Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Sumber Acuan Penelitian tentang Sistem Informasi Geografi telah banyak dilakukan, di antaranya adalah ”Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Fasilitas Umum Pada Tata Ruang Kota” (Pujiyono, 2005). Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat diakses oleh masyarakat umum melainkan hanya ditujukan kepada instansi tertentu saja. Sementara itu pada Jurnal yang berjudul Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas Epitermal Flores (Prima Muharam Hilman, 2008) menekankan pada pemetaan digital wilayah pulau Flores yang berpotensi mempunyai kandungan emas sehingga pada kawasan tersebut tidak dilakukan pembangunan lainnya pada lawasan tersebut. Sementara dalam jurnalnya yang berjudul ”Sistem Informasi Geografi Pemetaan Fasilitas Kesehatan Di Kota Magelang” (Rifky Satya Wicaksono, 2006) merancang sebuah sistem informasi mengenai pemetaan fasilitas kesehatan yang ditampilkan dalam bentuk peta yang diterapkan di kota Magelang. Sistem ini dibangun dengan tujuan untuk menyediakan informasi dan gambaran visual mengenai fasilitas kesehatan khususnya di Kota Magelang yaitu informasi yang dapat diakses oleh 6 7 masyarakat umum secara cepat dan tepat serta akurat belum memadai, hal ini disebabkan belum adanya sistem informasi data yang cepat dan up to date. Disamping itu berbagai data informasi tentang fasilitas kesehatan yang ada di Kota Magelang belum terinventarisasi dalam sebuah sistem informasi yang berbasis spasial, data-data pemetaan fasilitas kesehatan tersebut masih berbentuk manual dan belum terkomputerisasi. Data-data yang ada hanya disajikan dalam bentuk tabel, hal ini susah untuk diinterpretasikan dan memakan waktu cukup lama untuk meng update atau melakukan perubahan data. Bentuk ini juga membuat masyarakat umum tidak dapat mengetahui lokasi fasilitas kesehatan yang ada secara menyeluruh dengan mudah. Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka dalam penelitian kali ini mengacu pada pada penelitian Rifky Satya Wicaksono, namun lebih menekankan pada pemanfaatan SIG untuk informasi lokasi pelayanan umum berbasis WebGIS. 2.2 Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada di propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada masa lalu, kabupaten ini berada di bawah Keresidenan Timor. Secara administratif Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 22 kecamatan yang beribukota di Waingapu. 8 Kabupaten Sumba Timur mempunyai luas wilayah 7000,5 km² yang didiami oleh sekitar 220.559 jiwa yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Sebagai sebuah kabupaten, Sumba Timur mempunyai batas-batas wilayah teritorial, dimana bagian utara berbatasan dengan Selat Sumba, bagian selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah, dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Sabu. Secara umum kondisi topografi Sumba Timur terdiri atas daerah datar (di daerah pesisir), landai sampai bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit (pegunungan). Daerah dengan ketinggian di atas 1000 m hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang menguasai wilayah bagian tengah dengan empat puncak: Mawunu, Kombapari, Watupatawang, dan Wanggameti. Dataran rendah terdapat di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung Undu (pesisir paling barat). Kabupaten ini beriklim tropis dengan musim hujan yang relatif pendek dan musim kemarau yang panjang (delapan bulan). Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius. Musim hujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai Maret untuk daerah pesisir dan November sampai April di daerah pedalaman. Jumlah curah hujan dalam setahun 1.860 milimeter, sehingga daerah ini termasuk daerah beriklim kering. 9 2.3 Konsep Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan bersamaan dengan seperangkat operasi kerja Barus dan Wiradisastra (2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis dijital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat 10 tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses dijitasi. Sumber data dijital dapat berupa citra satelit atau foto udara dijital serta foto udara yang terdijitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdijitasi (Nurshanti, 1995). Pengertian GIS / SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough (1986) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam empat komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner, Central Processing Unit (CPU), hardisk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Kamap, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara 11 keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis. Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan Indrawati (2002). Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi Dulbahri (1993). Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan 12 sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titiktitik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya. Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) Barus dan Wiradisastra (2000). Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: 1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut Anon (2003) basisdata 13 adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna. 2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas). 3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi. 4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (seperti file elektronik). 