BAB V Kesimpulan dan Saran

advertisement
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1.
Kesimpulan
Akomodasi komunikasi adalah sebuah proses dimana ia tidak
muncul begitu saja. Akomodasi komunikasi dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti motivasi dan power. Studi ini pun melihat kecenderungan
akomodasi komunikasi yang dilakukan oleh para siswa dalam kelas bahasa
Inggris di Stichting Help For Jogja. Kecenderungan akomodasi dilihat
melalui tiga elemen selama mereka melakukan komunikasi dengan
pengajar asing yakni melalui bahasa, paralanguage, dan perilaku
nonverbal.
Bahasa menjadi elemen yang paling menonjol menunjukkan
adanya akomodasi komunikasi. Hal ini dikarenakan bahasa para siswa dan
pengajar asing berbeda mengingat mereka berasal dari latar belakang
budaya dan geografis yang berbeda pula. Bahasa pengajar asing pun
menjadi bahasa outgroup bagi para siswa. Dengan menggunakan bahasa
outgroup dalam berkomunikasi, para siswa menunjukkan akomodasi
komunikasi yang konvergen dimana mereka mencoba ‘menjadi seperti’
pengajar asing. Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris, penggunaan
bahasa outgroup pun terlihat wajar. Akan tetapi dalam studi akomodasi
komunikasi, hal ini mengindikasikan akomodasi komunikasi yang
konvergen.
Dengan bahasa Inggris yang kurang baik karena masih dalam
proses belajar, mereka masih seringkali bertanya kepada teman mereka
apabila mereka tidak memahami apa yang dikatakan pengajar asing atau
tidak mengerti apa yang harus dikatakan. Apabila hal ini terjadi, mereka
lantas menggunakan bahasa ingroup untuk bertanya. Bahasa ingroup
85
mengindikasikan akomodasi komunikasi para siswa yang divergen karena
hal ini menegaskan adanya perbedaan di antara siswa dan pengajar asing.
Akan tetapi, penggunaan bahasa ingroup ini tidak semata-mata menjadi
akomodasi komunikasi yang divergen karena penggunaan bahasa lokal
ditujukan untuk menunjang komunikasi dengan bahasa Inggris.
Akomodasi komunikasi yang divergen terlihat apabila para siswa
menggunakan bahasa ingroup untuk membicarakan pengajar asing.
Mereka menggunakan bahasa lokal untuk mengomentari pengajar asing
sehingga mereka tidak mengerti. Penggunaan bahasa lokal yang terlalu
sering pun cenderung mengisolasi pengajar asing dan menunjukkan
akomodasi komunikasi yang divergen dimana ia membangun jarak antara
keduanya.
Faktor penting lainnya dalam elemen bahasa yang menentukan
kecenderungan akomodasi komunikasi para siswa adalah pemilihan topik.
Apabila pemilihan topik sesuai dan mampu membangkitkan ketertarikan
siswa, akomodasi komunikasi yang terjadi cenderung bersifat konvergen.
Para siswa pun semakin antusias untuk menggunakan bahasa Inggris agar
tdapat terus mengkomunikasikan ketertarikan mereka. Di sisi lain,
pemilihan topik yang tidak tepat seperti topik mengenai perbedaan di
antara dua pihak akan memunculkan akomodasi komunikasi yang
divergen. Penggunaan bahasa ingroup sebagai bentuk divergensi pun
muncul apabila topik yang dilemparkan tidak sesuai atau menyinggung
identitas para siswa.
Pengajar asing yang datang ke Stichting Help For Jogja tidak
semua berasal dari negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa nasional. Hal ini pun berpengaruh pada kemampuan bahasa Inggris
mereka dan akhirnya menjadi faktor yang mempengaruhi kecenderungan
akomodasi para siswa, baik konvergen maupun divergen. Apabila pengajar
asing mampu menunjukkan kapabilitasnya berbicara dalam bahasa Inggris,
para siswa akan mengakomodasi cara berkomunikasi mereka secara
86
konvergen. Sebalikanya, apabila pengajar asing menunjukkan kemampuan
yang kurang baik, siswa enggan mengakomodasi cara berbicara mereka
secara konvergen.
Dilihat dari elemen nonverbal, para siswa menunjukkan
keberimbangan akomodasi komunikasi yakni secara divergensi dan
konvergensi. Akan tetapi, akomodasi mereka yang divergen muncul di
awal pertemuan di saat mereka belum terlalu mengenal pengajar asing.
Mereka pun membangun jarak di antara. Seiring dengan berjalannya
waktu, bertambah baiknya pengetahuan mereka atas satu sama lain, serta
timbulnya ketertarikan, jarak itu semakin menyempit dan memunculkan
akomodasi
komunikasi
yang
cenderung
konvergen.
Akomodasi
komunikasi yang nampak dari elemen nonverbal juga sangat dipengaruhi
dengan konteks verbal yang terjadi. Apabila topik yang sedang dibicarakan
menarik bagi para siswa, perilaku nonverbal mereka menunjukkan
akomodasi yang konvergen. Begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan
kembali peranan elemen bahasa dalam mempengaruhi akomodasi
komunikasi yang dilihat dari elemen lainnya.
