BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja Operasi Perusahaan Dalam melaksanakan kegiatan operasi sehari-hari setiap perusahaan perlu menilai Bagaimana efektifitas dari operasi perusahaan tersebut, dan hasil dari penilaian tersebut dapat digunakan oleh perusahaan dalam melakukan evaluasi dan menilai kinerja perusahan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kinerja perusahaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia perusahaan adalah merupakan kegiatan (pekerjaan dsb) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan dengan menghasilkan barang-barang, berdagang, dan memberikan jasa. Atau dengan kata lain perusahaan adalah organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha. Dari kedua arti tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : Kinerja perusahaan adalah sesuatu yang dicapai, atau prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan yang merupakan hasil kegiatan yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur untuk tujuan mancari keuntungan. Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Sebelum suatu analisis dilakukan, seorang analisis perlu mendefinisikan secara jelas unsur-unsur berikut : a. Sudut pandang yang diambil b. Tujuan Analisis c. Standar perbandingan yang potensial Sudut pandang yang dapat diambil dalam melaksanakan analisis kinerja keuangan perusahaan terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda berdasarkan kepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan tertentu. Baberapa stakeholders utama yang ada di perusahaan adalah : a. Pemilik ( Investor) b. Manajer 8 c. Pemberi pinjaman dan kreditor d. Karyawan e. Organisasi pekerja f. Pemerintah g. Masyarakat umum (publik) Pandangan stakeholders ini terhadap hasil kinerja perusahaan sangatlah berbeda. Mereka sering kali menggunakan data selain data-data keuangan dan ekonomi untuk memasukkan nilai-nilai yang lebih luas dan tak berwujud dalam penilaian mereka. Pihak yang paling dekat dengan perusahaan dari sudut pandang sehari-hari, dan juga bertanggung jawab atas kinerja jangka panjang adalah manajemen organisasi yang bersangkutan, apakah mereka manajer profesional atau pemilik. Manajer bertanggung jawab atas efisiensi operasi, profitabilitas jangka pendek dan panjang, serta penggunaan yang efektif atas modal, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya. Selanjutnya adalah berbagai pemilik perusahaan, khususnya yang berkepentingan dengan profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang dari investasi modal yang mereka tanamkan. Mereka biasanya mengharapkan laba dan deviden yang meningkat yang akan membawa pertumbuhan pada nilai ekonomi dan investasi mereka. Berikutnya adalah kelompok pemberi pinjaman dan kreditor yang memberikan dana bagi perusahaan untuk berbagai dana bagi perusahaan untuk berbagai jangka waktu yang berbeda , mereka terutama berkepentingan dengan kemampuan membayar kembali pokok pinjaman dan ketersediaan nilai aktiva residual tertentu yang memberikan margin perlindungan terhadap resiko. Ukuran kinerja keuangan menurut bidang dan sudut pandang : 1 Sudut pandang manajemen, meliputi : a. Analisis Operasional b. Analisis Manajemen Sumber Daya c. Analisis Profitabilitas 2. Sudut pandang Pemilik 3. Sudut pandang pemberi Pinjaman. 9 2.2 Konsep Rasio 2.2.1 Rasio sebagai penilaian kinerja perusahaan Suatu keputusan yang dibuat sehingga memperoleh hasil yang efektif membutuhkan suatu informasi-informasi. Laporan keuangan yang terdiri dari berbagai lampiran pendukung termasuk salah satu contoh dari informasi tersebut. Dari lampiran pendukung tersebut terdapat berberapa hubungan yang penting dan biasanya dinyatakan dalam perbandingan-perbandingan, dan perbandingan-perbandingan tersebut dinamakan rasio. Dua metode yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Munawir adalah analisis vertikal yang membantu untuk mengetahui pos dan sub pos mana saja yang berperan besar dalam mempengaruhi besarnya suatu rasio, biasanya analisis ini di pergunakan bersama-sama dengan analisis horizontal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan/peningkatan suatu pos dan sub pos yang kemudian bisa mempengaruhi nilai dari suatu rasio. Mengadakan analisa terhadap hubungan dari berbagai pos-pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, persentase, serta trendnya. Maka, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individual akan membantu dalam menganalisa dan menginterprestasikan laporan keuangan suatu perusahaan. Dalam mengadakan interprestasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa financial adalah Rasio. Pengertian rasio itu hanyalah alat yang dinyatakan dalam “Aritmatical Term” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial. Namun manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangatlah ditentukan tujuan spesifik analisis. Lebih lanjut, rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menunjukan kepada analisis resiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang diteliti. 