Eko Wahyudi NIM: 109051000119 JURUSAN

advertisement
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN ANAK TUNARUNGU
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH SHALAT
DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Eko Wahyudi
NIM: 109051000119
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ABSTRAK
Eko Wahyudi (109051000119)
Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak
Bulus Jakarta Selatan
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang sesuai untuk berinteraksi
anak tunarungu. Anak tunarungu ialah anak yang memiliki keterbatasan dalam hal
pendengaran dan percakapan. Ibadah shalat merupakan kewajiban setiap umat islam.
Karakter mereka tentu berbeda satu sama lain, ada yang rajin shalat dan malas shalat.
SLB Negeri 1 Lebak Bulus terletak dilingkungan yang nyaman, serta mudah
dijangkau oleh setiap orang termasuk penulis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayor adalah bagaimana
penerapan komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam
meningkatkan kualitas ibadah shalat? Kemudian, minornya adalah apakah efektif
komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam meningkatkan
kualitas ibadah shalat?
Teori yang digunakan adalah interaksionisme simbolik. Teori ini merupakan
salah satu dari teori komunikasi yang menekan pada simbol, karena simbol itu dapat
mengutarakan sebuah isyarat yang berupa perasaan, pikiran. Dan teori itu merupakan
pemikiran dari George Herbert Mead Beliau tinggal di Chicago selama lebih kurang
37 tahun. Mead memiliki 3 pemikiran soal interaksi simbolik yaitu : Mind
(Pemikiran), Self (Diri Pribadi) dan Society (Masyarakat).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif. Teknik observasi yang digunakan oleh peneliti adalah kunjungan
dan mengamati langsung komunikasi guru dan anak tunarungu. Sumber primer yaitu
dengan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru Agama dengan
pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Selain itu ada sumber sekunder yaitu
bersumber dari buku referensi tentang anak tunarungu dan internet. Foto-foto seputar
SLB Negeri 1 Lebak Bulus.
Komunikasi interpersonal diterapkan dengan menggunakan metode
demonstrasi yang diimbangi oleh metode oral. Metode ini memerlukan persiapan yang
cukup matang. Agar penerepan ini berjalan efektif harus didukung oleh sarana dan
prasarana memadai. Serta efektifitas komunikasi interpersonal bisa dilihat dari anak
tunarungu yang mau mengikuti perintah guru agama dengan baik. Misalkan guru
agama menganjurkan anak muridnya berwudhu terlebih dahulu sebelum mengerjakan
shalat. Perintah itu di laksanakan dengan baik, berarti komunikasi itu berjalan efektif.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
Al-Qur’an dan Hadist-Nya.
Karya tulis ini merupakan sebuah karya besar yang patut dibanggakan karena
penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis juga yakin
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat
kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba terbatas.
Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,
bombing, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,
M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,
M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal
L.K, M.A.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
ii
3. Bapak Zakaria, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan member saran
mengenai judul skripsi.
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
ini, semoga ilmunya bermanfaat.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mewariskan ilmu kepada penulis selam masa perkuliahan. Semoga ilmu yang
diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat serta menjadi amal sholeh
yang akan terus mengalir bagi para dosen.
6. Para pegawai perpustakaan baik fakultas maupun perpustakaan utama yang
bersedia melayani penulis meminjamkan buku dengan penuh senyuman dan
keramahan.
7. Bapak Kastono selaku Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus, Bapak
Samsul selaku Guru Agama di SLB Negeri 1 Lebak Bulus yang bersedia untuk
diwawancara dan semua Guru yang membantu penulis mencari informasi
ditempat penelitian.
8. Bapak Nardi dan Ibu Yekti tercinta, Bapak Naryo dan Ibu Wati, semua
keluargaku semua. Terima kasih atas untaian doa, perhatian dan kasih sayang
yang tulus, semoga bisa mengahantarku ke masa depan yang lebih baik
iii
9. Bapak dan Ibu Okta terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada
penulis. Saya atas nama penulis, mohon maaf sebesar-besarnya karena saya
selalu merepotkan dirumah beliau
10. Sahabat-sahabat terbaikku KPI.D 2009 Zidni, Rizky, Ari, Mahdi, Bayu, Reza.
F, Bintang, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Ririn, Yuli, Dina, Rina, Bowo, Ryan,
Noflim, Okta, Ana, Yudid, Zakiyah, Nofal, Fadli, Rijal, Ridwan, Rikza,
Angga, Yusup, M. Reza dan Devi terima kasih atas segala dukungan dan
perhatian yang luar biasa kepada penulis.
11. Kawan-kawan HMI KOMFAKDA M.Iqbal, Yusli, Ainun, Ajeng, Slamet,
Manggala, Virga, Momba, Anissa, Hasbul, Faturohman, Gardika, terima kasih
atas semangat yang diberikan kepada penulis.
12. Kawan “KKN SERSAN”, Kawan-kawan seangkatan 2009, Serta para Senior
dan Junior FDK, Anggota KPU UIN Jakarta 2013 terutama Raditya.P dan
kawan-kawan semua terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis
dalam menulis skripsi ini
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Jakarta, 7 Mei 2013
Eko Wahyudi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................... .... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Ruang Lingkupnya ........... 13
B. Pengertian Anak Tunarungu ................................................................. 20
C. Pengertian Kualitas ............................................................................... 25
D. Pengertian Ibadah Shalat .. ................................................................... 26
E. Teori Interaksi Simbolik ....................................................................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
A. Sejarah … ............................................................................................. 31
B. Visi dan Misi ....................................................................................... 33
C. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 34
D. Prestasi-prestasi Anak Tunarungu ....................................................... 40
E. Peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan ....... 41
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak
Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ..............43
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak
Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ................. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 57
B. Saran .................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Sarana dan Prasarana .....................................................................................31
Tabel 2 : Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Lebak Bulus
Jakarta Selatan ...............................................................................................32
Tabel 3 : Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta
Tahun Pelajaran 2012 / 2013 .........................................................................33
Tabel 4 : Prestasi-prestasi Anak Tunarungu ................................................................37
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2.
Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3.
Surat Keterangan Penelitian dari SLB Negeri 1 Lebak Bulus, Jakarta
Selatan.
Lampiran 4.
Pedoman Wawancara
Lampiran 5.
Metode Demonstrasi
Lampiran 6.
Foto-foto dan Dokumentasi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi itu terdiri dari tiga bagian yaitu komunikator, pesan dan
komunikan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari
komunikator ke komunikan, baik melalui perantara ataupun langsung. Di
dalam melakukan proses komunikasi biasanya terdapat dua orang atau lebih,
tidak dapat melakukan sendiri. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan
komunikasi,
karena
manusia
adalah
makhluk
sosial
yang
membutuhkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi antar
manusia tercipta melalui suatu lambang, baik itu komunikasi lambang verbal
(bahasa) maupun non verbal (simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya).
Selain untuk mempertahankan hidupnya, komunikasi juga mempunyai fungsi
untuk memelihara hubungan dan memperoleh kebahagiaan.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal
dari kata lain comunication dan bersumber dari kata komunis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal.
Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari sekian banyak definisi
yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan
maknanya yang hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung melalui
media.1
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan satu sama
lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak
1
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002)
1
2
faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup
atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau
alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau
akibat yang terjadi.2
Komunikasi interpersonal biasa disebut komunikasi antarpribadi.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah suatu proses
penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau kelompok kecil
kepada kelompok kecil lainnya dengan beberapa efek dan umpan balik. Lebih
lanjut, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang
dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.3
Ciri unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga menurut
adanya tindakan yang saling memberi dan menerima antar pelaku yang terlibat
dalam komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku yang ada dalam proses
komunikasi antar pribadi saling bertukar informasi, pikiran dan gagasan.4
Komunikasi
antarpribadi
(Interpersonal
communication)
adalah
komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau
lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumanan orang.5
Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, disamping
memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus
mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Dalam proses
pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya
dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu
mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar.
Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan disini adalah hubungan atau
interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar
2
Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009), cet.1,
h.33
3
Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia (Jakarta: Proffesional Book, 1997)
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2005), h.117
5
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.32
4
3
mengajar berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara
pendidik dengan peserta didik. Guru harus tahu bagaimana perkembangan tiap
anak, terutama bagi anak yang mengalami kelainan. Posisi guru akan sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pemberdayaan anak ini. Apa lagi anak
mengalami kelainan itu memiliki keterbatasan fisik dan mental, sebagai
seorang guru seharusnya perlu memiliki cara berkomunikasi khusus kepada
anak didiknya. Agar siswa dapat menerima pesan yang disampaikan oleh guru
bahkan mampu meresponnya dengan cepat.
Komunikasi mempunyai peranan sangat penting, karena dengan
berkomunikasi seseorang dapat mencurahkan isi hatinya begitu juga dengan
guru yang bisa memberikan kasih saying serta bimbingan moral. Oleh karena
itu seorang guru akan mengetahui perasaan, sikap, sifat, keinginan atau tujuan
dari individual dari anak didiknya dan menciptakan situasi kekeluargaan dalam
pendidikan
Setiap anak dilahirkan tidak selalu dalam kondisi yang normal, kategori
normal berarti tidak mengalami suatu kendala atau gangguan apapun terhadap
kondisi psikis, fisik dan kognisi anak tersebut, akan tetapi tidak sedikit juga
anak yang dilahirkan dalam kondisi abnormal seperti tunarungu. Pada
umumnya
anak
tunarungu
mengalami
masalah
dengan
kemampuan
menyampaikan bahasa lisan sehingga anak tunarungu perlu didorong untuk
mengembangkan bahasa isyarat. Bahasa lisan anak tunarungu dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisinya apabila mereka diberi kesempatan
yang maksimal untuk mengembangkan ketrampilan yang memungkinkan
mereka untuk berkomunikasi sebanyak-banyaknya.
4
Untuk mengembangkan kemampuan anak tunarungu sesuai dengan
potensinya, orang tua dan guru harus memberikan kesempatan sejak usia dini
pada anak untuk mendapatkan latihan pendengaran bagi mereka yang masih
mempunyai sisa pendengaran dan belajar bahasa isyarat. Proses tersebut harus
difokuskan pada pemahaman anak tunarungu secara individual sehingga orang
tua dan guru perlu menyadari perbedaan perjalanan perkembangan anak
tunarungu.6
Untuk mendapatkan pendidikan yang wajib saja begitu sulit padahal
mereka sangat membutuhkan sekali pendidikan itu. Karena dengan adanya
pendidikan itu mereka dapat melatih diri mereka untuk mendapatkan keahlinya
masing-masing. Lantas banyak sekali manfaat yang mereka dapatkan jika
memiliki keahlian, salah satunya adalah meningkatkan rasa percaya diri
mereka. Sebelum mereka memiliki keahlian, mungkin sebagian dari mereka
ada rasa takut atau minder untuk gabung ke orang sekitar yang tidak
mempunyai kekurangan fisik maupun mental. Setelah memiliki keahlian tentu
saja mereka dapat meringankan beban orang tuanya, bahkan dapat
membanggakan orang tuanya.
