perdata dan/atau tunrutan Majelis Kode Etik - E

advertisement
JT]RNAL YUS"ITT'
.?
TANGGIJNGJAWAB HUKUM BIDAN TERTIADAP PASIEN
Oleh:
Murtiningsih Kartini, SH.
Dosen Fakulas Hulcum Uniuersitas Wiralo&ta lndranayu
Midtoiues are orre hzalth worker. Healtltareserdngs specifud. tr tlw
Iegislation ond gouernme *t regulatian Duces and. autlwriE af tlw nidwife,
and tlre prouisions relacing w antiuities *gula:rd midwifrl Fracace in the
reguladons or the Minister of Heakh- Midwife pracdce activities cotrttolledby
these nrlzs. Midu,iues shauld be accanntable for tasla and actiuiries tltat dte
dnne in accordance uith laws ond regiatiot$ applicable
,{-
,
Pendahuluan
Tanggung jawab hukum
dikenal dengan sebutan gugatan
perdata dan/atau tunrutan
pidana. Sedangkan tanggung jawab berdasarkan etika profesi
kia kenal dengan tuntutan
pertang€ungjawaban
dari
menjalank*n tugasnya sebagai
pemberi pelayanan kesehatan
Majelis Kode Etik
Profesi.
Seiauhmana renaga kesehatan
dalam hal ini bidan dapat
sajikan prolog berikut ini.
Kesehatan merupakan
diminta
dibutuhkan manusia. Namun
ironisnya, dunia medis masih
dianggap sebagai salah satu
["rertanggungljawat'rkan
berdasarkan hukum maupun
edka
profesi
ketika
maternal dan neonatal?
Sebelum memasuki uraian
mengenai tanggung jawab
berdasarkan hukum maupun
ber&sarkan etika profesi,
sebagai pengantar penulis
salah satLr yang
rnutlak
JURNAL TIISTITIA
dunia yang sedikit
sekali
bila dibandingkan dengan
dil<etahui orang awam. seakan
mereka yang masih mempunyai
kedua orang rua. Hal ini tenru
Kondisi ini terjadi, bahkan saat
sangat
menjadi pengetahuan yang
eksklusif bagi mereka saja.
pa.sien sebagai
konsumen
berhadapan dengan keadaan
yang menyangkut keselamatan
dirinya. Padahal sesungguhnya
pasien berhalc
mengetahui
segala sesuatu yang berkaitan
dengan perlakuan
maupun
obat
medis
yang
dikonsumsinya.
B.
Kasue Angka Kematian
Ibu (AIfl) melahirkan di
tahun kemudian
angkanya
menurun menjadi 400450 per
100 ribu. Tetapi,
Indonesia
Dari situs inovasi online,
dijumpai sebuah artikel yang
menyebutkan bahwa, sampai
saat ini, kematian ibu masih
merupakan salah saru masalah
ptioritas di bidang kesehatan
ibu dan anak di
lndonesia.
Setiap saru jam dua orang ibu di
Indonesia meninggal
hanya salah satu akibat yang
memprihatinkan.
Republika online memuat
informasi, Direktur Maternal
and Neonatal Heakh (MNH)
Dr. Abdullah Cholil MPH,
menegaskan bahwa "secara
umum memang angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia masih
tinggi. Dulu akhir tahun 198O
an, AKI-nya masih 800 orang
per 100 ribu kelahiran- Sepuluh
saar
melahirkan karena berbagai
penyebab. Jika seorang ibu
meninggal, maka anakanak
yang ditinggalkannya mempu.
nyai ken"rungkinan dga hingga
sepuluh kaii letrih besar untuk
meninggal dalam wakru 2 tal-rr.rrr
setelah
diamati setiap tahun ternyeta
AKI-nya tidak
mengalami
penurunan.
Tetap saja sekian. Di
samping itu jr-rga keprihatinan
kita disebabkan krisis ekonorni
yang
membuat
masalah
kesehatan perempuan semakin
terkesam.pingkan. Oleh sebab
itu, berbagai upaya dicoba
unruk
rnenekan
dan
mengurangi AKl".