10 Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu, alat tertentu dan biaya tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa rasio ini akan dapat menjelaskan/memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka-angka dalam rasio-rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisa rasio seperti halnya alat analisa yang lain adalah future oriented. Oleh karena itu penganalisa harus mampu menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode lain/waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan/hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian,manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan/kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menetukan tingkat liquiditas, solvabilitas, dan keefektifan suatu operasi perusahaan serta derajat keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan (profitabilitas perusahaan) Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tertentu. Selanjutnya perlu dicatat bahwa penilaian kinerja melalui laporan keuangan yang didasarkan pada data dan kondisi masa lalu sulit untuk mengekstrapolasikan ekspektasi masa depan. Namun, kita harus ingat bahwa hanya masa depan yang dapat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil hari ini sebagai hasil dari suatu analisis keuangan. Tidak ada rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat memberikan jawaban yang mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, kerena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dan dari satu industri ke industri lain. Perbandingan dan standar masa lalu merupakan hal yang sulit dalam perusahaan yang sangat besar, multiusaha, dan konglomerat dimana informasi spesific menurut setiap lini usaha biasanya terbatas. Dalam mengadakan analisis rasio keuangan, seorang penganalisa dapat melakukannya dengan dua cara perbandingan yaitu sebagai berikut (Bambang Riyanto 2001;329) 11 1. Membandingkan rasio sekarang (present rasio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu ( rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktuwaktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current rasio tahun 2001 dibandingkan dengan current rasio tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat di ketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/company rasio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rat-rata (average), atau berada di bawah rata-rata (below average). 2.2.2 Pengertian Rasio Menurut Bambang Riyanto, dalam bukunya “Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan” (2001;329), mengatakan bahwa: “Rasio adalah alat yang dinyatakan dalam “Aritmatical term” yang dapat di gunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data financial”. Menurut Weston & Copeland dalam bukunya Financial Manajemen (1995), mengatakan bahwa : “Rasio (nisbah) adalah perbandingan antara pos-pos dalam neraca itu sendiri (Neraca dan Laba Rugi) yang merupakan sarana analisis untuk mengetahui kinerja perusahaan”. 2.2.3. Penggolongan Rasio Rasio jika dilihat dari sumbernya dapat di golongkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu 1) Rasio-rasio Neraca (balance Sheet rasio) Adalah rasio-rasio yang di susun berdsarkan data yang berasal dari neraca. Misalnya : Current rasio, Acid test rasio, Current asset to total asset rasio, Current liabilities to total asset rasio, dll. 12 2) Rasio- rasio laporan laba rugi ( Income statement rasio) Adalah rasio yang disusun berdasarkan data yang berasal dari Income Statement,. Misalnya : Gross profit margin, Net Operating margin, dll. 3) Rasio-rasio antar laporan (Inter-Statement rasio) Adalah rasio-rasio yang disusun berdasarkan data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba rugi. Misalnya : Asset turn over, Inventory turn over, dll. Menurut Weston mengatakan bahwa untuk mengukur kinerja perusahaan dapat di analisis dalam tiga kelompok, yaitu: A. Rasio Profitabilitas (Profitability ratio) yaitu mengukur efektifitas manajemen berdasarkan kepada hasil pengembalian yang di hasilkan dari penjualan dan investasi. B. Rasio Pertumbuhan (Growth ratio) yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi. C. Ukuran penilaian (Valuation Measure) yaitu mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas. Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi, dan pembiayaan. Karakteristik strategi tidak secara langsung bertanggung jawab atas ukuranukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang mengesampingkan hasil-hasil kinerja. Ukuran efisiensi operasi perusahaan melibatkan dua perangkat rasio, yaitu: A. Manajemen Aktiva dan Investasi (Asset and Invesment Manajement) yaitu mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahan dan pemanfaatan sumber dayanya. B. Manajemen Biaya (Cost Manajement) yaitu mengukur bagaimana elemen biaya dikendalikan. Ukuran efisiensi kebijakan keuangan dari suatu operasi perusahaan terdiri dari dua jenis utama, yaitu: A. Rasio laverage (Laverage Ratio) yaitu untuk mengukur sejauh mana tingkat aktiva perusahan telah dibiayai oleh penggunaan utang. 13 B. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. 2.3. Pengertian Profitabilitas Menurut Weston “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk dapat menghasilkan keuntungan dari investasi yang di tanamkan” Profitabilitas menunjukan tingkat keberhasilan suatu badan usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) kepada pemilik. Konsep profitabilitas memiliki pengertian yang lebih luas daripada istilah laba/ profit. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur denagn menghubungkan antara keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut tanpa mengingat dari mana sumber modal tersebut. Informasi kinerja perusahaan dalam hal kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit diperlukan untuk mencari perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikehendaki dimasa yang akan datang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan sumber dana yang ada. 2.4 Pengertian profitabilitas rasio Profitabilitas atau keuntungan merupakan hasil dari kebijakan dan keputusan dari manajemen. Rasio profitabilitas akan digunakan untuk mengukur seberapa efektifkah perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan perusahaan. Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”(2001;331), mengatakan bahwa :”Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari suatu keputusan manajemen”. Menurut Weston “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi”. 14 2.5 Komponen-komponen dari Rasio Profitabilitas Menurut Weston dan Copeland, mengatakan bahwa rasio profitabilitas terdiri dari: 1. Profit margin rasio Yaitu rasio laba operasi bersih terhadap penjualan yang merupakan keuntungan netto dari penjualan yang dinyatakan dalam prosentase. Hubungan antar laba bersih setelah pajak dan penjualan menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaannya sampai cukup berhasil dalam memulihkan harga pokok barang dagang atau jasa beban operasi (termasuk penyusutan), dan biaya bunga pinjaman. Rasio ini menunjukan kemampuan manajemen dalam menyisihkan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko. Rasio laba bersih terhadap penjualan (total pendapatan) pada dasarnya mencerminkan efektifitas biaya/ harga dari kegiatan perusahaan. Formulasi Rumus dari profit Margin adalah: Net profit Margin = LabaOperasiBersih( NOI ) Penjualan 2. Rasio Return on Investment (ROI) Yaitu rasio hasil pengembalian atas total investasi, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas pengembalian atas sejumlah dana yang ditanamkan dalam suatu investasi. ROI juga dapat digunakan untuk mengukur keseluruhan operasi perusahaan. Return on total asset (ROI) merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Besarnya ROI dinyatakan dalam prosentase. Return on Investment (ROI) = LabaOperasibersih( NOI ) TotalAktiva Return on invesment (ROI) adalah menunjukan hasil yang diperoleh dari adanya resiko dan ketidakpastian yang ditanggung oleh investor atas investasi yang di tanamkannya. Kembalian investasi terdiri dari bunga dan laba. Menurut Weston, mengemukakan bahwa : “Return on invesment adalah kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”. 15 Return on Invesment (ROI) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Besarnya ROI akan berubah jika ada perubahan terhadap profit margin/asset turn over, baik masing-masing maupun keduanya. Agar Return on Invesment perusahaan tinggi, maka profit margin perusahaan tersebut harus tinggi, sebab tinggi rendahnya Return on Invesment dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh dalam setiap periodenya. Besar kecilnya Return on Invesment (ROI) di tentukan oleh 2 (dua) faktor, yaitu: 1. Turn over dari operating asset, yaitu tingkat perputaran dari aktiva yang di gunakan. Yang dinyatakan dalam : ASTO = Pr ofit Netsales Jika asset turn over meningkat, hal ini menunjukkan bahwa manajemen efektif atau hal ini juga bisa berarti bahwa aktiva perusahaan sudah tua habis disusut Turn over rasio tidak dapat memberikan gambaran yang pasti tantang keefektifan kegiatan perusahaan karena harus di hubungkan dengan profit margin, sehingga di peroleh rate of return on invesment. 2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan tingkat penjualan. 