i. pendahuluan -

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian dan Tujuan Perawatan
Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sistematis
terhadap peralatan hingga peralatan bekerja seperti biassanya atau sesuai
spesifikasinya [1]. Dari pengertian di atas jelas bahwa perawatan peralatan listrik
rumah tangga adalah kegiatan terprogram dengan cara tertentu dan dilakukan secara
rutin agar peralatan listrik rumah tangga selalu dalam keadaan siap pakai.
Kegiatan perawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perawatan terencana
dan perawatan darurat [2]. Perawatan terencana didasarkan pada siklus produksi atau
perkiraan umur pakai peralatan. Sedangkan perawatan darurat, dilaksanakan ketika
kondisi peralatan mengalami gangguan pada saat peralatan sedang digunakan.
Perawatan peralatan ditujukan untuk memperpanjang usia pakai peralatan,
menjamin daya guna dan hasil guna. Selain itu juga untuk menjamin kesiapan operasi
atau siap pakainya peralatan serta untuk menjamin keselamatan orang yang
menggunakan peralatan.
Perbaikan adalah proses penggantian dan penyetelan bagian tertentu alat agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Istilah lain dari perbaikan adalah servis, yang
berarti memperbaiki barang yang rusak atau usang atau merawat secara khusus suatu
barang yang masa penggunaannya telah melampaui batas waktu tertentu. Dapat juga
digunakan istilah pembetulan, yang bermakna proses atau cara untuk membuat alat
menjadi betul [3]. Ada pula yang menggunakan istilah reparasi, yang berasal dari kata
bahasa Inggris repair, yang bermakna perbaikan atas kerusakan.
Dengan pengertian tersebut, maka pada dasarnya perawatan dilakukan pada
alat yang masih berjalan baik, sedangkan perbaikan dilakukan pada alat yang
mengalami kerusakan atau tidak berjalan dengan baik, atau bahkan tidak berfungsi
sama sekali.
1
1.2 Jenis Perawatan Peralatan
Perawatan peralatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perawatan
sebelum dioperasikan dan perawatan berkala. Perawatan sebelum dioperasikan disebut
juga dengan istilah pra perawatan atau perawatan pencegahan.
1.2.1 Perawatan sebelum dioperasikan
Perawatan peralatan sebelum dioperasikan bertujuan untuk menjamin
peralatan dapat beroperasi dengan efektif.
Untuk memudahkan pengecekan maka
dibuat rencana perawatan. Perawatan dapat berupa pembersian yang terjadwal,
penggantian pelumas dan uji coba peralatan tanpa beban. Peralatan yang baru
dihidupkan hendaknya tidak langsung dibebani. Peralatan dibiarkan hidup
beberapa menit,
sambil diadakan pengecekan pada bagian-bagian
tertentu.
Apabila tidak ada kelainan, barulah peralatan dapat dibebani sedikit demi
sedikit sampai pada beban yang diharapkan.
1.2.2 Perawatan Pencegahan.
Perawatan pencegahan bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
yang lebih serius. Tentu saja tidak semata-mata mencegah terjadinya kerusakan,
tetapi
perawatan
pencegahan
ini
justru
merupakan kegiatan rutin dalam
pelaksanaan perawatan agar peralatan senantiasa siap pakai.
Perawatan pencegahan ini meliputi perawatan harian dan perawatan berkala.
Perawatan harian ialah kegiatan perawatan yang dilaksanakan setiap/selama peralatan
dioperasikan. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan oleh pemakai peralatan. Kegiatan
perawatan harian dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Amati apakah ada sesuatu yang kelihatan tidak semestinya.
Rasakan apakah getaran dan suhu meningkat, ada bau yang aneh dan
sebagainya.
Dengarkan apakah ada suara yang menandakan kelainan.
2
Jaga agar beban tidak melebihi kapasitas/kemampuannya. Misalnya : Putaran
peralatan terlalu tinggi,
muatan terlalu berat, suhu terlalu tinggi, dan
sebagainya.
Periksa sistem pelumasannya. Semua peralatan yang berputar atau bergerak
bergesekan perlu diberi
pelumasan.
pelumasan
ini
berfungsi
untuk
mengurangi gesekan, mencegah keausan dan berfungsi mendinginkan. Untuk
pelumasan perlu dipilih bahan pelumas yang cocok dengan komponen yang
dilumas.
