BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Gaya Belajar
Keefe menghadirkan sebuah definisi komprehensif tentang gaya belajar yang
diadopsi oleh teoretikus pada sebuah lembaga tugas nasional yang disponsori
oleh The National Association of Secondary School Principal. Grup ini
mengemukakan Gaya Belajar sebagai: “A composite of characteristic cognitive,
affective, and physiological factors that serve as relatively stable indicators of
how a learner perceives, interacts with, and responds to the learning
environment. It is demonstrated in that pattern of behavior and performance by
which an individual approaches educational experience. Its basis lies in the
structure of neural organization and personality that both molds and is molded
by human development and the learning experiences of home, school, and
society.” (http://proquest.umi.com). Gaya Belajar adalah sebuah rangkaian
karakteristik faktor-faktor kognisi, afeksi, dan psikologi yang menyajikan
indikator-indikator yang relatif stabil mengenai bagaimana seorang pembelajar
itu memahami, berinteraksi, dan merespon terhadap lingkungan pembelajaran.
Hal itu ditunjukkan melalui pola tingkah laku dan performa dimana dengan pola
tersebut individu memaknai pengalaman pembelajaran. Dasar hal tersebut
terletak pada struktur organisasi saraf dan kepribadian yang keduanya
membentuk dan dibentuk oleh perkembangan individu dan pengalaman
pembelajaran di rumah, sekolah dan masyarakat.
8
Wikipedia ensiklopedia mendefenisikan gaya belajar sebagai: “A learning
style is the method of learning particular to an individual that is presumed to
allow that individual to learn best.”(http://en.wikipedia.org/wiki/learning_styles).
Gaya belajar adalah sebuah metode pembelajaran khusus bagi individu yang
dikira dapat membantu individu tersebut dalam belajar paling baik.
Dunn dalam artikel Learning Styles mengemukakan, bahwa: “learning
style is the way person processes, internalizes, and studies new and challenging
material” (http://www.teresadydvig.com/learnsty.htm). Gaya belajar adalah cara
seseorang memproses, mendalami, dan mempelajari materi yang baru dan sulit.
Sementara itu Gunawan (2004) mengemukakan bahwa gaya belajar
adalah cara yang lebih kita suka dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses
dan mengerti suatu informasi. Lebih lanjut, dalam bukunya Genius Learning
Strategy Gunawan mengemukakan bahwa secara garis besar, ada tujuh
pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda, dan
dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasi masing-masing.
Ketujuh cara belajar itu adalah:
1. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi: menentukan cara yang
berbeda dalam memandang dan memroses informasi yang baru.
2. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian: menentukan tipe karakter yang
berbeda.
3. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori: menentukan tingkat
ketergantungan terhadap indera tertentu.
9
4. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan: menentukan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
5. Pendekatan berdasarkan interaksi sosial: menentukan cara yang berbeda
dalam berhubungan dengan orang lain.
6. Pendekatan berdasarkan kecerdasan: menentukan bakat yang berbeda.
7. Pendekatan berdasarkan pada wilayah otak: menentukan dominasi relatif dari
berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Rita dan Dunn telah menciptakan suatu kerangka gaya belajar yang
menggabungkan beberapa pendekatan diatas. Mereka mengemukakan ada lima
kategori dan dua puluh satu elemen yang menjelaskan gaya belajar (The 21
Elements, http://www.geocities.com/educationplace/element.html). Gaya belajar
setiap orang merupakan kombinasi dari kelima kategori ini:
•
Lingkungan
: suara, cahaya, temperatur, desain.
•
Emosi
: motivasi, keuletan, tanggungjawab, stuktur.
•
Sosiologi
: sendiri, berpasangan, kelompok, tim, dewasa, bervariasi.
•
Fisik
: cara pandang, pemasukan, waktu, mobilitas.
•
Psikologis
: global/ analitis, otak kiri-otak kanan, impulsif/ reflektif.
Dari berbagai pendekatan di atas, yang paling populer dan sering
digunakan saat ini ada tiga, yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik.
2. Profil Kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner,
manusia
mempunyai
delapan
10
kecerdasan,
yaitu:
linguistik,
logika/
matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial, dan
kinestetik.
3. Preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Gregorc
membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu KonkretSekuensial, Abstrak-Sekuensial, Konkret-Acak, dan Abstrak-Acak.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ahmadi (2004) mengemukakan faktor yang mempengaruhi belajar, dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Faktor-faktor stimulus belajar
Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar yaitu segala hal diluar individu
tersebut untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal
ini mengcakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang
harus diterima dipelajari oleh pelajar.
