terpaan iklan televisi dan hubungan interaksi

advertisement
ISU TERORISME DALAM PEMBERITAAN DI INTERNET
(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Tanggapan Mahasiswa Aktivis Islam di
Universitas Sebelas Maret Mengenai Isu Terorisme yang Tersebar Melalui
Media Online yaitu Islampos.com dan Viva.co.id)
Subhi Ahmad Thufeil
Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Writers interested in the theme of terrorism because disturbed by an issue
that is circulating in the media when Islam is imaged as if the religion of the
terrorists. Particularly in the online media that is currently accessible by anyone,
anytime, and anywhere. Moving on from the inconvenience of this, the authors
decided to take the research that motivated ghirah as a Muslim. But still based on
objectivity by reason and conception can be justified scientifically. In this study,
the author uses descriptive quantitative research methods to determine the issue
of terrorism is there any influence spread across the internet through reports in
Islampos.com and Viva.co.id against Islamic activists at the Sebelas Maret
University. As well as to determine the response of Islamic activist at the Sebelas
Maret University regarding the news about terrorism in Islampos.com and
Viva.co.id. Both of these issues into the primary root of the discussion in the
present study. The results show the relevance of the issue of terrorism which is
spreading in online media does not have significant influence to Islamic activists
at the Sebelas Maret University. It is inseparable from the meaning of the term
terrorism equation itself is described at the beginning of the questionnaire items.
What they do is contrary to the activities of the terrorists. Islampos.com received
more positive responses then the Viva.co.id. Based on the results for using
Internet, the majority of Islamic activists Sebelas Maret University is not too often
and not too infrequently for accessing information and news on the Internet.
Keyword : online media, terrorism, students of Islamic activists.
1
Pendahuluan
Kejadian teror di World Trade Center, New York, Amerika Serikat pada
tanggal 9 September 2001 yang lalu telah membuka cakrawala baru terhadap
penyorotan umat Islam di mata media massa. Peristiwa memilukan tersebut pun
terekam secara langsung melalui media khususnya di televisi, yaitu pada saat
dramatisasi terjadi pesawat kedua yang ditabrakan ke gedung tertinggi di dunia
tersebut (World Trade Center) menghantam dengan derasnya peristiwa yang
belum pernah disaksikan sebelumnya. Opini publik internasional mulai detik itu
pun menjadi terbiasa dengan istilah “Terorisme” yang selalu saja dituduhkan
kepada umat Islam secara keseluruhan, terlebih lagi bagi mereka yang menjalani
Islamnya secara kaffah (menyeluruh).
Hal tersebut diperparah dengan tidak adanya opini tandingan yang
mengutamakan asas jurnalisme yaitu cover both side dimana adanya penjelasan
lebih lanjut dari berbagai sumber yang kompeten serta dari berbagai sudut
pandang dengan redaksional pemberitaan yang mengutamakan keadilan. Saat ini
akan banyak orang mencurigai orang-orang yang berjanggut, bercelana cingkrang,
pakaian ala Pakistan, dan beristrikan yang memakai burqa/niqab sebagai orang
yang patut di curigai karena kemungkinan besar orang tersebut adalah teroris.
Konstruksi pencitraan yang dilakukan oleh media-media yang mempunyai
ideologi moderat sekuler memang sering menyajikan berita yang beraroma
“lebay” terhadap umat Islam. Bisa dibandingkan apabila kita menonton film
action karya sutradara-sutradara hollywood yang menggarap film tentang perang
di Irak ataupun Afghanistan dan menonton berita di CNN, hampir tak jauh
berbeda mengambil cerita dengan sudut pandang yang hampir sama serta
penggambaran dengan pemikiran barat (Liberal) yang dominan.