Perma-
salahan AKI yang terdeteksi
masih tinggi ini setidaktidaknya
disebabkan oleh dua faktor,
yairu: pertama, sosiokultural
seperri kemiskinan, pendidikan
JURNAL YUETITIA
yang rendah, adanya normanorma tertentu dalam adat
tentang perlakuan terhadap
perempuan, dan lain-lain. Yang
kedua, masalah lainnya yang tak
kalah penting adalah sooioteknikal, yang juga paling
banyak menyebabkan AKI,
yaitu karena terbatasnya
perempuan dalam mengalcses
pelayanan kesehatan, tidak
terampil, dana yang terbatas,
perilaku budaya, kurang gen&r
seruicive, dan lain-lain. Di
samping dua falctor yflng
diseburkan di atas, ternyata
masih ada penyebab AKI
lainnya, yaitu: penyebab
langsung dan tidak langsung.
Unruk penyebab langsung,
terungkap, sekirar 50 persen
AKI terjadi oleh pendarahan
waknr hamil, pada saat
ibu-ibu yang mengalami
5.
terlalu dalam melahirkan yaitu'
1. terlalu muda,
2. terlalu tua,
3. terlalu banyak,
4. terlalu sering, dan
5. terlalu
berdekatan
jaraknya.
Masih dari
Republil<,a online
diketahui bahwa berdasarkan
hasil penelitian MNH, AKI
lel>ih
bahyak
karena
pendarahan, maka MNH
mengadakan pelatihan kepada
para bidan dan ibu.ibu yang
akan melahirkan. Hasilnya,
ternyata dengan bidan yang
kompeten dan terlatih, paling
tidak 50 persen pendarahan
bisa dicegah. Pelatihan itu
dilakukan juga melalui program
Asuhan Persalinan Normal
(APN) bagi para bidan dan di
persalinan, dan selama proses
persalinannya. Sedangkan yang
rumah-rumah sakit.
menjadi sebab tak
C. Kapan tanggung jarrab
langsung
dikecahui karena adanya
terlambat, yaitur
tiga
terlarnbat
mencari pertolongan, terlambat
membawa ke tempat rujukan,
dan
terlambat
hukum dan etika profesi
tenaga kesehatan dipersoalkan?
memberi
Maraknya kasus dugaan
pertolongan
di tempat rujukan.
Hal lain yang tidak dapirt
malpraktik belakangan ini,
khususnya di bidang perawatan
diabaikan karena berisiko
terjadinya AKI tirrggi adalah
ibr,r dan anak, menjadi
peringtltan clan sekaligus sebagai
a
JURNAL TI,,STI?:IIi
dorongan untuk lebih
memperbaiki kualitas pela,
dikemhui bahwa
disipliri ,berupa
)ianan. Melal<sanakan rugas
adminisrratif, misalnya pencabutan izin untuk jangka waktu
dengan berpegang pada janji
profesi dan tekad untuk selalu
meningkatkan kualitas diri
perlu untuk selalu dipelihara.
Kerja sama yang metibarkan
segenap dm
pelayanan
kesehatan perlu dieratkan
dengan keielasan dalam
wewenang dan fungsinya. Oleh
karena tanpa mengindahkan
hal-hal yang disebutkan mdi,
maka konsekuensi hukum akan
muncul tatkala rerjadi penyim,
pangan kewenangan atau
karena kelalaian, Sebegai
contoh umpa.manya, terlambat
memberi pertolongan terhadap
pasien yang seharusnya segera
tindakan
tindakan
tertentu atau hukuman lain
sesuai dengan kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan.
Khusus berkenaan dengan
bidan diatur di
dalam Peraruran Menteri
Kesehamn Nomor 363/Men.
KeslPet/lX/L9&A tentang
wewenang
ril?'ewenang Bidan.l
Dari sudut hukum, profesi
renaga kesehatan dapar diminta
pertanggungiawaban
berdasarkan hukum perdata,
hukum pidana, rrraupun hukum
administrasi. Tanggung jawab
mendapat pertolongan, merupa-
dari segi hukum perdara
didasarkan pada ketentuan
Pasal 1365 B\Y (Burgerliik
kan salah satu benruk kelalaian
Werboek),
yang tidak boleh terjadi.
Mengenai hal itu jelas dapat
diketahui dari Pasal 51 ayat (1)
Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan,
yaitu: "Tenaga kesehatan yang
melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan
tindakan disiplin."
Selanjutnya dari penjelas-
an pasal rersebur
dapar
irtau Kitirb Undang.
undang Hukum
Perdata.