3. Rasio laba operasi terhadap total modal Yaitu rasio yang mengukur besarnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan keseluruhan modal yang diperoleh. Total modal adalah total aktiva dikurangi hutang tanpa bunga. Total modal dapat juga diukur sebagai jumlah equitas pemegang saham ditambah hutang berbeban bunga, sehingga angka total modal bersih yang di hasilkan memberikan suatu ukuran tentang aktiva operasi yang di butuhkan. Hasil pengembalian = Labaoperasibersih hu tan gbebanatas mod al + Ekuitas 16 4. Rasio Profit margin on sales Rasio ini disebut sebagai margin laba atas penjualan. Rasio ini dapat dipengaruhi oleh intensitas modal dalam industri tempat perusahaan bergerak. Rasio ini sangat menentukan terhadap besarnya tingkat pengembalian investasi. Besarnya Margin laba = Lababersih penjualan 5. Rasio Retun on Equity (ROE) Yaitu rasio hasil pengembalian atas equitas yang mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan. Rasio ini merupakan tujuan akhir. ROE dinyatakan dengan prosentase Besarnya ROE = Lababersih ekuitaspemegangsaham 6. Rasio perubahan Net Operating Income terhadap perubahan total modal (Rasio Profitabilitas Marginal) Yaitu rasio-rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat pengembalian investasi. Jika profitabilitas marginal rendah, maka tingkat pengembalian investasinya pun akan rendah. 7. Rasio perubahan Net Income terhadap perubahan Equitas Yaitu rasio yang mengukur besarnya perubahan pendapatan bersih terhadap equitas yang dimiliki, yang dinyatakan dalam prosentase. Sedangkan menurut Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan” (2001;335) mengemukankan bahwa rasio keuntungan terdiri dari : 1. Gross profit margin Merupakan rasio yang mengukur besarnya laba bruto yang dapat di hasilkan dari setiap rupiah penjualannya. Besarnya Gross profit margin rasio dinyatakan dengan: Gross Profit Margin = 2. Pejualannetto − HPP Penjualannetto Operating Income rasio ( Operating Profit Margin) Besarnya operating income rasio adalah sbb: 17 Operating Income rasio = 3. Penjualannetto − HPP − Biaya − biaya Penjualannetto Operating Rasio Yaitu rasio yang mengukur besarnya biaya operasi yang harus dikeluarkan dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar rasio ini, maka berarti operasi perusahaan semakin buruk. Besarnya operating rasio adalah sbb: Operating rasio = 4. HPP + Biaya − biaya Penjualan Net Profit Margin rasio (Sales Margin) Yaitu rasio yang mengukur besarnya keuntungan netto yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Besarnya net profit margin rasio adalah sbb : Net profit margin = 5. KeuntungansetelahPajak PenjualanNetto Earning Power of Total Investment rasio (Rate of Return on Total Asset Rasio/ROA) Yaitu rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham) Besarnya ROA adalah sbb: Rate of Return on total Asset (ROA) = 6. EBIT JumlahAktiva Net Earning Power Rasio (Rate of Return on Invesment/ROI) Adalah rasio yang mengukur besarnya kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Besarnya ROI adalah sbb : Rate of Return on Invesment (ROI) = 18 EAT JumlahAktiva 7. Rate of Return for Owners (Rate of Return on Net Worth) Adalah rasio yang mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. Besarnya ROE adalah sbb : Rate of Return on Net Worth (ROE) = EAT Ekuitas Beberapa hal yang menyebabkan rasio profitabilitas rendah, diantaranya : 1. Karena terjadinya over investasi dalam aktiva yang digunakan untuk operasi. Dalam hubungannya dengan volume penjualan dari aktiva tersebut. Artinya, penjualan rendah dibandingkan dengan investasi yang dilakukan sehingga profitnya rendah. 2. Merupakan cerminan rendahnya volume penjualan, sedangkan biaya yang digunakan tinggi. 3. Terjadinya inefisiensi di dalam produksi, penjualan dan pembelian. 4. Adanya kegiatan perekonomiaan yang menurun. 2.6 Economic Value Added (EVA) 2.6.1. Konsep Economic Value Added (EVA) Konsep Economic Value Added (EVA) apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai konsep nilai tambah ekonomi yang digunakan untuk menilai kinerja dari perusahaan terhadap profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan dengan menggunakan biaya modal. Berawal dari keinginan untuk mendapatkan metode penilaian kinerja perusahaan yang lebih baik, Steward & Stern, analisis keuangan dari perusahaan Stern stewart and Co memperkenalkan konsep EVA. Definisi EVA menurut Glen Arnold dalam bukunya “Memahami Konsep EVA dan Value Based Manajement karangan Amin Widjaja adalah sbb: “Economic Value Added (EVA) is variant of economic profit, which is the modern term for residual income. Economic profit for a period is the amont earned by business after deducting all operating expense and a change for the opportunity cost of employed”. 