konseptualisasi omnibus law dalam menyelesaikan

advertisement
KONSEPTUALISASI OMNIBUS LAW DALAM MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN REGULASI PERTANAHAN
Firman Freaddy Busroh
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda (STIHPADA) Palembang
Jl. Kol. H. Animan Achyad Kota Palembang
Email: [email protected]
Abstract
One of the factorsthat hampers theimprovement of the investment climatein Indonesia is due to
regulatory issues. Regulatory issues related to several industries including the land sector. Based
on data from the Ministry of Agricultural and Spatial Planning / National Land Agency of Republic
of Indonesia there are about 632 regulations related to land whereas 208 are no longer valid
leaving only 424 regulations applicable. Regulation of some 424 hadimplementationproblems
and conflicts between agencies.The primary key of law enforcement begins with the quality
of theregulation. Due to regulation which has many shortcomings that need to be addressed
to improve the investment climate in Indonesia. To overcpme these problems the Minister
of Agrarian and Spatial Planning / National Land Agency of the Republic of Indonesia, Mr.
Sofyan Jalil threw the idea of omnibus law to resolve regulations problems that influence
the growth of investment in Indonesia. Sofyan jalil said that the government is discussing the
legislation remedial solutions through the Omnibus Law. Omnibus Law’s existence has been
known in legal theories from common law countries. However, the existence of omnibus law
is still lessknownamong the academic community of the faculty of law in Indonesia. For that
purpose than this article to understand the omnibus law and its use to resolve the regulatory
issues in Indonesia.
Key words: omnibus law, legislation, harmonization, regulatory reform
Abstrak
Salah satu faktor yang menghambat peningkatan iklim investasi di Indonesia disebabkan
karena permasalahan regulasi. Permasalahan regulasi terkait dengan beberapa bidang industri
diantaranya adalah bidang pertanahan. Berdasarkan data yang dirilis dari Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ada sekitar 632 regulasi
yang terkait bidang pertanahan dimana 208 peraturan sudah tidak berlaku lagi sehingga yang
berlaku 424 regulasi. Regulasi sebanyak 424 beberapa memiliki permasalahan penerapannya
dan benturan antar instansi. Padahal kunci utama penegak hukum dimulai dari kualitas mutu
regulasi yang berlaku. Akibat regulasi yang memiliki banyak kekurangan maka perlu untuk
dibenahi karena menjadi faktor penghambat peningkatan iklim investasi di Indonesia. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Bapak Sofyan Jalil melontarkan gagasan konsep
Omnibus Lawuntuk menyelesaikan pemasalahan regulasi yang menghambat pertumbuhan
investasi di Indonesia. Sofyan jalil mengatakan bahwa pemerintah tengah menggodok solusi
perbaikan undang-undang melalui Omnibus Law. Keberadaan Omnibus Law sudah dikenal
dalam teori-teori hukum. Teori Omnibus Law berasal dari negara yang menganut sistem hukum
common law. Akan tetapi keberadaan Omnibus Lawmasih kurang diketahui dikalangan civitas
akademika fakultas hukum di Indonesia. Untuk itu tujuan daripada tulisan ini untuk memahami
Omnibus Lawdan penggunaannya untuk membenahi permasalahan regulasi di Indonesia.
Kata kunci: omnibus law, peraturan perundang-undangan, harmonisasi, reformasi regulasi
227
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01002.4
228
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
Latar Belakang
keperdataan maupun perbuatan pidana.Hal ini
Salah satu faktor penyebab terjadinya
mengakibatkan pejabat pengambil kebijakan
konflik pertanahan di Indonesia antara lain
menjadi ragu bahkan takut untuk mengambil
disebabkan adanya permasalahan regulasi
kebijakan karena dapat berdampak hukum
dibidang pertanahan. Beberapa peraturan
baginya.
perundang-undangan yang terkait bidang
Kebijakan hukum pertanahan di Indonesia
pertanahan sering kali berbenturan satu sama
sudah lama diatur dalam berbagai peraturan
lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Ruslan
perundang-undangan
Burhani yang dikutip dari laman Antaranews.
Belanda
com Kepala BPN RI Hendarman Supandji
Produk hukum dari Negara Belanda tersebut
yang sebelumnya pernah mengemukakan
antara lain Agrarische Wet, Agrariche Besluit,
permasalahan regulasi di bidang pertanahan
Burgerlijk
dan BPN akan bekerja sama dengan lembaga
Regering Reglement, Indische Staatsregeling.
perguruan tinggi, para praktisi dan lembaga-
Peraturan-peraturan tersebut sangat merugikan
lembaga terkait baik dari pemerintah maupun
bangsa Indonesia dan menguntungkan bangsa
lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk
penjajah.
berdasarkan
Wetboek,
yang
asas
berasal
dari
konkordansi.
Koninklijk
Besluit,
dapat memberikan masukan guna harmonisasi
Salah satu hak atas tanah yang diatur pada
dan sinkronisasi terhadap peraturan di bidang
masa penjajahan Belanda antara lain hak
agraria yang berjumlah 632 peraturan. Setelah
eigendom yaitu hak milik yang mutlak pada
dilakukan penelaahan hampir sebanyak 208
umumnya diberikan kepada kaum penjajah
peraturan sudah tidak berlaku lagi, sehingga
serta diberikan kepastian hukum dengan
jumlah peraturan pertanahan yang masih
didaftarkan kedalam register buku tanah.
berlaku di Indonesia sekitar 424 peraturan.
Sedangkan masyarakat pribumi asli Indonesia
Peraturan
dimaksud
tidak memiliki bukti kepemilikan hak tanah
terdiri dari berbagai tingkatan tata urutan
karena masih menganut paham hukum adat
peraturan perundang-undangan dari tingkat
sehingga apabila ada bukti kepemilikan adat
Undang-undang sampai dengan surat edaran
berupa girik, ketitir, pipir dan sejenisnya. Alas
yang dikeluarkan oleh kementerian1.
hak tersebut masih sering dipergunakan pada
perundang-undangan
Akibat permasalahan regulasi tersebut
mengakibatkan pejabat pengambil kebijakan
saat proses pendaftaran tanah.
Setelah
kemerdekaan
Indonesia,
yang tidak memahami struktur peraturan
pemerintah pada saat itu menyusun peraturan
perundang-undangan terkait dapat berujung
perundang-undangan
kepada kesalahan administratif, kerugian
melalui Panitia Agraria yang dibentuk pada
mengenai
agraria
1 Ruslan Burhani, “BPN Sederhanakan Aturan Pertanahan”, http://www.antaranews.com/berita/376127/bpnsederhanakan-aturan-pertanahan, diakses 12 April 2017.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
229
saat itu sehingga lahirlah Undang-undang
tersebut bila diterapkan dikhawatirkan akan
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
mengganggu sistem ketatanegaraan Indonesia
Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya
karena disinyalir penyebabnya sistem hukum
disebut UUPA yang diberlakukan sejak
yang dianut di Indonesia yang dominan
tanggal 24 September 1960 sampai dengan
adalah Civil Law, sedangkan Omnibus Law
sekarang.
ini berasal dari sistem hukum Common Law.
Keberadaan UUPA memiliki asas-asas
Inilah kemudian gagasan tersebut menjadi
yang penting antara lain asas sosial, asas
menarik untuk dikaji dari sistem hukum yang
penguasaan negara, asas kepastian hukum.
berlaku di Indonesia.
Adapun yang menjadi Grundnorm UUPA
Dari uraian tersebut timbul permasalahan
tersebut berpijak pada Pasal 33 ayat (3) UUD
yang akan dibahas yaitu apakah gagasan
NRI Tahun1945.
Omnibus
Indonesia
telah
melewati
rezim
pemerintahan dari pemerintahan Orde Lama
hingga Orde Reformasi. Pergantian Presiden
dan kabinet pemerintahan yang mengakibatkan
lahirnya
banyak
peraturan
Law
dapat
menyelesaikan
permasalahan regulasi bidang pertanahan di
Indonesia?
