gaya komunikasi distributor amway dalam mempersuasi aspek

advertisement
GAYA KOMUNIKASI DISTRIBUTOR AMWAY DALAM
MEMPERSUASI ASPEK PSIKOLOGIS CALON KONSUMEN
(Studi Kasus pada Kelompok Distributor Amway Tamam Hoesein)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Strata (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun oleh:
Nama
: Khatimah Poniman
NIM
: 4420412 – 069
Bidang Studi : Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Nama : Khatimah Poniman
Judul
: Gaya Komunikasi Distributor Amway Dalam Mempersuasi Aspek
Psikologis Calon Konsumen (Studi Kasus pada Kelompok Distributor
Amway Tamam Hoesein)
xi + 101 Halaman; Bibliografi: 24 (1973 – 2009)
ABSTRAK
Multi Level Marketing semakin marak berkembang dari waktu ke waktu.
Amway, sebuah perusahaan pelopor sistem network marketing telah beroperasi di dunia
selama 50 tahun dan memiliki jaringan di lebih dari 80 negara. Di Indonesia, tahun 2008
tercatat lebih dari 330.000 distributor aktif yang masih akan terus berkembang jumlahnya,
sebab para distributor Amway berupaya terus menerus merekrut distributor baru melalui
gaya komunikasi yang khas dan berciri.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya komunikasi
distributor Amway dalam mempersuasi aspek psikologis calon konsumen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gaya komunikasi distributor Amway dalam mempersuasi
calon konsumen, dan bagaimana gaya komunikasi tersebut mempengaruhi aspek
psikologis calon konsumen meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavior.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan
metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara yang mendalam terhadap key informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan distributor
Amway termasuk gaya dynamic style dengan pendekatan controlling style, dimana
terlihat ciri-ciri gaya dinamik yaitu komunikasi yang dilakukan secara aktif dan agresif.
Pendekatan komunikasi terlihat memiliki ciri controlling style, yaitu adanya kehendak
atau maksud untuk mengatur dan membatasi perilaku calon konsumen sebagai
komunikan, membujuk calon konsumen dengan menunjukkan berbagai imbalan dan
keuntungan yang akan diperoleh bila bergabung menjadi distributor Amway. Persuasi
yang dilakukan distributor Amway mampu mempengaruhi aspek psikologis calon
konsumen. Aspek kognitif calon konsumen disentuh dengan memberikan pemahaman
dan pengetahuan yang komprehensif mengenai produk dan sistem kerja network
marketing. Sedangkan aspek afektif disentuh melalui motivasi secara kontinu. Konsep
duplikasi yang senantiasa diberikan distributor Amway kepada calon konsumen sesuai
dengan pembelajaran vicarious yang termasuk aspek behavior perilaku konsumen.
Pembelajaran vicarious mengacu pada seseorang yang mengubah perilakunya karena
mereka mengamati perilaku orang lain, serta konsekuensi yang diterima. Seseorang akan
cenderung meniru perilaku orang lain, jika perilaku yang ditiru tersebut membawa
dampak positif, namun sebaliknya jika perilaku yang ditiru tersebut membawa dampak
negatif, maka tidak akan ditiru.
Pengetahuan dan pemahaman produk dan sistem, motivasi, serta duplikasi yang
dilakukan distributor Amway melalui gaya komunikasinya mempengaruhi proses
pengambilan keputusan calon konsumen untuk bergabung menjadi distributor Amway.
iv
Lembar Persembahan
Bapak Poniman, yang ima sayangi, yang ima banggakan.... ima persembahkan skripsi ini untuk bapak...... Sungguh tiada daya upaya untuk melakukan segala sesuatu tanpa pertolongan Allah SWT v
KATA PENGANTAR
Ketika memutuskan untuk mengikuti program studi Public Relation di
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada Maret 2005, tujuan
utama saya hanya satu: bikin bapak bahagia. Bapak saya, Pak Poniman, punya 10
anak yang semuanya lulus SMA, dan sebagian lulus Diploma 3. Tapi tidak ada
yang menjadi sarjana seperti bapaknya. Padahal Pak Poniman yang lahir tahun
1930 di Pontianak, hijrah ke Jakarta umur 19, mempunyai cita-cita dan semangat
yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Beliau berhasil lulus S1 pada usia 48
tahun.
Dalam bidang pekerjaan saya, jenjang dan latar belakang pendidikan
bukan suatu hal yang penting. Tapi menengok perjuangan bapak menimba ilmu
yang sangat gigih, rasanya saya terharu sekaligus malu, masak bapaknya sehebat
itu tapi anaknya nggak ada yang jadi sarjana. Saya juga mau dan saya yakin saya
bisa jadi sarjana. Apalagi UMB memberikan program PKSM (sekarang PKK)
dimana mahasiswa lulusan D3 bisa lulus menjadi sarjana dengan mengikuti
perkuliahan selama 3 semester dan 1 semester pendek.
Ternyata hal itu tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Untuk
menyelesaikan skripsi saja butuh waktu 2,5 tahun. Perjuangan terberat dalam
pembuatan skripsi sebenarnya bukan pada penelitiannya yang sulit, tapi berjuang
melawan rasa jenuh, butuh memaksa diri dan mengatasi amarah ketika
dihadapkan situasi yang membuat stres. Tapi toh akhirnya sampai pada ujungnya
dan terlihat wujudnya.
Terima kasih kepada Allah SWT yang telah mendampingi, menunjukkan
jalan dan merestui keberhasilan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Sungguh
tiada daya upaya selain memohon padaMu ya Allah.
vi
Ucapan terima kasih dan persembahan kelulusan ini kepada keluarga saya,
bapak poniman, ibu anis, mama ida, papa anton, mamih ros, ayah edie, mas ato,
abang ian, mba dade, ibu nana, bapak iwin, mama anti, om ibn, kak andi, kak sadi,
kak makie, mba elly, kakak joy, tante tata, dan para keponakan yang kalau
disebutkan satu persatu pasti akan memenuhi kata pengantar ini. Semoga tidak iri
hati karena namanya nggak ditulis. Selesainya skripsi ini juga merupakan
dorongan dari kalian, dengan pertanyaan-pertanyaan yang pernah dirasa sebagai
‘teror’, namun berkat semua dukungan dan doa kalian juga pencapaian ini bisa
diraih. Kiranya, meskipun saya sudah mengetahuinya, ujung ini juga merupakan
kelegaan bagi kalian.
Terima kasih buat Taufan Wijaya, suami sekaligus teman, yang selalu
ikhlas dijadikan tempat melampiaskan kesal, yang ikut repot mencari buku
referensi, yang sabar menemani saat bimbingan, yang menyemangati saat feeling
down. Xie xie ni gege.
Kepada Ibu Dr. Wahyuningsih Subekti, S.Sos, M.Si, M.Si, terimakasih
sedalam-dalamnya untuk bimbingannya beserta masukan dan diskusi, dan
kesabaran penuh ketika saya tidak memberikan kabar sama sekali untuk waktu
cukup lama.
Terima kasih kepada Ibu Marhaeni Fajar Kurniawati, S.Sos, M.Si dan
Bapak Farid Hamid, S.Sos, M.Si, atas masukannya ketika sidang skripsi.
Juga terima kasih kepada kawan-kawan mahasiswa angkatan 6, khususnya
Rina, Rico, Anni, bu Yayuk. Tanpa bantuan pinjaman buku, kesediaan menerima
curhat, teman diskusi, dan dorongan semangat yang kalian berikan, skripsi ini
nggak akan selesai.
vii
Tidak lupa terima kasih untuk para narasumber, Bapak Tamam Hoesein,
Tante Iwuk-Wahyuningsih, mba Tesza Dewayani Putri, mas Eriqar Lebang, mas
Budi Mulyana, dan uni Dina Kharisma.
Banyak orang bilang bahwa banyak yang kita pelajari ketika mengerjakan
skripsi, dan sekarang saya membuktikannya sendiri. Pada akhirnya, skripsi bukan
hanya kewajiban, tetapi juga ajang mengenal dan mengevaluasi diri sendiri,
sekaligus bersyukur pada apa yang telah terjadi dalam hidup kita. Mungkin saat
seperti inilah yang membuat kita menyadari, betapa banyak orang-orang di
sekeliling kita yang begitu berarti. Terima kasih pada semua. Ingatan akan kalian
akan selalu hidup di benak saya, hanya kata terima kasih yang dapat kuucapkan.
Terima kasih......
Jakarta, Juni 2009
Khatimah Poniman
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ i
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI .................................................................. ii
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ......................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................8
1.4 Signifikansi Penelitian............................................................................9
1.4.1 Akademis .......................................................................................9
1.4.2 Praktis ..........................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11 2.1 Public Relations .................................................................................11
2.2 Marketing Public Relation .................................................................12
2.3 Komunikasi ........................................................................................17
2.4 Komunikasi Persuasif .........................................................................19
2.5 Gaya Komunikasi ...............................................................................24
2.6 Perilaku Konsumen ............................................................................28
2.7 Aspek Psikologis dalam Perilaku Konsumen.....................................29
2.7.1 Aspek Kognitif ........................................................................30
2.7.2 Aspek Afektif ..........................................................................34
2.7.3 Aspek Behavior.......................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................43
3.1 Sifat Penelitian ...................................................................................43
ix
3.2 Metode Penelitian ...............................................................................45
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................46
3.3.1 Data Primer .............................................................................46
3.3.2 Data Sekunder .........................................................................47
3.4 Nara Sumber/Key Informan ...............................................................47
3.5 Definisi Konsep dan Fokus Penelitian ...............................................49
3.5.1 Definisi Konsep ......................................................................49
3.5.2 Fokus Penelitian ......................................................................51
3.6 Teknik Analisa Data ...........................................................................51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................53
4.1 Obyek Penelitian ................................................................................53
4.1.1 Amway ....................................................................................53
4.1.2 Produk Amway ......................................................................56
4.1.3 Marketing Plan Amway..........................................................58
4.1.4 Sistem Network 21 ..................................................................60
4.1.5 Profil Nara Sumber .................................................................61
4.1.6 Struktur Kelompok Distributor Amway – Tamam
Hoesein ....................................................................................62
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................64
4.2.1 Strategi MPR yang dipilih dalam merekrut calon
konsumen.................................................................................66
4.2.2 Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh
Kelompok Distributor Tamam Hoesein .................................68
4.2.3 Arus Komunikasi yang dilakukan oleh Kelompok
Distributor Tamam Hoesein ...................................................74
4.2.4 Gaya Komunikasi yang dilakukan oleh Kelompok
Distributor Tamam Hoesein ...................................................78
x
4.2.5 Pengaruh Gaya Komunikasi Kelompok Distributor
Tamam Hoesein terhadap Aspek Psikologis ..........................83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................97
5.1 Kesimpulan Penelitian........................................................................97
5.2 Saran ...................................................................................................99
5.2.1 Akademis ...............................................................................99
5.5.2 Praktis ...................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Public Relation adalah suatu pendekatan yang sangat strategis yang
mengunakan konsep-konsep komunikasi. Dengan menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang sesuai, praktisi public relations akan menjadi tenaga yang
sangat penting bagi dunia usaha.1 Dunia usaha itu sendiri terdiri dari berbagai
bidang, termasuk diantaranya usaha atau bisnis multilevel marketing, yang lebih
dikenal dengan istilah MLM.
Multi Level Marketing (MLM) ditemukan oleh dua orang profesor
pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an. Produk pertama yang
dijual adalah vitamin dan makanan tambahan Nutrilite. Saat itu, Nutrilite Products
Inc. merupakan salah satu perusahaan di Amerika yang dikenal telah
menggunakan metode penjualan secara bertingkat. Dengan modal awal yang
relatif tidak besar, seorang tenaga penjual biasa mendapatkan penghasilan melalui
dua cara. Pertama, keuntungan diperoleh dari setiap program makanan tambahan
yang berhasil dijual ke konsumen atau penjualan produk langsung ke konsumen
dimana distributor mendapat keuntungan atas dasar perbedaan atau selisih antara
harga distributor dan harga konsumen. Kedua, dalam bentuk potongan harga dari
jumlah produk yang berhasil dijual oleh distributor yang direkrut dan dilatih oleh
seorang
tenaga
penjual
dari
perusahaan
1
atau
dengan
kata
lain
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Utama Grafifi, 1994. Hal 1.
1
2
distributor bisa menerima potongan harga atas dasar jumlah produk/jasa yang
dibeli oleh anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau pemakaian, termasuk
jumlah penjualan pribadi.2
Peter J. Clothier merumuskan MLM sebagai ”Suatu cara atau metode
menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang
dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distibutor
berikutnya; pendapatan dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba grosir
ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok
yang dibentuk oleh sebuah distributor”3.
Rumusan yang sama juga dikemukan oleh David Roller mengenai bisnis
Multi Level atau Network Marketing. Menurut Roller, Multi Level atau Network
Marketing adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan mendistribusikan
barang atau jasa lewat suatu jaringan orang-orang bisnis yang independen. Orangorang bisnis atau para wiraswatawan ini kemudian mensponsori orang-orang lain
lagi untuk membantu mendistribusikan barang atau jasanya. Proses orang–
membantu-orang ini bisa diteruskan lagi lewat satu atau beberapa tingkat
pemasukan lagi. 4
MLM sendiri mulai tumbuh di luar Amerika Serikat pada tahun 1960-an.
Dan dalam waktu singkat, berkembang pesat sebagai bagian yang terpenting dari
industri penjualan langsung. Selama puluhan tahun MLM terbukti merupakan cara
yang sangat sukses memberikan penghasilan yang layak kepada pelanggan secara
langsung. Salah satu perusahaan yang menerapkan sistem MLM adalah Amway.
2
http://www.amway.co.id/history.asp
Peter J. Clothier, Meraup Uang Dengan Multi-Level Marketing:Pedoman Parktis Menuju
Network Selling Yang Sukses. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. hal 33.
4
David Roller, Menjadi Kaya Dengan Multi-Level Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1995. hal 3.
3
3
Sejak awalnya, Amway memiliki dedikasi dan komitmen untuk membantu
mewujudkan kehidupan yang lebih baik dengan cara menawarkan peluang untuk
menjadi distributor mandiri kepada sekelompok kecil rekan di lingkungan mereka.
Adapun panduan membangun usaha Amway5 adalah sebagai berikut:
1.
Pertama-tama seseorang akan disponsori oleh seorang distributor Amway dan
membeli Paket Usaha Amway darinya. Paket Usaha tersebut berisi pedoman
usaha yang dapat digunakan sendiri ataupun untuk menerangkannya ke orang
lain.
2.
Membentuk Data Pelanggan.
3.
Membentuk Kelompok Distributor.
4.
Membantu Grup untuk berkembang.
5.
Terus Membangun Usaha.
6.
Berkualifikasi untuk Peringkat Tinggi.
Jantung dari keberhasilan bisnis Amway terdapat pada poin ketiga dan
keempat pada panduan diatas. Keuntungan finansial yang diperoleh seorang
distributor berbanding lurus dengan besarnya jaringan yang dibawahinya, dimana
hal ini memotivasi setiap distributor untuk terus berupaya memperluas
jaringannya. Namun tentu saja untuk dapat melaksanakan kedua poin tersebut,
seorang distributor Amway harus dapat mensponsori seseorang dan membujuk
orang tersebut agar membeli Paket Usaha Amway darinya. Kemampuan
distributor Amway untuk membujuk ini dapat dikategorikan kegiatan public
relations. Rhenald Kasali menuliskan dalam bukunya, bahwa public relations
perlu direncanakan dalam suatu pendekatan manajemen kepada target publik
5
http://www.amway.co.id/distributor.asp
4
tertentu.
Public relations melakukan komunikasi dengan cara membujuk
(persuasive). Oleh karena itu sering disebut secara sepihak bahwa public relation
adalah pembujuk (persuaders).6
Dalam
membujuk
seseorang
agar
mau
disponsori
atau
membeli
produk/Paket Usaha Amway pendekatan yang dilakukan distributor Amway
termasuk dalam usaha marketing public relation dengan cara penjualan personal
atau lebih umum dikenal dengan personal selling. Sebagaimana yang dikatakan
Kotler bahwa personal selling adalah alat yang paling efektif terutama dalam
membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.7 Ciri khusus personal
selling menurut Kotler pun sesuai dengan apa yang dilakukan distributor Amway
dalam menjaring konsumennya, yaitu:
1. Konfrontrasi personal: penjualan personal mencakup hubungan yang hidup,
langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak
dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat.
2. Mempererat: penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis
hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan.
Wiraniaga (dalam hal ini distributor Amway) biasanya sudah benar-benar
mengetahui minat pelanggan yang terbaik.
3. Tanggapan: penjualan personal membuat pembeli (dalam hal ini calon
distributor/prospek) merasa berkewajiban mendengarkan pembicaraan pihak
wiraniaga.
6
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Utama Grafifi, 1994. Hal 6.
7
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid 2. Edisi Milenium, Jakarta: PT Prenhallindo, 2000.
hal 244.
5
Peneliti melihat fenomena yang menarik manakala distributor Amway
berusaha membujuk prospek—istilah untuk orang yang hendak dipersuasi
distributor Amway agar mau menjadi anggota/downline jaringan distributornya—
agar mau bergabung menjadi downline. Yaitu gaya komunikasi dan strategi
persuasi yang disampaikan distributor bersifat khas dan berciri. Pada observasi
awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa gaya komunikasi distributor
Amway selalu dimulai dengan kalimat pertanyaan yang mengundang ketertarikan
prospek untuk mau mendengarkan lebih lanjut. Dan kalimat-kalimat pancingan
tersebut disosialisasikan oleh para distributor Amway kepada para downline-nya
sebagai pembelajaran bagi para downline. Jadi para downline cukup melakukan
duplikasi atau mencontoh gaya komunikasi distributor seniornya. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah para downline mempelajari cara-cara
komunikasi persuasif dalam mendekati prospek mereka sendiri. Pola duplikasi
inilah yang kemudian membuat gaya komunikasi distributor Amway memiliki ciri
yang serupa.
Tujuan utama dari komunikasi persuasif menurut Muslimin adalah untuk
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkahlaku seseorang, kelompok untuk
kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasif
bukan sekedar membujuk, namun merupakan teknik mempengaruhi dengan
mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis, sosiologis dari
orang-orang yang ingin kita pengaruhi.8
Aspek psikologis dalam komunikasi persuasif mengandung tiga macam
aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan behaviour. Menurut Muslimin pengertian
dari aspek kognitif adalah pesan yang diterima tersebut berdasarkan rasionalitas,
8
Muslimin, Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press, 2004. Hal 99.
6
dan tingkat kemampuan intelektualitas, serta pemahamannya akan meningkat;
aspek afektif adalah kadar penerimaaan pesan oleh komunikan adalah lebih tinggi,
karena bukan hanya segi rasionalitas atau pengetahuannya yang meningkat tetapi
juga melibatkan segi-segi perasaannya atau segi komunikasi tertentu, seperti
menjadi marah, defensif, terharu, sedih, tertawa dan lain sebagainya; aspek
behaviour adalah dalam tingkat ini komunikan juga sudah menentukan sikap
perilaku atau memutuskan untuk bertindak (action) dalam melakukan sesuatu. 9
Dalam upaya menyentuh aspek kognitif prospek, ciri komunikasi distributor
Amway adalah dengan memberikan edukasi kepada prospek tentang manfaat
produk Amway. Sedangkan aspek afektif disentuh dengan membangun
kepercayaan prospek terhadap citra perusahaan atau manfaat dari sistem MLM
yang dikembangkan Amway dan juga mengkomunikasikan secara berkala tentang
aktivitas dan program yang telah dan akan dilakukan oleh Amway. Ketiga
kegiatan tersebut sesuai dengan teori Marketing Public Relations dari Thomas L.
Harris dan Kotler,10 sehingga apa yang dilakukan distributor Amway bisa juga
dikatakan merupakan salah satu bentuk dari Marketing Public Relations.
Pengertian dari Marketing public relations itu sendiri merupakan perpaduan
(sinergi) antara pelaksanaan program kerja public relations dan strategi
pemasaran, dalam upaya untuk meluaskan pemasaran dan mencapai kepuasan
konsumen.11
9
10
Muslimin, op.cit. hal 29.
Silih Agung Wasesa, Strategi Media Relations: Bagaimana Strategi Public Relations dari 36
Merek Global dan Lokal Membangun Citra, Mengendalikan Krisis dan Merebut hati Konsumen,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. hal 87-89.
11
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi,
Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. hal 243.
7
Kegiatan marketing public relations diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipelajari agar lebih dapat memahami
tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana, kapan dan seberapa
sering membeli.12 Dalam bisnis MLM, manfaat pengetahuan tentang perilaku
konsumen adalah untuk memahami hal-hal apa saja yang dapat menarik seseorang
untuk membeli produk yang ditawarkan dan bersedia bergabung menjadi
distributor serta berkeinginan mengembangkan jaringan distributor dibawahnya.
American
Marketing
Association
mengungkapkan
bahwa
perilaku
konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognitif, afektif, dan behaviour,
serta kejadian di sekitar kita, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam
hidup mereka.13 Hal tersebut juga diungkapkan oleh D.W. Rajecki, dalam
bukunya yang berjudul “Attitude, Themes and Advance”, bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah Affection, Behavior, Cognition
atau dikenal dengan istilah ABCs of attitude. 14
Aspek
psikologi
dari
komunikasi
persuasif—kognitif,
afektif,
dan
behaviour—yang dilakukan oleh distributor Amway sangat mempengaruhi
perilaku konsumen untuk memutuskan apakah dia akan menjadi anggota
distributor Amway atau tidak.
Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka peneliti berusaha melihat lebih
dalam keterkaitan antara gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway
dalam mempersuasi calon konsumen dengan pengambilan keputusan calon
12
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen, Ed.1. Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2005. hal 12.
13
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999. hal 6.
14
Rosady Ruslan, op,cit. hal 67.
8
konsumen tersebut yang didasarkan aspek psikologis yang distimuli oleh persuasi
distributor Amway.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka muncul
pertanyaan-pertanyaan penelitian yaitu:
•
Termasuk gaya komunikasi manakah yang dilakukan oleh para distributor
Amway dalam mempersuasi para calon konsumen agar mau bergabung dalam
bisnis Amway?
•
Bagaimana gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway tersebut mempengaruhi aspek kognitif para calon konsumen?
•
Bagaimana gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway tersebut mempengaruhi aspek afektif para calon konsumen?
•
Bagaimana gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway tersebut dapat mendorong calon konsumen untuk menjadi anggota
dan aktif dalam kegiatan Amway?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran yang komprehensif
tentang gaya komunikasi distributor Amway dalam mempersuasi aspek psikologis
calon konsumen. Dan untuk menjawab poin-poin pada rumusan masalah diatas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
9
•
Untuk mengetahui macam gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
distributor Amway dalam mempengaruhi para calon anggota agar mau
bergabung dalam bisnis Amway.
•
Untuk mengetahui gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway dalam mempengaruhi aspek kognitif para calon konsumen.
•
Untuk mengetahui gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway dalam mempengaruhi aspek afektif para calon konsumen.
•
Untuk mengetahui gaya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh distributor
Amway dalam mempengaruhi pengambilan keputusan calon konsumen yang
termasuk aspek behavior.
1.4
1.4.1
Signifikansi Penelitian
Akademis
Dalam praktek sering kita jumpai salah pengertian tentang public relations,
yang berasumsi bahwa fungsi public relation sekadar menjual senyum atau
sebagai juru bicara. Padahal fungsi public relation semakin banyak disadari di
hampir semua sektor usaha baik sektor komersil maupun non komersil. Namun
tak jarang pula yang tidak dapat menangkap dan memahami suatu peran dalam
organisasi atau kegiatan tertentu adalah public relation. Apalagi jika bidang atau
kegiatan tersebut bukan sesuatu yang diminati. Seperti halnya bisnis Multi Level
Marketing. Kebanyakan orang beranggapan bisnis MLM adalah sesuatu yang
negatif, upaya penipuan, pembodohan, dan sebagainya. Image buruk bisnis MLM
membuat banyak orang tidak tergerak untuk mengeksplorasi MLM lebih lanjut.
10
Padahal jika diamati, apa yang dilakukan para praktisi bisnis MLM mungkin saja
termasuk fungsi public relation.
Ilmu pengetahuan tidak bersifat subyektif, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya dan membuka wawasan
baru bahwa ilmu komunikasi, khususnya public relation dapat melekat di bidang
apapun.
1.4.2
Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
masyarakat khususnya distributor Amway mengenai strategi persuasi dan gaya
komunikasi distributor Amway yang paling sesuai dan efektif dalam mempersuasi
pengambilan keputusan calon konsumen.
Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini dapat membantu untuk
memahami tahap-tahap proses pengambilan keputusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Public Relations
Menurut pakar, hingga saat ini belum terdapat konsesus mutlak tentang
definisi dari PR/Humas. Ketidaksepakatan tersebut disebabkan oleh; pertama,
beragamnya definisi public relations yang telah dirumuskan baik oleh para pakar
maupun profesional yang telah dirumuskan baik oleh para pakar maupun
profesional public realtions/Humas didasari perbedaan sudut pandang mereka
terhadap pengertian public realtions/Humas. Kedua, perbedaan latar belakang,
misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi perguruan tinggi
tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi
(Public Relations Practitioner). Dan ketiga, adanya indikasi baik teoritis maupun
praktisi bahwa kegiatan public relations atau kehumasan itu bersifat dinamis dan
fleksibel terhadap perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang mengikuti
kemajuan zaman, khususnya memasuki era globalisasi dan milenium ketiga saat
ini.
Walaupun berbagai definisi kehumasan memiliki redaksi yang saling
berbeda akan tetapi prinsip dan pengertiannya sama. Sebagai acuan, salah satu
definisi Humas/PR, yang diambil dari The British of Public Relations, berbunyi:
“Public Relations activity is a management of communications between an
organization and its publics”
(Aktivitas Public Relations adalah mengelola komunikasi antara organisasi dan
publiknya).
11
12
“Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to establish
and maintain mutual understanding between an organization and its public”
(Praktik Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan
daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan
publiknya).1
2.2
Marketing Public Relation
Di dalam dunia komersial, atau sektor swasta dari setiap perekonomian,
bidang public relations memiliki kaitan yang erat dengan bidang pemasaran. 2
Menurut Kotler dan Amstrong, pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai
dengan orang lain. 3 Pemasaran merupakan fungsi utama dari kegiatan bisnis.
Terdapat banyak strategi pemasaran yang dilancarkan oleh perusahaan atau
organisasi bisnis lainnya, diantaranya dengan strategi Promotion Mix atau bauran
promosi. Menurut Robin Cooper dan Robert S. Kaplan 4 setiap alat promosi
memiliki karakteristik dan biaya tersendiri yang unik. Alat-alat promosi tersebut
dapat berbentuk periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan
publisitas, penjualan personal, dan pemasaran langsung. Karakteristik dari
masing-masing alat promosi tersebut antara lain:
11
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi,
Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. hal 15.
2
Frank Jefkins, Public Relation Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004. hal. 15.
3
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, Jakarta: PT Prenhallindo, 2000. hal. 643
4
Ibid
13
•
Promosi Penjualan
o
Komunikasi: Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya
memberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk
bersangkutan.
o
Insentif: Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan,
dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
o
Ajakan: Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan
transaksi sekarang.
•
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
o
Kredibilitas yang tinggi: Cerita dan gambar mengenai beritanya lebih
otentik dan dapat dipercaya oleh pembaca dibandingkan iklan.
o
Kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik sebelumnya:
Hubungan masyarakat dapat menjangkau banyak calon pembeli yang
cenderung menghindari wiraniaga dan iklan.
o
Dramatisasi: Hubungan masyarakat memiliki kemampuan untuk
mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.
•
Penjualan Personal
o
Konfrontrasi personal: Penjualan personal mencakup hubungan yang
hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masingmasing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih
dekat.
o
Mempererat: Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai
jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan
persahabatan. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui
minat pelanggan yang terbaik.
14
o
Tanggapan:
Penjualan
personal
membuat
pembeli
merasa
berkewajiban mendengarkan pembicaraan pihak wiraniaga.
•
Pemasaran Langsung
o
Nonpublik: Pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu.
o
Disesuaikan: Pesan dapat disiapkan untuk menarik orang yang dituju.
o
Terbaru: Pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat.
o
Interaktif: Pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan orang
tersebut.
Perusahaan selalu mencari cara untuk memperoleh efisiensi dengan
mensubstitusi suatu alat promosi dengan yang lainnya. Kemampuan untuk
melakukan subtitusi di antara alat-alat promosi tersebut menjelaskan mengapa
fungsi-fungsi pemasaran harus dikoordinasikan.5 Pemasaran merupakan salah satu
fungsi utama dari kegiatan bisnis, sedangkan PR memegang peranan penting
dalam mendidik pasar (market education), yakni membuat khalayak yang menjadi
target sasarannya mengetahui keberadaan dan kegunaan produk-produk dari
perusahaan yang bersangkutan. Pengembangan dari fungsi public relations dan
penggabungan dari fungsi marketing kemudian dikenal dengan Marketing Public
Relation.6
Philip Kotler, seorang tokoh sentral pemasaran, menulis dalam Harvard
Business Review bahwa public relation merupakan bagian dari Mega Marketing.
Kotler mendefinisikan Mega Marketing sebagai “Aplikasi koordinasi secara
terencana atas unsur-unsur ekonomi, psikologi, politik, ketrampilan public
relation untuk memperoleh simpati (kerja sama) dari pihak-pihak yang terkait
5
6
Philip Kotler, op,cit. hal. 642.
Rosady Ruslan, op,cit. hal. 112.
15
agar dapat beroperasi atau masuk ke pasar tertentu” 7 . Pendapat ini pernah
diperdebatkan oleh para ahli public relation karena khalayak sasaran kedua
konsep ini sangat berbeda. Konsep marketing mempunyai sasaran target market,
sedangkan public relation mempunyai sasaran target publik (stakeholders). Untuk
meluruskan perbedaan pendapat ini, Thomas L.Harris, guru besar journalism pada
Kellog Schol of Journalism, mengembangkan konsep yang disebut Marketing
Public Relation (MPR) yaitu sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian
program yang merangsang penjualan dan pelanggan, hal tersebut dilakukan
melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan yang dapat
menghubungkan
perusahaan,
produk
dengan
kebutuhan
serta
perhatian
pelanggan.8 Marketing public relations itu sendiri merupakan perpaduan (sinergi)
antara pelaksanaan program kerja public relations dan strategi pemasaran, dalam
upaya untuk meluaskan pemasaran dan mencapai kepuasan konsumen.9 Peranan
marketing public relations dalam upaya mencapai tujuan utama perusahaan secara
garis besarnya seperti yang dijabarkan Kotler adalah sebagai berikut:10
a.
Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat
atas produk yang ditawarkan/digunakan.
b.
Mengkomunikasikan terus menerus melalui media Public Relations (House
PR Journal) tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan
kepedulian sosial dan lingkungan hidup, agar tercapai publikasi positif
dimata masyarakat.
7
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Utama Grafifi, 1994. hal 12.
8
Rosady Ruslan, op,cit. hal 239
9
Rosady Ruslan, op.cit. hal 243
10
Philip Kotler, op,cir. hal 268
16
c.
Membina dan mempertahankan citra perusahaan atas produk, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
d.
Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang
mungkin muncul di masa mendatang.
Sedangkan Thomas L. Harris mengungkapkan bahwa kegiatan dari
marketing public relations meliputi:11
a.
Memberikan edukasi kepada konsumen.
1.
Edukasi manfaat produk.
2.
Edukasi mengenai kegunaan produk yang sudah diluncurkan.
b.
Membangun event merek.
c.
Membantu media melakukan tes produk
1.
Memberi edukasi kepada media mengenai produk.
2.
Memberi pemahaman terhadap cara-cara penggunaan produk dan
kelebihannya.
d.
Mengumumkan penggunaan teknologi baru yang digunakan oleh produk.
1.
Memberikan harapan pada konsumen mengenai fungsi teknologi
terhadap merek.
2.
Menjelaskan komitmen produk untuk menggunakan teknologi
tersebut.
Kegiatan marketing public relations diharapkan dapat mempengaruhi
perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipelajari agar lebih dapat memahami
tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana, kapan dan seberapa
11
Silih Agung Wasesa, loc.cit.
17
sering membeli 12 . Dalam bisnis MLM, manfaat pengetahuan tentang perilaku
konsumen adalah untuk memahami hal-hal apa saja yang dapat menarik seseorang
untuk membeli produk yang ditawarkan dan bersedia bergabung menjadi
distributor serta berkeinginan mengembangan jaringan distributor dibawahnya.
2.3
Komunikasi
Kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat secara umum berlangsung
dalam 6 tingkatan menurut Denis McQuall, yaitu:13
1. Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication)
2. Komunikasi antar-pribadi (intrapersonal communication)
3. Komunikasi dalam kelompok
4. Komunikasi antar-kelompok/asosiasi
5. Komunikasi Organisasi
6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas
Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari, karena
sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna
mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk
mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis
atau industri ataupun organisasi sosial seperti rumah sakit atau institusi
pendidikan.
Tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut
melibatkan empat fungsi yaitu: 14
12
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen, Ed.1. Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2005. hal 12
13
Riswandi, Ilmu Komunikasi. Yogjakarta: Graha Ilmu. 2009. hal 9 - 11.
14
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Yogjakarta: Graha Ilmu. 2009. hal 119 127.
18
a.
Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu.
b.
Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga ataupun organisasi, ada dua
hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau
orang-orang yang berada dalam tataran manajement yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Di samping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk
memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas (position of Authority)
supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagai mana mestinya.
c.
Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, makin banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibandingkan kalau pemimpin sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
19
d.
Fungsi integratif
Setiap organisasi untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada
saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi, juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darma wisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.4
Komunikasi Persuasif
Dalam aktivitas sosial sehari-hari, seringkali kita menginginkan agar orang
yang diajak berkomunikasi untuk menerima, mengerti, atau memahami maksud
kita. Seringkali juga kita meminta agar orang mau melakukan suatu kegiatan atau
perubahan seperti yang kita inginkan. Bentuk komunikasi yang kita digunakan
untuk mencapai keinginan tersebut adalah komunikasi persuasif. Dalam
komunikasi persuasif, isi pesan tidak hanya bersifat informatif, yaitu agar orang
lain dapat mengerti dan tahu, tetapi juga juga bersifat persuasif, yaitu agar orang
lain bersedia menerima suatu paham atau kenyataan, hingga orang tersebut
melakukan suatu kegiatan atau perubahan.
Secara harfiah komunikasi persuasif berasal dari bahasa Inggris yaitu
persuasion. Secara etimologis, persuasion berasal dari bahasa Latin persuasio,
kata kerjanya persuadere yang artinya kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris:
20
to persuade. Dalam bahasa Indonesia kata kerja to persuade umumnya
diterjemahkan
dengan
membujuk
atau
merayu,
sedangkan
persuasion
diterjemahkan persuasi, bujukan atau rayuan. Howell mendefinisikan persuasi
sebagai sebuah kesadaran berupaya untuk mengubah sikap dan pemikiran
seseorang dengan memanipulasi motif orang tersebut dalam mengambil keputusan
akhirnya. Selain itu persuasi juga dimaknai sebagai sebuah bagian dari efek yang
ada pada penerima pesan, sebagai akibat dari pesan yang membujuk dan merayu.
Namun, menurut Muslimin, persuasi bukan sekadar untuk membujuk dan
merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan
mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis, sosiologis dari
orang-orang yang ingin dipengaruhi.15 Sedangkan Johnston (1994) memberikan
definisi yang lebih spesifik dengan menyatakan bahwa persuasi adalah proses
transaksional di antara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi
realitas melalui pertukaran makna atau simbolis yang kemudian menghasilkan
kepercayaan, sikap, dan perilaku secara sukarela.16
Komunikasi persuasif selalu ditujukan agar komunikan mengubah perilaku,
keyakinan dan sikapnya seolah-olah atas kehendaknya sendiri dan bukan karena
paksaan atau dorongan orang lain. Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi
persuasif sebagai ”A major effect of persuasive communication lies in stimulating
the individual to think both of his initial opinion and of the new opinion
recommended in the communication” (”Efek umum dari komunikasi persuasif
15
Muslimin, Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Edisi Pertama, Malang: UMM
Press, 2004. hal 99.
16
Liestianingsih Dwi Dayanti, Frida Kusumawati, Ratih Puspa, Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007. Hal 5.19.
21
terletak pada dorongan agar individu berpikir dalam dua segi yaitu pendapatnya
sendiri dan pendapat baru yang diajukan oleh pihak lain”).
Ton Kertapati mengatakan komunikasi persuasif harus memiliki persyaratan
tertentu, yaitu:
1.
Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan kepada masyarakat atau pihak
tertentu harus dapat menstimulasi sesuatu pada sasaran.
2.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan itu tentunya harus berisi lambanglambang atau tanda-tanda komunikasi yang sesuai dengan daya tangkap,
daya serap dan daya tafsir (decoding efficiency) dari sebagian masyarakat
atau golongan-golongan tertentu.
3.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan harus dapat membangkitkan keperluan
atau kepentingan (needs) tertentu pada sasarannya dan kemudian
menyarankan usaha-usaha atau upaya tertentu untuk pemenuhan harapan
itu.
4.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan yang menyarankan usaha dan upaya
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran
itu berada.
5.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan harus dapat membangkitkan harapan
tertentu dan sebagainya.
Anggapan yang paling mendasar dalam proses persuasi adalah bahwa
peserta komunikasi dengan sengaja saling mempengaruhi. Yang hendak
dipengaruhi adalah makna kepercayaan, nilai, dan tindakan pihak yang menjadi
teman berkomunikasi.17
17
Muslimin, op,cit. hal 102.
22
Dalam praktik berkomunikasi, biasanya kita menemui berbagai macam
hambatan yang jika tidak ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat
proses komunikasi menjadi sia-sia. Atau dengan kata lain komunikasi menjadi
tidak efektif. Menurut Edi Suryadi, ada sejumlah faktor yang dapat menimbulkan
kendala dalam berkomunikasi, yaitu18:
1.
Pengaruh perbedaan status (status effects). Ini dapat terjadi jika salah
seorang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam jenjang hierarki
dibanding dengan yang lainnya.
2.
Permasalahan
semantik
(semantic
problems).
Terjadi
ketika
oran
menggunakan kata-kata yang sama dengan cara berbeda, atau kata-kata
yang berbeda dengan cara yang sama. Misalnya saja kata ”charge” dalam
bahasa Inggris mempunyai 15 (limabelas) arti yang berbeda. Permasalah
semantik juga muncul ketika orang menggunakan jargon-jargon atau bahasa
yang terdapat di luar kamus orang lain dan mengharapkan meeka
memahaminya.
3.
Penyimpangan persepsi (perceptual distortions). Dapat terjadi oleh konsep
atau pengenalan diri atau pemahaman yang buruk terhadap orang lain.
4.
Perbedaan budaya (cultural differences). Terjadi akibat dari pengalaman
lingkungan sosial dan keagamaan orang berbeda. Di sebagin besar negaranegara di dunia, menganggukkan kepala menandakan persetujuan,
sedangkan menggelengkan kepala menandakan ketidaksetujuan. Namun
tidak demikian halnya di beberapa bagian India justru ditemukan hal
sebaliknya.
18
Edi Suryadi, Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi. Bandung: Lembaga Penelitian
Universitas Pendidikan Indonesia, 2004. hal 22-23.
23
5.
Gangguan yang bersifat fisik (physical distractions). Terjadi misalnya
akibat ruangan dengan sistem kedap suara yang kurang memadai, suara
mesin tik di ruangan lain, gerakan tubuh yang anpa sadar sering dilakukan,
dan lain sebagainya.
6.
Pilihan saluran komunikasi yang buruk (poor choice of communication
channel). Dapat terjadi akibat kesalahan pemilihan media komunikasi yang
tidak tepat, misalnya meminta laporan keuangan secara terperinci melalui
telepon.
7.
Tidak ada umpan balik (no feedback). Dapat terjadi akibat dari komunikasi
satu arah. Dalam siuasi rumit, komunikasi dua arah memungkinkan adanya
timbal balik sehingga dapat membantu komunikator dan komunikan untuk
mengukur tingkat pemahaman masing-masing terhadap pesan.
Sedangkan menurut Muslimin, kegagalan yang terjadi dari proses
mempengaruhi umumnya disebabkan oleh:
1. Komunikasi dan pengertian yang tidak sejalan dengan baik.
2. Sikap tidak percaya.
3. Adanya perlawanan terhadap kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, tindakantindakan yang dianjurkan.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi dan menghindari terjadinya
kegagalan dalam komunikasi, maka komunikator harus memahami bagaimana
persuasi yang efektif serta dapat menyesuaikan gaya komunikasi yang
dilakukannya tergantung kondisi dan situasi saat komunikasi dan juga kepribadian
komunikan.
24
2.5
Gaya Komunikasi
Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya
komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya
komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan gaya
komunikasi antara satu orang dengan yang lain dapat berupa perbedaan dalam
ciri-ciri model dalam berkomunikasi, tata cara berkomunikasi, cara berekspresi
dalam berkomunikasi dan tanggapan yang diberikan atau ditunjukkan pada saat
berkomunikasi. 19
Norton dalam Suminar, Soemirat dan Ardianto, mengembangkan gaya
komunikasi dengan istilah communicator style construct. Gaya komunikasi ini
didefinisikan sebagai ”suatu cara verbal dan paraverbal berinteraksi terhadap
tanda bagaimana mengartikan, menterjemah, menyaring atau memahami”.
Terdapat sembilan variabel atau aspek gaya komunikasi yaitu: (1) menguasai; (2)
dramatisasi atau membesar-besarkan; (3) argumentatif; (4) banyak menggunakan
ekspresi bahasa dan tubuh; (5) cepat meninggalkan kesan; (6) tenang dan santai;
(7) berempati; (8) terbuka dengan perasaan; dan (9) ramah.20
Wofford dalam Suminar, Soemirat dan Ardianto, mengemukakan enam
gambaran gaya komunikasi utama yaitu gaya mengawasi, gaya persamaan, gaya
struktur, gaya dinamik, gaya melepaskan (membiarkan), dan gaya menyendiri.21
The Controlling Style (gaya mengawasi) adalah komunikator memaksa dan
langsung bertindak dan memikirkan orang lain, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi dan mengatur perilaku, pikiran dan
19
Yenny Ratna Suminar, Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto, Komunikasi Organisasional. Jakarta:
Universitas Terbuka, Cetakan kelima, Agustus 2006. Hal 5.18.
20
Ibid.
21
Ibid. Hal 7.4.
25
tanggapan orang lain. Gaya ini membujuk komunikan dengan menunjukkan
adanya insentif yang akan diperoleh dari tindakan. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah
atau one-way communicators.
The Equalitarian Style (gaya persamaan) ditandai dengan komunikasi dua
arah dalam mempengaruhi arus balik dan tampil ke depan di antara orang-orang.
Komunikator gaya ini merangsang orang lain secara personal melakukan inisiatif,
penetapan tujuan, pengambilan keputusan atau menyumbangkan pemikiran.
Dengan gaya persamaan, komunikator tidak berasumsi setiap personal memiliki
superioritas atau lebih ahli, tetapi menampung informasi yang disampaikan.
Komunikator gaya ini sunguh-sungguh tertarik terhadap ide dari orang lain. Aspek
penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two–way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap peserta komunikasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana rileks, santai dan informal.
The Structuring Style (gaya struktur) digunakan oleh komunikator yang
berorientasi kearah kemantapan organisasi, jadwal kerja dan struktur melalui
proses komunikasi, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two–way traffic of
communication). Komunikator ini mempengaruhi orang lain dalam diskusi yang
membahas tujuan, standar, jadwal kerja, peraturan atau prosedur pada suatu
situasi. Komunikasi struktur jarang melibatkan ekspresi atau kekuatan emosi.
Komunikasi ini biasanya objektif dan alami.
26
The Dynamic Style (gaya dinamik) digunakan oleh komunikator yang aktif
dan agresif. Komunikasi cenderung singkat dan menukik ke masalah pokok. Gaya
ini terus terang dan terbuka, dengan menghindari mangkir. Pendekatan
komunikasi ini lebih hidup dalam dunia bisnis. karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (actionoriented). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimuli atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik
The Relinguish Style (gaya membiarkan) lebih banyak menerima daripada
memerintah dan menunjukan minat dalam memberikan kontribusi kepada yang
lain, serta menyukai peran sebagai pendukung dibanding posisi memerintah. Gaya
komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan
luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua
tugas atau pengalaman yang dibebankan kepadanya.
The Withdrawal Style (gaya menyendiri) selalu menghindari interaksi, tidak
ingin berkomunikasi, dan lebih suka menyendiri. Gaya ini tidak ingin
mempengaruhi dan lebih suka tidak dipengaruhi. Akibat yang muncul jika gaya
ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan
dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain.
27
Edi Suryadi membagi gaya komunikasi komunikator dalam tiga gaya, yaitu
menginstruksi, partisipasi, dan mendelegasi22.
Gaya menginstruksi adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh
komunikator melalui sikap, perbuatan dan ucapannya, yang cenderung lebih
banyak memberikan penjelasan, pengarahan secara spesifik.
Gaya partisipasi adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh
komunikator melalui sikap, perbuatan dan ucapannya, yang cenderung
memberikan kesempatan kepada komunikan untuk ikut terlibat dalam proses
komunikasi. Keterlibatan komunikan tersebut tidak terbatas sebagai penerima
pesan, tetapi juga penyampai pesan. Oleh karena itu siapa komunikator dan siapa
komunikan sudah tidak tampak lagi karena kedua-duanya berperan ganda.
Gaya mendelegasi adalah gaya komunikasi yang dikembangkan oleh
komunikator melalui sikap, perbuatan dan ucapannya, yang cenderung
menempatkan dirinya pada posisi sebagai penerima pesan dan hanya pada saatsaat tertentu saja sebagai penyampai pesan apabila diperlukan. Dalam kondisi
seperti ini terjadi proses pertukaran peran, komunikator berubah menjadi
komunikan, demikian sebaliknya.
Selain faktor gaya komunikasi yang dipilih, penyampaian pesan persuasi
akan lebih efektif jika didasarkan pada kredibilitas sumber (ethos), emosional
(pathos), atau logika (logos) atau kombinasi ketiganya. Kualitas utama dari
kredibilitas sumber dapat diidentifikasi dalam tiga aspek, yaitu:23
1.
Kompetensi. Mengacu pada pengetahuan dan kepakaran yang menurut
khalayak dimiliki oleh pembicara. Makin tinggi pengetahuan dan kepakaran
22
23
Edi Suryadi, op,cit. hal 34.
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia. Professional Books, 1997. hal. 459
28
yang dirasakan khalayak dimiliki pembicara, makin besar kemungkinan
khalayak mempercayai pembicara.
2.
Karakter. Mengacu pada itikad dan perhatian pembicara kepada khalayak,
yang dimaksud adalah kejujuran dan sifat-sifat hakiki seseorang. Khalayak
perlu mengetahui apakah ia dapat mempercayai pembicara, sehingga
penting bagi pembicara untuk menunjukkan kualitas-kualitas karakter yang
akan meningkatkan kredibilitasnya.
3.
Karisma. Mengacu pada kepribadian dan kedinamisan pembicara. Khalayak
lebih menyukai pembicara yang dinamis ketimbang pembicara yang raguragu dan tidak tegas. Umumnya khalayak menganggap orang yang pemalu,
introvert, berbicara pelan sebagai kurang kredibel dibandingkan orang yang
ekstrovert, tegas dan bersemangat.
Dalam konteks penelitian ini, komunikasi persuasif, gaya komunikasi dan
kredibilitas pembicara mempunyai peranan besar dalam menunjang aktivitas
pemasaran dan rekrutmen distributor baru Amway serta sejalan dengan strategi
marketing public relation.
2.6
Perilaku Konsumen
Menurut American Marketing Association definisi perilaku konsumen
adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, dan perilaku, serta kejadian di
sekitar kita, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka24.
Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk perilaku konsumen adalah proses yang
dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
24
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999. hal 6.
29
bertindak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan. Perilaku konsumen juga merupakan studi tentang
bagaimana pembuat keputusan, baik individu, kelompok, ataupun organisasi,
membuat keputusan beli atau melakukan transaksi membeli suatu produk dan
mengkonsumsinya. Suwatno dan Tinggi mengungkapkan bahwa perilaku
konsumen berkaitan dengan dinamika pasar konsumen. Pasar konsumen terdiri
dari semua orang dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan
jasa untuk konsumsi pribadi.25
Perilaku calon konsumen Amway tidak terlepas dari pengaruh aspek
psikologis dari calon konsumen itu dalam hal pengambilan keputusan apakah ia
mau ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan Amway atau tidak.
2.7
Aspek Psikologis dalam Perilaku Konsumen
Perilaku individu, khususnya perilaku membeli produk dan keputusan
bergabung menjadi distributor Amway, mempunyai keterkaitan dengan bidang
psikologi. Karena manusia makhluk sosial, dan dari proses sosial ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhinya, yang diklasifikasikan ke dalam
tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen
behaviour.