Apabila tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya melaku-
kan tindakan yang
meng.
akibatkan kerugian pada pasien,
maka tenaga kesehatan tersebut
I Eml Dwi Hendarti,
tmplementasi
Kew'enangan Bidan Pondok Bersalin
Desa (Polindes) dalam Tindakan Medis
(Studi di Puskesmas Tmwngsari,
Kecamatan Trowulan, Mojokerto);
dalam JIPTUMM Ottline.
F
r!r
F.tr
I '.:
i,i:,
JUBNAL T?,ISTITTE
t:
i
dapar digugat oleh pasien arau
keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan
Pasal 1365 B'Sil, yang bunyinya
sebagai berikutr "Tiap per.
buatan metanggar hukum, yang
membawa kerugian lcepada
oraog lain, mewajibkan orang
yang
katena
salahnya
menerbitkan kerugian yang
disebabkan kelalaian arau
kurang hati-hati."
Dari segi hukum pidana
juga seorang tenage kesehatan
dapat dikenai ancaman Pasai
351 Kimb Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP).
Ancaman pidana tersebut
dikenakan kepada seseorang
(termasuk tenaga kesehatan)
yang karena kelalaian arau
perdata maupun
dalam sidang
pengadilan.
praktik apabila
melakukan
Tanggung jawab dari segi
hukum administratif, tenaga
kesehatan dapat dikenai sanksi
berupa pencabutan surat izin
tindakan medik tanpa adanya
persetujuan dari pasien afau
keluarganya. Tindakan adminis.
ffatif juga dapat dikenakan
apabila seorang renaga
kesehatan:
L
7.
kurang hari-hati menyebabkan
orang lain (pasien) cacar atau
melalaikan kewajiban;
melakukan sesuatu hal yang
seharusnya tidak boleh
diperbuat oleh seorang
tenaga kesehatan, baik
bahkan sampai
meninggal
dunia. Meski untuk mengetahui
ada ddaknya unsur kelalaian
atau kekurang hati-hatian dalam
tindakan seseorang tersebut
perlu dibuktikan menurur
ptosedur hukum pidana.
Ancaman pidana unruk
tindakan semacam itu adalah
pidana
penjara, harus terlebih dahulu
dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di depan pengadilan.
Oleh karena yang bet'wenang
memutuskan seseorang inr ber.
salah atau tidak adalah hakim
mengingat sumpah jalratan.
nya maupun rnengingat
sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
3.
mengabaikan sesuatu yang
seharusnya dilakulcan oleh
tenaga kesehatan;
penjara paling lama lima tahun.
Tentu
saja
semua
ancaman, baik ganti
rugi
E
JURNAL T1ISTITTA
4.
melanggar suaru kerenruan
menuruf atau betdasarkan
undang.undang.2
Selain oleh aturan hukum,
profesi kesehamn juga diatur
cleh kode erik profesi (etika
profesi). Namun
menurut Dr.
Siswanto
hukum kadangkala masih
dicampur baurkan, sehingga
pengertiannya menjadi kabur.
Seseorang yang melanggar etika
dapat saja metanggar hukum
dan tenru saja seseorang yang
melang-gar hukum
akan
melanggar pula etika. Oleh
karena iru, menurur Samil RSl
yeng mengutip pernyaaan
Davis & Smith, bahwa ada
hutrungan
anrara etik
kedokteran dan hukum
kedokteran, yaitu:
2.
sesuai erik dan
sesuai
hukum;
bertentangan dengan etik
dan bertentangan .dengan
hukum;
' Siswanto Pabidang & Andriena
Pakendek Etika Profesi, Hukum
Kesehatan dan Perlindungan Hukum
Tenaga Kesehatan; Makalah - tDt
Cabang Pamek^asan, Madura, 20A5.
lil
sesuai dengan
etik reapi
bertentangan
4.
dengan
hukum; dan
bertentangan dengan etik
tetapi se$uai
dengan
hukum.
demikian,
Pabidang, masalah etika dan
l.
3.
D, Adakah Perlindungan
Hukum bagi Tenaga
Kesehatan?
Dari perspektif perlindung-an konsumen, maraknya
tuntutan pasien terhadap cara
dan hasil kerja paramedic atau
tenaga kesehatan sesungguhnya
merupa-kan gejala yang posirif.
