Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 37-46 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU PENGARUH RESIDU BAHAN ORGANIK DAN FOSFOR SETELAH PENANAMAN MELON DAN KACANG PANJANG TERHADAP PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) Residual Effect of Organic Matter and Phosphorus Fertilizer on Production of Cucumber (Cucumis sativus L.) After Planting of Melon and Long Bean 1) Oleh: Muhtiar1), Andi Bahrun2*), dan La Ode Safuan2) Alumni S2 Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu 2) Dosen Program Pascasarjana Universitas Haluoleo, Kendari. *) Alamat surat-menyurat: [email protected] ABSTRACT. The aims of the research were to study the residual effects of organic matter and phosphorus fertilizer on the production of cucumber after planting of melon and long bean. This research was conducted at the Rahandouna Subdistrict, Kendari District, Southeast Sulawesi Province from Nopember to December 2010. The research was arranged based on Split Plot Design, with two factors, namely organic matter residue as the first factor or as the main plot consisted of four levels: without organic matter (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), and 15 t ha-1 (B3), and phosphorus fertilizer residue as the second factor or sub plot, consisted of five levels: without phosphorus fertilizer (P0), 50 kg ha-1 (P1), 100 kg ha-1 (P2), 150 kg ha-1 (P3), and 200 kg ha-1 (P4). The results of the research showed that: (1) the interaction of organic matter and phosphorus residual had not effected on the all variable observed, (2) residue of organic matter in partially had an effects on fruit length, fruit circumference and fruit fresh weight, (3) the phosphorus fertilizer residue in partially had an effected the fruit long, fruit circumference and fruit fresh weight, and (4) the optimum dosage of residual of organic matter was abtained at 13,22 t ha-1 with fresh fruit production was 344,28 g fruit-1 or 7,23 t ha-1, (5) the optimum dosage of residual of phosphorus fertilizer was abtained at 154,17 kg P2O5 ha-1 with fresh fruit production was 330,70 g fruit-1 or 6,95 t ha-1. Key words: Cucumber, residue, organic matter, phosphorus fertilize, production ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap produksi tanaman mentimun. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Propinsi Sulawesi Tenggara dan Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Nopember sampai Desember 2010. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah yang terdiri atas dua faktor. Residu bahan organik sebagai petak utama terdiri atas 4 taraf, yaitu tanpa bahan organik (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), dan 15 t ha-1 (B3) dan Residu pupuk fosfor sebagai anak petak, terdiri atas 5 taraf perlakuan, yaitu tanpa pupuk P2O5 (PO), 50 kg P2O5 ha-1 (P1), 100 kg P2O5 ha-1 (P2), 150 kg P2O5 ha-1 (P3), 200 kg P2O5 ha-1 (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Interaksi residu bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati, (2) Residu pemberian bahan organik secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah, dan berat buah segar tanaman mentimun, (3) Residu pemberian fosfor secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah, dan berat buah segar tanaman mentimun (4) Residu bahan organik yang optimal untuk menghasilkan buah mentimun segar yang berat adalah dosis 13,22 t ha-1 pada dosis tersebut akan dihasilkan buah mentimun segar seberat 344,28 g buah-1 atau 7,23 t ha-1 dan Residu pupuk fosfor yang optimal untuk untuk menghasilkan berat buah mentimun segar yang optimal adalah dosis 154,17 kg P2O5 ha-1 pada dosis tersebut akan menghasilkan buah mentimun segar seberat 330,7 g buah-1 atau 6,95 t ha-1. Kata Kunci: bahan organik, mentimun, produksi, pupuk fosfor, residu. PENDAHULUAN Mentimun merupakan salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar, yaitu untuk lalap, asinan, acar, dan bahan baku industri kosmetik dan obat-obatan. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandung-an 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,19 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 g tianin, 0,05 g riboflavin, 14 mg asam (Sumpena, 2001). 37 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Berdasarkan data dari Badan Statistik Sultra (BPS, 2008) produksi tanaman mentimun di Sulawesi -1 Tenggara hanya mencapai 1,455 t ha . Produksi -1 mentimun di Indonesia mencapai 3,5–4,8 t ha , -1 padahal potensinya bisa mencapai 20 t ha terutama jika menanam mentimun hibrida. Ini menunjukkan bahwa produksi mentimun di Sultra maupun produksi mentimun Nasional masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena penanaman mentimun dalam teknik budidaya belum diterapkan secara maksimal. Di samping itu pada umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006). Rendahnya produksi tanaman mentimun di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh beberapa faktor pembatas yakni tingkat kesuburan tanah yang rendah dan disertai tingkat kemasaman tinggi, karena tanahtanah pertanian di Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah Ultisol ini merupakan tanah yang mempunyai kadar P tersedia dan bahan organik dalam tanah yang rendah sehingga tanah tersebut kurang baik dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Keadaan ini merupakan kendala yang umum di Sulawesi Tenggara khususnya dalam pengembangan tanaman mentimun, karena tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak menggenang, dan pHnya berkisar antara 6–7 (Rukmana, 1994). Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Karama et al., 1996). Di samping mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat. Menurut Budimantoro (2002), bahwa pemakaian pupuk anorganik cenderung berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan dampak yang merugikan, seperti tanah akan kekurangan unsur mikro, karena dalam pupuk anorganik tidak mengandung unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil penelitian Sutriadi et al. (2005) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang sebesar 2 t -1 ha meningkatkan produksi jagung sebesar 6% pada musim pertama sedangkan pada musim ke dua sebesar 40% pada perlakuan tanpa dan dengan bahan organik. Peningkatan produksi antar musim mencapai enam setengah kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian bahan organik umumnya terlihat terutama pada musim ke dua (residu). ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Hasil penelitian Rosmiyani (2010) pada pertanaman pertama menunjukkan bahwa pemberian bahan organik secara mandiri dengan -1 dosis 10–15 t ha dan pupuk fosfor 50–150 kg -1 ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Hasil penelitian Arniana (2010) pada pertanaman ke dua mengenai efek residu dari pertanaman pertama menunjukkan bahwa interaksi antara residu P dan bahan organik dapat meningkatkan produksi pada tanaman kacang panjang pada perlakuan dosis bahan -1 organik 15 t ha dan pada perlakuan dosis fosfor -1 100 kg ha . Hal ini menunjukkan, bahwa residu bahan organik dan fosfor masih efektif dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Tanjung dan Dalimunthe (2006) dari aplikasi pupuk P secara empiris diketahui kurang dari 10% yang diserap tanaman sedangkan sisanya (90%) terfiksasi oleh mineral liat, oksida-oksida besi (hematit, gutit) dan oksidaoksida Al (gibsit, buhmit) sehingga terjadi pelonggokan P. Penambahan bahan organik (pupuk kandang) dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfor dan unsur lainnya. Selama proses dekomposisi bahan organik (pupuk kandang) akan menghasilkan asam-asam sitrat, oksalat, humik, fulfit, dan lain-lain, yang dapat meningkatkan kelarutan fosfat (P) di dalam tanah, sehingga akan meningkatkan efisiensi serapan P oleh tanaman. Di samping itu bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi gembur. Tanaman mentimun membutuhkan pu-1 puk kandang sebanyak 15-20 t ha , N 55 kg, P2O5 27 kg, dan K2O 27 kg untuk setiap hektarnya (Wijaya, 2008), sehingga diduga residu bahan organik dan fosfor pada pertanaman sebelumnya masih dapat memenuhi kebutuhan tanaman mentimun, karena itu dilakukan penelitian di lokasi yang sama untuk mengetahui pengaruh residu lanjutan dari bahan organik dan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh residu bahan organik dan fosfor pada penanaman melon disusul oleh tanaman kacang panjang terhadap produksi tanaman mentimun. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 53 m dpl, dengan letak geografis pada o o koordinat 04 01’56”LS dan 122 33’23”BT, di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. Analisis Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 38 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 tanah dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan November 2010 sampai Desember 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih mentimun varietas Mercy F1 (mentimun hibrida), mulsa plastik hitam perak, ajir dari bambu, label, tali rafia, dan bahan kimia untuk analisa tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, pisau, gembor, jangka sorong, timbangan analitik, timbangan kasar, dan seperangkat alat laboratorium untuk analisa tanah. Residu bahan organik dan fosfor setelah pertanaman melon dan kacang panjang dipelajari melalui penelitian yang disusun berdasarkan rancangan petak terpisah yang terdiri atas 2 faktor (mengikuti penelitian sebelumnya). Pada penelitian Rosmiyani, (2010) sebagai pertanaman pertama, perlakuan pemberian pupuk kandang (faktor pertama) sebagai petak utama terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa bahan orga-1 nik (B0) sebagai kontrol, 5 t ha setara dengan 1800 g -1 -1 -1 petak (B1), 10 t ha setara dengan 3600 g petak -1 -1 (B2), dan 15 t ha setara dengan 5400 g petak (B3). Sementara itu perlakuan pemberian pupuk fosfor (faktor ke dua) sebagai anak petak, terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu, tanpa pupuk fosfor sebagai kontrol -1 -1 -1 (P0), 50 kg ha atau 18 g petak (P1), 100 kg ha -1 -1 -1 atau 36 g petak (P2), 150 kg ha atau 54 g petak -1 -1 (P3), 200 kg ha atau 72 g petak . Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 60 petak percobaan. Pada penelitian pertama diberikan kapur -1 dolomit sebanyak 1 t ha , pupuk N sebesar 130 kg -1 -1 ha dan pupuk K sebesar 150 kg ha sebagai pupuk dasar. Pada penelitian ke tiga dilakukan penanaman mentimun tanpa penambahan pupuk. Lahan bekas penelitian tahap kedua (kacang panjang) dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman kacang panjang, serta perbaikan bedengan dan saluran drainase antar bedengan. Pembuatan lubang tanam dengan jarak antar lubang 50 x 60 cm, kegiatan ini dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pada setiap lubang tanam dipasang ajir yang tingginya sekitar 2 m, bagian ajir yang masuk ke dalam tanah sekurang-kurangnya 20 cm. Penanaman dilakukan langsung di kebun tanpa disemai. Biji ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal dan dipelihara sampai panen, tiap lubang tanam diisi dengan 2 biji benih, kemudian lubang tersebut ditutup dengan tanah. Setelah 1 minggu penanaman maka dilakukan pemotongan tanaman dan disisakan 1 tanaman untuk tiap lubang tanam. Pemasangan ajir digunakan untuk merambatkan tanaman dengan menggunakan belahan bambu setelah tanaman berumur 2 minggu atau mencapai tinggi kira-kira 25 cm dengan cara di- ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU tancapkan pada jarak 10 cm dari batang tanaman. Tumbuhan pengganggu dicabut dan dibuang, penyiangan dilakukan sewaktu-waktu jika pertumbuhan gulma mulai terlihat. Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dan mengganti tanaman yang tumbuhnya kurang baik. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah penanaman. Pemangkasan dilakukan pada bagian cabang yang kurang produktif, yaitu cabang yang tumbuh pada batang utama dekat permukaan akar. Pemangkasan di lakukan pada cabang yang sudah mencapai panjang 20 cm dan disisakan 5 cm dari batang utama dengan tujuan untuk merangsang munculnya cabang baru yang produktif agar terbentuk bunga dan buah secara maksimal. Sebelum melakukan penanaman maka pada masing-masing lubang tanam diberikan Furadan 3 G. Panen tanaman mentimun dipanen pada umur 35 hari setelah tanam, panen dilakukan sebanyak lima kali dengan interval panen tiap tiga hari sekali sesuai dengan ukuran dan umur buah yang dikehendaki. Adapun variabel yang diamati dalam penelitian adalah: Umur tanaman (hari) pada saat tanaman berbunga dan pada saat panen; Panjang buah (cm) diukur dengan mengukur panjang buah pada bagian ujung sampai pangkal buah; Lingkar buah (cm), diukur dengan mengukur lingkar buah persis pada bagian tengah buah; Bobot buah (kg), diukur dengan cara melakukan penimbangan terhadap buah segar yang baru dipanen. Analisis tanah yang digunakan adalah analisis tanah awal penelitian pada tanaman mentimun yang diambil secara komposit yang dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari mengenai sifat kimia tanah meliputi: pH H2O, pH KCl, N, P, K, dan C-Organik. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam (anova). Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 0,05. Untuk mengetahui dosis residu bahan organik dan residu fosfor yang optimal untuk tanaman mentimun dilakukan analisis regresi. HASIL Hasil pengamatan umur tanaman pada saat berbunga dan pada saat panen menunjukkan bahwa rata-rata umur berbunga tanaman mentimun adalah saat tanaman berumur 25 hari sesudah tanam dan umur tanaman pada saat panen adalah pada saat tanaman mentimun berumur 35 hari sesudah tanam. Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 39 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Hasil pengamatan dan analisis ragam pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap panjang buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu bahan organik dan fosfor secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap panjang buah mentimun, sedangkan pengaruh interaksi antara bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil pengamatan dan analisis ragam pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap lingkar buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu bahan organik secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap lingkar buah mentimun dan fosfor secara mendiri memberikan pengaruh sangat nyata terhadap lingkar buah mentimun, sedangkan penga- ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU ruh residu antara bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil pengamatan dan analisis ragam pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap berat buah tanaman mentimun menunjukkan bahwa residu bahan organik dan fosfor secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah mentimun, sedangkan pengaruh interaksi residu bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil uji DMRT taraf 0,05 pengaruh residu bahan organik terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat buah tanaman mentimun disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh residu bahan organik terhadap panjang buah (cm), lingkar buah (cm), dan berat tanaman mentimun Bahan Berat buah Panjang buah DMRT Lingkar buah DMRT 0,05 organik segar (cm) 0,05 (cm) -1 (t ha) (g pohon ) B0 = 0 16,77b 14,65b 163,17b B1 = 5 20,86b 2=12,94 18,23b 2 = 10,37 214,44ab B2 = 10 34,98a 3=13,39 29,53a 3 = 10,73 385,33a B3 = 15 27,22ab 4=13,61 23,79ab 4 = 10,91 322,83ab buah segar (g) DMRT 0,05 2 = 182,62 3 = 188,95 4 = 192,12 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama (ab) berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05. Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh residu bahan organik terhadap panjang buah, lingkar buah, dan berat buah pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman mentimun dengan residu tanpa bahan organik (B0) menghasilkan buah segar yang lebih pendek, kecil dan lebih ringan yang berbeda nyata dengan buah segar yang dihasilkan oleh tanaman mentimun pada residu bahan organik dengan dosis -1 10 t ha (B2), tetapi berbeda tidak nyata dengan tanaman mentimun dengan residu bahan organik -1 -1 dengan dosis 5 t ha (B1) dan dosis 15 t ha (B3), sedangkan tanaman mentimun yang lebih panjang, dan lebih berat diperoleh pada residu bahan organik -1 dengan dosis 10 t ha (B2) yang berbeda nyata dengan residu tanpa bahan organik (B0), tetapi berbeda tidak nyata dengan residu bahan organik 15 t -1 ha (B3) pada peubah panjang buah dan lingkar buah, sedangkan pada peubah berat segar buah berbeda tidak nyata dengan B1 dan B3. Berdasarkan hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pada Tabel 1, menunjukkan bahwa residu bahan organik dapat meningkatkan produksi tanaman mentimun. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa ketersediaan hara N tanah masih dalam status sedang demikian pula dengan kadar C-Organik tanah masih dalam status tinggi pula dimana kita ketahui bahwa ke dua unsur ini merupakan bahan penyusun protoplasma yang banyak terdapat dalam jaringan meris- tem yang mendukung pembelahan sel sehingga dapat meningkatkan klorofil yang selanjutnya dapat meningkatkan fotosintat tanaman serta berpe-ngaruh pada kualitas buah yang dihasilkan. Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh residu fosfor terhadap panjang buah dan lingkar buah disajikan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa tanaman mentimun dengan residu fosfor (P0) menghasil-kan buah segar yang lebih pendek dan kecil yang berbeda nyata dengan buah segar yang dihasilkan oleh tanaman mentimun dengan -1 -1 residu fosfor 50 kg ha (P1), 100 kg ha (P2), 150 -1 -1 kg ha (P3), dan 200 kg ha (P4), sedangkan buah segar mentimun yang lebih panjang dan besar diperoleh pada residu fosfor dengan dosis 50 kg -1 ha (P1) yang berbeda nyata dengan P0 tetapi antar perlakuan P2, P3, dan P4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji DMRT pada taraf 0,05 pengaruh residu pupuk fosfor terhadap berat segar buah mentimun pada Tabel 2, menunjukkan bahwa tanaman mentimun dengan residu fosfor (P0) menghasilkan buah segar mentimun yang lebih ringan memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tanaman mentimun dengan residu fosfor -1 150 kg ha (P3), tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1, P2 dan P4. Sementara itu tanaman mentimun yang menghasikan buah Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 40 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 segar paling berat diperoleh pada residu dengan dosis -1 150 kg ha (P3) yang berbeda nyata dengan P0, tetapi ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU antar perlakuan P1, P2, dan P4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. -1 Tabel 2. Pengaruh residu fosfor terhadap panjang buah (cm), lingkar buah (cm), dan berat buah segar (g pohon ) tanaman mentimun Pupuk fosfor (kg -1 P2O5 ha ) Panjang buah (cm) DMRT 0,05 Lingkar buah (cm) DMRT 0,05 14,75b Berat buah segar -1 (g pohon ) DMRT 0,05 P0 = 0 16,61b P1 = 50 27,98a 2 = 8,30 24,43a 2 = 6,75 175,90b 295,56a 2 = 105,25 P2 = 100 26,30a 3 = 8,73 22,11a 3 = 7,10 283,06a 3 = 110,72 P3 = 150 26,03a 4 = 8,96 22,43a 4 = 7,29 310,97a 4 = 113,63 P4 = 200 27,87a 5 = 9,19 24,02a 5 = 7,47 291,74a 5 = 116,54 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama (ab) berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05. Hasil analisis DMRT taraf 0,05 menunjukkan bahwa residu dari pupuk fosfor secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat buah tanaman mentimun. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan dari residu fosfor sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun. Hasil analisis tanah menunjukkan kadar hara P tanah dalam status rendah jika dibandingkan kadar P tanah pada pertanaman sebelumnya, diduga karena telah dimanfaatkan oleh tanaman sebelumnya, karena fosfor dalam tanaman berperan sebagai komponen enzim dan protein tertentu, adenosin trifosfat (ATP), asam ribonukleat (RNA), asam deoksiribo nukleat (DNA) dan fitin. Berperan dalam reaksi tranfer energi, dan menurunkan sifat keturunan lewat DNA dan RNA. Gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan lambat, lemah dan kerdil. Fosfat diperlukan terutama untuk pembentukan akar baru. dosis bahan organik yang optimal untuk menghasilkan buah mentimun yang berat adalah -1 13,22 t ha , pada dosis residu tersebut akan dihasilkan buah mentimun seberat 344,28 g -1 pohon . Pada penelitian ini, jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 50 cm dan jarak antara petak/ bedengan adalah 50 cm maka populasi per hektar adalah 21.000 tanaman, sehingga produksi buah segar tanaman mentimun pada residu -1 bahan organik dengan dosis sebesar 13,22 t ha -1 adalah 7,23 t ha . Pada residu bahan organik -1 mele-bihi dosis 13,22 t ha akan menurunkan produksi buah segar tanaman mentimun. Hasil analisis tanah pada menunjukkan bahwa kadar hara P dan K tanah dalam status rendah jika dibandingkan kadar tanah pada penanaman sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa residu bahan organik dengan dosis yang tinggi pada tanaman mentimun, akan memberikan penga-ruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi buah karena bahan organik juga mengandung unsur hara mikro yang apabila berada dalam jumlah yang banyak atau berlebihan akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan produksi tanaman. Gambar 10. Kurva respon hubungan antara dosis residu bahan organik dengan berat buah segar Hasil analisis regresi pengaruh residu berbagai dosis bahan organik terhadap berat buah segar adalah bersifat kuadratik (Gambar 10). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, diperoleh bahwa residu Gambar 11. Kurva respon hubungan antara dosis residu pupuk fosfor dengan berat buah segar Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 41 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Hasil analisis regresi pengaruh residu berbagai dosis pupuk fosfor terhadap berat buah segar adalah bersifat kuadratik (Gambar 11). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diperoleh residu pupuk fosfor yang optimal untuk menghasilkan berat segar buah mentimun yang optimal adalah dosis 154,17 kg -1 ha , pada dosis residu tersebut akan menghasil buah -1 mentimun segar seberat 330,7 g pohon . Pada penelitian ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 50 cm dan jarak antar petakan adalah 50 cm, dengan demikian maka populasi per hektar adalah 21.000 tanaman, sehingga produksi buah segar tanaman mentimun pada residu pupuk fosfor dengan dosis -1 -1 154,17 kg ha adalah 6,95 t ha . Hasil analisis tanah pada menunjukkan bahwa ketersediaan hara P pada tanah berkurang dan dalam status hara rendah jika dibandingkan dengan kadar hara P pada pertanaman sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa tanaman mentimun yang ditanam pada tanah ultisol membutuhkan hara P untuk menghasilkan buah yang lebih baik dimana kita ketahui bahwa fosfor merupakan unsur makro primer bagi tanaman selain Kalium dan Nitrogen. Ketiga unsur ini dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya secara maksimal, tanaman mentimun yang ditanam pada tanah ultisol membutuhkan hara P untuk menghasilkan buah yang optimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil buah segar tanaman mentimun yang maksimal maka perlu pemberian pupuk fosfor. Gambar 12. Kurva respon hubungan antara dosis residu bahan organik dengan lingkar buah Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis bahan organik terhadap lingkar buah tanaman mentimun adalah bersifat kuadratik (Gambar 12). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut,diperoleh residu bahan organik yang optimal untuk menghasilkan lingkar buah yang maksimal -1 adalah dosis 11,68 t ha , pada dosis tersebut akan menghasilkan tanaman mentimun yang mempunyai lingkar buah sebesar 26,1 cm. Hasil analisis tanah pada menunjukkan bahwa kadar P dan K tanah ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU berada dalam status rendah jika dibandingkan dengan kadar pada pertanaman melon dan kacang panjang akan tetapi kadar N dan COrganik tanah masih dalam status tinggi. Residu pemberian bahan organik diduga kurang menyediakan unsur P dan N. Kelebihan atau kekurangan unsur hara pada tanaman pada tanaman mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang dihasilkan berkurang, menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan kebuah berkurang. Hal inilah yang menyebabkan penurunan berat buah dan kualitas buah. Pemberian bahan organik berperan positif dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara dalam tanah memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung baik. Gambar 13. Kurva respon hubungan antara dosis residu fosfor dengan lingkar buah. Hasil analisis regresi pengaruh residu berbagai dosis pupuk fosfor terhadap lingkar buah adalah bersifat kuadratik (Gambar 13). Grafik tersebut menunjukkan bahwa lingkar buah tanaman mentimun semakin besar pada residu -1 pupuk fosfor dengan dosis 55 kg ha . Pada dosis tersebut akan menghasilkan lingkar buah sebesar 19,33 cm. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kadar P tanah sangat rendah jika dibandingkan kadar P tanah pada pertanaman sebelumnya hal diduga bahwa unsur P telah banyak diserap tanaman sebelumnya dan ketersediaan P bisa saja difiksasi oleh Ca dan Mg karena kadar pH tanah pada penelitian ini berada dalam status agak masam dan netral dimana kita ketahui bahwa di atas pH 7,0 P difiksasi oleh Ca dan Mg. PEMBAHASAN Bahan organik merupakan sumber senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Selanjutnya Priyadarshini, (1999) menyatakan bahwa pemberian bahan organik bermanfaat bagi Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 42 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 tanaman dalam menyediakan unsur N, P, K, dan sulfur, memperbesar KTK tanah, dan meningkatkan kelarutan P tanah, suatu unsur yang termasuk hara esensial bagi tanaman. Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroba tanah diambil dari bentuk ikatan komplek organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya tercuci dalam bentuk unsur tersedia dari hasil perombakan bahan organik. Pemanfaatan bahan organik sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Brady, 1990; dan Sanchez, 1992). Ditambahkan oleh Hanafiah, (2005) bahwa selain mampu memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman. Ma’shum et al. (1992) mengemukakan bahwa pupuk organik memasok berbagai macam hara terutama senyawa organik berkonsentrasi rendah dan tidak mudah larut dalam air. Karena memasok berbagai hara dengan konsentrasi rendah dan tidak mudah larut, pupuk organik tidak akan menimbulkan ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat memperbaiki neraca hara, sehingga pada tanah miskin sangat diperlukan penambahan bahan organik. Lebih lanjut Hairusyah dan Arifin (1992) menyatakan bahwa miskinnya kandungan bahan organik dan unsur hara tanah merupakan faktor pembatas produksi utama di samping kemasaman tanah. Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah, pembentukan bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. (Premono et al., 1992). Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme, diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secara visual, yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antosianin. Pigmen ini terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat terhambatnya sintesa protein. Gejala lain adalah nekrotis atau kematian jaringan pada pinggir atau helai daun diikuti melemahnya batang dan akar terhambat pertumbuhannya. Sejalan dengan pendapat Gardner et al. (1991), menyatakan bahwa tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang, apabila unsur hara diberikan dalam dosis yang berlebihan atau dosis rendah akan menyebabkan produksi menurun. Kelebihan atau kekurangan unsur hara yang diberikan ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU pada tanaman akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang dihasilkan berkurang, menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan ke buah menjadi berkurang. Hal inilah menyebabkan penurunan berat buah dan kualitas buah. Fosfor merupakan hara makro bagi setiap tanaman, oleh karena itu ketersediaannya sangat menentukkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Tanaman yang kekurangan fosfor akan menampakkan gejala: pertumbuhan lambat, lemah dan kerdil, berwarna hijau gelap, terjadi peningkatan antosianin, proses pematangan buah dan biji lambat, tanaman selalu hijau, pembentukan buah dan biji kurang sempurna, jumlah buah berkurang dan hasil rendah (Marschner, 1995). Karson et al. (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman akan ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air. Peneliti yang sama juga menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi ditentukkan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara. Lebih lanjut dijelaskan oleh Heddy (1987) bahwa ketersediaan unsur hara sangat penting dalam proses pembelahan sel. Tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kondisi optimum apabila unsur hara tersedia di dalam tanah dalam level yang berkecukupan dan seimbang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Interaksi residu bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua variebel yang diamati; Residu pemberian bahan organik secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat buah segar tanaman mentimun; Residu pemberian fosfor secara mandiri berpengaruh terhadap panjang buah, lingkar buah dan berat buah segar tanaman mentimun; Residu bahan organik untuk menghasilkan buah mentimun yang -1 berat adalah dosis 13,22 t ha , pada dosis tersebut akan dihasilkan buah mentimun seberat -1 -1 344,28 g pohon atau 7,23 t ha ; Residu pupuk fosfor untuk menghasilkan berat segar buah mentimun yang optimal adalah dosis 154,17 kg -1 ha , pada dosis tersebut akan menghasilkan buah -1 mentimun segar seberat 330,7 g pohon atau -1 6,95 t ha ; Residu bahan organik dan fosfor serta pemberian pupuk dasar N, P, K diduga tidak cukup menyediakan hara pada pertanaman ketiga karena produksi yang dicapai rendah yaitu 7,23 t -1 -1 ha dan 6,95 t ha jika dibandingkan dengan produksi yang ada pada deskripsi varietas tanaman -1 mentimun yaitu 50–60 t ha . Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 43 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan bahwa perlu penelitian lanjutan tentang residu bahan organik dan pupuk fosfor dengan penambahan pupuk N, P, K, pada pertanaman ke tiga. KEPUSTAKAAN Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UIPress, 1995. Adiningsih, S., 2000. Peranan Bahan Organik Tanah dalam Sistem Usaha Tani Konservasi. Makalah disampaikan sebagai bahan pelatihan “Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usaha Tani” di Bogor dan Solo, 21 Februari – 6 Maret 2000. Arniana, A., 2010. Pengaruh Residu Bahan Organik dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Anonim. 2008. BPS Sulawesi Tenggara. Anonim. 2008. Bahan organik Artikel. http:/kmit. faperta.ugm.ac.id/Artikel%20520Bahan%20O rganik.html. Baharjah, J.S., 1983. Sumber Daya Tanaman Untuk memanfaatkan Keadaan Iklim Secara Efisien. Rapat Tekhnis Klimatology Pertanian Direktorat Perlindungan Tanaman. Deptan. Balitra, 1998. Laporan Tahunan Balitra tahun 1996/ 1997. Balai Penelitian Tanaman Rawa. Banjar Baru. Budimantoro, 2002. Peranan Pupuk Kandang dalam Perbaikan Struktur Fisik Tanah Pertanian. Jurnal Penelitian Terpublikasi Unpad, Bandung. Bennett, W., 1993. Nutrient Deficiencies and Toxicities In Crop Plants. The American Phytopathological Society. St.Paul, Mannesota. Brady, N.C., 1990. The Nature and Properties of Soils. th 10 . Ed. New York. Djamaluddin, 1985. Pemberian pupuk kandang dan fosfat serta pengaruh residualnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) di daerah transmigrasi Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor pada Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 200 p. Diwiyanto, K., 2000. Restrukturisasi Peta Kesesuaian dan Pemberdayaan Sumberdaya Unggulan (Pembangunan Pertanian-Peternakan di Indonesia). Makalah disampaikan sebagai bahan pelatihan “Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usaha Tani” di Bogor dan Solo, 21 Februari – 6 Maret 2000. ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Darwis, 2009. Kendala pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika. Bahan Kuliah Pengelolaan Lahan Kering. PPs Unhalu. Kendari. Erdiman dan Syafei, 1994. Pengaruh inkubasi fosfat (TSP) dengan bahan organik dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi jagung pada tanah PMK Sitiung. p.67-76. Dalam Risalah Seminar Balitan Sukamandi. Vol V. Gardner, A.H., R. Brent Pearce, and Roger L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Ginting S., 1992. Pengelolaan Lahan Kering Masam di Sulawesi Tenggara. Makalah Disampaikan pada Dies Natalis XI Unhalu, 6-8 September 1992. Kendari. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A.Diha, Go Ban Hong, H.H. Bai Ley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hanun, H., 2004. Peningkatan Produktivitas Tanah Mineral Masam yang Baru di Sawahkan Berkaitan dengan P Tersedia Melalui Pemberian Bahan Organik, Fosfat Alam dan Pencucian Fe. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Bogor. Hairunsyah dan Arifin, M.Z., 1992. Kajian Pemberian Pupuk Kandang dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pipilan Kering pada Tanah Pasiran dan Lempengan. Hasil-Hasil Penelitian Jagung 1991/1992. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Banjarbaru. Hadjowigeno, S., 1997. Ilmu Tanah. Media Tama Sarana Perkasa. Jakarta. Hadjowigeno, S., 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta. Hanafiah, K.A., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, 2009. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. Hasibuan, B.E. 2004. Pupuk dan Pemupukan.USU Press Medan, Universitas Sumatera Utara. Medan. Heddy, S., 1987. Ekofisiologi Pertanaman. Sinar Baru, Malang. Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih, 1995. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Makalah efisiensi Pupuk V Cisarua, 12-13 Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 44 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Nopember 1990. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Karama, A.S., Adiningsih, J.S., dan Nursyamsi, D. 1996. Peningkatan Produktivitas Tanam-an Pangan melalui Pertanian Organik. Makalah dipersentasekan pada Seminar Nasional Penerapan Teknologi Pertanian Organik. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya, 15 Mei 1996. Karieeen, 2007. Bahan Organik.//karieeen. Word press.com.June 18, 2007 Kuntyastuti, H., 1997. Tanggap Kedelai Terhadap Pupuk P dan Pupuk Organik di Tanah Mediteran dalam Novita Nugrahaeni, Henny Kuntyastuti, M. Muchlis Adie, dan Abdullah Taufik (penyunting) Risalah Seminar Hasil Penelitian Komponen Teknologi Peningkatan produksi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Balitkabi. Malang. Las, I. 1982. Efisiensi Radiasi Surya dan pengaruh naungan Fisis Terhadap Padi Gogo. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Lingga, P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Madjid, Abdul, 2007. Bahan Kuliah Online untuk mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. (http://dasar2ilmutanah. Blog spot.com/2007/11/bahanorganiktanah.htm) Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S, Hendarsih, dan S. Abdurachman, 2003. Panduan Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Puslitbangtan. 37 p. Marshner, H., 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc., London. p.195265 & 391-407. Ma’shum, M., Lolita, E.S. Mahrup dan Sukartono. 1992. Perubahan Kalium Pada Tanah Tegalan Akibat Pemberian Pupuk Kandang. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian. Unram. Najiyati, S., dan Danarti., 1993. Petunjuk Mencari dan menyiram Tanaman. Penebat Sawadaya. Jakarta. Nazaruddin, 2000. Budidaya dan pengaturan Panen sayuran Dataran rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. Nursyamsi, D., Sopandi, O., Erfandi, D., Sholeh, dan Widjaja, I.P.G., 1995. Penggunaan bahan organik, pupuk P dan K untuk mening-katkan produktivitas tanah podzolik (Typic Kandiudults). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat 2: 47-52. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Prayoto dan Herujito, 1989. Pengaruh Beberapa Soil Conditioner Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Podzolik dan Hasil Kedelai di Nang- ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU gung, Jawa Barat. Hal 327-334 dalam Subandi (Penyunting). Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus 1989. Deptan. Jakarta. Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Purnomo, J., W. Putu, E. Santoso, dan D. Santoso, 1993. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Sumber Pupuk Fosfat Terhadap Hasil Umbi. Hal 135-150 dalam Prodising Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Pusat Penelitian Tanah Cipayung, 13-15 Desember 1982. Premono, E.M., Widyastuti, R., dan Anas, I., 1992. Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Serapan Kation Unsur Mikro Tanaman Jagung pada Tanah Masam. Makalah PIT. Bandung. Priyadarshini, R. 1999. Estimasi Modal C (C-Stock), Masukan Bahan Organik dan Hubungannya dengan Populasi Cacing Tanah pada Sistem Wanatani. Tesis. Malang: Program Pasca Sarjana UNIBRAW. Rubatzki, V., E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 3. Prinsip, Produksi, dan Gizi Edisi ke Dua. ITB. Bandung. Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta. Roesmarkam dan N. W. Yumono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rosmiyani. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Tesis Program Pascasarjana Unhalu. Kendari. Sanchez. P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan dari Bahasa Inggris). Penerbit ITB, Bandung. Satari, G., 1987. Peranan Fosfor Dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Hal. 1320 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Peng-gunaan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Sitaniapessy, p.M., 1989. Klimatologi Pertanian. Universitas Patimmura. Ambon Sharma, O. P. 2002. Plant Taxonomi. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited New Delhi Sitompul, S.M, dan Guritno, B., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universty Press Stevenson, F.J., 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition, Reaction. John Willey and Sons. New York. Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 45 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 38-46 Sulistiani, R., Pengaruh Macam Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman (Kailan, Sawi dan Selada). http://student research.umm.ac.id/index.php/dept_of_ag ronomy/article/view/ 3698. Suharjo, H. M, Soepartin, Kurnia, 1993. Bahan Organik Tanah. Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk dan Lahan. Pusat Pe-nelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Subair. 2002. Pemanfaatan Bahan Organik Seba-gai Alternarif Pengganti Kapur Untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Masam di Sulawesi Tenggara. Laporan Penelian Faperta Unhalu. Kendari. Suryantini dan A.A. Rahmianna. 2001. Peningkatan Efektifitas Rhizoplus dan Pupuk Anorganik untuk Produktivitas Kedelai di Tanah Regosol dan Vertisol Melalui Penggunaan Pupuk Organik. Hal. 269-77 dalam Ahmad Winarto, Taufiq Fitritanto dan Bambang S. Kuncoro (Penyunting) Kinerja Teknologi untuk meningkatkan Produktifitas Tanaman Kacang kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian Jakarta. Sumpena, U., 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta. Suntoro, 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sutanto, R. 2002a. Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan pengembangannya. Kanisius. Jakarta. Sutanto, R., 2002b. Pertanian Organik: menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius. Jakarta. Sutedjo, M.M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan Tanaman Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D. Setyorini, 2005. Ameliorasi Lahan dengan Fosfat Alam Untuk Perbaikan Kesuburan Tanah Kering Lahan Masam Typic Hapludux di Kalimantan Selatan. Hlm 143-155 Dalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Buku II Bogor 14-15 September 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Syahputra, D.F., 2007. Efek Residu Pupuk Organik Terhadap Produksi Sawi (Brasicca juncea L.) dan Beberapa Sifat Tanah Andisol. Tan, K. H., 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. Tanindo, 2006. Cucumber (Cucumis sativus L.). Available at: http://www.Tanindo.co.id/ abdi10/klinik.htm. Tanjung, F., dan Mahyuddin Dalimunthe, 2006. Pengaruh Residu Fosfor dan Bahan Organik Terhadap pH H2O, KTK, Al-dd dan Produksi Kacang Hijau Setelah Dua Kali Pertanaman Padi Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Jurnal penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 4 Nomor 2;89-98. Tisdale, S.L. and W.L. Nelson, 1974. Soil Fertility and Fertilizers. MacMilan Publishing Co. Inc., New York. Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton, 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Fourth Ed. Macmillan Publ. Co., New York. 754pp. Tejasuwarno, 1999. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Hasil Wortel dan Sifat Fisik Tanah. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung. Warintek. 2006. Mentimun. Available at: http:// warintek. proqressio.or.id/. Wien, H.C., 1997. The Physiology of Vegetable Crops. Department of Fruit and Vegetable Science, Cornell University of Ithaca. New York. CAB Internatioal. Wiskandar, 2002. Pemanfaatan Pupuk Kandang untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah di Lahan Kritis yang Telah di Teras. Kongres Nasional VII. Bandung. Wijaya, K., 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman. Jakarta;Prestasi Pustaka. Webstern, C.C. and Wilson, P.N., 1966. Agriculture in the Tropics. Longman Group. Ltd. London. Yasin, S., Yulanafatmawati, dan N. Hakim, 1997. Teknologi inkubasi TSP dengan pupuk kandang untuk meningkatkan efisiensi pemupukan jagung pada tanah masam. Stigma.V:129-135. Muhtiar et al., 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik …………………………………. 46