uji aktivitas mukolitik senyawa flavonoid hasil isolasi

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
UJI AKTIVITAS MUKOLITIK SENYAWA FLAVONOID HASIL ISOLASI DARI
EKSTRAK DIKLOROMETANA BATANG TUMBUHAN PAKU CHINGIA
SAKAYENSIS
MUCOLYTIC ACTIVITIES OF FLAVONOID ISOLATED FROM THE
DICHLOROMETHANE EXTRACT OF FERNS CHINGIA SAKAYENSIS’S STEM
Anandya Wahyuningtyas, Suyatno, dan Nurul Hidajati
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231) Telp. 031-8298761
Email: [email protected]; [email protected]
Abstrak.Penelitian ini dilakukan untuk menentukan struktur senyawa flavonoid hasil isolasi dari batang
tumbuhan paku Chingia sakayensis dan menguji aktivitas mukolitiknya. Dalam penelitian ini ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi, pemisahan dilakukan dengan metode Kromatografi Cair Vakum dan
pemurnian dilakukan dengan metode rekristalisasi menggunakan pelarut benzena. Uji kualitatif
dilakukan dengan pereaksi FeCl3 dan Shinoda Test. Penentuan struktur molekul dengan metode
spektroskopi (UV-Vis, IR, MS dan NMR). Uji aktivitas mukolitik dilakukan secara in vitro berdasarkan
penurunan viskositas mukus usus sapi. Nilai viskositas yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan
uji ANAVA satu arah, dilanjutkan uji LSD untuk mengetahui signifikasi perbedaan antar kelompok
perlakuan. Dari hasil penelitian diperoleh isolat berupa serbuk berwarna kuning muda dari ekstrak
diklorometana dengan titik leleh 171-173°C. Uji kualitatif senyawa hasil isolasi dengan pereaksi FeCl3
menghasilkan warna hijau tua yang menunjukkan bahwa isolat merupakan senyawa fenolik, sedangkan
timbulnya warna merah muda pada uji Shinoda Test menunjukkan bahwa isolat merupakan senyawa
flavonoid. Berdasarkan hasil data spektroskopi diduga bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa
flavonoid yaitu matteucinol. Hasil uji aktivitas mukolitik menunjukkan bahwa isolat memiliki aktivitas
mukolitik. Isolat dengan konsentrasi 0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan
asetilsistein 0,1%.
Kata-kata kunci: Chingia sakayensis, ekstrak diklorometana, flavonoid, matteucinol, aktivitas
mukolitik.
Abstract.The aims of this research is to determine to test it’s the molecular structure of flavonoid
compound isolated from stems of fern Chingia sakayensis and mucolytic activity. In this research
extraction was carried out by maceration method, the separation by vacuum liquid chromatography and
purification by recrystallization method using benzene as solvent. Qualitative test was done by FeCl3
reagent and Shinoda Test. Determination of molecular structure by spectroscopic methods (UV-Vis, IR,
MS and NMR). Mucolytic activity assay was performed in vitro based on the decreasing the viscosity of
intestinal mucus cow. Viscosity values were analyzed statistically using one-way ANOVA test, followed by
LSD test to determine significant differences between treatment groups. Based on this research, it was
obtained as light yellow powder isolate from dichloromethane extracts with melting point of 171-173 °C.
Qualitative test using FeCl3 reagent showed dark green color indicating the presece of phenolic
compound, while pink color rise on Shinoda test showed the presence of flavonoid compounds. Based on
result of thespectroscopi data, it could be concluded that isolate was matteucinol. The result ofmucolytic
activity test showed that matteucinol had mucolytic activity. The matteucinol concentrations of 0,6% and
0,8% had mucolytic activity which equivalent to 0.1% acetylcysteine.
Keywords:Chingia sakayensis, dichloromethane extract, flavonoid, matteucinol, mucolytic activity.
C - 13
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
aktif berupa minyak atsiri, alkamida, polialkena,
polialkuna, dan turunan asam kafeat. Sambiloto
memiliki kandungan senyawa aktif berupa
flavonoid
dan
lakton.
Sementara
itu,
Rhododendron dauricum L. mengandung
beberapa senyawa bioaktif flavonoid farrerol,
scopoletin,
umbeliferone,
hyperoside,
kaempferol dan quercetin [3].