Berikut ini adalah beberapa hal yang berhubungan dengan faktor –faktor
stimulus belajar:
1. Panjangnya Bahan Pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan
pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu
yang dibutuhkan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu
panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam
belajar. Kesulitan individu itu tidak semata-mata karena panjangnya
waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor
11
kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan
bahan yang banyak itu.
2. Kesulitan Bahan Pelajaran
Tingkat kesulitan bahan pelajaran akan mempengaruhi kecepatan belajar.
Makin sulit sebuah bahan pelajaran, maka makin lambatlah individu
dalam mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran,
makin cepatlah individu tersebut mempelajarinya. Bahan yang sulit
memerlukan aktivitas belajar yang intensif, sedangkan bahan yang
sederhana mengurangi intesitas belajar seseorang.
3. Berartinya Bahan Pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar
waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan
bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini
menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang.
Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti
memungkinkan individu dapat mengenalnya. Sebaliknya, bahan yang
tanpa arti sukar dikenal, akibatnya tak ada pengertian individu terhadap
bahan itu.
4. Berat Ringannya Tugas
Mengenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya
dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya
berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena
kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama.
12
Tugas –tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi
tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar
dapat membuat individu jera untuk belajar.
5. Suasana Lingkungan Eksternal
Suasana lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu
dalam aktivitas belajarnya antara lain: cuaca, waktu, kondisi tempat,
penerangan, dan sebagainya.
b) Faktor-faktor Metode Belajar
Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Kegiatan Berlatih atau Praktek
Kegiatan berlatih ini dapat diberikan secara maraton (non-stop) atau
secara terdistribusi (dengan selingan waktu-waktu istirahat). Kegiatan
berlatih secara maraton baru mungkin apabila tugas mudah dikenal, tugas
mudah dilakukan, materi pernah dipelajari sebelumnya.
2. Overlearning dan Drill
Untuk
kegiatan
yang
bersifat
abstrak
seperti
menghafal
atau
mengingat,maka overlearning sangat diperlukan. Overlearning dilakukan
untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan
yang pernah dipelajari tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekan.
Apabila overlearning berlaku bagi latihan keterampilan motorik
seperti main piano atau menjahit, maka drill berlaku bagi kegiatan
berlatih abstraksi seperti menghitung. Baik drill maupun overlearning
berguna untuk memantapkan reaksi dalam belajar.
13
3. Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk
menghafal bahan pelajaran. Kelebihan dari metode ini, anak didik
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah
dalam
Metode
Mengajar
Berdasarkan
www.studygs.net/indon/Metacog.htm).
Tipelogi
Dalam
Belajar
prakteknya,
Siswa,
setelah
diadakan kegiatan membaca atau penyajian materi, kemudian si pelajar
berusaha untuk menghafalnya tanpa melihat bacaannya. Resitasi ini
cocok diterapkan pada belajar membaca atau pelajaran hafalan.
4. Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Pengenalan sesorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya sangatlah
penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai,
seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
5. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Metode bagian, yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi
dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
Sedangan metode global/keseluruhan, yaitu suatu metode mengajar
dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi
tersebut (Metode Mengajar Berdasarkan Tipelogi Belajar Siswa,
www.studygs.net/indon/Metacog.htm). Belajar mulai dari keseluruhan ke
14
bagian-bagian adalah lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari
bagian-bagian,
karena
dengan
mulai
dari
keseluruhan
individu
menemukan set yang tepat untuk belajar.
6. Penggunaan modalitas indra
Modalitas indra yang dipakai masing-masing individu dalam belajar tidak
sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi yang penting dalam
belajar, yaitu: auditori, visual, dan kinestetik.
7. Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain
cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Hal yang penting
yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada individu sehingga yang
bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan
sedikit saja bantuan dari pihak lain.
8. Kondisi-kondisi insentif
Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif
individu. Insentif bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan.
Insentif dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu: insentif intrisik,
yaitu situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan
tujuan (misalnya: pengenalan tentang hasil belajar); dan insentif
ekstrinsik, yaitu objek atau situasi yang tidak mempunyai hubungan
fungsional dengan tugas (misalnya: hukuman, ancaman).
15
c) Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang. Adapun faktor-faktor individual tersebut menyangkut hal-hal
berikut:
1. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melakukan kecakapan yang
baru (Slamento, 1987). Kematangan atas perkembangan fungsi otak dan
sistem syaraf, dapat menumbuhkan kapasitas mental seseorang. Kapasitas
mental seseorang mempunyai hal belajar seseorang itu.