Menurut Peter dan Olson perilaku konsumen adalah interaksi yang dinamis
antara kognitif, afektif dan behavior. Afektif dan kognitif merupakan bentuk
tanggapan psikologis yang dapat muncul dalam situasi proses pengambilan
keputusan konsumen. Ini berarti untuk dapat menjalankan strategi pemasaran
25
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, op.cit. hal 9.
30
yang telah ditetapkan, kiranya kita harus dapat memahami apa yang mereka
pikirkan (kognitif), dan apa yang mereka rasakan (afektif). Kedua komponen ini
memiliki sifat yang berbeda, namun saling terkait serta dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi satu dengan lainnya. Selain itu juga harus dapat memahami apa yang
mereka lakukan (behaviour), serta apa dan dimana (kejadian sekitar) yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa dan dilakukan
konsumen tersebut.26
2.7.1
Aspek Kognitif
Menurut Peter dan Olson kognitif melibatkan pemikiran atau kepercayaan
yang terdapat pada aspek psikologis diri konsumen. kognitif mengacu pada proses
mental dan struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang
terhadap lingkungan. Fungsi utama dari sistem kognitif seseorang adalah untuk
menginterpretasikan, memberi makna arti simbolis dan memahami aspek utama
pengalaman pribadi. Dan fungsi kedua adalah memproses atau memikirkan
interpretasi dari arti tersebut dalam melakukan tugas kognitif seperti menjabarkan
tujuan dan sasaran, mengembangkan dan mengevaluasi tindakan alternatif yang
akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut serta menjalankan perilaku. Sistem
kognitif dapat mengintrepetasikan atau menerjemahkan berbagai jenis informasi,
oleh karena itu aspek tanggapan kognitif menghasilkan pengetahuan, arti serta
kepercayaan.27
26
27
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, op.cit. hal 8.
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999. hal 42-43
31
Terdapat dua jenis pengetahuan dalam sistem kognitif, yaitu: Pertama,
pengetahuan umum, mengacu pada penerjemahan seseorang terhadap informasi
relevan yang ada dilingkungannya. Kedua, sepanjang pengalaman hidupnya,
konsumen memiliki pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana konsumen melakukan sesuatu pada situasi tertentu.28
Konsumen dapat memiliki pengetahuan terhadap suatu produk, yaitu antara
lain mengenai ciri produk, manfaat serta nilai kepuasan yang didapat dari produk
yang ditawarkan. Hal ini disebabkan karena: Pertama, produk mempunyai
beberapa karakteristik atau ciri masing-masing dan setiap ciri tersebut yang
membedakan produk yang satu dengan yang lainnya. Kedua, konsumen memiliki
pengetahuan dari setiap manfaat produk yang ditawarkan. Ketiga, konsumen juga
memiliki pengetahuan tentang nilai atau kepuasan pribadi dari setiap produk.
Maka dari ketiga pengetahuan tersebut yang membuat konsumen memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda terhadap berbagai produk., dan dapat digunakan untuk
menerjemahkan informasi baru dan membuat pemilihan pembelian. Tingkat
pengetahuan dibentuk dengan mengkombinasikan beberapa konsep arti kedalam
kategori pengetahuan yang lebih besar dan abstrak.
Peter dan Olson juga mengungkapkan bahwa aspek dalam sistem kognitif
tersebut dapat mempengaruhi bagaimana konsumen menerjemahkan informasi,
yaitu dengan cara sebagai berikut:29
1.
Melakukan interpretasi atau penerjemahan, melibatkan interaksi antara
pengetahuan dalam ingatan dan informasi dari lingkungan. Informasi dari
28
29
Ibid, hal 52.
Ibid, hal 54-55.
32
lingkungan akan mengaktifkan pengetahuan relevan yang ada dalam
ingatan.
2.
Pengetahuan yang diaktifkan mempengaruhi bagaimana konsumen mau
mendengar informasi dan memahami arti yang dikandung.
3.
Karena sistem kognitif memiliki kapasitas yang terbatas, maka dalam satu
kesempatan konsumen secara sadar hanya dapat memperhatikan dan
memahami sejumlah kecil informasi saja.
4.
Banyak proses perhatian dan pemahaman yang muncul secara cepat dan
otomatis dengan tingkat kesadaran yang kecil dan tanpa adanya pemahaman
yang disadari. Proses otomatis tersebut memilki manfaat, yaitu menjaga
kapasitas kognitif agar tetap bebas untuk melakukan penerjemahan terhadap
hal-hal yang masih asing dan membutuhkan pemikiran secara sadar.
Kontak
informasi
sangat
penting
untuk
proses
interpretasi
atau
penerjemahan konsumen, akan tetapi sejalan dengan meningkatnya jumlah
informasi dalam lingkungan, konsumen menjadi semakin pandai dalam
menghindarkan diri dari kontak informasi tersebut, hal tersebut dinamakan
eksposur selektif (kontak selektif). Oleh karena itu diperlukannya strategi untuk
menarik perhatian dan pemahaman konsumen. Perhatian berarti kesadaran untuk
mengamati akan suatu rangsangan. Perhatian mendekati suatu informasi tertentu
berarti melakukan pilihan dari sekian banyak informasi yang ada dan
mengabaikan informasi lain. Perhatian juga menyatakan intensitas dan
ketertarikan. Konsumen setidaknya harus peka dan tertarik untuk dapat
memperhatikan sesuatu dengan sadar, dan seberapa dalam konsumen memproses
informasi. Perhatian lambat laun dapat berubah menjadi pemahaman. Pemahaman
mengacu pada proses penerjemahan, konsumen memahami atau merasakan
33
perilaku mereka. Perhatian dan pemahaman sangat dipengaruhi oleh dua faktor
internal, yaitu struktur pengetahuan yang diaktifkan dan tingkat keterlibatan
konsumen. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemampuan dan motivasi
konsumen dalam menerjemahkan informasi.
Melalui proses pembelajaran kognitif, arti yang baru dibangun dihubungkan
dengan struktur pengetahuan yang terdapat dalam ingatan, kemudian pada proses
pemahaman di masa datang struktur pengetahuan yang telah diperbaharui dapat
diaktifkan kembali untuk mempengaruhi proses interpretasi atau penerjemahan
terhadap informasi yang baru didapat.
Sedangkan kepercayaan adalah suatu pemikiran dekskriptif yang dimiliki
seseorang tentang sesuatu. Kepercayaan dapat berupa pengetahuan, pendapat atau
sekedar percaya, dan kepercayaan akan membentuk citra produk atau merek.30
Menurut Hotler kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu “benar” atau
“salah” atas dasar bukti, sugesti, pengalaman. Jadi kepercayaan dapat bersifat
rasional atau irasional. Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam
mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan
menentukan sikap terhadap objek sikap. Solomon mengatakan bahwa kepercayaan
dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, kepentingan, banyak kepercayaan
didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap Semakin positif kepercayaan
terhadap suatu merek dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin
mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan mendukung
keseluruhan dari sikap konsumen.31
30
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
hal 11.
31
Ibid, hal 12.
34
Sedangkan menurut Prasetijo dan Ihalauw terdapat faktor lainnya yang
menentukan kognitif seseorang yaitu:32
1.
Persepsi adalah cara orang memandang dunia. Sehingga dapat dilihat bahwa
persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Media massa dapat
membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat
tertentu. Menurut Setiadi persepsi sebagai proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Setiap individu
memiliki persepsi yang berbeda. Solomon mendefinisikan persepsi sebagai
proses dimana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih,
kemudian diatur dan akhirnya diintegrasikan.
2.
Konsep diri yaitu cara memandang diri sendiri. Pada waktu yang bersamaan,
kita juga beranggapan orang lain mempunyai gambaran yang sama tentang
kita. Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan
psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan yang dipelajari selama
proses perkembangan diri. Konsep diri juga dibentuk oleh faktor-faktor
ekonomi, demografi dan pengaruh lainnya yang berasal dari kelompok
sosial.
2.7.2
Aspek Afektif
Menurut Peter dan Olson afektif mengacu pada tanggapan perasaan atau
sesuatu yang dirasakan seseorang. Orang dapat mengalami empat jenis tanggapan
afektif: emosi, perasaan tertentu, suasana hati dan evaluasi. Setiap jenis afeksi
32
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, op.cit. hal 67-68.
35
dapat melibatkan tanggapan positif atau negatif. 33 Contoh afeksi positif dan
negatif dari keempat tanggapan afektif tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Jenis Tanggapan Afektif
Emosi
Perasaan tertentu
Suasana hati
Evaluasi
Contoh Afeksi Positif dan Negatif
•
Gembira, cinta
•
Takut, bersalah, marah
•
Kehangatan, penghargaan, kepuasan
•
Kesedihan, muak
•
Siaga, santai, tenang
•
Sendu, bosan, lesu
•
Suka, bagus, menyenangkan
•
Tidak suka, jelek, tidak menyenangkan
Keempat jenis tanggapan tersebut memiliki tingkat gerakan fisiologis yang
berbeda. Semakin kuat intensitas atau kekuatan perasaan dari tanggapan afektif
tersebut, semakin semakin kuat reaksi fisiologis (yaitu reaksi yang berasal dari
dalam badan), seperti meningkatnya tekanan darah, debaran jantung, pernapasan,
mulut kering, keluar air mata, produksi adrenalin atau perut melilit.
Peter dan Olson juga mengungkapkan bahwa tanggapan afektif diciptakan
oleh sistem afektif. Umumnya sistem afektif mempunyai lima sifat dasar, yaitu:34
1.
Sistem afektif pada umumnya reaktif.
Sistem afektif tidak membuat rencana, keputusan atau bertujuan mencapai
sasaran tertentu, umumnya sistem afektif ditanggapi dengan segera dan
otomatis terhadap peristiwa yang ada pada lingkungan konsumen.
33
34
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, ibid. hal 38.
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, ibid. hal 40.
36
2.
Masyarakat dapat mempengaruhi (walaupun tidak terlalu besar) terhadap
sistem afektif konsumen.
3.
Tanggapan afektif secara fisik terdapat dalam tubuh manusia.
4.
Sistem afektif dapat menanggapi berbagai jenis rangsangan lingkungan.
5.
Tanggapan afektif yang paling berpengaruh adalah belajar.
Konsumen mempelajari beberapa tanggapan afektif melalui pengalaman dari
sosialisasi. Bentuknya dapat beragam sejalan dengan perkembangan budaya serta
kelas sosial yang ada pada lingkungan konsumen. Oleh karena itu, sistem afektif
konsumen dalam menanggapi suatu rangsangan yang sama cenderung berbeda.
Proses penyatuan informasi yang dilakukan oleh konsumen, membentuk
sikap terhadap objek, termasuk produk atau merk tertentu. Selama proses
penyatuan, konsumen mengkombinasikan beberapa pengetahuan, arti dan
kepercayaan tentang produk atau merek dan untuk membuat suatu evaluasi
terhadap keputusan beli. Sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang.
Konsumen memiliki kecenderungan sikap yang berbeda. Dan waktu adalah faktor
utama yang dapat mengurangi keinginan beli konsumen. Keinginan dapat berubah
sepanjang waktu. Banyak peristiwa didalam toko atau lingkungan sekitar yang
merubah kepercayaan, sikap, keinginan serta perilaku konsumen.
Sedangkan menurut Prasetijo dan Ihalauw di dalam aspek afeksi juga
terdapat unsur–unsur lain yaitu:
1.
Motivasi adalah dorongan dari dalam individu yang menyebabkan dia
bertindak untuk memenuhi kebutuhannya. Beberapa kebutuhan bersifat
biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu,
sedangkan kebutuhan lain bersifat psikogenik, yaitu kebutuhan yang timbul
dari keadaan fisiologis tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi
37
motivasi apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Berdasarkan
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, dapat disimpulkan bahwa manusia akan
mementingkan kebutuhan fisik (makan, minum dan lain sebagainya)
terlebih dahulu dari pada kebutuhan lain, setelah kebutuhan fisik terpenuhi
baru memikirkan kepuasan akan kebutuhan selanjutnya, yaitu: kebutuhan
rasa aman, sosialisasi, pengakuan dan aktualisasi diri. Sehingga motivasi
adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar
kepuasan.
2.
Sikap adalah kecenderungan umum yang dipelajari dalam merespon secara
konsisten suatu objek, dalam bentuk suka atau tidak suka. Sikap itu adalah
pola perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang, ide,
atau objek yang tetap dalam jangka waktu yang lama.35
2.7.3
Aspek Behaviour
Hubungan antara afeksi dan kognisi diatas dijelaskan bahwa tanggapan
afektif yang dihasilkan oleh sistem afektif setelah menanggapi rangsangan dari
lingkungan, dapat diterjemahkan oleh sistem kognitif. Penerjemahan kognitif ini
kemudian dapat digunakan untuk mengambil keputusan pembelian yang akan
dilakukan oleh konsumen.36
35
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, op.cit. hal 104.
Paul J. Peter and Jerry C. Olson, op.cit. hal 43.
36 36
38
Hubungan Antara Sistem Afektif dan Kognitif
Tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan dalam perilaku
konsumen yang termasuk dalam aspek kognitif adalah tahap pengenalan masalah,
pencarian informasi, dan evaluasi alternatif. Secara rinci tahap-tahap tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Pengenalan kebutuhan
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan.
Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan
kondisi yang diinginkan. Dari pengalaman sebelumnya konsumen telah
belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi kearah produk
yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. Kebutuhan dapat dipicu
oleh rangsangan internal (misalnya rasa lapar, haus) muncul pada tingkat
yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan dan juga dapat dipicu oleh
rangsangan eksternal (misalnya kebutuhan akan pemenuhan hobi).
39
2.
Pencarian informasi
Tahap proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen telah
tertarik untuk mencari lebih banyak informasi konsumen mungkin hanya
meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Konsumen
yang terdorong kebutuhannya mungkin atau mungkin juga tidak untuk
mencari informasi lebih lanjut. Konsumen yang mulai timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan konsumen
kuat dan produk itu berada didekatnya, mungkin konsumen akan langsung
membelinya. Jika tidak, maka kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi
ingatan saja.
3.
Evaluasi alternatif
Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek atau produk alternatif
dalam satu susunan pilihan. Saat ini ketika konsumen memproses informasi
tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir, ada beberapa proses
evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen
bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk
penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar
dan
rasional.
Konsumen
mungkin
mengembangkan
seperangkat
kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masingmasing. Pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam
himpunan pilihan serta membentuk proses.37
37
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Boston: Pearson Prentice
Hall, 2001. hal 223-235.
40
Perilaku (behavior) adalah mengenai apa yang dilakukan konsumen,
perilaku mengacu pada tindakan nyata konsumen yang dapat diteliti dan diukur
secara langsung. Perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan
konsumen. Misalnya perilaku membeli suatu produk, mengunjungi toko dan lain
sebagainya. Keputusan membeli adalah tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk. Keputusan
pembelian tidak otomatis terjadi pilihan merek. Pada tahap pembelian ini masih
terdapat kemungkinan terjadi perubahan. Faktor situasional yang tidak diharapkan
ataupun orang lain dapat mempengaruhi keputusan yang sudah diambil
sebelumnya.38
Aspek Behavior lebih menampilkan tingkah laku seseorang, seperti bereaksi
untuk menolak, menerima, membeli dan lain sebagainya. Aspek ini merupakan
aspek untuk menggerakkan seseorang secara aktif untuk melakukan “tindakan
atau berperilaku” atas suatu reaksi yang sedang dihadapi.
Di dalam aspek behavior terdapat proses yang disebut “pembelajaran
Vicarious”. Pembelajaran Vicarious mampu memberikan pendekatan yang sangat
berguna untuk mengembangkan pemasaran dan program pendidikan bagi
konsumen. Pembelajaran Vicarious mengacu pada seseorang yang mengubah
perilakunya karena mereka mengamati perilaku orang lain, serta konsekuensi
yang diterima. Seseorang akan cenderung meniru perilaku orang lain, jika
perilaku yang ditiru tersebut membawa dampak positif, namun sebaliknya jika
perilaku yang ditiru tersebut membawa dampak negatif, maka tidak akan ditiru.39
38
39
Ibid, hal 226.
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2003. hal 202.
41
Bentuk dari pembelajaran Vicarious yang paling umum adalah proses
“permodelan”. Proses permodelan menyatakan bahwa konsumen dapat benarbenar mengamati model tersebut pada seseorang. Permodelan mempunyai tiga
fungsi utama, antara lain: pertama, permodelan dapat digunakan untuk
mengembangkan tanggapan baru yang belum terdapat dalam daftar perilaku
seorang konsumen. Kedua, permodelan dapat digunakan untuk menurunkan
kemungkinan terjadinya perilaku yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan.
Ketiga, permodelan dapat digunakan untuk memfasilitasi munculnya perilaku
diinginkan yang saat ini telah ada dalam pikiran konsumen. Pembelajaran
Vicarious juga mempunyai dua jenis permodelan, yaitu permodelan “samar” dan
permodelan “verbal”. Dalam permodelan samar, tidak ada perilaku atau dampak
sebenarnya yang dipertunjukkan atau didemonstrasikan, konsumen diharapkan
dapat membayangkan sendiri dari situasi permodelan tersebut. Dan yang kedua
adalah
permodelan
verbal,
dalam
permodelan
verbal,
perilaku
tidak
didemonstrasikan, dan konsumen tidak diperintahkan untuk membayangkan
seorang model melakukan suatu perilaku. Sebaliknya konsumen diberitahu
bagaimana orang lain yang mirip dengan mereka berperilaku dalam situasi
tertentu.
Menurut Prasetijo dan Ihalauw faktor–faktor lain yang mempengaruhi
perilaku dari individu antara lain adalah:
1.
Kebiasaan yaitu aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis tidak direncanakan. Kebiasan merupakan hal yang berlangsung
pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang
berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam
42
menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola
perilaku yang dapat diramalkan.
2.
Kemauan yang erat kaitannya dengan tindakan. Menurut Richard Dewey
dan W.J. Humber, kemauan merupakan: Pertama, hasil keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk
mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian
tujuan. Kedua, berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan
untuk mencapai tujuan. Ketiga, dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Terakhir, pengeluaran energi yang
sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
3.
Gaya hidup. Kindra dkk mendefinisikan gaya hidup konsumen sebagai pola
kegiatan, minat, dan pendapat konsumen yang konsisten dengan kebutuhan
dan nilai-nilai yang dianut. Gaya hidup konsumen dapat berubah, akan
tetapi perubahan ini bukan disebabkan oleh berubahnya kebutuhan.
Perubahan itu terjadi karena nilai-nilai yang dianut konsumen dapat berubah
akibat pengaruh lingkungan. 40 Seseorang yang berasal dari kelas sosial,
budaya atau pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang
berbeda.41
Dari semua aspek–aspek psikologis diatas dapat mempengaruhi konsumen
dalam mengambil keputusan beli yang dilakukannya.
40
41
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, op.cit. hal 56.
Bilson Simamora, op.cit. hal 8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
deskripsi bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. Dalam penelitian ini akan digambarkan gaya komunikasi yang
dilakukan distributor Amway dalam mempersuasi calon konsumen, dan
bagaimana
pendekatan-pendekatan
komunikasi
yang
dilakukan
dapat
mempengaruhi aspek psikologis calon konsumen dalam mengambil keputusan.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Ciri-ciri metode deskriptif secara harafiah adalah metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situsi atau kejadian, sehingga metode ini
berkendah mengadakan akumulasi data dasar belaka. Dalam mengumpulkan data
digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questioner ataupun
interview guide. 1
1
Mohammad Nazir, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. hlm 55.
43
44
Lebih lanjut Bogdan dan Taylor sebagaimana disunting oleh Lexy Moleong
mendefinisikan
metodologi
kualitatif
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.2
Menurut Seltiz, Wrightsman dan Cook, salah satu kelebihan penelitian
dekriptif adalah dapat menjelaskan dan menemukan wawasan-wawasan baru
tanpa terbebani atau terlalu diarahkan oleh teori.3
Sedangkan Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada, agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang
dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode yang
biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.4
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran yang komprehensif dan
pemahaman mengenai bagaimana gaya komunikasi distributor Amway dalam
merekrut calon distributor. Termasuk tipe gaya komunikasi yang manakah
pendekatan yang dilakukan distributor Amway dalam mempersuasi calon
2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan keduapuluhsatu, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005. hal. 4.
3
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
hal. 126.
4
J. Lexy Moleong, op.cit. hal 5.
45
distributor agar mau bergabung menjadi distributor, merupakan hal yang ingin
diketahui melalui penelitian ini.
3.2
Metode Penelitian
Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, tempat dan waktu penelitian
dilakukan, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus dimana menurut Robert K. Yin studi kasus adalah suatu penjelasan
empiris untuk melihat fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata.
Penjelasan ini dibutuhkan saat terdapat batasan–batasan yang kurang jelas antara
fenomena dan konteks kehidupan nyata, serta adanya penggunaan bukti–bukti
yang berasal dari sumber yang beragam.5
Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara rinci tentang
latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, yang
kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat
umum. Hasil dari penelitian studi kasus merupakan generalisasi dari pola-pola
kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga dan sebagainya.6
Studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini bermula dari adanya
fenomena gaya komunikasi distributor Amway dalam merekrut calon distributor
yang dinilai unik. Kemudian jika dikaitkan dengan tipe gaya komunikasi menurut
teori yang dikemukakan para ahli komunikasi dan pengaruh gaya komunikasi
terhadap aspek psikologis, maka timbul keinginan untuk mengetahui lebih
mendalam bagaimana gaya komunikasi distributor Amway dapat mempengaruhi
aspek psikologis calon distributor.
5
6
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: PT Raja Grasindo Perkasa, 1995, hal 1.
Mohammad Nazir, op.cit. hal 57.
46
Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi,
mengolah data, serta menganalisa data yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui bagaimana gaya komunikasi distributor Amway dalam
merekrut calon distributor, dengan metode studi kasus pada kelompok distributor
Amway Tamam Hoesein.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan yang berguna bagi keperluan penelitian.
Dimana data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan sebagai
sumber data atau acuan penelitian. John Lofland dan Lyn Lofland mengatakan
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.7
In Depth Interview atau wawancara mendalam terhadap key informan
merupakan teknik utama dalam mengumpulkan data primer. Teknik In Depth
interview dipilih karena melalui teknik ini peneliti dapat mengali informasi
sedalam-dalamnya mengenai gaya komunikasi distributor Amway dalam merekrut
calon distributor.
Terdapat dua jenis pedoman wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
7
John Lofland dan Lyn H. Lofland, Analyzing Social Setting, 2nd edition, Belmont CA:
Wadsworth, 1984, hal 47.
47
diajukan.8 Pedoman wawancara tersebut digunakan pewawancara sebagai alur
yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya
pedoman tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan
daftar pertanyaan, dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden
sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah pedoman wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini kreativitas
pewawancara tentu saja sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai
pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian
kasus.9 Dengan demikian pedoman wawancara yang dipakai dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu dengan membaca
dan menghimpun data penting seperti teori-teori, pendapat-pendapat, dan uraian
yang berkaitan dengan gaya komunikasi distributor Amway dalam merekrut calon
distributor.
3.4
8
9
Nara Sumber/Key Informan
Lexy J. Moleong, op.cit. hal. 151.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.2002. edisi revisi V. Hlm. 202
48
Narasumber atau key informan merupakan bagian dari unit analisis, yakni
individu bila informasi yang dibutuhkan dari seseorang hanya pendapat pribadi;
dan non individu, bila informasi yang dibutuhkan dari sesorang untuk mewakili
kelompok atau organisasi tertentu. Peran key informan sangat penting, sebab
selain bisa memberi keterangan tentang sesuatu kepada peneliti juga bisa memberi
saran tentang sumber-sumber bukti lain yang mendukung, serta menciptakan
akses terhadap sumber yang bersangkutan.10
Narasumber dalam penelitian ini adalah para distributor Amway, yang
mempunyai peranan sebagai komunikator dan pihak yang mengaplikasikan gaya
komunikasi yang ingin diteliti lebih dalam melalui penelitian ini. Namun peneliti
hanya akan mengajukan wawancara kepada beberapa orang distributor Amway
dalam jaringan distributor bapak Tamam Hoesein yang tergabung dalam sistem
Network 21 dan berlokasi di DKI Jakarta. Para distributor tersebut adalah
narasumber yang cukup kompeten untuk penelitian ini yaitu:
1.
Bapak Tamam Hoesein. Menjadi distributor Amway sejak Agustus 2002
melalui sistem Network 21. Saat ini telah mencapai peringkat Executive
Leader Club dengan total lebih dari 300 downline dalam jaringannya.
2.
Dina Kharisma. Merupakan downline langsung dari bapak Tamam Hoesein,
sejak Maret 2003. Bekerja sebagai Legal Head Department sebuah
perusahaan penyedia jasa uji klinik/laboratorium, namun secara aktif
merekrut calon distributor baru.