Pembahasan
Indonesia
perundang-
merupakan
negara
hukum
undangan sesuai keinginan masing-masing
sebagaimana dinyatakan dalam Konstitusi
pemerintahan yang berkuasa saat itu. Hal ini
Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 1
kemudian menimbulkan persoalan regulasi
ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yaitu Negara
dimana ada beberapa peraturan perundang-
Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaats)
undangan yang tumpah tindih sehingga
bukan
menimbulkan konflik kebijakan antara satu
Pada negara yang menjunjung tinggi hukum
kementerian/departemen dengan kementerian/
memiliki tujuan hukum antara lain ketertiban,
departemen lainnya. Hal tersebut menjadi
ketentraman,
perhatian pemerintah dan para praktisi
dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
di bidang agraria. Untuk menyelesaikan
bermasyarakat2.
negara
kekuasaan
kedamaian,
(Machtsstaat).
kesejahteraan
persoalan regulasi tersebut dibutuhkan suatu
Negara yang menjunjung tinggi hukum
terobosan hukum yang tepat dan salah satu
harus berlandaskan hukum yang ajeg, kuat
jalan keluarnya melalui konsep Omnibus Law.
dan
memberikan
rasa
keadilan.Hukum
Bagi sebagian kalangan masyarakat masih
memang dibuat oleh negara tidak semata-
terasa asing mendengar istilah Omnibus Law.
mata menjadi alat perekayasa sosial, tetapi
Bahkan beberapa kalangan akademisi hukum
lebih dari itu untuk menegakkan keadilan
masih memperdebatkan konsep Omnibus Law
dan melindungi harkat manusia. Tidak sedikit
2 Firman Freaddy Busroh, Teknik Perundang-undangan suatu Pengantar, (Jakarta: Cintya Press, 2016), hlm. 17.
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
230
hak-hak kemanusiaan yang dipercayakan
Hukum
berisi
norma
kepada hukum untuk dijaga atau dilindungi,
kepentingan
sebab tanpa adanya perlindungan hukum,
kebebasan menentukan pilihan, perlakuan
akan banyak terjadi perbuatan pelanggaran
yang adil, perlakuan yang manusiawi, hak
hukum.
memperoleh kesejahteraan dan pekerjaan yang
Pada dasarnya hukum merupakan norma-
rakyat
perlindungan
seperti
keadilan,
layak, termasuk yang bermuatan penegakan
norma yang sifatnya memaksa dan mengikat
hukum.
dimana mengatur tingkah laku manusia yang
mengimplementasikan tugas yang digariskan
dibentuk oleh lembaga yang berwenang.
oleh hukum ini berarti menyelenggarakan
Keberadaan hukum harus dipatuhi oleh
tujuan ideal yang sudah melekat dalam diri
manusia dan bila dilanggar maka akan
negara hukum seperti menjaga dan melindungi
diberikan hukuman berupa sanksi sebagaimana
kehidupan manusia harapan hukum telah
telah disepakati oleh masyarakat.
terpenuhi4.
Salah satu pendapat hukum dari Soerjono
Jika
penyelenggara
kekuasaan
Konstitusi memiliki kedudukan penting
Soekanto memberikan banyak pengertian
dalam
penyelenggaraan
negara
hukum.
hukum sebagai berikut, antara lain hukum
Menurut Aristoteles, konstitusi merupakan
sebagai tata hukum yaitu terdiri dari struktur
penyusunan jabatan dalam suatu negara dan
dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum
menentukan apa yang dimaksud dengan badan
yang berlaku pada suatu waktu dan tempat
pemerintahan dan akhir dari setiap masyarakat.
tertentu serta berbentuk tertulis3.
Hukum
Konstitusi merupakan aturan-aturan dan
dimaknai sebagai tata hukum memiliki posisi
penguasa negara harus mengatur menurut
yang sangat penting sebagai dasar bertindak
aturan-aturan tersebut5. Pendapat Aristoteles
pemerintah.
tersebut pada intinya konstitusi adalah dasar
Jika suatu negara sudah memposisikan
hukum dari segala hukum daripada penguasa.
dirinya sebagai negara hukum (rechtsstaat),
Sehingga konstitusi menjadi pondasi dasar
maka
suatu negara.
konsekuensinya
produk
peraturan
perundang-undanganlah yang menjadi tolak
Salah satu persoalan yang dialami oleh
ukur rule of the game di tengah kehidupan
bangsa Indonesia adalah masih banyaknya
masyarakat, dimana kandungan norma di
sengketa di bidang pertanahan. Sengketa
dalamnya akan menyebut soal larangan,
tanah yang terjadi disebabkan salah satunya
perintah,
adalah permasalahan regulasi. Bila dicermati
mengikat.
kepatuhan,
dan
sanksi
yang
permasalahan regulasi dibidang pertanahan
3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1979), hlm. 43.
4 Roscoe Pond, An Introduction to the Philosophy of Law, terjemahan, (Jakarta: Bhatara Niaga Media, 1996),
hlm. 56.
5 Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1995), hlm. 21.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
disebabkan
perubahan
politik
231
hukum
besar-besaran. Sampai saat ini dampaknya
pertanahan yang sering kali berubah-ubah
masih dirasakan salah satunya keberadaan
mengikuti keinginan rezim pemerintah saat
PT. Freeport Indonesia yang merupakan
itu.
perusahaan tambang milik Amerika Serikat
Politik pertanahan Indonesia masih belum
yang telah lama mengambil kekayaan asli
stabil dan seringkali berubah-ubah menurut
alam Indonesia. Kebijakan pemerintahan Orde
keinginan dan kepentingan penguasa. Politik
Baru dirasakan banyak merugikan bangsa
pertanahan sepatutnya lebih responsif dalam
Indonesia sehingga gelombang protes sering
menjawab problematika regulasi pertanahan.
terjadi.Akan tetapi hal tersebut bisa diredam
Hukum yang responsif juga berarti nilai-
dan dibungkam dengan cara-cara diktator.
nilai fundamental bangsa Indonesia yang
Masyarakat kecil banyak yang terpinggirkan
terkandung dalam Pancasila dan UUD NRI
terutama petani dan buruh. Pada era Orde
Tahun 1945 harus menjadi jiwa dari kebijakan
Baru banyak kasus-kasus pelanggaran hak
pertanahan6.
asasi manusia (HAM) yang sampai saat ini
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
atau yang sering disebut UUPA merupakan
masih belum terselesaikan sepenuhnya.
UUPA yang mengatur mengenai hukum
salah satu produk hukum yang lahir di zaman
agraria
semestinya
menjadi
peraturan
pemerintahan Orde Lama yang bertujuan
perundang-undangan
payung
(umbrella
untuk
memperbaharui
act). Akan tetapi dari beberapa peraturan
regulasi/peraturan perundang-undangan di
perundang-undangan yang terkait dengan
bidang hukum agraria dan pertanahan demi
agraria tidak menjadi dasar yuridis dari
terwujudnya pembangunan yang berdasarkan
sejumlah
Pancasila
Kebijakan
Hal ini menimbulkan disharmoni antara
pemerintahan zaman Orde Lama lebih
UUPA dengan sejumlah peraturan perundang-
ditujukan untuk mewujudkan kemakmuran
undangan sektoral.
mengubah
dan
dan
UUD
1945.
peraturan
perundang-undangan.
dan kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat
Penulis mencatat beberapa permasalahan
yang telah dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (3)
regulasi pertanahan yang terkait dengan
UUD NRI Tahun1945.
undang-undang
Di era pemerintahan Orde Baru kebijakan
hukum
pertanahan
berorientasi
sektoral
lainnya
seperti
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
pada
Sumber Daya Air. Keberadaan peraturan
kebijakan mikro ekonomi untuk mendukung
perundang-undangan tersebut ternyata tidak
pembangunan.Hal ini bisa diperhatikan banyak
menjadikan UUPA sebagai dasar yuridisnya
proyek mercusuar yang mengeksplorasi dan
serta memiliki persoalan antara lain ditataran
mengeksploitasi sumber daya alam secara
pemberian Hak Guna Air (HGA), Hak Guna
6 Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan, (Jakarta: MP Pustaka Margaretha, 2012), hlm. 159.
232
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
Usaha Air (HGUA) dan Hak Guna Pakai Air
ulayat masyarakat adat dan tanah hak.
(HGPA). Istilah hak tersebut kurang tepat
Sedangkan UUK hanya mengakui keberadaan
karena senyatanya bentuk riilnya adalah
hutan negara dan hutan hak. Hal ini seringkali
pemberian ijin. Hal tersebut menunjukkan
menimbulkan permasalahan implementasi
perbedaan dengan Pasal 47 UUPA. Apalagi
dilapangan karena pemberian hak yang
kemudian UUSDA telah dibatalkan oleh
salah akibat tidak ada koordinasi antara BPN
Mahkamah Konstitusi dengan Putusan Nomor
dengan Kementerian Kehutanan. UUK sama
85/PUU-XI/2013 sehingga memberlakukan
sekali tidak mengakui keberadaan hutan adat,
kembali UU Nomor 11 Tahun 1974. Hal
padahal hutan adat merupakan bagian dari hak
ini menimbulkan persoalan regulasi pada
ulayat yang sampai saat ini masih dilindungi
implementasinya sampai saat ini.
oleh negara sebagaimana amanat UUPA.
Selanjutnya
munculnya
persoalan
UUK memasukkan UUPA sebagai dasar
dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang
yuridis akan tetapi pada batang tubuhnya tidak
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
mengacu kepada pasal-pasal di dalam UUPA
Minerba).
sehingga menimbulkan disharmoni peraturan
Inkonsistensi
muncul
karena
tidak menjadikan UUPA sebagai sumber
hukum.Orientasi UU Minerba lebih condong
perundang-undangan tersebut.