2. Faktor usia kronologis
Semakin tua usia individu, semakin meningkat pula kematangan fungsi
fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih mampu melaksanakan tugas
yang berat, mengarahkan perhatian dalam waktu yang lama, lebih
memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik
daripada anak yang lebih muda.
3. Faktor perbedaan jenis kelamin
Dalam hal ini berupa perbedaaan pria dan wanita dalam hal peranan dan
perhatiannya terhadap suatu pekerjaan.
4. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperolah oleh individu ikut mempengaruhi hal belajar
yang bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya.
16
5. Kapasitas mental
Kapasitas mental seseorang dapat diukur dengan tes-tes intelegensi dan
tes-tes bakat. Intelegensi seseorang ikut menentukan prestasi belajar
seseorang itu.
6. Kondisi kesehatan jasmani
Orang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang
kelelahan tidak akan belajar dengan efektif.
7. Kondisi kesehatan rohani
Frustasi, putus asa, dan kondisi kesehatan rohani yang tidak baik juga
dapat mempengaruhi belajar orang yang bersangkutan tersebut.
8. Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat
mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.
2.3. Gaya Belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik)
Seperti yang telah diuraikan dalam sub bab di atas, faktor metode belajar
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dan
salah satu metode belajar itu yaitu penggunaan modalitas indra (visual, auditori,
kinestetik). Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas, orang
tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan
kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami
tertentu (Markova dalam Deporter 2000).
17
Menurut Bandler dan Grinder (dalam Gunawan, 2004), setiap orang
menggunakan tiga preferensi (visual, aditori dan kinestetik) dalam menciptakan
dan memberi arti pada informasi. Berdasarkan ketiga preferensi tersebut gaya
belajar individu dibagi menjadi tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah:
1. Gaya Belajar Visual.
Gaya belajar ini menggunakan modalitas visual dan mengakses citra visual,
baik yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental,
dan gambar menonjol pada individu yang menggunakan mobilitas visual ini
(Deporter, 2000). Pada sebagian orang, ketajaman visual lebih menonjol
dibandingkan dengan preferensi lain, hal ini disebabkan di dalam otak
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada
semua indra yang lain (Meier, 2002).
Menurut Deporter dalam bukunya Quantum Learning (2004), individu
yang memiliki kemampuan belajar visual ditandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut:
-
rapi dan teratur
-
berbicara dengan cepat
-
perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
-
teliti terhadap detail
-
mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
-
pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dala
pikiran mereka
-
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
18
-
mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
-
biasanya tidak terganggu oleh keributan
-
sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia meminta
instruksi secara tertulis)
-
merupakan pembaca yang cepat dan tekun
-
lebih suka membaca daripada dibacakan
-
membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atao
proyek
-
jika sedang berbicara di telepon atau rapat, ia suka membuat coretcoretan tanpa arti selama berbicara
-
seringkali lupa untuk menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
-
sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ”ya” atau ”tidak”
-
lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/ berceramah
-
lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik
-
seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih
kata-kata
-
kadang-kadang
kehilangan
konsentrasi
ketika
mereka
ingin
memperhatikan
-
tertarik untuk menerjuni karir yang banyak menggunakan kemampuan
visual (Gunawan, 2005)
19
Untuk membantu mengoptimalkan pelajar visual dalam belajar, dapat
digunakan cara-cara sebagai berikut:
-
Gunakan grafik untuk memperkuat pembelajaran, film, slide, ilustrasi,
diagram dan sketsa (https://olt.qut.edu.au/)
-
Kodekan dengan warna (Highlighting)untuk mengorganisasikan catatan
dan hal-hal
-
Mencatat
-
Visualisasikan pengejaan dari sebuah kata atau hal dalam mengingat
-
Gunakan buku, mind mapping (peta pikiran), poster, kata-kata kunci yang
dipajang di sekeliling kelas, model/peralatan dalam belajar (Gunawan,
2004)
-
Gunakan bahasa tubuh (Body language) yang dramatis, pengamatan
lapangan dalam pembelajaran (Meier,2002)
2. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar ini menggunakan modalitas auditorial dan mengakses segala
jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama,
rima, dialog internal, dan suara menonjol pada individu yang bermodalitas
auditori ini (Deporter, 2000).