Beberapa
penelitian
terdahulu
melaporkan bahwa senyawa flavonoid dapat
bersifat mukolitik. Aktivitas mukolitik ekstrak
etanol daun sirih merah pada konsentrasi 0,3%
setara dengan asetil sistein 0,1% dan ekstrak
etanol daun sirih merah mengandung senyawa
golongan alkaloid, saponin, flavonoid, dan
polifenol.Selain itu ekstrak metanol daun sirih
merah juga memiliki aktivitas mukolitik,
sementara pada konsentrasi 0,3% setara dengan
asetilsistein 0,1%. Fraksi metanol mengandung
senyawa golongan saponin, flavonoid, dan
polifenol [4].
Tumbuhan paku C. sakayensis
merupakan salah satu spesies tumbuhan paku
famili Thelypteridaceae yang banyak tumbuh di
Thailand, Malaysia, Serawak, Sumatra, dan
Jawa [5]. Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu,
dari
ekstrak
diklorometana
tumbuhan paku C. sakayensis ditemukan
senyawa β-sitosterol, dan flavonoid matteucinol
[6]. Flavonoid memiliki berbagai aktivitas
sebagai antivirus, antibakteri, antihistamin, dan
dapat meningkatkan gerakan pernapasan, yang
semuanya
sangat
mendukung
untuk
penyembuhan penyakit radang saluran nafas [7,
8]. Dengan demikian isolat flavonoid dari
ekstrak diklorometana batang tumbuhan paku
C. sakayensis berpotensi sebagai obat
mukolitik.
Mengingat aktivitas mukolitik senyawa
flavonoid dari ekstrak diklorometana batang
tumbuhan paku C. sakayensis belum pernah
dilaporkan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang
aktivitas
PENDAHULUAN
Negara Indonesia termasuk salah satu
negara yang sedang berkembang. Keberhasilan
pembangunan nasional saat ini ternyata
berpengaruh terhadap pergeseran pola penyakit
dari pola penyakit negara berkembang ke pola
penyakit negara maju. Penyakit respirasi
merupakan penyakit yang berhubungan dengan
saluran pernapasan, dan merupakan salah satu
penyakit yang menjadi pola negara maju.
Penyakit respirasi menjadi salah satu masalah
kesehatan yang utama dan masih memerlukan
penanganan yang terpadu [1].
Salah satu penyakit respirasi seperti
bronkitis
dan
infeksi
saluran
nafas
dapatmenyebabkan peningkatan sekresi dahak.
Peningkatan produksimukus terjadi pada
kondisi tersebut, dan mukus yang diproduksi
sifatnya kental,sehingga sulit untuk dikeluarkan
dan berpengaruh pada pernafasan. Mukus
kental dapat dikeluarkanmelalui proses
pengenceran. Secara fisiologis silia tidak
mampu mengeluarkanmukus karena terlalu
kental [2].
Bahan aktif mukolitik dapat membantu
mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
Bahan
tersebut
mampu
merombak dan melarutkan dahak sehingga
viskositasnya berkurang dan mempermudah
pengelurannya. Aktivitas mukolitik pada
mukosa usus sapiditunjukkan oleh kadar isolat
yang mampu menurunkan viskositas larutan
mukus.
Penggunaan bahan alam sebagai obat
tradisonal lebih aman dan memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi obat berbagai
macam penyakit. Beberapa tanaman obat
tradisional telah dikenal masyarakat untuk
penyembuhan penyakit
respirasi seperti
bronkitis dan radang tenggorokan kronis, antara
lain
Echinacea
angustifolia,
Echinacea
purpurea),
sambiloto
(Andrographis
paniculata), dan Rhododendron dauricum.
Tanaman Echinaceae mengandung senyawa
C - 14
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
mukolitik senyawa flavonoid hasil isolasi dari
ekstrak batang tumbuhan paku C. sakayensis.
x 24 jam. Kemudian disaring menggunakan
corong buchner. Residu hasil penyaringan
dimaserasi
kembali
dengan
pelarut
diklorometana selama 3 x 24 jam. Kemudian
disaring menggunakan corong Buchner. Ekstrak
diklorometana diuapkan secara vakum dengan
rotavapor,
sehingga
dihasilkan
ekstrak
diklorometana padat.