Secara langsung maupun tidak langsung, isu terorisme ini mempengaruhi
perkembangan dakwah Islam khususnya di kampus dimana anak-anak muda
harapan bangsa yang tentunya juga harus mengenal agamanya agar tercipta
masyarakat yang berpendidikan dan bermoral. Namun stigma negatif yang
terlanjur tersebar di media membuat anak-anak muda sekarang antipati terhadap
2
agamanya sendiri, lalu munculah pemahaman-pemahaman liberal dan sekuler
yang memisahkan agama dengan kehidupan sehari-hari, agama hanya di mesjid
saja kata mereka (korban dari orang-orang yang menjelekan Islam lewat media).
Tantangan yang harus dihadapi oleh para aktivis Islam masa kini untuk setidaknya
kesan “Islam adalah teroris”, “Islam mengajarkan ekstrimisme”, “Islam penuh
dengan kekerasan”, dan lain sebagainya itu bisa terhapus sedikit-demi sedikit
karena memang Islam tidak mengajarkan hal itu semua.
Perumusan Masalah
a.
Adakah pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet melalui
pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivitas dakwah di
Universitas Sebelas Maret?
b.
Bagaimana tanggapan mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas
Maret mengenai pemberitaan seputar terorisme di Islampos.com dan
Viva.co.id pada periode tahun 2013?
Tujuan
a.
Untuk mengetahui adakah pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet
melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivitas
dakwah di Universitas Sebelas Maret.
b.
Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa aktivis Islam di Universitas
Sebelas Maret mengenai pemberitaan seputar terorisme di Islampos.com
dan Viva.co.id pada periode tahun 2013.
Tinjauan Pustaka
1. Internet dan Komunikasi
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal
dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan
dua orang atau lebih (Levine dan Adelman, 1993: xvii). Ilmu Komunikasi
adalah suatu konstruksi yang dibuat oleh manusia, seperti tanah liat yang
dapat dibentuk apa saja atau air yang dapat memenuhi wadah yang
3
bagaimanapun bentuknya. Bagaimana definisi komunikasi atau modelnya
(secara implisit juga unsur-unsurnya), bagaimana bentuk, konteks atau
bidang, dan bagaimana cara menelitinya, mata kuliah apa dan konsentrasi
atau program studi atau jurusan apa, dapat dan akan terus berubah, selaras
dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan teknologi
komunikasi (Mulyana, 2010: 2). Objek formal Ilmu Komunikasi adalah
“segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang
melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan
dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi,
proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang dalam konteks
kehidupan manusia (Kriyantono, 2010: 11-12).
Komunikasi juga mempunyai tingkatan dalam prosesnya yang
secara umum dikategorikan menjadi 6 yaitu; Komunikasi intra-personal,
Komunikasi antar-pribadi, Komunikasi kelompok, Komunikasi organisasi,
Komunikasi publik, dan yang terakhir berkenaan atau yang tekait dengan
penelitian ini adalah komunikasi massa. Komunikasi Massa, yaitu
komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang
menggunakan media massa (Widjaja, 1993: 19). Sekarang ini kita tidak
bisa lagi menyamakan “komunikasi massa” atau “media massa” dengan
“jurnalisme” dalam menyebut media selain koran dan majalah. Tentu saja
setiap komunikasi membutuhkan medium atau saran pengirim pesan
seperti kolom di koran atau gelombang siaran. Namun komunikasi massa
merujuk keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, seperti
koran, majalah, dan yang memakai stasiun pemancar yang mampu
menyampaikan pesan-pesan ke jutaan orang nyaris serentak (Rivers, 2003:
18).
Didalam komunikasi massa terdapat dua jenis media yakni media
cetak dan dan media elektronik. Setelah media cetak dan media elektronik,
seiring perkembangan zaman saat ini juga dikenal dengan istilah media
komunikasi baru atau new media. lebih populer dengan sebutan Internet,
yaitu merupakan sebuah jaringan antar komputer yang saling berkaitan.
