BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Lapangan “X” merupakan salah satu lapangan yang memproduksi minyak dan gas yang lokasinya berada di Cekungan Barito. Lapangan ini termasuk ke dalam salah satu daerah penghasil hidrokarbon yang sudah cukup lama sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali untuk dapat memproduksi minyak dan gas yang masih ada (Pertamina, 2012). Selain itu, juga perlu diteliti juga secara mendetail mengenai fasies dan lingkungan pengendapan pada batuan reservoar yang menjadi target eksploitasi. Batuan reservoar yang menjadi target utama pada lapangan ini adalah Formasi Tanjung. Formasi Tanjung di ini merupakan salah satu batuan reservoar Lapangan X (Pertamina, 2012). Di daerah ini, batuan reservoar Formasi Tanjung telah terbukti memiliki kandungan hidrokarbon yang juga telah diproduksi, akan tetapi belum terdapat penelitian tentang fasies dan lingkungan pengendapan yang meneliti secara detail dari zona reservoar. salah satunya adalah zona reservoar batupasir „MR‟. Oleh karena itu, peneliti memandang perlu untuk dilakukan penelitian untuk dapat mengetahui persebaran fasies pengendapan zona reservoar batupasir „MR‟ Formasi Tanjung di daerah penelitian ini. Studi analisis persebaran reservoar ini juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah zona reservoar „MR‟ Formasi Tanjung merupakan salah satu reservoar terbaik untuk digunakan dalam penerapan teknik EOR. 1 2 I. 2 Rumusan Masalah Dari hasil uraian latar belakang penelitian diatas, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Apa fasies yang berkembang zona reservoar batupasir „MR‟ Formasi Tanjung sebagai salah satu reservoar pada Lapangan „X‟ ? 2. Bagaimana lingkungan pengendapan batupasir MR di daerah penelitian ? 3. Bagaimana persebaran batuan reservoar MR sebagai reservoar utama Lapangan X ? I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa fasies dan lingkungan pengendapan batupasir „MR‟ untuk mendapatkan gambaran mengenai persebaran batupasir „MR‟ Formasi Tanjung, Cekungan Barito. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui fasies batuan sedimen yang terdapat di Lapangan „X‟. 2. Menentukan lingkungan pengendapan zona reservoar batupasir „MR‟ Formasi Tanjung di Lapangan „X‟. 3. Menentukan persebaran batupasir „MR‟ Formasi Tanjung di Lapangan „X‟. I.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi ini terletak + 155 km sebelah timur-laut kota Banjarmasin, dan 3 berada + 178 km sebelah timur kota Palangkaraya Lokasi penelitian ini berada di area Lapangan „X‟ Cekungan Barito (Gambar 1.1). Gambar 1.1 Lokasi Penelitian I.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari : 1. Pengolahan dan Analisis Data a. Analisis dari tiap – tiap log sumur. 4 b. Korelasi batuan inti dengan log sumur. c. Korelasi stratigrafi sesuai dengan konsep stratigrafi sikuen. d. Analisis fasies dari hasil korelasi batuan inti dengan log sumur. e. Analisa lingkungan pengendapan. 2. Hasil Penelitian yang diharapkan a. Analisis hasil korelasi elektrofasies. b. Korelasi stratigrafi antar log sumur. c. Peta persebaran reservoar batupasir „MR‟. I.6 Batasan Penelitian Penelitian ini membahas mengenai bagaimana distribusi fasies pengendapan dan lingkungan pengendapan zona reservoar batupasir „MR‟ Formasi Tanjung di lapangan X, Cekungan Barito. Data yang disediakan adalah berupa data log sumur, batuan inti, dan seismik 3D. Ketersediaan data penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Log sumur, berupa data log sumur sebanyak 52 buah. b. Batuan inti, berupa data batuan inti di tiga sumur pada beberapa interval yang berbeda. c. Seismik 3D, mencakup data seismik di lapangan penelitian. 