VALUE CREATION THROUGH RELATIONSHIP IN ENTREPRENEURIAL MARKETING – A PUBLIC RELATIONS PERSPECTIVE By: Suharyanti Department of Communication Studies Faculty of Economics and Social Science – Universitas Bakrie According to the tough competition and the increasing of demanding customers, firms need to improve its entrepreunerial marketing as an anticipation of a rapid changing environment. Entrepreunerial marketing prior research found that value creation through relationship and alliance is the one of the characteristic of entrepreneurial marketing behavior. Therefore, the traditional marketing which is entrepreneurial emphasizing only on transactional relationship may not adequate for today dynamic business environment. Instead of transactional relationship, the concept of relationship marketing which concerning of valuable mutual relationship creation between firms and broader stakeholder, is more suitable. In communication perspective, the important of relationship building with stakeholder is the domain of public relations concept. The contribution of public relations in entrepreneurial marketing which is focused on creating stakeholder value is the concern of this paper. “Relations” in public relations encompass an external and internal stakeholder of the firm. Related to the concept of entrepreneurial marketing and relationship marketing, public relations also concern with building and maintaining reciprocal communication and mutual understanding with firm’s stakeholder, in order to create long term and valuable relationship Key Words: Entrepreneurial marketing, , Value creation, Public relations, Relationship . I. Pendahuluan Semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan situasi dunia usaha yang bergejolak dan seringkali sulit diprediksi mengubah paradigma di bidang pemasaran, dari bisnis yang berorientasi pada produksi pada awal abad ke-20, menuju bisnis yang berorientasi pada membangun dan mempertahankan hubungan. Paradigma baru ini menggambarkan telah terjadi pergeseran orientasi bisnis dari yang semula bersifat transaksional dan berorientasi pada kepentingan perusahaan menjadi bisnis yang lebih bersifat relasional dengan mementingkan hubungan jangka panjang dan berorientasi pada kepentingan stakeholder. Salah satu alternatif pendekatan banyak digunakan oleh perusahaan atau organisasi adalah pemasaran relasional, yaitu prinsip pemasaran yang menekankan dan berusaha untuk 1 menarik dan menjaga hubungan baik jangka panjang dengan pelanggan, suplier maupun distributor. Pemasaran relasional digambarkan oleh beberapa peneliti sebagai ikatan jangkapanjangantaraperusahaandenganpelanggan.Pada dasarnya pemasaran relasional adalah suatu alternatif strategi terhadap pendekatan bauran pemasaran trasional sebagai suatu cara memperoleh keunggulan kompetatif yang berkesinambungan ( sustainable competitive advantage –SCA) dan cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang (litle dan Marandi, 2003). Hal ini sesuai dengan definisi Gronroos(1997). Pemasaran relasional merupakan upaya pangenalan kepada setiap pelanggan secara lebih dekat, menciptakan komunikasi dua arah dengan konsumen, dan mengelola hubungan yang saling antara pelanggan dan konsumen.Yau et.al. (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa filosofi pemasaran saat ini beralih dari pemasaran transaksional menjadi pemasaran relasional, yang sering disebut sebagai Relationship Marketing Orientation. Dalam penelitian tersebut, Yau et.al. (1999) menetapkan empat variabel pemasaran relasional yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Keempat variabel tersebut antara lain; variabel pertalian , empati, timbal balik, dan kepercayaan. Penelitian Little dan Marandi (2003) mengemukakan beberapa konsep inti pemasaran relasional, sebagai berikut : a. Horizon/Orientasi jangka panjang. Keberhasilan pemasaran relasional diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian pemasaran relasional juga menyangkut nilai estimasi mengenai nilai sepanjang hidup konsumen. b. Komitmen dan pemenuhan janji. Azmaniar Syarif : Pengaruh Pemasaran Relasional Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Asuransi Jiwa..., 2008 USU e- Repository © 2009 menekankan Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, pemasaran relasional upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan, komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau timbal balik, empati diantara ke dua belah pihak. c. Pangsa Konsumen bukan Pangsa Pasar. Pemasaran relasional tidak lagi pada konsentrasi pada pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahan pelanggan. d. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan. Perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup pelanggan (customer Lifetime value—CLV) agar menguntungkan preusan. 2 e. Dialog Dua Arah. Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan komunikasi dua arah. f. Kustomisasi. Pemasaran Relasional memberikan pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan konsumen, sehingga memungkinkan penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Jika Little dan Marandi menyatakan bahwa menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah hal yang utama, Kotler dan Amstrong (2001) serta Bruhn (2003) menyatakan bahwa pemasaran relasional tidak hanay menekankan hubungan jangka panjang hanya dengan pelanggan saja namun lebih luas lagi, sebagai upaya untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang bernilai bukan hanya dengan pelanggan namun juga dengan stakeholder lain dalam perusahaan. Berdasakan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pemasaran relasional ada dua hal yang perlu digaris bawahi yaitu mengenai ”nilai” sebuah hubungan dan hubungan stakeholder selain pelanggan. marketing dengan hubungan Menelaah lebih jauh mengenai stakeholders, Payne, keterkaitan relationship Ballantyne dan Christopher meengemukakan adanya enam stakeholders utama yang disebut dengan “the six market model”. Stakeholder utama tersebut meliputi: 1. Customer market - are made up of buyers (e.g. a wholesaler), intermediaries and final consumers.. 2. Referral markets - comprise two main categories, customer and non-customer referral sources. 3. Supplier and alliance markets – suppliers provide physical resources to the business and can be classified into strategic suppliers, key suppliers, approved suppliers and nominated suppliers. Alliance partners supply competencies and capabilities that are typically knowledge-based rather than product-based Influence markets have the most diverse range of constituent groups, including financial and 4. investor groups, unions, industry bodies, regulatory bodies, business press and media, user and evaluator groups, environmental groups, political and government agencies, and competitors. 5. . Recruitment markets comprise all potential employees together with the third parties that serve as access channels. 6. . Internal markets follow the segmentation used for potential employees in the recruitment market, i.e. by function, job role, geography and level of seniority. 3 Dalam perspektif ilmu komunikasi, pentingnya membina hubungan yang bernilai dengan stakeholder sering menjadi pembahasan dalam ranah public relations. Substansi dari berbagai kajian tentang konsep public relations pada dasarnya bermuara pada creating valuable relationship. Makalah ini khusus membahas tentang kontribusi public relations dalamrelationship marketing, khususnya yang terkait dengan stakeholder value creation. II. Apa yang menjadi Value dalam Public Relations? Di dalam organisasi, public relations menjembatani antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan stakeholder agar tercipta hubungan harmonis antara kedua belah pihak. Hubungan timbal balik yang harrmonis dapat dibangun hanya jika terjadi komunuikasi dua arah antara perusahaan dengan stakeholder. Public relations didefinisikan sebagai planned process to influence public opinion, through sound character and proper performance, based on mutually satisfactory two way communication (Seitel, 2011). Disamping itu definisi dari Public relations Society of America (PRSA) yang dikutip oleh Frank Seitel menyebutkan bahwa: Public relations helps an organization and its publics adapt mutually to each other (Seitel, 2011). Dari definisi-definisi diatas dapat diambil benang merah bahwa inti dari kegiatan public relations adalah segala sesuatu yang terkait hubungan perusahaan dengan stakeholder. Pada sisi stakeholder hubungan yang baik dengan perusahaan akan menciptakan kepercayaan bagi stakeholder yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kinerja perusahaan, baik yang terkait dengan produktivitas, profit dan dalam jangka panjang adalah reputasi perusahaan. Hon dan Grunig mengaitkan relationship ini dengan efektivitas organisasi sebagai berikut; Effective organizations choose and achieve appropriate goals because they develop relationships with their constituencies, which public relations practitioners typically call publics. Ineffective organizations cannot achieve their goals, at least in part, because their publics do not support and typically opposemanagement efforts to achieve what publics consider illegitimate goals. goals (Hon, Grunig, 1999) Stakeholder dalam perusahan sangat bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, tergantung pada jenis usaha yang ditekuni oleh perusahaan yang bersangkutan. 