4
Jaringan ini tersedia secara terus menerus sebagai pesan-pesan elektronik,
termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar-individu
atau komputer. Di dalam Internet ada sebuah software web browsing yang
memungkinkan menjalajahi situs-situs (website) lainnya yang ada di
Internet. Berikut adalah tiga fitur utama Internet yaitu email (surat
elektronik), Newsgroup and Mailing List, serta World Wide Web (Severin
dan Tankard, 2005: 6-7).
2. Pemberitaan Tentang Terorisme di Internet
Kovach dan Rosenstiel (2006: 39) mengatakan, berita adalah
materi yang digunakan orang untuk mempelajari dan berpikir tentang
dunia diluar diri mereka, maka kualitas terpenting berita adalah bisa
digunakan dan diandalkan. Seperti pemberitaan kemacetan lalu lintas
dijalanan Ibukota Jakarta pada jam berangkat kerja. Singkat kata
kebenaran menciptakan rasa aman yang tumbuh dari kesadaran seseorang
dan kebenaran inilah yang jadi intisari sebuah berita. Fungsi berita adalah
menandai suatu peristiwa atau membuat orang sadar akan hal itu.
sedangkan
fungsi
kebenaran
adalah
menerangi
fakta-fakta
yang
tersembunyi, menghubungkannya satu sama lain dan membuat sebuah
gambaran realitas yang dari sini orang berindak.
Berita dibagi menjadi dua kategori, antara lain “hard news” dan
“soft news”; perbedaan ini kadang jelas dimata konsumen tapi kadang juga
tidak. Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi banyak pembaca,
pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang “terkini”
yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik,
pendidikan, hukum dan keadilan, ketenagakerjaan, agama, ekonomi dan
bisnis. Sedangkan soft news (berita ringan) isinya kurang penting, lebih
bersifat menghibur. Berita jenis ini seringkali bukan berita terbaru.
Didalamnya memuat berita human interest atau jenis rubrik feature, berita
jenis ini lebih menarik bagi emosi ketimbang pikiran (Rolnicki, 2008: 23).
5
Pemberitaan tentang terorisme di Internet memiliki andil yang
cukup signifikan mewarnai jagat raya dunia jurnalistik. Ada 3 hubungan
yang secara garis besar bisa disimpulkan akibat fenomena ini yakni
Pemerintah – Media – Terorisme (Crelinsten, 1989: 312). Hubungan
pemerintah dengan media terhadap terorisme dikesankan sebagai
simbiosis mutualisme dimana hal tersebut menjadi salah satu strategi
pemerintah untuk memerangi terorisme lewat media. Contoh kongritnya
berupa isi pemberitaan keberhasilan pemerintah dalam hal penanganan
terduga teroris yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88. Serangan
teroris sering kali memang ditunjukan untuk menarik perhatian media agar
tuntutan mereka diketahui oleh publik. Sutter (2010) memberikan
gambaran yang “gamblang” tentang pemberitaan terorisme ini, dia
mengatakan media menjual berita tentang terorisme ini dan bahkan bukan
hanya itu mereka berkompetisi untuk menghasilkan sensasi atas hal ini dan
terbukti cenderung hanya untuk mencari sensasi bukan atas dasar
memberikan informasi.
3. Media Online
Werner J. Severin dan James W. Tankard dalam buku Teori
Komunikasi: Sejarah, Merode, dan Terapan di Media Massa (2005)
mengutip dari Mc Luhan mengatakan, media online adalah gagasan baru
dalam bermedia, namun media baru masih mengikut pada media lama dan
bahkan sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi
yang diterapkan di internet. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan
kecendrungan koran-koran online untuk mengemas kembali materi-materi
dari koran-koran cetak. Media online kini menjadi alternatif media yang
paling mudah mendapat akses informasi atau berita. Karena media online
adalah sarana mendapatkan informasi paling efektif yang ada di era lebih
maju yaitu era teknologi informasi.
