7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnnya Berikut ini ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang mengungkapkan tentang pengaruh promosi dan produk terhadap perusahaan, antara lain. Nurhadi pernah meneliti tentang Pengaruh Promosi, Kualitas Produk, dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen pada Pt. Tiga Serangkai Internasional. Penelitianya dilaksanakan di SD, SMP sederajat kota Surakarta. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh promosi terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional, 2) pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional, 3) pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional, 4) pengaruh promosi, kualitas produk dan kualitas layanan secara bersama-sama terhadap kepuasan konsumen pada PT. Tiga Serangkai Internasional. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Hasil uji t menunjukkan variabel promosi, kualitas produk dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen PT. Tiga Serangkai Internasional. Hasil uji F menunjukkan terdapat pengaruh secara bersama-sama antara promosi, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen PT. Tiga Serangkai Internasional. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan 7 8 hasil sebesar 0,554 berarti proporsi variasi variabel promosi, kualitas produk dan kualitas pelayanan mempengaruhi variasi variabel kepuasan konsumen sebesar 55,4%, sedangkan sisanya 44,6% menggambarkan adanya variasi bebas lain yang tidak dijelaskan dalam model ini, misalnya kepercayaan dan keluahan konsumen. 6 Selain itu Irfansyah Alkautsar (Universitas Negeri Semarang) tahun 2011 menulis Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Periklanan, Promosi Penjualan, dan Penjualan Perseorangan Terhadap Kepuasan Konsumen Produk Perahu Sekoci Pt. Jatitengah Perdana Jakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh periklanan, promosi penjualan, dan penjualan perseorangan terhadap kepuasan konsumen produk perahu sekoci PT.Jatitengah Perdana Jakarta secara parsial dan simultan. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen produk perahu sekoci PT.Jatitengah Perdana Jakarta yang berjumlah 40 perusahaan. Kesimpulanya yaitu ada pengaruh periklanan, promosi penjualan, dan penjualan perseorangan secara parsial dan simultan terhadap kepuasan konsumen produk perahu sekoci PT. Jatitengah Perdana Jakarta.7 Kemudian Sigit Sujarwo Semarang mahasiswa UNS strata D2 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Britama Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Semarang Pandanaran. Penelitianya bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan yang diambil oleh Bank BRI 6 http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=7869 (Online 09 April 2012) http://lib.unnes.ac.id/2673/ (online 09 April 2012) 7 9 tentang produk tabungan Britama terhadap loyalitas pelanggan. Dan juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bank BRI terhadap para nasabah. Kemudian yang terakhir penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk tabungan Britama dan kualitas pelayanan yang diberikan terhadap loyalitas nasabah tabungan Britama Bank BRI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi nasabah tentang produk tabungan Britama yang di tawarkan oleh BRI adalah menarik yaitu sebanyak 55 responden, serta terdapat 31 responden yang menyatakan bahwa produk tabungan Britama yang ditawarkan oleh BRI adalah cukup menarik, dan terdapat 8 responden yang menyatakan bahwa produk tabungan Britama yang ditawarkan oleh BRI adalah sangat menarik. Kemudian persepsi nasabah tentang pelayanan yang diberikan oleh BRI adalah 45 responden berpendapat baik, 27 cukup baik, 20 berpendapat sangat baik. Dan berdasarkan hasil perhitungan regresi linier sederhana dan uji test, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara produk tabungan dan variabel pelayanan terhadap loyalitas dari para nasabah tabungan Britama. 8 Beberapa penelitian diatas mempunyai beberapa persamaan dengan penelitian ini, antara lain mengenai topik penelitian dimana instrumen yang di teliti berupa Marketing Mix yaitu promosi, produk. Akan tetapi ke dua penelitian tersebut berusaha untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Dalam penelitian kali ini penelitian yang di harapkan adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan 8 http://eprints.undip.ac.id/24767/1/Sigit_Sujarwo.pdf (Online 09 April 2012) 10 jumlah transaksi nasabah. Terdapat perbedaan yaitu mengenai subjek penelitian objek penelitian dan jumlah sampel. B. Landasan Teori 1. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah terdiri dari dua kata, yaitu “Bank” dan “Syariah”. Kata bank menurut kamus besar ekonomi adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran (sirkulasi) uang.9 Kemudian pendapat lain mengatakan Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berlebihan dana (surflus) dan pihak yang kekurangan dana (defisit). Sementara kata syariah dalam versi Bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. 10 Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “Bank Syariah”. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berlebihan dana (surflus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit) untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, Bank Syariah dapat disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan 9 Sigit & sujana, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: CV Pustaka Gravika 2007, h, 47. Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h 1. 10 11 dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maysir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).11 Bank Islam secara struktural fungsional tidak berbeda dari tujuan dan fungsi pokok Bank-bank konvensional. Namun, secara prinsip yuridis antara Bank syariah dengan Bank konvensional memiliki perbedaan yang mendasar, yakni; Bank Islam adalah Bank yang melakukan operasionalnya berlandaskan aturan-aturan hukum Islam yang sumber utamanya adalah Al-Qur’an dan Hadits, yang sangat melarang sekaligus mengharamkan transaksi riba. 12 Kesimpulannya bahwa Bank syariah adalah lembaga intermediasi yang dalam prinsip dan operasional serta kegiatan usahanya berlandaskan syariat Islam yakni Al-Qur’an dan Hadits. Yaitu dengan menggunakan sistem bagi hasil yang secara adil, dan menjauhi riba (bunga) sesuai dengan ayat Q.S Ali Imran: 130 yang berbunyi: 11 Ibid., h. 1. Muhammad, “Kekuatan Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Masyarakat”, Makalah disajikan dalam seminar Nasional Ekonomi Islam diselenggarakan LPM Equator Kalimantan Tengah, Februari 2011, h. 1, di Palangka Raya. 12 12 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu beruntung”.13 b. Sejarah berdirinya bank syari’ah di Indonesia Ide pendirian Bank Syari’ah di Indonesia sudah muncul sejak tahun 1970-an. Hal ini sempat sempat di bicarakan pada acara Seminar Nasional Hubungan Indonesia – Timur Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976 dalam Seminar Internasional yang di selenggarakan oleh lembaga studi ilmu-ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan bineka tunggal ika. Namun saat itu ide tersebut kurang popular mengingat saat itu belum ada landasan hukum untuk menjalankan bank syari’ah. Kemudian ide tersebut bergulir lagi pada tahun 1988 pada saat adanya Paket Kebijakan Oktober (Pakto) dimana pemerintah membuka liberalisasi industri perbankkan. Para ulama saat itu berusaha untuk mendirikan Bank yang bebas bunga. Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua, Bogor tanggal 19 – 22 Agustus 1990 menetapkan rekomendasi pembahasan bunga Bank dan perbankkan. Rekomendasi tersebut ditindaklanjuti dengan pertemuan di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22 – 25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat MUNAS IV MUI tersebut dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan kelompok kerja untuk mendirikan Bank Syari’ah di Indonesia. Sampai akhirnya, didirikanlah Bank Muamalat 13 Ali-Imran [3]: 130. 13 Indonesia (BMI) dengan ditandatanganinya akte pendirian PT. BMI pada tanggal 1 November 1991. Bank Muamalat Indonesia resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992.14 Dengan demikian, pertama kalinya Bank syariah berdiri di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia yakni pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. c. Dasar Hukum Bank Syari’ah Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia diantaranya adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, UndangUndang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama. Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh Ibu kota Provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa Bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka Unit Usaha Syariah (Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah dan 14 Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008, h. 50. 14 semacamnya). Pengakuan secara yuridis dimaksud, memberi peluang tumbuh dan berkembang secara luas kegiatan usaha perbankan syariah, termasuk memberi kesempatan kepada Bank umum (konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 15 d. Fungsi dan Peran Bank Syari’ah Fungsi dan peran Bank Syari’ah dijabarkan oleh AAOIFI ( Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) adalah sebagai berikut: 1) Manajer investasi, yaitu Bank Syari’ah dapat mengelola investasi dana nasabah. 