4 James Grunig, menyebutkan bahwa secara umum satu perusahaan mentrepreneurial marketingiliki enam kelompok publik atau stakeholder seperti yang terlihat pada gambar 1. (Grunig, Hunt 2000) Gambar 1. Publik (stakeholder) pada Organisasi, (James Grunig dan Tod Hunt) Publics Broad based grouping Opinion formers Pressure Groups Media Local community Overseas Customers Governments Int bank Int agency Business partners Company Government Central Regional local relations dalam perusahaan Commercial Suppliers Wholesalers/Retai lers Customer Potential Cust Competitors Financial Financial media Shareholders/ owners Banks Financial agency Internal Entrepreneurial marketingploye es Managentrepre neurial marketingent/ Directors Staff Public bertanggung jawab untuk mengelola hubungan dengan seluruh stakeholder tersebut. Dalam implementasinya, hal ini tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena karakter, kepentingan dan ekspektasi setiap stakeholder dalam perusahaan seringkali berbeda-beda satu sama lain bahkan kadangkala justru kepentingan dan ekspektasi diantara mereka saling bertentangan satu sama lain. Dalam kondisi yang lebih ekstrim friksi diantara perusahaan dengan stakeholdernya akan mengarah pada munculnya isu-isu dan bermuara pada terjadinya krisis. Memenuhi kepentingan dan ekspektasi seluruh stakeholder yang terkait dengan perusahaan dan meyelaraskannya dengan kepentingan perusahaan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu Grunic dan Hon dalam penelitiannya mengenai hubungan dengan stakeholder menyatakan bahwa dari sekian banyak stakeholder yang harus dikelola hubungannya, public relations harus dapat membuat skala prioritas untuk menentukan stakeholder- yang paling stategis bagi perusahaan. Public relations makes an organization more effective, therefore, when it identifies the most strategic publics as part of strategic management processes and conducts communication programs to develop and maintain effective long-term relationships between 5 management and those publics. (Hon, Grunig, 1999) Ketika public relations dapat mendukung perusahaan untuk membangun hubungan yang baik dengan stakeholder-stakeholder utama , maka resiko timbulnya friksi yang menyangkut masalah litigasi, regulasi, boikot, kampanye yang menyudutkan perusahaan atau kerugian finansial dapat ditekan. Di sisi lain hubungan baik dalam bentuk dukungan dari stakeholder seperti konsumen, donor, pemegang saham dan pemerintah secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan profit. (Hon, Grunig, 1999). Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa value dari public relations , baik secara konseptual maupun pada tataran praktis terletak pada relationship. III. Kontribusi Public Relations dalam Relationship marketing Suatu relationship yang sukses dalam public relations memiliki beberapa dimensi, yaitu (Hon, Grunig, 1999) Control Mutuality; organisasi dengan stakeholder mempunyai kekuatan untuk saling memengaruhi Trust; stakeholder memiliki keyakinan dan kesediaan untuk membuka diri kepada pihak lain atas dasar: o integrity – percaya bahwa organisasi bertindak dengan adil dan terbuka (fair.) dependability – percaya bahwa organisasi memiliki o niat baik untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. o competence – percaya bahwa organisasi memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Satisfaction; organisasi dan stakeholder merasa puas satu sama lain karena adanya ekspektasi yang positif dari penguatan hubungan antara kedua belah pihak. Commitment; stakeholder yakin bahwa hubungan yang terjalin layak dan berharga untuk dipertahankan. Dimensi ini terdiri dari dua aspek, yaitu continuance commitment yang berorientasi tindakan nyata dan affective commitment yang lebih menekankan pada hubungan emosional. Exchange Relationship; organisasi memberikan sesuatu pada stakeholder hanya jika stakeholder dapat memberi manfaat atau diharapkan dapat memberi manfaat bagi organisasi 6 Communal Relationship; organisasi merasakan manfaat atas hubungan yang terjalin tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dan semata-mata karena adanya tanggung jawab sosial Pembahasan mengenai value creation dalam relationship marketing sering dibahas dari perspektif, manajemen, pemasaran atau kepemimpinan (Mc.Daniel, B. A. 2002), (Hollensen, S. 2004). Sejauh ini masih jarang penelitian marketing dengan public relations, yang menjelaskan hubungan antara relationship padahal jika dilihat dari perspektif public relations khususnya mengenai valuable relationship yang dijalin dengan stakeholders, terdapat keterkaitan yang erat antara kedua konsep tersebut. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, Payhe,…. dan… menyatakan bahwa terdapat enam stakeholder utama dalam relationship marketing, dimana menjalin valuable relationship dengan keenam stajkeholder utama tersebut menjadi fungsi utama dalam public relations. Adapun kontribusi public relations dalam relationship marketing dapat dijelaskan dalam bagan berikut: Gambar 2. Kontribusi Public Relations dalam perilaku Entrepreneurial marketing Six Market Succsesful 1. Customer market valuable relationship 2. Referral markets 3. Supplier and alliance 4. Influence Market 5. Recruitment markets. Relationship control mutuality trust satisfaction commitment exchange relationship communal relationship Dari perspektif public relations, valuable relationship dengan cutomer, referral, supplier dan alliance, influncer, recruitment marketsix market dapattercipta jika perusahaan dapat 7 menjalin hubungan dengan enam dimensi successful relationship dari karakeristik relationship dan strategic alliance terletak pada bagaimana organisasi menjalin hubungan yang berorientasi jangka panjang, Hal ini tercermin dari sejauh mana organisasi mampu mengelola hubungan yang setara serta saling menguntungkan dengan stakeholder berdasarkan komitmen dan kepercayaan (trust), Disamping itu, pada kondisi-kondisi tertentu, organisasi juga perlu mempertimbangkan unsur tanggung jawab sosial dari sebuah hubungan . Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kontribusi konsep public relations entrepreneurial marketing, adalah mengenai valuable relationship pemikiran lebih komprehensif pada yang memberikan dalam menganalisis salah satu karakteristik perilaku entrepreneurial marketing, yaitu relationship dan strategic alliance. IV. Kesimpulan Value creation dalam konteks perilaku entrepreneurial marketing , khususnya pada karakteristik relationship dan strategic alliance erat kaitannya dengan esensi konsep public relations, yaitu ‘relationship’. Jika latar belakang pemikiran perilaku entrepreneurial marketing; innovative, calculated risk takes, proactive dan opportunity lebih mengarah pada bagaimana menciptakan relationship dan strategic alliance, perspektif public relations mengajinya dari sisi bagaimana mengelola dan mempertahankan hubungan tersebut dengan mengacu pada dimensi controllable mutually, trust, satisfaction, commitment, exchange relationship dan communal relationship. Elaborasi yang lebih komprehensif maupun spesifik mengenai keterkaitan antara entrepreneurial marketing , relationship dan strategic alliance dalam perilaku entrepreneurial marketing serta public relations tentunya perlu dilakukan melalui studi lanjut baikdalam bentuk pemikiran konseptual, maupun melalui penelitian studi kasus di suatu organisasi. 8 Daftar Pustaka Bäckbro, Johan, Nyström, Hampus and Gustafsson, Karl Erik. (2006), “Entrepreneurial Marketing; Innovative Value Creation”, Jonkoping Interational Business School. Dees, J. Gregory.(1998), “The Meaning of Social Entrepreneurship, Stanford University. Grunig, James and Hunt Todd. (1984), Managing Public Relations, Wadsworth Publishing; 1 edition. Hills, Gerald E., Hansen, David J. and Hultman, Claes, (2005), “International Journal Entrepreneurship and Small Business”, Vol 2, No 4. Hollensen, S. (2004), “Global Marketing, a Decision-Oriented Approach”, 3rd ed. Pearson Education: England. Hon, Linda Childers and Grunig, James E., (1999), Guidelines for Measuring Relationship in Public Relations, Institute of Public Relations. 9 Kilenthong, Pitsamorn, Hills, Gerald E., Sclove, Stanley L. and Hultman, Claes, (2005) “Entrepreneurial Marketing Practice: Systematic Relationships with Firm Age, Firm Size, and Operator’s Status”, University St Gallen, Swiss. McDaniel, B.A. (2002), “Entrepreneurship and Innovation, an Economic Approach. New York, U.S.A.: M. E. Sharpe Inc. Morris, M., Schindehutte, M. and La Forge, R. W. (2002) “EntrepreneurialMarketing: A construct for Integrating Entrepreneurship and Marketing Perspectives”, Journal of Marketing Theory and Practice, Vol. 10, No. 4. Seitel, P. Fraser. (2011), “The Practice of Public Relations”, Pearson Education, Inc. New Jersey. 10