Pada akhirnya tunarungu akan bergabung dengan masyarakat sekitar.
Sebelum hal itu, biasanya akan dibekali akhlakul karimah agar dapat
mempermudah kehidupan mereka kelak. Pada saat masih disekolah tidak
semua akhlakul karimah bisa disampaikan ke anak tunarungu dengan
menggunakan kata-kata, bahkan ada yang perlu dicontohkan misalkan ibadah
shalat. Sebab anak tunarungu mempunyai klasifikasi tersendiri. Dan disinilah
begitu penting peran seorang orang tua untuk melatih kekurangan si anak untuk
menjadi sebuah kelebihan .
6
Hidayat, 1998. Kontribusi Orang Tua dalam Memberdayakan Anak Luar Biasa. Makalah
dalam Seminar nasional Pemberdayaan Kemandirian anak luar Biasa menyongsong Abad XXI. 8
mei 1998. Jurusan KTP FIP IKIP MALANG
5
Sikap positif orang tua dipandang menjadi faktor penentu keberhasilan
pemberdayaan anak luar biasa ini. Untuk itu orang tua harus dibekali informasi
yang lengkap tentang bagaimana mereka dapat membaca tanda-tanda aktivitas
motorik anak sejak usia dini, menghilangkan pendangan yang tidak realistik,
dan menghambat perkembangan anak. Dan disisi lain orang tua harus mampu
menciptakan lingkungan yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak sesuai
dengan potensinya. Untuk membina dan melakukan konseling bagi orang tua
maka perlu dilakukan kerja sama lintas sektoral antara orang tua, guru, dan
masyarakat. Maka dari itu judul saya tentang “Komunikasi Interpersonal
Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas
Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya menganalis
Komunikasi Interpersonal Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan
Kualitas Ibadah Shalat di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Dan
penelitian hanya difokuskan pada Sekolah Menengah Atas Luar Biasa kelas
X.B pada tahun ajaran 2012-2013. Terdapat 7 orang yang terdiri dari 5
orang Laki-laki dan 2 orang Perempuan.
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, agar lebih terfokus maka penelitian
merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan
Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ?
b. Apakah Efektif Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak
Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru
dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di
Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui Efektifitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru
dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di
Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
Dalam segi akademis penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif guna memberikan kontribusi dalam perkembangan penelitian
melalui pendekatan ilmu komunikasi sebagai alat bantu utama pada
7
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sehingga hasil penelitian
ini diharapkan memberi wawasan dan bahan penelitian lebih lanjut.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukkan dalam
menambah wawasan bagi kalangan teoritis serta praktis pada umumnya,
dan terutama bagi para aktivis maupun mahasiswa guna menambah
pengetahuan dalam mempelajari mengenai Komunikasi Interpersonal
Antara Guru dan Anak Tuna Rungu Dalam Meningkatkan Kualitas
Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan.
D. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode yang
menghasilkan data kualitatif deskriptif dan tertulis dengan informasi dari
orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan. 7
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak bulus
Jln. Pertanian Raya, Cilandak, Jakarta Selatan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
7
Deddy Maulana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.15
8
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah
Guru dan Anak Tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Objek penelitian adalah penerapan komunikasi interpersonal dalam
meningkatkan kualitas ibadah shalat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali
untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan
lainnya, dan instrument yang di gunakan adalah :
4.a Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomenal sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan.
8
Teknik observasi dalam penelitian ini.dengan
melakukan kunjungan dan mengamati langsung cara berkomunikasi antara
guru dan murid tunarungu.
4.b Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan
diwawancarai (interviewee) yang memberi Jawaban. 9 Pewawancara yang
dimaksud adalah Penulis dan pihak diwawancarai adalah Kepala Sekolah
yaitu Bapak Kastono serta Guru Agama yaitu Bapak Samsul dan Muhafid.,
anak tunarungu yaitu M.Ziyan. Wawancara akan dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Adapun
pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan yaitu terkait penerapan
8
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Ghila Indonesia, 1985),
cet.II, h.62
9
Lexi Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
cet.VI, h.135
9
komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu, serta efektivitas
komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat.
4.c Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen, adapun dokumen penelitian peroleh dari buku bacaan,
kepustakaan, dan Foto. Adapun dokumen yang peneliti peroleh yaitu dari
buku bacaan tentang anak tunarungu, profil SLB Negeri 1 Lebak Bulus dan
foto-foto terkait anak SLB yang sedang melakukan shalat, Guru Agama
disekolah tersebut. Foto Sarana dan prasarana di SLB.
4.d Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan
"Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)" yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah, 2007. 10
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding
adalah skripsi berjudul :
1. Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak Terhadap Motivasi
Berprestasi Pada Anak. Dalam skripsi Herdiansyah Pratama menjelaskan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal
orang tua dan terhadap motivasi berprestasi pada anak dan mengupas
komunikasi interpersonal di lihat dari segi kuantitatif.
10
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta : CeQDA (Center For Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah , 2007), cet.II
10
2. Komunikasi Interpersonal Antar Pengurus di Yayasan Bahrul Hasanah
Pabuaran Bojonggede. Dalam skripsi ini Siti Sabili Jahro membahas
komunikasi interpersonal yang disampaikan secara formal dan informal.
Dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan Musyawarah.
3. Pola Komunikasi Guru Terhadap Tunagrahita Dalam Membina Ibadah
Shalat di SLB Nurasih Ciputat. Dalam skripsi ini Siti Aisyah membahas
pola komunikasi yang ada di SLB ini ada tiga pola yaitu komunikasi verbal,
komunikasi non verbal dan komunikasi antar pribadi.
4. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang
Jakarta Selatan. Dalam skripsi Agus Ratina membahas pola komunikasi
dan metode guru dalam proses pembelajaran mengajar khusus pada mata
pelajaran akhlak di MAN 4 Model.
5. Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah
di SMP Isla Al-Syukro Ciputat. Dalam skripsi ini membahas tentang pola
komunikasi guru terhadap siswa dalam pembinaan ibadah yang selalu
dilakukan setiap hari meliputi : ibadah shalat dzuhur berjamaah, adzan,
wudhu, shalat sunnah qobliah, ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjamaah
hafalan juz amaa’ berjamaah, pemimpin dzikir dan pemimpin doa serta
kultum
Adapun perbedaan skripsi penulis adalah penelitian ini lebih menerapkan pada
komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode demonstrasi dan oral,
antara guru dan anak yang mempunyai keterbatasan fisik maupun mental atau
anak tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat
11
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci
kedalam sub-sub sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian yang
di dalam ada penjelasan tentang metode penelitian, lokasi penelitian, subjek
dan objek penelitian, teknik pengumpulan data yang berupa observasi,
wawancara, dokumentasi, teknik penulisan. Kemudian tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Bab ini akan menguraikan pengertian komunikasi yang didalamnya
komunikasi Interpersonal dan ruang lingkupnya, pengertian anak tunarungu,
teori interaksi simbolik, pengertian kualitas, dan pengertian ibadah shalat.
BAB III GAMBARAN UMUM SLB
Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi Sekolah Luar Biasa
Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Banyak anak tunarungu di SLB negeri 1
lebak bulus jakarta selatan lebak bulus jakarta selatan.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang komunikasi interpersonal antara guru dan anak
tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat di sekolah luar biasa
negeri 1 lebak bulus jakarta selatan. Dan efektifitas komunikasi interpersonal
antara guru dan anak tuna rungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat di
sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus jakarta selatan .
12
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penulis.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Ruang Lingkupnya
1. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal communication)
Komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua
orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumanan orang.1
Karena sifatnya dialogis berupa percakapan arus balik bersifat
langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga,
Pada saat komunikasi dilancarkan komunikator mengetahui pasti apakah
komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, jika tidak ia dapat
meyakinkan komunikan ketika itu juga ia dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Pentingnya situasi komunikasi
antarapersonal seperti itu bagi komunikator ialah karena ia dapat mengetahui
diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat mengetahui namanya,
pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, pengalamanya, cita-citanya dan yang
penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilakunya. Dengan
demikian komunikator dapat mengarahkannya ke suatu tujuan sebagaimana ia
inginkan.2 Komunikasi dengan orang lain atau disebut juga dengan komunikasi
antarpribadi, mempunyai tujuan-tujuan. Tujuan pokok dalam berkomunikasi
adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu
agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan
kita menjadi suatu yang kita mau.3
Komunikasi antarpribadi mempunyai peranan cukup besar untuk
mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan
informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh
kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling
pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Kerangka
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.32.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).
3
Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi (Semarang: Unnes Press, 2005).
2
13
14
pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilainilai, kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang.
Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta
komunikasi tumpang tindih (over lapping), yang terjadi saat individu
mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima
dari
lingkungannya.
Derajat
hubungan
antarpribadi
turut
mempengaruhi keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan
kedalam (depth) hubungan psikologis seseorang.4
Komunikasi yang terjadi antara guru dan anak tunarungu bisa dikatakan
komunikasi interpersonal karena bersifat dialogis. Guru sendiri mengetahui
secara langsung apakah pesan yang disampaikan itu diterima baik oleh si anak
tunarungu. Komunikasi interpersonal memiliki hubungan emosional yang lebih
dekat seperti hubungan orang tua dengan anak. Dengan adanya komunikasi
interpersonal seseorang guru bisa merubah sikap anak tunarungu kea rah yang
lebih baik. Misalkan Dengan mengajarkan Ilmu agama kepadanya, caranya
dengan membiasakan shalat lima waktu dan perlu di ingatkan setiap harinya.
Jadi
komunikasi
interpersonal
menurut
penulis
ialah
proses
berkomunikasi antara dua orang yaitu guru dan anak tunarungu dengan
maksud untuk merubah sikap anak tunarungu ke arah yang lebih baik.