Ekstrak diklorometana padat yang
diperoleh diuji menggunakan pereaksi FeCl3 dan
Shinoda test. Selanjutnya ekstrak dipisahkan
menggunakankromatograficair vakum. Eluen
yang digunakan adalah n-heksana, campuran nheksana dan etil asetat, dan etil asetat.
Selanjutnya, hasil pemisahan dimonitor dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan
pelat KLT dengan perbandingan eluen nheksana : etil asetat = 4:1. Hasil isolasi yang
diperoleh dikristalisasi menggunakan pelarut
benzena.
BAHAN DAN METODE
Alat
Bejana maserasi, seperangkat alat
penyaring Buchner, rotary vacuum evaporator
(Heidolp laborata 4001), seperangkat alat
kromatografi vakum cair, seperangkat alat KLT,
Fisher John melting point apparatus,
Spektrometer UV-Vis (Shimadzu Pharma Spec),
Spektrometer IR (Perkin Elmer USA 89485),
Spektrometer MS (Shimadzu QP-2010S),
Spektrometer NMR (JEOL JNM-ECP 400),
viskometer Ostwald, stopwatch, neraca analitik,
spatula, waterbath, piknometer, gelas ukur, gelas
kimia, botol vial, dan pisau.
Bahan
Pelarut n-heksana, diklorometana, etil
asetat, benzena, dan kloroform. Penyemprot
atau penampak noda KLT menggunakan
campuran antara larutan H2SO4 5% (v/v)
dengan etanol p.a. KVC dengan silika gel, plat
KLT, mukus usus sapi, larutan dapar fosfat pH
7, asetil sistein, tween-80.
Uji Aktivitas Mukolitik in Vitro
Pengumpulan Usus Mukus Sapi
Usus sapi dibersihkan dari kotoran yang
melekat, kemudian usus dipotong membujur dan
diurut. Selanjutnya lapisan mukosa dikerok
perlahan hingga bersih. Mukus yang telah
terkumpul digunakan untuk uji aktivitas
mukolitik [9].
Prosedur Penelitian
Tahap Pengumpulan dan Persiapan Sampel
Sampel penelitian yang berupa batang
tumbuhan
paku
Chingia
sakayensis
dikumpulkan dari kawasan hutan Kletak,
Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur. Sebelum
diteliti lebih lanjut, sampel diidentifikasi di LIPI
Kebun Raya Purwodadi. Selanjutnya sampel
dibersihkan dari kotoran yang melekat, lalu
dikeringkan pada suhu kamar. Sampel yang
telah kering digiling menjadi serbuk halus yang
siap untuk diekstraksi.
Pembuatan Larutan Mukus-Dapar Fosfat
20% (b/b)
Larutan mukus-dapar fosfat 20% (b/b)
dibuat dengan cara mencampurkan mukus
sebanyak 20 bagian (dalam bobot) dengan
larutan dapar-fosfat pH 7 sebanyak 80 bagian
(dalam bobot) sehingga total 100 bagian (dalam
bobot). Campuran diaduk sampai homgen [9].
Pembuatan Larutan Kontrol Negatif
Larutan kontrol negatif dibuat dengan
cara mencampur tween 80 sebanyak 0,5% (b/b)
dari berat total atau sebesar 0,15 gram dengan
larutan mukus-dapar fosfat hingga diperoleh
Tahap Ekstraksi dan Isolasi
Sebanyak 2 kg serbuk kering batang
tumbuhan paku Chingia sakayensis dimaserasi
berturut-turut dengan pelarut n-heksana selama 3
C - 15
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
berat total sebesar 30 gram dan diaduk hingga
homogen [9].
deskriptif dengan cara membandingkan dengan
kontrol positif asetilsistein 0,1%. Aktivitas
mukolitik senyawa flavonoid hasil isolasi
dianalisis dengan ANAVA satu arah yang
dilanjutkan uji LSD pada analisis Post-Hoc
untuk mengetahui signifikasi perbedaan harga
viskositas larutan antar perlakuan. Semua
analisis statistik dilakukan dengan program
SPSS.
Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Larutan kontrol positif dibuat dengan
cara mencampurkan asetilsistein 0,1% sebanyak
0,03 gram dengan tween 80 sebanyak 0,5% (b/b)
dari berat total atau sebesar 0,15 gram.