4. Opini Publik
Opini publik adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal
yang mempengaruhi atau menarik minat komunitas ataupun cara singkat
6
untuk melukiskan kepercayaan atau keyakinan yang berlaku di masyarakat
tertentu bahwa hukum-hukum tertentu bermanfaat. Selalu sukar untuk
memperoleh gagasan yang sesuai tentang apa opini publik itu. Pada akhir
tahun 30-an seorang tokoh peneliti gejala, Floyd H. Allport, menyatakan
apa yang disebutnya “fiksi dan lorong buntu” ketika membicarakan opini
publik (semuanya masih ada pada kita). Terdapat kecenderungan, tulisnya,
pertama untuk mempersonifikasi opini publik sebagai suatu “jiwa” yang
lebih penting daripada pengungkapan berbagai kelompok tentang berbagai
masalah. Fiksi kedua ialah kecenderungan untuk mempersonifikasi publik
sebagai “makhluk superorganik” (Nimmo, 2011: 10).
5. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang
lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian
deskriptif (Sugiyono, 2013: 59).
Metodologi
Metodologi dalam arti yang luas berarti proses, prinsip-prinsip, dan
prosedur yang dipakai dalam mendekati persoalan-persoalan dan usaha mencari
jawaban (Bogdan dan Taylor, 1993: 25). Penelitian kali ini memiliki jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian
yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa
adanya (Best, 1982: 119).
Objek penelitian ini adalah para mahasiswa aktivis Islam di Universitas
Sebelas Maret yang sering menyimak tentang isu terorisme di Islampos.com dan
Viva.co.id. Sumber data terbagi dua, yakni sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
7
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2013: 62). Sumber data primer dari penelitian ini adalah
kuesioner yang dibagikan kepada para mahasiswa aktivis dakwah di Universitas
Sebelas Maret. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah melalui studi
kepustakaan (buku, jurnal, artikel) serta data-data dari referensi lain baik yang ada
di media online maupun media konvensional, yang terkait dengan tema penelitian
kali ini.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara
(Sugiyono, 2013: 62). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini meliputi Kuesioner dan Penelitian Pustaka.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 199). Untuk menjawab
rumusan masalah pertama dan kedua , analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan statistik deskriptif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada permasalahan yang pertama analisis dilakukan untuk mengetahui
berapa besar pengaruh isu terorisme yang tersebar di Internet melalui pemberitaan
di Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivis dakwah di Universitas Sebelas
Maret. Pada permasalahan yang kedua analisis dilakukan untuk mengetahui
adakah perbedaan pengusungan tentang isu terorisme mengenai penangkapan
terduga kasus teroris yang dilakukan oleh Densus 88 dalam pemberitaan di
Islampos.com dan Viva.co.id. Pada permasalahan kedua analisis dilakukan untuk
mengetahui tanggapan para mahasiswa aktivis Islam terhadap Islampos.com dan
8
Viva.co.id khususnya mengenai pemberitaan seputar terorisme pada periode tahun
2013.
1. Pengaruh Isu Terorisme Terhadap Mahasiswa Aktivis Islam
Hasil pengamatan yang melibatkan 25 koresponden terbilang
cukup sedikit. Kendala di lapangan yakni minimnya para pembaca
Islampos.com dan Viva.co.id di kalangan aktivis dakwah serta harus
terpastikan mengamati pemberitaan terorisme pada periode 2013
merupakan hal yang tidak mudah. Namun tidak akan menjadi masalah
karena 25 koresponden tersebut (Sampling Purposive) sudah cukup
mewakili para aktivis dakwah di Universitas Sebelas Maret. Skala Likert
adalah jenis skala pengukuran yang dipakai pada penelitian ini. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
(Sugiyono, 2013: 136).