4
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.37
15
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan
komunikasi antarpribadi :
a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri
b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuikan diri
dengan lingkungan
c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang
lain
d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan
perilaku sendiri dan orang lain
e. Komunikasi antar pribadi merupakn proses belajar
f. Mempengaruhi orang lain
g. Mengubah pendapat orang lain
h. Membantu orang lain
2. Tiga pendekatan utama mengenai pemikiran antarpribadi yaitu :
2.1
Pemikiran Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Komponen-komponen
Utamanya. Penyampain pesan oleh satu orang dan penerima pesan orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan
peluang untuk memberikan umpan balik segera. Pemikiran ini di wakili
oleh Bittner yang menerangkan bahwa komunikasi antarpribadi
berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata
kepada penerima, dengan menggunakan medium suara manusia (human
16
voice).5 Sementara Barnlund mendefinisikan komunikasi antarpribadi
sebagai pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang,
yang terjadi sangatspontan dan tidak berstruktur. Barnlund sebagaimana
dikutip oleh Alo Liliweri mengemukakan beberapa ciri untuk mengenali
komunikasi antarpribadi, sebagai berikut :
a. Bersifat spontan
b. Tidak mempunyai struktur
c. Terjadi secara kebetulan
d. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan
e. Identitas keanggotaanya tidak jelas
f. Dapat terjadi hanya sambil lalu.6
2.2
Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Hubungan Diadik Hubungan
diadik mengartikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang
berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang
mantap dan jelas. Komunikasi tatap muka antara suami istri, pramuniaga
dengan pembeli merupakan bentuk komunikasi diadik. Definisi
hubungan diadik dapat diperluas sehingga mencakup sekelompok kecil
orang. Pemikiran mengenai bentuk hubungan diadik dikemukakan oleh
Laing, Phillipson, dan Lee. Mereka menyatakan bahwa untuk memahami
perilaku seseorang , harus mengikutsertakan paling tidak dua orang
5
John R. Bittner. 1985. Broadcasting and Telecommunication, An Introduction. New Jersey:
Prentice- Hall.
6
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991).
17
peserta
dalam
situasi
bersama.
Hubungan
diadik
ini
harus
menggambarkan interaksi pengalaman bersama mereka.
Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai
komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Nama
lain dari komunikasi ini adalah diadik (dyadic). Komunikasi diadik
biasanya bersifat spontan dan informal. Partisipan satu dengan yang lain
saling menerima umpan balik secara maksimal. Partisipan berperan secra
fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Segera setelah orang ketiga
bergabung didalam interaksi, berhentilah komunikasi anatarpribadi, dan
menjadi komunikasi kelompok kecil (small-group communication).
Walaupun
ukuran
kelompok
kecil
beragam,
komunikasi
ini
mengharuskan adanya interaksi secara bebas untuk setiap orang yang
terlibat.7
Saluran komunikasi antarpribadi dapat digunakan untuk struktur
keluarga. Karena saluran komunikasi ini paling tinggi frekuensinya
digunakan untuk berkomunikasi. Beberapa anggota keluarga lebih
banyak menggunakan waktunya berbicara dengan yang lain. Menurut
Trenholm dan Jensen, tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukan
jaringan komunikasi. Struktur jaringan keluarga sangat bervariasi satu
dengan yang lain. Jaringan tersebut terpusat pada salah satu anggota
7
Sarah Trenholm, and Arthur Jensen. 1995. Interpersonal Communication. Belmont, California:
Wadsworth Publish-ing Company.
18
keluarga yang melayani sebagai gate keeper untuk menjaring beberapa
pesan. Kemudian dipertukarkan kepada seluruh anggota keluarga.
Komunitas yang ada disekeliling tempat tinggal berperan di dalam
mendukung lancarnya komunikasi antarpribadi di antara keluarga dan
masyarakat.
2.3
Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari komunikasi
impersonal pada satu sisi, menjadi komunikasi pribadi atau intim di sisi
lain. Oleh karena itu, derajat hubungan antarpribadi turut berpengaruh
terhadap keluasaan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan,
sehingga memudahkan
perubahan sikap. Pandangan developmental
dapat dilihat dari pendapat. Komunikasi antarpribadi dalam pengertian
penetrasi. Semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain,
maka semakin banyak karakter antarpribadi yang terbawa di dalam
komunikasi tersebut. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi adalah
proses sesungguhnya dari penetrasi social. Dikatakan, “ Bila komunikator
meneruskan hubungan mereka, yakni, jika mereka cukup termotivasi
untuk melakukan usaha melanjutkan hubungannya, dan ketrampilan
antarpribadi
mereka
cukup
memadai
untuk
memungkinkan
pertumbuhannya, maka hubungan mereka mengalami perubahan secara
kualitatif. Ketika perubahan-perubahan itu menyertai pengembangan
19
hubungan,
pertukaran-pertukaran
komunikasi
akan
meningkatkan
hubungan antarpribadi.8
Pendekatan hubungan dala menganalisis proses komunikasi
antarpribadi mengasumsikan, bahwa hubungan antarpribadi dapat
membentuk struktur social yang diciptakan melauim proses komunikasi.
Pembentukannya
proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak
sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui
penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungan
secara ilmiah berlangsung secara terus menerus. Individu berpartisipasi
aktif dalam komunikasi. Mereka berimprovisasi, menghubungkan makna,
memberdayakan dan memaksakan tindakan satu sama lain.9
Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut
Rogers adalah sebagai berikut :
a. Arus pesan cenderung dua arah
b. Konteks komunikasinya dua arah
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
8
Gerald R. Miller & Mark Steinberg. Between People: A New Analysis of Interpersonal
Communication. Michigan State University Science Research Associates. 1975
9
Edna Rogers, Relation Communication Processes and Patern in Rethinking Communication
Vol.2, ed Brenda Dervin et. al., hal.1, 2002 (at http://www.brocku.ca/commstudies/courses/2F50/
relationala.html).
20
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas
keterpaan tinggi
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat
f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap .10
3. Komunikasi Antarpribadi dilihat dari proses pengembangannya
Menurut perspektif ini komunikasi adalah suatu proses yang berkembang,
yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal atau intim. Artinya, ada
peningkatkan hubungan di antara para pelaku komunikasi.11
Definisi ini membedakan komunikasi impersonal dengan interpersonal
berdasarkan tiga faktor :
a. Prediksi-prediksi berdasarkan data psikologis
b. Interaksi-interaksi yang berdasarkan pada pengetahuan
c. Interaksi berdasarkan pada aturan yang dikemukakan sendiri
B. Pengertian Anak Tunarungu
Tunarungu atau anak yang mengalami gangguan pada pendengaran
(Sekolah Luar Biasa Bagian B) adalah anak yang menunjukkan ketidakmampuan
mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada
10
Eduard Depari dan Colin MacAndrews, Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995)
11
Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009), cet.1,
h.86-87
21
tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of hearing). Orang yang tuli (a deaf person)
adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga
mengalami
hambatan
didalam
memproses
informasi
bahasa
melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid),
sedangkan yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah sesorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup
memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan
hearing aid ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.12
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat
kehilangan
pendengaran,
saat
terjadinya ketunarunguan, letak
gangguan
pendengaran secara anatomis, serta etiologis.
Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes
dengan menggunakan audiometer ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Tunarungu ringan (mild hearing loss)
2. Tunarungu sedang (moderate hearing loss)
3. Tunarungu agak berat (moderately csevere hearing loss)
4. Tunarungu berat (severe hearing loss)
12
Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak Dengan Gangguan
Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran (Tunarungu), Direktur Jendral Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Jakarta : September 2006)
22
5. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Ketunarunguan
prabahasa
(prelingual
deafness),
yaitu
kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara da bahsa
berkembang.
2. Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan
bahasa berkembang.13
Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat
diklasifasikan sebagai berikut.
1. Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan
oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah, yang
berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju
telinga bagian dalam.
2. Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus
chochlearis).
3. Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe konduktif dan
sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar/tengah dengan
telinga dalam/saraf pendengaran.
13
Wardhani IGAK. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Universitas terbuka, 2007.
23
Berdasarkan etiologi atau asal usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik
(keturunan)
2. Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh factor
nongenetik (bukan keturunan)
Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut BOOThroyd. Klasifiksi dan
karakteristik ketunarunguan diantaranya didsarkan pada:
1. Kelompok I
: Kehilangan 15-30 dB: mild hearing losses atau
ketunarunguan ringan; daya tangkap suara cakapan manusia normal.
2. Kelompok II : Kehilangan 31-60 dB: moderate hearing losses atau
ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap cakapan manusia hanya
sebagian.
3. Kelompok III : Kehilangan 61-90 dB: severve hearing losses atau
ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap cakapan suara manusia tidak
ada.
4. Kelompok IV : Kehilangan 91-120 dB: profound hearing losses atau
ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
tidak ada sama sekali.
24
5. Kelompok V : Kehilangan lebih ari 120 dB: total hearing losses atau
ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara manusia tidak ada sama
sekali.14
1. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam
kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak
normal seusianya.
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai
berikut:
a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari
keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan
sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan
orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat
pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan
ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
14
Murni Winarsih, Pendidkan bahas bagi Anak Gangguan pendengaran Dalam Keluarga (Jakarta
: Direktorat Jendral Pendidikan Nasional, 2007)
25
d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi
suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim
tanpa banyak nuansa.
f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami
kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara
lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada
telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya
cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada
umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
C. Pengertian Kualitas
Kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.15
Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung
pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.16
15
Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)
Barry Elliot dan Jamie Elliot, Financial Accounting and Reporting, First Edition, Prentice Hall
(UK) Ltd, 1993
16
26
D. Pengertian Ibadah Shalat
Ibadah banyak mengandung pengertian berdasarkan sudut pandang para
ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli. Dalam hal ini penulis
melihat pengertian ibadah yang dikemukakan oleh berbagai ahli.
Secara etimologi „„kata ibadah‟‟ diambil dari bahasa arab abada-yaiduibad-ibadatun yang berarti beribadah atau menyembah.17
Menurut Abu Al-A„ la Al- Maududi, kata abada secara kebahasaan pada
mulanya mempunyai pengertian kedudukan seorang kepada orang lain dan
tersebut menguasai. Oleh karena itu, ketika disebut kata alabidi dan alabidatu yang
cepat tertangkap dalam pikiran orang adalah ketundukan dia, kehinaan budak
dihadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya.18
Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa „„kata ibadah‟‟ diambil dari
bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar abada. Yaitu berarti taat,
tunduk, patuh, dan merendah diri. Kesemuan pengertian itu memiliki makna yang
berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dihadapan yang
disembah disebut abid (yang beribadah).
Adapun pengertian ibadah secara termologi adalah “Ibadah itu nama yang
mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan mapun tersembunyi dalam
rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya.