Adapun
analisis
penulis
penyebab
kepada produksi bukan konservasi. Hal ini
terjadinya disharmoni peraturan perundang-
menguntungkan pihak swasta dan pengelola
undangan antara lain:
dan dapat merugikan negara. Polemik UU
1. Adanya pergantian rezim pemerintahan
Minerba antara rezim pemerintah juga menguat
sehingga
karena perbedaan kepentingan rezim. Sejak
perundang-undangan
keberadaan UU Minerba pemerintah dinilai
berubah dan tidak berkelanjutan.
kalah dengan kepentingan perusahaan karena
penyusunan
peraturan
lebih
sering
2. Belum ada standar baku, cara dan
banyak perusahaan yang tidak memenuhi
metodologi
kewajibannya serta cenderung mengabaikan
perundang-undangan.
kewajibannya kepada pemerintah. UU Nomor
masing instansi memiliki keinginan
4 Tahun 2009 juga tidak tegas mengatur
dan egosentris lebih mengutamakan
mengenai ganti rugi bagi pemegang hak
kepentingan instansinya.
atas tanah yang tanahnya diambil untuk
kepentingan kegiatan pertambangan.
Permasalahan regulasi juga terjadi dengan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
3. Pembentuk
undangan
penyusunan
peraturan
yang
kurang
peraturan
Masing-
perundangmenguasai
permasalahan akibat seringkali terjadi
pergantian antara pejabat.
tentang Kehutanan (UUK). UUPA mengakui
4. Masih kurangnya akses masyarakat untuk
keberadaan keberadaan tanah negara, tanah
turut serta dalam penyusunan rancangan
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
peraturan perundang-undangan.
terkait di bidang agraria dan pertanahan
5. Kurangnya koordinasi antara instansi
terkait.
Akibat
233
seyogyanya perlu untuk disempurnakan dan
diharmonisasikan dengan UUPA. Selain
hukum
terjadinya
dishamoni
itu perlu dilakukan perbaikan kinerja serta
antara lain:
penguatan kelembagaan instansi pertanahan
1. Munculnya ketidakpastian hukum,
dalam hal ini Kementerian Agraria dan Tata
2. Pelaksanaan
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik
peraturan
perundang-
undangan menjadi tidak efektif dan
efisien,
Indonesia.
Pemerintah
3. Terjadinya
perbedaan
pernah
berupaya
untuk
interpretasi
merevisi UUPA sebagaimana diamanatkan
terhadap suatu peraturan perundang-
dalam Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001
undangan
tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan
4. Hukum sebagai pedoman masyarakat
Sumber Daya Alam dan Keputusan Presiden
dan pemerintah menjadi tidak berfungsi
No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional
sebagaimana mestinya.
di Bidang Pertanahan. Walaupun telah ada
Penulis mencermati bahwa keberadaan
UUPA juga
dirasakan
masih
memiliki
norma-norma tersebut, namun pembaharuan
hukum di bidang agraria masih belum bisa
kekurangan antara lain:
diwujudkan. Rancangan UU Pertanahan yang
1. Masih kaburnya kompetensi lembaga
pernah dibahas di legislatif faktanya sampai
yang ditunjuk sebagai koordinator untuk
saat ini belum ada progres dan hasilnya.
menata, mengelola, mensinkronisasikan
Padahal keberadaan UU Pertanahan sudah
beberapa kebijakan agraria. Hal ini
mendesak diperlukan. Pembaharuan hukum
penting karena fakta dilapangan sering
agraria harus tetap menempatkan Pancasila
terjadi
dan UUD NRI Tahun 1945 sebagai asas
benturan
kepentingan
antar
institusi.
utama sebagaimana tujuan negara adalah
2. Sudah tidak sesuai dengan perkembangan
mensejahterakan kehidupan bangsa Indonesia.
zaman. Hal ini seiring era globalisasi
Persoalan regulasi dibidang pertanahan
dimana diperlukan pengaturan yang bisa
dapat disimpulkan antara lain:
merespon kepentingan investasi tanpa
1. Timbulnya sengketa kewenangan dalam
mengorbankan kepentingan masyarakat.
pengelolaan sumber daya alam antara
3. Perlindungan hak masyarakat hukum
pemerintah pusat dengan pemerintah
adat, buruh dan petani masih kurang. Hal
daerah
ini bisa dilihat masih maraknya konflik-
perundang-undangan
konflik agraria yang masih sering terjadi.
masalah otonomi daerah dan hubungan
Peraturan
perundang-undangan
yang
pasca
terbitnya
yang
peraturan
mengatur
koordinasi antara departemen/instansi,
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
234
akibat terbitnya peraturan perundang-
perundang-undangan di bidang pertanahan
undangan yang sifatnya sektoral dimana
perlu memperhatikan 3 (tiga) aspek antara
keberadaannya
lain:
dan
lebih
saling
condong
bertentangan
Pertama,
mengutamakan
Sejarah
Indonesia
kepentingan masing-masing departemen/
menjadi
instansinya.
Sehingga
tersebut
pembelajaran. Pengalaman dan pertimbangan
berpotensi
menimbulkan
konflik
mengenai sejarah masa lalu tidak boleh
hal
dasar
bangsa
pertimbangan
dan
ego-sektoral dalam hal pengelolaan
dihilangkan
sumber daya alam;
peraturan perundang-undangan agar sejalan
dalam
proses
pembentukan
2. Masih kurang mengakui kedudukan
dengan tujuan dibentuknya negara Indonesia.
masyarakat adat atau penduduk asli
Kedua, kondisi obyektif yang terjadi
yang telah hidup di wilayah setempat
di
(Adat people) sebagai pemilik tanah adat
perlu memperhatikan aspek-aspek hukum
pada era pembangunan saat ini. Banyak
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
masyarakat adat yang menjadi korban
yang baik agar peraturan perundang-undangan
pembebasan tanah untuk mewujudkan
yang dirancang, dibentuk dan diterbitkan
pembangunan;
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
3. Munculnya
berbagai
pemerintahan
saat
ini.
Pemerintah
peraturan
yang berlaku, baik lebih tinggi atau sederajat
sifatnya
hirarkinya dan dapat sesuai dengan kebutuhan
sektoral dimana secara norma tidak
riil masyarakat, sehingga dapat diterapkan
tunduk atau sesuai dengan asas-asas yang
secara efektif dan efisien.
perundang-undangan
yang
Ketiga, cita-cita yang hendak dicapai pada
termuat dalam UUPA;
4. Sebagian besar tanah di Indonesia belum
bersertifikat
bahkan
masih
banyak
masa yang akan datang. Perspektif terhadap
masa
datang
diperlukan
dalam
agar
membentuk
lembaga
kasus timbulnya sertifikat ganda pada
legislatif
peraturan
bidang tanah yang diterbitkan oleh
perundang-undangan mampu mengantispasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
perkembangan masyarakat, budaya, ilmu
Badan Pertanahan Nasional Republik
pengetahuan, teknologi, informasi di era
Indonesia7.
globalisasi yang tidak bisa dihindarkan.
Sebagai suatu proses yang dinamis yang
Proses pembentukan peraturan perundang-
terus menerus mengalami perubahan sesuai
undangan yang baik akan mempengaruhi
dengan dinamika masyarakat, pembaharuan
faktor-faktor penegakan hukum. Menurut
substansi hukum dan pembentukan peraturan
Soerjono Soekanto, faktor-faktor penegakan
7 Lastuti Abubakar, “Revitalisasi Hukum Adat sebagai Sumber Hukum dalam Membangun sistem Hukum
Indonesia”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13, No. 2, (Mei 2013): 323.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
hukum antara lain:
235
3. Kemudian juga suatu produk perundang-
1. Faktor substansi hukum,
undangan dapat dilihat mengarah kepada
2. Faktor penegak hukum,
kepentingan atau kepada keperluan.
3. Faktor sarana prasarana dan fasilitas,
4. Faktor masyarakat,
5. Faktor kebudayaan
4. Selanjutnya teori Legal system dari
L.M. Friedman ini sangat baik dalam
hal menganalisis suatu masalah yang
8
Faktor-faktor penegakan hukum tersebut
masih
baru.
Karena
obyektifitasnya
merupakan pengembangan dari pendapat
dapat memberikan hasil yang baik.
Lawrence M. Friedman dengan teorinya
Hal yang masih baru dalam tulisan ini
Sistem Hukum (Legal System) yang terdiri:
adalah sekalipun kasus Internasional
Substansi hukum (legal substance), Struktur
dan lain sebagainya. Hal mana para
hukum (legal structure), Budaya hukum (legal
pelaku pembuat undang-undang, atau
culture). Keunggulan teori Legal System dari
Lawrence M. Friedman antara lain sebagai
berikut:
1. Produk
perundang-undangan
dengan
peraturan pelaksanaannya merupakan
keinginan atau kemauan dari pimpinan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan L.M.
Friedman sebagai berikut: A legal system
cannot enforce or implement these rules
and regulation wthout the work of a lot
of men and women who carry out orders
from above-policemen. Demikian juga
di Indonesia hal ini sudah terjadi akibat
dominannya partai, atau kuatnya Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN).
2. Legal Culture atau budaya hukum dari
L.M. Friedman ini bisa dipakai sebagai
pisau analisis untuk melihat suatu
produk
perundang-undangan.
perundang-undangan
yang
Produk
dimaksud
apakah berpihak kepada Pemerintah,
masyarakat dan swasta.
kasus pidana, perdata, Internasional
para pembuat dan para pelaku atau para
pemilik serta penjabat yang menangani
hal tersebut masih ada.
Sedangkan
kelemahan
teori
Sistem
Hukum dari Lawrence M. Friedman ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Legal culture yang ditentukan oleh L.M.
