Table of Contents No. Title Page 1 Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu - 2 Kebijakan dan Jaringan Bisnis Cina dari Jaman ke Jaman di Indonesia - 3 Strategi Rasional Pedagang Pasar Tradisional - 4 Implementasi Program Corporate Social Responsibility PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik di Desa Karangkering Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik - 5 Sengketa Penambang Pasir Mekanik Sungai Brantas: Studi Kasus Sengketa Aktivitas Penambangan Pasir Mekanik di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri - 6 Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt oleh Keluarga - Vol. 1 - No. 2 / 2012-07 TOC : , and page : Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu Author : Mohammad Adib | [email protected] Dosen Departemen Antropologi FISIP Unair Abstract Abstract This article explains Bourdieu’s perspective about relation between actor and structure in society. Difference with Anthony Giddens and Margareth Archer’s perspective, Bourdieu has explained his perspective based concepts of habitus, field, modal, practice, and genetic structuralism. In this explanation finally Bourdieu insisted that the relation between actor and structure as dialectic, intedependent, reciprocal, and mutual. Not interreject and interrefuse. Iterrelation between them are in the social practice. This article also descript the strength and the weakness of Bourdieu’s perspective. Keyword : Habitus, , Field, , Capital, , Practic, , Genetic, structruralism., , Daftar Pustaka : 1. Bourdieu, Pierre dan Loic JD. Wacuant , (1992). The Purpose of Reflexive Sociology (The Chicago Workshop). dalam Piere Bourdieu dan L.J.D. Wacquant (ed.), An Invitation to Reflexive Sociology,. . Chicago : University of Chicago Press. 2. Bourdieu, Pierre, (1958). The Algarians (Diterjemahkan 1962, dari Sociologie de l’Algerie), . Boston : Beacon Press. Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu* Mohammad Adib (Dosen Departemen Antropologi FISIP Unair, [email protected], weblog. http://madib.blog.uniar.ac.id) Abstract This article explains Bourdieu’s perspective about relation between actor and structure in society. Difference with Anthony Giddens and Margareth Archer’s perspective, Bourdieu has explained his perspective based concepts of habitus, field, modal, practice, and genetic structuralism. In this explanation finally Bourdieu insisted that the relation between actor and structure as dialectic, intedependent, reciprocal, and mutual. Not interreject and interrefuse. Iterrelation between them are in the social practice. This article also descript the strength and the weakness of Bourdieu’s perspective. Keywords: Habitus, Field, Capital, Practic, and Genetic structruralism. Abstrak Artikel ini menjelaskan perspektif dari pemikiran Bourdieu tentang hubungan agen (actor) dan struktur. Berbeda dengan perspektif yang digunakan Anthony Giddens dan Margareth Archer, maka Bourdieu menguraikan penjelasannya dengan konsep habitus, field/ranah. modal, praktik, dan strukturalisme genetik. Menurut Bourdieu melalui penjelasan konsep tersebut, akhirnya relasi antara aktor dan struktur terjalin secara dialektik, yang saling mempengaruhi dan memperantarai (bermediasi). Tidak saling menafikan, tetapi saling bertaut dalam sebuah praktik sosial. Tulisan ini juga mengemukakan kekuatan dan kelemahan pemikiran Bourdieu. Kata Kunci: Habitus, Ranah. Modal, Praktik, dan Strukturalisme genetik. P ierre Felix Bourdieu adalah salah Barat Daya Prancis putra seorang pega- seorang pemikir Prancis paling wai pos desa. Dia menjalani pendidikan terkemuka yang dikenal sebagai SMA-nya (Lycee) di Pau sebagai siswa sosiolog dan antropolog yang pada masa yang cemerlang dan terkenal di sekolah- akhir hidupnya dikenal sebagai jawara annya sebagai bintang rugby. Dia kemudi- pergerakan antiglobalisasi. Karyanya me- an pindah ke Lycee louis-le-Grand di miliki bahasan yang luas tentang etno- Paris. Dari sinilah dia bisa diterima masuk grafi dan seni, sastra, pendidikan, bahasa, Ecole Normale Superieure dan belajar fil- serta kultural dan televisi. Felix Bourdieu safat kepada Louis Althusser. Pada saat lahir pada tanggal 1 Agustus 1930 di Desa itu Bourdieu tertarik pada pemikiran Denguin, distrik Pyreness-Antlantiques, Marleau-Ponty, Husserl dan telah membaBioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 91 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. ca karya Heiddegger Being and Time dan dan mempelopori riset kolektif tentang tulisan Karl Marx muda untuk kepenting- permasalahan pelestarian sistem kuasa an akademisnya. Tesisnya pada tahun dengan 1953 merupakan terjemahan dan ulasan budaya dominan. Tahun 1981 Bourdieu Animadversiones karya Leibniz. memegang jabatan di bidang sociologi di menggunakan transmisi dari Pada tahun 1955 Bourdieu meng- Colllege de France. Tahun 1993 men- ajar Lycee (SMA) di Moulins, kemudian dapatkan anugerah penghargaan “Medail- bergabung dan le d’or du Centre National de la Recherche dikirim ke Aljazair selama dua tahun. Scientifique” (CNRS). Dari tahun 1962- Pada tahun 1958 dia menjabat sebagai 1983 dia berumah tangga dengan Marie- pengajar di Universitas Aljazair. Di sinilah Claire Brizard. dengan ketentaraan Bourdieu belajar bercocok tanam tra- Pada tahun 1975 Bourdieu melun- disional dan budaya Berber. Dia juga curkan jurnal Actes de la Recherche en memperhatikan benturan antara masya- Sciences Sociales untuk meruntuhkan me- rakat kolonialisme kanisme sehingga produksi budaya dapat Prancis dengan mengkonstruksi asal-usul menyokong struktur dominan masyara- struktur ekonomi dan sosial khusunya kat. Tulisannya semakin mengalami pem- masyarakat Kabyle suku Berber dan balikan radikal pada tahun 1990-an. Pada menghasilkan sebuah buku pertamanya pertengahan tahun 1990-an Bourdieu yang berjudul Sociologie de I’Algerie atau bergabung dengan sejumlah aktivitas di The Algarians (1958). Jauh sebelum Mei- luar lingkaran akademis. Aljazair dengan Juni 1968 Bourdieu telah menfokuskan Pada tahun 1993 dia melancarkan perhatiannya pada lembaga mahasiswa tudingan besar-besaran ihwal konse- untuk keperluan penelitian yang mem- kuensi manusiawi atas tatanan nonliberal perluas bidang pengajaran dan profesori- yang dihabiskan oleh sosialisme Prancis, at. Pada tahun 1960, Bourdieu kembali ke “La Misere du Monde” yang menandai Paris sebagai antropolog autodidak dan perubahan pendiriannya. Pada tahun mengajar di Universitas Paris dan Univer- 1995 dia memegang peranan utama sitas Lille pada tahun 1952-1964. dalam mengerahkan dukungan