10
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: PT Raja Grasindo Perkasa, 1995, hal
109.
49
3.
Bapak Eriqar Lebang. Dalam jaringan distributor bapak Tamam Hoesein,
beliau adalah kaki keempat dibawah bapak Tamam Hoesein. Bergabung
menjadi distributor sejak Januari 2003.
Sedangkan untuk mengetahui bagaimana tanggapan pihak eksternal
terhadap gaya komunikasi distributor Amway dalam jaringan distributor bapak
Tamam Hoesein, maka peneliti juga melakukan wawancara dengan para calon
distributor yang pernah atau sedang diprospek jaringan distributor bapak Tamam
Hoesein, yaitu:
1.
Tesza Dewayani Putri. Bekerja di sebuah perusahaan event organizer besar
di Jakarta. Saat wawancara dilakukan, beliau baru mengenal Amway dan
Sistem Network 21 dari seorang kawan yang merupakan downline dari Dina
Kharisma.
2.
Budi Mulyana. Adalah prospek dari Wahyuningsih, yang merupakan
downline langsung dari bapak Tamam Hoesein, yang akhirnya bergabung
menjadi distributor Amway.
3.5
Definisi Konsep dan Fokus Penelitian
3.5.1 Definisi Konsep
Konsep merupakan unsur penelitian yang terpenting yang digunakan untuk
menggambarkan tujuan penelitian. Agar suatu penelitian tidak menjadi bias dan
melebar, dan tetap terjaga unsur ilmiahnya, maka diperlukan batasan-batasan
konsep penelitian. Dimana batasan-batasan konsep dalam penelitian ini adalah
Aspek Psikologis dalam Perilaku Konsumen.
50
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, dan
perilaku, serta
kejadian di sekitar kita, dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam hidup mereka. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk
(dalam Prasetijo & Ihalauw)11 perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak
pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan. Perilaku konsumen juga merupakan studi tentang bagaimana pembuat
keputusan, baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan beli
atau melakukan transaksi pembeli suatu produk dan mengkonsumsinya.
Perilaku individu, khususnya perilaku membeli produk dan keputusan
bergabung menjadi distributor Amway, mempunyai keterkaitan dengan bidang
psikologi. Karena manusia makhluk sosial, dan dari proses sosial ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhinya, yang diklasifikasikan ke dalam
tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen
behaviour.
Afektif dan kognitif merupakan bentuk tanggapan psikologis yang dapat
muncul dalam situasi proses pengambilan keputusan konsumen. Ini berarti untuk
dapat menjalankan strategi pemasaran yang telah ditetapkan, distributor Amway
harus dapat memahami apa yang mereka pikirkan (kognitif), dan apa yang mereka
rasakan (afektif). Kedua komponen ini memiliki sifat yang berbeda, namun saling
terkait serta dapat mempengaruhi dan dipengaruhi satu dengan lainnya. Selain itu
juga harus dapat memahami apa yang mereka lakukan (behaviour), serta apa dan
11
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauwop.cit. hal 9.
51
dimana (kejadian sekitar) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang
dipikirkan, dirasa dan dilakukan konsumen tersebut.
3.5.2 Fokus Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimana gaya
komunikasi distributor Amway dalam mempersuasi aspek psikologis konsumen,
maka fokus penelitian ini adalah:
1. Memetakan gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway ditinjau dari
teori menurut Wofford yaitu:
a. Gaya mengawasi (The Controlling Style)
b. Gaya persamaan (The Equalitarian Style)
c. Gaya stuktur (The Structuring Style)
d. Gaya dinamik (The Dynamic Style)
e. Gaya membiarkan (The Relinguish Style)
f. Gaya menyendiri (The Withdrawal Style)
2. Mengetahui bagaimana gaya komunikasi yang dilakukan Distributor Amway
dalam mempersuasi aspek psikologis calon konsumen, meliputi:
a. Aspek kognitif
b. Aspek afektif
c. Aspek behaviour
52
3.6
Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Data yang didapat melalui wawancara mendalam dengan para nara
sumber, kemudian disederhanakan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca,
dipahami dan diinterpretasikan. Menurut Neuman12, ada beberapa langkah yang
dilakukan dalam menganalisi data, yaitu:
1. Mereduksi data yaitu melakukan coding berkaitan dengan informasi-informasi
penting yang tekait dalam masalah penelitian, berikut pengelompokkan data
sesuai dengan masing–masing topik permasalahan.
2. Data yang telah dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi–
narasi sehingga berbentuk rangkaian informasi yang memiliki arti sesuai
dengan permasalahan penelitian.
3. Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada
tahap kedua sehingga dapat memberi jawaban atas permasalahan penelitian.
4. Memberikan pembuktian hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan
pada hasil kesimpulan dari tahap ketiga. Tahap ini bermaksud untuk
menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah
informan yang kemungkinan dapat mengkaburkan makna persoalan yang
sebenarnya dari fokus penelitian.
12
Neuman, W. L. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Boston:
Allyn and Bacon. 2003. hal 112.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Obyek Penelitian
4.1.1. Amway
Amway adalah salah satu perusahaan yang menerapkan strategi multi-level
marketing (MLM, yang dikenal dengan istilah lain network marketing).
Perusahaan yang menggunakan pola penjualan langsung dari distributor kepada
konsumen ini didirikan tahun 1959 oleh Jay Van Andel and Rich DeVos1. Nama
perusahaan ini adalah singkatan dari "American Way." Pusat perusahaan Amway
berlokasi di kota Ada, Michigan, dibawah naungan perusahaan Alticor. Dalam
melaksanakan bisnisnya Amway berafiliasi dan bersinergi dengan berbagai
perusahaan di dunia. Di Amerika Serikat dan Kanada, Amway beroperasi dengan
label Quixtar.
Rich DeVos dan Jay Van Andel adalah mitra usaha sejak remaja. Kendati
pelbagai usaha yang mereka lakukan sebelumnya telah meraih sukses, namun
pengalaman yang paling berarti bagi mereka adalah saat memasarkan makanan
tambahan NUTRILITE dengan metode dari orang ke orang. Produk pertama yang
mereka jual adalah 'Liquid Organic Cleaner' (LOC), sejenis pembersih cair
organik serbaguna untuk konsumsi rumah tangga yang aman bagi lingkungan.
Usaha penjualan produk ini kemudian berkembang menjadi Amway Corporation,
sebuah perusahaan yang berskala Internasional.
1
http://www.amway.co.id/history.asp
53
54
Sejak awalnya, Amway memiliki dedikasi dan komitmen untuk membantu
mewujudkan kehidupan yang lebih baik dengan cara menawarkan peluang untuk
menjadi distributor mandiri kepada sekelompok kecil rekan di lingkungan mereka.
Ide dasar dari pendiri Amway adalah untuk menciptakan sebuah sistem
distribusi produk yang baru dan berbeda dengan sistem lainnya, yang menekankan
kepada kewirausahaan, memahami manajemen ekonomi, dan menciptakan
kebebasan finansial bagi para pelaku bisnis MLM.
Sebagai sebuah perusahaan, Amway mempunyai visi yang menjadi
pedoman perusahaan, yakni“Membantu mewujudkan Kehidupan Yang Lebih baik.
Melalui Rancangan Penjualan dan Pemasaran Amway, Amway menawarkan
peluang untuk memiliki bisnis milik sendiri dan berbagai produk-produk Amway
berkualitas. Prinsip-Prinsip Rich DeVos dan Jay Van Andel membangun bisnis
Amway berdasarkan prinsip-prinsip yang diyakini akan menjadi landasan yang
kuat untuk kehidupan yang penuh arti yakni: (1) Kebebasan; (2) Keluarga; (3)
Harapan; (4) Imbalan. Selain 4 (empat) buah prinsip tersebut, Amway juga
mempunyai sebuah Nilai-nilai standar dan esensial dalam menjalankan bisnisnya,
yakni: (1) Kemitraan; (2) Integritas; (3) Harga Diri; (4) Prestasi; (5) Tanggung
Jawab Pribadi; (6) Bisnis Bebas.
Kini, Amway, perusahaan yang bernaung di bawah Alticor, memiliki afiliasi
di 80 negara dan beraset 102 milyar dolar AS, memperkerjakan 6.000 karyawan di
seluruh dunia, dengan 3 juta tenaga penjualan (yang lebih sering disebut sebagai
IBO, Independent Business Owner). Tahun 2006, Alticor berhasil membukukan
penjualan sebesar US$ 6,3 milyar, dan pada tahun 2007, total penjualan Amway
55
tercatat sebesar US$ 7,1 milyar. 2 Pada tahun 2002 Amway mendapatkan
pengakuan untuk produknya sebagai produk suplemen no. 1 di dunia. Amway
telah mendapatkan Sertifikat Halal MUI (Majelis Ulama Indoneisa) dan IFANCA
(The Islamic Food And Nutrition Council of America) untuk produk makanan
kesehatannya. Amway menduduki rangking 43 untuk kategori Perusahaan Swasta
Terbesar di Amerika tahun 2007 versi Majalah Forbes.3
Di Indonesia, Amway mulai beroperasi pada tanggal 17 Juli 1992, melalui
PT Amindoway Jaya dan PT Amway Indonesia. PT Amindoway Jaya adalah
perusahaan pemegang lisensi penjualan langsung dan pendistribusian produkproduk Amway di Indonesia. Sejak 1993, PT Amindoway Jaya menjadi anggota
APLI nomor 0005/06/93. PT Amway Indonesia adalah perusahaan yang
memberikan jasa konsultasi dalam bidang pemasaran, pengembangan usaha serta
dukungan distributor aktif di Indonesia.4
Tahun 2007 Amway Indonesia menempati rangking ke-15 dari 55 negara di
dunia. Sebelumnya Amway Indonesia sempat mencapai rangking ke-13 namun
kemudian merosot, karena ada negara yang baru muncul namun progresnya lebih
cepat seperti Rusia dan Ukraina.5 Penjualan produk Amway tertinggi ketika itu
berasal dari China, AS, Jepang, Korea Selatan, Thailand, India, Jerman, Rusia,
Malaysia, Australia, Ukraina, Hongaria, dan Indonesia.6
2
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=62658
http://www.amway.co.id/about.php?tpl=sejarah
4
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=477&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&pared
_id=497919&patop_id=W48
5
http://www.kapanlagi.com/h/0000237724.html
6
http://kanwilpajakwpbesar.go.id/index.php?task=fullart&PID=572
3
56
Sejak masuk Indonesia 17 tahun yang lalu, Amway Indonesia telah
memiliki lebih dari 15 Amway Distribution Center (ADC) dan 7 Amway Product
Center (APC), serta 22 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Disamping itu, Amway memiliki lebih dari 330.000 distributor aktif, yang
jumlahnya ditargetkan bisa terus meningkat.7
4.1.2. Produk Amway
Amway menciptakan berbagai macam produk yang inovatif, berkualitas dan
bernilai. Produk ini adalah hasil riset yang dikembangkan Amway sejak tahun
1959.
Untuk
menjamin
kesempurnaan
kualitas
produk,
Amway
terus
mengembangkan pengujian serta pengembangan oleh para ilmuwan di
laboratorium penelitian dan pengembangan di kantor pusat Amway. Untuk
menjamin kepuasan pelanggan, diberikan money back guarantee (garansi uang
kembali) untuk produk yang dikembalikan apabila konsumen tidak puas, dengan
persyaratan tertentu. Produk unggulan yang ditawarkan kepada konsumennya
meliputi 6 produk inti, yaitu:
1.
Kesehatan & Kebugaran
Makanan tambahan Nutrilite untuk dewasa dan anak-anak.
2.
Kosmetika & Perawatan Kulit
Kosmetik dan perawatan kulit Artistry.
3.
Perawatan Diri
Perawatan mulut dan gigi, perawatan tubuh, dan perawatan rambut.
7
http://www.swa.co.id/primer/manajemen/strategi/details.php?cid=1&id=680
57
4.
Perawatan Rumah Tangga
Produk perawatan pakaian, perawatan dapur, perawatan mobil, perawatan
rumah dan pewangi ruangan.
5.
Peralatan Rumah Tangga
Alat masak dan sistem pengolahan air bersih.
6.
Pertanian
Produk perata dan perekat, pupuk pelengkap benih dan pupuk pelengkap
cair.
Selain 6 produk inti ini Amway juga menggalang kerjasama dengan
produsen dan perusahaan lokal untuk menjual produk mereka yang berupa:
1.
Fashion.
2.
Kesehatan dan kecantikan.
3.
Perlengkapan rumah tangga.
4.
Permainan edukasi anak.
5.
Alat tulis.
6.
Kartu telepon.
7.
Makanan dan minuman.
8.
Majalah dan Koran.
9.
Asuransi.
10.
Perbankan.
11.
Komputer.
12.
Maskapai penerbangan.
13.
Hotel.
58
14.
Optik.
15.
Internet provider.
Hingga kini Amway memasarkan lebih dari 450 produk. 8 Amway juga
memiliki 65 laboratorium penelitian dan pengembangan yang didukung lebih dari
500 ilmuwan, teknisi dan tenaga professional di seluruh dunia.
4.1.3. Marketing Plan Amway
Marketing Plan Amway dikembangkan oleh Rich DeVos dan Jay Van
Andel pada tahun 1959 bersamaan dengan didirikannya Amway Corporation.
Rancangan penjualan dan pemasaran Amway merupakan sistem pemasaran yang
dirancang untuk memudahkan dan membantu para distributornya untuk
membangun keberhasilan usaha. Uang pendaftaran dapat dikembalikan apabila
member baru ingin berhenti dari usaha ini dengan syarat lama bergabungnya tidak
lebih dari 3 bulan, dan diperbolehkan bergabung lagi setelah 6 bulan ke depan.
Sistem pemasaran ini akan menunjukkan dan memotivasi para distributornya.
Namun keberhasilan sistem pemasaran ini tergantung dari upaya dan komitmen
masing-masing distributor.
Menurut buku Pedoman Usaha Amway, ada tiga peluang untuk
mendapatkan penghasilan dari usaha Amway:
1.
Keuntungan eceran dari penjualan produk.
Setiap distributor Amway akan menerima keuntungan eceran dari penjualan
produk kepada pelanggan. Keuntungan eceran adalah perbedaan antara
8
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0706/09/ln/3587839.htm
59
harga eceran kepada pelanggan dengan harga distributor. Nilai keuntungan
eceran rata-rata 30% diatas harga distributor.
Harga Distributor adalah harga produk yang distributor bayarkan kepada
Amway sudah termasuk PPn 10%. Harga Eceran adalah harga jual yang
dikenakan kepada pelanggan.
2.
Diskon atas pembelian produk Amway
Setiap produk Amway mempunyai Point Value (PV) dan Business Volume
(BV) yang telah ditentukan nilainya.
PV (Nilai Angka) adalah nilai angka tertentu yang berhubungan dengan
nilai produk itu sendiri. 1 PV = Rp. 4,BV (Volume Usaha) adalah volume pembelian distributor yang sama
dengan Harga Distributor tidak termasuk PPn. Diskon dihitung berdasarkan
volume pembelian pribadi selama 1 bulan kalender. Presentase peringkat
diskon ditentukan oleh PV bulanan pembelian pribadi.
3.
Bonus atas pembelian produk Amway.
Bonus diperoleh apabila:
o Distributor mensponsori prospek/calon distributor (downline) untuk
bergabung.
o Bonus juga dapat diperoleh apabila distributor menggunakan kartu
kredit/debet yang menawarkan ekstra PV/BV serta manfaat yang
didapat dari program Aliansi Amway.
Presentase peringkat bonus ditentukan oleh total PV bulanan
pembelian kelompok satu distributor.
60
Setiap distributor mempunyai peringkat, peringkat diberikan sesuai bonus
yang didapat. Jika distributor sudah mencapai peringkat 21% keatas, distributor
tersebut bisa mendapatkan peringkat Pin, mulai dari Pin Silver Producer sampai
Pin yang tertinggi yaitu Pin Distributor Langsung Crown Ambassador. Peringkat
distributor ditentukan oleh akumulasi omzet grup sejak bergabung setiap
bulannya. Peringkat distributor bisa menurun bila omzet bulanannya menurun.
Biaya pendaftaran untuk bergabung harus diperpanjang setiap tahunnya dan
berlaku di seluruh dunia.
4.1.4. Sistem Network 21
Support system adalah suatu perusahaan yang berfungsi memberikan
pendidikan dan pelatihan bagi para distributor network marketing. Di Amway
terdapat beberapa support system antara lain Belanja 21, Platinum, dan Network
Twenty One.
Network TwentyOne, juga dikenal dengan sebutan N21 atau Network 21,
merupakan suatu perusahaan yang bekerja sama dengan Amway untuk
memberikan materi pembelajaran yang mudah serta efisien untuk berhasil
menjalankan bisnis Amway. Network 21 saat ini telah ada dan beroperasi di 36
negara. Sistem ini dikembangkan tahun 1989 oleh Jim dan Nancy Dornan.
Network 21 pada prinsipnya adalah sebuah program untuk meningkatkan
kemampuan
Independent Business Owners (IBOs) dalam mengembangkan
bisnisnya dengan menyediakan berbagai training programs. Program tersebut
meliputi kaset-kaset, buku-buku, VCD, dan majalah, yang membahas tentang
61
cara-cara dan kiat meningkatkan kemampuan diri dan jaringan pemasaran melalui
sistem MLM Amway. Selain itu, program ini juga didukung dengan berbagai
seminar motivasi dari berbagai pembicara yang sukses dalam jaringan MLM
Amway dan motivator ahli. Dengan kata lain, Network 21 merupakan sekolah
bisnis khusus untuk para distributor Amway, sehingga para distributor yang baru
bergabung tidak akan menemukan kesulitan dalam menjalankan bisnis Amway
serta dapat mengetahui cara yang tepat untuk berhasil. Teknik dan metode
pengajaran bisnis Network 21 ini juga kerap disebut dengan istilah "TEAM21
Strategy".
4.1.5. Profil Nara Sumber
1.
Bapak Tamam Hoesein. Lahir pada tanggal 9 September 1950 dan
berprofesi sebagai musisi. Kegiatan lain beliau adalah bekerja sebagai
direktur Tamam Enterprise. Sebelum bergabung menjadi Distributor
Amway, beliau telah mengenal Amway dan sistem Network 21 dan
beberapa kali dipersuasi atau diprospek, namun
beliau tidak langsung
bergabung. Setelah mengetahui dan menerima banyak masukan positif,
akhirnya pada bulan Agustus 2002 beliau memutuskan menjadi Distributor
Amway. Saat ini telah mencapai peringkat Executive Leader Club dengan
total lebih dari 300 downline dalam jaringannya.
2.
Dina Kharisma. Merupakan downline langsung dari bapak Tamam Hoesein,
sejak Maret 2003. Bekerja sebagai Legal Head Department sebuah
62
perusahaan penyedia jasa uji klinik/laboratorium, namun secara aktif
merekrut calon distributor baru.
3.
Bapak Eriqar Lebang. Pria yang lahir pada tanggal 14 November 1972 ini
sehari-hari bekerja sebagai Chief Editor Majalah Maxim dan aktif sebagai
guru yoga.
4.
Tesza Dewayani Putri. Bekerja di sebuah perusahaan event organizer besar
di Jakarta. Saat wawancara dilakukan, beliau baru mengenal Amway dan
Sistem Network 21 dari Dina Kharisma.
5.
Budi Mulyana. Adalah prospek dari Wahyuningsih, yang merupakan
downline langsung dari bapak Tamam Hoesein, yang akhirnya bergabung
menjadi distributor Amway.
4.1.6. Struktur Kelompok Distributor Amway - Tamam Hoesein
Amway, sebagai salah satu perusahaan yang menggunakan metode
pemasaran dengan Multi Level Marketing yaitu cara menjual barang secara
langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para
distributor lepas yang memperkenalkan para distibutor berikutnya9, maka sudah
pasti akan menciptakan banyak kelompok distributor. Struktur jaringan distributor
berbentuk piramida, dimana setiap anggota dari jaringan tersebut merupakan
upline atau downline dari seseorang anggota. Setiap anggota jaringan juga
merangkap sebagai distributor dan konsumen dari produk Amway, yang
9
Meraup Uang Dengan Multi-Level Marketing:Pedoman Parktis Menuju Network Selling Yang
Sukses, Peter J. Clothier, PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, hal 33.
63
membedakan tingkatan dari setiap anggota tersebut, terletak dari seberapa banyak
downline yang dimilikinya.
Obyek penelitian ini adalah kelompok distributor Tamam Hoesein, yang
bergabung dalam Amway melalui Sistem Network 21. Peringkat bapak Tamam
Hoesein adalah Executive Leader Club (ELC) yang membawahi lebih dari 300
downline. Berikut struktur jaringan bapak Tamam Hoesein terkait dengan relasi
dengan nara sumber dalam penelitian ini:
Tamam Hoesein
Dina Kharisma
Wahyuningsih
Tesza Dewayani Putri
Budi Mulyana
Matalino
Eriqar Lebang
Berdasarkan diagram struktur tersebut dapat dilihat bahwa, setiap anggota
merupakan upline dan downline dari anggota yang lain, bila anggota semakin
banyak maka, struktur piramidanya juga akan semakin besar dan melebar. Setiap
downline dari sruktur piramid Bapak Taman Hoesein ini juga merupakan
konsumen dari produk Amway. Sehingga, kemampuan seseorang distributor atau
64
konsumen dalam memasarkan dan merekrut calon downline atau konsumen baru
sangat tergantung akan networking dan kemampuan komunikasi mempersuasi
mereka. Bapak Tamam Hoesein diantara anggota Amway, merupakan salah
satunya yang mempunyai kemampuan tersebut, terbukti dari banyak downline
dan jaringan yang berada dibawah network-nya. Oleh karena itu, penting sekali
peranan Network 21 bagi pengembangan kemampuan para IBO dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi untuk mempersuasi para calon anggota
dan konsumen baru.
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Tamam Hoesein
sebagai Distributor Amway yang bergabung dalam Sistem Network 21 dan Dina
Kharisma yang merupakan downline langsung dari Bapak Tamam Hoesein, serta
Bapak Eriqar Lebang, Tesza Dewayani Putri dan Budi Mulyana sebagai calon
konsumen yang hadir di pertemuan distributor Amway dan mendapat stimuli dari
Distributor Amway untuk bergabung.
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui Gaya Komunikasi
Distributor Amway dalam mempersuasi Aspek Psikologis Calon Konsumen.
Penelitian ini dilakukan sejak September 2007 – Februari 2008. Peneliti
melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada narasumber
dan melakukan observasi untuk mendapatkan data secara kualitatif sesuai metode
penelitian studi kasus yang dapat diuraikan secara deskriptif.
65
Melalui wawancara terhadap nara sumber tersebut, diharapkan bisa
memberikan gambaran bagaimana gaya komunikasi distributor Amway dalam
mempersuasi aspek psikologis calon konsumen secara keseluruhan. Karena,
sebagaimana yang ditanamkan sitem Network 21 semua komunikasi dan sistem
kerja jaringan telah ditentukan oleh perusahaan serta telah dijadikan pattern dalam
mempersuasi calon konsumen, yang juga merupakan calon downline distributor
Amway. Mengenai gaya komunikasi pembicara telah ditegaskan oleh Eriqar
Lebang sebagai berikut:
“Kalo dalam bentuk grup, itu sesuatu yang telah menjadi pattern,
sesuatu yang menjadi pola. Pada prinsipnya konsep bisnis ini
sangat bagus. Jadi nggak perlu orang yang sangat spesial, nggak
perlu orang yang brilyan, nggak perlu orang yang sangat-sangat
pandai. Yang penting dia menjalankan sistem yang sudah dibuat,
dan insya Allah pasti bisa. Pada prinsipnya stick to the system,
tekun, konsisten dan pada ujungnya pastinya nggak pernah
menyerah, dan balik lagi ke masalah nasib. Waktu bicara dalam
grup, bicara apa yang sudah disistemasi, kalimatnya pun hafalan,
segala macem yang mereka katakan juga berdasarkan
hafalan.......”10
Hal yang serupa juga dikatakan oleh Dina Kharisma yang mengatakan:
“Gini bu, sebenernya dalam kita mempresentasikan bisnis ini
bukan sesuatu yang susah. Soalnya apa yang akan kita sampein
udah standar. Misalnya kita mulai dari perkenalan, terus kita
tanya-tanya dia kalo ada suatu bisnis yang bisa memberikan
kebebasan finansial mau apa nggak, terus kita jelasin gimana
caranya, dst. Itu semuanya standar. Gampangnya, kita tuh tinggal
ngikutin apa yang diajarin upline kita”11
Bahwa gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway dalam
mempersuasi calon konsumen adalah sesuatu yang standar dan terpola juga diakui
10
11
Hasil wawancara dengan Eriqar Lebang
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
66
oleh calon distributor atau prospek, selaku komunikan, sebagaimana disampaikan
Tezsa Dewayani Putri:
“Well, gini... meyakinkan orang itu tidak mudah. Dan si pembicara
itu sangat meyakinkan dalam menjelaskan semuanya tentang
Amway. Dan memang keliatan jelas ada sesuatu yang sudah
dipersiapkan. Materi presentasinya sudah sangat matang, dan cara
dia komunikasi itu sangat jelas dan terstruktur dan dia sangat
menguasai materi”12
Berdasarkan hal tersebut, maka hasil wawancara ini dapat dikatakan
menjadi sebuah generalisasi mengenai gaya komunikasi distributor Amway.
