JT]RNAL YUS"ITT' .? TANGGIJNGJAWAB HUKUM BIDAN TERTIADAP PASIEN Oleh: Murtiningsih Kartini, SH. Dosen Fakulas Hulcum Uniuersitas Wiralo&ta lndranayu Midtoiues are orre hzalth worker. Healtltareserdngs specifud. tr tlw Iegislation ond gouernme *t regulatian Duces and. autlwriE af tlw nidwife, and tlre prouisions relacing w antiuities *gula:rd midwifrl Fracace in the reguladons or the Minister of Heakh- Midwife pracdce activities cotrttolledby these nrlzs. Midu,iues shauld be accanntable for tasla and actiuiries tltat dte dnne in accordance uith laws ond regiatiot$ applicable ,{- , Pendahuluan Tanggung jawab hukum dikenal dengan sebutan gugatan perdata dan/atau tunrutan pidana. Sedangkan tanggung jawab berdasarkan etika profesi kia kenal dengan tuntutan pertang€ungjawaban dari menjalank*n tugasnya sebagai pemberi pelayanan kesehatan Majelis Kode Etik Profesi. Seiauhmana renaga kesehatan dalam hal ini bidan dapat sajikan prolog berikut ini. Kesehatan merupakan diminta dibutuhkan manusia. Namun ironisnya, dunia medis masih dianggap sebagai salah satu ["rertanggungljawat'rkan berdasarkan hukum maupun edka profesi ketika maternal dan neonatal? Sebelum memasuki uraian mengenai tanggung jawab berdasarkan hukum maupun ber&sarkan etika profesi, sebagai pengantar penulis salah satLr yang rnutlak JURNAL TIISTITIA dunia yang sedikit sekali bila dibandingkan dengan dil<etahui orang awam. seakan mereka yang masih mempunyai kedua orang rua. Hal ini tenru Kondisi ini terjadi, bahkan saat sangat menjadi pengetahuan yang eksklusif bagi mereka saja. pa.sien sebagai konsumen berhadapan dengan keadaan yang menyangkut keselamatan dirinya. Padahal sesungguhnya pasien berhalc mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan perlakuan maupun obat medis yang dikonsumsinya. B. Kasue Angka Kematian Ibu (AIfl) melahirkan di tahun kemudian angkanya menurun menjadi 400450 per 100 ribu. Tetapi, Indonesia Dari situs inovasi online, dijumpai sebuah artikel yang menyebutkan bahwa, sampai saat ini, kematian ibu masih merupakan salah saru masalah ptioritas di bidang kesehatan ibu dan anak di lndonesia. Setiap saru jam dua orang ibu di Indonesia meninggal hanya salah satu akibat yang memprihatinkan. Republika online memuat informasi, Direktur Maternal and Neonatal Heakh (MNH) Dr. Abdullah Cholil MPH, menegaskan bahwa "secara umum memang angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Dulu akhir tahun 198O an, AKI-nya masih 800 orang per 100 ribu kelahiran- Sepuluh saar melahirkan karena berbagai penyebab. Jika seorang ibu meninggal, maka anakanak yang ditinggalkannya mempu. nyai ken"rungkinan dga hingga sepuluh kaii letrih besar untuk meninggal dalam wakru 2 tal-rr.rrr setelah diamati setiap tahun ternyeta AKI-nya tidak mengalami penurunan. Tetap saja sekian. Di samping itu jr-rga keprihatinan kita disebabkan krisis ekonorni yang membuat masalah kesehatan perempuan semakin terkesam.pingkan. Oleh sebab itu, berbagai upaya dicoba unruk rnenekan dan mengurangi AKl". Perma- salahan AKI yang terdeteksi masih tinggi ini setidaktidaknya disebabkan oleh dua faktor, yairu: pertama, sosiokultural seperri kemiskinan, pendidikan JURNAL YUETITIA yang rendah, adanya normanorma tertentu dalam adat tentang perlakuan terhadap perempuan, dan lain-lain. Yang kedua, masalah lainnya yang tak kalah penting adalah sooioteknikal, yang juga paling banyak menyebabkan AKI, yaitu karena terbatasnya perempuan dalam mengalcses pelayanan kesehatan, tidak terampil, dana yang terbatas, perilaku budaya, kurang gen&r seruicive, dan lain-lain. Di samping dua falctor yflng diseburkan di atas, ternyata masih ada penyebab AKI lainnya, yaitu: penyebab langsung dan tidak langsung. Unruk penyebab langsung, terungkap, sekirar 50 persen AKI terjadi oleh pendarahan waknr hamil, pada saat ibu-ibu yang mengalami 5. terlalu dalam melahirkan