2) Investor, yaitu Bank Syari’ah dapat menginvestasikan dana yang dimiliki maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syari’ah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. 4) Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syari’ah, Bank Syari’ah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainya.16 e. Ciri-ciri Bank Syari’ah 15 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah . . ., .h. 2. Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, h.52. 16 15 Adapun ciri-ciri Bank Syariah menurut Hosen dan Hasan Ali (PKES, 2008:8) dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: 1) Bank syariah menjadikan uang sebagai alat tukar, bukan komoditi yang diperdagangkan. 2) Bank syariah menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi riil bukan sistem bunga sebagai imbalan terhadap pemilik uang yang besarnya ditetapkan dimuka. 3) Resiko usaha akan dihadapi bersama antara nasabah dengan Bank syariah dan tidak mengenal selisih negatif (negative spread). 4) Pada Bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengawas kegiatan operasional Bank syariah agar tidak menyimpang dari nilai-nilai syariah. 17 Adapun perbedaan antara Bank Syariah dan konvensional secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 17 Buchari Alma, & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 8. 16 Tabel 1.1 PERBEDAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional Akad dan aspek legalitas Hukum Islam dan Hukum Positif Hukum Positif Lembaga penyelesaian sengketa Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Badan Arbitrase Nasioanal Indonesia (BANI) Investasi Berdasarkan syariah Umum Prinsip Operasional Bagi hasil, jual-beli, dan sewa. Bunga Tujuan Profit dan Falah Oriented Profit Oriented Hubungan Nasabah Mudharib dan Shahibul Maal Debitor dan Kreditor.18 f. Prinsip - Prinsip Operasional Bank Syariah Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank syariah menganut beberapa prinsip seperti prinsip keadilan, kesederajatan/kesetaraan dan 18 Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, h. 48. 17 prinsip ketentraman.19 Sementara itu, menurut Zainuddin Ali (2008), selain ketiga prinsip tersebut ia menambahkan tiga prinsip lagi yang harus dimiliki oleh Bank syariah sebagai salah satu bagian dari lembaga keuangan syariah, yakni prinsip kemitraan, transparansi dan prinsip universal,20 yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip keadilan, yakni keuntungan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan serta resiko masing-masing pihak ditetapkan atas kesepakatan bersama antara Bank dan nasabah. 2) Prinsip kesederajatan/kesetaraan, yakni nasabah penyimpan dana, pengguna dana dan Bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan keuntungan yang berimbang. 3) Prinsip ketentraman, yakni bahwa produk Bank syariah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah Islam (bebas riba dan menerapkan zakat harta).21 4) Prinsip kemitraan, yakni posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta Bank syariah, sejajar sebagi mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan. 5) Prinsip transparansi, yakni Bank syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya. 19 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syari’ah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 12 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah . . ., h. 58-59. 21 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah . . . . , h. 9. 20 18 6) Prinsip universal, yakni tidak membedakan suku, agama, ras dan golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.22 2. Produk a. Pengertian produk Produk adalah segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun fisik maupu non fisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk memenuhi keinginannya dan kebutuhannya. 23 Kata ‘produk’ sebenarnya lebih mangacu pada keseluruhan konsep atas objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Sedangkan istilah ‘barang’ dan ‘jasa’ adalah merupakan sub kategori yang digunakan untuk menggambarkan dua jenis produk. Istilah “barang” banyak digunakan untuk menyebut produk hasil manufaktur.24 Terlepas dari istilah tersebut, pada realitasnya konsumen bukanlah membeli barang atau jasa, melainkan manfaat yang spesifik dan nilai dari keseluruhan penawaran. Keseluruhan penawaran kepada konsumen ini disebut “the offe” yang maksudnya adalah manfaat yang dinikmati konsumen dari pembelian produk.25 Berbagai produk jasa yang ditawarkan oleh Bank antara lain: 22 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, . . . h.59. Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 67. 24 Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 84. 25 Ibid., 23 19 1) Simpanan Giro 2) Simpanan deposito 3) Sertifikat Bank 4) Berbagai macam tabungan 5) Fasilitas kredit, perumahan, mobil, investasi, modal kerja, dan lain sebagainya. 6) Transfer 7) Kliring- menagih giro bilyet/cek pada Bank di kota yang sama 8) Inkaso-membantu menagih giro bilyet/cek ke Bank di kota lain 9) Jual beli efek 10) Surat jaminan atau garansi Bank.26 b. Produk perbankan syariah Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana(deficit units). Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana dalam istilah syariah disebut “shohibul maal” dengan pengelola dana “mudharib”.27 26 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa, bandung: Alfabeta, 2011. h. 336 27 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilusttrasi, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h. 56. 20 Secara teoritik produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1) Produk Penyaluran Dana (financing); Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiyaan syariah terbagi ke dalam empat katagori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu:28 a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat di bedakan berdasarkan bentuk pembayaranya dan waktu penyerahan barang, yakni sebagai berikut: (1) Pembiayaan murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, 28 Adiwarman A.karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2007, h. 97. 21 kemudian dia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. 29 Transaksi jual beli murabahah adalah transaksi jual beli dimana Bank menyebutkan jumlah keuntunganya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).30 (2) Pembiayaan salam Salam adalah teransaksi jual beli diman barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan dilakukan secara tunai. tangguh Bank sementara bertindak pembayaran sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon (yaitu jual beli dalam pertanian padi dimana padi yang akan dijual belikan belum pasti, masih dalam tahap tanam dan belum masa panen), namun dalam transaksi Salam kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.31 (3) Pembiayaan istishna Menurut jumhur ulama fuqaha, istishna merupakan suatu jenis khusus dari salam. Biasanya, jenis ini digunakan 29 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilusttrasi, h. 62. Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 98. 31 Ibid., h. 99 30 22 dibidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan isthisna mengikuti ketentuan dan aturan akad salam.32 Produk istishna merupakan produk salam tapi dalam istishna pembayaranya dapat dilakukan oleh dalam bebrapa kali (temin) pembayaran. Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah di sepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad di tanda tangani, seluruh biaya tambahan tetap di tanggung nasabah.33 b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah) Al- ijarah berasal dari kata al- ajru yang berarti al – ‘iwadhu (ganti). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 34 Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila 32 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 65. Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2007, h. 100. 34 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 66. 33 23 pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.35 c) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah) (1) Pembiayaan Musyarakah Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Musyarakah adalah kejasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akam ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dan mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. 36 Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana 35 Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hal 101. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 67. 36 24 mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak bewujud. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading aset), kewiraswastaan kepandaian (skill), (enterpreneurshipi), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau (intangible asset) seperti hak paten atau (goodwill), kepercayaan/reputasi (creditwothiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. (2) Pembiayan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antra dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan (mudharib) sejumlah dengan modal suatu kepada perjanjian pengelola pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.37 Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesempatan yang dituangkan 37 Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 103. 