Menurut Deporter dalam bukunya Quantum Learning (2004), individu yang
memiliki kemampuan belajar auditori ditandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut:
-
senang berbicara sendiri ketika sedang bekerja
-
mudah terganggu oleh keributan
20
-
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca
-
senang membaca dengan keras dan mendengarkan
-
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
-
merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
-
berbicara dalam irama yang terpola
-
biasanya pembicara yang fasih
-
lebih suka musik daripada seni
-
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada apa yang dilihat
-
senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang
lebar
-
mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi
-
lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada
menuliskannya
-
lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Untuk membantu mengoptimalkan pelajar auditorial dalam belajar, dapat
digunakan cara-cara sebagai berikut:
-
Gunakan tape dalam membaca dan dalam kelas dan catatan
-
Belajar dengan bertanya atau dengan berpartisipasi dalam sebuah diskusi
21
-
Berlatih dengan pertanyaan-pertanyaan test atau dengan membaca keraskeras, atau merekamnya dalam tape (https://olt.qut.edu.au/)
-
Gunakan tamu pembicara, sesi tanya jawab, atau kerja kelompok dalam
belajar (Gunawan, 2004)
-
Gunakan suara yang jelas dengan intonasi yang terarah dan bertenaga
-
Belajar dengan mendengar atau menyampaikan informasi
-
Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan
-
Ajaklah pembelajar membaca satu paragraf, lalu mintalah mereka
mengurai dengan kata-kata sendiri setiap paragraf yang telah dibaca
(Meier,2002)
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar ini menggunakan modalitas kinestetik dan mengakses segala
jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi,
irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol pada individu
yang bermodalitas auditori ini (Deporter, 2000).
Menurut Deporter dalam bukunya Quantum Learning (2004), individu yang
memiliki kemampuan belajar kinestetik ditandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut:
-
berbicara dengan perlahan
-
menanggapi perhatian fisik
-
menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
-
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
-
banyak gerak fisik
22
-
belajar melalui praktek langsung
-
menghapalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
-
menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang
membaca
-
banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
-
tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
-
sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat itu tersebut
-
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
-
mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
-
menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
-
ingin melakukan segala sesuatu
Untuk membantu mengoptimalkan pelajar kinestetik dalam belajar, dapat
digunakan cara-cara sebagai berikut:
-
Kerjakan dalam sebuah eksperimen (membuat model, melakukan tugas
lab, dan beraktifitas)
-
Dalam periode belajar ambillah istirahat secara sering
-
Gambarkan huruf dan kata untuk belajar mengeja dan mengingat hal
-
Gunakan komputer untuk menguatkan pembelajaran melalui rasa dalam
menyentuh
-
Mengingat atau berlatih ketika sedang berjalan atau melakukan latihan
(https://olt.qut.edu.au/)
23
-
Menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan sesuatu (Gunawan,
2004)
-
Memperagakan
suatu
proses,
sistem,
atau
seperangkat
konsep
(Meier,2002)
-
Melakukan tinjauan lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang
apa yang dipelajari
-
Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan
lain-lain)
2.4. Karakteristik Mata kuliah Membaca, Mendengar Berita, dan Percakapan
(1) Membaca
Pelajaran membaca adalah sebuah mata pelajaran pelatihan keterampilan
peningkatan kemampuan membaca siswanya. Tugas utamanya adalah
mengajak siswa melalui visualisasi mengetahui huruf Mandarin, kata,
kalimat, paragraf, dan berbagai bentuk artikel tulisan pada buku materi,
menguasai dengan terampil keahlian membaca, membina kebiasaan
membaca yang baik, dan memperoleh kemampuan membaca tulisan
berbahasa mandarin (贾益民, 2004).
Tujuan pembelajaran ini adalah meningkatkan keahlian dan
kemampuan membaca siswanya melalui belajar dan pelatihan. (周小兵,
1999). Mata kuliah ini memenekankan kemampuan membaca dan
menganalisa mahasiswa terhadap suatu kata dalam bacaaan bacaan.
Dalam penerapannya di dalam kelas, mahasiswa berlatih menentukan inti
24
kalimat, berlatih menentukan inti kata dan tanda nada, berlatih
menganalisa arti kata yang terkandung, menemukan pasangan kata yang
terkandung, mempraktekkan cara meringkas kalimat.
(2) Mendengar Berita
Pelajaran
mendengar
keterampilan
adalah
peningkatan
sebuah
kemampuan
mata
pelajaran
mendengar
pelatihan
siswa.
Tugas
utamanya adalah melatih siswa ke tahap memahami dalam mendengar di
tengah-tengah komunikasi berbahasa melalui sistem pelatihan mendengar
(贾益民, 2004). Melalui belajar mata kuliah mendengar berita, mahasiwa
dapat mengenal dan menguasai lebih dari 800 struktur siaran berita radio
yang sering ditemui dan sering dipakai dan lebih dari 200 contoh kalimat
yang sering ditemui, mengerti stuktur karakter dari artikel siaran berita,
memperdalam pengetahuan tentang keadaan masyarakat China, guna
meningkatkan kemampuan pemahaman mendengar berita (刘士勤,
2001). Mata kuliah ini memuat pengetahuan tentang kosa kata, contoh
berita/teks dan latihan dalam bahasa Mandarin.