Sedangkan pengertian umum ibadah adalah segala bentuk hukum, baik
dapat dipahami maknanya (ma‟qulat al-ma‟na) seperti hukum yang menyangkut
17
Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kotemporer Indonesia Arab (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 1999), cet.5, hal.1268
18
Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah Dalam Islam Terjemahan Umar Fanami (Surabaya: PT Biru Ilmu,
1988), hal.37
27
dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu
ma‟qulat al ma‟na) seperti thaharah (bersuci) dan shalat baik yang berhubungan
dengan hati seperti niat. Seluruh makhluk harus menyembah pada ketuhanan-Nya,
tunduk pada kekuasaan-Nya, dan patuh pada aturan-Nya. Kata „„ibadah‟‟
mengandung tiga arti, yaitu menyembah, atau mengabdi, merendah atau takluk,
dan taat berserah diri.19
Pengertian Ibadah menurut Fuqoha adalah segala taat yang dikerjakan
untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan Pahala-Nya diakhirat.20
Manusia adalah penyembah Tuhan, abdi Tuhan, berserah diri hanya kepada Tuhan.
Karena itu adalah meyembah serta patuh hanya kepada Tuhan dengan seluruh
pengabdian, cinta dan kemampuan yang kita miliki. Tidak ada yang lebih patut
ditaati kecuali Tuhan Sang Pengatur seluruh alam. Dalam pengertian ini segala
perbuatan yang dilakukan manusia adalah perbuatan baik, karena tujuan yang akan
dicapai dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika
perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan mungkin memperoleh
ridha dan pahala dari Allah.
Hikmah shalat dapat dilihat dari berbagai segi, mulai dari definisi yang
beragam, karena luasnya dimensi dan makna yang dikandung ibadah ini, sampai
pada tahap pelaksanaannya. Misalnya TM Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan
sejumlah definisi shalat dengan tinjauan yang saling berbeda. Secara Etimologi
shalat biasa diartikan sebagai doa memohon kebajikan dan pujian. Menurut
Fuqaha (para ahli fiqh atau hukum islam) memberikan definisi kpada shalat
dengan melihat lahiriahnya, karena begitulah tinjauan hukum. Mereka
19
20
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah (Jakarta: Pustaka irVan, 2008) cet.1, hal.14-15
Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah Dalam Islam
28
mendefinisikan shalat sebagai beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir, disudahi dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya, yaitu berharap
kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya, ikhlas bagi-Nya,
serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-Nya.21
Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah sebagai wujud kepercayaan dan
ketundukan seseorang terhadap Tuhan, sang Pencipta Yang Mahakuasa yang
menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber daya dan sarana hidup. Melalui
ibadah kepada-Nya manusia dapat memperoleh keagungan dan kesempurnaan
hakiki.22
Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan, maka dapat
dikatakan ibadah shalat adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah
dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.
Ibadah shalat di SLB tersebut sering dilaksanakan oleh para Guru, Orang
Tua Murid dan murid setiap harinya. Tapi anak tunarungu di SLB ini tidak semua
rajin, ada pula yang malas. Setiap harinya seorang guru perlu khususnya guru
agama untuk mengingatkan kembali anak muridnya yang malas untuk
mengerjakan shalat.
21
Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, hal.12-13
Afzalur Rahman, Tuhan Perlu Disembah: Eksplorasi dan Manfaat Shalat Bagi Hamba (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2002)
22
29
E. Teori Interaksi Simbolik
Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari
pemikiran George Herbert Mead. Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The
Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
Mead tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun, maka perspektifnya sering
kali disebut sebagai Mahzab Chicago. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead,
setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan
bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku
orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat
mengutarakan perasaan, pikiran maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca
simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran
Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
1. Mind (pikiran) merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.
Self (diri pribadi) merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri tiap
individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain,dan teori
interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi
yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self ) dan dunia luarnya.
30
3. Society
(masyarakat)
merupakan
hubungan
sosial
yang
diciptakan,dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah
masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka
pilih secara aktif dan suka rela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia
dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Tiga tema
konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik
antara lain pentingnya makna bagi perilaku manusia, Tema ini berfokus
pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam
teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi,
karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di
konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi.23
Cara penyampaian komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu ada 2
jenis yaitu komunikasi yang verbal (lisan) dan komunikasi non verbal (isyarat).
Teori Interaksionisme Simbolik ialah teori menekan kan pada symbol untuk
mengutarakan sebuah isyarat. Dan teori ini termasuk kategori komunikasi non
verbal,
karena sama-sama untuk mengutarakan sebuah isyarat. Guru disini
memanfaat alat bantu berupa gambar untuk menjelaskan materi tentang ibadah
shalat.
23
Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta:
Kencana, 2011), cet.1, hal.188-193
BAB III
GAMBARAN UMUM SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
A. Sejarah
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah khusus bagi anak yang memiliki
keterbatasan baik fisik atau mental. Sekolah tersebut dilengkapi oleh fasilitas yang
memadai guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Anak didik disekolah itu
dibekali dengan ketrampilan Otomotif, Tata boga, Tata busana, Tekstil,
Kecantikan, Akupresure, Hantaran dan ICT oleh para pengajar agar bisa
bermanfaat kelak. Serta guru yang mengajar disekolah tersebut harus memiliki
ketrampilan khusus pada saat mengajar materi agar materi yang disampaikan dapat
diterima baik oleh para murid.1
SLB Negeri A (Persiapan BC) adalah sekolah yang terletak dilingkungan
yang nyaman. Banyak pohon-pohon yang menghiasi disekitar sekolah. Warga
sekitar sekolah sangat baik dan aktif. Setiap ada kegiatan di sekolah yang bersifat
social, warga sekitar selalu ikut serta dan meramaikannya.
SLB Negeri Bagian A Jakarta adalah sekolah negeri pertama di Jakarta
didirikan oleh pemerintah dengan Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.2/SK/B/III tanggal 13 Maret 1962 terletak di jalan R.S.
Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan
1
Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 21 Februari 2013
31
32
dan Kebudayaan RI No.0384/0/1987 tanggal 1 Juli 1987, SLB Negeri Bagian A
Jakarta dipindahkan dari R.S Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan ke kompleks SLB
A Pembina Tingkat Nasional, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta
Selatan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1368/2007 SLB
Negeri A (Persiapan BC) Jakarta menjadi SLB Negeri 1 Jakarta, yang melayani
satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sejak tahun 2006 SLB
Negeri 1 Jakarta oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa ditunjuk sebagai
Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus untuk wilayah DKI
Jakarta.
Fungsi Sentra PK & LK
1. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa PLB
2. Kemasyarakatan baik pendidikan maupun non kependidikan seperti usaha
jasa, seni dan budaya daerah
3. Pusat jaringan kerjasama antar sekolah, orangtua siswa, masyarakat, dunia
kerja, dan lembaga lain yang terkait
Pada tahun 2013 ini SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan tersebut
melakukan beberapa renovasi guna melengkapi sarana dan prasarana Dan pada
saat saya melakukan penelitian sudah tampak bangun baru di area sekolah itu. Hal
itu dilakukan supaya minat belajar mereka makin bertambah, dengan adanya
fasilitas baru.
33
B. Visi dan Misi
1. Visi
Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menjadi yang mandiri, beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan terampil dalam
masyarakat Inklusif.
2. Misi
a. Mengurangi dampak ketunaan melalui rehabilitasi, tetapi ringan,
keterampilan dan lain-lain.
b. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan, wawasan, pengalaman dan
sikap percaya diri melalui Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).
c. Meningkatkan keterampilan dan memperluas peluang kerja melalui kursus
dan pelatihandi Bengkel Kerja PLB DKI Jakarta.2
Pendanaan sekolah berasal dari :
1. Biaya penyelenggaraan bersumber dari APBD, APBN dan masyarakat
2. Pengelolaan anggaran dilakukan sekolah secara mandiri dan transparan
3. Pertanggungjawaban berkala kepada pemerintah daerah, pusat ,komite
sekolah/orangtua dan institusi pemberi bantuan
4. Perencanaan pembiayaan dituangkan dalam RAPBS tahun ajaran
berjalan
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 21 Februari 2013
34
C. Sarana dan Prasarana.
1. Sekolah Luar Biasa Lebak Bulus 1 Jakarta Selatan mempunyai sarana dan
prasarana sebagai berikut : 3
Tabel 1
No.
Jenis
Jumlah
Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21
Gedung Sekolah
Ruang Kepala Sekolah
Ruang guru
Ruang Perpustakaan
Ruang Tata Usaha
Ruang Tamu
Ruang Komite
Ruang UKS
Dapur Sekolah
Gudang
Ruang Kelas
Ruang Kekhususan
a. Ruang BPBI
b. Ruang Binadiri
Ruang WC / Kamar
Mandi
a. Kepala Sekolah
b. Guru Pria
c. Guru Wanita
d. Siswa Pria
e. Siswa Wanita
Ruang Keterampilan
a. Tata Busana
b. Otomotif
c. Tekstil
d. Tata Boga
e. Tata Kecantikan
f. Akupresure
g. Hantaran
h. ICT
Kantin Sekolah
Pos Keamanan
Halaman Sekolah /
Jalan/lapangan
Laboratorium IPA
(Biologi & Fisika)
Jaringan Listrik
Jaringan
Telpon/Facimile
Jaringan Internet
3
1
3
1
1
1
1
1
1
2
27
1
1
16
1
3
3
5
4
3
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
3
Luas/Ruang
Keterangan
2
(m )
40,5
Satu komplek dengan SLB-A
160
Pembina Tingkat Nasional.
40,5
Menjadi satu dengan R. Kepsek.
56
40,5
40,5
20
40,5
40,5
81
56
3
3
3
3
3
120
80
80
80
60
50
50
40,5
48
9
7000
40,5
5500
-
Wowo, Sarana dan Prasarana SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013
35
2.
Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan sebagai
berikut
:4
Tabel 2
No
4
Nama
NIP
Tanggal
Lahir
L/P
Status
Guru
Pendidikan
Terahir
Tugas
1
Kastono, MM.
195810101983021009
10/10/1958
L
CPNS
S2
Kepala
Sekolah
2
Dra Dewi
195910211992032002
21/10/1959
P
CPNS
S1
Wali
Kelas
3
Retno S.Pd
196110181994122001
18/10/1961
P
CPNS
S1
Wali
Kelas
4
Iim Maskiah, S.Pd
195807301982032005
30/07/1958
P
CPNS
S1
Wali
Kelas
5
Samsul Huda, S.Ag.