19 capital Definisi EVA secara sederhana menurut Stern & Shiely dalam buku the Economic Value Added challenge adalah : Economic Value Added (EVA) is the profit that remains after deducting the cost of the capital invested to generate that profit”. (2001:15) Menurut Tandelin (2001:195) hubungan EVA dengan harga saham adalah sbb: “Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang di berikan) , maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Definisi Economic Value Added (EVA) menurut Amin Widjaja dalam buku “Memahami Konsep EVA dan Value Based Manajement adalah: “Suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (Operating Cost) dan biaya modal (Cost of Capital). Economic Value Added (EVA) merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan. Dengan menggunakan konsep EVA ini, kita dapat mengukur berapa nilai tambah yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Yang menarik dari konsep Economic Value Added (EVA) ini adalah memasukkan unsur cost of capital (biaya modal), dimana dalam pengukuran konvensional, cost of capital ini tidak di masukkan dalam perhitungan. Salah satu alasannya adalah cost of capital tidak tampak dalam laporan keuangan, sehingga sulit menentukan berapa besar cost of capital yang digunakan oleh perusahaan. 2.6.2 Menghitung EVA Menurut Young dan O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:39) menyatakan bahwa: “…EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal (NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setalah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan). Biaya modal sama dengan modal yang di investasikan perusahaan (juga disebut modal yang dipakai dikalikan rata-rata tertimbang (weighted Average) dari biaya modal 20 (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham. EVA = NOPAT – Biaya Modal (Modal yang di investasikan x WACC) Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, Passiva yang tidak menanggung bunga (Non-interestdearing liabilities), seperti utang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas dan kewajiban jangka panjang lainnya. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:212) menyatakan bahwa : “EVA dihitung dengan mengurangi laba usaha bersih setelah pajak (LUBSP) dengan beban modal (capital Charge). Dengan demikian, terdapat 5 (lima) langkah dalam perhitungan EVA,Yaitu: 1. Menghitung Laba Usaha Bersih Setelah Pajak (LUBSP) 2. Memperkirakan jumlah modal terpakai 3. Memperhitungkan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) 4. Menghitung beban modal 5. Menghitung EVA Yang harus menjadi perhatian dari pernyataan diatas bahwa laba usaha bersih setelah pajak (LUBSP/NOPAT) tidak sama dengan laba bersih setelah pajak yang ada dalam laporan laba-rugi. Untuk menghitung LUBSP/NOPAT diperlukan beberapa penyesuaian terhadap laporan keuangan yang sudah disusun oleh perusahan. Adapun penyesuaian yang diperlukan diantaranya penyesuaian terhadap biaya penelitian dan pengembangan, biaya pemasaran, serta penyesuaian dalam laporan laba-rugi dimana dalam laporan laba-rugi, biaya (pendapatan) lain-lain dijadikan sebagai unsur pengurang terhadap laba usaha, sedangkan dalam perhitungan LUBSP/NOPAT biaya (pendapatan) tidak dimasukkan dalam perhitungan. Penyesuaian terhadap terhadap penelitian dan pengembangan dalam konsep EVA harus dilakukan karena biaya penelitian dan pengembangan mempunyai manfaat dimasa yang akan datang, sehingga kalau biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat terjadinya. Maka itu, dianggap kurang tepat. Menurut Young dan O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001;39) menyatakan bahwa: 21 “.....Sebagaimana dikebanyakan negara, perusahaan mengenakan biaya R&D pada saat diadakan. Logika dibalik kebijakan ini adalah Hubungan antara pengeluaran R&D sekarang dan manfaat mendatang seringkali sangat tidak pasti sehingga menghapuskan pengeluaran satu-satunya tindakan yang berhati-hati. Dalam suatu pengertian, penghapusan R&D adalah sebuah aplikasi ekstern dari akuntansi upaya berhasil, kecuali bahwa itu merupakan investasi. Kadang-kadang investasi memberi hasil, kadang-kadang tidak dalam kasus manapun, itu masih meupakan investasi”. Rumusan Economic Value added (EVA) menurut Steward and Stern adalah sbb: EVA = Net Operating After Tax (NOPAT) – WACC x Capital. Dimana : 1. NOPAT (Net Operating After Tax) merupakan laba bersih setelah pajak. 2. WACC (Weighted Average Cost of Capital), merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri. 3. Capital (modal) adalah jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan. Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. Atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (Residual Income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Dari persamaan ini pula, bisa di lihat bahwa EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) di dalam perusahaan. Sedangkan biaya modal diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai (value) tersebut. 