25 dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Perbedaan yang esensial dari mudharabah dan musyarakah terletak pada besarnya kontribusi manajemen dan keuangan atau salah satu diantara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih. d) Pembiayaan dengan akad pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuks mencari keuntungan, tetapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. 2) Produk Penghimpunan Dana (funding) a) Prinsip wadi’ah Al- wadi’ah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. 26 Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (Bank) bertanggung jawab atas kebutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.38 Ketentuan umum dari produk ini adalah: (1) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung Bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka. (2) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, Bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card. 38 Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 107-108. 27 (3) Terhadap pembukaan rekening ini Bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar- benar terjadi. (4) Ketentuan- ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.39 b) Prinsip mudharabah Mengaplikasikan mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak sebagai shabibul maal (pemilik modal) dan Bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila Bank menggunakan untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka Bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.40 Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu: (1) Mudharabah Mutlaqah Mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi Bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah 39 Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 108. Ibid., Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 108. 40 28 tidak memberikan persyaratan apapun kepada Bank ke bisnis apa dana yang disimpanya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi Bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini kebisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan.41 (2) Mudharabah Muqayadah (a) Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet Jenis Mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi oleh Bank. (b) Mudharabah Muqayadah of Balance Sheet Jenis Mudharabah ini merupakan penyaluran dana Mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana Bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.42 c. Produk Jasa (service) Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara pihak yang kelebihan dana (surflus of fund) dan pihak yang kekurangan dana (deficit of fund), Bank Syariah 41 Ibid., h. 109. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 60 42 29 dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. 43 Adapun produk jasa perbankan syariah antara lain berupa: 1) Sharf (Jual beli Valute Asing) Sharf adalah perjanjian jual beli suatu Valute dengan valute lainya. Transaksi jual beli mata uang asing dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya. 2) Ijarah (sewa) Jenis kegiatan antara lain menyewakan kontan simpanan dan jasa tatalaksana administrasi dokumen. Bank dapat imbalan sewa dari jasa-jasa tersebut.44 3. Promosi a. Pengertian dan peran promosi Dalam kamus besar ekonomi Promotion (promosi) dinyatakan sebagai berikut: “Kegiatan komunikasi dalam usaha meningkatkan volume penjualan dengan cara mengikuti pameran, memasang periklanan, melakukan demonstrasi, dan usaha lain yang bersifat persuasive.”45 43 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Alfabeta, 2010. h. 58-59. 44 Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 112. 45 Sigit & sujana, Kamus Besar Ekonomi, Bandung: CV Pustaka Gravika 2007, h. 361 30 Menurut Fajar Laksana promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehimgga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.46 Promosi merupakan salah satu variable dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhanya.47 b. Bauran promosi Aspek promosi ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan waktunya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain: 1) Periklanan (Advertising) Aktivitas promosi memberikan pengaruh yang penting tehadap keberhasilan penjualan perusahaan. Iklan merupakan salah satu alat yang umum digunakan oleh perusahaan untuk 46 Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 133. 