Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 PENERAPAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Elfi Lailan Syamita Lubis MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam Corresponding author: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan penerapan metode simulasi pada pembelajaran IPS kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam. Keterampilan sosial siswa di ukur dari aspek kerja sama, sportif, dan tanggung jawab. Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan subjek penelitian siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam yang berjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Instrument penelitian berupa lembar observasi keterlaksanaan metode simulasi dan lembar aktifitas siswa fokus pada keterampilan sosial siswa. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Kriteria yang digunakan untuk mengukur keterampilan sosial siswa ada 4 yaitu (1) berarti keterampilan sosial siswa sangat rendah, (2) berarti keterampilan sosial siswa rendah, (3) berarti keterampilan sosial siswa tinggi, dan (4) berarti keterampilan sosial siswa sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode simulasi pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Peningkatan keterampilan sosial siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan ktiteri keterampilan sosial siswa dari kriteria lebih rendah menjadi lebih tinggi. Kriteria keterampilan sosial prasiklus sebanyak 0 siswa masuk kriteria sangat rendah,18 siswa masuk kriteria rendah dan 5 siswa masuk kriteria sedang, 0 siwa masuk kriteria tinggi, dan 0 siswa masuk kriteria sangat tinggi. Kriteria keterampilan sosial siswa Siklus 1 sebanyak 0 siswa masuk kriteria sangat rendah, 2 siswa masuk kriteria rendah, 19 siswa masuk kriteria sedang, 2 siswa masuk kriteria tinggi dan 0 siswa masuk kriteria sangat tinggi.. Selanjutnya pada siklus II terdapat 0 siswa masuk kriteria sangat rendah, 0 siswa dengan kriteria rendah, 1 siswa dengan kriteria sedang, 17 siswa dengan kriteria tinggi dan sangat tinggi 5 siswa. Peningkatan keterampilan sosial siswa juga di tunjukkan dengan meningkatnya jumlah skor keterampilan sosial siswa sebesar 18% pada siklus 1 dibandingkan prasiklus dan 65% pada siklus II di bandingkan siklus 1. Kata kunci : metode simulasi, keterampilan sosial, IPS. PENDAHULUAN Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam satu konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik yang secara sosial dapat diterima atau dinilai menguntungkan orang lain. Menurut (Sjamsuddin dan Maryani, 2008: 6), keterampilan sosial adalah suatu kemampuan secara cakap yang tampak dalam tindakan, mampu mencari, memilih dan mengelola informasi, mampu mempelajari hal-hal baru yang dapat memecahkan masalah sehari-hari, mampu memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat global. Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) dapat dikatakan sebagai mata pelajaran disekolah yang dirumuskan atas dasar interdisipliner, multidisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya, psikologi sosial dan ekologi). Menurut Jarolimek dalam (Supardan, 2015: 13), tujuan social studies dikatagorikan ke dalam tiga kelompok tujuan, yakni (1) Understanding, yang berhubungan dengan pengetahuan dan kecerdasan (knowledge and knowing), (2) attitudes, yang berhubungan dengan nilai-nilai, apresiasi, cita-cita dan perasaan, (3) skill, yang berhubungan dengan penggunaan dan pemakaian pembelajaran studi sosial dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Pengetahuan social studies dikemukakan oleh ilmu sosial bernama Banks yang dikutip oleh Sapriya dalam bukunya pendidikan IPS, Menurut Banks sosial studies adalah ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari kurikulum SD dan sekolah menengah yang mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengambil bagian di dalam kehidupannya sebagai warga Negara, warga masyarakat di tingkat local, nasional dan dunia (Sapriya, 2009: 10). IPS sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan lebih berorientasi pada manusia. Dalam konteks sosial sebagai sebuah ilmu, IPS tidak dapat berdiri sendiri tetapi di dukung oleh beberapa disiplin ilmu yaitu ilmu-ilmu alam (natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social sciences), humanities (humaniora), filsafat dan kemudian berhulu pada ajaran agama. IPS sebagai pendidikan sosial ditopang oleh berbagai disiplin ilmu tetapi tidak mengajarkan ilmu itu sebagai materi pendidikan. Materi untuk pendidian IPS sebagai pendidikan sosial di ambil dari permasalahan yang ada di masyarakat. IPS pada hakikatnya menjadi suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalahmasalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu. Permasalahan sosial telah menjadi kompleks akibat dari globalisasi dan informasi media yang sangat cepat, hubungan sosial menjadi lebih individualistik, kepentingan kelompok berubah menjadi kepentingan pribadi dan diperlukan sebuah usaha untuk dapat menjaga hubungan sosial di masyarakat tetap terjaga dengan baik. Keterampilan sosial harus dapat dijadikan pemecahan masalah rendahnya kepedulian sosial khususnya siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuh Pakam dan metode yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa adalah dengan metode simulasi. Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura (Anitah, 2007: 22). Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompoknya. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 93 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Metode pembelajaran simulasi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa: (1) melatih kerja sama siswa dalam bergiliran/berbagi baik dalam kelompok maupun diluar kelompok, (2) melatih kemampuan siswa dalam menghargai/menghormati sesama teman, (3) melatih keterampilan siswa dalam membantu/menolong memecahkan masalah, (4) melatih kemampuan siswa mengikuti petunjuk yang diarahkan, (5) melatih siswa mengontrol emosi, (6) melatih siswa untuk dapat menyampaikan pendapat sendiri, dan (7) melatih siswa menerima pendapat dari orang lain. Menurut teori kognitivisme, belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang di amati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam kognitif. Teori ini mengungkapkan bahwa proses belajar simulasi akan lebih baik untuk mendapatkan hasil peningkatan indicator-indikator keterampilan sosial bila materi pelajaran yang baru dapat beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2012: 80). Teori belajar konstruktivisme ini menekankan pembelajaran bersama dengan temannya seperti metode simulasi dengan fasilitas guru dalam menemukan pengetahuan dan pemahamannya tentang materi yang dipelajari untuk meningkatkan indicator-indikator keterampilan sosial siswa. Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam tradisi sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission) karena dengan adanya kemampuan keterampilan sosial, siswa dapat lebih mudah bersosialisasi dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS, (2) untuk mengetahui penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS dalam meningkatkan kompetensi sosial siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam. METODE Penelitian tindakan ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini bertujuan mengubah situasi yang atau kondisi kini kearah kondisi yang diharapkan (improvemen oriented). Sejalan dengan hakikatnya penelitian tindakan kelas yang menekankan dimensi collaborative maka penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dalam satu tim koleborator yang bekerja sama sejak tahap perenungan masalah, tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), serta refleksi (reflecting). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam yang berjumlah 23 siswa, terdiri dari 10 siswa lakilaki dan 13 siswa perempuan. Obyek penelitian ini adalah metode simulasi dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial. Instrument penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dipakai sebagai alat untuk mengukur keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama proses penelitian dengan penerapan metode simulasi dimana lembar observasi tersebut dalam bentuk catatan pengamatan terhadap seluruh aktivitas belajar dan aktualisasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi aktivitas siswa dirancang dan dikembangkan berdasarkan indikator-indikator keterampilan sosial siswa yang dirujuk dalam penelitian ini diadaptasi dari dimensi keterampilan sosial kategori Gresham, Sugai, dan Horner (2001). Indikator-indikator keterampilan sosial siswa meliputi: hafal nama lawan berbicaranya, memperhatikan orang yang sedang berbicara, menggunakan kontak mata dengan orang lain ketika berbicara, beradaptasi secara tepat dalam pembicaraan kecil, menampung komentar dan ide-ide orang lain, menanggapi dengan humor, tenang dalam menunjukkan/memperagakan sesuatu, tidak mudah marah, mengungkapkan perasaan diri sendiri bila perlu, mencermati pemahaman orang dan mengajukan pertanyaan yang sesuai , menjalankan arahan guru dengan baik, menyelesaikan tugasnya dengan baik, mematuhi perintah sederhana, menggunakan waktu dengan baik, tetap bersama dalam kelompok sendiri, menjadi pendengar yang responsif, dan tegas dalam mengajukan pertanyaan. Untuk memenuhi standar ilmiah dan akademis maka hasil analisis dikaji dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah melalui teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik yang dipilih dalam pengolahan data-data adalah melalui teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang berada di luar data itu untuk kepentingan mengecek dan membandingkan data-data tersebut. Lembar pengamatan siswa terdiri dari 5 (lima) dimensi keterampilan sosial yang terbagi dalam 17(tujuh belas) indicator dengan rentang skor penilaian bergerak dari 1, 2, 3 sampai 4. Berdasarkan informasi ini, maka dapat diruntut secara terperinci skor dasar sebagai acuan pengukuran keterampilan sosial siswa tiap dimensi yang berdasarkan tiap indikator. PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan secara langsung di dalam kelas (sebelum penelitian), peneliti melihat bahwa siswa kelas V cenderung belum aktif dan kurang memiliki keterampilan sosial dalam mengikuti pembelajaran klasikal yang berlangsung. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan soal. Karakteristik mata pelajaran IPS yang teoritis semakin mengurangi kemampuan keterampilan sosial siswa. Sebelum dilakukannya tindakan, masalah inilah yang selalu dihadapi guru. Guru lebih sering berceramah untuk menjelaskan materi, akibatnya kegiatan pembelajaran tersebut siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran, siswa terlihat pasif dalam menerima materi pelajaran, siswa banyak melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat pada saat pembelajaran, siswa cenderung jenuh, sulit berkonsentrasi, dan sulit diarahkan. Berdasarkan hal tersebut, guru perlu melakukan variasi dalam pembelajaran untuk hal tersebut adalah melalui penerapan metode simulasi bermain peran, karena bermain peran akan lebih banyak melibatkan siswa untuk tampil berperan aktif dalam pembelajaran. Mata pelajaran yang cocok untuk peningkatan keterampilan sosial siswa adalah IPS. Materi pelajaran IPS banyak mengembangkan siswa untuk meningkatkan kemampuan bermasyarakat dan sosial. Materi IPS yang di ajarkan pada jenjang sekolah dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Keterampilan sosial siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam memiliki keterampilan sosial yang cenderung rendah. Hal ini terbukti dari hasil observasi prasiklus, siswa yang memiliki keterampilan sosial kriteria rendah sebanyak 18 siswa dan 5 siswa memiliki keterampilan sosial sedang. Masalah tersebut berusaha diperbaiki melalui penerapan metode simulasi sebagai salah satu upaya peningkatan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS. Perbaikan masalah melalui metode simulasi merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tindakan kelas siklus I dilaksanakan dalam 4 (empat) pertemuan tatap muka. Tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam 2 (dua) pertemuan tatap muka. Jumlah pertemuan tatap muka masing-masing siklus tersebut berbeda karena disesuaikan dengan cakupan materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar. Tindakan siklus I dilakukan dengan harapan http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 94 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 dapat meningkatkan kriteria keterampilan sosial siswa dibanding prasiklus. Tindakan siklus II dilakukan karena hasil tindakan siklus I belum sesuai dengan harapan peneliti. Hasil tindakan siklus I masih ada beberapa siswa yang kriteria keterampilan sosial nya belum mengalami kenaikan (kriteria keterampilan sosial siswa hasil observasi siklus I masih sama dengan hasil observasi). Hasil tindakan siklus I juga menunjukkan bahwa pencapaian indikator keterampilan sosial siswa masih perlu peningkatan yaitu untuk indikator 4, 5, 9, 10, 16 dan 17. Tiap pertemuan tatap muka mengalami beberapa perbaiakan tindakan. Pertemuan pertama siklus I urutan maju untuk kelompok simulasi ditentukan oleh nomor urutan kelompoknya masing-masing. Pertemuan kedua siklus I urutan maju untuk kelompok ditentukan dengan undian nomor urut agar lebih adil. Pertemuan ketiga siklus I urutan maju untuk kelompok simulasi masih menggunakan undian nomor urut, tetapi mengalami perubahan pada tema materi simulasi yang sama tiap kelompok (sebelumnya materi berbeda), agar siswa yang tidak melakukan simulasi memperhatikan betul pelaksanaan simulasi tidak menghafalkan skenario perannya dalam simulasi. Pertemuan keempat siklus I urutan simulasi masih sama yaitu menggunakan undian nomor urut, tema materi simulasi antar kelompok sama, tetapi ada perubahan pada pembuatan skenario simulasi yang membuatnya adalah kelompok simulasi masing-masing (sebelumnya dibuat guru), tugas pembuatan skenario diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan pertama siklus II urutan simulasi mengalami perubahan yaitu ditentukan oleh kesiapan kelompok simulasi, yang lebih siap melakukan simulasi maju terlebih dahulu, skenario simulasi dibuat kelompok siswa sebagai tugas kelompok sebelumnya. Pertemuan kedua siklus II urutan simulasi sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu urutan pelaksanaan simulasi berdasar kesiapan kelompok, skenario simulasi yang membuat kelompok simulasimasing-masing sebagai tugas pertemuan sebelumnya, pertemuan ini mengalami perubahan pada anggota kelompok simulasi, penentuan anggota kelompok yang menentukan siswa. Penerapan metode simulasi pada mata pelajaran IPS secara umum dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Dengan demikian tujuan, penelitian ini dapat tercapai yaitu meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS kelas V di MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam. Peningkatan keterampilan sosial siswa tersebut dapat dilihat dari peningkatan-peningkatan sebagai berikut: 1. Hasil observasi prasiklus, siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kriteria sangat rendah sebanyak 0 siswa (0%), siswa yang masuk kriteria rendah sebanyak 18 siswa (78%), siswa yang masuk kriteria sedang sebanyak 5 siswa (22%), siswa yang masuk kriteria tinggi sebanyak 0 siswa (0%), dan siswa yang masuk kriteria sangat tinggi sebanyak 0 siswa (0%). 2. Hasil observasi siklus I, siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kriteria sangat rendah sebanyak 0 siswa (0%), siswa yang masuk kriteria rendah sebanyak 2 siswa (9%), siswa yang masuk kriteria sedang 19 siswa (82%), siswa yang masuk kriteria tinggi 2 siswa (9%) , dan siswa yang masuk kriteria sangat tinggi sebanyak 0 siswa (0%). 