Friedman seolah-olah hanya masyarakat
yang menilai jalannya hukum. Dengan
kata lain bagaimana persepsi masyarakat
terhadap hukum. Dari hasil pengamatan
bukan hanya masyarakat yang menilai
jalannya hukum, bisa juga pemerintah,
dalam hal ini pihak eksekutif, judikatif
dan legislatif, serta pengusaha, lembaga
Advokasi,
Pers,
Lembaga
Swadaya
Masyarakat (LSM), Lembaga mahasiswa,
dan juga mahasiswa, serta Negara,
organisasi internal dan eksternal lainnya.
2. L.M.
Friedman,
menyatakan
yang
8 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1983), hlm. 32.
236
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
menghidupkan atau mematikan mesin
Hal ini dapat di lihat dari Legal Culture
itu adalah legal culture (budaya hukum),
atau budaya hukum, yaitu bagaimana
dan mesin itu adalah structure (aparat)
persepsi, pemerintah, swasta, lembaga
sedangkan produksi perundang-undangan
dan
itu adalah subtstance (hasil mesin), serta
terhadap hukum.Jadi tidak benar hanya
legal system (sistem hukum) adalah
masyarakat yang menilai hukum.Ternyata
Pabrik. L. M. Friedman menjelaskan
ikut juga semua unsur atau elemen dalam
hal itu sebagai berikut: Another way
menentukan budaya hukum. Kemudian
to visualize the three elements of law
dalam substansi, yaitu peraturan daerah,
is to imagine legal “structure” as a
ternyata di Negara berkembang ada juga
kind of machine. “Substance” is what
aturan-aturan yang berbentuk kebiasaan,
the machine manufactures or does.
hukum adat.
masyarakat
internal/eksternal
The “legal culture” is whatever or
5. Selanjutnya teori legal system dari L.
whoever decides to turn the machine on
M. Friedman ini kurang baik dalam
and off, and determines how it will be
hal menganalisis suatu masalah yang
used. Dalam pengamatan penulis yang
lama.
menghidupkan atau mematikan suatu
memberikan hasil yang buruk. Hal yang
produk perundang-undangan itu bukanlah
lama dalam tulisan ini adalah suatu produk
semata-mata masyarakat, tetapi bisa juga
perundang-undangan atau kasus pidana,
pihak legislatif, judikatif, eksekutif, dan
perdata dan sekalipun kasus internasional
organisasi lainnya.
dan lain sebagainya. Hal mana para
Karena
obyektifitasnya
dapat
3. Dalam hal kaitannya produk perundang-
pelaku pembuat undang-undang, dalam
undangan, ternyata ada beberapa lagi
kasus pidana, perdata, tata usaha negara,
yang bisa menghidupkan atau mematikan
internasional, para pembuat dan pelaku
suatu kebijakan. Pada saat itu Friedman
atau para pemilik serta penjabat yang
tidak memikirkan hal ini sesuai dengan
menangani hal tersebut sudah tidak ada
perkembangan dan perubahan zaman.
lagi. Oleh karenanya untuk mencari data,
4. Jadi teori L.M. Friedman mengenai
informasi dan fakta kejadian pada waktu
Sistem Hukum, dalam struktur, bukan
itu sukar diperoleh atau akurasi datanya
hanya meliputi, eksekutif, legislatif dan
kurang obyektif, yang barangkali hanya
judikatif melainkan juga pihak badan
dapat dianalisis melalui pendekatan
hukum, Pemerintah, swasta, LSM serta
sejarah. Karena sejarah adalah masa
masyarakat internal/eksternal, organisasi
lampau, maka kebenarannya sangat sulit
Internasional, Negara maupun sekutu
dibuktikan.
dari beberapa Negara, dan lain-lainnya.
Kembali kepada ketiga komponen sistem
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
237
hukum itu harus saling menunjang satu sama
demikian dalam negara yang baru merdeka
lain secara integratif agar hukum tersebut
masih dapat dipahami karena menyangkut
berlaku efektif. Umpamanya suatu substansi
ketersediaan sumber daya manusia9.
hukum (norma hukum) tidak dapat ditegakkan
Salah
satu
untuk
menata
peraturan
tanpa adanya dukungan dari struktur hukum
perundang-undangan yaitu melalui harmonisasi
dan budaya hukum yang menggerakkannya,
hukum.Pengembangan harmonisasi hukum
Begitu juga sebaliknya, hukum pada
hakekatnya
merupakan
ketetapan/penegasan
abstraksi
Stammler
mengemukakan
suatu
konsep
dalam
fungsi hukum adalah harmonisasi berbagai
masyarakat, gambaran normatif ini secara
maksud, tujuan dan kepentingan antara
sosiologis dirumuskan dalam pengertian
individu dengan individu dan antara individu
penegakan hukum sebagai suatu proses untuk
dengan masyarakat. Kemudian dalam praktik
mewujudkan
norma-norma
dan
sudah muncul di Jerman tahun 1902. Rudolf
keinginan
hukum
menjadi
kenyataan.
Sebagai sebuah negara hukum (rechsstaat)
prinsip the rules of law harus ditegakkan
dalam Negara Republik Indonesia. Bagi kita
prinsip the rules of law itu tidak lain dari pada
the rules of justice, penegakan hukum yang
berintikan keadilan. Prinsip demikian perlu
ditegaskan, karena diskriminasi penerapan
hukum
dalam
realitasnya
terlampau
mencolok. Produk hukum dan penegakannya
lebih berpihak kepada the rulling class,
kelompok
masyarakat
yang
mempunyai
kekuasaan ekonomi atau kekuasaan politik
pada
pihak
lain.
Hak-hak
masyarakat
pencari keadilan yang sebagian besar berasal
dari
kelompok-kelompok
selalu
dikesampingkan,
powerlesness
substantive
atau
sociological justice selalu dinikmati oleh
mereka yang powerfull sedang powerless
hanya mendapatkan formil justice. Keadaan
hukum di Roma tahun 1926, International
Institute for the Unification of Private Law
(UNIDROIT)
Badan
Internasional
yang
didirikan menurut perjanjian multilateral yang
difasilitasi oleh Persatuan Bangsa Bangsa
(United Nations) telah menciptakan cara untuk
mengharmonisasikan dan mengkoordinasikan
ketentuan-ketentuan Hukum Perdata dari
negara-negara anggotanya.
Pada Tahun 1951 di Paris terbentuk
Verdrag van Parijs tot Oprichting van
Europese Gemeenschap voor Kolen en Staal
(masyarakat Batubara dan Baja Eropa) melalui
Perjanjian Paris 1951. Kemudian diikuti
dengan Perjanjian Roma 1957 terbentuk
European Gemeenschap van Atoomenergie
(Masyarakat Energi dan Atom Eropa) dan
European Economic Community (Masyarakat
Ekonomi Eropa). Secara bersama merupakan
kesatuan European Community dalam usaha
9 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Sinar Baru, 1983), hlm. 109.
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
238
integrasi ekonomi yang diwujudkan terutama
Sistem
hukum
nasional
mencakup
melalui harmonisasi hukum di antara negara-
beberapa hal dimulai dari perencanaan hukum
negara anggota.
(legislation planning), pembentukan hukum
Harmonisasi hukum juga berkembang
(legislation process) dan dampak hukum (legal
dalam ilmu hukum di Belanda sejak tahun
impact) yang merupakan bagian dari budaya
1970.Pemerintah Belanda membentuk Inter
hukum (legal culture). Dengan menyerap
Departmental Commision for Harmonization
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maka
of Legislation dan membentuk Ministry of
sistem hukum nasional akan memberikan rasa
Justice a Staff Bureau for Harmonization.
keadilan (sence of justice) bagi masyarakat.
harmonisasi
Untuk mewujudkan harmonisasi peraturan
hukum tersebut, dikeluarkan petunjuk kepada
perundang-undangan sebagaimana diuraikan
semua lembaga pemerintahan di Belanda untuk
diatas ada beberapa langkah-langkah antara
melakukan harmonization of legislation.
lain10 :
Sehubungan
dengan
tujuan
Harmonisasi hukum merupakan salah
1. Perlunya melakukan identifikasi dan
satu instrumen hukum untuk menyesuaikan
analisis masalah dishamoni hukum serta
peraturan perundang-undangan, kebijakan
mencari penyebab/akar masalahnya;
pemerintah, putusan hakim, asas-asas hukum
2. Melakukan upaya penemuan hukum
untuk
meningkatkan
kepastian
hukum,
melalui
metode
hukum
melalui
keadilan, kesebandingan tanpa mengorbankan
interpretasi hukum untuk membangun
pluralisme hukum.Harmonisasi hukum ini
konstruksi hukum;
dilakukan dengan pendekatan sistem (system
3. Melakukan penalaran hukum terhadap
approach). Pendekatan sistem yang digunakan
hasil interpretasi dan konstruksi hukum
dalam studi hukum ini adalah konotasi sistem
yang telah dibangun agar memenuhi
sebagai wujud atau entitas (system as an
unsur logika;
4. Menyusun argumentasi hukum yang
entity).
dimaksud
rasional, terstruktur, terukur dan jelas
merupakan satu kesatuan hukum yang saling
diiringi dengan pemahamam sistem
berkaitan satu sama lainnya dengan bersumber
hukum
pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
menimbulkan permasalahan hukum yang
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah
baru.