2.6.3 Standarisasi EVA Dari perhitungan Economic Value Added, kita dapat memperoleh hasil perhitungan nilai EVA yang positif (+), negatif (-), atau nol 1. Hasil perhitungan EVA positif (+), hal ini menunjukkan bahwa operasi perusahaan tersebut telah memberikan nilai tambah pada perusahaan. Selain itu, nilai EVA yang positif (+) menandakan bahwa tingkat penembalian yang diharapkan telah 22 melampaui tingkat pengembalian yang diharapkan olek kreditur dan pemilik perusahaan. 2. Hasil perhitungan EVA yang negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa operasi perusahaan mengurangi nilai dari perusahaan. Dan hal ini berarti juga menunjukkan bahwa tingkat ROR yang diberikan oleh perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban kreditur dan pemilik perusahaan. 3. Apabila hasil perhitungan EVA tersebut nol, maka hal ini menunjukkan bahwa ROR yang diinginkan kreditur dan pemilik perusahaan sama dengan yang diberikan oleh perusahaan. Dan hal ini juga menendakan berarti bahwa semua laba dari perusahaan yang digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan pada kreditur dan pemilik perusahaan. Dari adanya pemikiran tersebut, maka dalam menilai kinerja perusahaan tidak hanya cukup menggunakan analisis rasio keuangan saja. Tetapi, penggunaan konsep Economic Value Added juga diperlukan guna melihat besarnya nilai tambah yang dihasilkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Dengan demikian, masing-masing metode memiliki keunggulan tersendiri dimana keunggulan tersebut dapat dapat memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. 2.6.4 Keunggulan EVA EVA bisa diterapkan dalam berbagai divisi, sehingga tiap divisi bisa terpacu untuk meningkatakan kinerja. Dengan menggunakan konsep EVA, sistem kompensasi bagi karyawan yang menciptakan nilai bagi perusahaan akan lebih baik. Sehingga antara karyawan yang memberikan nilai dan tidak akan terlihat perbedaanya, dan karyawan pun akan termotivasi untuk menciptakan nilai bagi perusahaan. Menurut Young dan O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:428) menyatakan bahwa : “ Ingatkah bahwa EVA diatas segala sistem pengukuran. Dengan mengukur penciptaan nilai lebih lansung dibandingkan pengukuran akuntansi konvensional, ia dapat membantu perusahaan untuk memotivasi dengan lebih baik manajernya untuk melakukan hal yang benar oleh pemegang sahamnya.” 23 Sugiarto dalam Skripsinya (2000 : 58 ) menyatakan bahwa : “ EVA merupakan konsep yang kaya akan keunggulan dibandingkan dengan alat ukur konvensional, diantaranya : 1. EVA mengetahui adanya unsur biaya ekuitas yang tidak diperhitungkan oleh alat ukur finansial lainya atau dengan kata lain, EVA memperhitungkan adanya biayabiaya dari seluruh modal yang ditanamkan dalam perusahaan. 2. EVA mengeleminasi distorsi yang disebabkan oleh perlakukan akuntansi konvensional seperti mengkapitalisasikan proyek Riset dan Pengembangan serta menambahkan kembali Goodwill yang telah diamortasi. 3. Konsep EVA merupakan konsep yang flexsibel sehingga mendorong perusahaan untuk mengimplementasikanya pada semua level bahkan level yang terendah dalam perusahaan. Dengan asumsi fundamental bahwa seluruh karyawan tidak hanya eksekutif senior memiliki tanggung jawab untuk memberikan kesejahteraan bagi para pemegang saham. 4. EVA menghasilkan keseluruhan tujuan (Goodwill Congvence) karena disamping mengevaluasi kinerja, EVA juga memberikan arti pengukuran bagi penilaian pasar modal dan investasi. 5. Sistem bonus EVA membuat para manajer bertindak seperti pemilik karena memfokuskan perhatian mereka terhadap ongkos modal dalam setiap keputusan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. 6. EVA merupakan alat ukur satu-satunya yang memiliki korelasi tinggi dengan hargaharga saham dibanding alat ukur financial lainya, karena dengan mengelola mencapai nilai EVA lebih tinggi berarti mengelola untuk harga yang lebih tinggi.” Dari pernyataan diatas, bisa disimpulkan bahwa EVA tidak saja berfungsi sebagai alat ukur kinerja yang paling baik dibandingkan dengan alat ukur lainya, tetapi juga mempunyai fungsi-fungsi lainya yang kalau perusahaan menerapkan konsep EVA dalam perusahaannya, maka akan terjadi penciptaan nilai yang positif. 