intelek- Di perguruan tinggi itu, Bourdieu tual melawan pemerin-tahan Juppe. mendirikan pusat Sosiologi Pendidikan Setelah itu ia kembali menjadi juru bicara dan Budaya. Pada tahun 1968 menjadi Di- yang tidak mengenal lelah dan meng- rektur Centre de Sociologie Europeenne organisir oposisi politik terhadap kemBioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 92 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. balinya rezim PS dari Joepin. Bourdieu Pascal, sehingga dia memberi judul buku- juga mendukung gerakan para pekerja rel nya kereta api, menjadi juru bicara tuna- Bourdieu dipengaruhi oleh antropologi wisma, serta menjadi pembicara tamu di dan sosiologi tradisional yang ia sintesis- berbagai siaran televisi. kan ke dalam teorinya sendiri. Pascalian Meditations. Karya Pada tahun 1996 sebagai pendiri Dari Max Weber, ia memperoleh perusahaan penerbitan Liber/Raisons d kesadaran tentang pentingnya dominasi Agir. Pada tahun 1998 menerbitkan dan sistem simbolik dalam kehidupan artikel di surat kabar Le Monde yang sosial, serta gagasan tatanan sosial yang membandingkan tentang “Strong Dis- akhirnya course” dari Neo-Liberalisme dengan dalam teori ranah-ranah (fields). akan ditransformasikan ke posisi diskursus psikiatri di Asilum. Dari Karl Marx, ia memperoleh pe- Bourdieu juga memobilisasi advokasi kiri, mahaman tentang masyarakat sebagai advokasi gerakan Eropa dan melancarkan penjumlahan hubungan-hubungan sosial serangan gencar ihwal korupsi di media yang eksis dalam dunia sosial adalah Prancis dan Konformisme cendekiawan hubungan-hubungan yang bukan hanya Prancis. Tulisan On the Television yang terdiri atas interaksi antara agen-agen diterbitkan pada tahun 1996 disusun dari atau dua kuliah merupakan buku best seller individu-individu, namun juga hubungan- yang mengejutkan di Prancis. Bourdieu hubungan obyektif yang eksis secara menganggap bahaya independen dari kesadaran dan kehendak serius bagi seluruh area kultural yang individual. Hubungan itu berlandaskan beragam. Televisi mendegradasi jurnalis- pada bentuk dan kondisi-kondisi produk- me, karena televisi harus berupaya untuk si ekonomi, dan kebutuhan untuk secara menjadi inofensif. dialektis mengembangkan teori sosial televisi sebagai ikatan intersubyektif antara dari praktik sosial. Tokoh-tokoh Berpengaruh Dari Emile Durkheim, Bourdieu Teori Bourdieu dibangun di atas teori- mewarisi semacam pendekatan determi- teori Husserl, nistik dan melalui Marcel Mauss dan Georgees Canguilhem, Karl Marx, Gaston Claude-Levi-Strauss, ia mewarisi gaya Bashelard, Max Weber, Emile Durkheim, strukturalis yang menekankan kecende- dan Norbert Elias. Pengaruh yang paling rungan struktur-struktur sosial untuk jelas dari Bourdieu adalah dari Blaise mereproduksi dirinya sendiri. Walau Lucwig Wittgenstein, BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 93 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. demikian Bourdieu menyimpang dari Bourdieu menolak dicap sebagai Marx- analisis Durkheim, yang menekankan ian, Weberian, Durkheimian dan lainnya. peran peran agen sosial dalam me- Dia menganggap label semacam itu mainkan tatanan-tatanan simbolik mela- bersifat membatasi, terlalu menyerderha- lui perwujudan struktur-struktur sosial. nakan, dan berbenturan dengan karya- Bourdieu lebih jauh menekankan bahwa karyanya. Bourdieu mengembangkan ide- reproduksi struktur-struktur sosial tidak idenya dalam dialog kritis yang dimulai beroperasi menurut logika fungsionalis. sejak dia masih mahasiswa dan berlanjut Maurice Marleau Ponty, merupakan tokoh lain yang mempengaruhi Bourdieu tentang fenomenologi. Juga sampai akhir hayatnya. ”Segala sesuatu yang telah saya Elmund lakukan dalam sosiologi dan antropologi Husserl memainkan peranan esensial telah saya kerjakan dengan menentang dalam merumuskan fokus Bourdieu pada apa-apa yang telah diajarkan kepada tubuh, tindakan dan disposisi praktis, saya” (Bourdieu dan Wacuant, 1992:204). yang memperoleh manifestasi utamanya Bourdieu pada teori habitus Bourdieu. tujuan dasarnya dalam reaksi terhadap mendifinisikan salah satu Karya Bourdieu dibangun di atas akses strukturalisme: ”Niat saya adalah usaha untuk mentransformasikan serang- mengembalikan kehidupan nyata aktor kaian oposisi-oposisi yang mewarnai yang telah dilenyapkan di tangan Levi- ilmu-ilmu sosial, seperti: subyektivisme- Strauss dan strukturalis lainnya ... yang obyektivisme, mikro-makro, kebebasan- menganggapnya determinisme, doxa- struktur” (Jenskins,1992:17-18). Dengan episteme, material-simbolis, kesadaran- kata lain Bourdieu ingin mengintegrasi- ketidaksadaran, oleh struktur, ekonomi, kan setidaknya sebagian dari eksistensi- dan budaya. Secara khusus ia melakukan alisme Sartre dengan strukturalisme Levi- hal ini melalui inovasi-inovasi konseptual, Strauss. nature-hystory, sebagai epifenomena konsep-konsep habitus, modal, dan ranah disusun dengan niat untuk menghapus Karya-karya Bourdieu oposisi-oposisi semacam itu. Bourdieu telah membaca karya-karya Jadi terdapat jejak pengaruh teori pemikir besar. Karenanya tampak di- lain dalam karya-karya Bourdieu, khu- pengaruhi oleh hasil pemikiran besar dan susnya Weber dan teoritisi lain Perancis beragam. Dia juga menggabungkan Sosio- terkemuka Emile Durkheim. Akan tetapi, logi, Antropologi, dan Ilmu Filsafat. Dia BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 94 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. menulis karya klasik dalam setiap bidang disposisi yang relatif permanen dan ber- keilmuan. budaya pindah dari satu objek ke objek lainnya selera dalam Distinction (1984), laporan secara simultan dalam mengintegrasikan cermat tentang gender dan kuasa dalam antara seluruh pengalaman sebelumnya. Tulisanya tentang Masculin Domination (1998). Buku yang paling terkenal dengan judul lengkap Teori Agen dan Struktur Distinction: A Social Critique of the Judge- Teori Pierre Bourdieu digerakkan oleh ment of Taste (1984). Di dalam buku ter- keinginan untuk mengatasi apa yang sebut Bourdieu memperkenalkan istilah disebutkan sebagai oposisi palsu antara trajektori ketika membicarakan posisi objektivisme dengan subjektivisme, atau orang-orang kaya baru (OKB) dan orang- hal yang disebutnya sebagai, “oposisi orang yang kehilangan kelas. absurd antara individu dengan masyara- Di bidang Sosiologi, Bourdieu dike- kat” (Bourdieu, 1993; Ritzer, 2008—terj. nal sebagai pakar Sosiologi Pendidikan Yudi Santoso: 2010:577). Ia menempat- yang mengkaji berbagai struktur kuasa di kan Durkheim dan studinya tentang fakta dalam pengajaran. Dia menggambarkan, sosial