Sistem
hukum
nasional
yang
baik
sehingga
tidak
suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar.Nilai-
Sistem hukum nasional yang dijiwai
nilai Pancasila merupakan panduan hidup
Pancasila dan bersumber pada hukum positif
(way of life) bangsa Indonesia.
tertinggi, yaitu UUD NRI Tahun 1945 sebagai
10 Kusnu Goesniadhie, Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik, (Malang: Nasa
Media, 2010), hlm. 11.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
239
supreme law of the land, yang mampu
An ‘order’ is a system of rules. Law is not, as
menjamin kepastian, ketertiban, penegakan
it is sometimes said, a rule. It is a set of rules
dan perlindungan hukum yang berintikan
having the kind of unity we understand by a
keadilan dan kebenaran. Untuk memahami
system.
hukum nasional, perlu dikemukakan terlebih
Hukum adalah seperangkat peraturan
dahulu pengertian sistem itu sendiri, karena
perundang-undangan
hukum nasional sebagai suatu sistem akan
semacam kesatuan atau daya pengikat yang
mengikuti pada batasan-batasan dan ciri-
dipahami sebagai suatu sistem. UUD NRI
ciri sistem. Istilah sistem telah banyak
dirumuskan oleh para pakar, sehingga bunyi
batasannya berbeda satu dengan lainnya
yang penekanannya sesuai dengan konteks
pembahasannya.
Dalam Black Law Dictionary, dinyatakan:
A system is orderly combination as of
particulars, parts or elements into a whole;
especially such combination according to
some rational principle.
yang
mengandung
Tahun 1945 dan segala peraturan perundangundangan penjabaran dan pelaksanaannya,
juga memiliki kesatuan atau daya pengikat
bangsa Indonesia sebagai suatu sistem dalam
negara.
Sistem merupakan tatanan yang teratur
dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama
lain yang kemudian membentuk suatu pola
tertentu. Dalam suatu sistem yang baik tidak
Menurut Bellefroid, “rechts systeem is
boleh terjadi tumpang tindih antara bagian-
een aan eensluitend geheel van rechtsregels,
bagian tersebut. Sistem memiliki unsur-unsur
die naar beginselen georden zijn”. Dikatakan
yang bersumber dari nilai dan asas tertentu.
oleh Bertalanffy, “systems are complexes of
Begitu pula sistem hukum yang merupakan
elements in interaction, to which certain law
tatanan teratur dari norma-norma yang
can be applied”. Menurut Bertalanffy, sistem
berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat
adalah himpunan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi, untuk mana hukum tertentu
menjadi berlaku.
Hukum positif tersusun dalam suatu
tatanan, mulai dari hukum dasar sampai pada
hukum yang paling konkret dan individual,
harus bersumber pada tata nilai dasar yang
mengandung penilaian-penilaian etis. Nilainilai tersebut terdapat pada norma dasar yang
menjadi pengikat susunan norma-norma
positif sebagai satu kesatuan. Menurut Kelsen,
11Ibid., hlm. 88.
berfungsi dengan baik dan mencapai tujuan
yang hendak dicapai.
Menurut Lon L. Fuller dalam “Morality of
Law” sebagaimana dikutip dalam buku Kusnu
Goesniadhie11, menerangkan,“A total failure
in any one of these eight directions does not
simply result in a bad system of law, it results
in something that is not properly called a legal
system at all” yang diartikan “Kegagalan total
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
240
salah satu dari delapan tujuan ini tidak hanya
menciptakan sistem hukum yang baik.
menghasilkan sistem hukum yang buruk,
6. Hukum tidak boleh berlebihan dan
namun juga menghasilkan sesuatu yang
melebihi kemampuan serta kapasitas
sama sekali tidak disebut sistem hukum sama
pihak tertentu. Dengan demikian hukum
sekali”.
tidak menjadi beban bagi pihak tertentu.
Pernyataan
menerangkan
Lon
bahwa
L.Fuller
tersebut
7. Hukum harus statis, tidak mudah berubah-
sistem
hukum
ubah dan berlaku untuk jangka panjang.
mengandung integritas moral tertentu. Hal
tersebut diatur dalam prinsip-prinsip hukum
(Principles of Legality) antara lain:
1. Hukum harus berlaku untuk semua tanpa
pengecualian dan sifatnya permanen. Hal
ini disebut asas kesetaraan dihadapan
hukum (Equality before the Law).
2. Hukum harus diumumkan dan dipahami
oleh semua pihak. Keberadaan hukum
bukanlah suatu rahasia. Sehingga semua
orang tahu mana yang boleh dilakukan
dan mana yang dilarang.
3. Hukum tidak boleh berlaku surut (asas
non retroaktif). Bilamana hukum berlaku
surut maka akan memberikan rasa tidak
nyaman dan ketidakpastian hukum. Hal
ini selaras dengan asas legalitas.
4. Hukum harus jelas, tidak ambigu dan
multitafsir. Hukum yang kabur akan
menciptakan kekhawatiran bagi pihakpihak tertentu dalam melaksanakan suatu
kebijakan. Hal ini akan menghambat
jalannya hukum.
5. Hukum tidak boleh ada pertentangan
Proses pembentukan hukum sudah harus
bisa menjangkau kebutuhan hukum yang
berlaku dan masa akan datang.
8. Hukum harus bisa diterapkan dan
dilaksanakan
masyarakat.
Dengan
demikian masyarakat menerima hukum
dengan sukarela tanpa ada rasa paksaan
dari penguasa.
Dalam
peraturan
proses
pembentukan
perundang-undangan
suatu
maka
kesadaran bahwa hukum itu adalah suatu
sistem dapat diwujudkan dengan melakukan
harmonisasi dan sinkronisasi terlebih dahulu.
Istilah
harmonisasi
lebih
menekankan
pada keberadaan indikator-indikator dan
karateristik yang sama dalam suatu peraturan,
sedang sinkronisasi lebih mementingkan
unsur penyelarasan bahwa suatu peraturan
tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang lain.
Dasar kebijakan pembentukan sistem
hukum
dan
penegakkannya
bergantung
pada politik hukum yang stabil, tetap dan
berkelanjutan
sebagaimana
dikemukakan
Bagir Manan antara lain :
12
antara satu sama lainnya. Hukum harus
1. Satu kesatuan sistem hukum nasional;
selaras satu sama lain yang kemudian
2. Sistem Hukum Nasional yang dibangun
12 Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 144.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
241
harus berdasarkan Pancasila dan UUD
waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
NRI Tahun 1945;
sedikit. Belum lagi proses perancangan dan
3. Tidak ada diskriminasi hukum yang
memberikan
hak
istimewa
kepada
individu, kelompok, suku, ras dan agama;
pembentukan peraturan perundang-undangan
di pihak legislatif seringkali menimbulkan
deadlock atau tidak sesuai kepentingan.
harus
Hal ini pada akhirnya menghabiskan
memperhatikan kemajemukan bangsa
energi, waktu, biaya dan tujuan yang hendak
Indonesia;
dicapai tidak tepat sasaran. Ditambah lagi
4. Pembentukan
hukum
5. Hukum adat dan hukum kebiasaan
turunnya tingkat kepercayaan publik terhadap
diakui sebagai bagian sistem hukum
kinerja legislatif. Untuk itu diperlukan
nasional sepanjang masih ada dan tetap
terobosan hukum dari pemerintah untuk
dipertahankan dalam masyarakat;
menyelesaikan permasalahan regulasi.
6. Pembentukan hukum harus didasarkan
pada partisipasi masyarakat;
regulasi yang kuat. Salah satu negara yang
7. Hukum yang dibentuk dan ditegakkan
harus membawa kesejahteraan umum
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sehingga terwujud masyarakat
yang demokratis dan mandiri.
Politik hukum yang stabil tersebut harus
dipresentasikan melalui wakil-wakil rakyat
dalam membentuk peraturan perundangundangan (regulasi).
Akan tetapi permasalahan regulasi di
Indonesia tidak hanya bisa diselesaikan
melalui
harmonisasi
melainkan
Untuk mencapainya maka perlu dilandasi
butuh
terobosan hukum salah satunya melalui
konsep Omnibus Law. Konsep Omnibus Law
yang diterapkan di beberapa negara seperti
Amerika Serikat, Belgia, Inggris menawarkan
pembenahan permasalahan timbulnya konflik
dan tumpang tindih (overlapping) suatu norma/
peraturan perundang-undangan. Bila hendak
dibenahi satu persatu maka akan memakan
mengadopsi Omnibus Law adalah Serbia.
Omnibus Law adalah hukum yang diadopsi
pada Tahun 2002 yang mengatur status
otonom Provinsi Vojvodina yang termasuk
di dalam Serbia. Hukum tersebut mencakup
yuridiksi pemerintah Provinsi Vojvodina
mengenai budaya, pendidikan, bahasa, media,
kesehatan,
sanitasi,
jaminan
kesehatan,
pensiun, perlindungan sosial, pariwisata,
pertambangan, pertanian, dan olahraga.