Selanjutnya ditambahkan larutan mukus-dapar
fosfat hingga diperoleh berat total sebesar 30
gram dan diaduk hingga homogen [9].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi dan Isolasi Senyawa
Flavonoid dari Batang Tumbuhan Paku
Chingia sakayensis
Sampel yang berupa serbuk halus dari
batang tumbuhan paku Chingia sakayensis
sebanyak 2 kg diekstraksi dengan maserasi
berturut-turut menggunakan pelarut n-heksana
dan diklorometana pada suhu kamar sebanyak 3
x 24 jam. Ektrak diklorometana disaring secara
vakum menggunakan corong Buchner sehingga
diperoleh ekstrak padat diklorometana berwarna
hijau tua sebanyak 21,697 gram.
Ekstrak padat diklorometana yang telah
diperolehdiuji fitokimia dengan pereaksi FeCl3,
menghasilkan hasil positif yang ditunjukkan
dengan warna hijau tua, dan uji Shinoda test
pada ekstrak menunjukkan warna merah.
Dengan demikian ekstrak diklorometana batang
tumbuhan paku Chingia sakayensis mengandung
senyawa fenolik golongan flavonoid.
Selanjutnya ekstrak diklorometana
dipisahkan kandungan kimianya menggunakan
metode kromatografi cair vakum (KCV) dengan
fase diam kieselgel Merck G 60 F-254 dengan
eluen n-heksana, campuran n-heksana-etil asetat
dan etil asetat menghasilkan 124 fraksi.
Hasil pemisahan tersebut kemudian
dimonitoring menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan eluen n-heksana-etil asetat =
4:1. Fraksi dengan Rf yang sama sebesar 0,55
pada KLT yaitu fraksi 66-113, digabung dan
diuapkan menghasilkan zat padat sebesar 9,754
gram. Rekristalisasi menggunakan pelarut
Pembuatan Larutan Uji
Larutan uji yang digunakan adalah isolat
hasil isolasi dari ekstrak diklorometana batang
tumbuhan paku Chingia sakayensis dengan
konsentrasi 0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,8% ; 1% ;
1,2% ; dan 1,4%. Masing- masing larutan uji
dibuat dengan mencampurkan isolat sebanyak
konsentrasi masing- masing dengan tween 80
sebanyak 0,5% (b/b) dari berat total atau sebesar
0,15 gram. Selanjutnya ditambahkan larutan
mukus-dapar fosfat hingga diperoleh berat total
sebesar 30 gram dan diaduk hingga homogen
[9].
Uji Aktivitas Mukolitik Secara in Vitro
Uji aktivitas mukolitik dilakukan dengan
pengukuran viskositas menggunakan viskometer
Ostwald. Larutan kontrol negatif, larutan kontrol
positif, dan larutan uji diinkubasi selama 30
menit pada suhu 37°C. Kemudian larutan uji
dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kerapatan
menggunakan piknometer. Kemudian dihitung
viskositasnya dengan mengalikan waktu alir dan
kerapatan. [9].
Teknik Analisis Data
Struktur molekul senyawa flavonoid
hasil isolasi ditentukan secara deskriptif
berdasarkan data spektroskopi (UV, IR, NMR,
dan MS). Aktivitas mukolitik pada senyawa
flavonoid hasil isolasi dianalisis secara
C - 16
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
benzena menghasilkan serbuk berwarna kuning
muda sebanyak 1,321 gram. Dari hasil uji titik
leleh diketahui bahwa titik leleh isolat sebesar
171-173°C. Selanjutnya isolat diuji KLT tiga
sistem eluen dengan perbandingan n-heksana :
kloroform (1:1), kloroform : etil asetat (9:1), dan
n-heksana : etil asetat (4:1). Berdasarkan hasil
uji dengan KLT tiga sistem eluen, isolat
menunjukkan satu noda dengan Rf masingmasing 0,22; 0,88 dan 0,55.
Isolat yang diperoleh diuji kualitatif
meliputi uji fenolik dan flavonoid (shinoda test).
Isolat diuji fenolik menggunakan larutan FeCl3
menunjukkan
warna
hijau
tua
yang
mengindikasi
bahwa
senyawa
tersebut
merupakan senyawa fenolik. Disamping itu
isolat diuji flavonoid menggunakan pita Mg dan
larutan HCl pekat menunjukkan warna merah
muda yang menandakan senyawa tersebut
merupakan senyawa flavonoid.
hidroksil pada C-7. Penambahan larutan AlCl3 +
HCl mengakibatkan pergeseran batokromik pada
pita II sebesar 10 nm, hal tersebut menunjukkan
adanya gugus OH pada C-5. Tidak adanya
pergeseran batokromik pada penambahan reagen
natrium asetat + asam borat menunjukkan bahwa
senyawa flavanon tersebut tidak memiliki gugus
orto-dihidroksil pada cincin A.