dan strukturalisme Saussure, Levi- sekolah sebenarnya mereproduksi pem- Strauss, dan Marxis struktural dalam bagian kultural masyarakat dengan ber- kelompok objektivis. Perspektif-perspek- bagi cara yang kasat mata ataupun tidak, tif ini dikritik Bourdieu karena hanya di samping netralitasnya yang tidak memusatkan perhatian pada struktur nampak. Sekolah di dalam pemikiran objektif dan mengabaikan proses kons- Bourdieu merupakan penggunaan keke- truksi sosial yang digunakan untuk rasan simbolik untuk melegitimasi tatan- memersepsi, memikirkan dan mengons- an sosial yang berlaku. Jika tatanan sosial truksi struktur-struktur ini dan selanjut- berada di luar kendali maka akan terjadi nya mulai bertindak atas dasar tersebut. kekerasan di dalam masyarakat kita. Objektivis mengabaikan agensi atau agen. Dalam teorinya Bourdieu menyatakan Dalam konteks ini, Bourdieu lebih memi- bahwa tindakan sosial merupakan struk- lih pandangan yang bersifat strukturalis tur tindakan itu sendiri dan keduanya tanpa kehilangan perhatiannya terhadap dapat saling dipertukarkan. Negosiasi di agen. Ia memusatkan perhatiannya pada dalam budaya berasal dari kesadaran hubungan habitus, dan pada tingkatan individu, objektif dengan fenomena subjektif. Seka- habitus juga berarti sistem perilaku dan ligus bermaksud untuk membawa kem- dialektis antara struktur BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 95 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. bali aktor di dunia nyata yang telah sirna itu pendekatannya disebut strukturalisme di tangan Levi-Strauss dan strukturalis genetik yakni analisis struktur-struktur lain, khususnya Althusser (Jenkis, 1992: objektif yang tidak dapat dipisahkan dari 18; Ritzer dan Goodman, 2010:557). analisis asal usul struktur mental dalam Untuk mengatasi dilema subjek- individu-individu biologis yang sebagian tivis-objektivis, Bourdieu memusatkan merupakan produk penyatuan struktur- perhatiannya pada praktik yang dilihat- struktur sosial dan analisis asal usul nya sebagai akibat dari hubungan dialek- struktur sosial itu sendiri. tis antara struktur dan agensi. Praktik Struktur objektif sebagai sesuatu tidak ditentukan secara objektif dan bu- yang terlepas dari kesadaran dan kehen- kan pula merupakan produk dari kehen- dak agen, yang mampu mengarahkan dan dak bebas. Melakukan refleksi atas minat- menghambat praktik atau representasi nya pada dialektika antara struktur mereka. Inti dari teori agen dan struktur dengan cara orang mengkonstruksi reali- Bourdieu terletak pada konsep habitus tas sosial. Bourdieu memberi label kepa- dan arena, dan hubungan dialektis antara da orientasinya dengan konsep struk- keduanya (Swartz, 1997; Ritzer dan tural konstruktivisme Goodman, 2010: 580). Kalau habitus ber- strukturalis, atau strukturalisme genetis, ada di dalam pikiran aktor—yang masih yang didefinisikan sebagai (Ritzer dan dalam alam kesadarannya, maka arena Goodman, 2010 : 578-9.): berada di luar pikiran aktor—yang meng- konstruktivis, Analisis atas struktural objektif yang berada pada arena berbeda, tidak dapat dipisahkan dari analisis genesis, dalam individu biologis, dari struktur mental yang pada batas-batas tertentu merupakan produk dari perpaduan struktur sosial; yang juga tidak dapat dipisahkan dari analisis struktur sosial ini: ruang sosial, dan kelompok yang menguasainya, adalah produk dari perjuangan historis (yang di dalamnya agen berpartisipasi menurut posisi mereka dalam ruang sosial dan menurut struktur mental yang mereka gunakan untuk memahami ruang ini). konstruksi pikiran aktor. Inti pandangan Boudieu yang dimaksudkan untuk menjembatani subjektivisme dan objektivisme (Ritzer dan Goodman, 2010:580) tersebut diuraikan lebih terperinci pada bagian berikut ini. Habitus dan Arena (Habitus and Field) Habitus1 adalah struktur mental atau kognitif yang dengannya orang berhu- Melalui definisi tersebut, Bourdieu berupaya menyatukan dimensi dualitas pelaku (agen) dan struktur. Oleh karena Habitus sebagai gagasan, tidaklah diciptakan sendiri oleh Bourdieu, namun merupakan gagasan filosofis tradisional yang ia hidupkan 1 BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 96 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. bungan dengan dunia sosial. Orang dibe- struktur yang distrukturkan (structured - kali dengan serangkaian skema terinter- structures); (3) disposisi yang terstruktur nalisasi yang mereka gunakan untuk ini sekaligus berfungsi sebagai kerangka mempersepsi, memahami, mengapresiasi, yang melahirkan dan memberi bentuk dan mengevaluasi dunia sosial. Melalui kepada persepsi, representasi, dan tin- skema ini, orang menghasilkan praktik dakan seseorang dan karena itu menjadi mereka, mempersepsi dan mengevaluasi- structuring nya. Secara dialektif, habibus adalah menstrukturkan); (4) sekalipun habitus “produk dari internalisasi struktur” dunia lahir dalam kondisi sosial tertentu, dia sosial. Habitus diperoleh sebagai akibat bisa dialihkan ke kondisi sosial yang lain dari ditempatinya posisi di dunia sosial dan karena itu bersifat transposable; (5) dalam waktu yang panjang (Ritzer dan besifat pra-sadar (preconcious) karena ia Goodman, 2010:581). tidak merupakan hasil dari refleksi atau Kleden (Kleden, structures (struktur yang 2005:361-375; pertimbangan rasional. Dia lebih merupa- Binawan, 2007:28-29.) menarik tujuh kan spontanitas yang tidak disadari dan elemen penting tentang habitus ini yakni: tak dikehendaki dengan sengaja, tetapi (1) produk sejarah, sebagai perangkat juga bukanlah suatu gerakan mekanistis disposisi yang bertahan lama dan di- yang tanpa latar belakang sejarah sama peroleh melalui latihan berulang kali sekali; (6) bersifat teratur dan berpola, (inculcation); (2) lahir dari kondisi sosial tetapi bukan merupakan ketundukan ke- tertentu dan karena itu menjadi struktur pada peraturan-peraturan tertentu. Habi- yang sudah diberi bentuk terlebih dahulu tus tidak hanya merupakan a state of oleh kondisi sosial di mana dia diproduk- mind, tetapi juga a state of body dan sikan. Dengan kata lain, ia merupakan bahkan menjadi the site of incorporated history; (7) habitus dapat terarah kepada kembali (Warquant, 1989; Ritzer dan Goodman, 2010:581. Dalam tradisi filsafat, habitus diartikan sebagai kebiasaan yang sering disebut dengan habitual yakni penampilan diri, yang menampak (appearance); tata pembawaan terkait dengan kondisi tipikal tubuh seperti: cara kita makan, berjalan, berbicara, dan bahkan dalam cara kita membuang ingus kita. Menurut Aristoteles, habitus diartikan sebagai katagori yang melengkapi