Hal itu menandakan semakin
tumbuhnya kesadaran hukum
masyarakat,
khususnya
kesadaran konsumen terhadap
hakhaknya, yaitu anrara lain
untuk memperoleh pelayanan
yang baik maupun ganri rugi,
Samil RS, Erika Kedakteran
peneru.pafl masa kini; seminar
konflil< etikolegal dan sengketa
medil< di Rumah Sakit. Jakarta,
2000. apabila tenaga kesehatan
atau paramedis terbukti
melakukan malprakrik (melalcuknn penyimpangan dari smndar
profesi). Artinya, pada dewasir
ini relah muncul
dlmana
pasien
fenomena
sel:agai
r
JURNAL
ruSTIT,I
I
pengguna jasa pelayanan
kesehamn tidak lagi bersikap
Selanjutnya dijelaskan
dalam Pasal 2,4 ayat (1)
pasrah alias nrim.o seperri pada
Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 1996 rentang Tenaga
Kesehatan, yang dimaksud
dengan perlindungan hukum
adalah
bentul+bentuk
perlindungan yang antara lain
wakru+vakru yang lampau.
Terlebih lagi setelah pemerinrah
mengundangkan
Undangundang rentang Perlindungan
Konsumen Nomor B Tahun
1999. Satu di
anrara
ketentuannya adatah bahwat
Pasien sebagai
pelayanan jasa
konsumen
berhak atas
keamanan,
kesehamn,
kenyamanan, dan keselamatan,
informasi yang benar, jelas, dan
jujur serta menunrut ganti rugi
apa[:i[a dokter arRu renaga
kesehatan lainnya selama
melakukan pelayanan kesehatan
ternyata melakukan kesalahan
atau kelalaian yang merugikan
pasien. Unruk menganrisipasi
kejadian seperri yang diuraikan
di atas, maka Pasal 23 Unclang.
undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
telah
berupa: ra$a aman
dalam
melalsanakan tugas profesinya,
petlindungan terhadap keadaan
membahayakan" yang dapat
menganc&m kese[amatan fisik
atau jiwa, baik karena alam
maupun perbuatan manu$ia."
Perlindungan hukum akan
senantiasa diberikan kepada
pelaku profesi apa pun
sepanjang pelaku profesi
tersebur bekerja dengan
mengikud prosedur baku
sebagaimana
tunturan bidang
itmunya, sesuai dengan etika
serta moral yang hidup dan
ber[aku dalam masyarakar.
Mengakhiri paparan ini,
menetapkan bahwa: "Tenaga
harapan saya semoga apa yang
keseharan berhak memperoleh
telah disampaikan membawa
manfaat bagi para pes€rta
perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai
sekalian sekaligus
dengan profesinya."l
memberikan pencerahan dalam
I Dr, Eman
dapat
rangka pelaksanaan tugas-tugas
Suparman,S.H.,M.H,
Makalah disampaikan pada Pembinaan
Anggota lkatan Bidan lndonesia (lBI)
lnfeksi pada Pelayanan Kebidanan, di
daram rangka Sosialisasi Pencegahan
Selasa, 20 September 2005.
Kecamatan Sepulu, Bangkalan Madura,
JURNAL YIISTITIA
pengabdian dan pelayanan
kesehatan yang lebih berkualitas
dan bermartabat. Lebih dari itu
pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil dan mela-
hirkan dapat
memberikan
konribusi dalam rangka mempercepat penurunan Angku
Kematian Ibu (AKI) melahirkan
dan Angk* Kematian Bayi
Setiap bidan memiliki
tanggung jawab memelihara
kemampuan profesionalnya.
Oleh karena itu bidan harus
selalu meningkatkan pengeta-
huan dan ketrampilannya
dengan cara mengikuti pelatih.
an, pendidikan berkelanjutan,
seminar, dan pertemuan ilmiah
lainnya.
(AKB).
Syarat Praktik Profesional
E.
Landasan Hukum
'Wewenang
Bidan
Bidan adalah salah satu
tenaga kesehatan. Pengaturan
tenaga kesehatan ditetapkan di
datam undang-undang dan
Peraturan Pemerintah. Tugas
dan kewenangan bidan serta
ketentuan yang
berkaitan
dengan kegiatan praktik bidan
diatur di dalarn peraturan atau
Keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan
dikontol
oleh
peraruran
terseL:ut. Bidan harus dapar
mempertanggungjawabka n
tugas dan kegiatan
yang
dilakukannya sesuai dengan
peraturan perundang.undangan
yang berlaku.
