ISU TERORISME DALAM PEMBERITAAN DI INTERNET (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Tanggapan Mahasiswa Aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret Mengenai Isu Terorisme yang Tersebar Melalui Media Online yaitu Islampos.com dan Viva.co.id) Subhi Ahmad Thufeil Pawito Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Writers interested in the theme of terrorism because disturbed by an issue that is circulating in the media when Islam is imaged as if the religion of the terrorists. Particularly in the online media that is currently accessible by anyone, anytime, and anywhere. Moving on from the inconvenience of this, the authors decided to take the research that motivated ghirah as a Muslim. But still based on objectivity by reason and conception can be justified scientifically. In this study, the author uses descriptive quantitative research methods to determine the issue of terrorism is there any influence spread across the internet through reports in Islampos.com and Viva.co.id against Islamic activists at the Sebelas Maret University. As well as to determine the response of Islamic activist at the Sebelas Maret University regarding the news about terrorism in Islampos.com and Viva.co.id. Both of these issues into the primary root of the discussion in the present study. The results show the relevance of the issue of terrorism which is spreading in online media does not have significant influence to Islamic activists at the Sebelas Maret University. It is inseparable from the meaning of the term terrorism equation itself is described at the beginning of the questionnaire items. What they do is contrary to the activities of the terrorists. Islampos.com received more positive responses then the Viva.co.id. Based on the results for using Internet, the majority of Islamic activists Sebelas Maret University is not too often and not too infrequently for accessing information and news on the Internet. Keyword : online media, terrorism, students of Islamic activists. 1 Pendahuluan Kejadian teror di World Trade Center, New York, Amerika Serikat pada tanggal 9 September 2001 yang lalu telah membuka cakrawala baru terhadap penyorotan umat Islam di mata media massa. Peristiwa memilukan tersebut pun terekam secara langsung melalui media khususnya di televisi, yaitu pada saat dramatisasi terjadi pesawat kedua yang ditabrakan ke gedung tertinggi di dunia tersebut (World Trade Center) menghantam dengan derasnya peristiwa yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Opini publik internasional mulai detik itu pun menjadi terbiasa dengan istilah “Terorisme” yang selalu saja dituduhkan kepada umat Islam secara keseluruhan, terlebih lagi bagi mereka yang menjalani Islamnya secara kaffah (menyeluruh). Hal tersebut diperparah dengan tidak adanya opini tandingan yang mengutamakan asas jurnalisme yaitu cover both side dimana adanya penjelasan lebih lanjut dari berbagai sumber yang kompeten serta dari berbagai sudut pandang dengan redaksional pemberitaan yang mengutamakan keadilan. Saat ini akan banyak orang mencurigai orang-orang yang berjanggut, bercelana cingkrang, pakaian ala Pakistan, dan beristrikan yang memakai burqa/niqab sebagai orang yang patut di curigai karena kemungkinan besar orang tersebut adalah teroris. Konstruksi pencitraan yang dilakukan oleh media-media yang mempunyai ideologi moderat sekuler memang sering menyajikan berita yang beraroma “lebay” terhadap umat Islam. Bisa dibandingkan apabila kita menonton film action karya sutradara-sutradara hollywood yang menggarap film tentang perang di Irak ataupun Afghanistan dan menonton berita di CNN, hampir tak jauh berbeda mengambil cerita dengan sudut pandang yang hampir sama serta penggambaran dengan pemikiran barat (Liberal) yang dominan. Secara langsung maupun tidak langsung, isu terorisme ini mempengaruhi perkembangan dakwah Islam khususnya di kampus dimana anak-anak muda harapan bangsa yang tentunya juga harus mengenal agamanya agar tercipta masyarakat yang berpendidikan dan bermoral. Namun stigma negatif yang terlanjur tersebar di media membuat anak-anak muda sekarang antipati terhadap 2 