotel Marriot International, jaringan hotel yang tersebar di seluruh dunia, 40 persen karyawan baru keluar dari perusahaan dalam jangka waktu tiga bulan setelah diterima. Setidaknya inilah yang terjadi dulu. Belakangan ini, angka keluar (turnover) karyawan berkurang secara signifikan karena Mariott telah berusaha memperbaiki cara perusahaan berkomunikasi dengan karyawan barunya.6 Devito dalam Burhan Bungin menjelaskan bahwa sebuah organisasi sebagai wadah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi untuk mencapai tujuan tertentu jumlah anggota organisasi bervariasi dari tiga atau empat sampai ribuan anggota. Organisasi juga memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi juga memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memiliki tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi itu. Dan 5 6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , ( Jakarta: Bumi Aksara,2005), cet ke-10 h. Khomisarial romli, Komunikasi Organisasi Lengkap,(Jakarta: PT Grasindo, 2011),h.7. 4 untuk mencapai tujuan, organisasi membuat norma aturan yang dipatuhi semua anggota organisasi. 7 Goldhaber memberikan definisi sebagai berikut, ”organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with uncertainty environmental.” Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah8 Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda. Pemimpin dalam tugasnya menggunakan gaya masing-masing, yaitu bagaimana ia berkomunikasi dengan bawahannya, ia akan disebut sebagai pemimpin yang efektif bila ia mampu berkomunikasi secara efektif sehingga menimbulkan suasana yang saling mendukung. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga 7 Burhan,bungin, sosiologi komunikasi, (jakarta:kencana,2007),h.274. 5 mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.9 Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi bawahannya, hal ini dimaksudkan agar tujuan organisasi dapat dijalankan sesuai dengan harapan. Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi bawahannya untuk bekerja semaksimal mungkin, pemimpin juga harus mampu menyatu dengan bawahan dan mampu mendengar keluh, ide, gagasan, saran dan memberikan solusi terbaik untuk keluhan mereka, jika hal itu yang terjadi maka dengan sendirinya akan memotivasi bawahan untuk bekerja lebih baik lagi. Dalam menjalankan tugasnya pemimpin harus banyak berkomunikasi dengan bawahan, atau teman sejawat. Menurut W.G Scott dan T.R Mitchell yang dikutip oleh Stepen P.Robbins dalam buku perilaku organisasi bahwa ia menyatakan “komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi yaitu kendal/kontrol, motivasi, pengungkapan emosional, dan informasi.”10 Pemimpin adalah seseorang atau individu yang diberi stasus berdasarkan pemilihan, keturunan atau cara-cara lain, sehingga memiliki otoritas atau kewenangan untuk melakukan serangkaian tindakan dalam mengatur, mengelola, dan mengarahkan sekumpulan orang melalui institusi atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.11 9 Purwanto A.Ngalim, Administrasi dan supervise pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya) 10 Stephen p. Robbins, perilaku organisasi, (Jakarta:PT.prenhalindo,1996), Edisi Bahasa Indonesia, h.5. 11 A. Halim, Rr.suhartini, M. Choirul arif, A.sunarto As, manajemen pesantren.(yogyakarta:pustaka pesantren,2005), hal 77. 6 Keberadaan suatu organisasi tidak lepas dari adanya suatu ide atau gagasan dari seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Dalam realita sosial pola kehidupan masyarakat senantiasa dilingkupi oleh bentuk interaksi yang beraneka ragam sesuai dengan situasi, kondisi, budaya, keyakinan dan adat istiadat dimana masyarakat itu berada. Pola interaksi sosial yang terjadi antar individu kemudian menjadi suatu kelompok dalam masyarakat akan melahirkan suatu perkumpulan atau organisasi sosial yang disepakati bersama, komunikasi dalam organisasi juga merupakan sarana penghubung antara atasan dan bawahan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi antara atasan dan bawahan sangat penting dalam organisasi karena dengan komunikasi berpengaruh untuk kelangsungan organisasi. Adanya hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan yang efektif dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam organisasi, yang kemudian berpengaruh terhadap kepercayaan dan kepuasaan karyawan yang pada akhirnya ikut menentukan kinerja karyawan. Seperti Yayasan wakaf khadijah Aisyah adalah yayasan sosial yang bergerak di bidang pendidikan yang sudah memiliki beberapa cabang diantaranya,di daerah sukabumi dan di daerah Pandeglang banten,yayasan ini memiliki beberapa program pendidikan yaitu taman pendidikan Al-qur’an(TPA), Taman kanak kanan(TK) dan khadijah Aisyah English course (KEC). Yayasan ini mempunyai tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang memiliki kebutuhan ekonomi yang kurang mencukupi, yayasan ini juga sudah memiliki izin dari departemen agama, yayasan wakaf khadijah aisyah adalah 7 lembaga pemberdayaan umat khususnya untuk meningkatkan kualitas hidup kaum dhuafa. Dalam sebuah lembaga pendidikan atau yayasan mempunyai pimpinan yang mengatur yayasan tersebut,salah satunya adalah yayasan wakaf khadijah yang mempunyai seorang pemimpin dan beberapa pengawai, dan untuk menjalin kerja sama yang baik mereka membutuhkan komunikasi. Berdasarkan gambaran diatas maka penulis ingin meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “ Pola Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan Dan Staf di Yayasan Wakaf Khadijah Di jakarta” B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Dalam hal ini peneliti membatasi penelitian ini pada komunikasi pimpinan yaitu Kepala Sekolah Raudhatul Athfal ( taman kanak kanak). Staf yaitu guru yayasan khadijah aisyah di pesanggrahan jakarta selatan. Maka komunikasi organisasi di batasi hanya komunikasi vertikal yaitu komunikasi Downward atasan ke bawahan dan dan komunikasi upward atau dari bawahan ke atasan. Dan untuk perumusan masalah dapat di tarik dari latar belakang masalah yaitu: 1. Bagaimana pola komunikasi organisasi di Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah? 2. Bagaimana pola pengambilan Keputusan dalam komunikasi organisasi diyayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 8 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan Antara pimpinan dan bawahan di yayasan Khadijah Aisyah. 2. Untuk mengetahui pengambilan keputusan di yayasan khadijah aisyah. D. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi manfaat dari segi ilmu pengetahuan, akademis dan praktis 1. Secara ilmu pengetahuan ,diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan baru pada mata kuliah komunikasi, khususnya komunikasi organisasi. 2. Secara akademis, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Khususnya dalam hal komunikasi organisasi. 3. Secara praktis,hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi akademisi dan masyarakat luas mengenai komunikasi antara pimpinan dan Staf yayasan wakaf khadijah aisyah. Untuk yayasan wakaf khadijah aisyah sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai komunikasi antara pimpinan dan Staf. 9 E. Tinjauan Pustaka Eska Ariyati dalam skripsinya mengungkapkan tentang komunikasi organisasi dalam kepemimpinan di SMU Muhammadiyyah 04 Jakarta. Secara garis besar berisikan tentang komunikasi organisasi pada kepemimpinan di SMU Muhammadiyyah 04 Jakarta. Persamaannya sama-sama membahas tentang komunikasi organisasi, sedangkan Perbedaaannya terletak pada subjek dan objeknya.12 Kedua, Komunikasi Organisasi badan komunikasi pemuda remaja masjid Indonesia larangan Tangerang, penulis Edwin Saleh. Pada skripsinya saudara Edwin melakukan penelitian pada cara penyampaian pesan komunikasi pemuda remaja masjid Indonesia Larangan Tangerang dalam organisasinya. Persamaannya dengan penelitian ini sama - sama memakai teori Charles Redding, dan perbedaannya adalah saudara Edwin ini meneliti organisasi ikatan remaja masjid.13 Ketiga, Komunikasi Organisasi di badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten Bogor, penulis Hayustiro. Pada skripsi ini hayustiro meneliti media yang digunakan pimpinan BAPPEDA dalam menyampaikan informasi kepada anggotanya.persamaannya dengan penelitian ini adalah keduanya mengangkat permasalahan dari segi komunikasi dan perbedaannya dengan 12 Eska Asriyati, Komunikasi Organisasi dalam kepemimpinan di SMU Muhammadiyyah 04 Jakarta, skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan komunikasi dan penyiaran islam, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010. 13 Edwin, Komunikasi organisasi badan komunikasi pemuda remaja masjid Indonesia Larangan Tangerang,skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan komunikasi dan penyiaran islam, Universitas Islam Negeri Jakarta,2010. 10 penelitian ini adalah bahwa penelitian ini tidak membahas perihal kepemimpinan.14 Dari beberapa skripsi diatas bahwa skripsi yang penulis ajukan tidak sama dengan ketiga skripsi diatas. Pada skripsi ini penulis meneliti bentuk komunikasi organisasi di yayasan wakaf Khadijah Aisyah dan pola pengambilan keputusan dalam komunikasi organisasi di yayasan wakaf Khadijah Aisyah F. Sistematika Penulisan Untuk membahas materi dalam skripsi ini, sudah tentu diperlukan sistematika penulisan yang tepat. Sistematika pada skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan BAB 11 : Tinjauan Teori yang membahas pola komunikasi, dan komunikasi organisasi dan kepemimpinan BAB III : Metodologi Penelitian terdiri dari Lokasi dan Jadwal Penelitian, Subjek dan Objek penelitian, Tehnik Pengambilan Data, Sumber Data,Fokus Pertanyaan Penelitian, Uji Validitas, Tehnik analisa Data. 14 Hayustiro, komunikasi organisasi di badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi jurusan komunikasi dan penyiaran islam,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009. 11 BAB IV : Analisa hasil penelitian. Menjelaskan pola komunikasi di yayasan Wakaf Khadijah Aisyah, dan menjelaskan cara pengambilan keputusan dalam komunikasi organisasi di yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. BAB V : penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran-saran. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian pola komunikasi Kata pola dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.1 Ca- ra atau benuk yang tetap sehingga pola dapat dikatakan sebagai contoh atau cetakan. Secara etimologis menurut onong uchjana Effendi “ istilah komunikasiberasal dari perkataan inggris communication yang bersumber dari bahasa latin, communication berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communication adalah communis yang berarti sama, atau kesamaan arti sama, atau kesamaan arti sama halnya dengan pengertian tersebut.2 Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis, common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi,ide, atau sikap.Jadi esensi dari komunikasi adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.3 1 Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia,(Jakarta : balai pustaka,1996),h.778 2 Onong Uchjana Effendi, spectrum komunikasi, ( Bandung : Bandar maju, 1992), cet ke-1,h.4 3 T. A. Latief Rosyidi, dasar-dasar rethorika komunikasi dan informasi, (medan: 1985), h.48. 