47 Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat, 2006, h. 120. 31 mengarahkan komunikasi persuasife pada pembeli. Menurut Kotler (2001:578):48 Periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentuyang memerlukan pembayaran. Periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (impersonal communication) yang di gunakan oleh perusahaan barang atau jasa. Peran periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan membujuk calon konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung positioning jasa.49 Terdapat beberapa tujuan periklanan, diantaranya adalah:50 a) Iklan yang bersifat memberikan informasi Yaitu iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk jasa dalam tahap rintisan (perkenalan) guna menciptakan permintaan atas produk tersebut. Contoh, sebuah Bank Syariah yang baru berdiri menjelaskan melalui iklan advertorial apa, bagaimana sistem operasinya, dan produk jasa yang ditawarkan oleh Bank Syariah tersebut. b) Iklan membujuk 48 Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 140. Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 120. 50 Ibid., 49 32 Iklan menjadi penting dalam situasi persaingan dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu. Contoh, perusahaan asuransi takaful mengiklankan kelebihan-kelbihan produknya dibanding asuransi konvensional, dimana ada unsur saling bantumembantu diantara peserta dan unsure lainya. c) Iklan pengingat Iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan suatu produk untuk manjaga konsumen agar selalu ingat akan produk tersebut. Contoh, perusahaan penerbanagan Garuda mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa kini Garuda lebih baik meski diusianya yang sudah mapan. d) Iklan pemantapan Iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli mereka telah mengambil pilihan yang tepat. Contoh, bimbingan belajar (BIMBEL) “ Nurul Fikri” mempublikasikan bahwa 80% siswanya diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka. Hal ini makin memantapkan pilihan siswa SMA untuk memilih BIMBEL tersebut. Penjelasan diatas ada beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk melakukan pengiklanan diantaranya lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk 33 poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. 2) Penjualan Pribadi (Personal selling) Personal selling Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling.51 Penjualan perseorangan mempunyai peranan yang penting dalam pemasaran jasa, karena: a) Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting. b) Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan oleh mesin. c) Orang merupakan bagian dari produk jasa. 3) Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya. Point of sales promotion terdiri atas brosur, lembar informasi, dan lain-lain.52 51 Ibid h. 121. Ibid 52 34 Menurut pendapat lain di jelaskan bahwa, promosi penjualan adalah kegiatan penjualan yang bersifat jangka pendek dan tidak dilakukan secara berulang serta tidak rutin, yang ditujukan untuk mendorong lebih kuat mempercepat respon pasar yang di targetkan sebagai alat promosi lainya dengan menggunakan bentuk yang berbeda. 53 Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkanya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen. 4) Publisitas (Pubilicity) Meripakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ". 53 Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h 147. 35 c. Langkah-langkah melakukan promosi dan komunikasi yang tepat.54 1) Mengidentifikasi Audiens Target Dalam tahapan ini kita menetukan siapa audiens target kita. Audiens target bisa merupakan merupakan individu, kelompok masyarakat khusus atau umum. Bila perusahaan telah melakukan segmentasi dan penargetan, maka segmen itulah yang menjadi audiens target. Salah satu hal penting harus diketahui oleh komunikator ialah bagaimana citra objek menurut pandangan halayak tersebut pada saat ini. Citra : adalah serangkaian anggapan, ide- ide dan kesan seseorang terhadap suatu objek. 2) Menentukan Tujuan Komunikasi Setelah mengetahui audiens target dan ciri- cirinya, maka kemudian dapat menentukan tanggapan apa yang dikehendaki. Perusahaan harus menentukan tujuan komunikasinya, apakah untuk menciptakan kesadaran, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan, atau pembelian. 3) Merancang Pesan Kemudian perusahaan harus menyusun pesan yang efektif. Idealnya suatu pesan harus mampu memberikan perhatian (Attention – A), menarik (Interest – I), membangkitkan 54 Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 123-124. 