Universitas Gadjah Mada 1 I. RUANG LINGKUP

advertisement
I.
RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR
A. Pendahuluan
1. Pegertian
Pengertian Akuakultur tawar atau budidaya perairan tawar tidak terlepas dan
pengertian Aquaculture. Secara harfiah Aquaculture berasal dan kata “aqua” berarti
“culture” berarti pemeliharaan atau budidaya. Maka pengertian akuakultur secara
bebas adalah pemeliharaan biota (organisme) air yang digunakan untuk bahan
makanan manusia. Menurut Stickney (1979) Aquaculture adalah pemeliharaan atau
budidaya biota (organisme) air dalam perairan yang terkontrol maupun semiterkontrol. Hal tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa tidak seluruh kegiatan
dan masukan budidaya dapat dikontrol manusia tetapi tergantung pada alam.
Lingkungan perairan yang dimaksud meliputi air tawar, air asin (air laut) maupun air
payau yaitu campuran air tawar dan air laut. Sementara biota air yang dipelihara
mencakup hewan maupun tumbuhan air yang secara alami hidup dalam masingmasing jenis perairan tersebut. Air tawar menurut klasifikasi perairan berdasarkan
salinitas yang dikemukan oleh Hedgpeth 1957 dalam Stickney 1979 adalah kurang
dan 0,5 permil.
Aquaculture adalah cabang ilmu pengetahuan dan seni, meskipun bukan
disiplin ilmu jelas, tetapi lebih daripada kombinasi berbagai aspek-aspek ilmu
pengetahuan, keahlian, seni dan beberapa bidang perdagangan (Stickney 1979).
Ilmu utamanya biologi karena menangani biota hidup, ilmu teknik berguna dalam
pembangunan kolam dan wadah budidaya, kimia dan lingkungan karena terlibat
dalam mempertahankan kualitas air budidaya tetap baik. Akhirnya ilmu manajemen
agar dapat mengelola usaha secara efisien, produktif dan menguntungkan.
Aquakultur sebagai kegiatan usaha terdirii dari proses pembenihan dan
pembesaran. Pembenihan adalah kegiatan menghasilkan benih ikan yang dimulai
dan persiapan induk, pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva. Pembesaran
adalah kegiatan usaha pemeliharaan dari benih sampai ukuran konsumsi atau
ukuran pasar. Namun karena benih hasil pembenihan masih terlalu kecil, sangat
lemah
dan
peka
terhadap
perubahan
Iingkungan
maka
perlu
dilakukan
pemeliharaan larva sampai benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan, yang
disebut sebagai kegiatan pendederan benih. Oleh karena itu, budidaya sebagai
kegiatan usaha sering digolongkan atas dasar spesies/jenis biota yang dipelihara
seperti budidaya kaper, budidaya lele, budidaya udang galah dan sebagainya.
Selain itu juga digolongkan atas dasar tempat pemeliharaan seperti budidaya kolam,
budidaya keramba, budidaya jaring apung dan sebagainya. Senada tempat
Universitas Gadjah Mada
1
pemeliharaan, budidaya perairan tawar lebih tepat sebagai penggolongan budidaya
berdasarkan lingkungan perairannya.
2. Sejarah Awal
Barangkali karena kebutuhan akan bahan makanan dan kedekatannya
dengan tempat tinggal, budidaya ikan air tawar mungkin lebih awal diusahakan
manusia. Banyak penulis berpendapat bahwa budidaya ikan air tawar dimulai di
China. Sejak awal 475 SM pembenihan ikan karper telah dilakukan dan dianjurkan
sebagai usaha yang menguntungkan pertama yang ditulis Li (1940) dalam Hickling
(1971) dan Bardach dkk. (1972) yang mengutip berbagai sumber informasi
menunjukkan bahwa pemijahan ikan karper sudah dilakukan di China sejak tahun
2000 SM. Di Mesir juga ditemukan relief pada kuburan Mesir kuno yang dibangun
tahun 2000 SM, menggambarkan ada kolam taman dan ikan nila yang sedang
ditangkap oleh pemiliknya.
