56 hubungan pengetahuan seksual terhadap perilaku

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN SEKSUAL TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA
M. Ikhwan K, Tri Wahyu Rahmawati
Abstrak
Seksual secara umum adalah memahami dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin. Seksual dapat berpengaruh ke perilaku yang dapat menyimpang jika para remaja tidak memiliki
pengetahuan yang baik karena dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah
terangsang) dan juga tidak hanya daya tarik dan panca indera yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan
emosi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku remaja tentang
seksual di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010.Desain penelitian
adalah analitik crossectional. Populasinya seluruh siswa-siswi kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebanyak 121 siswa dengan sampel 60 siswa diambil dengan teknik
Simple Random Sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner pengetahuan 15 pertanyaan dan sikap
dengan kuesioner 13 pernyataan diolah dengan analisis deskriptif disajikan dalam bentuk diagram pie dan
table.
Hasil analisis dengan korelasi Spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan seksual terhadap
perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri (p
value = 0,000 < 0,05), tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya semakin baik
pengetahuan semakin tidak melakukan perilaku seksual.
Dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan diperlukan untuk memperbaiki sikap negatif
menjadi sikap positif dalam upaya memperbaiki perilaku remaja. Disarankan pihak sekolah memberikan
pembelajaran mengenai seksual melalui KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang seksual.
.
Kata Kunci : pengetahuan, perilaku, seksual, remaja
Abstract
Sexual in general realize and detect everything related to sex organ. sexual can influential to
behaviour that can deviate if adolescent doesn't has erudition either due in coitus bot merely sex organ and
region erogen (easy angsang) and also not only fascination and the five senses that come along to
impersonate but also psikologis and emotion.
This watchfulness aim is to detects erudition connection towards adolescent behaviour about sexual at
SMA Dharma Wanita I Pare district pare regency kediri year 2010. Watchfulness design analytic
crossectional. the population entire siswa-siswi class xii at SMA Dharma Wanita I is Pare district Pare
regency kediri as much as 121 students with sample 60 students is taken with technique Simple Random
Sampling. Data is gatherred with kuesioner erudition 15 questions and attitude with kuesioner 13 statements
is cultivated with descriptive analysis is presented in the form of diagram pie and table.
Analysis result with correlation spearman got there sexual erudition connection towards class
adolescent sexual behaviour xii at SMA Dharma Wanita I Pare district Pare regency Kediri (p value = 0,000
< 0,05, connection levels belongs enough strong and negative (-0,711) mean more gooder erudition more
doesn't do sexual behaviour.
Inferential that erudition enhanced be be need to repair negative attitude be positive attitude in the
effort repair adolescent behaviour. Suggested school side gives study hits sexual passes kie (communication,
information, education) to increase adolescent erudition about sexual, attitude cognizance and adolescent
behaviour so that cares and responsible in the life.
Keyword: erudition, behaviour, sexual, adolescent
Jurnal AKP
56
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Latar Belakang
Seksualitas dapat diartikan maksud dan motif
dalam diri manusia, sehingga ada hubungan
dengan perilaku seksual. Jika pengetahuan
seseorang tentang seks kurang, maka dapat
berpengaruh
terhadap
perilakunya
yang
menyimpang misalnya hamil di luar nikah, tetapi
jika pengetahuannya baik maka perilakunya tidak
menyimpang, karena setiap orang mempunyai
keinginan untuk melakukan hubungan seksual
yang dalam arti sempit disebut libido (nafsu
syahwat,
nafsu
birahi).(www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_14Seks
Pranikah.pdf/145_14SeksPranikah.html). Perilaku
seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma
budaya yang berlaku dalam masyarakat, karena
setiap golongan masyarakat memiliki persepsi
yang berbeda. (http://etd.eprints.ums.ac.id/357/).
Banyak remaja yang menyukai bacaan dan melihat
film-film porno, hal ini akan mendorong remaja
terjebak dengan kegiatan seks yang haram. Faktor–
faktor tersebut dapat menimbulkan berbagai
masalah misalnya aborsi, dan pernikahan
dini/pranikah.