12 13 B. Organisasi 1. Pengertian Organisasi Organisasi sudah diterapkan manusia dari dulu. Adanya bentuk kerjasama antara manusia satu sama dengan yang lainnya untuk meraih sesuatu merupakan salah satu kegiatan organisasi. Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi, menurut Khocler yang dikutip oleh Onong Uchayana dalam buku ilmu komunikasi teori dan praktek mengatakan organisasi adalah “sistem hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu “ 4 Selanjutnya menurut Schien yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku komunikasi organisasi mengatakan bahwa “Organisasi adalah suatu koordsasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum untuk pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.” Lain lagi dengan pendapatnya Wright yang dikutip Onong Uchayana, dia mengatakan bahwa “Organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktifitas yang di koordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama .”5 4 Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan praktek,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002).Cet. Ke-6, h.7 5 Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan praktek,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002).Cet. Ke-6, h.7 14 1. Ciri-Ciri Organisasi Tiap organisasi disamping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karakteristik yang umum, yaitu: a. Dinamis, yaitu terbuka terus menerus mengalami perubahan b. Memerlukan informasi c. Mempunyai tujuan d. Terstruktur Organisasi memang bijak untuk kemajuan organisasi. Untuk mempermudah dalam koordinasi dibutuhkan struktur organisasi agar ada pembagian kerja yang jelas sehingga roda organisasi dapat berputar. 2. Unsur - Unsur Organisasi Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana ada juga yang sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut perhatikanlah model berikt yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi dan saling keteerkaitan satu elemen harus bersifat dinamis, pujian dan kritikan harus ditanggapi dengan dengan elemen lainnya. a. Struktur sosial Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada antara partisipan di da- lam suatu organisasi. Struktur sosial dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur normatif dan struktur tingkah laku. Struktur normatif menyangkut nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tu- 15 juan tingkah laku. Sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana halnya norma membentuk tingkah laku. b. Partisipan Partisipan adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada organisa- si. Semua individu berpartisipasi lebih dari pada satu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi. Misalnya, seorang karyawan pada suatu perusahaan adalah anggota organisasi dari perkumpulan perusahaannya, juga anggota dari perkumpulan agamanya, anggota dari masyarakat dan organisasi lainnya. Sifat dari kepribadian dari seorang partisipan juga akan bervariasi dari suatu organisasi kepada organisasi lainnya, tergantung kepada tipe dan peranan dalam organisasi tersebut. c. Tujuan Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi, yang lainnya mengatakan apakah tujuan terbentuk suatu fungsi lain dari pada membenarkan tindakan yang lalu. Kemudian ahli tingkah laku menjelaskan bahwa individu-individu yang mempunyai tujuan organisasi tidak. 6 6 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8, h, 23. 16 d. Teknologi Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perleng- kapan mesin juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan. Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa organisasi memproses materi input atau masukan dalam membangun perlengkapan perangkat keras (hard ware). Organisasi lainnya memproses orang, hasil produksinya menghasilkan individuindividu yang berpengetahuan, yang terampil atau individu yang lebih sehat. e. Lingkungan Sebagai organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri.semua tergantung pada lingkungan yang lebih besar untuk dapat untuk hidup, tetapi pekerjaan sekarang menitikberatkan kepada limgkungan hidup.7 C. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian komunikasi Organisasi Menurut Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku komunikasi organisasi, menurut mereka” komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dengan bidang ini adalah komunikasi internal, komunikasi upward, dan lain-lain.8 Berbeda dengan Redding dan Sanborn, dalam buku komunikasi organisasi karya R. Wayne Pace dan Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi 7 8 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8, h, 23. Ibid h.67 17 dapat dilihat dari sudut pandang yaitu Definisi Subjektif dan definisi Objektif. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Komunikasi dalam prespektif subjektif adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada prespektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih ditekankan pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.9 Hampir sama dengan Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip oleh Soleh Soemirat dkk, dalam buku komunikasi organisasi organisasional menyatakan bahwa” komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi”10 Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang kompleks, komunikasi tersebut dapat menimbulkan pengertian yang sama sehingga dapat mewujudkan organisasi tersebut. 9 R. Wayne Pace dan Don F. faules, Komunikasi Organisasi, ( Bandung: Rosdakarya, 2006), hal.33 10 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi organisasional, ( Jakarta:Universitas Terbuka, 2000), modul kuliah, hal. 1.3 18 2. Arus Informasi Dalam Organisasi Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan, untuk itu akan di bahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu: a. Komunikasi Internal komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi didalam organisasi atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi biasa terjadi diantara orang yang memiliki level kepangkatan yang sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lain-lain.11 Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam Organisasi, maka komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal, diagonal, dan grapevine. 1. Komunikasi vertikal Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah ( downward communication) dari bawah ke atas (upward communication). Pada downward communication, pimpinan menyampaikan pesan kepada bawahan. alur ini memiliki fungsi sebagai berikut: Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan, penerangan, manual kerja, uraian tugas. 11 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Organisasional,( Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), modul kuliah, hal.2.12 19 a. Penjelasan dari pemimpin mengenai mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui bagaimana tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas mereka tersebut. b. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan, dan lain-lain. c. Penyampaian informasi mengenai bagaimana penampilan pekerja, baik itu penampilan fisik maupun penampilan kemampuan menjalankan pekerjaan dan memperlihatkan daya tahan dalam keberhasilan kerja. d. Pemberian informasi bagaimana mengembangkan misi perubahan.12 Metode upward communication memiliki beberapa fungsi,lain yaitu: a. Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan yang belum diselesaikan. b. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. c. Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.13 2. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal yaitu informasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Menurut soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus informasi ini antara lain. 12 Soleh Soemirat, dkk, komunikasi organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,2000) hal. 2.14 13 Ibid h. 2.15 20 a. Mengkoordinasikan pekerjaan tugas b. Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan c. Mengatasi masalah d. Mendapatkan pemahaman bersama. e. Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi perbedaan. f. Membangun dukungan interpersonal.14 Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak cara yang digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada saat istirahat, percakapan, melalui telephone, menggunakan memo, dengan diadakannya rapat diantara para karyawan yang sejajar kedudukannya, dan lain-lain. 3. Komunikasi diagonal Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi didalam sebuah organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukannya dan bagian. Dalam komunikasi ini tidak ada perintah maupun pertanggung jawaban biasanya hanya menyampaikan ide. Komunikasi diagonal diperlukan khususnya bagi level bawah guna menghemat waktu. Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni: a) Setiap pekerja melakukan komunikasi secara diagonal harus memperoleh izin dari atasannya langsung. 14 h.217 Soleh Soemirat,dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000) 21 b) Setiap pekerja yang melakukan komunikasi diagonal harus menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung. 4. Grapevine “Grapevine adalah perkataan inggris untuk tanaman anggur dan karena tanaman anggur yang arena tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral dan lingkaran yang kait mengait maka perkataan inilah yang dipilih untuk sistem komunikasi informal. “15 komunikasi berlangsung dari mulut ke mulut, tetapi informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang memungkikan disalah artikan, namun begitu umumnya 75% sampai 90% pesan grapevine akurat yang berkaitan dengan situasi tempat kerja. b. Komunikasi Eksternal “Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berbeda di da- lam dengan kahalayak di luar organisasi.” Adapun tujuan utama dilaksanakan komunikasi eksternal oleh sebuah organisasi adalah: 3. a. Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik b. Untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan c. Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif. Iklim Komunukasi Organisasi Iklim Komunikasi organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan kiner- ja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. “istilah “Iklim” disini merupakan kia15 Phill. Astrid s. susanto, komunikasi dalam teori dan praktek, ( Jakarta :Bina cipta, 1986), cet. Ke-4,h.89 22 san(metafora). Kiasan adalah bentuk ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frase jelas artinya dalam situasi yang berbeda yang bertujuan menyatakan suatu kemiripan. Contohnya : tempat ini di rumah sendiri, nyaman, suasananya kekeluargaan, meskipun perbandingan Figuratif, perbandingan tersebut memberi informasi mengenai ini, struktur, dan arti situasi baru tersebut. Dalam menelaah iklim komunikasi organisasi, kita harus memilah terlebih dahulu apa itu iklim komunikasi dan iklim organisasi. Kedua bentuk iklim tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk pertama-tama akan dibahas terlebih dahulu iklim komunikasi. Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon terhadap pegawai, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi berhubungan dengan persepsi- persepsi anggota perusahaan terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan timbul suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan anggota lain. Hal ini dengan 23 sendirinya dapat meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan iklim komunikasi negative dapat menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan. Sebenarnya pengertian iklim organisasi belum ada kesepakatan yang sama dari para ilmuwan. Menurut penulis hal ini dikarenakan iklim organisasi sangat kompleks cakupan pembahasannya, karena mencakup semua unsur dasar organisasi yaitu anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan pengelolaan , struktur dan pedoman. Namun dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi yang terbentuk dari perpaduan unsur-unsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Dari perjalanan iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas, ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi . setelah kita menelaah iklim organisasi komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas secara keseluruhan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut Falcionone yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku komunikasi organisasi menjelaskan bahwa: Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi. 24 Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku komunikasi organisasi yang mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi yaitu: 1. Supportivennes atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan menjaga perasaan diri berharga, dan penting. 2. Partisipasi membuat keputusan. 3. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan, dan keterusterangan. 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.16 Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori, menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku komunikasi organisasional bahwa” tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness. Di antara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi, anggota organisasi menfokuskan pesan mereka kepeda kejadian yang diamati dari pada evaluasi secara subjektif atau emosional. 2. Orientasi masalah, anggota organisasi menfokuskan komunikasi mereka kepada pemecahan kesulitan secara bersama. 3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam merespons situasi yang terjadi 16 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8 25 4. Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap anggota lainnya 5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan. 6. Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda. 17 3. Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi yang relevan.18Dalam organisasi untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi formal maupun informal selalu ada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lain dalam organisasi. Sedangkan kepempimpinan menurut istilah, dalam hal ini para ahli banyak berpendapat, di antaranya: Onong Uchajana dalam bukunya, Human Relations dan Public Relations dalam management, mengatakan bahwa” kepemimpinan adalah suatu proses 17 Soleh Soemirat,dkk., Komunikasi Organisasional, h.217 John M.Ivan Cevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson, perilaku dan Manajemen Orgnisasi, ( Jakarta: Erlangga,2005), h. 194. 18 26 dimana seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), mempengaruhi (influences), atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.19 Howard H. Hoyt yang dikutip kartini Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpian sebagai berikut:”kepemimpinan adalah seni mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.20 2. Gaya Kepemimpinan Tipe-tipe kepemimpinan sering disebut sebagai perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style). “ gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.21 Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe atau gaya-gaya kepemimpinan tersebut di atas dengan maksud memberikan gambaran yang jelas mengenai persamaan dan perbedaannya a. Kepemimpinan otoraksi atau otoriter Pemimpin otoriter semacam ini menentukan kebijakan kelommpok dan membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin ini bersifat impersonal yang mana komunikasi mengalir dari anggota ke anggota. 19 Onong uchjana, Human relation dan public relations dalam management, (Bandung: CV. Mandar maju, 1989), cet. Ke-7, h. 195. 20 Kartini Kartono, pemimpin dan kepemimpinan, ( Jakarta: PT. raya Grafindo pesada,1989),cet. Ke-8, h.49. 21 Rivai, kepemimpinan dan perilaku organisasi, h. 64. 27 Pemimpin otoriter berusaha meminimumkan komunikasi antar kelompok, sehingga membuat peran pemimpin otoriter mengasumsikan tanggung jawab terbesar bagi perkembangan kelompok dan meginginkan tidak adanya campur tangan dari para anggota, pemimpin ini mengharapkan kelompok dapat menerima menerima keputusannya, dan pemimpin ini memusatkan tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Gaya kepemimpinan otoriter adalah seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin ini bersifat impersonal.22 Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoraksi diantaranya adalah: 1. Semua ketentuan kebijakan oleh pemimpin 2. Tekhnik dan langkah aktifitas ditentukan oleh penguasa satu persatu, sehingga langkah-langkah masa depan umumnya selalu tidak pasti. 3. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bagian dan kerja bersama setiap anggota. 4. Pengusaha cenderung bersifat “pribadi” dalam memuji dan mencela pekerjaan masing-masing anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.23 22 Abdullah Masmuh, komunikasi organisasi, (Malang: UMM press, 2008),h. 266. Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet-5, h. 536. 23 28 b. Kepemimpinan Demokrasi Pemimpin seperti ini memberikan pengarahan, tetapi mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikehendaki anggotanya. Para anggota kelompok didorong untuk menentukan sasaran dan prosedur. Pemimpin demokratis merangsang timbulnya pengarahan sendiri dan aktualisasi diri pada para anggota kelompok. Tidak seperti pemimpin lepas kendali, pemimpin demokratis memberikan pemantapan kepada para anggotanya dan berkontribusi memberikan saran untuk pengarahan dan alternatif tindakan. Gaya kepemimpinan demokrasi adalah seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan melibatkan anggota kelompok untuk dimintai masukanmasukan. Sehingga tugas pimpinan selain memberikan pengarahan juga mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikehendaki para anggotanya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokrasi adalah: 1. Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan di ambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan. 2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok di buat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat di pilih. 3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan pemberian tugas ditentukan oleh kelompok. 29 4. Pemimpin adalah objektif atau “fact minded” dalam memberikan pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.24 c. Kepemimpinan Laisser Faire Gaya kepemimpinan ini juga biasa disebut gaya kepemimpinan lepas kendali karena pemimpin ini tidak berinisitif untuk mengarahkan alternatif tindakan.” Gaya pemimpin laisser Faire adalah seorang pimpinan dalam menentukan kebijakan tidak memiliki inisiatif untuk mengarahkan atau menyarankan alternative tindakan. 25 Akan tetapi pemimpin ini lebih mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan pekerjaannya sendiri. Bahkan termasuk juga mengijinkan untuk melakukan kesalahan. Pemimpin semacam ini menolak setiap wewenang yang diberikan. Pemimpin lepas kendali hanya menjawab pertanyaan dan memberikan informasi yang relevan jika di minta secara khusus. Pemimpin ini hanya sedikit memberikan pemantapan kepada kelompok. Pada saat yang sama, pemimpin ini tidak akan menghukum anggotanya sehingga ia pun tidak terancam. Ciri-ciri gaya Kepemimpinan laisser faire diantaranya: 1. Kebebasan penuh untuk keputusan kelompok atau individu dengan minimnya partisipasi pemimpin. 24 25 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang: UMM press,2008),h. 266-267. Ibid h. 267 30 2. Macam-macam bahan disediakan pemimpin, yang dengan jelas mengatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan, ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok. 3. Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali 4. Komentar spontan yang tidak frekuen atau aktifitas-aktifitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai at mengatur kejadian-kejadian.26 26 Winardi , Kepemimpinan dalam manajemen, (Bandung: rineka cipta,1990) h.79 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bagdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara utuh.1 Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.2 Berdasarkan pendapat diatas maka, pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mendeskripsikan dan memperoleh gambaran nyata serta menggali 1 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja : Rosdakarya, 1991).,h,3. 2 Nawawi hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992) h. 209 31 32 informasi yang jelas mengenai Pola komunikasi organisasi pimpinan dan bawahan di yayasan wakaf khadijah. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.3 Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek pebelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.4 Dalam penelitian deskriptif memiliki beberapa cara yang dimana dalam skripsi ini hanya dengan melakukan survei. Menurut Notoatmodjo yang dimaksud dengan survey adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk menilai kondisi atau penyelenggaran 3 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71 4 Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), cet. 2, hal. 139 33 suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.5 Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara tentang pola komunikasi pimpinan dan staff di yayasan wakaf khadijah Aisyah. Dalam kegiatan penilitian ini peneliti tidak intervensi dalam memberikan masukan dan arahan pada pimpinan dan staff yayasan, ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang ada dapat senaturalistik mungkin. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan wakaf khadijah jl. M. Saidi 1/ 3A RT. 009 petukangan selatan Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan. Waktu penelitian mulai bulan Maret 2013 sampai Mei 2013. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan efesiensi biaya, jarak, dan tenaga dari peneliti. Selanjutnya Yayasan wakaf khadijah Aisyahdipilih karena pengelolaan yayasan sosial yang bersifat kekeluargaan yang menarik untuk dibahas pola komunikasi antara pimpinan dan staf. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pimpinan dan staf di yayasan wakaf khadijah. Penulis berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek tidak berubah. 34 Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moloeng, bahwasanya pemanfaatan Informan dalam penelitian adalah agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang didapatkan. Sedang menurut Neuman konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memiliki informan atau situasi sosial yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi yang ada. Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purpose sampling). Informan yang peneliti gunakan yaitu, orang orang yang memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis. Adapun yang menjadi sampel informan adalah kepala sekolah di yayasan Khadijah Aisyah, dan guru-guru di Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 5. Sumber data Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut a. Data Primer Data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung lagi mendalam kepada responden, yaitu dari pimpinan dan staff yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian baik referensi buku, majalah dan berbagai literatur yang berkaitan dengan tema penelitian. 35 Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian. 6. Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tekhnik pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar. Pelaksanaan tekhnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : a. Observasi Observasi adalah berusaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam penomena tersebut.6 Tekhnik observasi atau pengamatan yang peniliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni bagaimana pola komunikasi organisasi pimpinan dan staff di yayasan wakaf khadijah Aisyah. b. Wawancara Merupakan salah satu bentuk alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data. Peneliti melakukan wawancara demi memperoleh data yang diperlukan dan berhubungan dengan tema yang peneliti ajukan. Dalam 6 Lexi J. Moleong, Metode penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), cet. Edisi Revisi , h.37. 36 penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan berbagai sumber. Diantaranya dengan pimpinan dan bawahan di yayasan wakaf khadijah. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tekhnik dokumentasi penulis lakukan dengan cara menelaah buku-buku, majalah, artikel maupun sumbersumber yang berkaitan dengan komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan. 7. Fokus pertanyaan penelitian a. Bentuk Komunikasi organisasi 1) Komunikasi dari atasan ke bawahan 2) Komunikasi dari bawahan ke atasan b. Pola Pengambilan keputusan 1) Kepercayaan 2) Pembuatan keputusan bersama 3) Kejujuran 4) Keterbukaan 8. Uji Validitas dan Kredibilitas Pada penelitian ini penulis menggunakan uji validitas untuk menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat. Penulis 37 mendapatkan penjelasan bahwa data penelitian tidak terlepas dari kompleksitas, sehingga mudah untuk di reduksi dan dilihat dalam keseluruhan keterkaitannya. Peneliti menguraikan secara jelas parameter, langkah-langkah, pedomanpedoman, batasan dan ukurannya. Adapun uji validitas yang penulis gunakan yaitu validitas komunikatif, yaitu peneliti melakukan konfirmasi kembali tehadap responden penelitian. Aspek komunikasi menjadi penting dan baik dalam mengungkapkan latar belakang penelitian, sudut pandang pribadi dan profesinal. Sehingga penulis bisa mereflesikan realitas subjektif.7 Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan objek penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian.8 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: a. Membandingkan data haasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi 7 E. Kristi poewandari., “pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia” (Jakarta; LPSP UI,2005) h. 182. 88 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja : Rosdakarya, 1991)., 38 c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Jadi dengan triangulasi peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Dengan demikian langkah yang ditempuh dalam tahap triangulasi adalah peneliti melakukan pengecekan tentang hasil pengamatan selama berada dilapangan dengan hasil data yang menggunakan sumber data dalam penggaliannya, baik itu sumber data primer yang bersumber dari hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang bersumber dari buku, dan dokumen seperti foto-foto kegiatan dan lain sebagainya. c. Tehnik Analisa Data Setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data”kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, menulis memo, dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak relevan, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat di verifikasi. Dalam penelitian ini peneliti membuat transkip, membuat kata kunci untuk setiap pertanyaan. 2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan 39 tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks naratif. penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. Dalam penelitian ini peneliti membuat kutipan dalam bentuk pernyataan. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dari verifikasi. Baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran , kecocokan dan kekokohannya.9 Dalam penelitian ini peneliti membuat dengan cara mengkaitkan antara kata kunci 8. Teknik Pemeriksaan Data Teknik penumpulan data memiliki sejumlah kriteria tertentu, yaitu: 1. Derajat kepercayaan, yaitu melaksanakan penelitian sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaannya dapat dicapai atau dengan kata lain mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Artinya peneliti melakukan penelitian sedemikian rupa dengan melakukan observasi, wawancara, catatan lapamgan terhadap penyuluh agama berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan pada kenyataan-kenyataan di lapangan. 9 Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet 1 edisi 2, h. 85-87. 40 2. Keteralihan, yaitu seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris data dan kesamaan konteks. Artinya sampel yang peneliti teliti di harapkan mampu menggenalisir, sehingga penemuan penelitian yang diperoleh oleh sampel yang secara representative mewakili populasi pimpinan dan bawahan dengan mencari dan mengumpulkan kejadiankejadian yang diamati untuk mencari kesamaan konteks. 3. Kepastian peneliti dengan responden berharap memilki kesepakatan apa yang diinginkan peneliti terhadap apa yang ditelitinya terhadap responden dengan tidak menyampingkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi sehingga mampu dipertanggung jawabkan dan dapat di pastikan kebenaran secara faktual. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti membuat analisa dengan cara mengkaitkan kata kunci dengan hasil wawancara, observasi dan teori. BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN A. Gambaran umum Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah 1. Sejarah berdirinya Yayasan wakaf Khadijah Aisyah Yayasan wakaf Khadijah Aisyah merupakan yayasan yang berdiri secara bertahap mempunyai cita-cita membantu masyarakat yang kurang beruntung dalam arti yang kurang mampu baik dari segi keuangan, serta kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang sangat kurang dalam kehidupannya. Yayasan wakaf Khadijah Aisyah sesuai dengan visinya berperan dalam peningkatan kualitas hidup umat. Yayasan didirikan oleh Bapak Ali Ibrahim yang ingin membantu kaum dhuafa khususnya dalam bidang pendidikan. Yayasan wakaf Khadijah Aisyah (YWKA) yang didirikan pada bulan juli 2003, yang dipimpin oleh Fahmi Asegaff SH. Dan wakil ketua Rugayah melalui H. Haryanto.SH. MBA dan telah mendapat pengesahan dari departemen hukum dan HAM RI No.C- 369.HT.01.02.TH.2005. Tanda daftar yayasan atau badan sosial No: 05.40207.1120B. Pada saat itu yang pertama kali beroperasi terlebih dahulu adalah taman pendidikan al-qur’an (TPA) di petukangan Jakarta Selatan. Yayasan wakafkhadijah aisyah berkantor di JL.M Saidi / 3A RT.009 /01 Petukangan Selatan Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan.1 1 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 41 42 Salah satu hal yang melatar belakangi berdirinya yayasan wakaf khadijah aisyah, yaitu adanya dorongan kuat pendiri yayasan yang kegiatan-kegiatannya mengarah pada bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Menurutnya jika masyarakat mengalami kesulitan, maka hal itu dapat membuat mereka terjebak pada situasi yang sulit, apalagi menyangkut masalah keimanan dan keyakinan, serta ekonomi mereka. Hal tersebut yang menjadi alasan bapak Ali Ibrahim mendirikan yayasan wakaf khadijah aisyah. Adapun maksud dan tujuan berdirinya yayasan ini adalah meningkatkan pendidikan, baik pendidikan bersifat umum ataupun pendidikan agama, dan memberikan bantuan kepada dhuafa khususnya dalam bidang pendidikan. 2. Visi dan misi Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah Visi dari yayasan ini adalah berperan dalam peningkatan kualitas hidup umat. Dan didukung pula oleh beberapa misi, yaitu membangun diri menjadi lembaga penghimpun dan pendayagunaan dana umat secara amanah dan professional, menumbuh kembangkan kualitas hidup umat dengan program-program strategis. 3. Struktur Organisasi dan pengelolaan Agar pengelolaan pelaksanaan yayasan Wakaf Khadijah Aisyah lebih mudah,maka dibentuklah struktur organisasi yayasan yang terdiri dari.2 2 Dokumentasi Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah 43 a. Pembina, mempunyai tugas yang meliputi: 1. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar yayasan, kecuali mengenai maksud dan tujuan yayasan tidak dapat dilakukan pengubahan. 2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas yayasan. 3. Penetapan kebijaksanaan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan. 4. Pengesahan Program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan. 5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan dan pembubaran yayasan. b. Pengurus, yayasan diurus oleh suatu kepengurusan yang sedikitnya terdiri dari: 1. Ketua 2. Sekertaris 3. Bendahara Adapun tugas dan wewenang pengurus meliputi: 1. pengurus wajib menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan. 2. Pengurus berkewajiban melaksanakan ketentuan anggaran dasar yayasan sebaikagar maksud dan tujuan yayasan terlaksana dan berkewajiban mengurus, memelihara dan mendayagunakan kekayaan (aset), dana, milik dan keuangan yayasan sebaiki-baiknya. 3. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan. 44 c. Pengawas atau pelaksana kegiatan, mempunyai tugas yang meliputi 1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan. 2. Pengawas melakukan pengawasan atas kebijaksanaan pengurus dalam memberikan nasihat kepada pengurus dalam menjalankan yayasan dan wajib memberikan laporan secara tertulis kepada pembina tiap semester atas pengawasan yang telah ditentukan. Susunan kepengurusan di yayasan adalah sebagai berikut; a. Pembina : Ali Ibrahim b. Pengurus Ketua : Fahmi Asegaff Wakil : Rugayah Sekertaris : Wardah Bendahara : Ir. Iis Latifah c. Pengawas : Husein Ibrahim 4. Program- program Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah Program dapat diartikan sebagai daftar atau rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan.Yayasan wakaf khadijah aisyah ini bergerak dalam bidang pendidikan, 45 kesejahteraan sosial dan keagamaan, yang berupaya menghadirkan pendidikan berkualitas namun terjangkau khususnya warga sekitar yang kurang mampu. Beberapa program yayasan wakaf khadijah aisyah adalah: 1. TKA Sebagai sarana peningkatan kualitas pendidikan pada jenjang kanak-kanak yang memadukan karakter asli taman kanak-kanak al-qur’an (TKA) dan kurikulum berbasis Taman kanak-kanak regular yang dikeluarkan oleh depdiknas. 2. TPA (Taman Pendidikan Alqur’an ) lembaga luar sekolah yang fokus dalam memberikan kemampuan al-qur’an. 3. Khadijah Aisyah Course (KEC) lembaga pengajaran bahasa Inggris yang memilki komitmen untuk meningkatkan kemampuan umat dalam bahasa asing khususnya bahasa inggris. 4. Jejaring Taman Pendidikan Alqur’an Untuk meningkatkan pengajaran Alqur’an di masyarakat, jejaring taman pembelajaran Alqur’an, hadir meningkatkan kualitas manajemen, kurikulum dan kualitas pengajar. 5. Kelompok Dongeng Matahari (KDM) Program ini bertujuan untuk mengajarkan kegiatan membaca sejak dini. Kegiatan yang dilaksanakan mendongeng dan bermain dalam kelompok dongeng matahari. 46 6. Program Tahsin dan Tahfidz Alqur’an Selain kemampuan membaca al-qur’an perlu ditunjang dengan hafalan alqur’an yang dapat meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah, target program ini adalah melahirkan banyak orang yang memiliki hafalan al-qur’an lebih dari satu (1) juz. 7. Jejaring TPA Untuk meningkatkan pengajaran al-qur’an di masyarakat, “jejaring taman pendidikan Alqur’an hadir untuk meningkatkan kualitas manajemen, kurikulum dan kualitas pengajar. 8. Program pembinaan keagamaan Tujuannya untuk membina lingkungan sekitar yayasan Wakaf Khadijah Aisyah sehingga mereka dapat menimba ilmu lebih jauh tentang islam dan membentuk lingkungan yang kondusif untuk taat kepada Allah 9. Program Kesehatan Yayasan wakaf khadijah aisyah membantu kaum dhuafa untuk hidup sehat,program-program yang di lakukan untuk menunjang hal tersebut Adalah: a. Program pemeriksaan kesehatan dan pengobatan b. Program senam c. Program donor darah d. Program kerjasama dengan kesehatan lain 10. Bantuan sosial dan beasiswa 47 Situasi krisis yang terus berkepanjangan semakin menambah berat beban hidup kaum dhuafa, oleh karena itu yayasan Wakaf Khadijah Aisyah berusaha membantu meringankan beban hidup mereka yang kurang beruntung. 3 Selain kegiatan diatas yayasan wakaf khadijah aisyah memiliki program tahunan yaitu: a. Sunatan masal b. Pembagian makanan pada bulan ramadhan c. Pemberian santunan kepada Anak yatim B. Bentuk komunikasi organisasi di Yayasan Khadijah Aisyah Di dalam yayasan Khadijah Aisyah memiliki beberapa bentuk pelaksanaan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau yang disebut dengan komunikasi di lakukan seperti berikut ini: Komunikasi internal di yayasan Khadijah Aisyah melakukan komunikasi internal dengan penyampaian gagasan diantara pimpinan dan bawahan yang ada dalam struktur organisasi tersebut. Biasanya gagasan yang disampaikan berupa informasi -informasi organisasi, misalkan pengumuman untuk datang ke rapat maupun isi rapat organisasi itu sendiri. Melalui media lisan secara langsung, SMS ( Short Message Service), telepon dan undangan tertulis di kertas. Hal ini seperti yang di sampikan oleh kepala sekolah.berikut ini hasil wawancara dengan Nurlaela Budi Ningsih, selaku kepala sekolah. “biasanya kalau memberitahukan tentang rapat 3 Dokumen yayasan wakaf khadijah Aisyah 48 langsung pada saat guru-guru mengisi absen, tapi terkadang melalui sms atau telepon”4 Komunikasi horizontal biasanya di lakukan dalam hal penyampaian pesan dari guru raudhatul athfal kepada guru yang lain, biasanya ide baru, kegiatan baru ataupun sesuatu hal tentang kemajuan bidang masing-masing. Melalui media lisan secara langsung ataupun sms. Berikut ini kutipan wawancara dengan bu Ati wijiyati “ biasanya guru-guru sering membicarakan kegiatan apa yang akan dilakukan selama seminggu ke depan, ya kita saling membantu, memberikan ide untuk sentra seni, ya sharing sesama guru, atau menyiapkan materi yang akan diberikan ke murid-murid untuk seminggu ke depan, dan guru-guru mendiskusikan ide baru tersebut sebelum di sampaikan ke atasan.” Komunikasi vertikal terdiri dari downward communication dan upward communication. Donward communication adalah penyampaian informasi sekolah dari kepala sekolah terhadap guru-guru bidang masing masing pada saat rapat yang di laksanakan setiap hari jum’at. Upward communication adalah komunikasi yang mengalir dari guru- guru sentra persiapan, sentra alam, sentra agama, sentra balok terhadap kepala sekolah, biasanya berisi tentang masukan- masukan atau kritik,gagasan, saran ataupun ide kepada kepala sekolah mengenai rencana kegiatan harian (RKH). Seperti yang di sampaikan saudari Ningsih.“ pada acara rapat yang kami laksanakan pada hari jum’at 4 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela budi ningsih, kepala sekolah, Jakarta, Sabtu 12 April 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 49 kami mengevaluasi kegiatan selama seminggu, setelah itu guru-guru pada bidang masing-masing menyampaikan saran, kritik dan idea atau gagasan.”5 Dalam teori komunikasi organisasi di kenal dengan istilah aliran informasi dalam organisasi yaitu alur komunikasi yang terjadi di dalam Organisasi, maka komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal, diagonal, dan grapevine.6 Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah ( downward communication) dari bawah ke atas (upward communication), Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan, penerangan, manual kerja, uraian tugas. Komunikasi horizontal yaitu informasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Dari keterangan diatas peneliti menyimpulkan bahwa, bentuk komunikasi organisasi yang terjadi di yayasan khadijah aisyah adalah vertikal dan horizontal, hal ini di dasarkan pada pengamatan peneliti dilokasi penelitian, kepala sekolah berkomunikasi dengan staf yaitu guru, atau sebaliknya, guru berkomunikasi dengan kepala sekolah, selain itu guru-guru yang kedudukan sama saling berkomunikasi 5 Wawancara Pribadi dengan Ningsih, guru sentra seni, Jakarta, Sabtu 20 April 2013 pukul 10.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 6 Soleh Soemirat, dkk, komunikasi organisasional, hal. 2.14 50 untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan agar tujuan dari yayasan tercapai.7 C. Pengambilan Keputusan dalam komunikasi Organisasi di yayasan Khadijah Aisyah. Setiap organisasi tentulah memiliki atmosfer yang berbeda-beda, ahli komunikasi menggunakan istilah komunikasi organisasi untuk menggambarkan tingkat kenyamanan yang para karyawan rasakan di tempat kerjanya. Iklim komunikasi organisasi sangat berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan, kenyamanan para karyawan ketika berada dilingkungan kerja. Iklim komunikasi yang positif mampu menciptakan suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan karyawan pun akan merasa bebas leluasa mengemukakan apa saja yang ada dalam pikiran mereka baik itu dikemukakan pada sesama rekan kerja ataupun kepada atasan. Suasana yang nyaman di tempat kerja adalah iklim mendukung. Berikut hasil wawancara dengan Ati Wijiawati. “ ya Alhamdulillah suasana kerja disini nyaman, rekan kerja sudah seperti keluarga sendiri.’’ Ini salah satu hal yang membuat saya nyaman mengajar disini”. 8 7 Wawancar Pribadi dengan kepala sekolah dan guru, yayasan wakaf khadijah aisyah, 18 April 2013, 8 Wawancara Pribadi dengan Ati Wijiyati, guru, Jakarta, sabtu 16 Maret 2013 pukul 11.00, yayasan wakaf khadijah aisyah, Jakarta. 51 Dalam teori komunikasi organisasi di kenal dengan istilah iklim organisasi yaitu sifat emosional intern organisasi yang didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa iklim komunikasi yang positif akan menciptakan suasana kerja yang kekeluargaan dan karyawan akan leluasa mengemukakan pendapatnya baik kepada sesama rekan kerja maupun terhadap atasannya. Dalam menganalisa, penulis menggunakan teori Charles Redding yang mengemukan lima demensi penting iklim organisasi dan akan dijabarkan satu persatu. 9 1. Supportivennes Supportivennes atau dukungan atasan kepada bawahan dapat di lihat dari seberapa seringnya kepala sekolah memberikan saran, dan solusi. Untuk memudahkan kinerja guru maka kepala sekolah memfalisitasi guru untuk mengikuti training dibeberapa pelatihan. Seperti yang disampaikan oleh saudara Ningsih “Dukungan dari kepala sekolah terhadap guru, mengikutkan guru ke seminar, mengikut sertakan guru ke perlombaan tingkat Jakarta selatan, agar guru mempunyai wawasan yang lebih banyak lagi, niat dari kepala sekolah untuk mencapai guru-guru yang berkualitas.10 9 Arni Muhammad, komunikasi organisasi,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8 Wawancara Pribadi dengan Ati Wijiyati, guru, Jakarta, sabtu 16 Maret 2013 pukul 11.00, yayasan wakaf khadijah aisyah, Jakarta. 10 52 Suasana suportif atasan ke bawahan dapat di lihat dari seberapa sering atasan memberikan saran dan solusi yang baik kepada bawahan, itu merupakan salah satu bentuk dukungan atasan untuk membantu mengatasi permasalahan bawahannya . suasana ini sering terjadi, biasanya atasan memanggil salah satu atau beberapa karyawan ke ruangannya, dalam pembicaraan tertutup atasan segera memberikan petunjuk untuk mengatasi masalah tersebut. Hal seperti ini sering terjadi hampir setiap hari. Atasan (Kepala Raudhatul Athfal yayasan Khadijah Aisyah) memantau pekerjaan karyawannya setiap hari. diatas adalah dukungan dari kepala sekolah, dan itu semua merupakan beberapa dukungan yang dapat diberikan dari kepala sekolah kepada guru, dukungan diberikan untuk menunjang kinerja guru, agar guru dapat mengatasi permasalahan dalam kinerjanya. Masukan atau laporan dari guru sering terjadi, dan biasanya jika terjadi suatu masalah kepala sekolah akan memanggil guru yang berwenang ke ruangannya, dan dalam hal itu atasan mendengarkan laporan permasalahan apa yang sedang terjadi, dan jika memang bawahan merasa sulit dalam menangani masalah tersebut maka atasan memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Pada teori suportivennes dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa kategori, hal ini sesuai dengan pendapat Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional yaitu:11 11 Soleh Soemirat,dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000) 53 a. Deskripsi Rapat merupakan salah satu alternatif untuk membicarakan pekerjaan kepada atasan dan kepada sesama rekan kerja. Rapat di yayasan wakaf khadijah Aisyah di lakukan 1 (satu) minggu sekali di hari jum’at, tapi disisi lain terkadang ada rapatrapat yang tidak tentu waktunya.