Berikut adalah pemaparan yang akan menunjukan indikasi pada
permasalahan yang pertama yang terbukti benar atau salah melalui
formulasi hipotesis dibawah ini:
Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme
yang tersebar di Internet khususnya melalui pemberitaan di
Islampos.com
dan Viva.co.id
terhadap aktivis
dakwah di
Universitas Sebelas Maret
Ha = terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang
tersebar
di
Islampos.com
Internet
khususnya
dan Viva.co.id
Universitas Sebelas Maret
9
melalui
pemberitaan
terhadap aktivis
di
dakwah di
Untuk membuktikan hipotesis tersebut nomor item dari D1-E5
yang ada di kuesioner merupakan acuan dari pengolahan data di bagian ini.
Terdapat 10 item dengan total nilai 1250. Jumlah skor ideal (kriterium)
untuk seluruh item = 125 x 10 = 1250. Jumlah skor yang diperoleh dari
hasil penelitian = 444. Jadi berdasarkan data itu maka pengaruhnya =
(444:1250) x 100% = 35.52% dari yang diharapkan (100%). Terdapat gap
(jarak) sekitar 64.48% dari hasil tersebut.
Kesimpulannya adalah karena gap yang cukup besar lebih dari
setengah persentase yang diharapkan maka Ho diterima (Ha ditolak). Hal
ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu
terorisme yang tersebar di Internet khususnya melalui pemberitaan di
Islampos.com dan Viva.co.id terhadap aktivis dakwah di Universitas
Sebelas Maret.
2. Pendapat tentang Islampos.com dan Viva.co.id
Sisi yang ingin diungkap kali ini berkaitan dengan media online
yang menjadi objek dalam penelitian ini yakni Islampos.com dan
Viva.co.id. Masih dengan Skala Likert pengolahan data kali ini akan
diuraikan. Memperkaya referensi dari perspektif yang berbeda merupakan
salah satu tujuan dari penelitian ini, maka dari itu para aktivis Islam di
Universitas Sebelas Maret selain ditanyakan tentang pengaruh isu
terorisme tapi dalam kuesioner tersebut juga mempertanyakan tentang
kredibilitas dan akuntabilitas dari kedua media online tersebut yaitu
Islampos.com dan Viva.co.id. Berikut adalah ulasan dari data-data yang
terdiri dari 12 item (B1-B4, C1-C4, dan F1-F4) tentang Islampos.com dan
Viva.co.id menurut para mahasiswa aktivis Islam Universitas Sebelas
Maret;
10
Jawaban
No.
Pertanyaan
STS
TS
KS
S
SS
B1
Islampos.com media online
yang
objektif
terhadap
pemberitaan terorisme
1
4
5
13
2
B2
Viva.co.id media online yang
objektif terhadap pemberitaan
terorisme
2
4
12
7
-
Berdasarkan data tersebut pada nomor B1 15 orang (13+2) atau
60% para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju,
sedangkan sisanya 10 orang (1+4+5) atau 40% bernada negatif terhadap
Islampos.com. Hal ini mengindikasikan walau media-media online yang
berhaluan Islam tetap dipercaya sebagai media yang objektif membela
Islam namun terkadang tidak terlepas dari kepentingan salah satu
kelompok atau jamaah yang diketahui ada banyak kelompok atau jamaah
di dalam Islam. Kemudian pada nomor B2 18 orang (2+4+12) atau 72%
para mahasiswa aktivis Islam menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju,
dan kurang setuju. Jadi kesimpulannya seperti yang diperkirakan mediamedia online yang berhaluan sekuler seperti Viva.co.id ini kurang objektif
saat memberitakan seputar fenomena yang melanda umat Islam khususnya
isu tentang terorisme.
Jawaban
No.
Pertanyaan
STS
TS
KS
S
SS
B3
Terbantu dengan adanya
pemberitaan terorisme di
Islampos.com
1
1
7
14
2
B4
Terbantu dengan adanya
pemberitaan terorisme di
Viva.co.id
1
4
8
9
3
11
Berdasarkan data tersebut pada nomor B3 16 orang (14+2) atau
64% para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju.