(http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilak
u-seks-remaja-makin-bebas/ ).
Angka kejadian aborsi di Indonesia berkisar
2-2,6 juta kasus pertahun. Kasus tersebut ada
sekitar 60.861.350 yang terjadi pada remaja
berusia 10–24 tahun. Angka pernikahan dini
(menikah sebelum berusia 16 tahun) hampir
dijumpai di seluruh propinsi Indonesia. Sekitar
10% remaja putri yang berusia 15-19 tahun
melahirkan anak pertamanya sehigga resiko
kematian bayi 30% lebih tinggi dibandingkan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia 20
tahun atau lebih, (GOI & UNICEF, 2000). Survei
terhadap 3.978 atau 0,4% remaja yang menikah
pada usia 15–24 tahun di 4 propinsi (Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung) dan 5%
remaja perempuan yang pernah menikah mengaku
bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah (GOI & UNICEF, 2000). Di
SMA Dharma Wanita 1 PARE pada tahun 2008–
2009 terdapat 4 siswa yang mempunyai kasus
hamil di luar nikah, dan hampir setiap tahunnya
kasus tersebut (hamil di luar nikah) ada dan
terdapat 1 siswa dengan kasus aborsi, karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan
atau mendapat informasi yang akurat tentang
seksualitas. (FCI, 2000).
Ketertarikan antar lawan jenis dapat
berpengaruh ke perilaku yang dapat menyimpang
Jurnal AKP
57
jika para remaja tidak memiliki pengetahuan yang
baik sehingga dapat berkembang ke pola kencan
yang lebih serius serta memilih pasangan kencan
dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman
hidup, karena dalam hubungan seks bukan hanya
alat kelamin dan daerah erogen (mudah
terangsang) dan juga tidak hanya daya tarik dan
panca indera yang ikut berperan tetapi juga
psikologis dan emosi, oleh karena itu pengetahuan
tentang seksual sangat penting untuk menjaga agar
tidak terjadi perilaku yang menyimpang. Faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual remaja
sehingga mengarah pada perilaku seksual pada
remaja adalah berkembangnya organ seksual dan
pengaruh media (televisi) pun sering kali diimitasi
oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari,
misalnya saja remaja yang menonton film remaja
yang berkebudayaan barat, mereka melihat
perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima
lingkungan. Pada kehidupan psikis remaja,
perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh
kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis
kelamin. Selain itu faktor lain yang dapat
mempengaruhi seorang remaja melakukan seks
karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar
untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
Menghadapi penundaan perkawinan ini para
remaja menyalurkan nafsu birahinya yang
dilakukan secara semberono, (Ida Bagus, 1998).
Hubungan seks yang bebas sudah tentu akan
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan yaitu
kehamilan
yang
belum
dikehendaki,
(http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilak
u-seks-remaja-makin-bebas/).
Untuk mewujudkan keluarga berkualitas
tahun 2015 yaitu dengan cara KIE (Komunikasi,
Informasi,
Edukasi)
untuk
meningkatkan
pengetahuan remaja tentang seksual, kesadaran
sikap dan perilaku remaja agar peduli dan
bertanggung
jawab
dalam
kehidupannya,
(BKKBN, 2002). Advokasi atau dukungan dapat
mengubah persepsi remaja agar pendidikan seks
yang tidak bertanggung jawab dan hanya menjurus
ke pornografi. Agar sasaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan efektif, maka diperlukan
strategi yang tepat. Strategi tersebut memberikan
stimulant kepada remaja agar timbul partisipasi
aktif melalui kegiatan yang sudah ada tanpa
membuat
kelompok
baru,
mewujudkan
peningkatan peran remaja (siswa) melalui
kegiatan–kegiatan positif yang dilaksanakan oleh
remaja sendiri, sekolah memberikan penyuluhan
tentang pengetahuan seksual, sekolah bertindak
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
tegas dalam masalah ini yaitu memanggil anak
tersebut dan mencoba menggali masalah apa yang
sampai dapat remaja tersebut melakukan hal
tersebut, memberikan saran untuk menghindari
hubungan seks di luar nikah dan menyarankan agar
berhati–hati dalam hal berpacaran. Maka
pendidikan seks sangat diperlukan, sehingga
terdapat pengertian yang benar tentang berbagai
masalah hubungan seksual.