24 2.6.5 Konsep Cost of Capital (Biaya modal) Konsep “Cost Of Capital” (Biaya penggunaan modal) merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Kebanyakan orang menganggap bahwa biaya penggunaan utang adalah sebesar tingkat bunga yang ditetapkan dalam kontrak. Hal ini benar kalau jumlah uang yang diterima sama besarnya dengan jumlah nominal utangnya. tetapi seringkali terjadi bahwa jumlah uang yang diterima itu lebih kecil daripada jumlah nominal utangnya. Dalam hal ini, yang demikian biaya penggunaan utang yang secara riil harus ditanggung oleh penerimaan kredit atau harga kreditnya adalah lebih besar daripada tingkat bunga menurut kontrak. Demikian pula kalau kita memenuhi kebutuhan dana dengan menggunakan saham preferen. maka, besarnya biaya penggunaan modal dari saham preferen adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang ditetapkan. Kalau perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba yang ditahan biaya (Retained earning) haruslah disadari bahwa itupun ada biaya yang harus dikeluarkan yaitu sebesar “Rate of Return” (tingkat pendapatan investasi yang di harapkan) oleh investor. Kalau perusahaan menginvestasikan sendiri atau “Rate of return” yang diharapkan diterima dari saham (expected rate of return on the stock). Biaya penggunaan modal yang berasal dari laba ditahan disebut “Cost of retained earning”. Dengan demikian konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya rill dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan, yang ini merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan ( the firm’s cost of capital). Biaya penggunaan modal yang dimaksudkan di sini adalah biaya modal yang sifatnya “explicit”. Biaya penggunaan modal yang explicit dari suatu sumber dana adalah sama dengan “discount rate” yang dapat menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana netto yang diterima perusahaan dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Pembayaran atau “out flows” itu adalah dalam bentuknya pembayaran bunga, pembayaran utang pokok atau “principal” atau deviden. Penggunaan biaya modal dapat didasarkan atas 25 perhitungan sebelum pajak atau perhitungan setelah pajak. Tetapi, pada umumnya digunakan perhitungan atas dasar sesudah pajak. Biaya modal dalam perhitungan EVA merupakan pengurang dari laba bersih setelah pajak. EVA didasarkan pada gagasan laba ekonomis, yakni laba yang diperoleh dari suatu ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang menyaratkan sebuah perusahaan dengan menutup tidak hanya biaya operasi tetapi juga seluruh biaya modal. Biaya modal ini meliputi tidak hanya elemen-elemen yang jelas, seperti pembayaran bunga kepada bank dan pemegang obligasi, tetapi juga kesempatan biaya modal yang di investasikan oleh pemegang saham perusahaan. Pengukuran EVA mensyaratkan perusahaan untuk memperkirakan komponen dari biaya modal ini juga. 2.6.6 Pengertian Cost of Capital (Biaya Modal) Menurut Young dan O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:148) mengatakan bahwa : “ Biaya modal adalah biaya kesempatan yang mencerminkan penegembalian yang diharapkan investor dari investasi lain dengan resiko yang serupa”. Menurut Weston dan Bringham dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” menyatakan bahwa :”Biaya modal merupakan biaya komponen dari setiap jenis modal tertentu”. R. Agus Sartono, dalam bukunya “Manajemen Keuangan” teori dan aplikasi menyatakan : “Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal, baik yang berasal dari hutang, saham preferen dan saham biasa maupun laba di tahan untuk membiayai investasi perusahaan”. Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan” mengatakan bahwa : “Suatu konsep untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal masing-masing dari sumber dana yang digunakan di dalam perusahaan yang merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan”. Faktor-faktor yang mempengaruhi Cost of Capital (biaya modal) adalah sebagai berikut: 26 1. Tingkat suku bunga 2. Keadaan perekonomian pada umumnya 3. Situasi dan kondisi keuangan perusahaan 4. Jumlah dana yang dibutuhkan 5. Aktiva yang dimiliki 6. Kondisi pasar 7. Operasi pasar dan keputusan di bidang keuangan. Empat (4) komponen utama dalam biaya modal : 1. Biaya modal utang jangka panjang Sumber dana yang berasal dari luar perusahaan dengan jangka waktu tertentu, Umumnya digunakan untuk membelanjai ekspansi atau modernisasi perusahaan sehingga biaya yang dibutuhkan berjumlah besar. Apabila suatu perusahaan memperoleh dana melalui utang jangka panjang, maka biaya modal yang akan timbul berupa “biaya hutang” (Cost of Debt). Hutang jangka panjang pada umumnya adalah dalam bentuk obligasi. Pada dasarnya penggunaan dana yang berasal dari obligasi digunakan rumus: Kb (before tax cost of debt) = Kb = Interest Pr inciple 1 + Po + Nd / n Nd + Po / 2 Dimana: i = bunga tahunan Po = Par value obligasi Nd = net proceeds n = masa berlaku obligasi Karena bunga bersifat mengurangi pajak, maka perlu penyesuaian pajak. Sehingga Kb harus dikonversi menjadi biaya hutang setelah pajak. Kd = Kb (1-t ) 2. Biaya penggunaan modal yang berasal dari saham preferen Saham preferen memiliki sifat campuran antara hutang dan saham biasa. Biaya modal yang berasal dari penjualan saham preferen disebut biaya saham preferen dan 27 dalam perhitungannya sudah atas dasar pajak, sehingga tidak perlu diadakan penyesuaian pajak. Biaya saham preferen = DevidenperlembarSaham PenjualanBersihPerlembarSaham = Dp : Pn 3. Laba ditahan Laba perusahaan setelah pajak merupakan hak persero, pihak manajemen mungkin akan membayarkan laba tersebut dalam bentuk deviden atau menahan laba tersebut untuk di investasikan kembali dalam perusahaan. Besarnya biaya penggunaan laba yang berasal dari laba ditahan (Cost of Retaitned Earning) adalah sebesar tingkat pendapatan investasi (rate of Return) dalam saham yang diharapkan dapat diterima oleh para investor. Biaya Laba ditahan = (deviden : harga jual) + tingkat pertumbuhan yang Diharapkan. 