BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan penelitian sampel air bersih sebanyak 20 sarana sumur gali yang jarak sumur dengan jamban kurang dari 10 meter, dinding sumur kurang dari 3 meter, tinggi bibir sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut : A. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dimaksudkan untuk melihat adanya bakteri pencemaran dalam sampel yaitu bakteri golongan coli maupun bukan coli. Hasil uji pendahuluan seperti tertera pada Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Data Hasil Uji Pendahuluan Pada Air Sumur Gali Di Kelurahan Nunbaun Sabu Sampel Jumlah Tabung Positif (+) 3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml 01 3 3 3 02 2 2 3 03 3 3 1 04 3 3 3 05 2 2 3 06 3 2 0 07 3 2 0 08 3 3 2 09 2 3 3 10 3 0 0 11 3 3 2 12 3 3 3 13 3 2 2 14 3 2 1 15 3 3 3 16 3 2 1 17 3 2 2 18 2 2 2 19 3 2 2 20 3 3 3 Dari data diatas menunjukkan bahwa keduapuluh sampel tersebut mengandung bakteri baik golongan coli dan bukan coli. Uji pendahuluan ini didasarkan pada kenyataan bahwa bakteri dapat meragikan laktosa dan membentuk gelembung gas, akan tetapi fermentasi laktosa dapat terjadi karena organisme non enteric. B. Uji Penegasan Uji penegasan dilakukan dengan cara memindahkan sebanyak 1-2 ose dari tiap tabung Lactosa Broth yang membentuk gas kedalam tabung yang berisi media Brilliant Green Lactosa Bile Broth kemudian diinkubasikan pada suhu 440C. Hasil positif ditandai dengan timbulnya gelembung gas pada tabung durham. Escherichia colimerupakan satu-satunya organisme coliform yang dapat membentuk gas dari lactose pada temperature 440C (Chandra,2007). Hasil uji penegasan seperti tertera pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2Data Hasil Uji Penegasan Pada Air Sumur Gali Di Kelurahan Nunbaun Sabu Sampel Jumlah Tabung Positif (+) Indeks 3 x 10 ml 3 x 1 ml 3 x 0,1 ml MPN/100 ml 01 2 2 2 31 02 2 2 3 37 03 3 1 0 46 04 2 3 3 44 05 2 1 0 15 06 1 0 0 4 07 1 0 0 4 08 3 0 1 39 09 1 0 0 4 10 1 0 0 4 11 2 1 1 20 12 2 0 1 14 13 1 1 1 11 14 2 1 0 15 15 2 2 1 26 16 2 0 0 10 17 2 0 0 10 18 1 1 0 7 19 2 1 0 15 20 2 1 1 20 Dari data diatas hasil uji penegasan menunjukkan semua sampel tidak memenuhi syarat mikrobiologi karena berada diatas ambang batas di mana menurut peraturan menteri kesehatan nomor 492 / menkes /per /IV /2010 yaitu 0/100 ml sampel. C. Uji Pelengkap Untuk memberikan bukti koloni bakteri Escherichia coli yang spesifik maka dilanjutkan uji lengkap menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar yaitu dengan mengambil 1 ose yang positif dari tabung Brilliant Green Lactosa Bile Broth kemudian digoreskan secara zigzag pada media Eosin Methylene Blue Agar dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Koloni berwarna hijau metalik merupakan ciri khas bakteri Escherichia coli. Hasil uji lengkap tertera pada table 4.3 berikut ini Tabel 4.3 Data Hasil Uji Pelengkap Pada Air Sumur Gali Di Kelurahan Nunbaun Sabu Sampel Ciri-ciri Koloni Pada Media EMBA 01 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 02 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 03 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 04 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 05 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 06 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 07 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 08 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 09 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 10 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 11 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 12 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 13 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 14 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 15 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 16 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 17 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 18 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 19 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat 20 Koloni sedang, smooth, warna hijau metalik/mengkilat Dari data diatas, membuktikan bakteri tersebut adalah bakteri Escherichia coli. Eosin Methylen Blue Agar menggunakan eosin dan metilen biru sehingga memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dengan yang tidak meragikan laktosa. D. Pewarnaan Gram Dilihat koloni yang tumbuh pada media EMBA kemudian dilakukan pewarnaan gram dan kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Hasil pewarnaan gram dilihat pada tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Data Hasil Pewarnaan Gram Pada Air Sumur Gali di Kelurahan Nunbaun Sabu Sampel Hasil pewarnaan Gram 01 Batang pendek, warna merah, gram negatif 02 Batang pendek, warna merah, gram negatif 03 Batang pendek, warna merah, gram negatif 04 Batang pendek, warna merah, gram negatif 05 Batang pendek, warna merah, gram negatif 06 Batang pendek, warna merah, gram negatif 07 Batang pendek, warna merah, gram negatif 08 Batang pendek, warna merah, gram negatif 09 Batang pendek, warna merah, gram negatif 10 Batang pendek, warna merah, gram negatif 11 Batang pendek, warna merah, gram negatif 12 Batang pendek, warna merah, gram negatif 13 Batang pendek, warna merah, gram negatif 14 Batang pendek, warna merah, gram negatif 15 Batang pendek, warna merah, gram negatif 16 Batang pendek, warna merah, gram negatif 17 Batang pendek, warna merah, gram negatif 18 Batang pendek, warna merah, gram negatif 19 Batang pendek, warna merah, gram negatif 20 Batang pendek, warna merah, gram negatif Hasil pengamatan pewarnaan gram semua sampel menunjukkan adanya bakteri warna merah berbentuk batang pendek yang merupakan ciri khas dari bakteri Escherichia coli. Bakteri gram positif (+) mempertahankan zat warna Kristal violet sehingga warnanya tetap ungu sedangkan bakteri gram (-) kehilangan Kristal violet ketika dicuci dengan alcohol, sehingga zat warna Kristal violet akan hilang dan membentuk kompleks berwarna merah oleh safranin (Suriawiria, 2003). 