3. Hasil observasi siklus II, siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kriteria sangat rendah sebanyak 0 siswa (0%), siswa yang masuk kriteria rendah sebanyak 0 siswa (0%), siswa yang masuk kriteria sedang sebanyak 1 siswa (4%), siswa yang masuk kriteria tinggi sebanyak 17 siswa (74%) dan siswa yang masuk kriteria sangat tinggi sebanyak 5 siswa (22%). 4. Peningkatan keterampilan sosial siswa tindakan siklus I sebesar 18% dibanding skor prasiklus. 5. Peningkatan keterampilan sosial siswa tindakan siklus II adalah sebesar 65% dibanding skor siklus I. Penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam ternyata berpengaruh terhadap keterampilan sosial siswa, di antaranya ditunjukkan dengan beberapa hal di bawah ini: 1. Peer Relational Skills (Keterampilan berhubungan dengan teman sebaya) meningkat yang dibuktikan dengan siswa yang sudah memperhatikan lawan bicara dan berpartisipasi bicara siswa meningkat. 2. Self-Management-Skills (Keterampilan pengaturan diri) siswa meningkat terlihat dari siswa tidak mudah marah dan tenang dalam memperagakan sesuatu. 3. Meningkatnya Academic Skills (Keterampilan Akademik) yang terlihat dari siswa dapat menjalankan arahan guru dengan baik, dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. 4. Meningkatnya Compiance Skills (Keterampilan Kepatuhan) siswa yang terlihat dari siswa dapat menggunakan waktu dengan baik dan tetap bersama dalam kelompok simulasinya sendiri. 5. Meningkatnya Assertion Skills (Keterampilan Penegasan) yang dapat dilihat dari siswa dapat menjadi pendengar yang responsive dan tegas dalam mengajukan pertanyaan. Hasil observasi keterampilan sosial siswa siklus 1 apabila dibandingkan dengan hasil observasi prasiklus maka dapat diuraikan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 semua siswa mengalami peningkatan keterampilan sosial siswa. Peningkatan keterampilan sosial siswa dapat diketahui dengan membandingkan skor hasil observasi prasiklus sebelum diberikan tindakan dengan hasil observasi siklus 1 setelah diberi tindakan. Hasil pembelajaran prasiklus setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan dari satu kelas diperoleh jumlah rata-rata skor keterampilan siswa sebesar 27,6 (perolehan skor hitung 40,59). Perhitungan hasil observasi siklus 1 diperoleh jumlah rata-rata skor keterampilan sosial siswa sebesar 32,39 (perolehan skor hitung 47,64). Skor keterampilan sosial siswa hasil observasi siklus 1 mengalami peningkatan 18% dibanding hasil observasi prasiklus. Pada siklus II diperoleh jumlah rata-rata skor keterampilan sosial siswa sebesar 53 (perolehan skor hitung 77,93). Dengan demikian, hasil observasi siklus II mengalami peningkatan 65% dibanding hasil observasi siklus I. http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 95 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Dari uraian pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode simulasi pada pembelajaran IPS siswa kelas V MIS Nurul Hasanah Lubuk Pakam dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Kesimpulan tersebut relevan dengan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Muzakir (2011), dengan judul ”Keefektifan Metode Simulasi untuk Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS di Tingkat Sekolah Dasar”(Tesis Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa: tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan skor hasil belajar IPS dan keterampilan sosial siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan metode simulasi dan yang dengan metode konvensional. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dengan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa maka terdapat beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode lain, diantaranya adalah: a) Siswa dapat melaksanakan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya; b) Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran; c) Membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi pembelajaran yang berbasis kontektual; d) Dapat membangkitkan imajinasi; e) Membina hubungan komunikatif dan kerjasama dalam kolompok; dan f) Melalui kegiatan kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif. Meskipun demikian, pembelajaran dengan menggunakan model simulasi masih tetap ada kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh para guru jika akan menerapkan metode ini, diantaranya adalah: a) Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak; b) Sangat bergantung pada aktifitas siswa; dan c) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS mampu memberikan alternative pembelajaran yang aktif bagi siswa, dan penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. REFERENSI Anitah, Sri W. 2007 Strategi Pembelajaran di SD. Bandar Lampung: Universitas Terbuka. Basrowi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Buku untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Indeks. Pargito, 2011. Penelitian Tindakan bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Aura. Sapriya, 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sjamsuddin dan Maryani E. 2008. “Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial.” Makasar: Makalah pada Seminar Nasional. Supardan, Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofis dan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bandung: Bumi Aksara. http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 96