agamanya sendiri, lalu munculah pemahaman-pemahaman liberal dan sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan sehari-hari, agama hanya di mesjid saja kata mereka (korban dari orang-orang yang menjelekan Islam lewat media). Tantangan yang harus dihadapi oleh para aktivis Islam masa kini untuk setidaknya kesan “Islam adalah teroris”, “Islam mengajarkan ekstrimisme”, “Islam penuh dengan kekerasan”, dan lain sebagainya itu bisa terhapus sedikit-demi sedikit karena memang Islam tidak mengajarkan hal itu semua. Perumusan Masalah a. Adakah pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivitas dakwah di Universitas Sebelas Maret? b. Bagaimana tanggapan mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret mengenai pemberitaan seputar terorisme di Islampos.com dan Viva.co.id pada periode tahun 2013? Tujuan a. Untuk mengetahui adakah pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivitas dakwah di Universitas Sebelas Maret. b. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret mengenai pemberitaan seputar terorisme di Islampos.com dan Viva.co.id pada periode tahun 2013. Tinjauan Pustaka 1. Internet dan Komunikasi Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih (Levine dan Adelman, 1993: xvii). Ilmu Komunikasi adalah suatu konstruksi yang dibuat oleh manusia, seperti tanah liat yang dapat dibentuk apa saja atau air yang dapat memenuhi wadah yang 3 bagaimanapun bentuknya. Bagaimana definisi komunikasi atau modelnya (secara implisit juga unsur-unsurnya), bagaimana bentuk, konteks atau bidang, dan bagaimana cara menelitinya, mata kuliah apa dan konsentrasi atau program studi atau jurusan apa, dapat dan akan terus berubah, selaras dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan teknologi komunikasi (Mulyana, 2010: 2). Objek formal Ilmu Komunikasi adalah “segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia (Kriyantono, 2010: 11-12). Komunikasi juga mempunyai tingkatan dalam prosesnya yang secara umum dikategorikan menjadi 6 yaitu; Komunikasi intra-personal, Komunikasi antar-pribadi, Komunikasi kelompok, Komunikasi organisasi, Komunikasi publik, dan yang terakhir berkenaan atau yang tekait dengan penelitian ini adalah komunikasi massa. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa (Widjaja, 1993: 19). Sekarang ini kita tidak bisa lagi menyamakan “komunikasi massa” atau “media massa” dengan “jurnalisme” dalam menyebut media selain koran dan majalah. Tentu saja setiap komunikasi membutuhkan medium atau saran pengirim pesan seperti kolom di koran atau gelombang siaran. Namun komunikasi massa merujuk keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, seperti koran, majalah, dan yang memakai stasiun pemancar yang mampu menyampaikan pesan-pesan ke jutaan orang nyaris serentak (Rivers, 2003: 18). Didalam komunikasi massa terdapat dua jenis media yakni media cetak dan dan media elektronik. Setelah media cetak dan media elektronik, seiring perkembangan zaman saat ini juga dikenal dengan istilah media komunikasi baru atau new media. lebih populer dengan sebutan Internet, yaitu merupakan sebuah jaringan antar komputer yang saling berkaitan. 4 Jaringan ini tersedia secara terus menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar-individu atau komputer. Di dalam Internet ada sebuah software web browsing yang memungkinkan menjalajahi situs-situs (website) lainnya yang ada di Internet. Berikut adalah tiga fitur utama Internet yaitu email (surat elektronik), Newsgroup and Mailing List, serta World Wide Web (Severin dan Tankard, 2005: 6-7). 2. Pemberitaan Tentang Terorisme di Internet Kovach dan Rosenstiel (2006: 39) mengatakan, berita adalah materi yang digunakan orang untuk mempelajari dan berpikir tentang dunia diluar diri mereka, maka kualitas terpenting berita adalah bisa digunakan dan diandalkan. Seperti pemberitaan kemacetan lalu lintas dijalanan Ibukota Jakarta pada jam berangkat kerja. Singkat kata kebenaran menciptakan rasa aman yang tumbuh dari kesadaran seseorang dan kebenaran inilah yang jadi intisari sebuah berita. Fungsi berita adalah menandai suatu peristiwa atau membuat orang sadar akan hal itu. sedangkan fungsi kebenaran adalah menerangi fakta-fakta yang tersembunyi, menghubungkannya satu sama lain dan membuat sebuah gambaran realitas yang dari sini orang berindak. Berita dibagi menjadi dua kategori, antara lain “hard news” dan “soft news”; perbedaan ini kadang jelas dimata konsumen tapi kadang juga tidak. Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi banyak pembaca, pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang “terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik, pendidikan, hukum dan keadilan, ketenagakerjaan, agama, ekonomi dan bisnis. Sedangkan soft news (berita ringan) isinya kurang penting, lebih bersifat menghibur. Berita jenis ini seringkali bukan berita terbaru. Didalamnya memuat berita human interest atau jenis rubrik feature, berita jenis ini lebih menarik bagi emosi ketimbang pikiran (Rolnicki, 2008: 23). 5 Pemberitaan tentang terorisme di Internet memiliki andil yang cukup signifikan mewarnai jagat raya dunia jurnalistik. Ada 3 hubungan yang secara garis besar bisa disimpulkan akibat fenomena ini yakni Pemerintah – Media – Terorisme (Crelinsten, 1989: 312). Hubungan pemerintah dengan media terhadap terorisme dikesankan sebagai simbiosis mutualisme dimana hal tersebut menjadi salah satu strategi pemerintah untuk memerangi terorisme lewat media. Contoh kongritnya berupa isi pemberitaan keberhasilan pemerintah dalam hal penanganan terduga teroris yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88. Serangan teroris sering kali memang ditunjukan untuk menarik perhatian media agar tuntutan mereka diketahui oleh publik. Sutter (2010) memberikan gambaran yang “gamblang” tentang pemberitaan terorisme ini, dia mengatakan media menjual berita tentang terorisme ini dan bahkan bukan hanya itu mereka berkompetisi untuk menghasilkan sensasi atas hal ini dan terbukti cenderung hanya untuk mencari sensasi bukan atas dasar memberikan informasi. 3. Media Online Werner J. Severin dan James W. Tankard dalam buku Teori Komunikasi: Sejarah, Merode, dan Terapan di Media Massa (2005) mengutip dari Mc Luhan mengatakan, media online adalah gagasan baru dalam bermedia, namun media baru masih mengikut pada media lama dan bahkan sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi yang diterapkan di internet. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan kecendrungan koran-koran online untuk mengemas kembali materi-materi dari koran-koran cetak. Media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah mendapat akses informasi atau berita. Karena media online adalah sarana mendapatkan informasi paling efektif yang ada di era lebih maju yaitu era teknologi informasi. 4. Opini Publik Opini publik adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau menarik minat komunitas ataupun cara singkat 6 untuk melukiskan kepercayaan atau keyakinan yang berlaku di masyarakat tertentu bahwa hukum-hukum tertentu bermanfaat. Selalu sukar untuk memperoleh gagasan yang sesuai tentang apa opini publik itu. Pada akhir tahun 30-an seorang tokoh peneliti gejala, Floyd H. Allport, menyatakan apa yang disebutnya “fiksi dan lorong buntu” ketika membicarakan opini publik (semuanya masih ada pada kita). Terdapat kecenderungan, tulisnya, pertama untuk mempersonifikasi opini publik sebagai suatu “jiwa” yang lebih penting daripada pengungkapan berbagai kelompok tentang berbagai masalah. Fiksi kedua ialah kecenderungan untuk mempersonifikasi publik sebagai “makhluk superorganik” (Nimmo, 2011: 10). 5. Rumusan Masalah Deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif (Sugiyono, 2013: 59). Metodologi Metodologi dalam arti yang luas berarti proses, prinsip-prinsip, dan prosedur yang dipakai dalam mendekati persoalan-persoalan dan usaha mencari jawaban (Bogdan dan Taylor, 1993: 25). Penelitian kali ini memiliki jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best, 1982: 119). Objek penelitian ini adalah para mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret yang sering menyimak tentang isu terorisme di Islampos.com dan Viva.co.id. Sumber data terbagi dua, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung 7 memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2013: 62). Sumber data primer dari penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada para mahasiswa aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (buku, jurnal, artikel) serta data-data dari referensi lain baik yang ada di media online maupun media konvensional, yang terkait dengan tema penelitian kali ini. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2013: 62). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi Kuesioner dan Penelitian Pustaka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 199). Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua , analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada permasalahan yang pertama analisis dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret. Pada permasalahan yang kedua analisis dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan pengusungan tentang isu terorisme mengenai penangkapan terduga kasus teroris yang dilakukan oleh Densus 88 dalam pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id. Pada permasalahan kedua analisis dilakukan untuk mengetahui tanggapan para mahasiswa aktivis Islam terhadap Islampos.com dan 8 Viva.co.id khususnya mengenai pemberitaan seputar terorisme pada periode tahun 2013. 1. Pengaruh Isu Terorisme Terhadap Mahasiswa Aktivis Islam Hasil pengamatan yang melibatkan 25 koresponden terbilang cukup sedikit. Kendala di lapangan yakni minimnya para pembaca Islampos.com dan Viva.co.id di kalangan aktivis dakwah serta harus terpastikan mengamati pemberitaan terorisme pada periode 2013 merupakan hal yang tidak mudah. Namun tidak akan menjadi masalah karena 25 koresponden tersebut (Sampling Purposive) sudah cukup mewakili para aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret. Skala Likert adalah jenis skala pengukuran yang dipakai pada penelitian ini. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2013: 136). Berikut adalah pemaparan yang akan menunjukan indikasi pada permasalahan yang pertama yang terbukti benar atau salah melalui formulasi hipotesis dibawah ini: Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang tersebar di Internet khususnya melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret Ha = terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang tersebar di Islampos.com Internet khususnya dan Viva.co.id Universitas Sebelas Maret 9 melalui pemberitaan terhadap aktivis di dakwah di Untuk membuktikan hipotesis tersebut nomor item dari D1-E5 yang ada di kuesioner merupakan acuan dari pengolahan data di bagian ini. Terdapat 10 item dengan total nilai 1250. Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 125 x 10 = 1250. Jumlah skor yang diperoleh dari hasil penelitian = 444. Jadi berdasarkan data itu maka pengaruhnya = (444:1250) x 100% = 35.52% dari yang diharapkan (100%). Terdapat gap (jarak) sekitar 64.48% dari hasil tersebut. Kesimpulannya adalah karena gap yang cukup besar lebih dari setengah persentase yang diharapkan maka Ho diterima (Ha ditolak). Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang tersebar di Internet khususnya melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret. 2. Pendapat tentang Islampos.com dan Viva.co.id Sisi yang ingin diungkap kali ini berkaitan dengan media online yang menjadi objek dalam penelitian ini yakni Islampos.com dan Viva.co.id. Masih dengan Skala Likert pengolahan data kali ini akan diuraikan. Memperkaya referensi dari perspektif yang berbeda merupakan salah satu tujuan dari penelitian ini, maka dari itu para aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret selain ditanyakan tentang pengaruh isu terorisme tapi dalam kuesioner tersebut juga mempertanyakan tentang kredibilitas dan akuntabilitas dari kedua media online tersebut yaitu Islampos.com dan Viva.co.id. Berikut adalah ulasan dari data-data yang terdiri dari 12 item (B1-B4, C1-C4, dan F1-F4) tentang Islampos.com dan Viva.co.id menurut para mahasiswa aktivis Islam Universitas Sebelas Maret; 10 Jawaban No. Pertanyaan STS TS KS S SS B1 Islampos.com media online yang objektif terhadap pemberitaan terorisme 1 4 5 13 2 B2 Viva.co.id media online yang objektif terhadap pemberitaan terorisme 