Omnibus Law termasuk hal yang baru di
Indonesia walaupun negara-negara lain telah
menerapkan seperti Amerika Serikat (The
Omnibus Actof June 1868, The Omnibus
Actof February 22,1889), Kanada (Criminal
Law Amandment Act, 1968-69), Philipine
(Tobacco Regulation Act of 2003) dan 39
negara yang mengadopsi Omnibus Law dalam
hal perlindungan data personal yang dirilis
13 Privacy Exchange.org, “A global information resource on consumers,commerce, and data protection worldwide
National Omnibus Laws”, http://www.privacyexchange.org/legal/nat/omni/nol.html, diakses 13 April 2017.
242
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
Privacy Exchange.org (A global information
undangan. Sistem hukum Indonesia yang
resource on consumers,commerce, and data
menganut sistem Civil Law menjadi salah satu
protection worldwide National Omnibus
penyebab belum dikenalnya konsep Omnibus
Laws)13, seperti Argentina, Australia, Austria,
Law.
Belgium, Canada, Chile, Czech Republic,
Dari permasalahan harmonisasi peraturan
Denmark, Estonia, Finland, France, Germany,
perundang-undangan di Indonesia, maka
Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Israel,
pemerintah perlu mengambil suatu upaya
Italy, Japan, Latvia, Liechtenstein, Lithuania,
terobosan hukum untuk membenahi konflik
Luxembourg, Malta ,The Netherlands, New
regulasi. Tuntutan perbaikan dan pembenahan
Zealand, Norway, Poland, Portugal, Romania ,
tumpang
Russia, Slovak Republic, Slovenia, Spain,
undangan di Indonesia sudah sangat mendesak
Sweden, Switzerland, Taiwan, Thailand, dan
untuk dilakukan. Salah satu gagasan Omnibus
United Kingdom.
Lawberkemungkinan untuk diterapkan di
Definisi daripada Omnibus Law dimulai
dari kata Omnibus. Kata Omnibus berasal dari
tindih
peraturan
perundang-
Indonesia asalkan diberikan ruang dan fondasi
hukum.
bahasa Latin dan berarti untuk semuanya. Di
Omnibus Law bukanlah hal baru di
dalam Black Law Dictionary Ninth Edition
dunia ilmu hukum secara global, hanya saja
Bryan A.Garner disebutkan omnibus : relating
untuk di Indonesia sudah sangat diperlukan
to or dealing with numerous object or item at
once ; inculding many thing or having varius
purposes, dimana artinya berkaitan dengan
atau berurusan dengan berbagai objek atau item
sekaligus; termasuk banyak hal atau memiliki
berbagai tujuan. Bila digandeng dengan kata
Law yang maka dapat didefinisikan sebagai
hukum untuk semua.
Di dalam hierarki / tata urutan peraturan
perundang-undangan
di
Indonesia
sebagaimana diatur di dalam Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan,
belum
memasukkan konsep Omnibus Law sebagai
salah satu asas dalam sumber hukum. Tetapi
harmonisasi peraturan perundang-undangan
di Indonesia terus menerus dilakukan untuk
meminimalkan konflik peraturan perundang-
untuk membenahi tumpang tindih peraturan
perundang-undangan.
peraturan
Proses
harmonisasi
perundang-undangan
selain
hambatan diatas juga memakan waktu yang
lama. Dengan konsep Omnibus Law maka
peraturan yang dianggap tidak relevan atau
bermasalah dapat diselesaikan secara cepat.
Akan tetapi beberapa kalangan akademisi
juga ada yang menilai bila konsep Omnibus
Law diberlakukan maka bertentangan dengan
asas demokrasi, karena konsep Omnibus Law
sebagian kalangan menilainya anti demokratis.
Akan tetapi pertanyaan terbesar, apakah kita
harus terus membiarkan konflik peraturan
perundang-undangan?.
Pemerintah
perlu
melakukan terobosan hukum agar mampu
menyelesaikan permasalahan tumpang tindih
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
beberapa
peraturan
perundang-undangan
tersebut.
Tata
243
kesejahteraan dan keamanan masyarakat.
Tujuan hukum abstrak di tengah-tengah
urutan
peraturan
perundang-
suatu masyarakat yang kompleks ini hanya
undangan di Indonesia sudah harus direvisi
dapat diwujudkan melalui pengorganisasian
dan memberikan ruang untuk menerapkan
yang kompleks pula. Hal ini dimaksud
konsep Omnibus Law. Apalagi kondisi
bahwa masyarakat akan menerima tujuan
saat ini pengambil kebijakan dapat dengan
hukum tersebut. Tujuan hukum antara lain
mudah
aparat
menciptakan ketentraman dan menegakkan
penegak hukum. Pemahaman ilmu hukum
keadilan. Dengan demikian masyarakat tidak
aparat penegak hukum mayoritas memakai
akan melakukan main hakim sendiri atau
kacamata positivisme hukum, sehingga sulit
hukum jalanan (street justice). Masyarakat
memberikan ruang pengambil kebijakan
hukum akan sepenuhnya menyerahkan pada
dalam hal ini pejabat untuk melakukan
proses hukum karena mampu memberikan
diskresi. Seringkali diskresi yang dilakukan
rasa kepastian hukum (rechtszekerheid).
dikriminalisasikan
oleh
oleh pejabat pengambil kebijakan berujung
Ketertiban dan keamanan menjadi sesuatu
pidana karena didakwa melakukan tindak
yang nyata melalui tindakan-tindakan pihak
pidana korupsi.
Kepolisian.
Dapat
dikemukakan
bahwa
Hal tersebut merupakan sebuah ironi
penegakan hukum selalu akan melibatkan
dimana Indonesia sebagai negara hukum
manusia di dalamnya dan dengan tingkah
dengan
bertujuan
laku manusia itu sendiri. Hukum tidak bisa
untuk melindungi hak asasi manusia dan
berjalan sendiri melainkan harus dilaksanakan
memberikan keadilan bagi sebagian besar
oleh masyarakat. Peraturan-peraturan hukum
warganya yang sangat mendesak sekarang
dimaksud menjadi suatu kontrak sosial dan
“membawa keadilan kepada rakyat” (to bring
memberikan kepastian hukum di dalam
justice to the people) dengan menyelesaikan
masyarakat. Dengan demikian kesadaran
secara baik persoalan-persoalan yang oleh
hukum timbul dengan sendirinya seiring
rakyat dianggap harus diselesaikan secara
peningkatan kepercayaan terhadap aparatur
hukum. Persoalan lain bilamana perbuatan
penegak hukum. Hukum dimaksud bisa
itu tidak disukai atau dibenci oleh masyarakat
berupa hukum pidana, hukum perdata, hukum
karena merugikan atau menimbulkan korban.
keluarga dan bidang-bidang hukum lain.
segala
perangkatnya
Dengan kata lain, sejauh mana persoalan atau
Terkait
masalah
penegakan
hukum
perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-
selalu akan melibatkan manusia dan tingkah
nilai yang berlaku dalam masyarakat dan
lakunya.Tingkah laku manusia merupakan
masyarakat menganggap patut atau tidak patut
konsekuensi
dihukum dalam rangka menyelenggarakan
pengertian, batasan-batasan atau kompleksitas
dari
sejumlah
pandangan,
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
244
makna yang mereka miliki, karena demikian
halnya maka setiap realitas selalu bersifat
hari.15
Kemajemukan
perilaku
manusia
objektive interpretative dan itulah fenomena
turut memicu timbulnya konflik. Konflik
yang tampak kalau mau menghayati. Untuk
pertanahan telah menjadi persoalan bangsa
menjelaskan tingkah laku manusia melalui
yang begitu kompleks saat ini dan mendesak
analisis makna ini, maka dikemukakan disini
untuk dicarikan jalan keluarnya. Menanggapi
teori dari aliran Interaksionis Simbolik yang
persoalan bangsa tersebut, upaya responsif
antara lain dipelopori oleh Charles Horton dan
harus menjadi prioritas untuk dijalankan
W.I Thomas.14.
oleh
Teori
Interaksionis
Simbolik
ini
pengambil
keputusan/pemerintah.
Sekurang-kurangnya,
ada
beberapa
hal
dalam menjelaskan tingkah laku manusia
mendasar yang harus dilakukan dalam rangka
menyandarkan kepada tiga premis, yaitu:
mencari solusi terhadap konflik pertanahan,
Pertama, bahwa manusia itu berbuat ke
arah sesuatu atas dasar makna yang melekat
pada sesuatu itu, Artinya, pada sesuatu itu
ada makna, sesuatu itu sekedar simbol dari
makna dan tindakan manusia ditujukan untuk
mengejar makna itu
Kedua, bahwa makna tentang sesuatu
berkembang dari atau melalui interaksi antar
manusia dalam kehidupan sehari-hari, ini
sejalan dengan arus perkembangan budaya itu
sendiri, sebagai suatu hasil saling membagi
makna
(“shared
system
of
meanings”)
makna-makna dimaksud dipelajari, direvisi,
dipelihara dan diberi batasan-batasan dalam
konteks interaksi manusia.