Bidan
Harus memiliki Surat ljin
Prakrek Bidan (SIPB) baik bagi
bidan yang praktik pada sarana
kesehacan dan /atau perorangan
Bidan Praktek Swasta (BPS).
Bidan yang praktik perorangan
harus memenuhi
persyaratan
yang meliputi tempar
dan
ruangan praktik, rempat tidur,
peralaran, obat-obatan
kelengkapan
dan
administrasi.
Dalam menjalankan praktik
profesionalnya harus sesuai
dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidi
kan dan pengalarnan sern
berdasarkan standar profesi.
Dalam menjalankan praktik
profesionalnya
menghormati hak
memperhatikan
harus
pasien,
kewajiban
bidan, merujr-rk kasus yang tidak
fr
E!
r
JURNAL YA$TffTE
dapat ditangani,
meminra
perserujuan tindakan yang akan
dilakukan dan melakukan
medical record dengan baik.
Pasal 15
(1)
Dalam menjalankan praktik
pr<rfesionalnya bidan wajib
melakukan pencatatan dan
(pelayanan
Q)
Menjalankan praktik
Dalam menangani
bidan
kasus
masa nifas, menyusui dan
masa antara
diberi
kewenangan sesuai dengan
Keputusan Menreri Kesehatan
(3)
lndonesia
l.Jo, 900/M enkes/S IWI V ZOAZ
tentang registrasi dan praktek
bidan,yang disebut dalam BAB
V praktik bidan anrara lain
berwenang untuk
dalam
prakteknya
memberikan
pelayanan yang meliputi
a. Pelayanan kebidanan
:
b.
Pelayanan
c.
berencana
Pelayanan kesehaan masya-
o Abdullah Chotil,
Pasal 16
(1)
Pelayanan
a.
Keterbatasan
Repablika Ottline, Selasa, t 5 .Iuni 2004.
Penyuluhan
konseling
dan
b. Pemeriksaan fisik
(;- Pelayanan antenaral
pada
kehamilan
d.
Mengakses Pelayanan Kesehatan,. dalarz
kebidanan
kepada meliputi:
keluarga
rakat.a
(periode
interual)
Pelayanan kebidanan pada
anak diberikan pada masa
bayi baru lahir,masa
bayi,masa anak balita dan
masa pra sekolah.
bidan
menjalankan
i
Pelayanan kepada ibu
diberikan pada masa pra
nikah, pra hamil, masa
hamil, $r*u" bersalin
Profesionalnya
il
kebidanan)
anak
Wewenang Bidan datam
Pasai t4
kebidanan
ditulukan pada ibu dan
pelaporan.
seorang
Pelayanan
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 huruf
normal
Pertolongan pada kehamilan abnormal
yang mencakup ibu
hamil dengan
aboru.rs
JURNALYUSTTTIA
iminens, hiperemesis
1,
pre eklamsi ringan
dan anemia ringan.
Pertolongan
persalinan normal
Perrolongan
persalinan abnormal
yang menca-kup leak
sungsang, partus
macet kepala di dasar
panggul, ketuban
pecah dinl (KPD)
tanpa
infeksi,
perdarahan post
partum, laserasi jalan
lahir, distosia karena
inersia uteri primer,
post aterm dan
preterm.
Pelayanan ibu nifas
normal
Pelayanan ibu nifas
abnormal yang mencakup retensio plasenm,
renjatan dan infelsi
ringan
dan
Pelayanan
pengobat-an pada
kelainan ginekologi
yang
meliputi
keputihan,
perdarahan tidak
terarur
dan
penundaan haid.
grafidarum tingkat
e.
f.
g.
h.
i.
(Z) Pelayanan
kebidanan
kepada anak meliputi'
a. Pemeriksaan bayi baru
lahir
b.
c.
d.
Perawatan tali pusat
Perawatan bayi
Resusimsi pada bayi
baru lahir
e.
Pemantauan tumbuh
f.
c.
kembang anak
Pemberian imunisasi
Pemberian
penyuluhan
Pasal 1B: Bidan
dalam
memberikan pelayanan sebagai"
mana dimaksud dalam Pasal 16,
berwenanguntuk:
a. Memberikan imunisasi
b. Memberikan suntikan pada
penyulit kehamilan
dan
nifas
c. Mengeluarkan
plasenta
secara secara manual
d.
e.