2 4 12 7 - Berdasarkan data tersebut pada nomor B1 15 orang (13+2) atau 60% para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju, sedangkan sisanya 10 orang (1+4+5) atau 40% bernada negatif terhadap Islampos.com. Hal ini mengindikasikan walau media-media online yang berhaluan Islam tetap dipercaya sebagai media yang objektif membela Islam namun terkadang tidak terlepas dari kepentingan salah satu kelompok atau jamaah yang diketahui ada banyak kelompok atau jamaah di dalam Islam. Kemudian pada nomor B2 18 orang (2+4+12) atau 72% para mahasiswa aktivis Islam menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, dan kurang setuju. Jadi kesimpulannya seperti yang diperkirakan mediamedia online yang berhaluan sekuler seperti Viva.co.id ini kurang objektif saat memberitakan seputar fenomena yang melanda umat Islam khususnya isu tentang terorisme. Jawaban No. Pertanyaan STS TS KS S SS B3 Terbantu dengan adanya pemberitaan terorisme di Islampos.com 1 1 7 14 2 B4 Terbantu dengan adanya pemberitaan terorisme di Viva.co.id 1 4 8 9 3 11 Berdasarkan data tersebut pada nomor B3 16 orang (14+2) atau 64% para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju. Tidak mengherankan bahwa sisanya sekitar 36% kurang setuju dengan pernyataan tersebut karena counter yang diberikan media-media berhaluan Islam kepada media-media yang menyerang Islam belum maksimal membendung berita-berita negatif yang diarahkan kepada umat Islam. Kemudian pada nomor B4 terlihat hal yang cukup menarik 12 (9+3) orang para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju terbantu dengan adanya pemberitaan terorisme di Viva.co.id. sedangkan 13 orang atau 52% para mahasiswa aktivis Islam cenderung kepada sisi negatif bahwa memang pemberitaan media-media online sekuler lebih banyak merugikannya dibandingkan memberi manfaat untuk menyebarluaskan apa itu Islam sebenarnya. Jawaban No. Pertanyaan STS TS KS S SS C1 Pemberitaan terorisme di Islampos.com sesuai dengan kaidah etika jurnalisme - 1 11 13 - C2 Pemberitaan terorisme di Viva.co.id sesuai dengan kaidah etika jurnalisme 1 1 13 10 - Berdasarkan data tersebut pada nomor C1 13 orang atau 52% para mahasiswa aktivis Islam berpendapat bahwa Islampos.com dalam pemberitaanya sudah sesuai dengan kaidah etika jurnalisme. Namun tak sedikit juga yang berpendapat sebaliknya yakni sekitar 42% yang meragukan asas profesionalitas dari media-media online yang berhaluan Islam seperti Islampos.com ini. Data tersebut merupakan masukan yang berharga agar kedepannya media-media online yang menjadi pembela umat Islam menjadi media-media yang kompeten dari segi kode etik maupun profesionalitas di bidang jurnalistik. Kemudian pada nomor C2 15 12 orang (1+1+13) atau 60% para mahasiswa aktivis Islam serentak memberikan pernyataan bahwa Viva.co.id belum sesuai dengan kaidah etika jurnalisme dalam pemberitaan tentang terorisme. Jawaban No. Pertanyaan STS TS KS S SS C3 Pemberitaan terorisme di Islampos.com mengambil narasumber-narasumber yang kredibel - 3 9 13 - C4 Pemberitaan terorisme di Viva.co.id mengambil narasumber-narasumber yang kredibel 1 5 10 9 - Berdasarkan data tersebut pada nomor C3 13 orang atau 52% para mahasiswa aktivis Islam setuju bahwa Islampos memiliki kemampuan untuk mengambil narasumber yang kredibel dalam hal isu terorisme. Sedangkan 48% lainnya masih ragu akan hal tersebut, kembali lagi ke masalah profesionalitas. Sedangkan pada nomor C4 17 orang (1+5+10) atau 68% para mahasiswa aktivis Islam menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, dan kurang setuju. Jadi kesimpulannya menurut para mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret terdapat ketidakadilan dari pengambilan narasumber dari media-media online berhaluan sekuler khususnya Viva.co.id dan substansi pengambilan narasumber-narasumber tersebut tidak proporsional. Kesimpulan 1) Pada perumusan permasalahan yang pertama memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang tersebar di internet khususnya melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id. Penolakan hipotesis tersebut terindikasi bahwa pada kuesioner di bagian “Dampak Psikis dan “Dampak Langsung