Tidak mengherankan bahwa sisanya sekitar 36% kurang setuju dengan
pernyataan tersebut karena counter yang diberikan media-media berhaluan
Islam kepada media-media yang menyerang Islam belum maksimal
membendung berita-berita negatif yang diarahkan kepada umat Islam.
Kemudian pada nomor B4 terlihat hal yang cukup menarik 12 (9+3) orang
para mahasiswa aktivis Islam menjawab setuju dan sangat setuju terbantu
dengan adanya pemberitaan terorisme di Viva.co.id. sedangkan 13 orang
atau 52% para mahasiswa aktivis Islam cenderung kepada sisi negatif
bahwa memang pemberitaan media-media online sekuler lebih banyak
merugikannya dibandingkan memberi manfaat untuk menyebarluaskan
apa itu Islam sebenarnya.
Jawaban
No.
Pertanyaan
STS
TS
KS
S
SS
C1
Pemberitaan terorisme di
Islampos.com sesuai dengan
kaidah etika jurnalisme
-
1
11
13
-
C2
Pemberitaan terorisme di
Viva.co.id sesuai dengan
kaidah etika jurnalisme
1
1
13
10
-
Berdasarkan data tersebut pada nomor C1 13 orang atau 52% para
mahasiswa aktivis Islam berpendapat bahwa Islampos.com dalam
pemberitaanya sudah sesuai dengan kaidah etika jurnalisme. Namun tak
sedikit juga yang berpendapat sebaliknya yakni sekitar 42% yang
meragukan asas profesionalitas dari media-media online yang berhaluan
Islam seperti Islampos.com ini. Data tersebut merupakan masukan yang
berharga agar kedepannya media-media online yang menjadi pembela
umat Islam menjadi media-media yang kompeten dari segi kode etik
maupun profesionalitas di bidang jurnalistik. Kemudian pada nomor C2 15
12
orang (1+1+13) atau 60% para mahasiswa aktivis Islam serentak
memberikan pernyataan bahwa Viva.co.id belum sesuai dengan kaidah
etika jurnalisme dalam pemberitaan tentang terorisme.
Jawaban
No.
Pertanyaan
STS
TS
KS
S
SS
C3
Pemberitaan terorisme di
Islampos.com
mengambil
narasumber-narasumber yang
kredibel
-
3
9
13
-
C4
Pemberitaan terorisme di
Viva.co.id
mengambil
narasumber-narasumber yang
kredibel
1
5
10
9
-
Berdasarkan data tersebut pada nomor C3 13 orang atau 52% para
mahasiswa aktivis Islam setuju bahwa Islampos memiliki kemampuan
untuk mengambil narasumber yang kredibel dalam hal isu terorisme.
Sedangkan 48% lainnya masih ragu akan hal tersebut, kembali lagi ke
masalah profesionalitas. Sedangkan pada nomor C4 17 orang (1+5+10)
atau 68% para mahasiswa aktivis Islam menjawab sangat tidak setuju,
tidak setuju, dan kurang setuju. Jadi kesimpulannya menurut para
mahasiswa aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret terdapat
ketidakadilan dari pengambilan narasumber dari media-media online
berhaluan sekuler khususnya Viva.co.id dan substansi pengambilan
narasumber-narasumber tersebut tidak proporsional.
Kesimpulan
1) Pada perumusan permasalahan yang pertama memperlihatkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan seputar isu terorisme yang tersebar di
internet khususnya melalui pemberitaan di Islampos.com dan Viva.co.id.
Penolakan hipotesis tersebut terindikasi bahwa pada kuesioner di bagian
“Dampak Psikis dan “Dampak Langsung tentang Isu Terorisme” sama
13
sekali tidak menjadi hambatan untuk para mahasiswa Aktivis Islam di
Universitas Sebelas Maret untuk terus melakukan kegiatan dakwah.