Ketiga, makna-makna tersebut di pegang,
dijadikan acuan dan interpretasikan oleh
seseorang dalam berhubungan dengan sesuatu
yang dihadapi, ia gunakan sebagai acuan
untuk menafsirkan sesuatu situasi, keadaan,
benda atau lainnya dalam kehidupan sehari-
yakni:
membentuk
komisi
penyelesaian
konflik pertanahan, reforma agraria sebagai
suatu
kebutuhan
sekaligus
reformasi
regulasi pertanahan, melakukan penguatan
kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia, dan membentuk lembaga peradilan
adhoc
khusus
menyelesaikan
masalah
pertanahan.
Keadilan
sepertinya
agraria
menjadi
yang
dicita-citakan
suatu
utopia
bagi
masyarakat dinegeri ini yang sebagian besar
mata pencahariannya di bidang agraris. Akses
terhadap tanah belum sepenuhnya dirasakan
oleh para petani. Bersamaan dengan itu, konflik
pertanahan pun tak kunjung reda, terutama
konflik yang dilatar belakangi oleh pemilikan
dan pemanfaatan tanah atau yang dikenal
dengan konflik struktural. Masyarakat berada
dalam konflik berhadapan dengan struktural
dalam masyarakat entah itu pemerintah
atau badan hukum swasta. Kenyataan ini
14 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat& Pembangunan, (Bandung: Alumni, 1981), hlm. 29.
15Ibid., hlm. 24.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
245
memberikan sebuah asertasi bahwa reformasi
atau tata kelola pemerintahan yang baik
agraria
dalam menjalankan wewenangnya. Layanan
mendesak
untuk
dilaksanakan.
Keadilan agraria harus ditegakkan dan
profesional,
mewujud dalam pendistribusian tanah dan
harus benar-benar diterapkan dan dijalankan
ketersediaan akses terhadap tanah bagi
mulai dari jajaran pimpinan sampai jajaran
masyarakat.
pelaksana tugas.
Reformasi
Selain ituKementerian Agraria dan Tata
dalam tindakan nyata, bukan sekedar retorika
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik
atau teori semata. Di dalam Tap MPR RI
Indonesia
Nomor:IX/MPR/2001 mengamanatkan DPR
hubungaan
RI bersama Presiden untuk segera mengatur
atau institusi pemerintahan terkait dalam
lanjut pelaksanaan pembaharuan agraria dan
menyelesaikan konflik misalnya konflik tanah
pengelolaan sumber daya alam lebih lanjut
perkebunan, pengambilan tanah hutan negara.
serta mencabut, mengubah dan/atau mengganti
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
peraturan
harus
akuntabilitas
dibuktikan
semua
agraria
transparansi,
perundangan-undangan
terkait yang tidak sejalan dengan ketetapan ini.
Mandat ini seyogyanya ditindak lanjuti secara
konkret oleh Pemerintah dan DPR dengan
meninjau kembali peraturan perundangan
yang
ada
dan
mensinkronkannya
serta
menyesuaikannya dengan prinsip dan arahan
kebijakan yang dimandatkan dalam ketetapan
ini. Pelaksanaan reforma agraria tentu akan
menghasilkan politik hukum pertanahan yang
mampu menjamin perlindungan hukum dan
peningkatan kesejahteraan serta mendorong
kegiatan ekonomi bagi masyarakat.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan
Pertanahan
Nasional
Republik
Indonesia sebagai lembaga yang diberikan
kewenangan
khusus
untuk
mengelola
pertanahan nasional harus dibenahi secara
kelembagaan dan organisasi mulai dari tingkat
pusat hingga daerah. Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/BPN RI harus menjalankan
prinsip 3G (good goverment governance)
perlu
untuk
koordinasi
meningkatkan
antar
lembaga
Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah
diberikan kewenangan yang menyangkut
semua
atribusi
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan, pemanfaatan, serta peruntukkan
tanah. Oleh karena itu Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Republik
Indonesia
harus
seintensif
mungkin berkoordinasi dengan kementeriankementerian terkait dalam menyelesaikan
konflik pertanahan.
Masalah pertanahan merupakan persoalan
bangsa yang sifatnya kompleks terutama
karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Tanah merupakan sarana produksi dan turut
menjamin kesejahteraan rakyat. Akibatnya,
konflik pertanahan rawan terjadi terutama
bila masyarakat tidak lagi memiliki akses
terhadap tanah.
Untuk membenahi semua
persoalan pertanahan maka suatu keharusan
untuk melakukan reformasi regulasi dibidang
pertanahan. Omnibus Law yang nanti bisa
246
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
diwujudkan dalam bentuk peraturan terpadu
peraturan
(Omnibus Regulation) akan meminimalisir
kedudukannya, sehingga kedudukannya harus
benturan
perundang-undangan
diberikan legitimasi dalam Undang-undang
yang terkait bidang tertentu, misalnya bidang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
pertanahan.
Peraturan
peraturan
Undang-undang
pertanahan
bisa menjadi peraturan perundang-undangan
perundang-undangan
mengenai
Perundang-undangan
harus
diamandemen.
yang terpadu mengatur hal kebijakan hukum
Proses pembentukan peraturan perundang-
pertanahan.Persoalan pertanahan di Indonesia
undangan dari kajian teoritis terkait dengan
menjadi salah satu faktor penurun iklim
adanya
investasi di Indonesia.
masyarakat dikenal sebagai Pengembanan
Persoalan pelik regulasi muncul dan
dan
berlaku
meliputi
bergerak
melaksanakan,
dibandingkan
negara
di
dalam
Hukum (rechtsbeoefening). Kegiatan ini
menyebabkan iklim investasi di Indonesia
lambat
hukum
kegiatan
dalam
membentuk,
menerapkan,
menemukan,
tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Di
menafsirkan, mempelajari dan mengajarkan
Rezim Presiden Jokowi menghendaki semua
hukum. Pengembanan hukum dibedakan
regulasi yang menghambat masuknya dan
dalam Pengembanan Hukum Praktis dan
berjalannya investasi harus dihapus. Menteri
Pengembanan Hukum Teoretis16.
Agraria dan Tata Ruang/BPN RI Sofyan
Pengembanan Hukum Praktis merupakan
Jalil melontarkan gagasan konsep Omnibus
kegiatan manusia berkenaan dengan hal
Law untuk menyelesaikan sengketa tumpang
mewujudkan
tindih peraturan perundang-undangan yang
kehidupan
menghambat
Kegiatan ini meliputi Pembentukan Hukum,
pertumbuhan
investasi
di
Indonesia.
hukum
sehari-hari
dalam
secara
kenyataan
konkret.
Penemuan Hukum dan Bantuan Hukum.
Mencermati sistem perundang-undangan
Sedangkan Pengembanan Hukum Teoretis
di Indonesia, Undang-Undang hasil konsep
disebut juga sebagai Refleksi Teoretis tentang
Omnibus
sebagai
hukum, yaitu sebagai kegiatan akal budi
Undang-Undang Payung karena mengatur
untuk mendapatkan penguasaan intelektual
secara menyeluruh dan kemudian mempunyai
tentang hukum atau pemahaman secara ilmiah
kekuatan terhadap aturan yang lain. Akan
atas hukum, yakni secara metodis sistematis -
tetapidi Indonesia justru tidak menganut
logis rasional. Pengembanan Hukum Teoretis
Undang-Undang Payung karena posisi seluruh
dibedakan dalam 3 (tiga) jenis berdasarkan
Undang-Undang adalah sama. Persoalan
tingkat abstraksinya atau berdasarkan tataran
yang muncul bila dikaji dari perspektif teori
analisisnya (level of analysis), yaitu Ilmu-ilmu
Law bisa
mengarah
16 Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2016), hlm. 159.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum.
247
menghambat iklim investasi. Lahirnya Perpu
Persoalan regulasi dibidang pertanahan
tersebut melalui koordinasi dengan beberapa
refleksi tujuan kritis daripada pengembangan
kementerian terkait agar tidak menimbulkan
hukum itu sendiri. Hukum harus hidup
permasalahan dikemudian harinya.
diantara masyarakat dan dapat merekayasa
masyarakat
untuk
Keberadaan
tujuan
lembaga
yang
legislasi
Ada beberapa kelebihan penerapan konsep
baik.
Omnibus Law dalam menyelesaikan sengketa
yang
regulasi di Indonesia antara lain:
menjalankan fungsinya dengan baik. Proses
1. Mengatasi konflik peraturan perundang-
pembentukan peraturan perundang-undangan
undangan secara cepat, efektif dan
adalah
efisien.
proses
pembentukan
peraturan
perundang-undangan terdiri dari beberapa
2. Menyeragamkan kebijakan pemerintah
tahap legislasi dimulai dari perencanaan,
baik di tingkat pusat maupun didaerah
persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
untuk menunjang iklim investasi;
pembahasan, pengesahan, pengundangan dan
penyebarluasan17 .