197201312000121001
31/01/1972
L
CPNS
S1
Wali
Kelas
6
Tugianto
17/07/1966
L
CPNS
S1
Wali
Kelas
7
Drs. Sugiharto
195902051988031004
05/02/1959
L
CPNS
S1
Wali
Kelas
8
Suhartinah
196703021993032005
02/03/1967
P
CPNS
S1
Wali
Kelas
9
Sumanto, S.Pd
196810121993031011
12/10/1968
L
CPNS
S1
Guru
Kelas
Wowo, Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013
36
3. Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 /2013.5
Tabel 3
SMALB / B (TUNARUNGU)
Kelas : X.A
Kelas : X.B
Guru
Guru
: Dra Dewi
Nama Murid
1. Iza Resita
2. Malik Nurul Huda
3. Dika Kurniawan
4. Istiar Lutfiani
5. Lidian Setieny
6. Asri Aliyani
: Retno S.Pd
Nama Murid
1. Gunawan
2. M. Rabbani Abbas
3. Mahbub Dwi Ashari
4. Ilham Fadillah
5. Siti Aisyah
6. Fitriah
7. Acmad Septiadi
Kelas : XI
Kelas : XII
Guru
Guru
: Iim Maskiah, S.Pd
Nama Murid
1. Made Triyanto
2. Hidayah Catur Anindita
3. Luky Putri Wijayanti
4. Muhammad Syahquro
5. Muhammad Ziyan Sajjad
6. Ryan Priandika
7. Samuel Tulus Eliasta
8. Renita Oktaviani
9. Sahid Dwi Posorio
10. Galih Prih
5
2013
: Samsul Huda, S.Ag.
Nama Murid
1. Bertha Margaretha
2. Harwinda Agustian
3. Heny Setiawati
4. Rizky Mandalika Putra
Wowo, Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 / 2013, 21 Februari
37
SMALB / C (TUNAGRAHITA)
Kelas : X
Guru : Tugianto
Nama
1. Maharani Mancak
2. Lisa Umami
3. Wildan Nabela Angusta
4. Ikhwan Aulia
5. Syaipul Anwar
6. Hafid Fadillah
7. M. Jumri
8. Sendi Nopayana
9. Ihwan Fahmi
10. Siga Wicaksono
11. Bimo Rabian Rachman
12. Agung wahyudi
13. Mailasari Adawiyah
14. Ana Mardiana
Kelas : XI
Kelas : XII
Guru
Guru
: Drs. Sugiharto
Nama Murid
1. Bobby Rahmatillah
2. Fajar Ahmad Abdila
3. Iin Alfianti
4. Tri Utama Putra Sakti
5. Indriyani Komala
6. Fatur Rahma
: Suhartinah
Nama Murid
1. Wahyudi
2. Astika Aprillia
3. Haposan Willy
4. Rio Pramudio
5. Ishal Ridho
6. Widya Aprillia
7. Imam Prakarti Budi S
8. Amal Gufron
9. Rian Firmansyah
10. Kamaludin
11. Indriyani Komala
38
D. Prestasi-prestasi Anak Tunarungu.6
Tabel 4
NO
NAMA SISWA
PRESTASI
PERINGKAT
TAHUN
TINGKAT
1
Nur Annisa O.H
Seni Lukis
2
2008
DKI Jakarta
2
Utria Lesmi
3
2009
DKI Jakarta
3
Muthasim .A
2
2009
Jak-Sel
4
Agung Wahyudi
2
2009
DKI Jakarta
5
Mery Amelia
Seni Lukis
Bulu
Tangkis
Lempar
Jauh
Lempar
Cakram
1
2009
Nasional
6
Winda
Tolak
Peluru
1
2009
Nasional
7
Putri Widasari
2
2010
Jak-Sel
8
M. Syehquro
Sains
Desain
Grafis
2
2010
DKI Jakarta
9
Badrina Alfi
Hantaran
1
2010
DKI Jakarta
10
Malik
1
2011
DKI Jakarta
11
Syechquro
1
2011
DKI Jakarta
12
Winda
1
2011
DKI Jakarta
13
Ade Fauzan
2
2011
DKI Jakarta
14
15
Aditya
Penggalang
Pantonim
Desain
Grafis
Lempar
Cakram
Lempar
Cakram
Desain
Grafis
Kebersihan
2
1
2011
2011
DKI Jakarta
Jambore Cabang
Jakarta Selatan
16
Fajar.a
Bola basket
1
2012
DKI Jakarta
Chaidir zein
Bulu
tangkis
1
18
Agung . W
Atletik
2
2012
DKI Jakarta
DKI Jakarta
19
Sega.w
Sepak bola
3
2012
DKI Jakarta
20
Aulia
Bocce
Harapan 1
2012
DKI Jakarta
17
6
2012
Wowo, Prestasi-prestasi Anak Tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus , 21 Februari 2013
39
E. Peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan
1. Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi
tingkat baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan
pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan
alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.7
2. Tunagrahita atau anak yang mengalami keterlambatan dalam belajar (Sekolah
Luar Biasa Bagian C) disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah
rata-rata atau biasa disebut dengan tunagrahita. Kata lain dari tunagrahita
adalah retardasi mental (mental retardation). Secara etimologi kata tuna adalah
kurang, sedangkan grahita adalah lemah daya tangkap. Dengan demikian ciri
utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar.
Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan
kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.8
Berdasarkan PP No. 72 Tahun 1991 istilah yang digunakan pada saat ini untuk
anak yang memiliki tingkat kecerdasan rendah yaitu tunagrahita. Tunagrahita
adalah anak yang kecerdasannya berada dibawah rata-rata, sehingga sukar
untuk mengedakan interaksi dengan orang lain.
7
Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak Dengan Gangguan
Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran (Tunarungu), Jakarta : September 2006
8
Endang Rochyadi, Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi anak Tunagrahita (
Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2005)
40
Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual
dalam memahami tunagrahita yaitu:
a. Tunagrahita merupakan kondisi
b. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh di bawah
rata-rata
c. Memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara social
d. Berkaitandenegan adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat
e. Tunagrahita tidak dapat disembuhkan
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan
berbagai tinjauan diantaranya :
a. Berdasarkan Kapasitas Intelektual (skor IQ)
1) Tubagrahita ringan IQ 50-70
2) Tunagrahita sedang IQ 35-50
3) Tunagrahita berat IQ 20-35
4) Sangat berat memiliki IQ dibawah 20
b. Berdasarkan kemampuan akademik
1) Tunagrahita mampudidik
2) Tunagrahita mampulatih
3) Tungrahita perlu rawat
c. Berdasarkan tipe klini pada fisik
1) Down’s Syndrome (mongolism)
2) Macro Cephalic
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu
Dalam menjelaskan komunikasi interpersonal antara guru agama dan anak
tunarungu dalam proses belajar mengajar merupakan suatu tahap pembekalan
yang dilakukan oleh guru, agar si anak kelak menjadi anak yang soleh dan soleha.
Serta bisa membahagiakan kedua orang tua mereka nantinya. Bahkan bisa
bermanfaat untuk masyarakat setempat.
Proses komunikasi sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari baik
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam
kehidupan manusia. Sebab manusia itu adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya memerlukan orang disekitar untuk diajak berkomunikasi. Dalam
dunia pendidikan, komunikasi sangat bermanfaat sekali karena komunikasi di
jadikan sarana untuk menyampaikan pengetahuan baik umum maupun agama.
Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan memiliki
banyak kesamaan materi dengan SLB lainnya. Tetapi yang membedakan hanya
penyampaian materi dimasing-masing sekolah. Setiap sekolah memiliki ciri khas
tersendiri. Jika di sekolah biasa penyampaian materi hanya di lakukan sekali tetapi
berbeda hal dengan SLB yang terletak di Lebak Bulus ini. Penyampaian materi
disini dilakukan berulang kali tidak cukup hanya sekali saja. Karena daya tangkap
anak tunarungu disini berbeda-beda, ada yang daya tangkap cepat dan lambat. Dan
41
42
disinilah pentingnya komunikasi interpersonal untuk memahami itu semua. Pada
saat penyampaian materi biasanya seorang guru agama sering menggunakan dua
jenis komunikasi yaitu verbal dan non verbal agar mudah dimengerti oleh si anak.
Dibutuhkan kesabaran lebih dari seorang guru yang sedang menjelaskan materi ke
anak tunarungu
Proses belajar mengajar di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus Jakarta
selatan dengan taraf pendidikan SMA dimulai dari jam 07.00 hingga jam 12.00.
Materi agama di ajarkan pada hari rabu selama dua jam setiap minggunya. Pada
saat pelajaran agama dimulai, pertama guru mengawalinya dengan mengucapkan
salam dan dilanjutkan dengan membaca doa belajar lalu sebelum materi agama
dimulai biasanya guru selalu mengingatkan anak tunarungu agar membaca bacaan
shalat dan takbir, dengan cara ini diharapkan anak mulai terbiasa dengan berdoa
dan bacaan shalat.1
Pada saat berdoa seorang guru menaikkan kedua tangannya dan
melanjutkan dengan penyampaian materi. Penyampaian materi disini ada yang
menggunakan bahasa atau verbal dan menggunakan alat bantu biasa disebut non
verbal. Materi agama yang di jelaskan kali ini tentang ibadah shalat dan tata cara
berwudhu maka seorang guru akan bersiap-siap menjelaskan dengan metode yang
disesuaikan dengan si anak. Pada saat penyampaian materi tata cara berwudhu
seorang guru akan mempraktekan dengan bahasa isyarat seperti membasuh muka,
berkumur-kumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuk kedua tangan
dari sikut hingga jari-jari, membasuh rambut, membasuh telinga kanan dan kiri,
1
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013
43
membasuh kedua kaki dari mata sampai jari-jari begitu dengan gerakan-gerakan
shalat.