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Seksual Terhadap
Perilaku Seksual Remaja Kelas XII di SMA
Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri “.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan pengetahuan seksual
terhadap perilaku seksual remaja kelas XII di
SMA Dharma Wanita 1 Pare Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan seksual pada
remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1
Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
b. Mengidentifikasi perilaku seksual pada
remaja kelas XII di SMA Dharma Wanita 1
Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
c. Menganalisa tentang hubungan antara
pengetahuan seksual dengan perilaku
seksual remaja kelas XII di SMA Dharma
Wanita 1 Pare Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analitik crossectional.
Analitik crossectional yaitu jenis desain penelitian
yang menekankan pada waktu pengukuran hanya
satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel
bebas (variabel independent) adalah Pengetahuan
Seksual dan variabel terikat (variabel dependent)
adalah Perilaku Seksual Remaja. Penelitian
dilakukan pada kelas XII di SMA Dharma Wanita
I Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Lama
penelitian dilakukan selama 1 bulan mulai tanggal
08 Maret 2011 sampai tanggal 08 April 2011.
Pengambilan data dilakukan pada hari Jum’at
tanggal 08 April 2011 pukul 15.30 WIB. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas
Jurnal AKP
58
XII di SMA Dharma Wanita I Pare Kecamatan
Pare Kabupaten Kediri sebanyak 121 siswa,
sampel penelitian sebanyak 60 siswa dengan teknik
sampling simple random sampling.
Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan menggunakan kuesioner. bentuk
pertanyaan tertutup (closed ended) yaitu multiple
choise atau kuesioner yang jawabannya sudah
tersedia sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang sesuai dengan jumlah untuk
mengukur pengetahuan sejumlah 15 soal dan
jumlah pertanyaan untuk mengukur perilaku
seksual sebanyak 13 soal.
Pengolahan data
dilakukan melalui tahap editing, coding, scoring
dan tabulating. Setelah dilakukan pengolahan data
kemudian dilakukan uji stastistik SPSS 17
menggunakan uji spearman corelation. Disini
peneliti menggunakan taraf kesalahan α 0,05.
Prinsip etika yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi prinsip informed concent
dengan memberikan lembar kesediaan menjadi
responden
setelah
mendapatkan
informasi
secukupnya; prinsip anonymity, yaitu bahwa
identitas (nama dan alamat) responden tidak akan
diungkapkan dalam hasil penelitian; serta
confidentiality (azas kerahasiaan) yaitu informasi
yang
diberikan
oleh
subyek
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
Hasil
1. Data Umum
a. Jenis kelamin Responden
Distribusi frekuensi jenis kelamin
remaja di SMA Dharma Wanita Pare
Kabupaten Kediri
dapat dilihat pada
diagram berikut.
18; 30%
42; 70%
Laki-Laki
Perempuan
Berdasarkan diagram di atas diketahui
sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu ada 42 responden (70%)
dari total 60 responden.
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
2. Data Khusus
a. Pengetahuan
Distribusi
frekuensi
pengetahuan
remaja tentang seksual di SMA Dharma
Wanita Pare Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri dapat dilihat pada diagram berikut.
1; 2%
11; 18%
48; 80%
Kurang
Cukup
Baik
Berdasarkan diagram 2 di atas diketahui
hampir seluruh responden pengetahuannya
tentang seksual termasuk kategori kurang
yaitu sebanyak 48 responden (80%) dari
total 60 responden.
b. Perilaku Seksual
Distribusi frekuensi perilaku seksual
remaja di SMA Dharma Wanita Pare
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri dapat
dilihat pada diagram berikut.