5 Dari data yang tersedia tersebut, dilakukan beberapa analisa diantaranya analisa log sumur untuk mengetahui posisi sekuen stratigrafi dalam cekungan Barito. Kemudian dilanjutkan dengan analisa batuan inti untuk mendapatkan apa saja fasies yang terdapat pada interval penelitian. Analisa seismik untuk mengetahui bagaimana kontrol struktur geologi berperan dalam mempengaruhi perkembangan zona reservoar batupasir „MR‟. Dan terakhir dilakukan analisis pembuatan peta isopach untuk mengetahui persebaran zona reservoar batupasir „MR‟ Formasi Tanjung di Lapangan „X‟. I.7 Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini dapat ditinjau dari segi keilmuan dan industri. Dari segi keilmuan, penelitian ini berguna untuk membantu memahami dan mengimplementasikan konsep stratigrafi dan geologi minyak dan gas bumi. Selain itu, juga dapat mengkaji zona reservoar batupasir „MR‟ daerah penelitian yaitu Formasi Tanjung di Lapangan X secara mendetail. Dari segi industri, penelitian ini berguna sebagai informasi tambahan kajian stratigrafi persebaran batupasir „MR‟ daerah penelitian. Ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah eksplorasi apa yang selanjutnya diambil. I.8 Peneliti Terdahulu dan Keaslian Penelitian Berdasarkan kajian pustaka, terdapat beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut: 6 1. Siregar dan Sunaryo (1980) menyatakan bahwa Formasi Tanjung yang merupakan batuan Tersier tertua di Cekungan Barito, diendapkan secara tidak selaras diatas batuan basement Pra-Tersier dan diatas Formasi Tanjung terdapat batugamping Formasi Berai. Formasi Tanjung ini memiliki kisaran umur dari Eosen hingga Oligosen. Formasi Tanjung ini terdistribusi secara luas di seluruh Cekungan Barito, dengan ketebalan yang paling tebal berada di bagian utara dan menipis di barat dan selatan. 2. Kusuma dan Darin (1989) menyatakan Formasi Tanjung Bawah diendapkan sebagai sekuen transgressive aluvial fan di bagian bawah, dan berubah ke arah laut dangkal di bagian atas. Kondisi laut yang relatif stabil dengan beberapa siklus-siklus minor fluktuasi muka air laut terekam pada Formasi Tanjung bagian atas ini sampai pada saat Oligosen Tengah berubah sistem sedimentasi menjadi regressive akibat sebagian besar cekungan Barito terekspos ke permukaan. 3. Rotinsulu dkk (1993) menyatakan bahwa Cekungan Barito terletak diantara dua elemen dari Mesozoik, yaitu bagian barat adalah paparan Sunda dan bagian timur adalah Pegunungan Meratus. Perkembangan cekungan Barito diawali oleh pemekaran saat Paleosen yang memproduksi sistem horst-graben berarah Tenggara-Barat Laut. Selama Eosen, sedimen tererosi dari tinggian (horst) dan diendapkan di bagian rendahan (graben). Endapan klastik ini kemudian terbentuk sebagai Formasi Tanjung, yang diendapkan pada lingkungan paralik-deltaik dengan kondisi air transisi antara air tawar ke payau. Bagian bawah Formasi Tanjung ini terdiri dari 7 batupasir, shale, dan lapisan batubara, sedangkan bagian atasnya berupa batugamping dan batubara. Naiknya muka air laut dari Oligosen hingga Miosen Awal memproduksi batu napal dan batugamping yang mendominasi Formasi Berai. Lalu terjadi pengangkatan Proto-Meratus membuat cekungan ini terpisah dengan laut sehingga mengubah siklus pengendapan dari transgressive menjadi regressive. Bagian tengah cekungan ini mengalami subsidence dengan cepat sebagai hasil dari pengangkatan Paparan Sunda di barat dan Meratus di timur. Formasi yang berasal dari tinggian ini mengakibatkan erosi yang kemudian terdeposisi kedalam fasies paralik dan deltaik Formasi Warukin dan Dahor. Deformasi termuda berada selama Plio-Pleistosen, dimana Cekungan Barito terangkat secara keseluruhan dan terjadi sistem thrust-fold dengan arah Barat DayaTimur Laut. Gaya kompresi yang aktif selama fase ini mengakibatkan reaktivasi sesar-sesar yang telah ada sebelumnya. Setelah mengkaji para peneliti terdahulu, banyak penelitian yang fokus kepada Formasi Tanjung dan dengan skala regional dan tidak banyak membahas mengenai persebarannya. Penelitian ini fokus kepada fasies, lingkungan pengendapan dan penyebaran zona reservoar „MR‟ Formasi Tanjung secara mendetail sehingga penulis berkesimpulan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.