subjek sebagai substansi. Tidak adanya kategori, tidak pula mengubah substansi. Katagori apakah yang melekat pada substansi dan tidak terpisahkan? Menurut Aristoteles adalah kualitas rasionalitas dan idealitas. tujuan dan hasil tindakan tertentu, tetapi tanpa ada maksud secara sadar untuk mencapai hasil-hasil tersebut dan juga tanpa penguasaan kepandaian yang bersifat khusus untuk mencapainya. Pertama, habitus merupakan produk sejarah. Habitus pada waktu tertentu telah diciptakan sepanjang perjalanan BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 97 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. sejarah: ”Habitus, produk sejarah, meng- tus menghasilkan dan dihasilkan oleh du- hasilkan praktik individu dan kolektif, nia sosial. Di satu sisi, habitus ”menstruk- dan sejarah, sejalan dengan skema yang turkan struktur”; artinya, habitus adalah digambarkan oleh sejarah” (Bourdieu, struktur yang menstrukturkan dunia so- 1977:82; Ritzer dan Goodman, 2010:581). sial. Disisi lain, dia adalah ”struktur yang Habitus yang termanifestasikan pada terstrukturkan”; artinya habitus adalah individu tertentu diperoleh dalam proses yang distrukturkan oleh dunia sosial. sejarah individu dan merupakan fungsi Meskipun habitus adalah satu struktur dari titik temu dalam sejarah sosial terinternalisasi yang menghambat pikiran tempat ia terjadi. Habitus bersifat tahan dan pilihan bertindak, ia tidak menentu- lama sekaligus dapat dialihkan yaitu kannya. Tiadanya determinisme ini ada- dapat digerakkan dari satu arena ke lah salah satu hal utama yang membeda- arena lainnya. kan posisi Bourdieu dari posisi struktur- Sebagai contoh, sopir yang melaju- alis arus utama. Habitus sekedar ”menya- kan kendaraan di jalan raya pada posisi rankan” apa yang seharusnya dipikirkan sebelah kiri. Menjalankan kendaraan orang dan apa yang seharusnya mereka pada posisi sebelah kiri, jelas-jelas telah pilih untuk dilakukan. menjadi sebuah “sistem atau perangkat Contoh, melajukan (menyopir) disposisi yang bertahan lama dan diper- kendaraan di jalan raya di sebelah kiri oleh melalui latihan berulang kali”. Kita memastikan keberadaan struktur yang tidak tahu dengan pasti, kapan mulai distrukturkan. Orang menjadi nyaman terjadi. Tetapi jelas bahwa mula-mula ke- dengan struktur yang telah tertata seperti biasaan tidak begitu saja terjadi. Selain ini. Kenyamanan itu menjamin hilangnya itu, pembentukannya perilaku itu butuh rasa kekhawatiran akan perilaku sopir upaya yang berkelanjutan dan dalam lain dari arah berlawanan yang juga sebuah proses yang tidak pendek. Yang melajukan kendaraan dari arah sebelah jelas, ia sudah bertahan sangat lama, kiri mereka. Struktur ini telah tertata sampai sekarang pun di sejumlah negara sebelum misalnya kira belum bisa men- juga melakukan seperti itu termasuk di yopir kendaraan, tetapi saat itu kenda- Indonesia. raan yang membawa kita disopiri oleh Kedua, habitus merupakan struktur yang dibentuk dan membentuk. Habi- orang lain yang juga melajukan kendaraan di sebelah kiri. Jadi ia lahir dari kondisi BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 98 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. sosial tertentu dan karena itu menjadi yang ada di sebelah kiri dari jalan yang struktur yang sudah diberi bentuk ter- kita lalui. Pilihan ini adalah berkaitan lebih dahulu oleh kondisi sosial dimana dengan kepraktisan, juga erat hubungan- dia diproduksikan. nya dengan persepsi. Dapat pula diarti- Ketiga, struktur yang menstruktur- kan, disebabkan kita berjalan di lajur kan. Karena sudah menjadi kebiasaan, sebelah kiri sudah menjadi persepsi, ber- melajukan kendaraan di sebelah kiri, bagi jalan dalam mimpi waku tidur pun pasti para aktor, menjadi sebuah disposisi yang di sebelah kiri. Struktur berjalan di lajur terstruktur. Ia telah menjadi kesadaran sebelah kiri itu yang menstrukturkan dan sikap yang “tertanam” dalam diri. (structuring structures) mimpi kita untuk Pada gilirannya kebiasaan itu “berfungsi juga berjalan di lajur sebelah kiri. sebagai kerangka yang melahirkan dan Keempat, sekalipun habitus lahir memberi bentuk kepada persepsi, pre- dalam kondisi sosial tertentu, dia bisa sentasi dan tindakan seseorang”. Karena dialihkan ke kondisi sosial yang lain dan telah ditumbuhkembangkan maka tindak- karena itu bersifat transposable. Maksud- an-tindakan lain yang berkaitan dengan nya, meskipun kebiasaan berjalan di lajur berjalan (melajukan kendaraan) di jalan sebelah kiri lahir dalam konteks makin (raya), akan dikerangkai oleh, atau di- ramainya jalan raya dan makin cepatnya sesuaikan dengan kebiasaan berjalan di kendaraan berjalan, kebiasaan ini tidak lajur sebelah kiri ini. Konstruksi mobil mempunyai kaitan langsung dan niscaya. dibuatnya setir (kemudi) di sebelah ka- Artinya, bisa saja lahir kebiasaan sosial nan yang juga dilakukan pemasangan lain. Dengan kata lain, kebiasaan sosial rambu-rambu lalu lintas di sebelah kanan, yang dibentuk itu menjadi cara penye- agar dapat mudah dilihat oleh sopir yang lesaian dari suatu masalah yang muncul posisi kemudinya di sebelah kanan ken- dari suatu konteks sosial yang baru. daraan. Tegasnya, kebiasaan berjalan di Sebagai cara, tidak bisa disimpulkan seca- lajur sebelah kiri menjadi penentu dari ra serta-merta. Bahwa di negara lain, ke- tindakan-tindakan selanjutnya. Bahkan biasaan yang lahir adalah berjalan di lajur tanpa sepenuhnya disadari, bila kita sebelah kanan, menunjukkan hal ini. Di- mampu membeli suatu barang di toko, sebabkan oleh tidak ada kaitan yang misalnya minuman atau mampir di Pom niscaya, maka kebisaan ini pun bisa di- Bensin, khususnya bila belum ditentukan buat atau dilakukan dalam konteks sosial sebelumnya, pilihan pertama adalah toko yang berbeda. Tidak ada alasan esensial BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 99 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. yang menghalangi bila kebiasaan berjalan terjadi tanpa tujuan, yakni sekedar di lajur sebelah kiri ini diterapkan di melepas dorongan dari dalam. Tujuan tengah hutan misalnya. yang jelas dari kebiasaan berjalan di lajur Kelima, besifat pra-sadar (precon- sebelah kiri adalah untuk menciptakan cious) karena ia tidak merupakan hasil tertib sosial, agar tidak terjadi kecelakaan dari refleksi atau pertimbangan rasional. misalnya bertabrakan dengan pengen- Maksudnya habitus “merupakan sponta- dara di depan kita, yang mereka juga ber- nitas yang tidak disadari dan tak dike- jalan di lajur sebelah kiri ke arah kita. hendaki dengan sengaja. Tetapi juga bu- Mengapa? karena mereka memiliki kesa- kanlah