Guru agama berkata bahwa dia akan menjelaskan materi tentang ibadah
shalat, dan dia akan lebih mengutamakan materi yang bersifat kongkrit ketimbang
yang abstrak. Penyampaian seperti ini bermaksud untuk mempermudah anak
menangkap materi yang di sampaikan oleh gurunya.2 Dan metode yang digunakan
ialah sebagai berikut :
1. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.3
2. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau
tiruannya.4
Metode demonstrasi adalah memeperagakan pembelajaran didepan anak
bagi anak tunarungu yang mereka punya gangguan pendengaran dan tidak mampu
berbicara maka metode demonstrasi harus ditunjang dengan metode-metode lain
tidak cukup di sekedar demo tetapi harus digabungan dengan bahasa oral yaitu
bahasa ceramah , kalau biasa orang menerangan, ketika guru mengajarkan tentang
tata cara shalat selain demonstrasi, maka metode ceramah, tanya jawab, bercerita,
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013
3
Muhibbin Syah, Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000)
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008)
44
simulasi, peragaan langsung harus digabungkan secara bersama-sama untuk
mengajarkan ke anak, ketika anak tidak mampu mendengar maka guru lebih
mengutamakan metode yang bisa merangsang visual anak untuk anak paham,
karena anak tunarungu lebih mengandalkan penglihatan, ketika seorang guru
menerangkan tata-tata cara shalat misalkan, maka guru meggerakan seluruh
anggota badannya agar anak mengikutinya, kemudian masalah pendengaran ketika
anak tidak mendengar, perlu alat bantu yang lain agar si anak bisa mendengar
misalakan menggabungkan dengan komunikasi bahasa isyarat sebab anak tidak
bisa mendengar maka guru mengisyaratkan tentang takbir allahu akbar artinya
guru menjelaskan allah adalah maha besar begitu caranya itu dinamakan metode
demonstrasi. Catatan saya bahwa mengajar anak tunarungu sesungguhnya totalitas
metode harus dipakai tidak cukup dengan metode demo saja sebab guru harus
berkomunikasi total dengan anak tunarungu jadi tidak hanya menggunakan lisan
tapi body,isyarat, bahasa tubuh, mimik, sehingga anak paham apa yang diajarkan.5
Anak tunarungu mengetahui bahwa metode demonstrasi ialah metode yang
memberi contoh.6
Setelah dapat referensi dari buku bacaan, akhirnya penulis menarik
kesimpulan bahwa.
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian dalam
kegiatan belajar mengajar dengan cara mempraktekan kepada anak tunarungu
tentang materi yang ingin disampaikan misalkan tentang materi ibadah shalat.
Materi tersebut seorang guru mempraktekan bagaimana shalat yang baik dan benar
kepada anak muridnya. Dan metode demonstrasi biasanya itu diimbangi oleh
metode oral (lisan). Hal itu dilakukan untuk mempermudah anak tunarungu lebih
memahami tentang ibadah shalat. Seorang guru akan menyesuaikan dengan
karakter dari masing-masing anak. Dan setiap anak tunarungu memiliki karakter
yang berbeda-beda. Jadi dengan begitu berbeda-beda pula metode yang digunakan.
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 18 April 2013.
6
Wawancara Pribadi dengan M. Ziyan, Anak tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 29 Mei 2013.
45
Pada saat penyampaian materi terkadang seorang guru akan menemukan
kesulitan, karena anak tunarungu asik dengan dunia sendiri dan banyak pula yang
sedang becanda dengan teman-teman sebayanya, biarpun begitu seorang guru
harus dapat mengatasi semua kendala yang ada di depan mata, caranya dengan
menyapa dan memberi peringatan yang baik terhadap anak tersebut.
Setelah penyampaikan materi, seorang guru memberi kesempatan kepada
anak muridnya untuk menanyakan kembali materi yang disampaikanya tadi. Hal
ini sering dilakukan guna melihat pesan yang disampaikan ke anak muridnya
diterima baik atau tidak. Barulah seorang akan memberi pelatihan sesudah proses
tanya jawab. Dalam pelaksanaan pelatihan terkadang murid akan menemukan
ketidakpahaman materi yang tadi sudah disampaikan. Bila hal itu terjadi murid
akan merespon dengan menanyakan kembali. Dan disinilah proses komunikasi
interpersonal berlangsung antara guru dan anak tunarungu, menanggapi respon
anak muridnya maka guru akan menjelaskan kembali materi yang tadi ditanyakan
muridnya. Bahkan penjelasan yang dilakukan guru itu tidak cukup hanya satu atau
dua kali saja. Untuk mempermudah penyampaian materi kadang kala guru
memanfaatkan alat bantu yang di sediakan sekolah tersebut. Biasanya setelah
dijelaskan beberapa kali, murid sedikit dekit akan paham, barulah guru akan
memberi tugas untuk menghafal dirumah. Tujuan dari pemberian tugas itu adalah
agar si anak mau mengulang kembali materi yang tadi diajarkan dan makin cepat
paham.
46
Sebelum jam pulang tiba, seorang guru akan mengajak anak muridnya
mengulang bahan bacaan shalat dan doa harian secara bersama-sama, maksudnya
agar si anak bisa cepat hafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari nantinya.
Pada saat diluar kelas murid anak tunarungu dibiasakan untuk menegur
siapa saja yang ditemuinya. Hal itu dilakukan agar menambah keakraban satu
sama lain. Dan peran orangtua terhadap anak diluar kelas cukup berat. Orang tua
wajib mengingatkan anaknya tentang tugas yang diberikan oleh guru dan
mengawasi di lingkungan sekitar. Agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Setelah penulis amati, komunikasi interpersonal yang dilakukan seorang
guru sebagai komunikator dalam proses belajar mengajar di sekolah luar biasa
negeri 1 lebak bulus ialah strateginya dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami atau sederhana, mudah ditangkap oleh anak tunarungu selaku komunikan
yang memberi feedbeck setelah menerima pesan dari seorang komunikator.
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu
Dalam menjelaskan efektifitas komunikasi interpersonal yang ada di
sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus. Pasti seorang guru akan berhadapan
dengan faktor pendukung dan penghambat. Oleh karena itu seorang guru harus
pintar-pintar menyikapinya dan menyelesaikanya. Jika tidak cepat diatasi akan
mengganggu tugasnya.
47
Faktor pendukung dan penghambat metode demostrasi yaitu kalau demo
bagus untuk anak tapi ada sisi kelemahan tidak dibantu dengan pendekatan metode
lain tidak sampai arti sebuah demo sebab anak tidak paham yang diucapkan oleh
guru. Kalau alat bantu biasanya ada yang namanya peraga edukatif yg misalkan
alat bantu shalat, itu membantu anak memahami konsep yang di ajarkan guru,
memang demo itu memperagakan tapi lebih efektif ada alat bantu yang lain
misalkan puzzle, alat bantu gerak atau ICT kemudian dan video.7
Berikut ini adalah faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk
terjadinya suatu proses komunikasi interpersonal yang efektif antara guru dan
tunarungu di melakasanakan kegiatan yang ada di sekolah tersebut, faktor itu
antara lain :
1. Faktor Pendukung
a. Alat peraga
Alat peraga yang dimaksud adalah alat tulis dan alat-alat mewarnai,
alat peraga yang ada dikelas ini cukup lengkap sehingga dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan anak tunarungu dalam proses belajar mengajar.
Dengan begitu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif. Serta guru
merasa terbantu dengan adanya alat peraga yang disediakan.
b. Peran sesama guru
Pada saat guru sedang mengalami kesulitan menghadapi muridnya,
maka peran guru lain diperlukan sebagai tempat bertukar pikiran (curhat)
7
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 18 April 2013.
48
dan memberikan saran untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.
Bukan malah menambah masalah.
c. Ruang kelas yang luas
Ruang kelas yang luas maksud adalah ruangan yang dilengkapi
dengan kebutuhan anak untuk belajar, serta untuk menimbulkan rasa tidak
bosan pada saat kegiatan belajar mengajar. Dan ruangan seperti ini bisa
dimanfaatkan untuk menimbulkan kreatifitas diri pada diri anak tunarungu.
d. Dukungan orangtua
Untuk anak-anak yang tinggal dirumah, seorang guru akan selalu
melaporkan setiap ada perkembangan anak didiknya kepada orang tua anak
tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak hanya guru yang memberikan
dukungan kepada anak yang mengalami peningkatan yang signifikan.
Tetapi dukungan orangtua juga sangat membantu demi peningkatan
ananknya. Dan komunikasi orangtua dan guru tidak boleh terputus, demi
kemajuan anak tunarungu. Selain itu anak yang pulang ke rumah itu
cenderung lebih pintar dibandingkan dengan anak tunarungu yang ada
diasrama. Karena pada saat diberi tugas mereka yang dirumah ada yang
membimbing dan mengajarkan, sedangkan yang diasrama tidak ada yang
membimbing.
49
2. Faktor Penghambat
a. Keadaan Mengajar
Keadaan guru yang kurang sehat atau sedang menghadapi masalah,
bisa disebut dengan faktor psikologis. Faktor ini bisa diminimalisir,
mengingat profesionalitas sebagai seorang guru bisa mengatasi keadaan
dan membedakan kepetingan pribadi dengan kepentingan anak muridnya.
b. Suasana hati yang tidak baik
Suasana hati yang tidak baik maksudnya adalah perasaan dalam hati
tidak baik dapat menimbulkan perasaan sedih, jika sedang berkelahi
dengan teman sebayanya. Bila ada murid yang berkelahi, maka tugas guru
yang paling utama adalah mendamaikannya. Karena sifat mereka yang
cenderung pendendam, untuk itu guru harus benar-benar meyakinkan
mereka supaya tidak saling membalas. Jika ingin memberi hukuman maka
harus kepada keduanya. Hal ini dilakukan untuk memberi pelajaran bahwa
siapapun yang membuat keributan adalah suatu perbuatan yang salah. Bila
mood anak tunarungu sedang sedih maka guru tidak bisa memaksakan. Hal
yang perlu dilakukan adalah membiarkan mereka melakukan hal yang
diinginkan tetapi tetap dalam pengawasan. Karena hal itu si anak dapat
pasif, hanya berdiam diri dan tidak mau mengikuti proses belajar. Bila
dipaksakan bisa berdampak buruk pada diri anak tunarungu.
c. Membutuhkan perhatian yang lebih dari guru
50
Anak tunarungu memerlukan perhatian yang lebih dari guru. Bila
salah satu dari mereka ada yang sedang mencari perhatian maka guru harus
secepatnya mengalihkan kepada hal yang lain. Karena bila kemauan si
anak dituruti maka anak tunarungu lain ikut meminta perhatian yang lebih
dan itu semua bisa berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung.
d. Penggunaan bahasa
Gangguan bahasa dalam komunikasi disebut dengan gangguan
semantik. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan kepada anak tunarungu harus sederhana dan mudah
dipahami. Selain itu penjelasan atau intruksi yang diberikan juga harus
disertai dengan alasan yang rasional, yang dapat mereka jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Hallahan terdapat empat bidang hambatan kognisi pada anak yang
termasuk kategori retardasi mental, yaitu hambatan perhatian, hambatan ingatan,
hambatan bahasa dan hambatan akademik.8
Menurut Kumar efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri,
sebagai berikut :
1. Keterbukaan (openess) : Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi
yang ditetima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.