Berdasarkan data spektrum IR senyawa
hasil isolasi menunjukkan adanya regang C=C
(1629,75 dan 1519,69 cm-1), regang C-H alkil
(2924,53 cm-1) dan tekuk C-H alkil (1454,94 dan
1356,16 cm-1) yang mendukung adanya
kerangka flavonoid dalam isolat. Vibrasi regang
O-H (3453,11 cm-1) dan regang C-O (1257,00
dan 1128,12 cm-1) juga mendukung bahwa isolat
merupakan senyawa flavonoid yang memiliki
gugus hidroksil.
Hasil analisis dengan kromatografi gasspektroskopi massa (GC-MS) menunjukkan
bahwa isolat merupakan senyawa yang memiliki
massa molekul relatif 314 dengan persen luas
area 100,00. Senyawa tersebut memberikan ionion fragmen pada m/z m/z 296, 271, 207, 182,
180, 157, 152, 134, 119, 103, 91, 77, 65, 55, 39,
dan 28.
Data spektrum 1H-NMR senyawa hasil
isolasi memperlihatkan adanya 13 sinyal pada 
(ppm) : 2,04 (s, 8-CH3); 2,06 (s, 6-CH3); 2,81
(dd, H-3); 3,03 (dd, H-3); 3,83 (s, OCH3);
5,34 (dd, H-2); 6,97 (d, H-3’,5’) ; 7,40 (d, H2’,6’) dan 12,26 (s, OH terkelasi).
Sementara itu data spektrum 13C-NMR
senyawa hasil isolasi memperlihatkan adanya 18
sinyal yang menunjukkan adanya 18 atom
karbon pada  (ppm) : 6,8 (6-CH3); 7,6 (8-CH3);
43,1 (3,3); 55,2 (OCH3); 77,4 (C-1); 102,9
(C-8); 103,6 (C-10); 104,6 (C-6); 114,0 (C3’,5’); 127,3 (C-2’,6’); 131,0 (C-1’); 157,6 (C9); 158,8 (C-5); 159,6 (C-4’); 162,0 (C-7); 196,5
(C-4).
1
Spektrum
H-NMR
menunjukkan
adanya dua gugus metil aromatik [H 2,04 (s);
2,06 (s)] dan sebuah gugus metoksifenil [H 3,85
Penentuan Struktur Isolat
Hasil pengukuran spektrum ultravioletsinar tampak (UV-Vis) senyawa hasil isolasi
dalam pelarut matanol tampak bahwa senyawa
hasil isolasi menunjukkan 2 puncak dimana pita
II menunjukkan panjang gelombang maksimum
pada 296 nm dan pita I menunjukkan panjang
gelombang maksimum pada 347 nm. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil
isolasi merupakan senyawa flavonoid golongan
flavanon. Pergeseran batokromik terjadi pada
pita II yang mengalami pergeseran gelombang
sebesar 81 nm, akibat adanya penambahan
NaOH. Penambahan larutan AlCl3 + reagen HCl
mengakibatkan pergeseran batokromik pada pita
II sebesar 10 nm. Pada penambahan reagen
natrium asetat + asam borat tidak terjadi
pergeseran batokromik.
Berdasarkan hasil dari spektrum UV-Vis
terjadi pergeseran batokromik pada pita II yang
mengalami pergeseran gelombang sebesar 81
nm, akibat adanya penambahan NaOH.
Pergeseran tersebut menunjukkan adanya gugus
C - 17
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
(s)] dalam senyawa matteucinol. Dua sinyal
proton aromatik pada H 6,97 (d, H-3’,5’) dan
7,40 (d, H-2’,6’) yang disebabkan oleh dua
pasang proton aromatik saling orto pada cincin
B mendukung keberadaan gugus metoksi pada
C-4’dalam molekul matteucinol. Rendahnya
harga tetapan penjodohan (J = 3,0 Hz) antara
sinyal proton H-2 (H 5,32) dengan H-3β (H
2,78) menunjukkan kedua proton tersebut
berposisi cis sehingga atom karbon kiral C-2
memiliki konfigurasi mutlak S seperti pada
matteucinol.