Bimbingan senam hamil
Pengeluaran sisa jaringan
konsepsi
f.
g.
Episiotomi
Penjahitan luka episiotomi
dan tuka jalan lahir sampai
tingkat 2
h. Amniotomi
pada
pembukaan serviks lebih
dari 4 cm
JURNALYUST'fljn
1.
Pemberian infuse
i.
Pemberian
k.
t.
(1)
suntikan
intramus&uler uterotonika
Kompresi bimanual
m.
(2)
Vakum ekstraksi
dengan
kepala bayi di dasar panggul
n. Pengendalian anemi
o. Peningkatan pemeliharann
dan penggunaan air
p.
q.
r.
menye-larnatkan jiwaibu
hamil dan atau janinnya,
dapar dimkukan tindakan
Versi elstrasi gemelli pada
kelahiran bayi kedua dan
seterusnya
Dalam keadaan darurar
sebagai upaya unfiJk
medis tertentu.
Tindalcan medis terrenru
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. berdasrrkan indikasi
medit
susu
ibu
Resusitasi bayi baru lahir
dengan asfitsia
Penangananhiporermi
diambilnya tindakan
rersebut;
b.
Pemberian minum dengan
t.
oleh tenaga kesehakn
yang mempunyai
keat'r-lian
dan
kewenangan untuk itt
sonde/piper
s. Pemberian
yang
mengharus-kan
obar-obatan
terbatas melalui lembaran
,perminraan , obat sesuai
dengan formulir IV
terlampir
Pemberian surat kelahiran
jawab profesi
dan lcematian.
ahii;
Standar komperensi kebidanan
yang berhubungan dengan anak
dan imunisasi Undang"Undang
Nomor 36 Th 2009 rel-rrang
Kesehatan
dan dilakukan
dengan
sesuai
tanggung
serra
berdasarkan
pertimbangan tim
c. dengan persetujuan
ibu hamil yang
bersang-kutan
suami
d.
atau
atau
keluarganya;
pada sarana kesehatan
terrentu,
;
Pasal 15
(l)
dengan
Pasal B0 ayar
siapa
Barang
sengaja
JURNAL TIIST'TIJI
melakukan tindakan medis
tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak
ketentuan
memenuhi
Trout ular., M o j oker w); dala m
JIPTI,rMM Onltnc.
Samil RS, Etika Kedokteran
penerapan masa kini;
Serninar kotJtilc eriko'hgal
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(1) dan ayat (7),
da,n serrgfteta rwdik
dipidana
dengan pidana penjara paling
lama 15 0ima belas) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus iuta
rupiah).
Andna.na Pakenlsl+, Etika
Profesi, Hukum Kesehatan
dan Perlindungan Hukum
Tenaga
Ma;kala.h
P
Kesehatan;
- IDI
anzkasan, M adxr a,
Siswanto Pabidang
Alrdul^lah Chdlil, Kercrbatassn
Tenaga
RePublik*
200+.
Elsi Dwi Hapsari, Kontribusi
Penting
Menyelamatkan
Persalinan Sehat dan Buku
KI#r; dalam Inooasi Online
2 OA
5.
Andriana
Kesehatan;
Cabang
Makalz,h IDI
MengaLses Pelayanan Kese'
Itatan; dalam
&
Cabons
Pakendeh Etika Profesi,
Hukum Kesehatan dan
Perlindungan Hukum
DAFTAR PUSTAI(A
Online, Selasa, 15 Juni
di
Rumah Sakit. Jal<arta, 2OAO;
dalam Siswanto Pabidang G
.
Pamel<asan, Madxra, ?0O5.
Dr. Eman Suparman,S'H.'M.H.
Makalah
disamPaikan
pada Pembinaan Anggota
lkatan Bidan lndonesia
Kewenangan Bidan Pondok
(IBI) dalam rangka
Sosialisasi Pencegah-an
Infeksi pada Pelayanan
Kebidanan, di Kecamatan
Bangkalan
Sepulu,
LO
Selasa,
Madura,
Bersalio Desa
September 2005.
VoI.Z/XVI/ Norrernber
?,004.
Emi Dwi Hendarri, ImPlemen'usi
(Polindrs)
dalan Tindakan Medis
(Strdi di
Puskesmas
Tawangsari, Kecamotan
Download