yaitu' 1. terlalu muda, 2. terlalu tua, 3. terlalu banyak, 4. terlalu sering, dan 5. terlalu berdekatan jaraknya. Masih dari Republil<,a online diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian MNH, AKI lel>ih bahyak karena pendarahan, maka MNH mengadakan pelatihan kepada para bidan dan ibu.ibu yang akan melahirkan. Hasilnya, ternyata dengan bidan yang kompeten dan terlatih, paling tidak 50 persen pendarahan bisa dicegah. Pelatihan itu dilakukan juga melalui program Asuhan Persalinan Normal (APN) bagi para bidan dan di persalinan, dan selama proses persalinannya. Sedangkan yang rumah-rumah sakit. menjadi sebab tak C. Kapan tanggung jarrab langsung dikecahui karena adanya terlambat, yaitur tiga terlarnbat mencari pertolongan, terlambat membawa ke tempat rujukan, dan terlambat hukum dan etika profesi tenaga kesehatan dipersoalkan? memberi Maraknya kasus dugaan pertolongan di tempat rujukan. Hal lain yang tidak dapirt malpraktik belakangan ini, khususnya di bidang perawatan diabaikan karena berisiko terjadinya AKI tirrggi adalah ibr,r dan anak, menjadi peringtltan clan sekaligus sebagai a JURNAL TI,,STI?:IIi dorongan untuk lebih memperbaiki kualitas pela, dikemhui bahwa disipliri ,berupa )ianan. Melal<sanakan rugas adminisrratif, misalnya pencabutan izin untuk jangka waktu dengan berpegang pada janji profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama yang metibarkan segenap dm pelayanan kesehatan perlu dieratkan dengan keielasan dalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal yang disebutkan mdi, maka konsekuensi hukum akan muncul tatkala rerjadi penyim, pangan kewenangan atau karena kelalaian, Sebegai contoh umpa.manya, terlambat memberi pertolongan terhadap pasien yang seharusnya segera tindakan tindakan tertentu atau hukuman lain sesuai dengan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan. Khusus berkenaan dengan bidan diatur di dalam Peraruran Menteri Kesehamn Nomor 363/Men. KeslPet/lX/L9&A tentang wewenang ril?'ewenang Bidan.l Dari sudut hukum, profesi renaga kesehatan dapar diminta pertanggungiawaban berdasarkan hukum perdata, hukum pidana, rrraupun hukum administrasi. Tanggung jawab mendapat pertolongan, merupa- dari segi hukum perdara didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 B\Y (Burgerliik kan salah satu benruk kelalaian Werboek), yang tidak boleh terjadi. Mengenai hal itu jelas dapat diketahui dari Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu: "Tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin." Selanjutnya dari penjelas- an pasal rersebur dapar irtau Kitirb Undang. undang Hukum Perdata. Apabila tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya melaku- kan tindakan yang meng. akibatkan kerugian pada pasien, maka tenaga kesehatan tersebut I Eml Dwi Hendarti, tmplementasi Kew'enangan Bidan Pondok Bersalin Desa (Polindes) dalam Tindakan Medis (Studi di Puskesmas Tmwngsari, Kecamatan Trowulan, Mojokerto); dalam JIPTUMM Ottline. F r!r F.tr I '.: i,i:, JUBNAL T?,ISTITTE t: i dapar digugat oleh pasien arau keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 B'Sil, yang bunyinya sebagai berikutr "Tiap per. buatan metanggar hukum, yang membawa kerugian lcepada oraog lain, mewajibkan orang yang katena salahnya menerbitkan kerugian yang disebabkan kelalaian arau kurang hati-hati." Dari segi hukum pidana juga seorang tenage kesehatan dapat dikenai ancaman Pasai 351 Kimb Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut dikenakan kepada seseorang (termasuk tenaga kesehatan) yang karena kelalaian arau perdata maupun dalam sidang pengadilan. praktik apabila melakukan Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien afau keluarganya. Tindakan adminis. ffatif juga dapat dikenakan apabila seorang renaga kesehatan: L 7. kurang hari-hati menyebabkan orang lain (pasien) cacar atau melalaikan