Fakta lain yang mendukung bahwa
senyawa hasil isolasi merupakan matteucinol
berasal dari kesesuaian antara data spektrum 1HNMR dan 13C-NMR senyawa hasil isolasi
dengan matteucinol dalam literatur [10].
Dengan demikian maka senyawa hasil
isolasi dapat diidentifikasi sebagai matteucinol.
3'
4'
CH3
HO
Posisi
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
1’
2’
3’
4’
5’
6’
6-CH3
8-CH3
4’-OCH3
5-OH
Hasil
C
77,4
43,1
43,1
196,5
158,8
104,0
162,0
102,9
157,6
103,6
131,0
127,3
114,0
159,6
114,0
127,3
6,8
7,6
55,2
-
8
6
H3C
O
5'
10
1'
6'
H
4
3
5
H
OH
O
Gambar 1. Struktur Molekul Senyawa
Matteucinol
Hasil Uji Aktivitas Mukolitik Senyawa Hasil
Isolasi
Uji aktivitas mukolitik dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas
mukolitik senyawa hasil isolasi yang diperoleh.
Dalam penelitian ini uji aktivitas mukolitik
dilakukan terhadap mukus usus sapi. Hasil uji
mukolitik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Viskositas Larutan Uji
Matteucinol
H (mult,
J dalam
Hz)
5,32 (dd)
3,03 (dd)
2,78 (dd)
7,39 (d)
6,95(d)
6,95(d)
7,39 (d)
2,03 (s)
2,05 (s)
3,83 (s)
12,29 (s)
H
1
9
2
Tabel 1. Data Spektra1H, 13C NMR Senyawa
Hasil Isolasi dan Matteucinol[10]
Senyawa
Isolasi
H (mult,
J dalam
Hz)
5,34 (dd)
3,01 (dd)
2,81 (dd)
7,40 (d)
6,97 (d)
6,97 (d)
7,40 (d)
2,06 (s)
2,04 (s)
3,85 (s)
12,26 (s)
7
OCH3
2'
Viskositas (cps)
Larutan
C
Kontrol negatif
Kontrol positif
Larutan uji 0,2%
Larutan uji 0,4%
Larutan uji 0,6%
Larutan uji 0,8%
Larutan uji 1%
Larutan uji 1,2%
Larutan uji 1,4%
78,2
43,1
43,1
196,5
158,8
103,5
162,1
102,3
157,7
102,7
131,0
127,4
114,0
159,6
114,0
127,4
6,9
7,6
55,2
-
I
II
III
7,2152
7,1432
7,1587
7,1762
7,1678
7,1377
7,1160
7,1198
7,1142
7,2152
7,1202
7,1703
7,1646
7,1447
7,1262
7,1391
7,1314
7,1142
7,2037
7,1663
7,1703
7,1646
7,1447
7,1262
7,1160
7,1198
7,1025
Ratarata
7,2113
7,1432
7,1664
7,1684
7,1524
7,1300
7,1237
7,1236
7,1103
Setelah diketahui nilai viskositas tiap
larutan kemudian data viskositas larutan
dianalisis secara statistik menggunkan SPSS
dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah
sampel berdistribusi normal atau tidak dan uji
ANAVA satu arah dilanjutkan uji LSD dalam
analisis Post-Hoc untuk mengetahui signifikasi
perbedaan viskositas antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji
homogenitas diperoleh nilai p masing-masing
0,200 dan 0,220. Karena nilai tersebut lebih dari
C - 18
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
3'
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data sampel
berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan hasil uji LSD dapat
dinyatakan bahwa senyawa flavonoid hasil
isolasi dengan berbagai konsentrasi memberikan
penurunan viskositas yang bermakna terhadap
kontrol negatif (p < 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa isolat memiliki aktivitas mukolitik.
Selanjutnya dibandingkan dengan kontrol positif
untuk mengetahui konsentrasi yang memiliki
aktivitas mukolitiknya setara dengan asetilsistein
0,1%. Hasilnya adalah isolat dengan konsentrasi
0,6% dan 0,8% tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p > 0.05) terhadap kontrol
positif (asetilsistein 0,1%). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid
hasil isolasi pada konsentrasi 0,6% dan 0,8%
memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan
asetilsistein 0,1%.