2. Empati (empathy) : Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
8
Agustyawati dan solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN, 2009), hal.155
51
3. Dukungan (supportiveness) : Situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness) : Seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif barpartisipasi dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (equality) : Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting
untuk
disumbangkan.9
Profesi guru sekolah luar biasa merupakan profesi yang cukup mulia. Karena mau
membagi waktunya untuk anak yang memiliki keterbelakangan fisik maupun
mental. Dan jadi guru sekolah luar biasa harus memiliki cara-cara untuk
melakukan pendakatan ke anak tunarungu. Serta dalam sistem pengajaran harus
memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
1. Komunikator : seseorang yang harus mempunyai kredibilitas (source
credibility). Jika dalam hal ini guru tidak memiliki kredibilitas maka anak
tunarungu akan sulit menerima pesan yang disampaikan seorang guru, bahkan
si anak tidak mau mengikuti perintah gurunya. Selain itu harus memiliki daya
tarik (source attractiveness). Anak tunarungu dengan mudah menerima pesan
9
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.36.
52
yang disampaikan oleh seorang guru, bila anak tunarungu merasa bangga dan
kagum terhadap sosok guru tersebut.
2. Pesan : sesutu yang harus dirancang dan diutarakan dengan sedemikian rupa
sehingga menarik bagi anak tunarungu. Pesan yang disampaikan harus
mengikut sertakan lambang-lambang yang dapat dipahami oleh si anak, serta
pesan harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi guru harus mengemas
pesan dangan sebaik mungkin dan jangan sampai terjadi miss understanding
antara guru dan anak runarungu.
3. Komunikan : ialah anak tunarungu yang mau mendengarkan dan menerima
pesan dari gurunya. Serta mau mengeluarkan respon dari pesan dari yang
diterima. Baik respon secara langsung atau tidak langsung.
Mata pelajaran agama hanya ada dua jam dalam seminggu. Materi yang diberikan
oleh guru agama ada yang berupa teori dan praktek. Pada saat mau praktek siswa
tunarungu diwajibkan membawa alat praktek yang diperlukan. Misalkan materi
kali berkaitan tentang ibadah shalat. Maka siswi perempuan diharapkan membawa
mukenah bagi yang beragama islam, siswa laki-laki membawa sarung. Jika semua
siswa-siswi membawa keperluan praktek yang diperlukan, maka pesan yang
dipesan yang disampaikan ke anak tunarungu cukup efektif. Dan mengikuti semua
diperintahkan oleh guru. Bila materi praktek itu tiba maka seluruh anak tunarungu
membawa perlengkapan yang diperlukan. Setelah itu mulai mereka dengan
berwudhu lalu dilanjutkan dengan shalat.
53
Pertama-tama guru agama mencontohkan ke anak murid tentang gerakan
shalat. Tetapi sebelum itu mereka diajarkan membaca bacaan shalat. Dan mereka
mengikuti semua itu dengan keterbatasan yang mereka miliki. Guru agama selalu
mengingatkan mereka agar mengerjakan shalat. Dan perintah itu dikerjakan oleh
anak tunarugu biarpun masing bolong-bolong. Tapi peran guru agama tidak hentihentinya untuk mengingatkan ke mereka semua.10
Setelah mereka praktek shalat guru agama akan bercerita tentang ibadah
shalat. Maksud dari hal itu agar meningkatkan kesadaran anak tunarungu tentang
pentingnya ibadah shalat. Dan guru tidak pernah lelah untuk mengajar kepada
anak muridnya tentang ibadah shalat, diantaranya :
1. Sebelum shalat diawali dengan membersihkan diri (berwudhu)
2. Di awali dengan mengucapkan niat dan takbiratul ihram
3. Melaksanakan shalat tepat waktu
4. Melaksanakan dengan khusyu’
5. Melaksanakan tata tertib shalat secara berurutan
6. Mengutamakan shalat berjama’ah dan mengutamakan kerapatan shaff, serta
mengutamakan shaff terdepan
7. Mengakhiri dengan salam dan do’a
Dan perubahan pun bisa dilihat setelah diingatkan terus, banyak anak yang mulai
rajin shalat. Serta ada beberapa anak yang mulai shalat dengan sendirinya tanpa
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, Jakarta 28 Februari 2013.
54
diperintah lagi. Itu semua bisa membangkit teman sebayanya untuk mengerjakan
ibadah shalat.
Ibadah shalat merupakan sesuatu yang kerjakan oleh umat islam. Serta
termasuk rukun islam yang kedua. Maka dari seluruh umat islam wajib
mengerjakan. Shalat juga dapat mencegah kita dari perbuatan yang keji dan
mungkar. Berkaitan tentang hal itu sudah pernah dijelaskan pada materi minggu
lalu oleh guru agama disekolah itu. Anak tunarungu setelah mendengar hal itu ada
yang langsung meresponnya dan mempraktekannya dirumah. Hal itu dapat
diketahui berkat laporan orangtua murid kepada guru agama. Mendengar hal itu
guru agama mengucapakan alhamdullilah serta tersenyum.
Perubahan yang dapat dilihat dari anak adalah pada saat shalat zuhur tiba
mereka berbondong-bondong segera ke masjid yang ada lingkungan sekolah untuk
melaksanakan shalat zuhur. Dan tampak seketika masjid tampak penuh, tapi hal ini
belum menandakan tugas guru terutama guru agama berakhir. Bahkan tugas agama
makin sulit karena mempertahankan anak untuk mengerjakan shalat. Karena mood
anak tunarungu sering berubah dari masing-masing anak.
Bila pada saat dirumah peran orangtua melanjutkan apa yang tadi sudah
dikerjakan guru disekolah. Orang tua wajib mengingatkan tentang penting ibadah
shalat. Biar si anak mulai terbiasa mengerjakan shalat dirumah tanpa diperintah
lagi. Wajib menegur anaknya bila tidak mengerjakan shalat dengan menggunakan
bahasa yang baik.
55
Semua itu bisa dikatakan efektif bila anak tunarungu sudah mengerjakan ke
tujuh hal yang diceritakan oleh guru agamanya. Mereka melakukan hal itu dengan
kemauan diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Bahkan mereka dapat
mengamalkan ilmu yang mereka dapat kepada orang lain yang belum mengetahui.
Sebab ilmu yang bermanfaat itu ilmu yang bermanfaat pula bagi orang lain. Selain
itu mereka juga dapat mengendalikan emosi mereka masing-masing dan jarang
bertengkar satu sama lain. Bahkan ada dari mereka yang dapat membanggakan
nama orangtuanya pada saat memenangkan perlombaan mewarnai kaligrafi di
sekolahnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang saya sampaikan pada bab-bab terdahulu
tentang pelaksanaan ibadah shalat di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus
jakarta selatan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada saat penyampaian materi biasanya guru agama menggunakan
komunikasi interpersonal serta beberapa metode yang digunakan, antara
lain :
a. Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian dalam kegiatan belajar
mengajar dengan cara mempraktekan kepada anak tunarungu tentang
materi yang ingin disampaikan misalkan tentang materi ibadah shalat.
Materi tersebut seorang guru mempraktekan bagaimana shalat yang
baik dan benar kepada anak muridnya. Dan metode demostrasi biasanya
diimbangi oleh metode oral (lisan). Hal itu dilakukan untuk
mempermudah anak tunarungu lebih memahami tentang ibadah shalat.
2. Suatu efektivitas komunikasi interpersonal antara guru dan tunarungu
dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat bisa dilihat, bila anak tuna
rungu sudah mengerjakan beberapa hal berikut :
a. Sebelum shalat diawali dengan membersihkan diri (berwudhu)
b. Di awali dengan mengucapkan niat dan takbiratul ihram
c. Melaksanakan shalat tepat waktu
d. Melaksanakan dengan khusyu’
56
57
e. Melaksanakan tata tertib shalat secara berurutan
f. Mengutamakan shalat berjama’ah dan mengutamakan kerapatan
shaff, serta mengutamakan shaff terdepan
g. Mengakhiri dengan salam dan do’a
Semua itu dapat terlaksana bila ada kerjasama yang harmonis antar guru
dan orangtua murid. Saling bertukar informasi satu sama lain terkait
perkembang pada diri anak.
B. Saran
1. Untuk Pihak Sekolah
a. Dalam meningkatkan kualitas guru dari pihak sekolah sebaiknya
memberi pelatihan khusus, agar guru pada saat menerangan materi ke
anak muridnya bisa dengan cepat dan dipahami oleh anak tunarungu.
b. Melengkapi sarana dan prasarana disekolah agar kegiatan belajar
mengajar tambah efektif. Dapat pula menambah semangat belajar anakanak SLB baik tunarungu maupun tunagrahita.
2. Untuk Pihak Orang Tua
a. Dapat bekerja sama dengan baik dengan guru agar dapat memantau
perkembangan si anak
b. Lebih memperhatikan kembali kesehatan anak tunarungu agar anak
dapat menerima ilmu tanpa terganggu oleh apa pun.
3. Untuk Pihak Guru
58
a. Lebih bersabar dalam menghadapi anak kebutuhan khusus khususnya
anak tunarungu
b. Dapat bekerja sama dengan orang tua anak tunarungu agar
meningkatkan prestasi anak
4. Untuk Pihak Masyarakat Sekitar SLB Negeri Lebak Bulus
a. Lebih ditingkatkan lagi rasa kepedulian terhadap SLB yang ada
lingkungannya.
b. Memunculkan perasaan memiliki SLB tersebut
5. Untuk Pihak Pemerintah
a. Sebaiknya Pemerintah terjun langsung ke SLB tersebut guna melihat
anak kebutuhan khusus yang berprestasi dan tidak sungkan untuk
memberikan beasiswa kepadanya.
b. Membantu melengkapi sarana dan prasarana yang kurang lengkap.
c. Membentuk tim khusus, guna mengawasi SLB yang didalam terdapat
anak berprestasi serta menyediakan wadah untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Muhdlor, Zuhdi. Kamus Kotemporer Indonesia Arab. Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1999.
Bittner, John R. Broadcasting and Telecommunication, An Introduction. New
Jersey: Prentice- Hall, 1985.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona. Teori Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Kencana, 2011.
Depari, Eduard dan MacAndrews , Colin. Peranan Komunikasi Massa dalam
Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995
Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak
Dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran
(Tunarungu), Direktur Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa ,Jakarta : September,
2006
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
DeVito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Book, 1997.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda karya,
2008.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Elliot, Barry and Elliot, Jamie. Financial Accounting and Reporting. Prentice Hall
(UK) Ltd, 1993.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik. Jogjakarta: Graha Ilmu,
2009.