0; 0,0%
0; 0,0%
14; 22,6%
48; 77,4%
Tidak pernah
Sering
Kadang-Kadang
Sangat Sering
Berdasarkan diagram di atas diketahui
hampir
seluruh
responden
perilaku
seksualnya (dalam bentuk bersentuhan dan
berciuman) termasuk kategori kadangkadang yaitu sebanyak 48 responden
(77,4%) dari total 60 responden.
c. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
Seksual
Hubungan
pengetahuan
dengan
perilaku seksual seksual remaja di SMA
Dharma Wanita Pare Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri dapat dilihat pada diagram
berikut.
Jurnal AKP
59
Berdasarkan grafik di atas diketahui ada
kecenderungan semakin baik pengetahuan
semakin tidak melakukan perilaku seksual
dan sebaliknya. Kecenderungan tersebut
sebesar 48,5% (R2 Linear = 0,485).
Hasil
analisis
dengan
korelasi
Spearman didapatkan ada hubungan
pengetahuan seksual terhadap perilaku
seksual remaja Kelas XII di SMA Dharma
Wanita I Pare Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri (p value = 0,000 < 0,05), tingkat
hubungan termasuk cukup kuat dan negatif
(-0,711) artinya semakin baik pengetahuan
semakin tidak melakukan perilaku seksual.
Pembahasan
1. Pengetahuan Remaja tentang Seksual
Berdasarkan diagram 2 diketahui hampir
seluruh responden memiliki pengetahuan
tentang seksual kategori kurang yaitu ada 48
responden (80%) dari total 60 responden.
Didapatkannya hampir seluruh responden
memiliki pengetahuan tentang seksual
kategori kurang dapat disebabkan berbagai
faktor. Salah satunya terkait dengan
karakteristik responden berupa jenis kelamin.
Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan
sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan yaitu ada 42 responden (70%) dari
total 60 responden. Berdasarkan penelitian
didapatkan pada umumnya anak perempuan
kurang memiliki perhatian khusus terhadap
masalah seksual sehingga kurang tertarik
untuk mempelajarinya.
Pengetahuan
(knowledge)
adalah
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah suatu usaha yang
mendasari seseorang berfikir secara ilmiah,
sedang tingkatannya tergantung pada ilmu
pengetahuan atau dasar pendidikan orang
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
tersebut (www.konsep-pengetahuan .co.id).
Faktor yamg mempengaruhi pengetahuan
menurut Notoatmodjo (2003) ada empat yaitu
pendidikan, pengalaman, intelegensi dan
pemberian informasi.
Faktor lain terkait dengan kurangnya
pendidikan seksual pada remaja di sekolah
hingga saat ini yang belum memberikan
materi pembelajaran mengenai pendidikan
seksual kepada siswa. Hal ini disebabkan
masih adanya kontroversi antara kelompok
yang setuju dengan adanya pendidikan
seksual kepada remaja dan ada pula kelompok
yang menentangnya. Oleh karena itu pihak
pendidikan juga belum berani memberikan
tambahan pembelajaran seksual kepada siswa
SMA. Pada akhirnya remaja yang ingin
mengetahui seksual akan mencari informasi
dari berbagai sumber yang belum terjamin
validitasnya. Pada akhirnya yang didapatkan
cenderung seksual ditinjau dari aspek
keindahan, kenikmatan yang justru membawa
kepada perilaku seksual yang negatif.
2. Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan diagram 3 diketahui hampir
seluruh responden memiliki perilaku seksual
remaja (bersentuhan dan berciuman) dengan
kategori kadang-kadang yaitu ada 48
responden (77,4%) dari total 60 responden.