“ rapat biasanya diadakan seminggu sekali pada hari jum’at, tapi ada rapat yang tidak waktu tidak pasti atau belum ditentukan , biasanya sich di beritahu sehari sebelumnya.”12 Dalam rapat akan banyak yang didiskusikan, berbagi pengamalan, tukar pikiran, mengutarakan masalah yang terjadi, mencarikan solusi yang terbaik, dan merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan kemudian hari. Review lebih mengevaluasi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu dan seperti apa pencapaian kerja minggu lalu. Problem Solving, mengevaluasi masalah-masalah apa saja yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari penyelesaianya apa yang terbaik untuk memecahkan masalah pada minggu lalu. Setelah itu ditemukan solusi, apa yang harus segera dilakukan untuk menuju hari esok atau minggu. b. Orientasi Masalah Jika terjadi suatu masalah maka anggota organisasi baik atasan maupun bawahan saling bekerjasama untuk memecahkan hal tersebut. Bagi atasan Pendapat 12 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 54 dari bawahan baik berupa ide, saran ataupun kritik sangat penting untuk manajemen Yayasan. Karena bawahanlah yang bekerja di lapangan dan mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi dilapangan. Guru bekerja di dalam ruangan, guru menghadapi ketika berhubungan dengan anak murid yang sulit diatur, disinilah fungsi keterbukaan dengan atasan. Karena dengan dibicarakan akan menghasilkan saran dan solusi yang terbaik. Dalam penyampaian ide, saran maupun kritik, dan lain-lain bawahan dapat menyampaikannya kepada atasan. c. Spontanitas Ketika rapat memang bawahan dan atasan dituntut untuk mengutarakan pendapatnya. Jika memang ada yang tidak disetujui dengan idea tau gagasan yang di berikan oleh atasan, bawahan bebas saja untuk memberikan komentar. Namun terkadang ada juga sebagian karyawan yang tidak berani menolak pendapat dari atasan dan hasilnya mereka melakukan gravine yaitu komunikasi informal berjalan berbelok- belok dengan derajat ikatan bathin yang dimiliki anggota, biasanya disebut dengan desas desus. Grapevine Biasanya akan terjadi karena adanya rasa ketidak puasan karyawan akan suatu hal, misalnya gaji yang minim. Selain itu adanya keakraban antara karena karyawan karena sering bekerjasama maka disamping pekerjaan resmi yang dibicarakan juga hal hal lain yang menyangkut orang-orang dalam lingkungan 55 kerjanya. Hal ini sama dengan beberapa karyawan yang diwawancarai “ kalo kita biasanya kalo hal yang mengganjal lebih sering ngomong dibelakang tentang suasana kantor yang kadang kurang nyaman, biasanya ngak berani ngomong langsung ke pimpinan. “Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik maupun memberikan pendapat. Tidak ada penyampaian saran atau kritik melalui media misalnya kotak saran. Saran dan kritik disampaikan langsung kepada pemimpin. Tapi jika hanya berdua dengan atasan memang bias terbuka. Tapi intinya menyampaikan kritik atau saran harus dengan hatihati”.13 Tidak semua karyawan yang berani untuk mengungkapkan pendapatnya langsung kepada atasan. Harus ada media lain yang digunakan agar ide, kritik, saran dari para bawahan dapat tersampaikan. Penulis mengamati tidak ada media seperti kotak saran yang dipasang, selain itu para karyawan yang tidak setuju dengan pendapat atasan hanya membicarakan dibelakang namun tidak disampaikan langsung ke atasan. Inilah salah satu kendala untuk membentuk iklim komunikasi yang positif di perusahaan. Sebenarnya informasi dari komunikasi grapevine dapat di gunakan pemimpin untuk meningkatkan pengertian dan kerjasama dan suasana kerja yang baik dalam organisasi.selain itu juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang lebih baik untuk karyawan. 13 Wawancara Pribadi dengan Ati Wijiyati, guru, Jakarta, sabtu 16 Maret 2013 pukul 11.00, yayasan wakaf khadijah aisyah, Jakarta. 56 d. Empati Deskripsi empati ialah manusia dapat bertenggang rasa dengan sesame mahluk hidup, rasa empati d yang ada yaitu dapat dirasakan oleh kepala sekolah maupun guru disekolah terhadap orang tua siswa yang belum dapatmelunasi iuran sekolah anakanya di yayasan wakaf khadijah aisyah ( YWKA). Lewat organisasi antar wali murid jika terjadi hal yang demikian, maka pimpinan dari komite akan mengajukan surat permohonan keringanan kepada wali kelas, dan bagian keuangan agar memberikan keringanan kepada wali murid tersebut. Berdasarkan hasil data yang ditemukan penulis dapat menganalisa bahwa komite sekolah yaitu organisasi antar wali murid sepakat akan adanya rasa empati yang ditunjukkan pihak kepala sekolah terhadap orang tua murid. e. Kesamaan Di Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah , suasana yang dirasakan nyaman atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan bebas melakukan komunikasi formal maupun informal, dan mereka saling menghargai pendapat masing-masing. Penulis mewawancarai beberapa guru mengenai komunikasi organisasi, menurut informan ningsih “ seperti yang anda lihat saat ini, kita sangat memiliki suasana kerja yang nyaman dan kekeluargaan karena dengan suasana kerja yang nyaman dan kekeluargaan kerja pun merasa senang, disisni kita sudah anggap keluarga sendiri, 57 karena pimpinan juga mengatakan kepada kita jika kita merasa susah atau senang, maka yang lainnya kalau bisa juga ikut merasakan.14 Iklim komunikasi yang positif tidak hanya dilihat dari tingkat kenyamanan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja namun juga keterbukaan dan kenyamanan berkomunikasi dengan atasan. Atasan memberikan waktu dan tempat kepada bawahannya untuk mengutarakan pendapatnya, bisa mengenai kritik, saran, ide, gagasan dan lainnya. Dan hal ini terlihat dari penuturan atasan (kepala Sekolah) menurutnya: “ ya untuk kritik atau saran sih sebenarnya guru biasanya langsung sampaikan kepada saya, walaupun mereka diskusikan terlebih dahulu.” 15 Tingkat derajat kedudukan di sekolah ini memang berlaku , artinya semua anggota organisasi saling menghargai kedududukan-kedudukan masing-masing namun itu hanya sebatas profesionalis pekerjaan semata, akan tetapi mereka semua yang kedudukannya lebih tinggi ataupun rendah saling memperlakukan anggota lain sebagai teman dan tidak menekankan pada kedudukan dan kekuasaan. Ketika dalam rapat pengambilan keputusan kesamaan yang dirasakan ialah semua guru yang ingin berpendapat akan mendapatkan giliran untuk mengajukan masukannya, baik berupa kritik ataupun saran, tidak akan ada otoritas dalam pengambilan keputusan. 14 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 15 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 58 F. Profisionalisme Dalam berorganisasi dibutuhkan sifat dari setiap anggota organisasi karena akan memudahkan jalannya organisasi dan hal itulah yang menjadi acuan dalam melakukan komunikasi organisasi di sekolah ini. Profesional dicerminkan melalui hasil dari pengambilan keputusan yang menjadi prioritas dalam melaksanakan kegiatan disekolah, bhwa keputusan yang telah menjadi proritas dalam melaksanakan kegiatan di sekolah, bahwa keputusan yang menjadi kesepakatan bersama tidak akan bisa diganggu gugat oleh pihak manapun, karena hal itu akan menjadi hambatan berorganisasi, seperti halnya yang diceritakan oleh nurlaela bahwa,“ ketika ada rapat yang membahas mengenai masalah iuran spp itu semua dilakukan karena akan dicabutnya subsidi yang diberikan oleh kecap Korma, jadi waktu itu kita rapat resmi di akhir bulan juni 2012 lalu dan otomatis rapat seperti itu menghadirkan semua guru dan pihak perwakilan wali murid agar perwakilan ini bisa menyampaikan perihal rencana kenaikan iuran SPP ini pada wali murid yang lain.”16 2. Partisipasi Membuat Keputusan Setiap karyawan memang diharapkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, ketika rapat memang beberapa bawahan aktif, mereka juga memberikan 16 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela budi ningsih, kepala sekolah, Jakarta, sabtu 13 April 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 59 saran untuk memecahkan masalah. Misalnya ketika membahas masalah hari libur idul fitri maupun idul adha, ataupun akan mengadakan acara perlombaan. Hampir semua guru aktif dalam komunikasi pada rapat yang diadakan. Contoh masalah tentang hari libur idul adha, kepala sekolah mengusulkan beberapa tanggal kepada guru-guru dan kemudian untuk mengambil keputusan untuk bersama-sama mereka mengambil keputusan seperti voting sederhana dengan mengangkat tangan jika setuju dan tidak mengangkat tangan jika tidak setuju dan itu melibatkan semua guru yang hadir saat itulah keluarlah tanggal libur idul adha yang menjadi keputusan bersama. Seperti yang disampaikan oleh salah satu guru. “waktu itu pernah kami membicarakan soal penetapan hari libur idul adha, bu kepala sekolah sih memberikan beberapa pilihan dan dengan voting kami dapat mengmbil keputusan bersama.”17 Rapat yang efektif adalah rapat yang membuat rancangan kerja dan skedul pekerjaannya, dari opini para anggota organisasi itu sendiri, dan bukan merupakan objek-objek para individu, sehingga rapat itu tidak menjadi rapat yang khusus bagi pimpinan atau hanya untuk manajemen.18 Namun untuk membuat keputusan sebuah masalah yang dirasa sangat besar oleh pimpinan sekolah, maka ia hanya mengambil beberapa guru yang dianggap berkompeten untuk dimintakan pendapat dan masukan. 17 Wawancara pribadi dengan Nurlaela budiningsih, kepala sekolah & guru, jakarta, jum’at 19 April 2013 pukul 13.00, Yayasan Khadijah Aisyah 18 Jamal Magdi, Menjadi pemimpin yang efektif dan berpengaruh,(bandung: PT.Syamil Cipta Media, 2001),h. 81 60 Dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan biasanya secara langsung (direct) atau tatap muka (face to face) serta ada di dalam rapat atau tatap muka di ruang rapat.19 Dalam beberapa rapat seperti rapat mengenai seperti perlombaan, persiapan ujian dan penerimaan murid baru yang peniliti ikuti. Peneliti menemukan adanya kesepakatan bersama dalam hal memutuskan hasil rapat dan tidak adanya hirarki pimpinan dalam putusan hasil rapat.20 3.Kepercayaan Kepercayaan merupakan faktor penting yang harus ditanamkan oleh suatu organisasi. Jika tidak adanya kepercayaan maka suatu organisasi tidak akan berjalan lancar dan adanya kerugian satu sama lain. Di yayasan wakaf Khadijah Aisyah atasan kurang memberikan kepercayaan a terhadap bawahannya, akan tetapi Atasan selalu mengadakan evaluasi.berikut ini kutipan wawancara dengan nurlaela budi ningsih.