4. Saham Biasa Sumber dana yang berasal dari emisi saham biasa baru, dimana biaya modalnya lebih tinggi dibandingkan biaya modal laba ditahan. Karena dalam emisi, saham biasa baru dibebani biaya emisi. 1. Mencari Biaya Emisi = Biaya emisi : harga jual perlembar saham 2. Mencari Biaya saham biasa baru = Biaya emisi : (1- bi. Emisi) 2.6.7 Biaya Modal Tertimbang/ Weighted Average Cost of Capital (WACC) Tingkat biaya penggunaan modal yang ingin diperhitungkan oleh perusahaan adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena biaya masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung biaya modal tertimbang dari berbagai sumber dana tersebut. Penetapan biaya rata-rata bobot/weight dapat didasarkan pada : 1. Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal 2. Proporsi modal dalam struktur modal 28 WACC dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing komponennya. Ada dua (2) hal penting yang harus diperhatikan dalam perhitungan WACC, yaitu: 1. Jumlah semua bobot harus = 1 2. Bobot dari common stock dapat dikali dengan cost of new issues of common stock maupun cost of retained earning tergantung dari jenis mana yang digunakan. Biaya modal rata-rata tertimbang WACC tersebut akan berubah kalau ada perubahan struktur modal/perubahan biaya dari masing-masing komponen modal tersebut. Selama struktur modal dan biaya masing-masing komponen modal tersebut masih dapat dipertahankan, maka biaya modal rata-rata tidak akan berubah meskipun ada tambahan modal yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap tambahan dana yang dilakukan dalam perimbangan modal yang sama dan biaya komponennya juga tetap sama, maka biaya modal dari tambahan modal tersebut akan tetap sama dengan biaya modal rata-rata sebelum ada tambahan dana tersebut (marginal cost of capital) tetap sama. Tetapi apakah suatu perusahaan membutuhkan tambahan dana yang demikian besarnya terpaksa harus mengadakan emisi saham baru. Namun, penambahan saham biasa baru tersebut akan mengakibatkan kenaikan marginal cost of capitalnya. Karena biaya saham baru lebih mahal daripada cost of retained earning. Fungsi “Cost of Capital” dalam penggunaan Berbagai konsep Metode Pemilihan Investasi “Cost of Capital” atau biaya penggunaan modal dalam uraian mengenai berbagai metode pemilihan investasi yang berdasarkan pada “discounted cash flow”, yaitu metodemetode “Net Present Value”. Profitability indek dan Internal rate of return”. Dalam bagian ini kami menegaskan tentang fungsi “Cost of Capital” dalam berbagai metode tersebut. Pengertian “Cost of Capital” di sini dimaksudkan sebagai biaya penggunaan modal yang menyeluruh (over-all cost of capital) atau (“Weighted cost of capital”). Kalau kita menggunakan “Net Present Value” atau profitability index” sebagai cara untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, maka “cost of capital” berfungsi “discount rate” yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds 29 atas dasar discount rate tersebut (yaitu sebesar cost of capital) lebih besar daripada nilai sekarang dari pengeluaran investasinya sehingga nilai sekarang netto atau net Present Value-nya positif, maka usul investasi tersebut dapat diterima. Apabila ada perubahan biaya dari salah satu atau beberapa sumber dana, atau perubahan komposisi modalnya, maka “cost of capital” nya pun akan berubah, sehingga hasil perhitungan Net Present Value atau Profitability index-nya pun akan berubah. Apabila kita menggunakan metode “internal rate of return”, maka fungsi cost of capital adalah sebagai “hurdle rate” atau cut-of rate” (tingkat pembatas atau pemotong) dalam hal kita mengadakan evaluasi terhadap usul-usul proyek invesatasi. Apabila “Rate of Return” dari usul suatu proyek investasi lebih besar daripada cost of capitalnya, maka usul proyek investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya kalau Rate of Return dari usul investasi tersebut lebih kecil daripada cost of capitalnya, maka usul proyek investasi tersebut harus ditolak. Kalau ada beberapa usul investasi, maka yang mempunyai rate of return yang lebih besar daripada cost of capitalnya tersebut, dan itulah usul-usul investasi yang dapat diterima. Tujuan perhitungan Tujuan utama perhitungan biaya modal adalah untuk menentukan, memilih dari sekian alternatif komposisi jenis modal yang berbiaya minimum agar menghasilkan struktur modal yang optimal. 30