Perilaku adalah aktivitas dari manusia
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti
berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan
perilaku manusia. Seksualitas adalah hasrat
(desire) dan keinginan (want) yang saling
tumpang tindih dengan aspek lain (Hidayana
M Irwan, dkk, 2004). Perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat
beragam, perilaku seksual setidaknya meliputi
empat tahap (Kinsey et.al.1965 dalam Fedyani
et.al.1997), yaitu bersentuhan (touching),
mulai dari berpegangan tangan sampai
berpelukan, sentuhan kulit pria wanita bukan
muhrim dengan sengaja serta dengan niat
yang tidak baik atau membangkitkan birahi,
berciuman (kissing), mulai dari ciuman
singkat hingga ciuman bibir dengan
mempermainkan lidah (deep kissing),
bercumbu (petting), menyentuh bagian
sensitif dan mengarah pada pembangkitan
Jurnal AKP
60
gairah seksual, mencium bagian tubuh dengan
mengedipkan bulu mata hingga pasangan
terasa geli, ciuman ini misalnya di pipi, ujung
bibir, dahi atau perut. Ciuman belakang
telinga dengan cara perlahan, lalu dengan
suara geraman dan dengungan mesra menuju
ke lehernya kemudian gigit lehernya dengan
perlahan
sampai
menemukan
mulut.
Berhubungan kelamin (sexual intercourse)
berupa hubungan seksual, khususnya coitus.
Didapatkannya hampir seluruh responden
memiliki
perilaku
seksual
remaja
(bersentuhan dan berciuman) dengan kategori
kadang-kadang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Berkembangnya seksual
remaja akan diikuti dengan hasrat seksual
(libido) sehingga menimbulkan keinginan
untuk berhubungan seksual. Pada tahap awal
remaja akan melakukan seksual dalam tahap
ringan yang akhirnya menuju pada hubungan
seksual dalam arti coitus. Tahap ringan
dimaksud adalah dimulai dengan sentuhan
(touching). Pada umumnya remaja mulai
berani untuk saling bersentuhan dengan lawan
jenisnya yang dianggap sebagai pacar. Di
awali dengan sentuhan ini jika saling
mendapatkan respon maka akan berlanjut
kepada
berpegangan
tangan
sampai
berpelukan. Pada akhirnya remaja akan
cenderung berlanjut kepada ciuman (kissing),
mulai dari ciuman singkat hingga ciuman
bibir dengan mempermainkan lidah (deep
kissing), bercumbu (petting), menyentuh
bagian sensitif dan mengarah pada
pembangkitan gairah seksual.
3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
Seksual
Berdasarkan diagram 4.4 diketahui ada
hubungan pengetahuan seksual terhadap
perilaku seksual remaja Kelas XII di SMA
Dharma Wanita I Pare Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri (p value = 0,000 < 0,05),
tingkat hubungan termasuk cukup kuat dan
negatif (-0,711) artinya semakin baik
pengetahuan semakin tidak melakukan
perilaku seksual.
Perilaku menurut menurut Lawrence
Green (1980) dikutip Notoatmodjo (2003)
dipengaruhi faktor predisposisi, pemungkin
dan
penguat.
Faktor
predisposisi
(predisposing factor) merupakan faktor yang
mendahului
terwujud perilaku seperti
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
nilai dan sebagainya. Sesuai dengan pendapat
Green ini maka pengetahuan dapat dikatakan
sebagai faktor pendahulu bagi perilaku
seseorang. Menurut Snehandu B. Kar (1983)
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku adalah ada atau tidak adanya
informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information). Jadi
jelas bahwa informasi yang secara konsep
menjadi sumber pengatahuan menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku.
Didapatkannya
ada
hubungan
pengetahuan seksual terhadap perilaku seksual
remaja Kelas XII di SMA Dharma Wanita I
Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan
sesuai dengan hasil penelitian didapatkan
hampir
seluruh
responden
memiliki
pengetahuan tentang seksual kategori kurang
yaitu ada 48 responden (80%) dari total 60
responden. Kurangnya pengetahuan tentang
seksual ini akan berpengaruh terhadap
keberanian
remaja
untuk
melakukan
hubungan seksual dalam arti mulai dari
bersentuhan, berpegangan tangan, berciuman
atau bahkan coitus. Terlihat sesuai dengan
hasil penelitian didapatkan hampir seluruh
responden memiliki perilaku seksual remaja
(bersentuhan dan berciuman) dengan kategori
kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa
remaja
yang
pengetahuannya
kurang
cenderung berani bersentuhan bahkan sampai
berciuman. Terbukti pula sesuai dengan hasil
analisis diketahui tingkat hubungan termasuk
cukup kuat dan negatif (-0,711) artinya
semakin baik pengetahuan semakin tidak
melakukan perilaku seksual dan sebaliknya.