Dari analisis ketiga elemen tersebut, kedua strategi akomodasi
komunikasi ditunjukkan oleh para siswa, baik akomodasi yang konvergen
dan divergen. Meski demikian, strategi akomodasi komunikasi dengan tipe
konvergen lebih dominan dilakukan daripada divergen.
Pada awalnya, para siswa memang terlihat mengakomodasi
dengan sangat divergen. Mereka menggunakan bahasa lokal untuk
membicarakan dan mengomentari pengajar asing serta melakukan perilaku
nonverbal yang menonjolkan perbedaan di antara keduanya seperti
membangun jarak fisik. Mereka seakan mempertegas dan menekankan
adanya perbedaan dalam cara berkomunikasi di antara keduanya. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu, para siswa mulai membangun jalinan
komunikasi dengan pengajar asing dan akomodasi komunikasi yang
konvergen pun menjadi dominan dilakukan.
87
Meski berasal dari budaya yang cenderung menerapkan konteks
komunikasi tingkat tinggi (high-context communication), siswa Stichting
Help For Jogja menunjukkan kecenderungan akomodasi komunikasi yang
konvergen dalam kelas pembelajaran bahasa Inggris saat berkomunikasi
pengajar asing yang cenderung menerapkan low-context communication.
Akomodasi komunikasi yang konvergen muncul karena adanya
ketertarikan yang mulai muncul. Melalui pemilihan topik yang tepat,
pengajar asing dan para siswa menemukan ketertarikan mereka yang
sepadan. Kesamaan inilah yang mendekatkan mereka secara emosional
dan akhirnya menunjang terjadinya akomodasi komunikasi yang
konvergen.
Selain itu, para siswa datang ke dalam kelas dengan motivasi
untuk belajar bahasa Inggris. Mereka ingin untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggris. Menjawab keinginan mereka, pengajar asing
memiliki apa yang diinginkan para siswa sehingga para siswa ingin
menjadi seperti mereka (dalam hal komunikasi menggunakan bahasa
Inggris). Oleh sebab itu, mereka mengakomodasi para pengajar asing
secara konvergen.
Peneliti lantas melihat bahwa pengaplikasian komunikasi antar
budaya di dalam kelas bahasa Inggris merupakan langkah yang baik.
Komunikasi antar budaya dilakukan dengan cara menghadirkan pengajar
asing ke dalam kelas. Pengajar asing yang datang ke dalam kelas mampu
menjawab motivasi para siswa yang ingin meningkatkan kemampuan
bahasa Inggris mereka karena pengajar asing tentu memiliki bahasa
Inggris yang baik, khususnya native-speaker. Kemampuan bahasa inilah
yang akan diakomodasi secara konvergen oleh para siswa. Akhirnya hal
ini berdampak baik pada kemampuan bahasa Inggris. Selain praktek
langsung, para siswa juga bisa mengakomodasi cara berbicara para
pengajar asing.
88
Selain itu, para siswa tidak hanya akan mengakomodasi cara
berbicara mereka. Dengan bertemu dengan orang yang memiliki latar
belakang budaya berbeda, para siswa sudah dilatih untuk menghadapi dan
menjalin komunikasi antar budaya. Para siswa tentu juga akan menyadari
bahwa tidak semua orang bertingkah laku sama dan pola komunikasi orang
sangat beragam. Ada budaya yang membuat individu menjadi pemalu, ada
pula budaya yang membuat individu menjadi sangat vokal mengutarakan
pendapatnya. Pengalaman dan pengetahuan ini tentu akan membekali
mereka dengan kemampuan komunikasi yang lebih baik khususnya di
bidang komunikasi antar budaya.
Akan tetapi, aplikasi komunikasi antar budaya dalam kelas bahasa
Inggris tidak boleh melupakan masalah perbedaan budaya itu sendiri.
Konteks budaya tidak boleh diabaikan karena komunikasi antar budaya
sangat bergantung pada pemahaman akan perbedaan budaya itu sendiri.
Oleh sebab itu, pemilihan topik di dalam kelas yang menghadirkan
pengajar asing harus
berhati-hati agar tidak menyinggung atau
memojokkan salah satu budaya. Hal ini bertujuan untuk mencegah
timbulnya jurang pemisah antara pengajar asing dengan para siswa.
5.2.
Saran
Berdasarkan dengan hasil penelitian kali ini, muncul beberapa
saran yang disampaikan oleh peneliti:
1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akomodasi komunikasi
konvergen yang mampu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris
para siswa muncul dalam kelas bahasa Inggris yang menghadirkan
pengajar asing. Ada baiknya agar pola pengajaran dengan
mengundang pengajar tamu seperti yang dilakukan di Stichting
Help For Jogja diaplikasikan di tempat pembelajaran lain.
Kedatangan pengajar asing akan memotivasi dan menstimulasi
89
Download