Aktivitas mukolitik pada tumbuhan
paku Chingia sakayensis disebabkan oleh
adanya senyawa flavonoid dalam ekstrak
diklorometana
tumbuhan
paku
Chingia
sakayensis. Senyawa tersebut dapat memecah
benang-benang
mukoprotein
dan
mukopolisakarida dari sputum (mukus).Pada
mukus terdapat berbagai macam jenis ikatan
antar molekul. Gugus aktif dari senyawa hasil
isolasi akan memutus ikatan disulfida pada
mukus sehingga dapat menurunkan viskositas
mukus.
4'
CH3
HO
7
8
1
9
H
O
5'
2
6
H3C
OCH3
2'
10
4
5
1'
6'
H
3
H
OH
O
2. Senyawa flavonoid hasil isolasi memiliki
sifat mukolitik pada uji mukolitik terhadap
usus mukus sapi. Isolat dengan konsentrasi
0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas
mukolitik yang setara dengan kontrol
positif (asetilsistein 0,1%).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini merupakan bagian dari
Penelitian Hibah Bersaing Lanjutan Tahun 2016
yang dilaksanakan oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Si.
dan Dra. Nurul Hidajati, M.Si. Oleh karena itu
ucapan terimakasih disampaikan kepada
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi yang telah memberikan dana penelitian
ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada bapak Deden Mudiana, S.Hut., M.Si.
dari LIPI Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan,
Jawa Timur yang telah membantu dalam
pengumpulan dan identifikasi sampel tumbuhan
paku C. sakayensis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soemantri, E.S. 1997. Masalah Respirologi
dan Tantangannya di Masa Depan. Cermin
Dunia Kedokteran. 41. 115.
2. Ariani. 2014. Pengaruh Variasi Kadar
Ekstrak Etanolik Daun Kembang Sepatu
(Hibiscus Rosa-Sinensis L.) dalam Sirup
terhadap Aktivitas Mukolitik Secara
inVitro. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
3. Peng, Y.Y., Liu, F.H., and Ye, J. N. 2004.
Determination of Bioactive Flavonoids in
Rhododendron dauricum L. by Capillary
Electrophoresis
with
Electrochemical
Detection.
Short
Communication,
Chromatographia. 60 (9/10) : 597-602.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam
isolat dari ekstrak diklorometana batang
tumbuhan paku C. sakayensis merupakan
senyawa flavanon yaitu matteucinol (5,7dihidroksi-4’-metoksi-6,8-dimetil flavanon)
dengan rumus molekul C 18H18O5. Isolat
tersebut berupa serbuk kuning muda dengan
titik leleh 171-173°C. Struktur molekul
dapat digambar sebagai berikut:
C - 19
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
4. Wulandari, R.L., dkk. 2013. Aktivitas
Mukolitik Fraksi Metanol dari Ekstrak
Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocotum)
pada Mukosa Usus Sapi dan Kandungan
Kimianya. Semarang: Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim.
5. Steenish V & Holttum RE, 1982. Flora
Malesiana.
London:
Martinus
Nijhoff/DR.W. Junk Publishers.
6. Sutoyo, Suyatno., Indrayanto, G. dan Zaini,
NC. 2007.
Chemical Constituents of
Chingia sakayensis (Zeiller) Holtt. Natural
Product Communications. 2 (5) : 579-580.
7. Sjamsuhidajat, SS dan Hutapea, JR. 1991.
Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Badan
Penelitian Obat Pengembangan Kesehatan.
8. Williaman, SS. 1955. Some Biological
Effect of the Flavonoids. Journal of the
American Pharmaceutical Assoc, Sci. 44 :
404-409.
9. Afiyati, A. dan Murrukmihadi, M. 2013.
The Effect of Fraction Containing
Alkaloids of Hibiscus Flower (Hibiscus
rosa-sinensis L.) Red Variety to Mucolytic
Activities in vitro. Trad. Med. J. 18 (3) :
187-194.
10. Suyatno, Syarief, S.H., Hidajati, N.,
Rinaningsih, Tori, Motoo., dan Shimizu
Kuniyoshi. 2009. Phenolic Compounds
Isolated from The Fern Chingia sakayensis
(Zeiller) Holtt. Jurnal Ilmu Dasar. 10 (1) :
22-29.
C - 20
Download