suatu gerakan mekanistis yang daran bahkan di bawah kesadaran yang tanpa latar belakang sejarah sama sekali”. sama. Dengan demikian habitus bekerja Tampak jelas dalam contoh kebiasaan di bawah alas kesadaran. Habitus bekerja berjalan di lajur sebelah kiri. Kalau kita ”di bawah level kesadaran dan bahasa, di melakukannya, jelas kita tidak akan ber- luar jangkauan pengawasan dan kontrol fikir lagi. Ketika memasuki jalan raya, kita introspektif tidak perlu lagi memilih apakah mau Goodman, 2010:449). Kendati tidak sadar berjalan di lajur sebelah kiri atau kanan. akan habitus dan cara kerjanya, habitus Kita lakukan itu dengan spontan. Bahwa mewujudkan dirinya di sebagian besar kebiasaan itu bukan sekedar gerakan aktifitas praktis kita, dalam contoh tadi, mekanistis, melainkan sebuah kebiasaan kebiasaan berjalan di lajur sebelah kiri yang mempunyai latar belakang sejarah jalan raya. Seperti juga: cara kita makan, dan latar belakang sosial, jelas dari bagian berjalan, berbicara, dan bahkan dalam dua diatas yakni struktur yang distruk- cara kita membuang ingus kita. Habitus turkan (structured structures). beroperasi sebagai struktur, namun orang kehendak” (Ritzer dan Latar belakang sejarah juga sangat tidak sekedar merespon secara mekanis jelas dari kebiasaan berjalan di lajur terhadapnya atau terhadap struktur eks- sebelah kiri ini yakni adanya kesengajaan ternal yang beroperasi padanya. Sebagai dalam proses awal pembentukannya. Ke- paradigma atau pendekatan, Bourdieu, sengajaan ini berkaitan dengan tujuan— dalam hal ini, menghindari kutub ekstrem yang lebih lanjut dipaparkan pada bagian kebaruan yang tak dapat diperkirakan ke tujuh. Kesengajaan (yang bertujuan) dan determinisme total (Kleden, 2005: inilah yang membedakannya dari sekedar 361-375; Binawan, 2007:28-29). Habitus gerakan mekanistis, yang pada umumnya lebih merupakan spontanitas yang tidak BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 100 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. disadari dan tak dikehendaki dengan ward), baik berupa hadiah material sengaja, tetapi juga bukanlah suatu maupun yang bersifat emotif misalnya gerakan mekanistis yang tanpa latar rasa nyaman, senang, atau bangga. Suatu belakang sejarah sama sekali. tindakan, baru dapat disebut sebagai Keenam, habitus bersifat teratur kebiasaan sosial bila aktor juga tidak lagi dan berpola, tetapi bukan merupakan mengharapkan “hadiah”. Seorang sopir ketundukan kepada peraturan-peraturan yang mengemudikan kendaraan di lajur tertentu. Saat kita berjalan di lajur sebelah kiri, bukan hanya tidak lagi me- sebelah kiri, kebanyakan dari kita, sudah lakukannya karena takut, melainkan juga tidak perlu lagi, melihat keberadaan tidak lagi mengharapkan pujian dari petugas polisi atau tidak, kecuali di orang lain. Saat banyak orang beramai- persimpangan jalan yang umumnya ter- ramai memberikan uang koin kepada pasang lampu jalan (traffic light) untuk orang miskin, bencana alam, atau untuk melanggar lampu larangan masuk, saat Prita, tindakan itu tidak bisa disebut berwarna merah. Tidak diperlukan lagi sebagai pemasangan rambu-rambu lalu lintas mungkin dilakukan dengan relatif spon- yang mengingatkan kita untuk berjalan di tan, yang dibaliknya terdapat motivasi sebelah kiri—kecuali di jalan tol yang kasihan, atau karena malu saat melihat menunjukkan bahwa lajur kanan hanya orang lain telah melakukannya. kebiasaan sosial. Meskipun untuk mendahului—sebab berjalan di Ketujuh, habitus dapat terarah ke- sebelah kiri telah menjadi kebiasaan yang pada tujuan dan hasil tindakan tertentu, “bersifat teratur dan berpola, tetapi bu- tetapi tanpa ada maksud secara sadar kan merupakan ketundukan kepada per- untuk mencapai hasil-hasil tersebut dan aturan-peraturan Tegasnya, juga tanpa penguasaan kepandaian yang berjalan di lajur sebelah kiri telah men- bersifat khusus untuk mencapainya. Tin- jadi a state of body dan the site of dakan spontan yang dilakukan oleh para incorporated history. Bukan hanya menja- sopir untuk melajukan kendaraan di lajur di a state of mind. Habitus atau kebiasaan sebelah kiri mempunyai makna penting sosial adalah sebuah tindakan. bagi ketertiban, keteraturan, dan kepasti- tertentu.” Ketundukan kepada peraturan ter- an hidup bersama di jalan raya. Para tentu tidak selalu berarti takut hukuman. pengguna jalan raya—baik sopir maupun Dapat juga berarti lebih “positif” dalam penumpangnya—tidak lagi perlu stres pengertian mengharapkan hadiah (re- untuk menebak-nebak apakah sopir atau BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 101 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. pengguna lain, khususnya yang berlawan- biasaan yang sudah cukup umum dilaku- an arah akan berjalan di lajur sebelah kiri kan oleh kalangan masyarakat Indonesia atau kanan. Tujuan saat kebiasaan ini ini dapatlah dikatakan sebagai kebiasaan mula-mula dibentuk, dengan demikian sosial. Sebab berkaitan erat dengan nilai- sudah dilupakan, tidak lagi menjadi moti- nilai hormat kepada orang lain. Tangan vasi yang disadari. Itulah maksudnya saat kanan dipandang lebih terhormat dari pa- dikatakan bahwa “habitus dapat terarah da tangan kiri. Karenanya, menyerahkan kepada tujuan dan hasil tindakan terten- dan menerima dengan tangan kanan di- tu, tetapi tanpa ada maksud secara sadar pandang lebih santun. Hanya saja, meski- untuk mencapai hasil-hasil tersebut”. Be- pun berkaitan dengan nilai umum, tidak gitu pula, saat kebiasaan itu dilakukan dilakukannya kebiasaan ini, tidak menim- dengan “tanpa penguasaan kepandaian bulkan kerugian yang besar. Yang terjadi yang bersifat khusus untuk mencapai- “hanyalah” sedikit terkoyaknya perasaan nya.” Disebabkan oleh sifat sosial (bukan kesopanan dalam rangka hormat sosial. individual), banyak orang, atau bahkan Disinilah letak perbedaan habitus dengan hampir semua, dengan mudah melaku- kebiasaan lain yang tidak menimbulkan kannya. Tidak perlu terdapat peraturan kerugian yang besar bagi pelanggarnya. khusus untuk dapat berjalan di lajur sebelah kiri. Adapun ranah (field) lebih dipandang Bourdieu (Ritzer dan Goodman, Tujuan yang sudah “merasuk” di 2010:582-590) secara relasional daripada dalamnya itu pulalah yang memberi sifat secara struktural. Ranah adalah jaringan sosial. Sebab tujuan dimaksudkan untuk relasi antarposisi objektif di dalamnya memenuhi kepentingan bersama. Kebera- (Bourdieu dan Waquant, 1992:97; Ritzer daan tujuan sosial ini sekaligus menegas- dan Goodman. 