36 keinginan(desire – D) dan menghasilkan tindakan (action –A), yang semuanya dikenal sebagai metode AIDA. Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan empat masalah, yaitu : How, What, When dan Who. 4) Menyeleksi Saluran Komunikasi Perusahaan harus menyeleksi saliran – saluran komunikasi yang efisien untuk membawakan pesan. Saluran komunikasi itu bisa berupa komunikasi personal ataupun nonpersonal. 5) Menetapkan Jumlah Anggaran Ekonomi Menetapkan anggaran sangatlah penting karena untuk menetukan menggunakan media apa, juga tergantung pada anggaran yang tersedia. Ataukah perusahaan yang berorientasi pada pencapaian sasaran promosi yang akan dicapai sehingga sebesar itulah anggaran yang akan berusaha disediakan. 6) Menentukan Bauran Promosi Langkah berikutnya setelah menetapkan anggaran promosi adalah menentukan alat promosi apa yang akan digunakan, apakah melalui periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan, atau hubungan masyarakat dan lain- lain (atau bauran dari berbagai perangkat tersebut). 37 7) Mengukur Hasil- hasil Promosi Setelah melaksanakan rencana promosi, perusahaan harus mengukur dampaknya pada audiens target, apakah mereka mengenal atau mengingat pesan- pesan yang diberikan. Berapa kali melihat pesan tersebut, apa saja yang masih diingat bagaimana sikap mereka terhadap produk atau jasa tersebut, dan sebagainya. 8) Mengelola dan Mengoordinasi Proses Komunikasi Sebab jangkauan komunikasi yang luas dari alat dan pesan komunikasi yang tersedia untuk mencapai audiens target, maka alat dan pesan komunikasi perlu dikoordinasikan. Karena jika tidak, pesan- pesan itu akan menjadi lesu pada saat produk tersedia, pesan kurang konsisten atau tidak efektif lagi. Untuk itu, perusahaan-perusahaan mengarah pada penerapan konsep pemasaran yang komunikasi pemasaran yang terkoordinasi. Konsep ini menghendaki agar: a) Memilih direktur komunikasi bertanggungjawab penuh atas usaha- usaha komunikasi persuasif. b) Menyusun filosofi mengenai peran dan besarnya alat- alat promosi yang digunakan. 38 c) Menelusuri semua pengeluaran promosi dengan produk, alat promosi, daur hidup produk dan hasil penelitian sebagai dasar memperbaiki penggunaan alat- alat promosi. d) Mengkoordinasikan kegiatan promosi dan waktunya pada saat kampanye. 55 Istilah pemasaran dalam ilmu ekonomi syariah disebut dengan Syariah Marketing yaitu sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholder-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip Muamalah (bisnis) dalam islam.56 Definisi tersebut didasarkan pada salah satu ketentuan dalam bisnis islami yang tertuang dalam Hadits Nabi mengatakan: َ اﷲِﻤ َﺻﺎ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻋَ ﻠَﻴ ْ ﻪِ و َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ ُ اﷲ ُﻮ ْﻋَلَﻨـْ ﻬ ُ َﺿِنﱠﻲ رَ َﺳ َأَﻧَﺲٍ و َ ﻋَ ﺎﺷ ِ ﺸَ ﺔَ ر ا ْ ﻗَﺎلَْﺼ ًﻓَﻤﺎ َ ﺮﱠ ِِﻢ ﻠُﺢَ َﺮ َج َ ﺷِ ﻴ َﺼ َﻓَﺨ ْ َﻗَﺎل ﻣ َ ﺮﱠ ﺑِﻘَﻮ ْ م ٍ ﻳـ ُ ﻠَﻘﱡﻮﻓ ْـَﻘَنَﺎلَﱂَْﻟَﻮﺗ ْـَﻔْ ﻌ َ ﻟﻠُﻮ : ْ ﻠَﻢ ُدُ ﻧـْﻴ َ ﺎﻛُﻢ َِﻋْْ ﺮ ﺑِأﺄَﻣ:ْ َﻗَﺎل َﻛَﺬَاـْﺘُﻢ ْﺖ َْ ا ﻛَﺬَا و أَﻧ ـَﻘَﺎﻟُﻮ ﻨَﺤ ْ ﻠِ ﻜ؟ُﻢﻓْ ﻗـُ ﻠ َﺎﻟِ ﺎل َﻣ َﻓـَﻘ ٌ أَﺧ ْ ﺮ َ ﺟ َ ﻪ ُ ﻣ ُ ﺴ ْ ﻠِﻢ Artinya: “ Dari Anas dan Aisyah ra sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Kuberikan kau suatu nasehat dan sahabatpun berkata: Tidakkah engkau melakukan kebaikan. Beliau berkata: Keluarkanlah biji kurma itu, saya berkata maka datanglah kedua kalinya. Tidakkah engkau anjurkan hal tersebut dan saya berkata: Ini dan itu, beliau berkata: Kamu lebih mengetahui urusan duniamu” (HR. Muslim) Dari Hadist diatas kaidah fiqih merumuskan: 55 Fajar laksana, Manajemen Pemasaran “Pendekatan Praktis”, h. 140. Buchari Alma, & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 258. 56 39 ِﻘُﻮدَْ مﻟِ َﻴ ْ ﻞ ُ ﻋَ اﻟْﺒﻠَﻰُ ﻄْﻼَنِ اَو اﻟﺼﱢﺤﱠﺔِ ﻳـﺣ َ ﱴﱠ ِ ﺻ ْ ﻞ ُ ﰱ ِ اﻟْﻌ ُ ﻘُﻮ ْ دِ و َ اﻟْﻤ ُ ﻌ َ ﺎﻣ َ ﻼَت ِ ْ اﻟﺘﱠﺤ ْ ﺮِﱘ Artinya: “Pokok hukum segala macam aqad dan muamalah ialah sah, sampai ada dalil tertentu yang datang membatalkan atau mengharamkanya.”.57 Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar sebagai berikut:58 a. Teistis (rabbaniyyah) Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religius (diniyyah). Kondisi ini tercipta tidak karena keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Dalam hal ini Al-Qur’an surah Al- Zalzalah ayat 7-8 yang berbunya: Artinya: 57 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”. Imam Musbikin, Qawaid Al-fiqhiyyah, Jakarta;PT. Raja Grafindo Persada, 2001, h.20. Hermawan Kartajaya, & Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006, h. 28. 