Pemeliharaan ikan air tawar di Indonesia tercatat dan diketahui dari Undangundang “Kutara Manawa” yang dibuat kira-kira tahun 1400, berisi tentang larangan
menangkap ikan di kolam atau tambak. Pada waktu tersebut pemeliharaan ikan di
kolam dan tambak sudah begitu penting dan perlu dilindungi karena untuk
pemasukan pajak (Schuster 1950). Namun pemeliharaan ikan di kolam-kolam
taman mugkin sudah dilakukan di Iingkungan keraton.
3. Perkembangan Budidaya Ikan
Budidaya organisme air di China dan sejak awal tidak ada informasi hingga
buku yang pertama kali tentang pemeliharaan ikan karper oleh Fan Lai tahun 475.
Ikan tersebut diintroduksi ke Eropa terjadi sekitar tahun 1150. Budidaya karper
Austria sekitar tahun 1227 dan dalam tahun 1860 hampir di seluruh Eropa.
Kemudian ikan karper diintroduksi ke USA untuk penebaran di sungai-sungai kecil
danau dalam pertengahan abad 19, sedangkan budidayanya kurang berkembang.
Sebaliknya di negara-negara Asia Tenggara ikan cyprinid alami telah diusahakan
dalam budidaya di kolam, sendangkan introduksinya ke setiap negara Asia
Tenggara antara 1914-1957.
Selain ikan karper, jenis ikan air tawar yang mendapat perhatian para ahli
biologi dan akuakultur adalah Tilapia. Ikan tilapia diteliti dalam percobaan budidaya
di Kenya tahun 1920 an. Kemudian secara menakjubkan ditemukannnya ikan
Tilapia mossambica (Java tilapia) di Jawa Timur oleh Pak Mujair tahun (1939). Ikan
ini aslinya adalah dari Afrika, entah bagaimana sampai di Indonesia.
Universitas Gadjah Mada
2
Perkembangan pengetahuan tentang ikan karper dan nila sejak diintroduksi
ke seluruh dunia terbukti dapat hidup di berbagai daerah: tropis, sub-tropis bahkan
daerah dingin. Disamping pengembangan biologi, pemuliaan, genetik dan
perkembangbiakannya, juga teknik budidaya. Pada tahun 1600, John Taverner
menulis hasil percobaannya mengenai pemeliharaan karper di kolam dan buahbuahan. Di Indonesia berkembang ikan karper dilakukan di kolam dengan jenis-jenis
lokal secara turun temurun. Selain budidaya ikan di kolam, budidaya dengan
keramba bambu, benih ikan Leptobarbus hoeveni dan penangkapan dipelihara di
danau Mundung Jambi pada awal tahun 1920an. Juga jenis karper dilakukan di
Bandung sejak 1940, selain di kolam juga budidaya pembesaran dengan keramba
bambu yang ditempatkan di saluran dan sungai yang subur (Vass dan Sachlan
1957).
Budidaya ikan yang dipraktekkan dengan pendekatan ilmiah tidak sekedar
seni, dimulai di AS dalam abad 19 terhadap jenis ikan caffish dan salmon.
Perkembangan meliputi perbaikan genentik dan teknik pemeleliharaan. Perbaikaan
genetik karper sejak lama dilakukan terbukti dari jumlah varietas yang dihasilkan.
Perbaikan genetik yang paling menonjol adalah ikan salmon Norwegia, yang dimulai
sejak dan tahun 1990 dihasilkan pertumbuhan 100%. Sementara ikan tilapia yang
diteliti dapat mencapai pertumbuhan 23% dan hasil perbaikan genetik.