Proses
3. Pengurusan perizinan lebih terpadu,
efisien dan efektif;
pembentukan
hukum yang
4. Mampu memutus rantai birokrasi yang
baik tidak akan melahirkan permasalahan
berlama-lama;
dikedepannya. Persoalan saat ini dalam
5. Meningkatnya
proses
pembentukan
hukum
banyak
sekali kepentingan para pihak. Inilah yang
menyebabkan produk perundang-undangan
yang cacat sejak lahir. Untuk memperbaiki
pun membutuhkan biaya, waktu, tenaga
dan proses yang cukup rumit seperti halnya
pengajuan judicial review ke Mahkamah
Agung.
Pemerintah perlu mengambil langkah
hukum dengan mengeluarkan paket kebijakan
yang
dapat
membantu
menyelesaikan
sengketa regulasi di bidang pertanahan.
Teknisnya
Presiden
bisa
menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang (Perpu). Dengan Perpu tersebut
diharapkan adanya percepatan penyelesaian
regulasi dibidang pertanahan yang dapat
hubungan
koordinasi
antar instansi terkait karena telah diatur
dalam kebijakan omnibus regulation
yang terpadu
6. Adanya jaminan kepastian hukum dan
perlindungan hukum bagi pengambil
kebijakan.
Penataan
reformasi
regulasi
dengan
menggunakan konsep Omnibus Law akan
sulit untuk diterapkan dilapangan apabila
tidak ada peran serta pemangku kepentingan
dan koordinasi antar instansi terkait. Merujuk
kepada konsep pelayanan satu atap harus
menjadi model pelayanan dan pemberian izin
sehingga para investor tidak direpotkan atau
merasa dipermainkan oleh instansi terkait.
Tentunya subtansi peraturan perundang-
17 Saldi Isra, Fungsi Legislasi Setelah Perubahan UUD 1945, (Jakarta: Jurnal Hukum Jentera, 2010), hlm. 34.
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
248
undangan yang baru harus dibuat seefisien
Reformasi
regulasi
pertanahan
pemerintah
dengan
perlu
mungkin. Perizinan yang sifatnya tidak perlu
dilakukan
mengacu
dan memanjang birokrasi harus dibabat habis.
sistem hukum di Indonesia. Sistem Hukum
Sedangkan kelemahan penerapan konsep
Indonesia sangat menentukan arah kebijakan
ini bila diterapkan antara lain:
pemerintah. Bila sistem hukumnya baik maka
1. Membuka peluang akan ditolak pada saat
arah kebijakan pemerintah akan tersistematis
paripurna atau di judial review terhadap
omnibus
kebijakan
regulation
yang
diterbitkan;
Inilah
saatnya
merekonstruksi
2. Legislatif merasa “dikebiri” karena proses
pembentukan
dan efektif.
peraturan
perundang-
pemerintah
regulasi
salah
untuk
satunya
regulasi pertanahan agar dapat meningkatkan
iklim investasi di Indonesia. Akan tetapi
undangan tidak melibatkan legislatif;
reformasi regulasi tersebut jangan sampai
3. Akan mempengaruhi stabilitas sistem
mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan
hukum
nasional
akibat
orientasi
rakyat Indonesia.
kebijakan pemerintah yang berubah
Gagasan konsep Omnibus Law diharapkan
sesuai kehendak rezim yang memerintah.
dapat menyelesaikan konflik regulasi di
Untuk meningkatkan pelayanan perizinan
bidang pertanahan dan diharapkan efektif
investasi perlu didukung dengan sarana
menyelesaikan konflik regulasi yang sudah
prasarana hukum, salah satunya dengan
lama mendera dan akibatnya bisa berujung
memanfaatkan sistem teknologi informasi
kepada kriminalisasi pejabat. Untuk itu
yang disiapkan sesuai kebutuhan. Sistem
dalam menerapkan konsep ini, maka harus
informasi teknologi tersebut dirangkai satu
diberikan landasan hukum yang kuat sehingga
kesatuan dan terkoneksi antar instansi terkait.
tidak bertentangan dengan asas dan norma
Dengan
pembentukan peraturan perundang-undangan.
demikian
kecepatan
pelayanan
perizinan investasi dapat maksimal.
Teknisnya bisa dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah
Simpulan
Undang-undang
(Perppu). Dengan Perppu tersebut diharapkan
Kebutuhan reformasi regulasi di bidang
pertanahan
Pengganti
sangat
mendesak
adanya percepatan penyelesaian regulasi
dilakukan
dibidang pertanahan yang dapat menghambat
karena dapat berimbas kepada turunnya iklim
iklim investasi. Beberapa kelebihan penerapan
investasi di Indonesia. Terjadinya konflik
konsep Omnibus Law dalam menyelesaikan
agraria salah satunya disebabkan konflik
sengketa regulasi di Indonesia antara lain:
regulasi. Untuk itu perlu dicarikan solusi
1. Mengatasi konflik peraturan perundang-
atau terobosan untuk menata kembali politik
undangan secara cepat, efektif dan
pertanahan.
efisien.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ...
2. Menyeragamkan kebijakan pemerintah
paripurna atau di judial review terhadap
omnibus
baik di tingkat pusat maupun didaerah
kebijakan
untuk menunjang iklim investasi;
diterbitkan;
3. Pengurusan perizinan lebih terpadu,
efisien dan efektif;
4. Mampu
memutus
birokrasi
menjadi sederhana;
5. Meningkatnya
regulation
yang
2. Legislatif merasa “dikebiri” karena proses
pembentukan
rantai
249
peraturan
perundang-
undangan tidak melibatkan legislatif;
3. Akan mempengaruhi stabilitas sistem
hubungan
koordinasi
hukum
nasional
akibat
orientasi
antar instansi terkait karena telah diatur
kebijakan pemerintah yang berubah
dalam kebijakan omnibus regulation
sesuai kehendak rezim yang memerintah.
yang terpadu
Bentuk penyelesaian sengketa regulasi
6. Adanya jaminan kepastian hukum dan
melalui penerapan gagasan Omnibus Law
perlindungan hukum bagi pengambil
diharapkan agar iklim investasi Indonesia
kebijakan.
meningkat efektif dan efisien serta konflik
Sedangkan kelemahan penerapan konsep
ini bila diterapkan antara lain:
agraria yang bersumber dari permasalahan
regulasi dapat diselesaikan.
1. Membuka peluang akan ditolak pada saat
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Manan, Bagir. Beberapa Masalah Hukum
Azhary. Negara Hukum Indonesia Analisis
Yuridis
Normatif
unsurnya.
Tentang
Jakarta:
Unsur-
Universitas
Indonesia Press, 1995.
Busroh, Firman Freaddy. Teknik Perundangundangan suatu Pengantar. Jakarta:
Cintya Press, 2016.
Garner, Bryan A. Black Law Dictionary Ninth
Edition. USA: A Thomson Reuters
business, 2004.
Goesniadhie,
Kusnu.
Harmonisasi
Sistem Hukum: Mewujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik. Malang:
Nasa Media, 2010.
Limbong, Bernhard. Konflik Pertanahan
Jakarta: MP Pustaka Margaretha, 2012.
Tata Negara Indonesia. Bandung:
Alumni, 1997.
Pond, Roscoe. An Introduction to the
Philosophy
of
Law.
Terjemahan.
Jakarta: Bhatara Niaga Media, 1996.
Rahardjo, Satjipto. Hukum, Masyarakat &
Pembangunan.
Bandung:
Alumni,
1981.
Masalah
______________.
Penegakan
Hukum. Bandung: Sinar Baru, 1983.
Rasjidi, Lili dan Liza Sonia Rasjidi. Dasardasar Filsafat dan Teori Hukum.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2016.
Sihombing,
B.F.
Evolusi
Kebijakan
Pertanahan Dalam Hukum Tanah
Indonesia.
Jakarta:
Agung Tbk, 2005.
Toko
Gunung
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
250
Faktor-faktor
_______________.
mempengaruhi
penegakan
yang
hukum.
Burhani, Ruslan. “BPN Sederhanakan Aturan
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1983.
Pertanahan”.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Hukum
com/berita/376127/bpn-sederhanakan-
Dalam Masyarakat. Jakarta: Penerbit
aturan-pertanahan. Diakses 12 April
Rajawali, 1979.
2017.
Abubakar,
http://www.antaranews.
FNH. “Menimbang Konsep Omnibus Law
Jurnal
diterapkan
Lastuti.
“Revitalisasi
di
Indonesia”.
http://
Hukum
www.hukumonline.com/berita/baca/
Adat sebagai Sumber Hukum dalam
lt58a6fc84b8ec3/menimbang-konsep-
Membangun sistem Hukum Indonesia”.
omnibus-law-bila-diterapkan-di-
Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13, No. 2,
indonesia. Diakses 13 April 2017.
(Mei 2013): 319-331.
Isra,
Naskah Internet
Saldi.
Fungsi
Legislasi
Privacy Exchange.org. “A global information
Setelah
resource
on
consumers,commerce,
Perubahan UUD 1945. Jurnal Hukum
and
Jentera Edisi 20 Tahun V, (Januari-
National Omnibus Laws”. http://www.
April 2010): 31-40.
privacyexchange.org/legal/nat/omni/
data
protection
worldwide
nol.html. Diakses 13 April 2017.
Download