tentang Isu Terorisme” sama 13 sekali tidak menjadi hambatan untuk para mahasiswa Aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret untuk terus melakukan kegiatan dakwah. Sehingga jawaban dari item D1-E5 cenderung kepada kriterium yang rendah dan menghasilkan sebuah gap yang cukup jauh dari hasil yang diharapkan 2) Pada permasalahan yang kedua kepercayaan media online yang dipilih sebagai sumber informasi para aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret tentunya Islampos.com mendapat tanggapan yang lebih positif dibandingkan dengan Viva.co.id. Beberapa hal yang mengindikasi hal tersebut adalah terkait dengan kaidah etika jurnalisme serta pengambilan proporsionalitas narasumber yang ada di kedua media tersebut. Berdasarkan hasil penggunaan internet, mayoritas mahasiswa aktivis Islam Universitas Sebelas Maret tidak terlalu sering dan tidak terlalu jarang dalam mengakses informasi maupun berita yang ada di internet. Saran 1) untuk para mahasiswa aktivis Islam Universitas Sebelas Maret agar lebih membuka wawasan mengenai pemberitaan oleh media online sehingga bisa lebih peka terhadap kejadian yang menimpa umat Islam. Sibuk berdakwah namun melupakan realita yang terjadi akan menimbulkan efektivitas yang sangat rendah dan membuang-buang waktu saja. 2) Saran kepada media online Islampos.com agar terus menjadi sebuah media online yang berhaluan Islam yang tidak dipandang sebelah mata dengan cara terus menyajikan berita dan informasi yang berkualitas. Saran kepada Viva.co.id agar memperhatikan unsur keberimbangan dalam penyajian pemberitaan sehingga bisa diterima semua kalangan. 14 Daftar Pustaka Suyanto, Bagong. (2011). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Barus, Sedia Willing. (2010). Jurnalistik: Petunjuk Teknik Menulis Berita. Jakarta: Erlangga Blumler, Jay G., dan Michael Gurevitch. (1996). Mass Media and Society. New York: St Martin's Press Inc Nimmo, Dan. (2011). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Eriyanto. (2011). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. Hasan, M. Iqbal. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jasmadi. (2004). Seri Web Desainer: Koleksi Template Web dan Teknik Pembuatannya. Yogyakarta: Andi Offset. Levine, Deena R., dan Mara B. Adelman. (1993). Beyond Language: CrossCultural Communication. New Jersey: Prentice Hall. McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa (McQuail’s Mass Communication Theory). Jakarta: Salemba Humanika Singarimbun, Masri., dan Sofian Effendi. (1987). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Mulyana, Dedy. (2010). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya Phil, Dr., dan Astrid Susanto. (1982). Komunikasi Massa. Bandung: Angkasa Offset. Rivers, William L., etc. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Media Group Shoemaker, Pamela J., dan Stephen D. Reese. (1996). Mediating The Message:Theories of Influences on Mass Media Content. New York: Longman Publisher. Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press Severin, Werner J. dan James W. Tankard. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Merode, dan Terapan di Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Severin, Werner J., dan James W. Tankard, Jr. (2011). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Psutaka LP3ES Indonesia. Sparks, Colin. (2007). Globalization Development and the Mass Media. London: SAGE Publication. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta 15 Susanto. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press Thackrah, J.R. (2004). Dictionary of Terrorism. New York: Routledge Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Terorisme Yunus, Syarifuddin. (2010). Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia Islampos.com. Diakses selama pengerjaan skripsi pada tahun 2014 Viva.co.id. Diakses selama pengerjaan skripsi pada tahun 2014 http://www.oicun.org/7/38/. Diakses tanggal 5 Maret 2014 pukul 19.30 WIB. st.andrews.ac.uk/SybilleReinke. Diakses tanggal 3 Maret 2014 pukul 14.30 WIB. http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com. Diakses tanggal 4 Maret 2014 pukul 22.00 WIB. 16