4. Peranan Aquakultur Air Tawar
a. Produksi bahan makanan
Pertambahan
penduduk
yang
cepat
menuntut
penyediaan
bahan
makanan. Budidaya menyumbang sekitar 20% produksi ikan global pada tahun
1996, an nasional sekitar 16%. Dengan semakin bertambahnya penduduk dan
produksi hasil penangkapan mencapai stabilitas, maka budidaya menjadi
tumpuan untuk memproduksinya.
Sebagian besar produksi budidaya (Aquaculture) dunia berasal dari
budidaya tawar (15,1 juta ton), sisanya 9,7 juta ton dan budidaya laut dan 1,6
juta dari budidaya air payau. Produksi budidaya tawar Iebih mendominasi karena
China merupakan penghasil utama ikan budidaya (67,8%) dengan jenis ikan
cyprinidae dari Indonesia di urutan 6 setelah India, Jepang, Filipina dan Korea
Selatan (FAQ 1999). Secara nasional produksi total pada tahun 2002 mencapai
1,14 juta ton (20,56% produksi perikanan total), dihasilkan secara berurutan dan
budidaya payau 41,1%, budidaya tawar 35,6% dan budidaya laut 22,8%.
Produksi perikanan total di Indonesia pada tahun 2003 mencapai
5.308.680 ton dengan konsumsi per kapita per tahun rata-rata 24,67 kg (Dahuri
Universitas Gadjah Mada
3
2004). Standar kebutuhan protein hewani asal ikan yang direkomendasikan oleh
Widya Karya Pangan dan Gizi yaitu sebesar 26,55 kg/kapita/tahun. Meskipun
pencapaian konsumsi sudah mendekati standar namun di beberapa daerah
khususnya di Jawa masih relatif rendah, sebagai contoh di DIY pada tahun 2001
baru mencapai 8,6 kg/kapita/tahun.
b. Konservasi sumberdaya ikan
Hasil ikan dan perairan umum sudah tidak dapat diharapkan lagi karena
penangkapan perairan yang berlebihan. Dari hasil pembenihan diharapkan bisa
untuk “restocking” di perairan umum sehingga bisa memperbaiki dan melindungi
sumber daya ikan perairan umum, khususnya ikan yang dikhawatirkan bisa
punah.
c. Kebutuhan estetika dan rekreasi
Budidaya biota air (ikan, udang dan hewan air Iainnya) banyak dilakukan
untuk keindahan seperti; pemeliharaan di kolam taman dan aquarium.
Pemancingan di kolam-kolam merupakan bagian rekreasi (Agrowisata) sekaligus
olahraga.
d. Peningkatan pendapatan dan lapangan kerja
Budidaya air tawar dapat menjadi elemen yang menghasilkan pendapatan
tambahan, karena dapat dipadukan usaha pertanian (mina padi), dan
perternakan (mina ternak). Usaha pemeliharaan ikan dengan ternak uatau usaha
lain, budidaya ikan merupakan cara pengelolaan polusi. Budidaya ikan (biota air)
dalam skala besar (komersial) dapat menciptakan lapangan kerja secara
langsung maupun tak Iangsung.
e. Kontrol lingkungan
Budidaya ikan dapat menjadi pengontrol lingkungan khususnya terhadap
limbah ternak yang berbau. Dengan sistem budidaya terpadu ternak-ikan,
kotoran terbuang ke kolam menjadi pupuk/pakan sehingga tidak berbau. Air
kolam dapat berguna menjaga mikro-klimat lingkungan.
B. Sistem Budidaya
1. Budidaya Kolam
Sebagian besar budidaya ikan air tawar dilaksanakan di kolam. Kolam adalah
tubuh air yang dibangun dengan membentuk pematang/dam atau dengan menggali
Universitas Gadjah Mada
4
tanah sehingga dapat menampung air. Pertimbangan pemilihan lahan untuk kolam
meliputi: topografi, jenis tanah, ketersediaan air secara kuantitatif dan kualitatif, dan
aksesibilitas. Bentuk kolam yang paling efektif adalah persegi panjang, tapi bisa
berbentuk lingkaran, bujur sangkar bahkan tidak beraturan.