“ masalah kepercayaan saya terhadap para guru di yayasan, karena dengan mengadakan evaluasi saya bisa mengetahui kendala apa yang mereka hadapi. ”21 19 Wawancara Pribadi dengan Ningsih, guru sentra seni, Jakarta, Sabtu 20 april 2013 pukul 10.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 20 Hasil observasi, 1 maret 2013 dan 19 april 2013 saat rapat berlangsung. 21 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, sabtu, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 61 Adanya rasa saling percaya antara atasan dan bawahan adalah rasa yang mahal harganya dan menjalin organisasi, kepala sekolah dengan tanggung jawab yang telah diberikannya kepada guru, dan guru menjalankan beban tanggung jawab yang telah di berikan kepada guru dan guru pun menjalankan beban tanggung jawab yang telah diberikan dengna semaksimal mungkin. Dengan adanya rasa percaya ini kepala sekolah tidak begitu saja lepas tangan dengan apa yang dikerjakan oleh guru akan tetapi kepala sekolah tetap melakukan kontrol, karena rasa percaya yang diberikan semata-mata sebagai rasa demokratisnya seorang pemimpin dengan memberikan kepercayaan itu pimpinan tetap mengontrol dan memberikan arahan kepada bawahannya, seperti yang di ungkapkan oleh ibu kepala sekolah, “saya selalu berusaha percaya dan jujur dengan orang-orang yang berada di bawah saya seperti guru, dan lainnya, karena jika kejujuran dan kepercayaan tidak dijalani secara bersamaan dan tidak diterapkan dalam berorginasi ini maka buat apa dibuatkannya semacam struktur organisasi, kan percuma saja kami kan membentuk struktur itu untuk nantinya kami bisa saling jujur dan mempercayai terhadap apa yang telah diamanatkan kepada masing-masing.22 Rasa percaya dan jujur memang harus dijalankan secara bersamaan karena salah satu faktor sukses dalam menjalankan sebuah organisasi adalah dengan adanya rasa percaya dan kejujuran bukan hanya milik atasan atau bawahan saja, melainkan milik kedua-duanya. Rasa kepercayaan ini bukan berarti atasan melepas kontrol begitu saja, namun dilakukan secara demokratis yaitu gaya kepemimpinan dengan memberikan 22 Wawancara pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah dan guru, jakarta, Sabtu, 9 Maret 2013 pukul 14.00, Yayasan Khadijah Aisyah 62 kesempatan kepada anggota (bawahannya) untuk mengembangkan kemampuannya dan melaksanakan cara yang dikehendaki para bawahannya namun atasan tetap memberikan arahan dan kontrol pada bawahan. 3. Keterbukaan Selain beberapa faktor diatas ( kepercayaan dan kejujuran) maka ada satu hal lagi yang harus menjadi perhatian anggota organisasi yaitu sifat keterbukaan karena untuk melancarkan jalannya tugas atau masalah yang ada dalam organisasi maka semua harus memiliki sifat terbuka, atasan hendaknya terbuka dengan bawahan, begitu pula sebaliknya, karena rasa terbuka akan menumpuk rasa kekeluargaan yang tinggi dalam organisasi. Yang dimaksud dengan keterbukaan komunikasi Atasan terhadap bawahan adalah anggota organisasi Relative mudah menperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas mereka, organisasi dan rencana-rencana organisasi. Terkecuali informasi mengenai hal-hal yang bersifat pribadi. Atasan dalam mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan oleh bawahan dalam organisasi. Informasi dari bawahan dipandang cukup penting untuk dilaksanakan jika tidak berlawanan dengan tujuan organisasi semua guru dapat memperoleh informasi dengan sangat mudah. Jika ada intruksi yang kurang jelas guru bisa menanyakan kembali kepada pimpinan sampai jelas atau 63 benar-benar paham, dengan demikian informasi yang dibutuhkan sangat mudah diperoleh.23 Keterbukaan sangat dibutuhkan atasan terhadap bawahan begitu juga bawahan terhadap atasannya misalnya ketebukaan mengenai subsidi dari PT korma jaya akan dihentikan . karena gaji guru sebagian bersumber dari subsidi tersebut. Keterbukaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan rasa empati, sehingga anggota organisasi saling memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap anggota lainnya. Kedekatan yang terjalin antara anggota organisasi tentulah berawal dari rasa keterbukaan yang akan mempererat rasa persaudaraan . keterbukaan bisa dilakukan melalui berkomunikasi baik itu komunikasi formal maupun informal. Melalui komunikasi informal inilah biasanya anggota organisasi mengawali sifat keterbukaannya, karena tentunya suasana yang cenderung rileks, berbeda dengan komunikasi formal misalnya seperti rapat, biasanya anggota organisasi enggan untuk mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Melihat hal semacam ini atasan harus mampu berbaur dengan bawahannya dan berkomunikasi antarpribadi bukan hanya mengenai masalah pekerjaan namun bisa juga membicarakan kehidupan pribadi masing-masing.” Kalau berbicara diluar konteks kerjaan pasti pernah, itu namanya informal. Menurut saya melalui komunikasi informal itulah saya dapat mengetahui siapa dan bagaimana guru itu. 23 Wawancara pribadi dengan Dwi, guru sentra persiapan , jakarta, s abtu 27 april 2013pukul 13.00, Yayasan Khadijah Aisyah 64 Lagi pula gak seharusnya yang kita bicarakan itu terus-menerus kerjaan kan bisa bosen kalo begitu”.24 4. Tujuan kinerja tinggi Tujuan kinerja harus dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi, atasan harus memberikan informasi yang mengenai tugas pekerjaan bawahannya agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari, hal ini dilakukan agar tercapainya tujuan visi dan misi organisasi tersebut. Tujuan dari organisasi harus menjadi acuan karyawan dalam bekerja, karena dengan adanya tujuan tersebut dapat menjadi cambuk semangat bagi anggota organisasi. Di yayasan wakaf Khadijah Aisyah setiap guru diberikan pedoman mengajar agar mereka dapat melihat sampai mana batasan-batasan bahan ajar yang harus disampaikan kepada siswa, dan agar guru dapat bekerja dengan baik.” Kejelasan mengenai pekerjaan guru saya rasa cukup jelas, setiap awal tahun ajaran biasanya kita akan mengikuti rapat yang di pimpin oleh kepala sekolah mengenai hak dan kewajiban juga tanggung jawab sebagai guru dan pemegang bidang-bidang tertentu”.25 Di yayasan wakaf khadijah aisyah kejelasan informasi mengenai pekerjaan di dapat dari buku pedoman yang didapatkan dari sekolah, dan jika ada suatu hal yang 24 Wawancara pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah , jakart & guru, jum’at ,22 Maret pukul 13.00, Yayasan Khadijah Aisyah 25 Wawancara pribadi dengan Dwi Sulastri, guru sentra persiapan, yayasan wakaf khadijah aisyah, senin, 15 April 2013. 65 dianggap kurang jelas maka guru bisa bertanya kepada koordinator yang bersangkutan atau bertanya langsung kepada kepala sekolah. Tujuan yayasan harus menjadi acuan karyawan dalam bekerja, karena tujuan tersebut menjadi semangat untuk bekerja semaksimal mungkin untuk menggapai tujuan bersama. Kinerja karyawan juga ditentukan oleh atasannya. Jika atasannya dapat memberikan pengarahan dengan benar, tidak selalu menekan dan bersikap kasar, dengan sendirinya bawahan akan menjalankanpekerjaanya dengan baik. Atasan setidaknya harus memahami arti kepemimpinan, karena dengan begitu atasan tidak akan bertindak sewenang-wenang dengan bawahannya.atasan dan bawahan harus bisa bekerja sama dengan baik.karena atasan tanpa bawahan yang loyal maka dapat dipastikan perusahaan tidak akan berjalan lancar. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pola Komunikasi yang terjadi di Yayasan wakaf Khadijah Aisyah adalah komunikasi vertikal, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dan sebaliknya dari bawahan kepada atasan. 2. Pola pengambilan keputusan dalam komunikasi organisasi di yayasan wakaf Khadijah Aisyah bersifat demokrasi karena pimpinan( kepala sekolah) memberikan ruang untuk bawahan (guru) untuk turut serta dalam membuat keputusan, sehingga keputusan bukan untuk pimpinan semata namun milik anggota organisasi bersama.karena adanya keterbukaan dalam komunikasi, adanya kesepakatan bersama dalam memutuskan hasil rapat dan tidak adanya hirarki kepemimpinan dalam putusan hasil rapat, pegawai atau anggota organisasi dapat mengutarakan dan menyampaikan isi pikiran mereka tanpa memandang berbicara dengan atasan ataupun bawahan.mudah memperoleh informasi, terciptanya hubungan yang harmonis di antara para anggota organisasi, atasan selalu mendengarkansaran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan oleh bawahan dan adanya perhatian terhadap kesejahteraan anggota organisasi. 66 67 B. Saran 1. Diharapkan dengan adanya penelitian di yayasan wakaf Khadijah Aisyah ini mengenai pola komunikasi organisasi, anggota organisasi mampu mengutarakan ide/gagasan untuk kemajuan yayasan. 2. Disarankan agar yayasan wakaf Khadijah Aisyah menyediakan ruangan khusus untuk para guru menyampaikan informasi, dan menyediakan sarana berupa kotak saran sebagai media untuk para guru lebih mengutarakan isi pikirannya juga dapat menampung saran dan kritik dari guru yang kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan langsung apa yang ada dalam pikirannya, karena tidaksemua guru berani berbicara langsung terhadap atasan. 3. Untuk Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakukltas ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, agar menyeimbangkan antara teori dan praktek, terutama yang berkaitan dengan komunikasi. Dan akan lebih baik lagi diadakannya praktek kerja lapangan guna menerapkan ilmu yang telah digali dibangku kuliah dan agar mahasiswa memiliki bekal pengalaman kerja. DAFTAR PUSTAKA Arni, Muhammad, komunikasi organisasi,Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. Ke-8, 2007 Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana prenada media group,2007. Canaga, Hafied, pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008 Cevich, Ivan John M, konopaske Robert,Michael T.Matteson, perilaku dan managemen Organisasi, Jakarta:Erlangga,2005. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hadari, nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press, 1992 Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Kast Fremont E. dan Rosenzweig James E. , Organisasi dan manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Masmuh, Abdullah, Komunikasi Organisasi, Malang:UMM Press, 2008. Moleong, Lexy. M.A. Rosdakarya,2004. Metodologi Penelitian , Bandung:PT. Remaja Ngalih, purwanto A. , Administrasi dan supervise pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya R. pace Wayne and Faules Don F, Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan kinerja Perusahaan, PT.Remaja Rosda Karya, Cet.ke-6,2006. Robbins, Stephen p., perilaku organisasi, Jakarta: PT.prenhallindo,Edisi Bahasa Indonesia, 1996. Soemira,t Soleh dkk, terebuka,2000. Komunikasi organisasional, Jakarta: Universitas Uchyana, Onong, Human relation dan public relations dalam management, Bandung: CV.Mandar maju, 1989 ______Ilmu Komunikasi teori dan Praktek , Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, cet.ke6,2002. Widjaja, A. w, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta; Bumi Aksara,1997), Cet. Ke-3 Winardi, Kepemimpinan dalam manajemen, (bandung: rineka cipta,1990) BERITA WAWANCARA POLA KOMUNIKASI ORGANISASI ANTARA PIMPINAN DAN BAWAHAN DI YAYASAN WAKAF KHADIJAH AISYAH Oleh: Ririn Gustiawati NIM: 107051002851 Responden : Nurlaela Budi Ningsih.S.Aq Jabatan : Kepala Sekolah Koresponden : Ririn Gustiawati Waktu : sabtu, 9 maret 2013, pukul 13.00 Tempat : Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah T. Apakah anda memiliki kepercayaan yang tinggi kepada bawahan? J. tidak percaya sepenuhnya, oleh karena itu diadakan monitoring maupun evaluasi setiap minggunya. T. Apakah ketika pengambilan keputusan dalam rapat adanya kesepakatan bersama atau adanya hirarki pimpinan? J. ia ada, dalam keputusan rapat adanya kesepakatan bersama, buat apa ada rapat kalau toh keputusan ditentukan oleh pimpinan T. Apakah ada ruang komunikasi yang tersedia bagi seluruh pegawai untuk berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan organisasi? J. Ada di ruangan saya. T. Biasanya Hal apa yang mereka sampaikan? J. ya biasanya guru- guru menyampaikan tentang Rancangan Kegiatan Harian. T. Bagaimana Hubungan Antar Guru? J. ya yang saya silat mereka cukup solid, terlihat dari keseharian antar guru T. berapa kali dalam sebulan pertemuan / rapat dengan guru diadakan? J. biasanya sebulan 4 kali. Diadakan setiap hari jum’at di mulai dari jam 11.30 sampai 12.30 T. Hal apa saja yang dibahas dalam rapat? J. biasanya mengevalusi kegiatan yang sudah dilaksanakan seminggu yang lalu, dan membahas Rancangan kegiatan harian (RKH) T. Apakah dalam pertemuan rapat guru bisa menyampaikan ide/ gagasannya secara terbuka? J. penyampaian idea tau masukan bisa dilakukan guru ketika rapat atau diluar pertemuan, kami semua terbuka dengan ide atau segala masukan dari dewan guru, ya kalau ide memang baik ya kita ambil. T. Apakah Anda menerima setiap masukan dari guru? J. ya semua masukan yang baik pasti saya tampung karena itu semua untuk kebaikan bersama. Sebaiknya memang harus disampaikan jadi jangan ad aide yang dipendam sendiri, kalau bisa hal-hal yang baik harus di sampaikan ke yanglain. T. bagaimana cara pengambilan keputusan ketika rapat? J. semua guru dipersilahkan untuk memberikan masukannya dan untuk kami tampung terlebih dahulu, kemudian dari beberapa masukan tersebut kita ambil dengan cara voting, suara terbanyak maka itu yang terpilih. Tapi jika untuk masalah yang tergolong besar terkadang saya hanya meminta pendapat dari beberapa guru saja. T. Bagaimana Atasan berkomunikasi dengan guru? J. saya kalau ada hal yang mau dibicarakan dengan guru mengenai sekolah, ya saya panggil keruangan kepala sekolah, atau saya hampiri keruangannya. T. kalau pembicaraan diluar kerjaan pernah ngak bu? J. pernah, menurut saya melalui komunikasi itulah saya dapat mengetahui siapa dan bagaimana guru tersebut. T. Apakah ada kendala dalam berkomunikasi dengan guru? J. kendala yang saya hadapi terkadang guru tidak bisa menjalankan konsekuensi yang telah kita tetapkan . seperti masih ada guru yang terlambat datang T. Apakah guru bebas menyampaikan pesan kepada atasan? J. bebas, karena jika ada hala yang ingin mereka sampaikan tapi menyangkut hal sekolah dan kemudian mereka merasa ngak enak atau apalah dan pesan tersebut tidak sampai pada saya karena mungkin rasa canggung tadi ya saya gak akan tau apa yangsedang terjadi dan akhirnya timbullah masalah disekolah. T. Apakah informasi yang disampaikan oleh guru dipandang cukup penting oleh anda untuk dilaksanakan? J. Bagi saya setiap Informasi yang dewan guru sampaikan sangat penting, baik untuk dilaksanakan maupun untuk disimpan, T. Apakah ada ruangan khusus yang tersedia bagi guru untuk berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan. J. tidak kami tidak mempunyai ruangan khusus, yang kami punya hanya ruang kantor, disitulah para guru dapat berkonsultasi. T. apakah para guru menunjukan komitmen kerja tinggi? J. secara mayoritas iya, kenyataan dilapangan, kadang masih ada yang tidak komitmen.masalah pribadi menjadi permasalahan karena bisa mengalahkan komitmen. T. Apakah semua guru relative mudah memperoleh informasi? J. gampang, karena jika sulit justru akan menghambat perkembangan yayasan khususnya Raudhatul athfal (taman kanak-kanak) T. sarana apa saja yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau intruksi kepada pegawai? J. kita memakai sarana telephone, sms dan surat. T. Apakah ada perhatian serius kepada kesejahteraan semua pegawai? J. ada, dengan adanya perhatian mengenai kesejahteraan justru akan memotivasi kerja karyawan. T. Apakah kesejahteraan dianggap penting bagi manajemen seperti pentingnya tujuan organisasi berkinerja tinggi? J. sangat dianggap penting, bukan hanya materi saja, refreshing dan reward Kepala Sekolah Nurlaela budi ningsih S.Aq Responden : Wijiati Jabatan : guru sentra balok Hari sabtu tanggal : 16 maret 2013 jam 13.00 T. Apakah Anda memilki kepercayaan kepada Atasan Anda? J. iya, harus punya, kalau ngak percaya buat apa masih bekerja disini. T. Apakah ketika pengambilan dalam rapat adanya kesepakatan bersama atau adanya otoritas dari Atasan? J. Adanya Keputusan. Hasilnya baru ditetapkan oleh pimpinan. T. Apakah ada ruang komunikasi yang tersedia bagi seluruh pegawai untuk berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan organisasi? J. Ada, di ruang Kepala Sekolah. T. Bagaimana bila Informasi atau intruksi yang kurang jelas? J. biasanya , bertanya lagi kepada yang memberikan informasi. T Bagaimana Hubungan Antar Pegawai? J. baik, kekeluargaannya cukup tinggi T. Apakah Anda memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan? J. gak, kan wewenang ada di kepala sekolah kita sebagai pegawai hanya ikut berpendapat, T. Untuk berkomunikasi dengan atasan terbuka tidak bu? Misalnya menyampaikan kritik, dan lain-lain? J. berkomunikasi dengan atasan cukup terbuka contohnya dalam rapat yang diadakan seminggu sekali kita bisa menyampaikan ide baru juga bisa langsung kita sampaikan tanpa harus menunggu rapat terlebih dahulu. T. jika ada masalah ataub keluh kesah terbuka tidak ke atasan? J. adakalanya terbuka adakalanya tidak tergantung situasi T. bagaimana suasana kerja di yayasan bu? J. menyenangkan, hubungan sesame guru serta atasan cukup baik. T. Bagaimana Komunikasi Anda Dengan Atasan? J. lumayan baik. T Apakah Ide/ gagasan anda diterima baik oleh Kepala Sekolah? J. setiap kali rapat kalau saya memiliki ide pasti saya sampaikan, dan Alhamdulillah ibu menerima dan menampung ide tersebut, kalau di anggap baik pasti dilaksanakan. T. Apakah Kepala sekolah Bersedia mendengar Keluhan Anda? J. ibu selalu bersedia mendengarkan masalah yang saya hadapi selama mengajar. T. Apakah ketika pengambilan Rapat Adanya Kesepakatan Bersama? J kesepakatan bersama itu harus dan perlu dan disini selalu melakukan itu, karena keputusan yang akan diambil untuk kepentingan bersama. T. Dukungan seperti apa yang diberikan kepala sekolah kepada guru? J. dukungan dari kepala sekolah itu banyak yang terutama yang ketahui untuk menunjang kinerja guru, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan untuk guru, jadi nanti guru tidak terpaku dengan apa yang diaketahui. T. terkadang kita sungkan untuk memberikan saran atau kritik ke atasan gimana tuh bu? J. mungkin kalau sendiri / perorangan kita agak sungkan, kalau terjadi seperti itu biasanya, kita bicarakan ke guru-guru yang lain permasalahan yang adablalu kita sampaikan ke atasan. Guru sentra balok Wijiati Responden : Sunarningsih Jabatan : guru sentra seni Hari sabtu tanggal : 13 April 2013 jam 09.00 T. Bagaimana suasana kerja di yayasan bu? J. suasana cukup baik, menyenangkan dan lingkungan di sekeliling yayasan juga cukup mendukung T. Apakah Anda memilki kepercayaan kepada Atasan Anda? J. kita sich percaya aja kepada atasan T. Apakah ketika pengambilan dalam rapat adanya kesepakatan bersama atau adanya otoritas dari Atasan? J. Oh ia tentu, kami kan ketika rapat yang bentuknya adalah musyawarah jadi harus ada keputusan dan kesepakatan bersama, biasanya kita dengan memnggunkan suara terbanyak. T . Apakah ada ruang komunikasi yang tersedia bagi seluruh pegawai untuk berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan organisasi? T. Bagaimana bila Informasi atau intruksi yang kurang jelas? J. biasanya saya tanyakan ke guru yang lain, kalo belum jelas juga saya menanyakan langsung ke kepala sekolah. T Bagaimana Hubungan Antar Pegawai? J. hubungan antar pegawai sangat baik, udah seperti keluarga sendiri. T. Apakah Anda memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan? J. soal wewenang ya kita tidak memilikinya, ya kita hanya menyampaikan pendapat saja. T. Bagaimana Komunikasi Anda Dengan Atasan? J. baik, tidak ada hambatan. Selama ini atasan selalu mudah diajak berkomunikasi. T Apakah Ide/ gagasan anda diterima baik oleh Kepala Sekolah? J. sangat di terima dengan baik, pi kalo berupa kritik biasanya kita bicarakan dulu dengan guru yang lain. T. terkadang kita sungkan untuk memberikan saran atau kritik ke atasan, gimana tuh bu? J. terkadang memang sungkan sih memberikan saran atau kritik tapi kami mencoba mendiskusikannya kepada rekan kerja, dan apabila ada kesempatan yang pas pada saat diskusi dengan atasan kami suka menyampaikan saran kritik tersebut. T. Apakah ketika pengambilan Rapat Adanya Kesepakatan Bersama? J. ada kesepakatan bersama karena rapat bentuknya musyawarah. T. Dukungan seperti apa yang diberikan kepala sekolah kepada guru? J. dukungan dari kepala sekolah, yaitu dengan memberikan pelatihan, atau di ajak ke seminar- seminar yang menambah pengetahuan guru. T. Apakah pegawai dalam organisasi menunjukan komitmen terhadap tujuan berkinerja kerja? J. ia, tapi ada karyawan yang menunjukan komitmen kerja kurang seperti dating telat. Guru sentra seni Sunarningsih Responden : Dwi sulastri Jabatan : guru sentra persiapan Hari sabtu tanggal : 6 April 2013 T. menurut anda bagaimana suasana kerja di tempat ini? J. Suasana kerja kekeluargaan, guru yang satu dengan yang lain bisa bekerja sama dengan baik. T. bagaimana anda menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kepala sekolah? J. Menyampaikan informasi saya lebih sering langsung menghadap ke ruangannya, tapi kadang mendiskusikan dulu sama guru yang lain. T. Bagaimana komunikasi dengan atasan? J. lumayan baik T. Apakah kepala sekolah bersedia mendengar keluhan anda? J. ya sampai sekarang, bu bisa mendengarkan keluhan walapun ya solusi, ngak langsung diberikan. T. Apakah atasan anda menerima saran dan kritik? J. menerima aja sih dan kalau bisa janga Cuma menerima aja kalau bisa diusahakan atau dirubah kearah yang lebih baik. T. Berapa kali pertemuan rapat diadakan? J. seminggu sekali yaitu pada hari jum’at. T. Bagaimana komunikasi anda dengan atasan? J. cukup baik. T. Apakah ada ruangan yang tersedia bagi seluruh karyawan untuk berkonsultasi dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan organisasi? J. ruangan untuk berkomunikasi ada. Guru sentra persiapan Dwi sulastri