Selama proses pengumpulan data, fakta dan informasi selama kurang lebih 5
bulan, telah berhasil mengumpulkan berbagai hal yang penting bagi penelitian ini,
yang bisa digunakan sebagai sumber primer untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dijabarkan dibawah ini:
4.2.1. Strategi MPR yang dipilih dalam merekrut calon konsumen
Pemasaran merupakan salah satu fungsi utama dari kegiatan bisnis,
sedangkan PR memegang peranan penting dalam mendidik pasar (market
education), yakni membuat khalayak yang menjadi target sasarannya mengetahui
keberadaan dan kegunaan produk-produk dari perusahaan yang bersangkutan serta
membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat atas
produk yang ditawarkan. Pengembangan dari fungsi public relations dan
penggabungan dari fungsi marketing dikenal dengan Marketing Public Relation.
Sistem pemasaran produk Amway dilakukan melalui para distributor melalui
12
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
67
penjualan person to person, dalam sebuah sistem kerja yang sifatnya personal dan
rantai manusia. Salah satu strategi distributor Amway dalam menjual produk
adalah dengan membuat calon konsumennya mengetahui manfaat dan keunggulan
produk. Sehingga bisa dikatakan distributor Amway menjalankan perpaduan
(sinergi) antara fungsi public relations dan strategi pemasaran, dalam upaya untuk
meluaskan pemasaran dan mencapai kepuasan konsumen.
Sebagai distributor Amway, bapak Tamam Hoesein menerapkan cara
edukasi calon konsumen dengan memberikan contoh kepada calon konsumen
yang menjadi sasarannya. Hal ini dilihat dari percakapan dengan bapak Tamam
Hoesein sebagai berikut:
“…. saya memberi contoh. Aku pake odol, eh aku mau nanya
kamu kalo pake odol yang ukuran family size itu habisnya
berapa lama? Sebulan? Nah, ini aku kasih tau, ukurannya sama,
habisnya 6 bulan? Hah, enam bulan? Iya, bener, enam bulan
baru habis. Cara pakenya gini, enam bulan baru habis. Saya
beli. Trus jangan kamu cuma nunggu, kamu harus beli juga
supaya kamu tahu, kalo aku nggak bohong. Nah, saat kamu
melakukan pembelian kan ini sudah ada transaksi. Jadi dengan
memberi contoh pada mereka, tidak hanya memberi tahu. Jadi
by giving them an example. Ini lho, proof-nya sudah ada disini.
jadi, kasih contoh, misalnya kaos ini Amway lho, ini nggak
dicuci seminggu nggak bau… soalnya nggak dipake-pake….
Heheheheheheh Jadi bukan dengan ngomong eh, ini lho, ada
sabun katanya bagus. Trus, kamu sudah coba? Belum.
Lhaa……gimana? Ndak mungkin kan…. jadi do it. And ask them
to follow.”13
Dengan memberikan contoh kepada komunikannya seperti yang dilakukan
bapak Tamam Hoesein, berarti bapak Tamam Hoesein telah menjalankan fungsi
Marketing Public Relation dari Amway. Sedikitnya ada dua tujuan yang ingin
13
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
68
dicapai bapak Tamam dengan memberi contoh, yaitu menjual produk Amway,
dalam wawancara dengan bapak Tamam produk yang dicontohkan adalah pasta
gigi, dan mendidik orang yang menjadi komunikannya untuk menjaga kesehatan
dan kebersihan giginya dengan menggosok gigi memakai produk Amway.
Kebaikan produk pasta gigi Amway yang disampaikan bapak Tamam termasuk
fungsi PR dalam mengedukasi komunikan mengenai manfaat dan kegunaan
produk Amway sekaligus membangun citra positif bagi Amway selaku produsen.
Kegiatan edukasi tentang manfaat dan kegunaan produk tersebut merupakan
kegiatan MPR menurut Thomas L Haris. Sedangkan peranan MPR menurut
Kotler yaitu membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau
manfaat produk yang ditawarkan/digunakan dilakukan bapak Tamam melalui
perilaku beliau menggunakan produk tersebut seperti yang dicontohkannya.
Sehingga apa yang dikerjakan bapak Tamam tersebut mencerminkan peran dan
fungsi MPR.
4.2.2. Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh kelompok distributor
Tamam Hoesein.
Gaya komunikasi, sebagaimana disebutkan dalam bab sebelumnya,
merupakan perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu
situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula.
69
Sudah menjadi sebuah standar bagi para anggota dan distributor Amway
dalam melakukan presentasi mengenai prospektus bisnis Amway, untuk
mengunakan gaya komunikasi persuasif. Gaya komunikasi ini dipergunakan oleh
distributor Amway untuk mendapatkan tanggapan calon distributor sehingga mau
mendengarkan pesan dari komunikasi yang disampaikannya. Namun, persuasi
bukan sekadar untuk membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu
teknik mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta
psikologis, sosiologis dari orang-orang yang ingin dipengaruhi. 14 Komunikasi
persuasif selalu ditujukan agar komunikan mengubah perilaku, keyakinan dan
sikapnya seolah-olah atas kehendaknya sendiri dan bukan karena paksaan atau
dorongan orang lain.
Hal tersebut diakui oleh Eriqar Lebang, bahwa dalam sebuah pertemuan
yang paling diutamakan adalah kemampuan dari gaya komunikasi persuasif
seorang distributor dalam menarik minat calon anggota untuk bergabung dalam
organisasi Amway. Untuk lebih lengkapnya sebagai berikut:
“....Tapi waktu mereka mempersuasi satu persatu, disitu baru
keliatan kemampuan orangnya. Nah, kebetulan yang
mempersuasi gue tuh, bagus.... sangat brilyan, dan dia sendiri
bukan orang sembarangan. Yang mempersuasi gue tuh orang
Filipine, dia itu general manager di salah satu perusahaan TV,
kalo sekarang sih yang itu loh.. eh... franchice acara-acara
besar di TV yang kita lihat, semacam acara idol-idol-an dah...
dia itu general manager-nya. So you know the capacity of orang
yang mempersuasi gue.. so, it’s good.... kalo dari sisi
personalnya kebetulan gue dapet yang bagus banget… kalo dari
sisi grup, mereka ya.. tekniknya gitu-gitu aja, karena toh mereka
dirotasi, jadi ya gitu-gitu aja…”15
14
Drs. Muslimin, Msi, Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian (Malang: UMM Press,
2004) hal. 99
15
Hasil wawancara dengan Eriqar Lebang
70
Bagi Tamam Hoesein, selaku distributor Amway, mengunakan gaya
komunikasi persuasif merupakan sebuah cara yang ideal untuk dapat berbagi
informasi mengenai produk Amway, sehingga calon konsumen tertarik untuk
bergabung. Menurut beliau, cara termudah untuk itu, adalah melalui perbandingan
antara bisnis Amway dengan hobi atau kegiatan yang dilakukan oleh calon
konsumen. Misalnya, jika calon konsumen hobi musik dan memperoleh
penghasilan tertentu dari kegiatan musiknya, maka Tamam Hoesein akan
melakukan komparasi antara keuntungan Amway dengan bermain musik. Berikut
penuturan Tamam Hoesein:
“…..Kalo si A misalnya suka bermain musik, maka saya akan
berbicara dari bahasa musik, contohnya, kalo kita main, sekali
main kita dapet sejuta. Lalu ada perbandingan income
misalnya, kalo kita melakukan ini maka kita akan dapet segini,
segini.. atau kalo saya berhadapan dengan direktur, saya akan
nanya gini, saya cuma minta waktumu sebentar saja, satu jam.
Sesudah itu minta daftar nama, sesudah itu sisanya serahkan
aku. Semudah itu bisnis ini berjalan.”16
Berdasarkan hal tersebut diatas bisa dikatakan, bahwa gaya komunikasi
dilakukan oleh para distributor Amway untuk menarik minat para calon anggota
untuk menjadi anggota atau dowline mereka adalah gaya komunikasi persuasif.
Hal ini semakin tegas dilihat dari hasil wawancara dengan Budi Mulyana, salah
satu calon distributor yang diprospek, yaitu:
“Wah, cara orang-orang itu persuasif banget. Dan serunya,
mereka gak ngebujuk kayak sales-sales di mall gitu. Tapi halus
bo….. bayangin aja, mereka bilang gini, mau nggak kerja keras
16
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
71
3 tahun trus dapet pasif income seumur hidup? Itu kan bikin
orang tertarik banget”17
Lebih jelas mengenai gaya komunikasi dengan pendekatan persuasif yang
didapat dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Pendekatan persuasif yang dilakukan dipilih distributor Amway
No
Nama
Peran
Pendekatan
1.
Tamam Hoesein
Komunikator
Melalui hobi
2.
Eriqar Lebang
Komunikan
Kesan dari kredibilitas sumber
3.
Budi Mulyana
Komunikan
Ketertarikan dari pesan yang
disampaikan.
Selain hasil wawancara dengan narasumber, hal lain yang mengarahkan
peneliti untuk berkesimpulan bahwa komunikasi yang digunakan distributor
Amway adalah komunikasi persuasif adalah sesuai dengan persyaratanpersyaratan komunikasi persuasif menurut Ton Kertapati, yaitu:
1.
Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan kepada masyarakat atau pihak
tertentu harus dapat menstimulasi sesuatu pada sasaran.
Pesan yang disampaikan distributor Amway kepada prospeknya mampu
menstimuli prospek yang bersangkutan. Eriqar Lebang terkesan oleh
kredibilitas komunikator yang mempersuasinya. Budi Mulyana tertarik oleh
pesan yang disampaikan kepada dirinya, dan juga terkesan dengan pengirim
pesan yang menurutnya sangat halus penyampaiannya, yang dalam bahasa
Budi Mulyana “tidak seperti sales person di mall”. Dan pendekatan melalui
17
Hasil wawancara dengan Budi Mulyana
72
hobi seperti yang dilakukan bapak Tamam Hoesein tentu saja menarik
perhatian komunikannya atas dasar persamaan yang ada antara komunikator
dan komunikan yang membuat pesan dapat diterima. Masing-masing
komunikator mampu menstimuli komunikannya dengan cara mereka.
2.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan itu tentunya harus berisi lambanglambang atau tanda-tanda komunikasi yang sesuai dengan daya tangkap,
daya serap dan daya tafsir (decoding efficiency) dari sebagian masyarakat
atau golongan-golongan tertentu.
Tanda-tanda komunikasi yang diberikan distributor Amway terbukti sesuai
dengan daya tangkap, daya serap dan daya tafsir dari komunikannya, hal ini
dilihat dari adanya feedback atau umpan balik dari komunikan berupa kesan
komunikan terhadap komunikator yang bersifat positif. Sebab, jika
komunikan tidak mampu menyerap dan menafsirkan pesan yang diutarakan
komunikator, maka komunikan tidak akan dapat memberikan tanggapan
atas pertanyaan peneliti mengenai bagaimana komunikasi distributor
Amway dalam mempersuasi mereka. Tanggapan komunikan merupakan
bentuk penyerapan pesan yang diterima dan kemudian disampaikan kembali
dalam bentuk kalimat komunikan sendiri.
3.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan harus dapat membangkitkan keperluan
atau kepentingan (needs) tertentu pada sasarannya dan kemudian
menyarankan usaha-usaha atau upaya tertentu untuk pemenuhan harapan
itu.
73
Ketertarikan komunikan akan pesan berupa tawaran dari distributor Amway
untuk bergabung menjadi distributor Amway diawali dengan keinginan
komunikan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik melalui bisnis
Amway. Pendekatan yang dilakukan bapak Tamam Hoesein adalah melalui
hobi, misalnya seorang yang hobi bermain musik dan mendapat penghasilan
dari musik, lalu beliau mengarahkan pembicaraan tentang perbandingan
pendapatan yang didapat orang tersebut dari bermain musik dengan jika ia
menjalankan bisnis Amway. Melalui pendekatan bapak Tamam Hoesein
tersebut, prospek yang hobi bermusik tersebut tergugah kesadarannya
hingga timbul keinginannya untuk mendapatkan penghasilan lebih. Persuasi
bapak Tamam kemudian dilanjutkan dengan saran agar bergabung dengan
bisnis
Amway
sebagai
usaha
memenuhi
harapan
prospek
untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Disini, komunikasi yang
dilakukan bapak Tamam terlihat jelas sudah memenuhi persyaratan
komunikasi persuasif.
4.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan yang menyarankan usaha dan upaya
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran
itu berada.
Contoh pendekatan yang dilakukan bapak Tamam Hoesein sesuai dengan
norma kelompok sasaran itu berada.
5.
Bahwa pesan-pesan/ajakan-ajakan harus dapat membangkitkan harapan
tertentu dan sebagainya.
74
Ajakan bapak Tamam kepada prospek yang hobi bermusik dan juga tawaran
yang diterima Budi Mulyana untuk mendapatkan penghasilan tambahan
membangkitkan harapan mereka sebagai komunikan.
Berdasarkan kesesuaian komunikasi yang dilakukan distributor Amway
dengan persyaratan komunikasi persuasif menurut Toir Kertapati tersebut menjadi
kesimpulan peneliti bahwa komunikasi yang dilakukan distributor Amway adalah
komunikasi persuasif.
4.2.3.
Arus Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok distributor Tamam
Hoesein.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap distributor Amway pada
saat melakukan persuasi dan presentasi kepada calon konsumen atau prospek,
terlihat ada perubahan gaya komunikasi yang dikembangkan oleh mereka, yaitu
dari gaya komunikasi satu arah (one way communication) menjadi gaya
komunikasi dua arah (two–way traffic of communication). Hal ini didapat dari
pembicaraan dengan bapak Tamam Hoesein, yang mengatakan:
”......Tidak ada kesempatan tanya jawab. Karena ini sifatnya
personal. Jadi siapapun yang mau bertanya itu nanti akan
bertanya pada orang yang mengajak. kalo saya, saya akan
bertanya ke sponsor. Kalo sponsor nggak bisa jawab, saya
tanya ke upline.”18
18
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
75
Calon distributor Budi Mulyana dan Tesza Dewayani Putri, juga
mengatakan bahwa terdapat komunikasi satu arah dan juga dua arah sebagai
berikut:
“hanya satu arah, dia selesain dulu A to Z, baru setelah itu
dia kasih kesempatan, ayo, mau tanya apa.”19
“waktu mereka jelasin, kita nggak boleh nanya-nanya.
Lagian ga sempet juga mau nanya-nanya. Apa yang mereka
jelasin tuh sistem, jadi penjelasannya panjang lebar dan
detail banget. Dan gue akui ya, penjelasan mereka masuk
(akal) banget. Emang sih, setelah kita ‘dapet’ gimana kerja
sistem, ujung-ujungnya mereka minta kita ngelakuin hal yang
sama” 20
Penjelasan tentang arus komunikasi menurut distributor Amway dan calon
distributor Amway terangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Arus Komunikasi yang didapat dari hasil penelitian
No
1.
Narasumber
Tamam Hoesein
Peran
Arus Komunikasi
Komunikator
Dua arah saat awal persuasi.
Satu arah saat presentasi
2.
Budi Mulyana
Komunikan
Tidak sempat bertanya saat
presentasi, tapi ada penjelasan
dan boleh bertanya setelah
presentasi
3.
Tesza Dewayani Putri
Komunikan
Tidak ada tanya jawab saat
presentasi, ada tanya jawab
setelah presentasi
Komunikasi satu arah yang dipilih distributor Amway dalam menjelaskan
pesan secara detail yaitu tentang bagaimana prospektus bisnis yang ditawarkan
19
20
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
Hasil wawancara dengan Budi Mulyana
76
termasuk bagaimana sistem Network 21 bekerja, bagaimana membentuk jaringan
networking, bagaimana menjual produk Amway, dan sebagainya merupakan satu
kesatuan informasi yang tidak dapat dipisahkan. Keseluruhan informasi tersebut
harus disampaikan secara utuh, oleh karena itu selama proses penyampaian
informasi tersebut diberlakukan metode komunikasi satu arah. Perlu ditambahkan,
bahwa komunikasi yang disampaikan distributor Amway dalam mempersuasi
prospeknya dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah memancing
ketertarikan prospek agar bersedia mendengarkan prospektus bisnis yang
ditawarkan. Pada tahap ini digunakan strategi komunikasi persuasi. Apabila tahap
ini sudah berhasil dilewati, dalam artian calon distributor yang hendak diprospek
sudah menampakkan ketertarikannya, maka komunikasi dilanjutkan dengan
metode komunikasi satu arah. Tahap ini biasa disebut presentasi, dimana
presentasi dapat dilakukan secara berkelompok yaitu saat dimana seorang
komunikator berbicara di hadapan sekelompok prospek yang diundang para
distributor Amway, ataupun dilakukan individu per individu. Sifat komunikasi
saat presentasi, satu arah.
Menurut analisa peneliti, penerapan komunikasi satu arah yang dilakukan
distributor Amway saat presentasi dinilai efektif. Sebab, dilihat dari isi pesan yang
disampaikan yaitu penjelasan lengkap tentang prospektus bisnis Amway, dimana
penyampaian informasi seperti prospektus bisnis tersebut harus disampaikan
secara utuh agar tidak terjadi salah persepsi yang diakibatkan oleh tidak
lengkapnya pesan yang disampaikan. Kurangnya pemahaman atas suatu
informasi, dapat menyebabkan salah tafsir. Bila salah tafsir ini terjadi, efek yang
77
diharapkan oleh komunikator dari komunikan bisa saja berbalik arah.
Penyampaian informasi yang panjang dan mendetail seringkali membuat
penerima pesan menjadi bosan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan komunikator
dalam mengemas pesan yang panjang agar tetap menarik pendengarnya, sehingga
informasi tetap dapat disampaikan secara utuh. Selain kemungkinan terjadinya
salah tafsir jika informasi yang diterima tidak lengkap, komunikasi dua arah
berpotensi membuat keutuhan suatu informasi menjadi tercerai berai. Komunikasi
dua arah memungkinkan suatu topik pembicaraan menjadi meluas. Sebagai
ilustrasi, seorang distributor Amway yang hendak menjelaskan bagaimana cara
membentuk jaringan distributor kepada prospeknya, kemudian si prospek menyela
dengan pertanyaan berapa harga produk Amway, dan si distributor Amway
kemudian menjawab pertanyaan tersebut yang lalu berkembang menjadi diskusi
tentang harga produk lainnya. Hingga komunikasi berakhir, distributor Amway
tidak berhasil menjelaskan cara membentuk jaringan kepada si prospek. Dengan
demikian, pesan yang ingin disampaikan gagal. Untuk mengantisipasi hal ini,
maka pilihan komunikasi satu arah saat presentasi merupakan cara penyampaian
pesan yang efektif. Sedangkan komunikasi dua arah diperlukan untuk memancing
ketertarikan calon distributor, yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menggelitik rasa penasaran. Kemudian untuk memberikan penjelasan yang lebih
rinci mengenai bagaimana bisnis MLM Amway ini bisa dijalankan oleh calon
distributor digunakan komunikasi dua arah.
78
4.2.4. Gaya Komunikasi yang dilakukan oleh kelompok distributor Tamam
Hoesein.
Gaya komunikasi yang sifatnya bervariasi, dari satu arah lalu ke dua arah ini
bisa dikatakan merupakan gaya komunikasi yang dinamik. Gaya komunikasi ini
ditandai dengan adanya sifat aktif dan agresif dari komunikator. Pengunaan gaya
komunikasi dinamik dimaksudkan agar pendekatan yang dilakukan distributor
Amway dalam mempersuasi calon distributor menjadi lebih hidup dan lebih
menstimuli atau merangsang calon distributor secara tepat sasaran sehingga hasil
yang diharapkan dapat berjalan lebih cepat.
Selain dari gaya komunikasi dinamik yang ditemukan dalam penelitian ini,
terlihat pula ciri dari gaya controlling dalam teori Wofford adalah adanya satu
kehendak atau maksud dari komunikator untuk membatasi dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan komunikan, dan cara komunikator membujuk komunikan
dengan menunjukkan adanya insentif yang akan diperoleh dari tindakan. Ciri ini
terlihat dari penuturan Dina Kharisma tentang bagaimana suatu pesan dapat
memancing ketertarikan orang untuk mendengarkan suatu pesan secara utuh,
yaitu:
“Kalo dari pengalamanku pribadi ya bu, orang itu mau
melakukan apa yang kita inginkan kalo ada imbalannya. Di
bisnis ini, yang dimaksud imbalan adalah apa yang kita
kerjakan sekarang, berbuah manis nantinya. Kita kerja keras
sekarang, jual produk, cari downline, itu nantinya kita dapet
uang buat kita sendiri bukan buat upline. Nah, itulah yang
aku sering sampaikan ke orang-orang di grup aku, atau ke
prospek aku. Kalo mereka udah tertarik dengan apa yang
79
bisa mereka
caranya….”21
dapatkan,
tinggal
kita
jelasin
gimana
Dalam bahasa bapak Tamam Hoesein adalah sebagai berikut:
“....namanya IBO singkatan dari Independent Business
Owner. Artinya ini dilakukan oleh si A, untuk si A, apa-apa
sendiri. Kalau anda yang melakukan, maka anda melakukan
sendiri, keuntungan untuk anda sendiri, apa-apa untuk anda
sendiri”22
Hal ini juga diakui oleh bapak Eriqar Lebang, sebagai berikut:
“.....mau tahu nggak ada bisnis yang bisa memberikan
keuntungan seperti ini... bla bla bla.... atau, tahu nggak kalo
Amway tuh begini begini begini....”23
Dari sudut pandang calon distributor yang menerima pesan dari distributor
Amway yang memprospek mereka, juga didapat gambaran mengenai ciri gaya
controlling yaitu bagaimana mereka sebagai komunikan tertarik untuk bergabung
menjadi distributor Amway adalah karena adanya keuntungan yang akan mereka
dapatkan, seperti alasan yang disampaikan Tesza Dewayani Putri berikut:
“…dikasih tahu ada prospek kerja yang bagus dan ada
sesuatu yang bisa mengubah kehidupan yang lebih baik....
katanya.... hehehehehe. Dan itu sangat mendominasi rasa
penasaran. Lagian siapa sih yang gak mau mencapai grade
yang lebih tinggi dari sekarang. Setiap orang kan pingin naik
status kehidupannya, mulai dari status ekonomi,
penghasilan....”24
Berikut ini adalah tabel hasil pemetaan gaya komunikasi yang dilakukan
distributor Amway dilihat dari teori Wofford:
21
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
23
Hasil wawancara dengan Eriqar Lebang
24
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
22
80
Tabel 3. Gaya Komunikasi yang didapat dari penelitian
No
1.
2.
3.
4.
Narasumber
Tamam Hoesein
Dina Kharisma
Eriqar Lebang
Tesza Dewayani Putri
Ciri Gaya Dynamic
Melakukan pendekatan
ke prospek menggunakan
dengan cara yang ramah
dan hidup.
Membuat calon
distributor tertarik untuk
mendengarkan presentasi
dengan ajakan yang
menyenangkan.
Gaya bicara yang
walaupun sudah terpola,
tapi menarik perhatian
orang untuk
mendengarkan.
Cara bicara distributor
(komunikator) yang
menarik
Ciri Gaya Controlling
Keuntungan didapat oleh orang
yang melakukan bisnis ini
Orang tertarik untuk mengerjakan
sesuatu karena ada keuntungan
yang akan didapat
Tertarik karena ada bisnis yang
memberikan keuntungan
Penasaran dan tertarik karena ada
prospek kerja yang dapat
mengubah kehidupan yang lebih
baik
Dalam disiplin ilmu sosial, dikenal teori pertukaran sosial (social exchange
theory) yang banyak digunakan untuk menjelaskan berbagai penelitian mengenai
sikap dan perilaku dalam ekonomi (Theory of Economic Behavior). Selain itu,
teori ini juga digunakan dalam penelitian komunikasi, misalnya dalam konteks
komunikasi interpersonal, kelompok dan organisasi. Oleh karena itu, teori
pertukaran sosial ini, selain menjelaskan mengenai sikap dalam ekonomi, juga
menjelaskan mengenai hubungan dalam komunikasi. Teori Pertukaran Sosial dari
Thibault dan Kelley ini menganggap bahwa bentuk dasar dari hubungan sosial
adalah sebagai suatu transaksi dagang, dimana orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Pada
perkembangan selanjutnya, berbagai pendekatan dalam teori pertukaran sosial
81
semakin fokus pada bagaimana kekuatan hubungan antar pribadi mampu
membentuk suatu hubungan interaksi dan menghasilkan suatu usaha, untuk
mencapai keseimbangan dalam hubungan tersebut. Thibault dan Kelley
menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah setiap individu secara sukarela memasuki
dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Ganjaran, biaya, laba dan
tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini25. Empat
konsep tersebut antara lain:
1.
Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dalam suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau
dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbedabeda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang
satu dengan waktu yang lain.
2.
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan.
Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan dan keruntuhan
harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber
kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak
menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan
waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
25
http://teddykw1.wordpress.com/2008/03/01/teori-pertukaran-sosial/
82
3.
Hasil dan laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila dalam suatu hubungan
seorang individu merasa bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia
akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
4.
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai
sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada masa lalu atau
alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu seorang
individu mengalami hubungan yang memuaskan, tingkat perbandingannya
menurun.
Dalam konteks penelitian ini, perilaku calon konsumen yang menunjukkan
kesedian menerima informasi yang disampaikan distributor Amway hingga
kesediaan bergabung dalam jaringan distributor Amway, tidak terlepas dari teori
pertukaran sosial ini. Asumsi dasar dalam teori tersebut yaitu individu akan
memperhitungkan keuntungan yang didapatnya, merupakan landasan bagi para
distributor Amway dalam mempersuasi calon distributor yang hendak diprospek
olehnya. Sehingga kalimat-kalimat yang bermuatan memancing ketertarikan calon
distributor yang diucapkan oleh distributor Amway berisi banyaknya keuntungan
yang akan didapat calon distributor jika ia mau melakukan apa yang disarankan
distributor Amway yang mempersuasi dirinya.
Tabel 3 diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai gaya komunikasi
distributor Amway dimana tergambar bahwa gaya komunikasi yang dilakukan
distributor Amway berupaya mendekati komunikan dengan menunjukkan adanya
insentif atau imbalan yang akan diperoleh calon distributor apabila mau mengikuti
apa yang dianjurkan distributor Amway yaitu bergabung menjadi distributor
83
Amway. Dari sisi calon distributor yang dipersuasi pun terlihat jelas bahwa
ketertarikan mereka adalah terhadap adanya keuntungan yang didapat jika mereka
melakukan apa yang dikatakan komunikator. Dengan demikian, dalam penelitian
ini peneliti menyimpulkan gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway
dalam mempersuasi calon konsumen termasuk gaya dinamik dengan pendekatan
controlling.
4.2.5. Pengaruh Gaya Komunikasi Taman Hoesein terhadap Aspek
Psikologis.
1. Aspek Kognitif
Keputusan prospek distributor Amway selaku calon konsumen untuk
bergabung menjadi distributor maupun membeli produk Amway merupakan
tujuan utama yang ingin dicapai distributor Amway dalam melakukan
komunikasinya. Oleh sebab itu, penting bagi para distributor Amway untuk
memahami bagaimana perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah proses yang
dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
bertindak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan. Perilaku konsumen juga merupakan studi tentang
bagaimana pembuat keputusan, baik individu, kelompok, ataupun organisasi,
membuat keputusan beli atau melakukan transaksi pembeli suatu produk dan
mengkonsumsinya.
Pengaruh aspek psikologis dalam perilaku konsumen meliputi aspek
kognitif (memahami apa yang mereka pikirkan), dan afektif (apa yang mereka
84
rasakan) perlu dicermati distributor Amway sebagai upaya mendapatkan behavior
yang merupakan sasaran yang akan dicapai.
Pengaruh gaya komunikasi Tamam Hoesein pada aspek kognitif calon
konsumen, berdasarkan wawancara dengan beliau, terlihat dari upaya untuk
memberikan sebuah gambaran jelas dan detail mengenai keuntungan yang
diperoleh individu bila menjadi bagian dari sistem Amway. Keuntungan yang
pertama kali ditonjolkan dari sistem Amway adalah keuntungan dan manfaat
ekonomisnya. Karena berdasarkan pengalaman dari Bapak Tamam Hoesein,
menjadi distributor Amway akan membantu meningkatkan perekonomian mereka.
Dalam bahasa beliau, sebagai berikut:
“... this business is going to help you.......untuk keluar dari
krisis. …Saya ingin memperkenalkan kepada anda sebuah
bisnis yang layak anda ketahui karena bisnis ini memberikan
kehidupan yang luar biasa. Memberikan kehidupan yang luar
biasa bagi mereka yang sukses. Dan ternyata, nanti ini,
setelah saya terangkan. Anda akan mendapatkan kesimpulan
bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak sulit.” 26
Selanjutnya untuk lebih memberikan pemahaman mengenai bagaimana
bisnis Amway ini mampu membantu calon konsumen dalam meningkatkan
penghasilan mereka, bapak Tamam Hoesein mendeskripsikan bagaimana
sistematika bisnis ini berjalan. Penyampaian sistem bisnis tersebut menggunakan
pendekatan akal atau melalui perhitungan yang rasional. Berikut kutipan kalimat
bapak Tamam Hoesein:
“…presentasi yang kita berikan itu cara kerja sistem network
21. Ini perhitungannya………teketekketek………apapun yang
26
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
85
kita sampaikan itu semuanya berdasarkan perhitungan yang
sangat sangat masuk akal.” 27
Bagaimana memberikan pemahaman kepada calon konsumen seperti yang
dilakukan oleh Dina Kharisma adalah juga dengan pendekatan logika, seperti
kutipan wawancara berikut ini:
“waktu kita ngajak orang untuk join kan, pasti mereka nanya
gimana caranya? Nah, kita jelasin gimana caranya. Gimana
itung-itungannya, jadi waktu kita bilang, anda bisa dapat
penghasilan sampe sekian juta, trus mereka nanya gimana
bisa, kita jelasin deh itung-itungannya. Dan itung-itungan itu
bisa jadi kenyataan, kita beneran bisa dapet uang segitu kalo
kita jalanin sistem ini. Dan sistem ini beneran lho” 28
Penjelasan yang masuk akal dan rasional yang disampaikan distributor
Amway kemudian diterima, diserap, dan dipahami oleh calon konsumen.
Pengetahuan tentang sistem Network 21 yang didapat calon konsumen dari
presentasi bisnis Amway membuat calon konsumen mampu menerjemahkan
informasi yang diterimanya untuk kemudian membantu proses pengambilan
keputusan yang akan dibuatnya.
Salah seorang prospek, Ibu Tesza Dewayani Putri, juga mengakui bahwa,
sistem network 21 yang ditawarkan oleh Amway sangat masuk akal dan dapat
dipahami. Berikut penuturan Tesza:
“Presentasi secara logika, perhitungan matematis, kalkulasi
yang disampaikan itu jelas dan masuk akal. Targetnya, goalnya itu ada dan jelas. Dan semua itu step-stepnya juga
dikasih tau.”29
27
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
29
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
28
86
Hasil wawancara dari beberapa narasumber tersebut menggambarkan bahwa
gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway mampu mempengaruhi aspek
kognitif calon konsumen. Akan tetapi pengaruh aspek kognitif dalam persuasi
yang dilakukan distributor Amway tidak terbatas pada keberhasilan gaya
komunikasi distributor Amway dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman
terhadap produk atau sistem yang ditawarkan, tetapi juga mampu menghasilkan
kepercayaan yang juga merupakan aspek tanggapan kognitif. Hal ini sesuai
dengan sistem kognitif menurut Peter dan Olson yang mengatakan bahwa aspek
tanggapan kognitif menghasilkan pengetahuan, arti serta kepercayaan. Hal ini
terungkap dalam wawancara dengan Tesza Dewayani Putri, bahwa presentasi dari
distributor Amway tidak hanya dapat memberikan penjelasan yang dapat
dipahami, tetapi juga kepercayaan bahwa apa yang ditawarkan tersebut akan
berhasil dilakukan. Berikut apa yang disampaikan Tesza:
“Begitu kita liat dari presentasi, secara kita kalkulasi kita
ngeliat, apa yang kita lakukan misalnya dengan modal x
rupiah akan kembali pada waktu sekian lama, itu bisa
dicapai. Jadi dengan perhitungan-perhitungan yang mereka
jabarkan itu gamblang. Artinya, dalam menjalani proses
pencapaian goal itu ada suatu keyakinan bahwa bisa untuk
melakukan itu juga. Bisa menjalani step-step yang mereka
berikan.”30
Budi Mulyana juga mengatakan hal yang serupa dengan Tesza, yaitu
sebagai berikut:
“Penjelasan mereka masuk (akal) dan caranya juga
kayaknya gak susah-susah banget. Jadi orang tuh pede kalo
kita bisa ngejalanin.”31
30
31
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
Hasil wawancara dengan Budi Mulyana
87
Selain pengetahuan dan kepercayaan yang merupakan hasil dari aspek
tanggapan kognitif, Peter dan Olson juga menyebutkan bahwa terdapat tahaptahap dalam proses pengambilan keputusan dalam perilaku konsumen yang
termasuk dalam aspek kognitif yaitu tahap pengenalan masalah, pencarian
informasi, dan evaluasi alternatif. Berdasarkan hasil wawancara dan juga
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti menganalisa tahap-tahap
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Pengenalan masalah
Keputusan calon konsumen untuk membeli produk Amway atau bergabung
menjadi distributor Amway diawali saat calon konsumen menyadari adanya
kebutuhan. Distributor Amway selaku pihak yang mempunyai tujuan
mengubah perilaku konsumen menyadari pentingnya membangkitkan
kesadaran calon konsumen akan adanya kebutuhan itu. Sehingga gaya
komunikasi yang dilakukan sengaja dibentuk dan dipola oleh para
distributor Amway dalam sistem network 21 tersebut untuk mampu
menumbuhkan kesadaran calon konsumen atau prospek mereka akan adanya
kebutuhan terhadap sesuatu. Disini, kebutuhan yang dicoba ditumbuhkan
adalah kesadaran akan perlunya peningkatan penghasilan dan kebutuhan
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan adanya penghasilan
tambahan tersebut. Hal ini dilihat dari kalimat-kalimat persuasi mereka
seperti “apakah anda mau mendapatkan penghasilan tambahan?” atau,
“bisnis ini mampu membantu anda memperoleh kehidupan yang lebih
88
baik”, atau “jika anda bergabung maka anda akan mendapatkan pasif
income yang akan anda nikmati seumur hidup” dan kalimat-kalimat serupa
lainnya. Terbukti, kalimat tersebut mampu mengundang ketertarikan calon
konsumen untuk mendengarkan penjelasan lebih lanjut, sebab calon
konsumen kemudian menyadari bahwa mereka ternyata mempunyai
beragam kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan uang, dan uang yang
mereka hasilkan dengan bekerja mungkin saja kurang, pas-pasan, atau
hanya mampu mencukupi kebutuhan mereka secara minimal. Kemudian
distributor Amway akan terus melancarkan komunikasi yang menggugah
kesadaran calon konsumen akan adanya kebutuhan-kebutuhan lain dalam
hidup yang mungkin sebelumnya belum disadari calon konsumen tersebut.
Secara psikologis, setiap individu pasti menginginkan untuk mendapatkan
lebih dari apa yang mereka miliki. Timbulnya kesadaran calon konsumen
bahwa mereka membutuhkan lebih dari apa yang mereka punya sekarang,
termasuk dalam tahap pengenalan masalah. Dimana calon konsumen
kemudian mengenali bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
bagaimana mencapai pemenuhan kebutuhan mereka itu. Dengan demikian,
terlihat bahwa gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway dalam
mempersuasi calon konsumen, mampu mempengaruhi aspek kognitif calon
konsumen yaitu dengan menggugah kesadaran calon konsumen akan adanya
kebutuhan, yang termasuk dalam tahap pengenalan masalah.
2. Pencarian informasi
89
Timbulnya kesadaran calon konsumen akan kebutuhannya mendorong calon
konsumen untuk mencari informasi lebih lanjut dan lebih banyak.
Distributor Amway yang melihat reaksi positif dari calon konsumen yang
tengah dipersuasinya, berupa ketertarikan untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut, yang biasanya ditandai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan
lanjutan dari apa yang disampaikan distributor Amway sebelumnya, lalu
meneruskan persuasinya dengan menjawab pertanyaan calon konsumen
tersebut atau mengarahkan calon konsumen yang bersangkutan untuk
bersedia datang ke presentasi Amway. Jika kondisi memungkinkan,
distributor Amway langsung mempergunakan kesempatan yang ada untuk
mempresentasikan prospektus bisnis Amway. Dalam presentasi, informasi
yang disampaikan mampu menyentuh logika calon konsumen seperti yang
telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya.
3. Evaluasi alternatif
Setelah mendapatkan informasi yang lebih, calon konsumen memproses
informasi tersebut. Dan ketika calon konsumen memproses informasi untuk
membuat keputusan akhir, ada beberapa proses evaluasi keputusan. Evaluasi
yang dilakukan calon konsumen adalah dengan cara membandingkan
kelebihan dan kekurangan suatu produk, dalam hal ini produk Amway
dengan produk lainnya, dan juga sistem network 21 dengan alternatif
lainnya. Distributor Amway biasanya turut mempengaruhi calon konsumen
dalam tahap ini, dengan cara memberikan informasi tentang perbandinganperbandingan produk Amway dengan produk merk lain. Tentunya pesan
90
yang disampaikan berisi keunggulan produk Amway dan kekurangan
produk kompetitor. Kebanyakan proses evaluasi yang dilalukan calon
konsumen bersifat kognitif. Peran distributor dalam meyakinkan calon
konsumen dalam membuat keputusan beli atau bergabung dalam jaringan
network 21 selalu mengedepankan aspek kognitif.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa gaya komunikasi distributor Amway dalam
mempersuasi calon konsumen mampu memberikan pengetahuan, pemahaman dan
kepercayaan calon konsumen yang merupakan hasil dari aspek tanggapan
kognitif. Dan juga termasuk dalam tahap-tahap aspek kognitif dari perilaku
konsumen dalam proses pengambilan keputusan calon konsumen tersebut.
2. Aspek Afektif
Selain aspek kognitif, aspek psikologis dalam perilaku konsumen adalah
aspek afektif. Aspek afektif mengacu pada tanggapan perasaan atau sesuatu yang
dirasakan seseorang, dimana hal ini merupakan hal yang penting dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan. Contoh afektif adalah perasaan dihargai,
dihormati, dimengerti kebutuhannya, dan lain sebagainya.
Untuk itu, para distirbutor Amway diberikan berbagai kiat dan strategi
khusus untuk mempengaruhi aspek afektif melalui gaya komunikasi mereka.
Sebagai contoh, bapak Taman Hoesein selaku distributor selalu mengutamakan
aspek afektif dari para calon atau peserta pertemuannya. Seperti misalnya,
mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka dalam pertemuan kesedian
mereka untuk hadir. Berikut penuturan beliau:
91
“…..Umumnya begitu…. Contohnya aja, ketika mereka
datang, kita langsung bilang… oh, terima kasih..terima
kasih… anda masih mau menyempatkan diri datang kesini.
Kami tahu, anda baru pulang dari kantor, capek, segala
macem.. tapi nggak ada salahnya untuk mengetahui
informasi ini, karena kalau anda mau melaksanakan apa
yang diinformasikan ini, maka akan membebaskan anda dari
pulang malam… akan membebaskan anda dari P7 itu lo…
Penghasilan Pas-Pasan Pergi Pagi Pulang Malem… hehhe
gitu….”32
Ucapan terima kasih yang disampaikan bapak Tamam Hoesein kepada
prospek yang hadir pada presentasi atau mereka yang datang memenuhi undangan
presentasi dalam grup kecil atau bahkan pertemuan antar individu, membuat calon
konsumen merasa dihargai dan dihormati. Secara psikologis, ini merupakan nilai
tambah positif yang menjadi catatan tersendiri bagi calon konsumen. Secara tidak
langsung, ini akan berpengaruh pada proses evaluasi calon konsumen dalam
mengambil keputusan.
Setiap orang akan merasa senang jika mendapatkan kemudahan. Ini menjadi
strategi distributor Amway dalam merekrut distributor baru, yaitu dengan
berusaha memberikan kemudahan bagi prospek yang akan bergabung dalam
jaringan networking. Hal ini seperti yang dilakukan bapak Tamam Hoesein,
melalui kutipan wawancara dengan beliau berikut ini:
“Eh, kamu gini, gini, gini.... kamu nggak punya waktu nggak
papa, kasih aku nama, 15 orang. Nanti aku kasih tau 15
orang ini bahwa ini begini begini begini, bahwa aku sudah
berhubungan dengan kamu, aku dapet namanya dari kamu,
gini gini gini, segala macem, nanti aku jadiin itu semuanya
grup kamu. Jadi aku bikin si calon distributor ini semuanya
nyaman. Itu cara mempersuasi mereka.”33
32
33
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
92
Dina juga menambahkan, bahwa aspek afektif dari calon konsumen
merupakan hal yang terpenting yang harus diperhatikan oleh mereka yang
melakukan presentasi kepada calon konsumen. Karena tidak semua konsumen
tersebut mempunyai karakter dan kepribadian yang sama. Pengenalan terhadap
karakter akan memudahkan untuk mempersuasi mereka agar bergabung menjadi
anggota. Berikut penuturan Dina:
”.....O, iya..... Karena dari 10 konsumen, 10 calon klien, atau
10 prospek yang kita istilahkan ya, 10-10 nya punya karakter
yang berbeda. Pendekatannya berbeda. Karena cara yang
berhasil di orang ke 1, 2, 3 , belum tentu akan berhasil di
orang ke 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. jarang sekali ada kejadian
begitu. Dan kita sampe bikin semacam perhitungan kasar ya,
bahwa sampai ke titik kesuksesan paling tidak kita harus
melakukan 1000 kali presentasi. Teori probabilitas yang kita
buat ya. Dan sebenernya untuk menjadi orang top ranking
disini, itu sederhana, kamu hanya perlu menemukan orang
yang bisa independen menjalankan bisnis mereka sendiri,
memiliki istilahnya ranking emerald ya, itu cuma perlu 6
orang. Jadi dari 1000 kali presentasi, all you need is find 6
people yang bisa mencapai ranking emerald. Presentasinya
kan sangat tinggi ya.. nah kalo dari 1000 kali presentasi
cuma perlu enam, otomatis itu berarti yang nolak lebih
banyak kan daripada yang bergabung.”34
Selain pengenalan karakter calon konsumen yang akan dihadapi, strategi
distributor Amway dalam menyentuh aspek afektif adalah dengan menampilkan
keberhasilan seseorang, yang mana hal ini akan dapat memotivasi calon
konsumen untuk bisa mengikuti kesuksesan komunikator seperti yang
dicontohkan. Seperti yang dikatakan Dina:
”.......Standarlah...kisah sukses. Standar. Harus sangat
antusias dalam menceritakan hal-hal ini, sampaikan hal-hal
34
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
93
yang bersifat positif, trus kalo kita bicara efektif, paling
efektif, itu enggak ada. Kalo iya bener ada, pasti semua
orang di bisnis ini pasti sukses. Cuma yang terbaik saat ini
adalah apa yang sudah diberikan oleh mereka, yaitu
ceritakan
kisah
sukses...
ceritakan
prosesnya
bagaimana.....”35
Banyak orang yang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang mungkin
semula tidak pernah terlintas dalam pikirannya, setelah membaca, mendengar
kisah hidup orang lain yang berhasil merintis usaha dari bawah hingga berhasil
mencapai jenjang kesuksesan yang diidam-idamkan banyak orang. Distributor
Amway mengadaptasi cara ini, yaitu dengan secara aktif menceritakan kisah
sukses distributor Amway yang berhasil mencapai peringkat tinggi dalam jaringan
distributor Amway. Masing-masing kisah distributor mampu memotivasi
khalayaknya, baik orang yang sudah menjadi distributor agar lebih bersemangat
lagi menjalankan bisnis ini serta memperbesar jaringan distributor dibawahnya
atau calon distributor yang baru diperkenalkan pada bisnis Amway.
Aspek afektif yang dikedepankan oleh para distributor Amway dalam
mempersuasi calon anggota juga dilakukan dengan cara menggugah rasa
penasaran calon konsumen seperti yang dikemukan oleh Tesza Dewayani Putri
sebagai berikut
“Dari awal undangannya kita gak diinformasiin tentang apa.
Cuma dikasih tahu ada prospek kerja yang bagus dan ada
sesuatu yang bisa mengubah kehidupan yang lebih baik....
katanya.... hehehehehe. Dan itu sangat mendominasi rasa
penasaran.”36
35
36
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
94
Jadi, bisa dikatakan bahwa aspek afektif merupakan unsur terpenting dalam
melakukan persuasif terhadap calon konsumen, yang pada akhirnya akan
membuat perilaku mereka menjadi berubah dan ikut menjadi anggota.
3. Aspek Behavior
Keputusan calon konsumen untuk membeli produk atau bergabung menjadi
distributor Amway menjadi sasaran utama dari segala upaya komunikasi yang
dilakukan distributor Amway. Pesan komunikasi yang dilakukan distributor
Amway tidak hanya menumbuhkan pemahaman dan keyakinan calon konsumen
dari sisi kognitif, dan membangkitkan motivasi dari sisi afektif, tapi juga
menekankan sisi behavior melalui apa yang mereka namakan edifikasi.
Edifikasi
adalah
suatu
sifat
menghargai,
menghormati,
dan
mempromosikan. Edifikasi merupakan prinsip dasar dan kunci vital distributor
Amway yang bekerja sebagai pembangun jaringan (network builder). Dasar
pemikiran para distributor Amway dalam melakukan edifikasi terhadap prospek
ataupun downline mereka adalah bahwa suatu perkataan yang sama diucapkan
oleh orang yang berbeda, berdampak berbeda. Penjelasan bapak Tamam Hoesein
mengenai edifikasi ini adalah sebagai berikut:
“kami, di network twentyone, eh.. kita menjalankan apa yang
namanya edifikasi… pernah denger kan? Jadi gini non,
misalnya aku minta anakku bantu aku kerjakan sesuatu, ada
event… tapi kalo aku minta dia langsung, dia pasti banyak
alasan… ehh ini itu ini itu… ada lah alasannya. Jadi yang
aku lakukan adalah, aku minta adikku, bicara sama anakku.
Bukan minta adikku itu nyuruh anakku ya… tapi adikku
bilang ke anakku.. bapak kamu itu baik dan tidak
sombong…hehehehe yah apalah yg intinya adikku itu mujimuji aku, gitu loh non.. nah lalu anakku jadi terbuka
pikirannya, o..ternyata bapakku tuh baik, hebat, dan segala
95
macem, jadi bangga… jadi dia kemudia berinisiatif bantu
aku tanpa aku minta… gitu.. itu contoh edifikasi. Kalo di
amway ini, kita promosikan upline kita, atau downline kita,
atau siapa di grup kita, ke prospek. Jadi si prospek itu
respect ke orang yang kta edifikasi”37
Menurut Dina Kharisma, cara pembelajaran bagi prospek atau downline
yang baru bergabung adalah dengan menduplikasi apa yang dilakukan upline atau
distributor-distributor yang sudah mencapai peringkat tinggi. Berikut penuturan
Dina:
“buat orang baru, banyak yang ragu ngejalanin bisnis ini,
karena katanya susah cari kaki, tapi yang kita ajarkan disini
adalah duplikasi. jadi kita ga usah repot-repot mikirin
gimana caranya ngajak temen, nyari prospek, tapi kita liat
contoh aja, cara upline kita gimana? Trus cara ngejelasin
sistem gimana, itu semuanya kita tinggal nyontek”38
Dalam wawancara dengan Tesza Dewayani Putri, peneliti menanyakan
setelah dipersuasi oleh distributor Amway, Tesza memutuskan ikut bergabung,
dan jawaban Tesza adalah iya. Berikut alasan yang disampaikan Tesza:
“Awalnya karena kalkulasi tadi yang gamblang dan jelas,
dan juga karena speaker-nya, atau si motivator yang
berbicara tidak hanya menyoroti masalah nominal yang akan
diraih, tapi juga ke arah pembentukan kepribadian. Di situ
ada satu nilai plus yang ngajarin kita bagaimana menjadi
personal yang lebih menarik, yang lebih baik”39
Dari apa yang disampaikan para narasumber tersebut diatas, peneliti
melakukan analisa hasil dengan teori ahli tentang aspek behavior dalam perilaku
konsumen, dan mendapat kesimpulan bahwa edifikasi dan duplikasi yang
37
Hasil wawancara dengan Tamam Hoesein
Hasil wawancara dengan Dina Kharisma
39
Hasil wawancara dengan Tesza Dewayani Putri
38
96
diajarkan distributor Amway kepada prospek atau downline baru sesuai dengan
pembelajaran vicarious. Pembelajaran vicarious mengacu pada seseorang yang
mengubah perilakunya karena mereka mengamati perilaku orang lain, serta
konsekuensi yang diterima. Seseorang akan cenderung meniru perilaku orang lain,
jika perilaku yang ditiru tersebut membawa dampak positif, namun sebaliknya
jika perilaku yang ditiru tersebut membawa dampak negatif, maka tidak akan
ditiru.