Dalam satu unit perkolaman terdiri atas sejumlah petak kolam, saluran dan
sarana pendukung (bangunan gudang, jembatan dsbnya). Jenis kolam dapat dibagi
atas dasar fungsi kolam kolam pengendapan, kolam induk, kolam pendederan,
kolam pembesaran dan sebagainya. Kolam dilengkapi dengan sarana air masuk
dan air keluar atau pembuangan. Berdasarkan aliran air, kolam pemeliharaan ikan
dapat digolongkan menjadi kolam mengalir (running water) dan kolam air tenang
(stagnant water). Untuk pengairannya, dapat dibagi dua sistem, yaitu sistem
pengairan seri dan pengairan paralel. Pengairan sistem seti adalah aliran air
mengalir dari satu kolam ke kolam lain, sedangkan sistem paralel setiap kolam
mendapatkan air dan membuang air sendiri-sendiri dari dan ke saluran. Kedalaman
air tergantung ukuran ikan yang dipelihara dan manajemennya.
2. Budidaya Pagar dan Keramba
Budidaya ikan di perairan umum seperti: saluran, sungai, situ, danau dan
waduk dapat dilakukan dengan sistem pagar (pen) dan sistem keramba (cage).
Sistem pagar adalah bangunan kisi-kisi untuk melingkungi suatu perairan.
Kisi-kisi bisa berupa anyaman belahan bambu/besi atau jaring dengan kerangka
dipasang secara tetap pada perairan. Keramba adalah bangunan kurungan, semua
sisi-sisi (keliling dan bawah) ditutup dengan kisi-kisi. Ukuran kisi-kisi tergantung
pada ukuran benih yang akan dipelihara. Bangunan kisi-kisi dimaksud agar air
dapat mengalir (berganti), ikan budidaya tidak keluar dan limbah dapat terbuang.
Pagar bersifat permanen di lokasi, sedangkan karamba bersifat portable (dapat
dipindah-pindah).
Pemilihan
lokasi
perairan
untuk
penempatannya
berdasarkan
atas
pertimbangan keterlindungan terhadap dan ombak dan angin, kedalaman air dan
arus air serta aksesibilitas. Meskipun penempatan keramba secara vertikal (kolom
air) bisa di permukaan (terapung), melayang dan di dasar, namun secara teknis
yang terapung paling mudah. Sistem pagar hanya dilakukan untuk pembesaran,
sedangkan dengan keramba jaring apung dapat untuk pembenihan, pendederan
ataupun pembesaran.
Universitas Gadjah Mada
5
3. Budidaya Ikan di Sawah
Budidaya sudah sejak lama dipraktekkan di Indonesia untuk memaksimalkan
lahan, air, tenaga dan sarana produksi. Berdasarkan pergiliran tanaman di sawah,
pemeliharaan ikan dapat dilakukan sebagai penyelang, palawija ataupun bersama
tanaman padi. Sebagai penyelang dilakukan diantara pergiliran tanaman, sesudah
panen padi dan setelah sawah diolah sambil menunggu persemaian padi,
sedangkan sebagai palawija dilakukan dengan mengganti musim tanaman padi
berikutnya dengan pemeliharaan ikan. Pemeliharaan ikan bersama padi adalah
dalam waktu bersamaan sawah digunakan untuk dua komoditas padi dan ikan,
Untuk pemeliharaan ikan, sawah dipilih yang subur, tersedia air terus cukup
dan tidak terpolusi. Sawah secara fisik disiapkan dengan memperkuat pematang,
membuat kemalir atau kolam kecil sebagai tempat hidup ikan serta pemasangan
pipa air masuk dan keluar. Budidaya ikan di sawah dapat dilakukan untuk
pembenihan, pendederan ataupun pembesaran.