Dalam penerapannya di dalam kelas mahasiswa diajar agar dapat
merangkum isi berita yang didengar dalam Bahasa Indonesia yang baik &
benar, dapat memahami suatu berita, dapat mendemonstrasikan kembali
isi berita yang didengar, dapat menguraikan isi berita yang didengar dari
kaset, dapat menjelaskan arti maksud dari teks yang didengar, dapat
menyimpulkan inti dari suatu berita.
25
(3) Percakapan
Pelajaran
percakapan
adalah
sebuah
mata
pelajaran
pelatihan
keterampilan yang melatih siswanya melakukan komunikasi lisan dengan
menggunakan kemampuan berbahasa Mandarin. Pelajaran Percakapan
sebagai mata pelajaran yang selatif berdiri sendiri, tugas utamanya adalah
melatih kemampuan siswa menggunakan bahasa Mandarin dalam
komunikasi dalam bentuk lisan, secara konkretnya, yaitu melatih siswa
dengan tepat dalam penggunaan lafal, nada, kosakata, tata bahasa, dan
tiap bentuk kegunaannya, dalam berbagai keadaan di dalam kehidupan
nyata, pada berbagai tujuan menyampaikan pemikiran dirinya sendiri (贾
益民, 2004).
Mata kuliah ini menekankan pada kemampuan berbicara,
kemampuan
mengungkapkan
pikiran,
melengkapi
kalimat
dan
penguasaan kata dalam bahasa. Tujuannya adalah membina siswanya
menggunakan bahasa Mandarin dalam mengungkapkan pemikirannya
(戴桂芙,1998). Dalam penerapannya dalam kelas mahasiswa diajar
untuk dapat melengkapi percakapan yang telah disiapkan, dapat
membandingkan perubahan nada dan unsur yang mempengaruhinya,
dapat memilih akhiran yang digunakan dalam suatu kalimat, dapat
mendemonstrasikan percakapan dengan tema yang telah ditentukan,
dapat mendemonstrasikan suatu cerita dengan kalimat sendiri, dapat
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
26
2.5. Kerangka Pikir Penelitian
Kurikulum sebagai rangkaian materi kuliah merupakan salah satu bagian yang
ada dalam sebuah proses belajar akademik. Mata kuliah Membaca, Mendengar
Berita dan Percakapan merupakan beberapa mata kuliah penting yang ada pada
tingkat dua Jurusan Sastra China. Pada saat penyampaian materi pada mata
kuliah-mata kuliah tersebut, mahasiswa mempunyai peranan dalam mendukung
kerberhasilan
proses pembelajaran. Apabila mahasiswa dapat mengerti dan
memahami materi–materi yang disampaikan maka hasil dari proses pembelajaran
itu akan semakin baik, sebaliknya jika mahasiswa mengalami kesulitan dalam
mengerti dan memahami materi yang disampaikan, hal tersebut dapat
menghambat keberhasilan proses belajar tersebut. Salah satu cara dalam
membantu penguasaan materi pada siswa yaitu dengan mengenali gaya belajar
yang ada pada tiap individu mahasiswa tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar dominan yang ada
dalam kelas dan pengaruhnya terhadap mata kuliah Membaca, Mendengar
Berita, dan Percakapan.
Hasil analisis yang dilakukan untuk mengetahui gaya belajar dominan
yang ada pada mahasiswa dan gaya belajar yang berpotensi mendapatkan nilai
terbaik pada mata kuliah Membaca, Mendengar Berita, dan Percakapan. Oleh
karena itu, hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi para
dosen untuk mengetahui gaya belajar yang ada pada mahasiswanya,
memaksimalkan proses pembelajaran, demi tercapainya keberhasilan proses
belajar.
27
Uraian kerangka pikir diatas dapat digambarkan dalam bentuk bagan
dibawah ini:
Sastra China Bina Nusantara
Mata Kuliah
Mahasiswa
Materi dan Penyampaian Mata kuliah
1. Membaca
2. Mendengar berita
3. Percakapan
Nilai Mahasiswa
Gaya Belajar Mahasiswa
1. Visual
2. Auditori
3. Kinestetik
Gaya Belajar Dominan
Hasil Analisis
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
28
Download