2010:582). Keberadaan kan bahwa habitus (kebiasaan sosial) relasi-relasi ini terpisah dari kesadaran seharusnya bersifat positif. Tujuan untuk dan kehendak individu. Ranah merupa- kesejahteraan dan kenyamanan bersama kan: (1) arena kekuatan sebagai upaya itu pulalah yang membedakan kebiasaan perjuangan untuk memperebutkan sum- sosial dalam arti habitus dengan kebiasa- ber daya atau modal dan juga untuk an sosial dalam rangka sopan santun. memperoleh akses tertentu yang dekat Sebagai contoh, menyerahkan dan mene- dengan hirarki kekuasaan; (2) semacam rima sesuatu dengan tangan kanan. Ke- hubungan yang terstruktur dan tanpa diBioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 102 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. sadari mengatur posisi-posisi individu puluhan armada/kendaraannya untuk di- dan kelompok dalam tatanan masyarakat berangkatkan secara periodik dari termi- yang terbentuk secara spontan. nal “Purabaya” Bungurasih Sidoarjo me- Sebagai contoh jalan raya sebagai nuju jalur basah tersebut dalam ren-tang ranah dalam tindakan para sopir saat waktu sekitar 15 menit-an dalam 24 jam melajukan kendaraanya. Terdapat berba- sehari, tujuh hari dalam seminggu. Untuk gai ukuran dan model kendaraan yang menyediakan puluhan armada, peng- melaju di jalan raya antara lain kendaraan usaha otobus harus memiliki modal yang pribadi dan kendaraan umum. Termasuk memadai, untuk itu mereka harus memi- dalam kendaraan umum adalah angkutan liki jaringan dengan perbankan. Dalam perkotaan/pedesaan dan atau otobus upaya untuk memperoleh ijin trayek, (bus). Otobus sebagai contoh terdapat perusahaan otobus harus membangunan sejumlah perusahaan baik yang dikelolah jaringan dengan pemerintah dalam hal ini oleh pemerintah seperti “Damri”, ataupun DLLAJ (Dinas Lalu Lintas dan Anggkutan yang dikelola oleh perusahaan swasta Jalan) serta kepolisian. Jadi jelaslah bah- seperti “Sumber Kencono” dan “Eka” di wa perusahaan otobus harus menguasai Jawa Timur. Di berbagai wilayah terma- arena kekuatan sebagai “upaya perjuang- suk Provinsi Jawa Timur, terdapat jalur an untuk memperebutkan sumber daya atau trayek yang terkenal basah yakni atau modal dan juga untuk memperoleh jalur yang menghubungkan kota-kota be- akses tertentu yang dekat dengan hirarki sar dalam provinsi maupun yang lang- kekuasaan”. Melalui penguasaan arena itu sung menghubungkan antar provinsi. maka pengusaha otobus dapat “eksis” dan Trayek yang terkenal basah antara lain “survive” tidak hanya melaksanakan ke- jurusan Surabaya-Solo-Jogja. Hanya per- giatan usahanya namun juga dapat “me- usahaan yang bermodal dan memiliki rajai” jalur Surabaya-Solo-Jogja sebagai jaringan kuat yang dapat ‘membeli’ trayek arena yang diperebutkan. jalur “basah” tersebut, antara lain group “Sumber Kencono” dan “Eka”. Dalam kontkes banyaknya kasus kecelakaan yang menimpa perusahaan Jalur Surabaya-Solo-Jogja merupa- otobus Sumber Kencono, disebabkan oleh kan ranah yang diperebutkan oleh para human error para sopirnya ataupun kon- pengusaha otobus untuk ‘menguasai’ ja- disi fisik armada bus itu—juga berbagai lur tersebut. Pengusaha otobus “Sumber hal, termasuk pada pertengahan bulan Kencono” dan “Eka” harus menyediakan Juni 2011 yang kendaraanya terbakar haBioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 103 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. ngus—akibatnya sejumlah masyarakat dengan pengguna jalan raya. “Yang besar memplesetkan nama otobus itu sebagai yang berkuasa”, juga berlaku di ranah “Sumber Bencana”. Dalam kasus tersebut, jalan raya. Ketika transportasi umum bus pemerintah dalam hal ini Gubernur Jawa melaju di jalan raya, umumnya dengan Timur bersikap tegas hendak mengevalu- kecepatan tinggi, kendaraan-kendaraan asi perusahaan otobus itu bahkan akan lainnya sama mengalah untuk “memberi mencabut ijin trayeknya. Sikap yang ber- kesempatan” kepada otobus itu untuk beda dikemukakan oleh Kepala Kepolisi- melaju di jalan yang mereka inginkan. an Daerah Provinsi Jawa Timur, yang me- Meskipun otobus—yang disopiri para pe- nyatakan bahwa “Gubernur Jawa Timur tugasnya, tidak jarang juga melakukan pe- hendaknya tidak terlalu tergesa dalam langgaran—misalnya menetapkan kebijakan”. Perseberangan marka jalan yang diperbolehkan. “Terda- argumen yang dikemukakan oleh dua pe- pat hubungan terstruktur dan tanpa tinggi di Jawa Timur itu menunjukkan disadari yang mengatur posisi-posisi indi- kekuatan yang dimiliki oleh pengusaha vidu dan kelompok dalam tatanan masya- otobus yang mampu menjalin hubungan rakat yang terbentuk secara spontan”. sedemikian rupa, sehingga saat penting Minggirnya para pengendara lain dan diperlukan terdapat perlindungan back memberi kesempatan jalan kepada oto- up yang diperoleh dari para pejabat ne- bus “raksasa” adalah contoh konkrit gara. Sehingga pengusaha otobus “dapat tentang ranah yang diteorikan Bourdieu. melanggar batas merebut sumber daya atau modal dan juga untuk memperoleh akses tertentu Habitus: Kekuatan Teori Bourdieu yang dekat dengan hirarki kekuasaan.” Kontribusi terbesar dari teori Bourdieu Pengusaha otobus dapat terus melaksa- dalam menganalisis masyarakat adalah nakan usaha bisnis transportasinya yang (1) penggunaan konsep habitus yang di- berhasil membebaskan diri dari “ancam- anggap berhasil mengatasi masalah diko- an” dicabut izin trayeknya oleh Gubernur tomi individu-masyarakat, agen-struktur Provinsi Jawa Timur. sosial, kebebasan-diterminisme; (2) Ia Ranah juga berupa hubungan yang telah membongkar mekanismenya dan terstruktur dan tanpa disadari mengatur strategi dominasi. Dominasi tidak lagi di- posisi-posisi individu dan kelompok da- amati melulu dari akibat-akibat luar, te- lam tatanan masyarakat yang terbentuk tapi juga akibat yang dibatinkan (habitus). secara spontan. Contoh dalam kaitannya Dengan menyingkap mekanisme tersebut BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 104 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. kepada para pelaku sosial, maka Sosiologi setiap lingkungan khusus dengan ling- memberi argumen yang dapat meng- kungan politik; kedua, menggambarkan gerakkan tindakan. struktur objektif hubungan antar ber- Keseragaman habitus dalam suatu bagai posisi di dalam ranah tertentu; (3) kelompok menjadi dasar perbedaan gaya dan analisis harus mencoba menentukan hidup dalam suatu masyarakat. Gaya hi- ciri-ciri kebiasaan agen yang menempati dup dipahami sebagai keseluruhan selera, berbagai tipe posisi di dalam ranah. kepercayaan dan praktik sistematis yang Posisi agen ditentukan oleh jumlah menjadi opini suatu kelas. Di dalamya ter- dan bobot relatif dari modal yang mereka masuk opini politik, keyakinan filosofis, miliki. Bourdieu