1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang. Penyakit tersebut sering dihubungkan dengan beberapa keadaan misalnya tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi yang rendah. Selain itu, kejadian diare diduga terkait juga dengan keadaan sanitasi yang buruk, keterbatasan sumber air yang ada serta fasilitas kesehatan yang kurang memadai (Kemenkes RI, 2012). Beberapa parasit usus penyebab diare antara lain Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, serta Cryptosporidium sebagai penyebab infeksi oportunistik (Stanley, 2003). Insiden amoebiasis tertinggi ditemukan pada kelompok usia 10-25 tahun dan jarang terjadi pada usia di bawah 5 tahun. Strain patogen banyak didapatkan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara maju yang beriklim sub tropis (Tanyuksel et al., 2001). Prevalensi amoebisis di beberapa wilayah Indonesia sekitar 10-18% (Sutanto et al., 2008). Infeksi G. lamblia banyak ditemukan di negara berkembang dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk dan sarana air bersih yang tidak mencukupi. Infeksi G. lamblia lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa (Nkrumah & Nguah, 2011). Prevalensi infeksi G.lamblia di negara industri adalah 2 – 5%, sedangkan di negara berkembang menginfeksi anak – anak pada usia di bawah 10 tahun dengan persentase 15 – 20% (Noor et 1 2 al., 2007). Anak dengan kondisi malnutrisi rentan terserang G. lamblia (AlMekhlati et al., 2005). Prevalensi balantidiasis di Asia Tenggara berkisar 0,4%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara personal hygiene, dan sanitasi lingkungan dengan terjadinya infeksi B. coli (Boonjaraspinya et al., 2013). Daerah endemis balantidiasis berhubungan dengan keberadaan babi sebagai hospes definitif (Zaman & Mary, 2008). Selain E. histolytica, G. lamblia dan B. coli, terdapat protozoa usus oportunistik yang juga patogen pada manusia. Protozoa usus tersebut adalah Cryptosporidium. Protozoa usus oportunistik biasanya tidak menimbulkan penyakit tetapi pada keadaan imunitas buruk akan menjadi patogenik seperti pada individu imunokompeten maupun imunokompromais. Gejala diare akut yang bersifat cair secara makroskopis dapat ditemukan pada individu imunokompeten yang terinfeksi oleh parasit tersebut (Sutanto et al., 2008). Penelitian di daerah Taiz wilayah Yemen pada tahun 2007 menyebutkan adanya stadium ookista Cryptosporidium dalam 393 feses anak dari total 712 feses anak diare (38,4%), sedangkan pada anak yang tidak diare berjumlah 319 anak (30,1%) (Shamiri, 2010). Penelitian di Gujarat pada tahun 2008 menemukan adanya infeksi protozoa usus oportunistik sebesar 25% dari 100 sampel feses penderita imunokompeten dan imunokompromais (Gupta, 2008). Berdasarkan data profil kesehatan Bantul 2012 diketahui bahwa diare merupakan salah satu dari 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. Jumlah kasus diare dan infeksi 3 gastroenteritis pada tahun 2011 sebanyak 1.171 kasus. Penyakit diare dan infeksi gastroenteritis juga tercantum dalam distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas wilayah Kabupaten Bantul. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 dari 14,9% menjadi 21,9%. Insiden tertinggi ada di Kecamatan Banguntapan dengan 196 kasus dari jumlah total kasus diare 688 kasus (Dinkes Bantul, 2012). Keberadaan infeksi protozoa oportunistik Cryptosporidium belum diketahui dikarenakan metode pemeriksaan feses yang digunakan di laboratorium RSUD Panembahan Senopati Bantul dan Puskesmas wilayah Bantul adalah metode langsung sehingga Cryptosporidium tidak dapat terdeteksi. Pemeriksaan tentang keberadaan infeksi protozoa opurtunistik dibutuhkan karena belum pernah dilakukan di wilayah Bantul. Menurut Depkes RI (2002) faktor resiko yang paling dominan dalam menimbulkan penularan penyakit diare terkait agent seperti protozoa usus ataupun agent lain adalah: sarana air bersih yang dipakai sebagai sumber air; pembuangan kotoran berupa jamban yang dipergunakan oleh masyarakat; pembuangan air limbah; pengelolaan sampah. Berdasarkan data profil kesehatan Bantul 2012, diketahui bahwa 73% rumah yang mempunyai sumur gali telah memanfaatkan air bersih. Pengelolaan limbah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 68,40% dari 81,1% yang diperiksa, pengelolaan sampah sebanyak 70,6% dari 86,3% yang diperiksa. Sarana pembuangan kotoran atau jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 81,9% dari 88,8% rumah yang diperiksa (Dinkes Bantul, 2012). Pemeriksaan tersebut belum dilakukan pada seluruh rumah yang ada di 4 wilayah Bantul, sehingga belum diketahui keadaan sanitasi lingkungan rumah yang tidak