kewajiban; melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik bahkan sampai meninggal dunia. Meski untuk mengetahui ada ddaknya unsur kelalaian atau kekurang hati-hatian dalam tindakan seseorang tersebut perlu dibuktikan menurur ptosedur hukum pidana. Ancaman pidana unruk tindakan semacam itu adalah pidana penjara, harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di depan pengadilan. Oleh karena yang bet'wenang memutuskan seseorang inr ber. salah atau tidak adalah hakim mengingat sumpah jalratan. nya maupun rnengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan; 3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakulcan oleh tenaga kesehatan; penjara paling lama lima tahun. Tentu saja semua ancaman, baik ganti rugi E JURNAL T1ISTITTA 4. melanggar suaru kerenruan menuruf atau betdasarkan undang.undang.2 Selain oleh aturan hukum, profesi kesehamn juga diatur cleh kode erik profesi (etika profesi). Namun menurut Dr. Siswanto hukum kadangkala masih dicampur baurkan, sehingga pengertiannya menjadi kabur. Seseorang yang melanggar etika dapat saja metanggar hukum dan tenru saja seseorang yang melang-gar hukum akan melanggar pula etika. Oleh karena iru, menurur Samil RSl yeng mengutip pernyaaan Davis & Smith, bahwa ada hutrungan anrara etik kedokteran dan hukum kedokteran, yaitu: 2. sesuai erik dan sesuai hukum; bertentangan dengan etik dan bertentangan .dengan hukum; ' Siswanto Pabidang & Andriena Pakendek Etika Profesi, Hukum Kesehatan dan Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan; Makalah - tDt Cabang Pamek^asan, Madura, 20A5. lil sesuai dengan etik reapi bertentangan 4. dengan hukum; dan bertentangan dengan etik tetapi se$uai dengan hukum. demikian, Pabidang, masalah etika dan l. 3. D, Adakah Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kesehatan? Dari perspektif perlindung-an konsumen, maraknya tuntutan pasien terhadap cara dan hasil kerja paramedic atau tenaga kesehatan sesungguhnya merupa-kan gejala yang posirif. Hal itu menandakan semakin tumbuhnya kesadaran hukum masyarakat, khususnya kesadaran konsumen terhadap hakhaknya, yaitu anrara lain untuk memperoleh pelayanan yang baik maupun ganri rugi, Samil RS, Erika Kedakteran peneru.pafl masa kini; seminar konflil< etikolegal dan sengketa medil< di Rumah Sakit. Jakarta, 2000. apabila tenaga kesehatan atau paramedis terbukti melakukan malprakrik (melalcuknn penyimpangan dari smndar profesi). Artinya, pada dewasir ini relah muncul dlmana pasien fenomena sel:agai r JURNAL ruSTIT,I I pengguna jasa pelayanan kesehamn tidak lagi bersikap Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 2,4 ayat (1) pasrah alias nrim.o seperri pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996 rentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah bentul+bentuk perlindungan yang antara lain wakru+vakru yang lampau. Terlebih lagi setelah pemerinrah mengundangkan Undangundang rentang Perlindungan Konsumen Nomor B Tahun 1999. Satu di anrara ketentuannya adatah bahwat Pasien sebagai pelayanan jasa konsumen berhak atas keamanan, kesehamn, kenyamanan, dan keselamatan, informasi yang benar, jelas, dan jujur serta menunrut ganti rugi apa[:i[a dokter arRu renaga kesehatan lainnya selama melakukan pelayanan kesehatan ternyata melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pasien. Unruk menganrisipasi kejadian seperri yang diuraikan di atas, maka Pasal 23 Unclang. undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah berupa: ra$a aman dalam melalsanakan tugas profesinya, petlindungan terhadap keadaan membahayakan" yang dapat menganc&m kese[amatan fisik atau jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manu$ia." Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada pelaku profesi apa pun sepanjang pelaku profesi tersebur bekerja dengan mengikud prosedur baku sebagaimana tunturan bidang itmunya, sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan ber[aku dalam masyarakar. Mengakhiri paparan ini, menetapkan bahwa: "Tenaga harapan saya semoga apa yang keseharan berhak memperoleh telah disampaikan membawa manfaat bagi para pes€rta perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai sekalian sekaligus dengan profesinya."l memberikan pencerahan dalam I Dr, Eman dapat rangka pelaksanaan tugas-tugas Suparman,S.H.,M.H, Makalah disampaikan pada Pembinaan Anggota lkatan Bidan lndonesia (lBI) lnfeksi pada Pelayanan Kebidanan, di daram rangka Sosialisasi Pencegahan Selasa, 20 September 2005. Kecamatan Sepulu, Bangkalan Madura, JURNAL YIISTITIA pengabdian dan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan bermartabat. Lebih dari itu pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan mela- hirkan dapat memberikan konribusi dalam rangka mempercepat penurunan Angku Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angk* Kematian Bayi Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan pengeta- huan dan ketrampilannya dengan cara mengikuti pelatih. an, pendidikan berkelanjutan, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya. (AKB). Syarat Praktik Profesional E. Landasan Hukum 'Wewenang Bidan Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di datam undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur di dalarn peraturan atau Keputusan Menteri Kesehatan. Kegiatan praktik bidan dikontol oleh peraruran terseL:ut. Bidan harus dapar mempertanggungjawabka n tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang.undangan yang berlaku. Bidan Harus memiliki Surat ljin Prakrek Bidan (SIPB) baik bagi bidan yang praktik pada sarana kesehacan dan /atau perorangan Bidan Praktek Swasta (BPS). Bidan yang praktik perorangan harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempar dan ruangan praktik, rempat tidur, peralaran, obat-obatan kelengkapan dan administrasi. Dalam menjalankan praktik profesionalnya harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidi kan dan pengalarnan sern berdasarkan standar profesi. Dalam menjalankan praktik profesionalnya menghormati hak memperhatikan harus pasien, kewajiban bidan, merujr-rk kasus yang tidak fr E! r JURNAL YA$TffTE dapat ditangani, meminra perserujuan tindakan yang akan dilakukan dan melakukan medical record dengan baik. Pasal 15 (1) Dalam menjalankan praktik pr<rfesionalnya bidan wajib melakukan pencatatan dan (pelayanan Q) Menjalankan praktik Dalam menangani bidan kasus masa nifas, menyusui dan masa antara diberi kewenangan sesuai dengan Keputusan Menreri Kesehatan (3) lndonesia l.Jo, 900/M enkes/S IWI V ZOAZ tentang registrasi dan praktek bidan,yang disebut dalam BAB V praktik bidan anrara lain berwenang untuk dalam prakteknya memberikan pelayanan yang meliputi a. Pelayanan kebidanan : b. Pelayanan c. berencana Pelayanan kesehaan masya- o Abdullah Chotil, Pasal 16 (1) Pelayanan a. Keterbatasan Repablika Ottline, Selasa, t 5 .Iuni 2004. Penyuluhan konseling dan b. Pemeriksaan fisik (;- Pelayanan antenaral pada kehamilan d. Mengakses Pelayanan Kesehatan,. dalarz kebidanan kepada meliputi: keluarga rakat.a (periode interual) Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru lahir,masa bayi,masa anak balita dan masa pra sekolah. bidan menjalankan i Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pra nikah, pra hamil, masa hamil, $r*u" bersalin Profesionalnya il kebidanan) anak Wewenang Bidan datam Pasai t4 kebidanan ditulukan pada ibu dan pelaporan. seorang Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf normal Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan aboru.rs JURNALYUSTTTIA iminens, hiperemesis 1, pre eklamsi ringan dan anemia ringan. Pertolongan persalinan normal Perrolongan persalinan abnormal yang menca-kup leak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dinl (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post aterm dan preterm. Pelayanan ibu nifas normal Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenm, renjatan dan infelsi ringan dan Pelayanan pengobat-an pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak terarur dan penundaan haid. grafidarum tingkat e. f. g. h. i. (Z) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi' a. Pemeriksaan bayi baru lahir b. c. d. Perawatan tali pusat Perawatan bayi Resusimsi pada bayi baru lahir e. Pemantauan tumbuh f. c. kembang anak Pemberian imunisasi Pemberian penyuluhan Pasal 1B: Bidan dalam memberikan pelayanan sebagai" mana dimaksud dalam Pasal 16, berwenanguntuk: a. Memberikan imunisasi b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan dan nifas c. Mengeluarkan plasenta secara secara manual d. e. Bimbingan senam hamil Pengeluaran sisa jaringan konsepsi f. g. Episiotomi Penjahitan luka episiotomi dan tuka jalan lahir sampai tingkat 2 h. Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm JURNALYUST'fljn 1. Pemberian infuse i. Pemberian k. t. (1) suntikan intramus&uler uterotonika Kompresi bimanual m. (2) Vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul n. Pengendalian anemi o. Peningkatan pemeliharann dan penggunaan air p. q. r. menye-larnatkan jiwaibu hamil dan atau janinnya, dapar dimkukan tindakan Versi elstrasi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya Dalam keadaan darurar sebagai upaya unfiJk medis tertentu. Tindalcan medis terrenru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a. berdasrrkan indikasi medit susu ibu Resusitasi bayi baru lahir dengan asfitsia Penangananhiporermi diambilnya tindakan rersebut; b. Pemberian minum dengan t. oleh tenaga kesehakn yang mempunyai keat'r-lian dan kewenangan untuk itt sonde/piper s. Pemberian yang mengharus-kan obar-obatan terbatas melalui lembaran ,perminraan , obat sesuai dengan formulir IV terlampir Pemberian surat kelahiran jawab profesi dan lcematian. ahii; Standar komperensi kebidanan yang berhubungan dengan anak dan imunisasi Undang"Undang Nomor 36 Th 2009 rel-rrang Kesehatan dan dilakukan dengan sesuai tanggung serra berdasarkan pertimbangan tim c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersang-kutan suami d. atau atau keluarganya; pada sarana kesehatan terrentu, ; Pasal 15 (l) dengan Pasal B0 ayar siapa Barang sengaja JURNAL TIIST'TIJI melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak ketentuan memenuhi Trout ular., M o j oker w); dala m JIPTI,rMM Onltnc. Samil RS, Etika Kedokteran penerapan masa kini; Serninar kotJtilc eriko'hgal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (7), da,n serrgfteta rwdik dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 0ima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus iuta rupiah). Andna.na Pakenlsl+, Etika Profesi, Hukum Kesehatan dan Perlindungan Hukum Tenaga Ma;kala.h P Kesehatan; - IDI anzkasan, M adxr a, Siswanto Pabidang Alrdul^lah Chdlil, Kercrbatassn Tenaga RePublik* 200+. Elsi Dwi Hapsari, Kontribusi Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan Buku KI#r; dalam Inooasi Online 2 OA 5. Andriana Kesehatan; Cabang Makalz,h IDI MengaLses Pelayanan Kese' Itatan; dalam & Cabons Pakendeh Etika Profesi, Hukum Kesehatan dan Perlindungan Hukum DAFTAR PUSTAI(A Online, Selasa, 15 Juni di Rumah Sakit. Jal<arta, 2OAO; dalam Siswanto Pabidang G . Pamel<asan, Madxra, ?0O5. Dr. Eman Suparman,S'H.'M.H. Makalah disamPaikan pada Pembinaan Anggota lkatan Bidan lndonesia Kewenangan Bidan Pondok (IBI) dalam rangka Sosialisasi Pencegah-an Infeksi pada Pelayanan Kebidanan, di Kecamatan Bangkalan Sepulu, LO Selasa, Madura, Bersalio Desa September 2005. VoI.Z/XVI/ Norrernber ?,004. Emi Dwi Hendarri, ImPlemen'usi (Polindrs) dalan Tindakan Medis (Strdi di Puskesmas Tawangsari, Kecamotan