Hidayat, Kontribusi Orang Tua dalam Memberdayakan Anak Luar Biasa. Makalah
dalam Seminar nasional Pemberdayaan Kemandirian anak luar Biasa
menyongsong Abad XXI. 8 mei 1998. Jurusan KTP FIP IKIP MALANG.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991.
Maulana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya,
2004.
59
60
Meleong, Lexi. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya,
2002.
Miller, Gerald R. & Steinberg, Mark. Between People: A New Analysis of
Interpersonal Communication, Michigan State University Science Research
Associates. 1975.
Nasuhi dkk, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA (Center
For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah , 2007.
Al-Qardhawi, Yusuf . Ibadah Dalam Islam Terjemahan Umar Fanami. Surabaya:
PT Biru Ilmu, 1988.
Rahman, Afzalur Tuhan Perlu Disembah: Eksplorasi dan Manfaat Shalat Bagi
Hamba. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Rochyadi, Endang. Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi anak
Tunagrahita. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2005.
Rogers, Edna. “Relation Communication Processes and Patern” in Rethinking
Communication Vol.2, 2002.
Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2005.
Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum.
Indonesia, 1985.
Jakarta: Ghila
Solicha, Agustyawati. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN, 2009.
Sugiyo. Komunikasi Antar Pribadi, Semarang: Unnes Press, 2005
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat Jamaah. Jakarta: Pustaka irVan, 2008.
Trenholm, Sarah and Jensen, Arthur. Interpersonal Communication. Belmont,
California: Wadsworth Publish-ing Company, 1995.
IGAK, Wardhani. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Universitas terbuka,
2007.
Winarsih, Murni. Pendidkan bahas bagi Anak Gangguan pendengaran Dalam
Keluarga. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional, 2007.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo, 2004.
61
Syah, Muhibbin. Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri . Psikologi Belajar . Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008
JAWABAN DARI BAPAK KASTONO
1. Kapan berdirinya SLB Negeri 1 Lebak Bulus ?
Berdirinya SLB Negeri Bagian A Jakarta adalah dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.2/SK/B/III tanggal 13 Maret 1962 terletak di jalan R.S.
Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. SLB Negeri Bagian A Jakarta dipindahkan
dari R.S Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan ke kompleks SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1368/2007 SLB
Negeri A (Persiapan BC) Jakarta menjadi SLB Negeri 1 Jakarta, yang melayani
satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sejak tahun 2006
SLB Negeri 1 Jakarta oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa ditunjuk
sebagai Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus untuk
wilayah DKI Jakarta.
2. Apa maksud dan tujuan didirikannya SLB Negeri 1 Lebak Bulus ?
Maksud dan tujuan dari SLB ini adalah membantu masyarakat yang memiliki
anak
berkebutuhan
khusus
dan
pemerintah
untuk
pendidikan nasional
3. Apa visi dan misi SLB Negeri 1 Lebak Bulus ?
Visi dan misi SLB 1 Lebak Bulus ada sebagai berikut :
Visi
menyelenggarakan
JAWABAN DARI BAPAK KASTONO
Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menjadi
yang mandiri, beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan terampil dalam masyarakat
Inklusif.
Misi
a. Mengurangi dampak ketunaan melalui rehabilitasi, tetapi ringan,
keterampilan dan lain-lain.
b. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan, wawasan, pengalaman dan
sikap percaya diri melalui Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).
c. Meningkatkan keterampilan dan memperluas peluang kerja melalui kursus
dan pelatihandi Bengkel Kerja PLB DKI Jakarta.
Apa saja prestasi anak tuna rungu di SLB ini ?
4. Apa saja fasilitas yang ada di SLB ini, untuk menunjang potensi anak khusus
bidang agama ?
Banyak fasilitas yang ada di SLB ini antara lain :
LAB IPA, Ruang
Keterampilan ( keterampila tata boga, tata busana, otomotif, ICT ) dll
5. Ada berapa jumlah peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus ?
Jumlah peserta didik di SLB ini sekitar 220 anak terdiri dari anak tuna rungu
110 dan tunagrahita 110.
JAWABAN DARI BAPAK KASTONO
6. Bagaimana metode pengajaran yang digunakan oleh SLB Negeri 1 Lebak
Bulus ?
Metode yang sering digunakan dalam pengajaran di SLB ini adalah metode
demonstrasi yang diimbangi metode oral.
1. Apa itu metode demonstrasi ?
metode yang memberikan contoh
2. Bagaimana pendapat anda tentang metode demonstrasi yang diterapkan ke
dalam ibadah shalat?
Mencoba atau melakukan atau mengerjakan untuk shalat yang diajarkan oleh
Pak Samsul
3. Faktor pendukung dan penghambat metode demonstrasi?
Faktor pendukung berupa buku, tulisan dipapan tulis dan video tentang shalat
Faktor penghambat ialah surat-surat yang panjang
Interviwer
Interviewee
(Eko Wahyudi)
(Anak Tunarungu )
JAWABAN DARI BAPAK MUHAFID
1. Apakah yang dimaksud dengan metode demonstrasi ?
Metode demonstrasi adalah
memeperagakan pembelajaran didepan anak bagi
anak tunarungu yang mereka punya gangguan pendengaran dan tidak mampu
berbicara maka metode demonstrasi harus ditunjang dengan metode-metode lain
tidak cukup di sekedar demo tetapi harus digabungan dengan bahasa oral yaitu
bahasa ceramah , kalau biasa orang menerangan, ketika guru mengajarkan tentang
tata cara shalat selain demonstrasi, maka metode ceramah, tanya jawab, bercerita,
simulasi, peragaan langsung harus digabungkan secara bersama-sama untuk
mengajarkan ke anak, ketika anak tidak mampu mendengar maka guru lebih
mengutamakan metode yang bisa merangsang visual anak untuk anak paham,
karena anak tunarungu
lebih mengandalkan penglihatan, ketika seorang guru
menerangkan tata-tata cara shalat misalkan, maka guru meggerakan seluruh
anggota badannya agar anak mengikutinya, kemudian masalah pendengaran ketika
anak tidak mendengar, perlu alat bantu yang lain agar si anak bisa mendengar
misalakan menggabungkan dengan komunikasi bahasa isyarat sebab anak tidak
bisa mendengar maka guru mengisyaratkan tentang takbir allahu akbar artinya
guru menjelaskan allah adalah maha besar begitu caranya itu dinamakan metode
demonstrasi. Catatan saya bahwa mengajar anak tunarungu sesungguhnya totalitas
metode harus dipakai tidak cukup dengan metode demo saja sebab guru harus
berkomunikasi total dengan anak tunarungu jadi tidak hanya menggunakan lisan
tapi body,isyarat, bahasa tubuh, mimik, sehingga anak paham apa yang diajarkan.
JAWABAN DARI BAPAK MUHAFID
2. Faktor pendukung dan penghambat metode demonstrasi?
Kalau demo bagus untuk anak tapi ada sisi kelemahan tidak dibantu dengan
pendekatan metode lain tidak sampai arti sebuah demo sebab anak tidak paham
yang diucapkan oleh guru. Kalau alat bantu biasanya ada yang namanya peraga
edukatif yg misalkan alat bantu shalat, itu membantu anak memahami konsep yang
di ajarkan guru, memang demo itu memperagakan tapi lebih efektif ada alat bantu
yang lain misalkan puzzle, alat bantu gerak atau ICT kemudian dan video.
JAWABAN DARI BAPAK SAMSUL
1. Sudah berapa lama mengajar di SLB Negeri 1 Lebak Bulus ?
Saya mengajar di sekolah ini dari 4 juni 2004 sampai 2013
2. Bagaimana cara menjelaskan pelajaran ke anak tuna rungu ?
Cara menjelaskan ke anak tuna rungu hampir sama dengan anak pada
umumnya, dengan menggunakan semua metode yang
ada,
dengan
menyesuaikan dengan si anak, contoh : lebih mengutamakan materi yang
kongkrit ketimbang yang abstrak.
3. Bentuk komunikasi apa yang di gunakan untuk menyampaikan materi ?
Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi yang bisa memahami karakter
anak baik verbal maupun non verbal. komunikasi tersebut saling menunjang
satu sama lain.
4. Bagaimana cara pendekatan ke anak tuna rungu ?
Cara pendekatan ke anak tunarungu dengan kita bersimpati dan empati dengan
begitu kita dapat memahami karakter si anak.
JAWABAN DARI BAPAK SAMSUL
5. Efektifkah komunikasi Interpersonal di gunakan dalam menerangkan materi
agama terutama tentang ibadah shalat ?
Sangat efektif, dengan adanya komunikasi interpersonal bisa memahami
karakter si anak dan menjelaskan materi ibadah sahalat lebih mudah dapat
dipahami.
6. Bagaimana cara meningkat kualitas ibadah shalat di kalangan anak tunarungu ?
Membiasakan shalat di sekolah dan di ingatkan terus menerus.
METODE DEMONSTRASI
STANDAR KOMPETENSI :
Melaksanakan shalat fardlu dengan tertib
KOMPETENSI DASAR
:
Menyerasikan bacaan shalat dengan
gerakannya
TUJUAN
 SISWA DAPAT MENYERASIKAN
BACAAN SHOLAT DENGAN
GERAKANNYA DAN DAPAT
MENGAMALKAN DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
TATA URUTAN SHALAT
1. Niat
2. Takbiratul ikhram
3. Membaca surah al-fatikhah
4. Rukuk’
5. I’tidal
6. Sujud
7. Duduk antara dua sujud
8. Duduk tasyahud awal
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca salam yang pertama
DUDUK IFTIROSY
Ketua : Samsul Huda S.Ag
Sekretaris : Umar S.HI
ANGGOTA :
Marfuatun,S.Ag
H.Mansyur, A.MApd
Siti Rahmah,S.PdI
Lili Muflihah, S.PdI
Endang Susilowati, S.Ag
Musringah,S.Pdi
Sumarto, S.Pd
Dra.Rosyita
C.Syahrul, S.Pd
Muhtar Edy Sucipto, S.PdI
GEDUNG SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
MASJID DI SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKSANAKAN IBADAH SHALAT
BAPAK SAMSUL GURU AGAMA DI SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS
ANAK SMA TUNARUNGU SEDANG MELAKUKAN UPACARA
FOTO BERSAMA DENGAN ANAK SMA TUNARUNGU SERTA GURU
AGAMA
Download