membahas empat macam keyakinan moral, seni estetis, makanan, modal yaitu: modal ekonomi, kultural pakaian dan budaya (Bourdieu.1993). (berbagai pengetahuan yang sah), sosial Ranah (field) menurut Bourdieu (hubungan yang bernilai antara individu) lebih bersifat relasional daripada struk- dan simbolik dari tural. Field bukanlah interaksi atau ikatan prestise seseorang. kehormatan dan lingkungan bukan pula intersubyektif an- Bourdieu melihat bahwa sistem tar individu. Penghuni posisi mungkin pendidikan sangat besar perannya dalam agen individual atau lembaga, dan peng- mereproduksi dan melestarikan relasi huni posisi ini dikendalikan oleh struktur kekuasaan dan hubungan kelas yang ada lingkungan. Dalam kehidupan sosial ter- di masyarakat. Dalam menekankan pen- dapat sejumlah lingkungan semi-otonom, tingnya habitus dan ranah, Bourdieu me- misalnya: kesenian, keagamaan, ekonomi nolak untuk memisahkan antara metodo- dan semuanya dengan logika khusus sen- logi individualis dan metodologi menyelu- diri-sendiri dan semuanya membangkit- ruh, dan menerima pendirian yang akhir- kan keyakinan di kalangan aktor menge- akhir ini disebut ”relasionisme metodolo- nai sesuatu yang dipertaruhkan dalam gis”. Hubungan ini berperan dalam dua ranah (lingkungan). cara. Di satu pihak, ranah mengkondisi- Boudieu (Ritzer dan Goodman, kan habitus; di pihak lain, habitus menyu- 2007) menyatakan bahwa ada tiga lang- sun ranah, sebagai sesuatu yang bermak- kah proses untuk menganalisis ranah, na, yang mempunyai arti dan nilai. yaitu: pertama, menggambarkan keutamaan ranah (lingkungan) Meskipun ranah dan habitus ada- kekuasaan lah penting bagi Bourdieu, tetapi hubung- (politik) untuk menemukan hubungan an dialektika antara keduanya jauh lebih BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 105 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. penting; ranah dan habitus saling menen- nya. Berbeda dengan yang ter-laksana di tukan satu sama lain, sebagaimana dise- negara-negara yang sedang berkembang. butkan (Ritzer dan Goodman, 2007): Ketiga, distinction. Orang mengejar Habitus yang mantap hanya terbentuk, berfungsi dan sah dalam sebuah lingkungan (ranah), dalam hubungannya dengan sebuah lingkungan... habitus itu sendiri adalah ”lingkungan dari kekuatan yang ada”, sebuah situasi dinamis dimana kekuatan hanya terjelma dalam hubungan dengan kecenderungan tertentu. Inilah yang menyebabkan mengapa habitus yang sama mendapat makna dan nilai berlawanan dalam lingkungan yang berlainan, dalam konfigurasi yang berbeda atau dalam sektor yang berlawanan dari lingkungan yang sama. kehormatan (distinction) dalam berbagai Dalam kaitan ini dapat dikaji da- an secara objektif terpahatkan dalam pro- lam hal pola kebersihan atau cara orang duk itu dan diartikan kembali setiap kali membuang sampah antara orang Singa- produk itu disediakan. Menurut Bourdieu, pura yang memang sudah terbentuk dan ranah (lingkungan) itu menawarkan pelu- dikondisikan tentang pentingnya menjaga ang untuk mengejar kehormatan hampir kebersihan lingkungannya. Di Singapura tak habis-habisnya. lingkungan kultural, misalnya minuman yang mereka minum (Coke atau Cola), mobil yang mereka kendarai (Jaguar atau Ford Escort), koran yang mereka baca (The New York Times atau USA Today) atau rumah peristirahatan yang mereka kunjungi (The French Rivera atau Disney World). Hubungannya dengan kehormat- tidak ada orang yang membuang sampah Barang-barang kultural tertentu di sembarang tempat. Mereka sudah ter- menghasilkan keuntungan tinggi (misal biasa membuang sampah di tempat yang sebuah mobil Jaguar), sedangkan yang telah disediakan. Ranah serta sistem yang lain tidak menghasilkan keuntungan ting- telah berkembang sudah menyiapkan se- gi atau bahkan menimbulkan ”kerugian” gala sesuatunya sehingga pola hidup (Ritzer dan Goodman, 2007: 529). bersih sudah menjadi hal yang wajar dan seharusnya dijaga oleh semua pihak. Di- Praktik Sosial: Gagasan Bourdieu sini field sudah terbentuk dengan baik. Hubungan Telah menjadi habitus untuk memilahkan objektif dan representasi subjektif, agen antara sampah basah dan sampah kering. dan pelaku, terjalin secara dialektik, Dalam hal ini bisa terjadi di Singapura saling mempengaruhi, tidak saling mena- dan negara maju lain, karena field yang fikan, tapi saling bertaut dalam sebuah mendukung sudah terbentuk sepenuh- social practice (praktik sosial), antara relasional yakni struk-tur BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 106 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. lain; (1) modal ekonomi yang mencakup Dalam ranah pertarungan sosial alat-alat produksi (mesin, tanah, dan akan selalu terjadi. Mereka yang memiliki buruh), materi (pendapatan dan benda- modal dan habitus yang sama dengan benda), dan uang; (2) modal budaya kebanyakan individu akan lebih mampu (keseluruhan kualifikasi intelektual yang melakukan tindakan mempertahankan bisa diproduksi melalui pendidikan for- atau mengubah struktur dibandingkan mal maupun warisan keluarga); (3) mo- dengan mereka yang tidak memiliki dal sosial atau jaringan sosial; (4) modal modal. simbolik (segala bentuk prestise, status, Lihat contoh kasus di Jawa Timur, otoritas dan legitimasi yang terakumulasi perusahaan otobus “Sumber Kencono” sebagai bentuk). yang diancam hendak dicabut ijin trayek- Praktik sosial merupakan integrasi nya oleh Gubernur Jawa Timur, telah di- antara habitus dikalikan modal dan di- mentahkan Kepala Kepolisian Daerah tambahkan ranah. Praktik sosial dapat Jawa Timur yang mengemukakan terlalu dirumuskan sebagai beikut: (Habitus x tergesa-gesa pemberian ancaman terse- Modal) + Ranah = Praktik. Modal merupa- but. Ancaman pencabutan ijin trayek itu kan sebuah konsentrasi kekuatan spesifik diluncurkan sehubungan dengan sering- yang beroperasi dalam ranah dan setiap nya perusahaan otobus ini terjadi kecela- ranah menuntut individu untuk memiliki kaan modal khusus agar dapat hidup secara puluhan jiwa dan jutaan rupiah harta proporsional dan bertahan di dalamnya. benda. yang menelan korban sampai Tabel: Perkembangan Teori Agency - Struktur Tokoh Anthony Giddens Margareth Archer Pierre Bourdieu Konsep Hubungan Agen-struktur Hubungan agensi dan struktur adalah dualitas. Dualitas itu terjadi dalam praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu. Agen memiliki kemampuan menciptakan perbedaan di dunia sosial. Lebih kuat lagi, agen tidak mungkin ada tanpa kekuasaan struktur dalam. Gagasan Giddens juga bersifat memberdayakan (enabling); Struktur dan kebudayaan harus dipahami sebagai dua hal yang relatif