Kesimpulan
1. Dari hasil identifikasi pengetahuan remaja
tentang seksual di SMA Dharma Wanita I
Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri
Tahun 2010 yaitu hampir seluruh responden
pengetahuannya tentang seksual termasuk
kategori kurang yaitu sebanyak 48 responden
(80%), kategori cukup yaitu sebanyak 11
responden (18%), dan dengan kategori baik
sebanyak 1 responden (2%) dari total 60
responden.
2. Dari hasil identifikasi perilaku remaja tentang
seksual di SMA Dharma Wanita I Pare
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun
Jurnal AKP
61
2010 yaitu hampir seluruh responden perilaku
seksualnya (dalam bentuk bersentuhan dan
berciuman) termasuk kategori kadang-kadang
yaitu sebanyak 48 responden (77,4%),
kategori tidak pernah sebanyak 14 responden
(22,6%), sedangkan kategori sering dan
sangat sering sebanyak 0 responden (0%) dari
total 60 responden.
3. Jadi hasil analisis dengan korelasi Spearman
didapatkan ada hubungan pengetahuan
seksual terhadap perilaku seksual remaja
Kelas XII di SMA Dharma Wanita I Pare
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun
2010 (p value = 0,000 < 0,05), tingkat
hubungan termasuk cukup kuat dan negatif (0,711) artinya semakin baik pengetahuan
semakin tidak melakukan perilaku seksual.
Saran
1. Bagi pihak sekolah
Disarankan pihak sekolah memberikan
pembelajaran mengenai seksual melalui KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang
seksual, kesadaran sikap dan perilaku remaja
agar peduli dan bertanggung jawab dalam
kehidupannya.
2. Tenaga Kesehatan
Disarankan tenaga kesehatan memberikan
penyuluhan tentang seks kepada remaja
dengan
mempertimbangankan
aspek
pengetahuan dan perilaku remaja dengan cara
memberikan penyuluhan setiap 1 bulan sekali
kesekolahan.
3. Institusi Pendidikan Kesehatan
Disarankan
agar
pihak
pendidikan
melaksanakan pembelajaran seksual melalui
penyuluhan kepada masyarakat setiap 1 bulan
sekali dan melakukan modifikasi kurikulum
khususnya tentang seksual.
4. Bagi Peneliti
Disarankan penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi bagi penelitian berikutnya
dalam membahas
permasalahan yang
berkaitan dengan seksual dan perilaku remaja
terhadap seksual tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz, H.(2003). Riset Keperawatan dan
Tehnik Penulisan Ilmiah, Surabaya :
Salemba Medika
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bagus, Ida. (1999). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan..
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prisip – Prinsip Dasar, Ed. 2.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Ed. Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Ed. 1. Surabaya : Salemba Medika.
Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan
Praktis Metodelogi Riset Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Setyo.
Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja Dan
Konseling, Jakarta : Trans Info Media.
Jurnal AKP
62
Tamsuri, Anas. (2008). Riset Keperawatan, Ed
Revisi 1. Kediri : Pustaka Pelajar.
Widyastuti, Yani, dkk. (2009), Kesehatan
Reproduksi ,Yogyakarta : Fitramaya.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_14SeksP
ranikah.pdf/145_14SeksPranikah.html
(Download, 31 September 2010).
http://etd.eprints.ums.ac.id/375/
September 2010).
(Download,
31
http://osolihin.wordpress.com/2007/03/21/perilaku
-seks-remaja-makin-bebas/ (Download, 2
Oktober 2010).
http://pikkrralhikmah.blogspot.com/2010/06/pengetahua
n-seksual-secara-dini-dapat.html.
(Download, 12 Oktober 2010).
http://dokteriwan.blogspot.com.
Oktober 2010).
(Download,
http://www.inspirasikan.wordpress.com.html
(Download, 22 Oktober 2010).
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
13
Download