C. Potensi Pengembangan dan Permasalahan
1. Potensi
Luas potensial untuk budidaya air tawar adalah: kolam seluas 375 ha,
perairan umum seluas 550.000 ha dan sawah seluas 240.000 ha. Pada tahun 2001
kegiatan budidaya kolam mencapai luas 68.690 ha atau 18,32%, perairan umum
seluas 51 ha atau 0,0093% dan sawah seluas 141.270 ha atau 58,86% dan luas
potensial (tabel 1). Dengan pertimbangan lingkungan, perairan waduk dan danau
secara makasimal dapat dimanfaatkan sebesar 2% dan luas total.
Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Luas Sumberdaya Perikanan Budidaya, Tahun
2001
Jenis Budidaya
Potensi
Pemanfaatan
Luas (ha)
Luas (ha)
(%)
Kolam
375.000
68.690
18,317
Peraiaran umum
550.000
51
0,0093
Sawah
240.000
141.270
58,860
24.528.000
400
0,0016
913.000
411.230
45,426
26.606.000
621.641
24,523
Laut
Air payau
(Sumber: Ditjen Penikanan Budidaya 2061)
Jenis ikan dibudidayakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio), tawes (Puntius
javanicus), nila (Oreochromis spp.), gurami (Osphronemus goramy), lele (Clarias
Universitas Gadjah Mada
6
sp.), jambal (Pan gasius sp.), nilem (Osteochilus hasselti), tambakan (Helostoma
temminckii), kowan (Ctenopharjngodon idellus), mola (Hypothalmychthyc molitrix),
sepat
siam
(Trichogaster
pectoralis),
sidat
(Anguilla
sp.),
udang
galah
(Macrobrachium rosenbergii), kodok (Rana catesbiana) dan jenis ikan air tawar
lainnya. Kegiatan budidaya air tawar ini sangat potensial dalam usaha
meningkatkan konsumsi ikan penduduk, utamanya di daerah-daerah pedalaman.
2. Permasalahan
a. Lahan dan air yang semakin terbatas.
Lahan yang baik dan tercukupi airnya untuk budidaya ikan bersaing
dengan pertanian. Ketersedian lahan semakin terbatas karena digunakan
untuk pemukiman, industri dan transportasi, demikian pula dengan air tawar
lebih diutamakan untuk utuhan konsumsi. Oleh karena itu, budidaya ikan
diarahkan ke budidaya intensif dengan lahan dan air yang efisien, disamping
usaha budidaya ikan secara terpadu.
b. Kualitas air makin menunun.
Kualitas air menurun karena polusi limbah dan kegiatan industri dan
pertanian alam anti luas. Budidaya ikan pun, khususnya dengan kepadatan
tinggi dan pemberian pakan menghasilkan Iimbah, disamping dapat mencemari
lingkungan juga berdampak negatif pada usaha budidaya ikan sendiri. Untuk
itu usaha budidaya ikan harus dilengkapai dengan pengeIoaan Iimbahnya.
Pemberian
pakan
menghasilkan
limbah,
disampng
dapat
mencemari
lingkungan juga berdampak negative pada usaha budidaya ikan sendiri. Untuk
itu usaha budidaya ikan harus dilengkapi dngan pengelolaan limbahnya.
c. Benih terbatas baik secara kuantitas dan kualitas
Budidaya ikan air tawar kebanyakan dilaksanakan dalam skala kecil
(rumah tangga), sehingga jumlah hasilnya rendah dan terpencar-pencar.
Sementara benih yang dihasilkan BBI pemerintah ukurannya kecil sehingga
tidak memenuhi syarat untuk pembesaran. Kualitas benih yang dihasilkan
cenderung menurun. Pembangunan perikanan budidaya air tawar dengan
pendekatan kawasan, sehingga dapat dilakukan kontrol produksi, kualitas dan
kontrol limbahnya.