otonom. Masalah pemisahan agency dan struktur hanya ada dalam konseptual. Kenyataannya dalam dunia nyata, struktur dan kebudayaan jelas terkait satu sama lain Hubungan dialektis antara struktur objektif dengan fenomena subjektif. Terdapat upaya menyatukan dimensi dualitas pelaku dan struktur, oleh karena itu pendekatannya disebutnya Strukturalisme Genetik. Kata Kunci Strukturasi, Dualitas, Praktik sosial, kesadaran diskursif, kesadaran praktis, dan bawah sadar Morfogenesis dan agency-kebudayaan Habitus, Field/ Ranah. Modal, Praktik, dan Strukturalisme genetik BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 107 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. Kelemahan kendaraannya satu arah apalagi yang Kritik kepada Bourdieu adalah pada pe- berlawanan arah. mahamannya tentang konsep habitus, Kritik juga diarahkan kepada kon- karena memberi penjelasan lebih dari sep arena (field), yang disebutnya sebagai yang ditentukan atas aksi sosial dari arena pertarungan yang dianggap telah “determinisme struktural yang tak ter- mereduksi ‘dunia kehidupan’ (Haryat- hindarkan” di jantung pendekatan kon- moko, 2003:23; Mutahir, septualnya (Jenkins, 2002:79-83; Jackson, Konsep ini menjadikan relasi sosial hanya 2010:149). pada pertarungan untuk memperoleh Habitus dalam praktik 2011:195). sebagai posisi semata. Hubungan-hubungan sosial tindakan sosial merupa-kan suatu produk lainnya, seperti cinta kasih, kerja sama, dari relasi antara habitus sebagai produk solidaritas dan sebagainya terabaikan da- sejarah dan ranah yang juga merupakan lam konsep arena. produk sejarah. Tidak terhindarkan peng- Terdapat bentuk hubungan lain gunaan strukturalis dalam pemikiran dalam kehidupan sosial yang tidak hanya Bourdieu saat menjelaskan habitus seba- kepentingan posisi semata. Konsep ter- gai struktur terdalam (deep structure) sebut dapat menyembunyikan perjuang- yang dijadikan referensi bagi tindakan an real di antara kelompok-kelompok. perorangan dan masyarakat. Pelanggaran Padahal Bourdieu mengancangkan se- atasnya menjadikan kehidupan sosial buah teori reproduksi sosial. Pada titik terganggu, kurang nyaman dan bahkan ini, Bourdieu dikritik karena dalam tidak aman. teorinya tidak memerhatikan per-ubahan Contoh di dalam makalah ini adalah sosial. para pengemudi kendaraan saat melaju di Teorinya terlalu menekankan pada lajur sebelah kiri jalan raya. Terdapat mekanisme-mekanisme dan strategi re- struktur dalam yang menjadi acuan bagi produksi. Pemikiran Boerdieu tidak mem- perilaku atau tindakan sosial para penge- berikan analisis yang relevan bagi per- mudi. Pelanggaran pada lajur di sebelah ubahan sosial. Terdapat pemberontakan kiri menyebabkan terjadinya rasa tidak dalam model ini, namun, tragisnya, tidak aman dan tidak nyaman baik bagi ada revolusi (Jenkins. 2002:137). Kele- pengendara itu sendiri maupun bagi mahan paling krusial dari teori Bourdiau pengendara lainnya, yang mengemudikan adalah ketidakmampuannya mengatasi BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 108 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. subjektivitas. Terdapat aktor dinamis dalam teorinya, yakni seorang aktor yang mampu “tanpa sengaja menemukan improvisasi secara teratur” (Jenkins, 1997: 97; Ritzer dan Goodman, 2010:580). Daftar Pustaka Binawan, Al. Andang L. (2007) “Habitus (?) Nyampah: Sebuah Refleksi,” dalam Basis, Nomor 05-06, Tahun ke 56, Mei-Juni. Bourdieu, Pierre dan Loic JD. Wacuant (1992) “The Purpose of Reflexive Sociology (The Chicago Workshop).” Dalam Piere Bourdieu dan L.J.D. Wacquant (ed.), An Invitation to Reflexive Sociology,. Chicago: University of Chicago Press. Bourdieu, Pierre (1958) The Algarians (Diterjemahkan 1962, dari Sociologie de l’Algerie), Boston: Beacon Press. Bourdieu, Pierre (1977) Outline of a Theory of Practice, London: Cambridge University Press. Bourdieu, Pierre (1984) Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Terjemahan dari La Distinction: Critique Sociale du Jugement (1979), Cambridge: Harvard University Press. Bourdieu, Pierre (1993) The Field of Cultural Production: Essays on Art and Leissure, New York: Columbia University Press. Bourdieu, Pierre (1998) (Terjemahan Stephanus Aswar Herwinarko, 2010). Dominasi Maskulin, Yogyakarta: Jalasutra. Haryatmoko (2003) “Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoritis Gerakan Sosial Menurut Bourdieu,” dalam Basis. Nomor.1112 Th.ke-52, November-Desember. Jackson, Peter (2010) “Piere Bourdieu” dalam Edkins dan Nick (Editor). Teori-teori Kritis: Menantang Pandangan Utama Studi Politik International, Yogyakarta: Pustaka Baca. Jackson, Peter (2010) “Piere Bourdieu” dalam Edkins, Jenny dan Nick Vaughan Williams (Editor). (Terjemahan Teguh Wahyu Utomo). 2010. Teori-teori Kritis: Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional, Yogyakarta: Pustaka Baca. Jenkins, Richard (1992) (Terjemahan Nurhadi). 2004. Membaca Pikiran Pierre Bourdie, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Jenkins, Richard (2002) Piere Bourdie, New York: Routledge. Kleden, Ignas (2005) “Habitus: Iman dalam Perspektif Cultural Production” dalam RP Andrianus Sunarko, OFM, dkk. (eds.) Bangkit dan Bergeraklah: Dokumentasi Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2005, Jakarta: Sekretariat SAGKI. Mutahir, Arizal (2001) Intelektual Kolektif Piere Bourdieu: Sebuah Gerakan untuk Melawan Dominas, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (Terjemahan Nurhadi) (2010). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmoder, Yogyakarta: Kreasi Wacana. BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 109 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu” hal. 91-110. Swartz, David (1997) Culture and Power: The Sociology of Piere Boudieu, Chicago: University of Chicago Press. *Artikel ini merupakan perbaikan dari makalah yang pernah dipresentasikan penulis di Program S-3 Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Airlangga pada hari Rabu 25 Mei 2011. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Hotman M. Siahaan atas komentar dan catatannya pada empat poin yakni : (1) perlunya penjabaran uraian lebih luas dari berbagai sumber yang dirujuk. Pengutipan hendaknya tidak dilakukan secara selintas; (2) substansi teori “habitus” hendaknya dijabarkan dengan tuntas dan lengkap; (3) konsep tentang modal sosial dan lain-lain hendaknya dijabarkan lebih detil; dan (4) pandangan kritis hendaknya bukan hanya bicara tentang kelemahan dan kekuatan, tetapi opini penulis yang juga agak dikemukakan secara kritis. BioKultur, Vol.I/No.2/Juli- Desember 2112, hal. 110