58 40 Seorang syariah marketer akan segera mematuhi hukumhukum syariah , dalam segala aktifitasnya sebagai seorang pemasar. Mulai dari melakukan strategi pemasaran, memilah-milah pasar (segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi fokusnya (targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang harus senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya (positioning). Kemudian, ketika ia harus menyusun taktik pemasaran, apa yang menjadi keunikan dari perusahaanya dibanding perusahaan lain (diferensiasi), begitu juga dengan marketing mix-nya, dalam mendesain produk, menetapkan harga, penempatan, dan dalam melakukan promosi, senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius. b. Etis (akhlakiyyah) Sifat etis ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat teistis diatas. Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apapun agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama. Rasulullah SAW bersabda kepada umatnya, “Sesungguhnya aku diutus dimuka menyempurnakan akhlak yang mulia”. bumi untuk Karena itu, sudah sepatutnya ini bisa menjadi panduan bagi syariah marketer untuk selalu memelihara moral dan etika dalam setiap tutur kata, prilaku, dan keputusan-keputusanya. c. Realistis (al- waqi’iyyah) 41 Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti modernitas, dan baku. Syariah marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenekanya. Mereka bekerja dengan profesional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas pemasaranya. Ia tidak kaku, tidak eksklusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam bersikap dan bergaul. Fleksibelitas atau kelonggaran (al-‘afw) sengaja diberikan oleh Allah SWT agar penerapan syariah senantiasa realistis (alwaqi’iyyah) dan dapat mengikuti perkembangan zaman. d. Humanistis (insaniyyah). Keistimeweaan syariah marketing yang lain adalah sifatnya, yang humanitis universal. Pengertian humanitis (insaniyah) adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terpelihara dan terjaga, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan memiliki, nilai humanistis ia menjadi manusia yang terkontrol, dan seimbang (tawazun), bukan manusia yang serakah yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan 42 menjadi manusia yang bisa bahagia di atas penderitaan orang lain atau manusia yang hatinya kering dengan kepedulian social. 59 4. Peningkatan Jumlah Transaksi Nasabah Traksaksi adalah situasi atau kejadian yang melibatkan unsur lingkungan dan mempengaruhi posisi keuangan. Setiap transaksi harus dibuatkan keterangan tertulis seperti faktur atau nota penjualan atau kwitansi dan disebut dengan Bukti Transaksi. Dalam akuntansi suatu transaksi diukur dengan satuan mata uang. Oleh sebab itu transaksitransaksi yang bernilai uang saja yang dicatat dalam akuntansi. Jadi yang dimaksud transaksi dalam akuntansi dalam arti yang spesifik yaitu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan. Karena hal tersebut yang disebut dokumen transaksi dalam akuntansi adalah dokumen transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan. Ini adalah satu perbedaan sistem informasi akuntansi dengan sistem informasi manajemen, dimana transaksi dalam sistem informasi manajemen adalah semua kejadian yang melibatkan unsur lingkungan baik yang berpengaruh maupun tidak berpengaruh terhadap posisi keuangan.60 Ada beberapa bentuk transaksi pada perbankkan, diantaranya: 1. Front Liner/Officer : petugas Bank yang langsung berhubungan dengan Nasabah yang membutuhkan pelayanan perbankan, antara lain teller dan customer service. 59 Ibid., h. 38. 60 http// pengertiantransaksi/blogspot.com.online Minggu, 01 Juli 2012 43 2. Electronic Banking : meliputi antara lain jasa ATM, jasa transaksi on line, phone Banking dan cash management. 3. Credit : penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau imbalan/bagi hasil. 4. Internet Banking : layanan yang diberikan kepada Nasabahnya untuk melakukan transaksi perbankan melalui komputer dalam jaringan internet.61 C. Kerangka Pemikiran Produk Peningkatan Jumlah Transakasi Promosi Gambar 1.1 Kerangka pemikiran Keterangan: 61 X1 : Promosi (variable independen) X2 : Produk (variable independen) Lampiran III Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia No. 11/ 31 / DPNP tanggal 30 November 2009 44 Y : Peningkatan Jumlah Transaksi (variable dependen) D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh signifikan antara Promosi terhadap peningkatan jumlah transaksi pada Bank Syariah Mandiri. 2. Ada pengaruh signifikan antara Produk terhadap peningkatan jumlah transaksi pada Bank Syariah Mandiri.