diperiksa. Selain itu, rumah-rumah yang keberadaannya dekat dengan sungai masih memanfaatkan sungai sebagai sarana pembuangan kotoran. Berdasarkan latar belakang peningkatan kasus diare di wilayah Bantul dan belum adanya penelitian tentang infeksi protozoa usus serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi protozoa usus di RSUD Panembahan Senopati Bantul, maka akan dilakukan penelitian tentang infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Berapakah persentase kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 2. Bagaimanakah distribusi jumlah kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015 berdasarkan karakteristik subjek penelitian (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, ada tidaknya kontak dengan penderita, status gizi)? 3. Bagaimanakah karakteristik feses dan gejala klinis yang menyertai infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 5 4. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 5. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi sarana jamban dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 6. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi pengelolaan sampah dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persentase kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 2. Mengetahui distribusi jumlah kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta berdasarkan karakteristik subjek penelitian (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, ada tidaknya kontak dengan penderita, status gizi) periode September 2014-Februari 2015. 3. Mengetahui karakteristik feses dan gejala klinis yang menyertai infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 6 4. Mengetahui hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 5. Mengetahui hubungan antara sanitasi sarana jamban dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 6. Mengetahui hubungan antara sanitasi pengelolaan sampah dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. Beberapa penelitian yang mempunyai persamaan dengan penelitian peneliti antara lain: 1. Herlina (2011) melakukan penelitian yang berjudul Deteksi Protozoa Usus Patogen pada Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Kota Pekanbaru. Perbedaannya, jenis penelitian tersebut adalah deskriptif, subjek penelitian adalah anak yang mengalami diare, penderita diare dewasa tidak diteliti, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi protozoa usus juga tidak diteliti. 2. Basthian (2011) melakukan penelitian yang berjudul Prevalensi Amebiasis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat Periode Tahun 2007 – 2010. Perbedaannya, jenis penelitian tersebut adalah deskriptif, pengambilan 7 data secara retrospektif terhadap data rekam medis pasien rawat inap penderita amebiasis, infeksi protozoa oportunistik Cryptosporidium serta faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi protozoa usus tidak diteliti. 3. Resnhaleksmana (2010) melakukan penelitian dengan judul Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Protozoa Usus pada Penderita HIV – AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Perbedaannya adalah subjek penelitian yang digunakan, faktor-faktor yang diteliti, dan cara pengumpulan data. 4. Hunter dan Nichols (2002) melakukan penelitian dengan judul Epidemiology and Clinical Features of Cryptosporidium Infection in Immunocompromaised patient. Perbedaannya adalah jenis penelitian bersifat deskriptif, protozoa usus yang diteliti adalah protozoa oportunistik Cryptosporidium, sedangkan infeksi protozoa usus lainnya tidak diteliti. 5. Mahdy, et.al. (2008) melakukan penelitian Risk Factors for Endemic Giardiasis: Highlighting The Possible Association of Contaminated Water and Food. Perbedaannya adalah protozoa usus selain Giardia lamblia tidak diteliti,cara pengumpulan data, dan faktor resiko yang diteliti. 6. Khalili, et al. (2009) melakukan penelitian Frequency of Cryptosporidium and Risk Factors Related to Cryptosporidiosis in Under 5-years old Hospitalized Children Due to Diarrhea Iranian Journal of Clinical Infectious Diseases. Perbedaannya adalah protozoa usus selain Cryptosporidium tidak diteliti, subjek penelitian, dan faktor resiko yang diteliti. E. Manfaat Penelitian 8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Memberikan informasi tentang penyebab diare khususnya yang disebabkan oleh infeksi protozoa usus. 2. Kalangan medis dan masyarakat Memberikan informasi tentang infeksi protozoa usus serta faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya infeksi protozoa usus. 3. Peneliti lain Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang protozoa usus.