4.2. Pembahasan Pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat konstruksi secara lengkap.Konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk yang tidak mengetahui tentang sumur yang memenuhi syarat kesehatan dan dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, khususnya syarat jarak sumur dengan sumber pencemaran yaitu septic tank. Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Entjang,2000). Berdasarkan hasil surveilans inspeksi sanitasi kualitas air bersih pada 20 sampel sumur gali memiliki resiko pencemaran tergolong tinggi (data inspeksi sanitasi Puskesmas Alak) dan setelah dilakukan penelitian dari 20 sampel yang diperiksa semua sampel tercemar bakteri Escherichia coli. Dari hasil uji penegasan diketahui nilai index MPN/100 ml sampel tertinggi adalah 46/100 ml sampel dan terendah 4/100 ml sampel, hal ini dikarenakan oleh lingkungan di sekitar sumur gali tidak memenuhi syarat seperti jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Dari jarak sumur dengan septic tank yang terlalu dekat memungkinkan resapan air dari septic tank menyebabkan bakteri tersebut mampu tumbuh pada air sumur tersebut. Masyarakat membangun sumur gali berdekatan dengan dapur dan kamar mandi sehingga menyebabkan jarak antara jamban dan sumber air bersih tidak memenuhi syarat. Hal ini didukung oleh Ginting (2008), kurangnya lahan penduduk menyebabkan jarak jamban dengan sumber air bersih kurang dari 10 meter. Ada kemungkinan semakin lama jumlah bakteri Escherichia coli akan semakin bertambah jika terjadi kebocoran septic tank dan infiltrasi yang tinggi karena disebabkan oleh gaya gravitasi serta gaya kapiler yang dapat mempengaruhi kecepatan, arah aliran dan besaran air yang mengalir. Hal ini didukung oleh Marsono (2009), gaya gravitasi bersifat mengalirkan air secara vertical kedalam tanah sedangkan gaya kapiler bersifat mengalirkan air secara tegak lurus keatas, ke bawah, dan ke arah horizontal sehingga mempengaruhi laju pencemaran bakteri. Masih ada penduduk yang menggunakan timba untuk mengambil air secara langsung dan timba tersebut diletakkan disembarang tempat. Penggunaan timba dapat memperbesar resiko pencemaran dalam air sumur gali. Apabila dalam penggunaannya hanya diletakkan di sembarang tempat yang kontaminasi dengan tanah atau sumber pencemar lain. Perletakkan timba di lantai ataupun di sembarang tempat setelah penggunaan dapat memperbesar resiko pencemaran pada sumur gali melalui timba (Candra, 2006). Sumur hanya ditutup dengan menggunakan seng atau papan tapi jarang yang tertutup rapat. Sebagian masyarakat belum menyadari bahwa tutup sumur dapat mencegah terjadinya pencemaran air. Menurut Entjang (2000) keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan hasil observasi bahwa keseluruhan lantai sumur tidak memenuhi syarat dimana ada yang tidak terdapat lantai terbuat dari semen dan tidak adanya drainase pembuangan air. Menurut Chandra (2006), lantai harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur. Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan tentunya telah memiliki semua syarat konstruksi sumur gali seperti yang ditetapkan. Apabila sumur gali sudah memenuhi peryaratan tersebut, harapannya kualitas air sumur gali secara bakteriologi akan terjaga serta terhindar dari pencemaran da nada proteksi terhadap kualitas air. Standar baku mutu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, bahwa air untuk minum seharusnya tidak mengandung bakteri patogen dan kadar maksimum Escherichia coli pada air minum adalah 0/100 ml sampel. Maka sampel atau air sumur yang tercemar Escherichia coli harus melalui proses pengolahan sebelum dikonsumsi. Walaupun masyarakan Kelurahan Nunbaun Sabu selalu memasak air yang digunakan untuk keperluan minum, namun kemungkinan pencemaran terhadap manusia dari air tetap ada. Karena air sumur tersebut digunakan juga untuk keperluan lainnya seperti mencuci peralatan dapur maupun untuk mencuci bahan makanan yang dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu sehingga pencemar yang telah ada di air masuk kedalam tubuh melalui cara pencucian tadi, bukan saja dari air minum. Penyediaan air dalam sistim yang sederhana dapat terjadi pencemaran sehingga perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan sanitasi. Pemilihan lokasi pembuatan sumur harus memperhatikan jarak dengan sumber pencemaran, pembuatan bak penampung kotoran (Septictank), serta penggunaan jamban karena bakteri Escherichia coli berasal dari tinja manusia maupun hewan (Tahir,1994).