14 Barus dan Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain untuk menerima data spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini adalah data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah besar. Barus dan Wiradisastra (2000) mengatakan bahwa SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan pengindraan jauh dalam menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh tersebut tergantung pada cara penanganan dan pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang berguna. 2.4 Peta Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang 15 berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Pada awal abad ke 2 (87M-150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer. Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/ wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Berdasarkan penggunaannya peta dapat dibagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Berdasarkan skala peta dapat dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000 dan Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. 16 Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi, menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya, dan menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbalbalik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi. Adapun persyaratan-persyaratan geometrik yang harus dipenuhi oleh suatu peta sehingga menjadi peta yang ideal adalah: 1. Jarak antara titik-titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak aslinya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala tertentu). 2. Luas suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya (juga dengan mempertimbangkan skalanya). 3. Sudut atau arah suatu garis yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan arah yang sebenarnya (seperti di permukaan bumi). 4. Bentuk suatu unsur yang direpresentasikan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya (juga dengan mempertimbangkan faktor skalanya). 17 Pada kenyataannya di lapangan merupakan hal yang tidak mungkin menggambarkan sebuah peta yang dapat memenuhi semua kriteria di atas, karena permukaan bumi itu sebenarnya melengkung. Sehingga pada saat melakukan proyeksi dari bentuk permukaan bumi yang melengkung tersebut ke dalam bidang datar (kertas) akan terjadi distorsi. Oleh karena itu maka akan ada kriteria yang tidak terpenuhi, prioritas kriteria dalam melakukan proyeksi peta tergantung dari penggunaan peta tersebut di lapangan misalnya untuk peta yang digunakan untuk perencanaan Jaringan Telekomunikasi maka yang akan jadi prioritas peta ideal adalah kriteria 1, sedangkan peta denah kampus yang akan di digitasi tentunya kriteria 4 yang akan di utamakan. 2.5 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pada sebuah aplikasi SIG terdapat beberapa fasilitas yang merupakan standar untuk melengkapi peta yang tampil di layar monitor (Prasetyo, 2003) antara lain : 1. Legenda. Legenda (legend) adalah keterangan tentang obyek-obyek yang ada di peta, seperti garis hijau menunjukkan jalan, simbol pesawat adalah bandar udara, dan sebagianya. 2. Zoom in / out. Peta di layar dapat diperbesar dengan zoom in dan diperkecil dengan zoom out. 3. Pan. Dengan fasilitas pan peta dapat digeser untuk melihat daerah yang dikehendaki. 18 4. Searching. Fasilitas ini digunakan untuk mencari dimana letak suatu feature. Bisa dilakukan dengan memasukkan nama atau keterangan dari feature tersebut. 5. Informasi. Setiap feature dilengkapi dengan informasi yang dapat dilihat jika feature tersebut dipilih. 6. Link. Selain informasi dari database, SIG memungkinkan pula meghubungkan data feature pada peta dengan data dalam bentuk lain seperti gambar, video, ataupun web 2.6 Komponen Sistem Informasi Geografi Ada beragam definisi dari para pakar mengenai SIG tersebut, intinya SIG adalah sebuah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan (display) data yang terkait dengan permukaan bumi. Sistem tersebut untuk dapat beroperasi membutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) juga manusia yang mengoperasikannya (brainware). Secara rinci SIG tersebut dapat beroperasi membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut (Harmon & Anderson, 2003) : - Orang yaitu individu yang menjalankan sistem. - Aplikasi merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data. - Data yaitu informasi yang dibutuhkan dan diolah dalam aplikasi. - Software yaitu perangkat lunak SIG. 19 - Hardware yaitu perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem. Komponen SIG ditunjukkan seperti pada gambar 2.1 dibawah ini. orang aplikasi data GIS software hardware Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi Geografi (Harmon & Anderson, 2003) a) Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG ini ada beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder. b) Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query,overlay,buff er, join table dan sebagainya. c) Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari 20 interpretasi data- data tersebut. Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basisdata yang lazim disebut sebagai basisdata spasial (spatial database). d) Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus dan memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Ada pun merk perangkat lunak ini cukup beragam, misalnya Arc/Info, ArcView, ArcGIS, Map Info, TNT Mips (MacOS, Windows, Unix, Linux tersedia), GRASS, bahkan ada Knoppix GIS dan masih banyak lagi. e) Perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat keras ini juga termasuk scanner, digitizer, GPS, printer dan plotter. Komponen kunci dalam Sistem Informasi Geografi adalah sistem komputer, data geospatial (data atribut) dan pengguna yang dapat digambarkan pada gambar 2.2 Gambar 2.2 Komponen Kunci Sistem Informasi Geografi 21 Dimana sistem komputer mencakup hardware dan software untuk pemasukan, penyimpanan, pengolahan, analiasis data. Data Geospatial berupa peta, foto udara, citra satelit, data statistik, dan lain-lain. Sistem Informasi Geografi terdiri perangkat lunak penyusunan dari perangkat (software) pemasukan data, dan keras (hardware), prosedur pengolahan, untuk analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial. Gambar 2.3 Komponen Hardware dalam SIG Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial dibedakan menjadi dua yaitu : data grafis/geometris yang mempunyai tiga elemen utama yaitu : titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon) dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah serta yang kedua adalah data atribut/data tematik yang berguna untuk memilih informasi yang diperlukan, 22 membuat standar, update data yang efisien, analisa output untuk hasil yang diinginkan serta merencanakan aplikasi. 2.7 Sub Sistem Utama Sistem Informasi Geografi SIG terdiri dari empat subsistem utama (Mufidah, 2006) : 1. Sub-sistem Masukan, Merupakan perangkat untuk menyediakan data sampai siap dimanfaatkan oleh pengguna yang berupa peralatan pemetaan terestris, fotogrametri, digitasi, scanner. Pada umumnya output dari perangkat tersebut berupa peta, citra dan tayangan gambar lainnya. 2. Sub-sistem Database, Merupakan digitasi peta dasar pada berbagai wilayah/daerah cakupan dengan berbagai skala telah dan terus dilakukan dalam rangka membangun sistem database spasial yang mudah diperbaharui dan digunakan dengan data literal sebagai komponen utamanya. 3. Sub-sistem Pengolahan Data, pengolahan data baik yang berupa vektor maupun raster dapat dilakukan dengan berbagai software seperti AUTOCAD, ARC/INFO, ERDAS, MAPINFO, ILWIS. Untuk metode vektor biasanya disebut digitasi sedangkan raster dikenal dengan metode overlay. Salah satu karakteristik software SIG adalah adanya sistem layer (pelapisan) dalam menggabungkan beberapa unsur informasi (penduduk, tempat tinggal, jalan, persil tanah). Seperti: Layer, Coverage (ArcInfo produk 23 ESRI), Theme (ArcView produk ESRI), Layer (AutoCAD Map produk Autodesk), Table (MapInfo produk MapInfo Corp.), dan lain -lainya. Gambar 2.4 Layer-layer dalam aplikasi GIS (Mufidah, 2006) Pada gambar 2.4 diatas menunjukkan 4 layer yang terdiri atas grid, layer jalan, tempat tinggal, dan sungai. Peta akan terlihat berdasarkan layer yang tersusun dimana layer yang paling atas adalah layer yang tampak diatas. 4. Sub-sistem Penyajian Informasi, Dilakukan dengan berbagai media agar mudah dimanfaatkan oleh pengguna. 2.8 Sistem Informasi Berbasis WebGIS WebGIS yaitu Sistem Informasi Geografis berbasis web, yaitu suatu aplikasi yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser apakah aplikasi tersebut dalam jaringan komputer global yaitu internet ataupun dalam suatu jaringan komputer berbasis Local Area Network (LAN) atau dalam suatu Personal Komputer (PC) namun memiliki dan terkonfigurasi dalam setting jaringan dalam web servernya. (Susilo, 2000). Sedang 24 menurut Prahasta (2007), WebGIS adalah aplikasi SIG atau pemetaan dijital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan,mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta dijital serta menjalankan fungsi–fungsi analisis dan query yang terkait dengan SIG melalui jaringan internet. Sementara menurut Setiawan dan Rabbasa (1998), penggunaan data spasial dirasakan semakin diperlukan untuk berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta manajemen sumber daya alam. Pengguna data spasial merasakan minimnya informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan. Penyebaran (diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan menggunakan media yang telah ada yang meliputi media cetak, cd-rom, dan media penyimpanan lainnya dirasakan kurang mencukupi kebutuhan pengguna. Pengguna diharuskan datang dan melihat langsung data tersebut pada tempatnya (data provider). Hal ini mengurangi mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai data tersebut, karena itu dirasakan perlu adanya WebGIS. 2.9 Pengertian Pelayanan Umum Pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang 25 publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan umum dapat diartikan sebagai pemberian layanan kepada orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sebagaimana pemerintahan telah pada dikemukakan hakekatnya terdahulu bahwa adalah pelayan masyarakat. Bukan hanya untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang baik dan professional agar kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana. 2.10 Perbedaan Dengan Sistem Sebelumnya Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rifky Satya dalam jurnalnya yang berjudul ”Sistem Informasi Geografi Pemetaan Fasilitas Kesehatan Di Kota Magelang” (Rifky Satya Wicaksono, 2006) data-data yang ada hanya disajikan dalam bentuk tabel, hal ini susah 26 untuk diinterpretasikan dan memakan waktu cukup lama untuk melakukan perubahan data. Bentuk ini juga membuat masyarakat umum tidak dapat mengetahui lokasi fasilitas kesehatan yang ada secara menyeluruh dengan mudah. Pada penelitian tentang sistem informasi pelayanan umum berbasis webGIS di Kabupaten Sumba Timur data-data yang ada tidak hanya disajikan dalam bentuk tabel tetapi juga dalam bentuk spasial.