Edifikasi dan duplikasi merupakan bagian dari pesan yang disampaikan
distributor Amway melalui gaya komunikasi mereka yang khas, dengan demikian
penelitian ini membuktikan bahwa gaya komunikasi persuasi yang dilakukan
distributor Amway mampu mempengaruhi aspek psikologis calon konsumennya,
baik dari aspek kognitif, afektif, serta behavior.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang
diuraikan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik
dalam penelitian ini adalah:
1.
Bahwa distributor Amway menjalankan fungsi pemasaran dan fungsi Public
Relation yang merupakan kegiatan Marketing Public Relation (MPR).
Fungsi pemasaran dilakukan melalui penjualan produk Amway, dan fungsi
PR dilaksanakan dengan memberikan edukasi manfaat produk, edukasi
kegunaan dan keunggulan produk, serta membangun kepercayaan konsumen
terhadap
citra
perusahaan
atau
manfaat
atas
produk
yang
ditawarkan/digunakan.
2.
Gaya komunikasi yang dilakukan distributor Amway Network 21 relatif
homogen dalam segi konsep maupun strategi, cara dan metode. Karena
Network 21 sebagai support system memberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan bagi para Independent Business Owners (IBOs) untuk
meningkatkan kemampuan diri dalam mengembangkan bisnis Amway.
3.
Gaya komunikasi distributor Amway merupakan komunikasi persuasif dan
memenuhi persyaratan komunikasi persuasif yaitu:
97
98
a. Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan distributor Amway
kepada calon konsumen dapat menstimulasi sesuatu pada sasaran.
b. Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan distributor Amway berisi
tanda-tanda komunikasi yang sesuai dengan daya tangkap, daya serap
dan daya tafsir (decoding efficiency) dari calon konsumen yang
dipersuasinya.
c. Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan distributor Amway dapat
membangkitkan keperluan atau kepentingan (needs) tertentu pada
sasarannya dan kemudian menyarankan usaha-usaha atau upaya
tertentu untuk pemenuhan harapan itu.
d. Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan distributor Amway
sesuai dengan situasi dan norma kelompok dimana sasaran itu berada.
e. Pesan-pesan/ajakan-ajakan yang disampaikan distributor Amway
membangkitkan harapan tertentu dan sebagainya.
4.
Arus komunikasi yang digunakan distributor Amway saat presentasi
prospek adalah komunikasi satu arah, sebab informasi yang disampaikan
padat dan harus disampaikan secara utuh agar tidak terjadi salah persepsi
yang diakibatkan oleh tidak lengkapnya pesan yang disampaikan.
Sedangkan tahap awal membuka komunikasi dan juga tahap persuasi
lanjutan yang dilakukan menggunakan gaya komunikasi dua arah.
5.
Gaya komunikasi distributor Amway memiliki ciri gaya dinamik karena
komunikasi dilakukan dengan gaya yang aktif dan agresif.
Sedangkan
pendekatan yang dilakukan memiliki cirri gaya controlling dalam teori
Wofford yaitu adanya satu kehendak atau maksud dari komunikator untuk
99
membatasi dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan komunikan, dan
cara komunikator membujuk komunikan dengan menunjukkan adanya
insentif yang akan diperoleh dari tindakan.
6.
Gaya
komunikasi
distributor
Amway
dalam
mempersuasi
calon
konsumennya mampu memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap
produk atau sistem yang ditawarkan, dan juga mampu menghasilkan
kepercayaan yang merupakan aspek tanggapan kognitif.
7.
Gaya
komunikasi
distributor
Amway
dalam
mempersuasi
calon
konsumennya sarat dengan pesan motivasi yang mempengaruhi aspek
afektif dalam perilaku konsumen.
8.
Penerapan dari sistem edifikasi dan duplikasi yang dilakukan distributor
Amway merupakan pembelajaran vicarious bagi para calon konsumen.
Pembelajaran ini merupakan proses yang terdapat dalam aspek behavior.
5.2
5.2.1
Saran
Akademis
Peneliti mengajukan beberapa saran dan langkah perbaikan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keefektivitasan penelitian serupa di masa yang
akan datang. Langkah-langkah ini dapat dilakukan guna mengatasi kekurangankekurangan yang ada dalam penelitian dengan tujuan mendapatkan hasil
penelitian yang lebih valid. Saran-saran tersebut adalah:
1.
Untuk memperbaiki hasil penelitian, subjek yang diambil perlu ditambah,
agar semua ciri gaya komunikasi terwakili seluruhnya, sehingga analisis
dapat lebih lengkap.
100
2.
Peneliti menyadari kekurangtajaman penelitian ini dari sudut pandang
metodologi yang digunakan. Dapat juga penelitian selanjutnya dilengkapi
dengan teknik kuantitatif berupa penyebaran kuesioner untuk mendapatkan
analisis yang lebih mendalam tentang respon gaya komunikasi terhadap
aspek psikologis yang terjadi pada subjek.
3.
Penelitian selanjutnya sebaiknya juga mempertimbangkan faktor jenis
kelamin dari narasumber, dan mungkin dapat melakukan analisis lebih jauh
mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap respon aspek psikologis. Dari
penelitian yang dilakukan ditemukan reaksi yang berbeda dari narasumber.
Narasumber pria lebih cepat merespon stimuli kognitif, sedangkan
narasumber wanita lebih cepat merespon stimuli afektif.
5.2.2
Praktis
Maraknya persaingan usaha dan kompetisi bisnis dewasa ini, khususnya
bagi organisasi bisnis yang mengaplikasikan sistem Multi Level Marketing
memacu pelakunya untuk terus meningkatkan kegiatan pemasaran produk.
Berbagai strategi disusun dan dijalankan guna mendapatkan hasil yang
diharapkan. Para Independent Business Officer (IBO) berupaya sedemikian rupa
dalam menjual produk dan merekrut downline. Namun terkadang dalam mencapai
tujuannya, komunikasi yang dilakukan cenderung berlebihan dan memaksa calon
konsumen. Kegigihan mereka dalam mempersuasi prospek seringkali diartikan
“mengganggu”, sebab informasi yang mereka sampaikan cenderung berulangulang, memaksa dan mengatur. Hal ini dikarenakan informasi mengenai produk
dan sistem yang ditawarkan membutuhkan waktu yang panjang penyampaiannya.
101
Sementara proses pengambilan keputusan seseorang membutuhkan waktu yang
tidak sebentar, sehingga informasi tersebut disampaikan secara bertahap dan
memerlukan beberapa kali pertemuan. Banyaknya frekuensi pertemuan yang
dibutuhkan ini membuat para IBO mengulangi sebagian informasi yang sudah
disampaikannya sebelumnya, dimana hal inilah yang seringkali membuat calon
konsumen jenuh dan merasa terganggu. Saran peneliti bagi para IBO adalah:
1.
Adalah baik apabila persuasi dilakukan tidak dengan cara yang sangat
agresif. Membuat kondisi komunikasi yang hidup dengan kalimat-kalimat
yang menggelitik minat dan memancing ketertarikan memang bagus, jika
dilakukan dalam porsi yang pas. Jika agresifitas berlebihan maka akan
membuat ketertarikan orang menjadi surut dan antiklimaks, bahkan
mungkin saja menjadi rasa tidak suka, benci, kemudian menjadi antipati.
2.
Posisikan calon konsumen sebagai pihak yang sejajar (equal), bukan
sebagai orang yang harus diberitahu, diajak, diubah, meskipun tujuannya
untuk kebaikan.
3.
Hargai keputusan prospek. Hubungan inter personal antara IBO dan prospek
hendaknya tetap dijaga meskipun berbeda pendapat dalam hal bisnis MLM.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka
Cipta. Jakarta. 2002. edisi revisi V.
Applbaum, Ronald L, et.al, Fundamental Concepts In Human Communications.
San Francisco: Canfield Press, 1973.
Clothier, Peter, Meraup Uang dengan Multi-Level Marketing: Pedoman Praktis
Menuju Network Selling yang Sukses. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1996.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Professional Books, 1997.
Dwi Dayanti, Liestianingsih, Kusumawati, Frida, Puspa, Ratih, Hubungan
Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2009
Jefkins, Frank, Public Relations. Edisi kelima. Comp. Daniel Yadin. Trans. Haris
Munandar. Ed. Nurcahyo Mahanani. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2005.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, Jakarta: PT Prenhallindo,
2000.
Kotler, Philip and Armstrong, Gary, Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Boston:
Pearson Prentice Hall, 2001
Lofland, John and Lofland, Lyn H, Analyzing Social Setting, 2nd edition,
Belmont CA: Wadsworth, 1984.
Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cetakan
keduapuluhsatu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, April 2005
Muslimin, Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Edisi Pertama,
Malang: UMM Press, 2004.
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Neuman, W. Lawrence, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approach. Boston: Allyn and Bacon, 2003
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2003
Prasetijo, Ristiyanti., and John J.O.I Ihalaw, Perilaku Konsumen, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2005
Peter, J. Paul., and Olson, C. Jerry, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.
Edisi Keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi. Cetakan kesebelas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Juli 2004.
Riswandi, Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Roller, David, Menjadi Kaya dengan Multi-Level Marketing. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi
dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Simamora, Bilson, Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Suminar, Yenny Ratna, Soemirat, Soleh, and Ardianto, Elvinaro, Komunikasi
Organisasional. Jakarta: Universitas Terbuka, Cetakan kelima, Agustus 2006.
Suryadi, Edi, Mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia, 2004.
Yin, Robert. K., Studi Kasus: Desain dan Metode. Trans. M. Djauzi Mudzakir,
Ed. 1., Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
SUMBER LAIN
http://www.amway.co.id
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=62658
http://www.amway.co.id/about.php?tpl=sejarah
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=477&_dad=portal30&_schema=PO
RTAL30&pared_id=497919&patop_id=W48
http://www.kapanlagi.com/h/0000237724.html
http://kanwilpajakwpbesar.go.id/index.php?task=fullart&PID=572
http://www.swa.co.id/primer/manajemen/strategi/details.php?cid=1&id=680
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0706/09/ln/3587839.htm
http://teddykw1.wordpress.com/2008/03/01/teori-pertukaran-sosial/
Tanggal
: 21 September 2007
Tempat
: Kantor Tamam Enterprise, Ruko Cempaka Mas, Jakarta
Nara Sumber : Tamam Hoesein
KP
Kita mulai aja ya pak..
TH
Ok. Bismillah....
KP
Bisa tolong bapak ceritakan bagaimana bapak mempersuasi orang supaya
mau bergabung jadi downline bapak?
TH
Gini…gini…. Eh, semua ini, eh… kami mempunyai suatu patokan.
Patokannya sederhana. Ada komunikasi, kalo mereka memberi kesan
mereka mau berkomunikasi, baru kita masuk. Jadi kita sama sekali buta
siapa dia, dan saya juga tidak ingin memperkenalkan kepada si orang ini
siapa saya. Bahwa saya akan memperkenalkan bisnis ini, itu yang kita
hindari. Itu pertama. Karena salah satu yang kita pegang itu adalah, buatlah
si calon distributor ini percaya bahwa saya adalah orang yang akan
bermanfaat buat anda. Intinya disana. Dengan bahasa yang sederhana,
misalnya dia bilang, ini susah pak... oh, ini gampang pak.. dengan kata
gampang, seolah-olah kita memberikan solusi pada orang ini. Jadi kita
mencoba menanamkan kepercayaan. Kalo dia bilang, wah susah ya cari
taksi.. oh gampang pak... saya bantu ya....bapak mau cari taksi kemana?
KP
Pada saat Bapak mempersuasi calon distributor, apakah Bapak
mempergunakan data dan fakta psikologis dari calon distributor yang akan
bapak persuasi?
TH
Enggak. Karena gini. Pada dasarnya, kita tidak memilih siapa yang akan jadi
calon distributor. Seadanya orang, pada setiap kesempatan yang ada, dimana
pun, di setiap kesempatan yang ada, kami selalu, yang pertama, mencoba
berkomunikasi dengan orang itu. Kemudian, saya tidak tahu apa latar
belakang orang itu. Kemudian, setelah berkomunikasi, ada komunikasi,
paling tidak dia mau menjawab satu atau dua pertanyaan. Misalnya, selamat
siang pak? Jam berapa sekarang pak? Mau kemana? Kemudian jika dia mau
menjawab pertanyaan dan saya melihat sepertinya dia ingin menjawab
pertanyaan berikutnya, baru saya melanjutkan pertanyaan lainnya. Misalnya,
bapak bekerja dimana? Apapun jawabannya, mau dia office boy, atau dia
direktur perusahaan mana, tetep kita mengganggap dia sebagai potential
client. Jadi kami selalu mengganggap siapapun orang yang kita ajak bicara
itu adalah potential distributor. Calon distributor yang punya potensi.
Karena semuanya tidak ada cirri-ciri khusus apakah dia akan menjadi
distributor kita, kaki kita, yang akan menjadi distributor besar, itu sama
sekali tidak ada cirinya. Oke terus abis gitu apa? Lho, yang tadi kehapus?
KP
enggak, tadi sudah di save…
TH
oh, sudah di save… ok….
KP
Pernah nggak bapak gagal dalam mempersuasi orang?
TH
Oh, sering... hahahahaha sering....
KP
Hal-hal apa yang membuat persuasi bapak gagal?
TH
Karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan kita hadapi. Jadi kita nggak
pernah tau orang yang kita hadapi ini, jadi kurangnya disini.. apakah dia
tembok, apakah ini manusia, apakah ini pohon, kita nggak tau, jadi kita
hantem kromo aja. Itu sebabnya kami dibekali supaya kami tahan banting.
Bahwa berhadapan dengan tembok begini, berhadapan dengan orang begini,
berhadapan dengan macan begini, berhadapan dengan setan begini. Jebret.
KP
Lalu strategi bapak mengajak orang gimana pak, ada tahapan-tahapannya?
TH
Pertama kita mengundang orang, itu hanya memberikan informasi. Memberi
mereka informasi bahwa ada kesempatan bisnis seperti ini. Nah, sesudah itu,
kelanjutan dari informasi itu, baru ada persuasi. Pertemuan itu sifatnya
informatif. Setelah pertemuan biasanya ada yang pergi, ada yang tinggal.
Nah, yang tinggal itulah baru persuasinya baru dijalankan. Bapak tertarik
dimana? kesulitannya dimana?
KP
Ketika bapak mulai mempersuasi calon klien, gaya komunikasi yang lebih
bapak tonjolkan yang seperti apa? Maksudnya apakah bapak berusaha
mengendalikan audience, atau ada sesi tanya jawab, atau ada komunikasi
tertulis, atau bagaimana?
TH
Uniknya usaha ini mempunyai banyak aturan, dan itu sifatnya semua sangat
personal. Maksudnya apa yang terjadi pada anda, apa yang terjadi pada
saya, itu kasusnya berbeda-beda. Dan kita disini mengenal system level. Jadi
ada yang namanya sponsor. Sponsor itu adalah orang yang berada di atas
saya langsung, yang mengajak saya. Lalu, ada yang namanya Upline. Upline
itu orang-orang yang berada diatasnya sponsor saya. Nah, mereka membuat
suatu aturan, bahwa saya hanya boleh bertanya ke sponsor atau upline saya.
Orang yang lebih tinggi dari saya. Saya tidak boleh berkomunikasi dengan
orang yang sejajar saya. Itu satu, itu makanya sifatnya sangat personal.
Kemudian, apa yang ditonjolkan oleh mereka saat presentasi itu sesuatu
sifatnya general. Eh, ini ada sebuah bisnis yang seperti ini, seperti ini... yang
akan membuat kalian berpenghasilan sekian. Caranya adalah seperti ini,
seperti ini, seperti ini. Titik. Tidak ada tanya jawab. Sesudah itu kemudian
mereka akan memperkenalkan kepada siapapun yang hadir orang-orang
yang sudah berhasil dalam bisnis ini. Diperkenalkan. Mulai dari tingkat
yang paling bawah yang berpenghasilan segini. Yang ini berpenghasilan
segini. Sampai tingkat yang paling atas. Sudah selesai, udah. Informasi itu
selesai sampai situ. Tidak ada kesempatan untuk tanya jawab. Karena ini
sifatnya personal. Jadi siapapun yang mau bertanya itu nanti akan bertanya
pada orang yang mengajak. Kalo saya, saya akan bertanya ke sponsor. Kalo
sponsor nggak bisa jawab, saya tanya ke upline.
KP
Berarti cara presentasinya itu sendiri sifatnya hanya informatif saja?
TH
Iya... informatif. Dan, itu makanya disini sangat rentan mereka untuk kabur.
KP
Karena? Bosan?
TH
Karena bosan, karena tidak tertarik....karena merasa ini bukan buat saya....
KP
Jika si calon distributor itu mulai terlihat cenderung menarik diri, apakah
bapak tetap maju untuk menjelaskan, atau bapak menyudahi pembicaraan,
dengan menarik diri atau withdrawal?
TH
Enggak. Terus. Informasi itu tetap harus disampaikan secara utuh.
KP
Meski ada
resistensi, sepertinya ada kesan dia menarik diri, apakah
informasi yang ingin disampaikan tetap diteruskan?
TH
Tetep sampe selesai. Sampe oke bapak-bapak pada akhirnya bapak-bapak
akan mendapat penghasilan sekian puluh juta. Titik.
KP
Bagaimana cara menjual produk Amway dan sistem Network 21 yang biasa
bapak pergunakan?
TH
Oke... saya memberi contoh. Aku pake odol, eh aku mau nanya kamu kalo
pake odol yang ukuran family size itu habisnya berapa lama?
KP
Sebulan
TH
Sebulan? Nah, ini aku kasih tau, ukurannya sama, habisnya 6 bulan? Hah,
enam bulan? Iya, bener, enam bulan baru habis. Cara pakenya gini, enam
bulan baru habis. Saya beli. Trus jangan kamu cuma nunggu, kamu harus
beli juga supaya kamu tahu, kalo aku nggak bohong. Nah, saat kamu
melakukan pembelian kan ini sudah ada transaksi. Jadi dengan memberi
contoh pada mereka, tidak hanya memberi tahu. Jadi by giving them an
example. Ini lho, proof-nya sudah ada disini. Jadi, kasih contoh, misalnya
kaos ini Amway lho, ini nggak dicuci seminggu nggak bau… hehehehe
soalnya nggak dipake-pake…. Heheheheheheh Jadi bukan dengan ngomong
eh, ini lho, ada sabun katanya bagus. Trus, kamu sudah coba? Belum.
Lhaa……gimana? Ndak mungkin kan…. jadi by giving them example. Do
it. And ask them to follow.
KP
Oke, itu untuk cara menjual produk, kalo cara bapak menjelaskan sistem
gimana?
TH
Ada perbedaan yang cukup besar antara kamu jadi anggota atau bukan
anggota. Kalo kamu jadi anggota, reduce costnya itu tinggi sekali. Kalo
enggak kamu harus beli sendiri tapi dari luar, harganya segini. Kalo kamu
mau minta tolong aku, bisa tak beliin tapi harganya harga pelanggan. Bukan
harga distributor. Kan rugi kan. Ibu-ibu itu, kalo ada cabe harganya lebih
murah 5 ribu, didatengin itu pasar sana. Wah di pasar cijantung ada cabe
bagus-bagus, murah lagi.. berapa harganya? Lima ribu.. padahal ongkos
kesana 7 ribu… huahahahahahaha. Secara psikologis hal itu sangat
membantu.
KP
Selain memberi contoh, saat bapak menjual produk Amway, atau
mempersuasi orang untuk bergabung menjadi distributor, apakah bapak
pernah memanfaatkan faktor-faktor yang dimiliki dalam diri bapak,
misalnya, bahwa bapak adalah seorang musisi terkenal, seorang selebriti,
atau bapak mempergunakan karisma, atau kemampuan bapak?
TH
Ehm…..Enggak…. itu pernah ada di beberapa pertemuan, wuih…. ini
mantan menteri ini, mantan menteri itu… tapi itu nggak ada pengaruhnya.
Kalo sudah berbicara mengenai produk, maka kalau orang itu suka, nggak
peduli orang itu tukang becak, atau menteri, kalau sudah suka, ya sudah,
suka aja. Dan mereka fanatik. Dan kebetulan produk Amway ini bagus.
Bener-bener bagus... lepas dari aku suka atau tidak menjalankan bisnis ini,
produk ini bagus. Cuma memang mahal....nah itu... ada kualitas ada harga,
gitu loh...
KP
Kalo ada prospek ya pak, pendekatan bapak gimana ke prospek itu?
Maksudnya cara bapak menarik perhatian ini dia supaya mau join jadi
distributor gimana?
TH
Kalo si A misalnya suka bermain musik, maka saya akan berbicara dari
bahasa musik, contohnya, kalo kita main, sekali main kita dapet sejuta, dua
juta. Lalu ada perbandingan income misalnya, kalo kita melakukan ini maka
kita akan dapet segini, segini.. atau kalo saya berhadapan dengan direktur,
saya akan nanya gini, saya cuma minta waktumu sebentar saja, satu jam.
Kemudian sesudah itu minta daftar nama, sesudah itu sisanya serahkan aku.
Semudah itu bisnis ini berjalan. Jadi dia kan tidak merasa terancam, tidak
merasa terbebani apa-apa. Eh, kamu gini, gini, gini.... kamu nggak punya
waktu nggak papa, kasih aku nama, 15 orang. Nanti aku kasih tau 15 orang
ini bahwa ini begini begini begini, bahwa aku sudah berhubungan dengan
kamu, aku dapet namanya dari kamu, gini gini gini, segala macem, nanti aku
jadiin itu semuanya grup kamu. Jadi aku bikin si calon distributor ini
semuanya nyaman. Itu cara mempersuasi mereka. Ngerti? Kemudian, ini
kan pada ujung-ujungnya harus belanja. Baru dikasih tahu, bahwa kalo
hanya ngumpulin temen-temen aja kan nggak ada benefit komersialnya.
Secara finansial tidak ada keuntungannya. Baru temen-temen, organisasi
yang sudah besar ini, baru akan memberikan keuntungan secara finansial
kalau mereka diajak berbelanja. Caranya gimana? Caranya beri contoh dulu
kepada mereka bahwa kamu belanja. Yakinkan. Kalo kamu belanja, orang
yang yakin dibawah kamu itu akan belanja. Dan ini tidak dilakukan secara
kelompok. Memberikan keterangan ini semuanya satu-satu. Bayangin, kalo
mereka punya ribuan orang, berarti mereka sekian ribu kali menerangkan
kepada orang, secara personal. Itu menyebabkan jaringan mereka itu kuat.
KP
Saat bapak mempersuasi prospek atau saat bapak memberikan informasi
tentang Amway dan sistem Network 21, pendekatan yang bapak lakukan
apakah lebih banyak menyentuh logika, atau pengetahuan, seperti
memberikan pemahaman tentang kebaikan produk dan keuntungan sistem
Network 21, atau lebih banyak menggugah aspek emosi, misalnya dengan
memberi tahu, bahwa ada suatu cara untuk mengatasi masalah finansial, atau
bagaimana pak?
TH
Lebih kepada... e... apa namanya... em... this business is going to help you...
e....untuk keluar dari krisis. Gimana caranya? Nah, itu caranya tadi. Tapi
utamanya itu, misalnya contoh, saya ingin memperkenalkan kepada anda
sebuah bisnis yang layak anda ketahui karena bisnis ini memberikan
kehidupan yang luar biasa. Memberikan kehidupan yang luar biasa bagi
mereka yang sukses. Dan ternyata, nanti ini, setelah saya terangkan. Anda
akan mendapatkan kesimpulan bahwa untuk mencapai kesuksesan itu tidak
sulit. Karena apa? Karena hanya dimulai dengan ini… teng teng teng teng…
mulailah presentasi…..
KP
Berarti untuk memancing ketertarikan prospek, bapak lebih banyak
menggunakan aspek emosi?