Universitas Gadjah Mada
7
d. Pakan mahal
Untuk meningkatkan produktivitas hasil budidaya diperlukan pakan yang
efisien, namun semakin banyak kebutuhan pakan harganya cenderung
semakin mahal. Padahal harga ikannya relatif rendah karena produksinya
sebagian besar untuk konsumsi lokal. Untuk mengatasi masalah pakan ikan
dapat dilakukan dengan kombinasi dan optimalisasi penggunaan pupuk serta
usaha budidaya terpadu.
D. Rangkuman
Budidaya perairan tawar adalah bagian dari Akuaqulture, yaitu budidaya atau
pemeliharaan biota air tawar (salinitas kurang dari 0,5 permil) dalam lingkungan
terkontrol dan semi terkontrol. Budidaya perairan tawar sudah lama dipraktekkan sejak
2000 SM di China dan Mesir, namun tercatat sejak 475 M dengan pembenihan ikan
Karper. Perkembangan budidaya perairan tawar, disamping penemuan spesies,
introduksi dan pengembangan generik untuk mendapatkan benih unggul, juga teknik
dan manajemen budidayanya. Budidaya perairan tawar dilakukan di kolam, sawah dan
di perairan umum menggunakan sistem pagar dan keramba dari jaring apung.
Pengembangan budidaya perairan tawar cukup penting di Indonesia untuk potensi
sumberdaya yang ada, meningkatkan produksi ikan guna meningkatkan konsumsi
masyarakat, membuka kesempatan usaha dan kesempatan peningkatan pendapatan,
perbaikan lingkungan senta multipler effect lain. Indonesia memiliki potensi sumberdaya
lahan untuk budidaya perairan tawar cukup besar dan belum dimanfaatkan secara
maksimal. Namun beberapa masalah dan kendala yang perlu diatasi antara lain:
ketersediaan lahan dan air makin berkurang, kualitas air makin menurun, ketersedian
yang terbatas dan kualitas cenderung menurun serta harga pakan yang mahal.
E. Latihan Soal-soal
1. Apa yang dimaksud dengan Aquakultur Tawar?
2. Sebutkan komoditas apa saja yang dapat dibudidayakan dalam perairan tawar dan
berikan contoh (10 spesies) dengan nama ilmiahnya!
3. Apa manfaat dan peranan akuakultur tawar?
4. Bagaimana cara meningkatkan produksi ikan air melihat potensi yang ada dan apa
masalah yang dihadapi?
Universitas Gadjah Mada
8
F. Daftar Buku Bacaan
Bardach, J.E., J.H. Ryther and W.O. McLarney, 1972. Aquaculture: The Farming and
Husbandry of Freshwater and Marine Organisms, John Wiley and Sons Inc.
Toronto. 868 p.
Dahuri, R., 2004. Perkembangan dan Pembangunan Perikanan Budidaya ke Depan.
Makalah pada Simposium Nasional “Perkembangan dan Inovasi Ilmu dan
Teknologi Akuakultur — MAI. Semarang. 27—29 Januari 2004. 13 hal.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2001. Program Pembangunan Perikanan
Nasional (PROPENAS). Jakarta.
Food and Agriculture Organization, 1999. The State of World Fisheries and Aquaculture
1998. FAO, Rome. 112.
Hickling, C.F., 1971. Fish Culture. Faber and Faber. London. 303 p.
Schuster, W. H., 1950. Fish-qulture in Salt Water Ponds in Java. Vorkink Bandung. P
245.
Stickney, R.R., 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. A Wiley lnterscience
Publication, John Wiley & Sons. New York. 371 p.
Vass, K. R. dan Sachlan, M. 1957. Cultivation of Common Carp in Running Water in
West Java. Proc. IPFC 6 (1-2), 187-1 96.
Universitas Gadjah Mada
9
Download