Sehingga jawaban dari item D1-E5 cenderung kepada kriterium yang
rendah dan menghasilkan sebuah gap yang cukup jauh dari hasil yang
diharapkan
2) Pada permasalahan yang kedua kepercayaan media online yang dipilih
sebagai sumber informasi para aktivis Islam di Universitas Sebelas Maret
tentunya
Islampos.com
mendapat
tanggapan
yang
lebih
positif
dibandingkan dengan Viva.co.id. Beberapa hal yang mengindikasi hal
tersebut adalah terkait dengan kaidah etika jurnalisme serta pengambilan
proporsionalitas narasumber yang ada di kedua media tersebut.
Berdasarkan hasil penggunaan internet, mayoritas mahasiswa aktivis Islam
Universitas Sebelas Maret tidak terlalu sering dan tidak terlalu jarang
dalam mengakses informasi maupun berita yang ada di internet.
Saran
1) untuk para mahasiswa aktivis Islam Universitas Sebelas Maret agar lebih
membuka wawasan mengenai pemberitaan oleh media online sehingga
bisa lebih peka terhadap kejadian yang menimpa umat Islam. Sibuk
berdakwah namun melupakan realita yang terjadi akan menimbulkan
efektivitas yang sangat rendah dan membuang-buang waktu saja.
2) Saran kepada media online Islampos.com agar terus menjadi sebuah media
online yang berhaluan Islam yang tidak dipandang sebelah mata dengan
cara terus menyajikan berita dan informasi yang berkualitas. Saran kepada
Viva.co.id agar memperhatikan unsur keberimbangan dalam penyajian
pemberitaan sehingga bisa diterima semua kalangan.
14
Daftar Pustaka
Suyanto, Bagong. (2011). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Barus, Sedia Willing. (2010). Jurnalistik: Petunjuk Teknik Menulis Berita.
Jakarta: Erlangga
Blumler, Jay G., dan Michael Gurevitch. (1996). Mass Media and Society.
New York: St Martin's Press Inc
Nimmo, Dan. (2011). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Eriyanto. (2011). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Hasan, M. Iqbal. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Jasmadi. (2004). Seri Web Desainer: Koleksi Template Web dan Teknik
Pembuatannya. Yogyakarta: Andi Offset.
Levine, Deena R., dan Mara B. Adelman. (1993). Beyond Language: CrossCultural Communication. New Jersey: Prentice Hall.
McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa (McQuail’s Mass
Communication Theory). Jakarta: Salemba Humanika
Singarimbun, Masri., dan Sofian Effendi. (1987). Metode Penelitian Survey.
Jakarta: LP3ES
Mulyana, Dedy. (2010). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Phil, Dr., dan Astrid Susanto. (1982). Komunikasi Massa. Bandung: Angkasa
Offset.
Rivers, William L., etc. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern.
Jakarta: Kencana Media Group
Shoemaker, Pamela J., dan Stephen D. Reese. (1996). Mediating The
Message:Theories of Influences on Mass Media Content. New
York: Longman Publisher.
Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Severin, Werner J. dan James W. Tankard. (2005). Teori Komunikasi:
Sejarah,
Merode, dan Terapan di Media Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Severin, Werner J., dan James W. Tankard, Jr. (2011). Teori Komunikasi:
Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survai.
Jakarta: PT. Psutaka LP3ES Indonesia.
Sparks, Colin. (2007). Globalization Development and the Mass Media.
London: SAGE Publication.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
15
Susanto. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Thackrah, J.R. (2004). Dictionary of Terrorism. New York: Routledge
Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Terorisme
Yunus, Syarifuddin. (2010). Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia
Islampos.com. Diakses selama pengerjaan skripsi pada tahun 2014
Viva.co.id. Diakses selama pengerjaan skripsi pada tahun 2014
http://www.oicun.org/7/38/. Diakses tanggal 5 Maret 2014 pukul 19.30 WIB.
st.andrews.ac.uk/SybilleReinke. Diakses tanggal 3 Maret 2014 pukul 14.30
WIB.
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com.
Diakses tanggal 4 Maret 2014 pukul 22.00 WIB.
16
Download