TH
He’eh… Umumnya begitu…. Contohnya aja, ketika mereka datang, kita
langsung bilang… oh, terima kasih..terima kasih… anda masih mau
menyempatkan diri datang kesini. Kami tahu, anda baru pulang dari kantor,
capek, segala macem.. tapi nggak ada salahnya untuk mengetahui informasi
ini, karena kalau anda mau melaksanakan apa yang diinformasikan ini, maka
akan membebaskan anda dari pulang malam… akan membebaskan anda
dari P7 itu lo… Penghasilan Pas-Pasan Pergi Pagi Pulang Malem… hehhe
gitu….
KP
Kalo dari sisi logika, bagaimana?
TH
Presentasi yang kita berikan itu cara kerja sistem network 21. Ini
perhitungannya………teketekketek………apapun yang kita sampaikan itu
semuanya berdasarkan perhitungan yang sangat sangat masuk akal.”
KP
Biasanya apa yang membuat orang mau bergabung?
TH
Karena namanya IBO singkatan dari Independent Business Owner. Artinya
ini dilakukan oleh si A, untuk si A, kepada si A, apa-apa sendiri. Kalau anda
yang melakukan, maka anda melakukan sendiri, keuntungan untuk anda
sendiri, apa-apa untuk anda sendiri
KP
Bukan maksudnya sebenernya adalah if you work for me, then i will grow
up?
TH
No, it’s not. I will earn nothing. Kalo kamu gabung dengan aku, saya tidak
akan dapat apa-apa kalo saya tidak memberi contoh apa-apa, kalo saya tidak
membeli apa-apa. Ngerti nggak? Jadi it’s fair enough. Perhitungan bisnisnya
cukup adil. (diam beberapa saat) ayo, apa lagi.
KP
Ada teknik persuasi yang khusus nggak pak?
TH
Tekniknya nggak ada yang baku, bahwa ini harus begini, begini. Jadi
makanya aku bilang tadi ini sifatnya sangat individual, sangat personal
sehingga masing-masing orang caranya berbeda-beda, nggak bisa di
generelized bahwa ini caranya harus begini, makanya mereka begini
semuanya, enggak.
KP
Biasanya banyak orang yang nggak tahu how to start. Gimana cara bapak
menyikapi hal ini?
TH
Kita jelasin yang namanya duplikasi.
KP
Apa yang diduplikasi?
TH
The system. Gini, jadi sistem itu sendiri yang bekerja. Ini contohin ya, coba
lihat secara gambar. Kamu harus punya kaki-kaki, ini memiliki kaki atau
kelebaran ini, yang mesti diduplikasikan ke orang dibawah.
KP
Kalau dari cara berbicara di duplikasi juga?
TH
itu standard. General sekali. Misalnya bukalah dengan ucapan selamat
malam. Standar kan. Setelah ucapan selamat malam, lalu bilang, saya akan
memperkenalkan sebuah bisnis yang membuat anda begini begini begini. Itu
saja yang diajarkan. Kan ada orang yang nggak ngerti sama sekali, tapi dia
bisa menulis, tekekeketek.. tekekeketek..... dia nggak bisa nerangin tapi bisa
jawab pertanyaan. Jadi format ini yang diajarin. Tapi untuk menyampaikan
format ini kepada orang, nah itu masing-masing yang sangat individual.
KP
Hal apa lagi yang bisa membuat prospek tertarik bergabung?
TH
“kami, di network twentyone, eh.. kita menjalankan apa yang namanya
edifikasi… pernah denger kan? Jadi gini non, misalnya aku minta anakku
bantu aku kerjakan sesuatu, ada event… tapi kalo aku minta dia langsung,
dia pasti banyak alasan… ehh ini itu ini itu… ada lah alasannya. Jadi yang
aku lakukan adalah, aku minta adikku, bicara sama anakku. Bukan minta
adikku itu nyuruh anakku ya… tapi adikku bilang ke anakku.. bapak kamu
itu baik dan tidak sombong…hehehehe yah apalah yg intinya adikku itu
muji-muji aku, gitu loh non.. nah lalu anakku jadi terbuka pikirannya,
o..ternyata bapakku tuh baik, hebat, dan segala macem, jadi bangga… jadi
dia kemudia berinisiatif bantu aku tanpa aku minta… gitu.. itu contoh
edifikasi. Kalo di amway ini, kita promosikan upline kita, atau downline
kita, atau siapa di grup kita, ke prospek. Jadi si prospek itu respect ke orang
yang kita edifikasi”
KP
Penyebab terjadinya kegagalan dalam mempersuasi prospek apa?
TH
Kalau menurut saya atau dari kacamata orang-orang Network 21 atau orang
Amway, itu mereka belum punya cukup informasi, mereka belum tahu
bahwa ini bisa memberikan mereka penghasilan 50 juta. Tapi dari they’re
point of view, dari sudut pandang orang yang me-reject itu, waduh, aku ndak
mau begini, jual-jualan seperti ini. Ada orang yang nggak suka jual-jualan.
Aku punya saudara begitu. I love Amway Product, but I don’t like the
business, because it’s not me. I don’t feel like doing that. Tapi aku ndak
malu untuk pake produk Amway, tapi untuk jadi penjualnya, no way.
Apapun alasannya. Fee-nya lah, apanyalah. Tapi aku nggak mau, nggak
suka untuk jualan produknya.
Tanggal
: 2 Oktober 2007
Nara Sumber : Dina Kharisma
KP
Mba dina sudah berapa lama jadi distributor Amway?
DK
Belum lama kok.... aku gabung bulan maret 2003.
KP
Boleh tolong diceritain nggak, gimana cara mba dina mempersuasi orang
supaya mau gabung jadi distributor amway?
DK
Gimana ya, heheheheh
sebenernya standar sih.... kita perkenalkan
produknya, trus kita undang ke presentasi.
KP
Ada perbedaan gaya komunikasi nggak waktu ngajak sama waktu presentasi?
DK
Pasti. Waktu ngajak, kita lebih santai, kita kasih tau produknya, manfaatnya,
dan sebagainya.... waktu presentasi lebih formil.
KP
Presentasi pasti dilakukan secara grup atau bisa individual?
DK
Bisa dua-duanya. Kita kan ada pertemuan rutin, pernah ikut kan?
KP
Iya, pernah.
DK
Iya, jadi presentasi ada yang dalam kelompok gitu, atau bisa juga satu per
satu. Misalnya orang yang kita undang agak susah ngeluangin waktu buat
dateng ke pertemuan, ya kita presentasiin ke dia secara personal.
KP
Cara mba dina menyampaikan presentasi gimana?
DK
Ya standar ya... di amway itu enaknya kita tinggal ngikutin contoh. Semua
udah ada panduannya, jadi kita tinggal ngikutin. Kalo kita menemukan
kesulitan, misalnya ada prospek yang susah banget, dah dibujuk berbagai
cara tapi masih alot, kita bisa share ke upline. Makanya kan kita sering
ngadain pertemuan-pertemuan. Selain pertemuan besar di yang biasanya di
gedung-gedung pertemuan, kita juga suka kumpul dengan grup kecil, yang
satu upline sama kita... buat orang baru, banyak yang ragu ngejalanin bisnis
ini, karena katanya susah cari kaki, tapi yang kita ajarkan disini adalah
duplikasi. jadi kita ga usah repot-repot mikirin gimana caranya ngajak temen,
nyari prospek, tapi kita liat contoh aja, cara upline kita gimana? Trus cara
ngejelasin sistem gimana, itu semuanya kita tinggal nyontek
KP
Kalo cara mba dina menarik prospek supaya mau bergabung gimana?
DK
Kalo dari pengalamanku pribadi ya bu, orang itu mau melakukan apa yang
kita inginkan kalo ada imbalannya. Di bisnis ini, yang dimaksud imbalan
adalah apa yang kita kerjakan sekarang, berbuah manis nantinya. Kita kerja
keras sekarang, jual produk, cari downline, itu nantinya kita dapet uang buat
kita sendiri bukan buat upline. Nah, itulah yang aku sering sampaikan ke
orang-orang di grup aku, atau ke prospek aku. Kalo mereka udah tertarik
dengan apa yang bisa mereka dapatkan, tinggal kita jelasin gimana
caranya….
KP
Selain imbalan, hal apa lagi yang mba dina tawarkan ke prospek?
DK
Yang pasti keuntungan itu tadi ya....
KP
Selain itu?
DK
Kalo kita bilang, anda akan dapet keuntungan sekian rupiah kalo anda jadi
distributor, trus anda bisa ini itu ini itu, pastinya mereka butuh pembuktian.
Apa alasannya amway bisa kasih keuntungan segitu? Makanya kita berikan
penjelasan yang masuk akal. Waktu kita ngajak orang untuk join kan, pasti
mereka nanya gimana caranya? Nah, kita jelasin gimana caranya. Gimana
itung-itungannya, jadi waktu kita bilang, anda bisa dapat penghasilan sampe
sekian juta, trus mereka nanya gimana bisa, kita jelasin deh itung-itungannya.
Dan itung-itungan itu bisa jadi kenyataan, kita beneran bisa dapet uang segitu
kalo kita jalanin sistem ini. Dan sistem ini beneran lho.
KP
Jadi bisa dikatakan mba dina membujuk atau mempersuasi orang dengan
pendekatan logika yang masuk akal?
DK
Iya dong.....
KP
Dan perhitungan itu yang biasanya membuat orang percaya akan sistem
amway ini dan mau bergabung?
DK
Sepanjang pengalamanku sih, iya.....
KP
Selain pendekatan logika tadi, apa mba dina juga melakukan pendekatan
yang lain? Misalnya aspek emosi, maksudnya, apa yang mba dina lakukan
supaya orang tertarik dan semangat ikut amway?
DK
.......Standarlah...kisah sukses. Standar. Harus sangat antusias dalam
menceritakan hal-hal ini, sampaikan hal-hal yang bersifat positif, trus kalo
kita bicara efektif, paling efektif, itu enggak ada. Kalo iya bener ada, pasti
semua orang di bisnis ini pasti sukses. Cuma yang terbaik saat ini adalah apa
yang sudah diberikan oleh mereka, yaitu ceritakan kisah sukses... ceritakan
prosesnya bagaimana.....
KP
Tipe orang kan beda-beda, apakah cara mba dina mempersuasi orang itu
beda-beda tergantung tipe orangnya atau semuanya dianggap sama?
DK
.....O, iya..... Karena dari 10 konsumen, 10 calon klien, atau 10 prospek yang
kita istilahkan ya, 10-10 nya punya karakter yang berbeda. Pendekatannya
berbeda. Karena cara yang berhasil di orang ke 1, 2, 3 , belum tentu akan
berhasil di orang ke 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. jarang sekali ada kejadian begitu. Dan
kita sampe bikin semacam perhitungan kasar ya, bahwa sampai ke titik
kesuksesan paling tidak kita harus melakukan 1000 kali presentasi. Teori
probabilitas yang kita buat ya. Dan sebenernya untuk menjadi orang top
ranking disini, itu sederhana, kamu hanya perlu menemukan orang yang bisa
independen menjalankan bisnis mereka sendiri, memiliki istilahnya ranking
emerald ya, itu cuma perlu 6 orang. Jadi dari 1000 kali presentasi, all you
need is find 6 people yang bisa mencapai ranking emerald. Presentasinya kan
sangat tinggi ya.. nah kalo dari 1000 kali presentasi cuma perlu enam,
otomatis itu berarti yang nolak lebih banyak kan daripada yang bergabung.
Tanggal
: 25 Oktober 2007
Nara Sumber : Eriqar Lebang
KP
Bagaimana pendapat mas eric tentang gaya komunikasi pembicara tadi?
EL
Kalo dalam bentuk grup, itu sesuatu yang telah menjadi pattern, sesuatu yang
menjadi pola. Pada prinsipnya mereka konsep bisnis mereka sangat bagus. Jadi
nggak perlu orang yang sangat spesial, nggak perlu orang yang brilyan, nggak
perlu orang yang sangat-sangat pandai. Yang penting dia menjalankan sistem
yang sudah dibuat, dan insya Allah pasti bisa. Pada prinsipnya stick to the
system, tekun, konsisten dan pada ujungnya pastinya nggak pernah menyerah,
dan balik lagi ke masalah nasib. Waktu mereka bicara dalam grup, mereka
bicara apa yang sudah disistemasi, kalimatnya pun hafalan, segala macem
yang mereka katakan juga berdasarkan hafalan. Tapi pada prinsipnya adalah
sebisa mungkin apa yang mereka lalukan dalam grup itu adalah apa yang
orang lain bisa lakukan. Tapi waktu mereka mempersuasi satu persatu, disitu
baru keliatan kemampuan orangnya. Nah, kebetulan yang mempersuasi gue
tuh, bagus.... sangat brilyan, dan dia sendiri bukan orang sembarangan. Yang
mempersuasi gue tuh orang Filipine, dia itu general manager di salah satu
perusahaan TV, kalo sekarang sih yang itu loh.. eh... franchice acara-acara
besar di TV yang kita lihat, semacam acara idol-idol-an dah... dia itu general
manager-nya. So you know the capacity of orang yang mempersuasi gue.. so,
it’s good.... kalo dari sisi personalnya kebetulan gue dapet yang bagus
banget… kalo dari sisi grup, mereka ya.. tekniknya gitu-gitu aja, karena toh
mereka dirotasi, jadi ya gitu-gitu aja…
KP
Orang yang mempersuasi mas eric itu, dia bagus dari sisi apa? Apa dia
memang kredibel di bisnis ini?
EL
Basically, macem-macemlah. You can see person, good people, great person,
itu refleksinya nggak cuma di karir, tapi secara keseluruhan. Kebetulan orang
ini kayak gitu. Ada orang yang bagus di karirnya tapi mungkin flank di
kehidupan sehari-hari.. atau orang yang aplikasi kehidupan sehari-harinya
nggak bagus, tapi karirnya bagus. Tapi biasanya kan orang yang seperti ini
memang udah bagus dari sananya. Orang yang nggak bagus, nggak pinter...let
say orang yang quote unquate nggak bagus secara overall, biasanya karirnya
di kantor juga nggak bagus. Paling ya kalo dia tekun, ya paling karirnya suma
disitu-situ aja. Nah, kebetulan orang ini secara kualitas memang bagus.
Gue pernah juga ketemu orang yang bagus banget, dan dia memilih untuk
nggak punya karir atau apa.. tapi ya everything he does ya bagus banget. tapi
dia gak punya karir normal, but he’s good…..
KP
Poin-poin yang disampaikan itu lebih banyak menggugah ke logika, sesuatu
yang menggugah aspek kognitif atau lebih ke perasaan?
EL
Kalo mau jualannya bagus ya ke aspek kognitif dan afektif, jadi dua-duanya
masuk. Kalo yang mempersuasi gue itu otomatis dua-duanya bagus. Soalnya
kalo cuma afektif doang tapi dari sisi realitasnya gak ada, orang juga males.....
Jujur aja gue bilang bisnis MLM itu bisnis yang bagus, selama sistemnya
bener dan aplikasinya juga tepat. Kebetulan yang approach gue ini dia salah
satu yang terbaik di dunia. Jadi semuanya udah pas.
KP
Mas, bisa tolong dijelaskan alasan kenapa mau bergabung dengan Amway?
EL
Pertama, produknya bagus, sangat bagus. Amway salah satu perusahaan di
dunia yang masuk ke..ehmm..... kalo di Amerika kan untuk ranking
perusahaan terbaik di dunia kan masuk Fortune 500. nah, itu kalo nggak salah
satu-satunya perusahaan yang masuk Fortune 500 dan yang bersih hutang. Dan
Amway muncul tiap tahun. Jadi itu membuktikan produknya Amway bagus.
Kedua, sistemasi mereka sangat bagus. Yang ketiga, mereka punya, yang
istilahnya... eh....development program buat anggotanya mereka. Itu alasan
yang paling utama kenapa saya mau bergabung. Disamping.... ya, imbalannya
bagus. Jaminan hari depan, dan lain sebagainya. Tapi ketiga alasan itulah yang
utama.
KP
Ketiga alasan itu diketahui, apakah melalui proses pencarian informasi sendiri?
Atau memang diketahui dari orang yang mempersuasi mas eric?
EL
Ya, kalo orang yang cerita sama saya, iya dia bilang begitu. Tapi waktu
presentasi Amway, yang saya tahu sih, nggak semua distributor Amway cerita
kayak gitu.. ada yang ceritanya dibalik-balik...bahwa, mau tahu nggak ada
bisnis yang bisa memberikan keuntungan seperti ini... bla bla bla.... atau, tahu
nggak kalo Amway tuh begini begini begini.... Cuma kalo saya sih, saya
memang sudah tahu Amway itu apa, kredibilitasnya seperti apa, produknya
seperti apa, keuntungannya apa, sistemasinya seperti apa...waktu orangnya
cerita, cuma merubah sesuatu yang, jujur aja, sebelumnya saya tahu bahwa
Amway itu perusahaan bagus, hanya saya nggak suka dengan caranya.
Ternyata orang itu bisa membuat saya berubah pikiran.
KP
Apakah bapak juga melakukan evaluasi alternatif, misalnya melakukan
komparasi dengan MLM lain?
EL
Pasti .... Cuma trus, setelah saya tahu Amway is the best yang lain di drop.
Tanggal
: 24 Oktober 2007
Nara Sumber : Tesza Dewayani Putri
KP
Mbak, boleh diceritain sedikit kenapa mau hadir ke pertemuan Amway ini?
TDP
Pertama karena dibohongin… hehehehehe
Dari awal undangannya kita gak diinformasiin tentang apa. Cuma dikasih
tahu ada prospek kerja yang bagus dan ada sesuatu yang bisa mengubah
kehidupan yang lebih baik.... katanya.... hehehehehe. Dan itu sangat
mendominasi rasa penasaran. Lagian siapa sih yang gak mau mencapai grade
yang lebih tinggi dari sekarang. Setiap orang kan pingin naik status
kehidupannya, mulai dari status ekonomi, penghasilan....
KP
Gimana menurut anda tentang presentasi yang dilakukan Distributor
Amway?
TDP
Presentasi secara logika, perhitungan matematis, kalkulasi yang disampaikan
itu jelas dan masuk akal. Targetnya, goal-nya itu ada dan jelas. Dan semua
itu step-stepnya juga dikasih tau, cuma memang aplikasinya yang gak jelas
KP
Gimana perasaan anda saat mendengar presentasi itu?
TDP
Begitu kita liat dari presentasi, secara kita kalkulasi kita ngeliat, apa yang
kita lakukan misalnya dengan modal x rupiah akan kembali pada waktu
sekian lama, itu bisa dicapai. Jadi dengan perhitungan-perhitungan yang
mereka jabarkan itu gamblang. Artinya, dalam menjalani proses pencapaian
goal itu ada suatu keyakinan bahwa bisa untuk melakukan itu juga. Bisa
menjalani step-step yang mereka berikan.
KP
Jadi apakah anda merasa lebih bersemangat karena menemukan sesuatu yang
baru untuk bisa mendapatkan kehidupan yang baik seperti yang ditawarkan?
TDP
Iya. Karena semua itu rasanya bisa dilakukan jadi semangat mau ngejalanin.
KP
Lalu apa anda mau bergabung jadi Distributor?
TDP
Iya.
KP
Mengapa?
TDP
Awalnya karena kalkulasi tadi yang gamblang dan jelas, dan juga karena
speaker-nya, atau si motivator yang berbicara tidak hanya menyoroti masalah
nominal yang akan diraih, tapi juga ke arah pembentukan kepribadian. Di situ
ada satu nilai plus yang ngajarin kita bagaimana menjadi personal yang lebih
menarik, yang lebih baik.
KP
Dari sisi pembicara, hal-hal apa yang bikin anda tertarik?
TDP
Satu, si pembicara itu sudah membuktikan kalo dia sudah ada pada satu titik
tertentu. Dari yang awalnya dia belum mencapai x rupiah, sekarang dia sudah
mencapai titik tertentu. Artinya dengan dia menjalankan metode yang
diterapkan Amway, dengan dia mengikuti step-stepnya, x rupiah yang dikejar
ini bisa tercapai. Dan dia itu sudah mencapai itu. Maksudnya si pembicara
sudah bisa membuktikan apa yang dia katakan. Ditambah lagi, karena apa
yang ditawarkan itu kita gak ada ruginya. Karena dengan bergabung kita bisa
pake produknya. Kalaupun kita gak bisa ngejalanin bisnis ini, kita bisa pake
produknya... walaupun mahal.. huahahahaha.
KP
Bagaimana menurut kamu tentang gaya komunikasi si pembicara?
TDP
Well, gini... meyakinkan orang itu tidak mudah. Dan si pembicara itu sangat
meyakinkan dalam menjelaskan semuanya tentang Amway. Dan memang
keliatan jelas ada sesuatu yang sudah dipersiapkan. Materi presentasinya
sudah sangat matang, dan cara dia komunikasi itu sangat jelas dan terstruktur
dan dia sangat menguasai materi.
KP
Sifat komunikasinya itu dua arah atau satu arah?
TDP
Awalnya hanya satu arah, dia selesain dulu A to Z, baru setelah itu dia kasih
kesempatan, ayo, mau tanya apa.
Aku mau nambahin ya, kondisi seseorang, kondisi dari apa namanya....
kondisi dari target konsumen, dari sisi status sosial keadaannya dia, itu juga
memberikan pengaruh, memberikan andil yang memutuskan apakah dia mau
join atau tidak. Artinya gini, kalo memang kondisi dari si target konsumen ini
dia sudah merasa sudah mencapai kondisi tertentu, tapi tidak terlalu baik
kondisi finansialnya. Itu masih bisa digoyah.... artinya, jika orang itu
ditawarin untuk bisa dapat kebebasan finansial, dia pasti akan mau. Karena
moto dari bisnis ini kan ”jangan bekerja untuk uang, tapi biarkan uang
bekerja untuk kita”. Dan lagi yang ditawarkan adalah kebebasan waktu untuk
menjalankan bisnis ini. Jadi bisnis ini bisa dikerjakan kapan aja. Nah, orangorang yang sudah punya penghasilan dari gaji, mereka-mereka yang bekerja
tetap, dengan pendapatan yang tetap juga, ketika ditawarkan suatu cara untuk
dapat tambahan pendapatan dan waktunya juga bisa diatur sendiri, maka
umumnya mereka tertarik untuk join. Pada prinsipnya MLM selain dari sisi
produsen mereka mau memasarkan produk dengan seluas-luasnya, tapi
mereka juga memberikan janji bagi kesejahteraan anggota.
Tanggal
: 16 November 2007
Nara Sumber : Budi Mulyana
KP
Mas budi, saya mau tanya-tanya sedikit boleh ya…
BM
Boleh…..
KP
Sejak kapan mas budi mengenal amway?
BM
Belom lama…. Baru bulan lalu lah…. Diundang presentasi… kirain
presentasi apaan, taunya presentasi amway. Sebelumnya gue dah tau amway
dari dulu, tapi gue nggak pernah nyari informasi gitu, jadi cuma sekedar tau
aja.
KP
Sekarang setelah tau amway lebih banyak, gimana pendapat mas budi?
BM
Oke-oke aja ya…..
KP
Apa yang membuat mas budi tertarik dengan amway?
BM
Wah, cara orang-orang itu persuasif banget. Dan serunya, mereka gak
ngebujuk kayak sales-sales di mall gitu. Tapi halus bo….. bayangin aja,
mereka bilang gini, mau nggak kerja keras 3 tahun trus dapet pasif income
seumur hidup? Itu kan bikin orang tertarik banget.
KP
Lalu apa hal itu yang membuat mas budi tertarik untuk mendengarkan
penjelasan lebih lanjut?
BM
Iyalah….
KP
Lalu gimana komunikasi mereka waktu menjelaskan?
BM
Bagus.... bagus banget.... semua yang diomongin jelas.
KP
Arah komunikasinya bagaimana? Dua arah atau satu arah dari mereka saja?
BM
waktu mereka jelasin, kita nggak boleh nanya-nanya. Lagian ga sempet juga
mau nanya-nanya. Apa yang mereka jelasin tuh sistem, jadi penjelasannya
panjang lebar dan detail banget. Dan gue akui ya, penjelasan mereka masuk
(akal) banget. Emang sih, setelah kita ‘dapet’ gimana kerja sistem, ujungujungnya mereka minta kita ngelakuin hal yang sama.
KP
Lalu apa mas budi mau melakukan apa yang mereka sarankan itu?
BM
Kayaknya iya…..
KP
Kok kayaknya? Apa yang membuat mas budi kurang yakin?
BM
Gue udah gabung lagi.....baru aja..... ini barusan abis presentasi, gue jadi
tambah mantep mau gabung.
KP
Oh gitu, apa yang membuat mas budi mantep bergabung?
BM
Penjelasan mereka masuk (akal) dan caranya juga kayaknya gak susah-susah
banget. Jadi orang tuh pede kalo kita bisa ngejalanin.
KP
Jadi setelah dengar presentasi, mas budi jadi lebih semangat menjalankan
bisnis ini?
BM
Iya....
Download