Periksa pendinginan. Umumnya peralatan yang bekerja pada suhu tinggi dan
bergerak memerlukan pendinginan, dengan pendinginan berarti suhu
terkendali hingga laju kerusakan terkendali pula.
Cegahan Korosi. Pada umumnya peralatan yang bagian-bagiannya terbuat
dari logam/baja ada kecenderungan berkarat (korosi). Proses korosi akan
terjadi bila logam bereaksi dengan oksigen, air atau bermacam-macam
asam. Korosi sangat merugikan karena cepat merusak peralatan. Oleh sebab
itu korosi harus dicegah. Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan cara
menjaga peralatan tetap bersih, melindungi logam agar tidak terkena zat-zat
penyebab korosi antara lain dengan mengolesi oli, mengecat, melapisi dengan
anti karat.
1.2.3 Perawatan Berkala.
Maksudnya ialah perawatan yang dilaksanakan secara berkala sesuai
dengan jadwal yang diprogramkan. Kegiatan perawatan berkala antara lain:
Pemeriksaan secara periodik bulanan, 6 bulanan atau tahunan
terhadap
bagian-bagian alat untuk diadakan perawatan pencegahan
Penyetelan bagian-bagian/komponen akibat adanya getaran, perubahan suhu,
keausan dan sebagainya, sehingga baut-baut kendor atau posisi komponen
bergeser.
3
Penggantian komponen karena aus, patah atau bengkok hingga tak dapat
berfungsi dengan baik.
1.3 Alat dan Bahan Perawatan dan Perbaikan
Jenis maupun jumlah alat/bahan yang diperlukan untuk kegiatan perawatan
dan perbaikan sangat tergantung pada jenis peralatan yang memerlukan perawatan
dan perbaikan. Namun secara umum perawatan dan perbaikan peraalatan rumah
tangga memerlukan alat berikut:
Alat-alat tangan seperti: palu plastik, tang, obeng, kunci pas, kunci ring,
pisau, solder, kwas dan sebagainya
Alat-alat ukur dan tester seperti multimeter, megger, tang amper, tespen dan
lainnya-lainnya.
Power supply AC/DC untuk pengetesan.
Sedangkan bahan-bahan keperluan perawatan dan perbaikan peralatan listrik
ruma tangga antara lain:
Bahan pembersih seperti :detergen, karosen, tinner, alkohol, dan sebagainya
Bahan pelumas seperti : oli dan grease (gemuk)
Bahan pencegah korosi seperti : lak, cat, dll
Bahan suku cadang, mulai dari peralatan
penunjang sampai dengan
suku cadang peralatan utama seperti : mur, baut, self-tapping, selongsong
asbes, kabel, zekering dan sebagainya.
1.4 Diagnosis Gangguan
Yang dimaksud dengan diagnosis gangguan dalam perawatan dan perbaikan
peralatan listrik rumah tangga adalah tindakan analisis peralatan dalam keadaan
rusak ataupun mengalami gangguan untuk diketahui pada bagian mana terjadinya
kerusakan, apa penyebabnya dan bagaimana memperpaikinya. Keahlian dan
pengalaman
mendiagnosis,
memungkinkan
dapat
menemukan
kesalahan/
kerusakan dengan cepat dan tepat. Agar hasil diagnosa dan pencarian kesalahan
4
dapat
lebih
cepat
dan
tepat, diperlukan pengetahuan tentang peralatan yang
didiagnosis, antara lain :
Cara kerja peralatan
Petunjuk pengoperasian peralatan (operation manual)
Petunjuk perawatan (maintenance manual)
Langkah-langkah mendiagnosis gangguan pada peralatan :
Periksa peralatan secara fisik
Periksa rangkaian/hubungan kelistrikan mulai dari sumber masukan sampai
kebagian yang memungkinkan untuk diperiksa
Periksa komponen-komponen mekanik yang bergerak secara teliti
Hidupkan peralatan secara berurutan sesuai dengan langkah kerjanya
Perhatikan dan catat setiap kelaianan dari peralatan
Lihat catatan dari data peralatan tentang kerusakan dan langkah perbaikan
yang pernah dilakukan (bila ada)
Analisa dan tentukan langkah perbaikannya agar tepat.
5
II. SETRIKA LISTRIK
Setrika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda: strijkijzer yang
berarti cara untuk menghilangkan kerutan dari pakaian dengan alat yang dipanaskan
[4]. Alat yang digunakan tersebut selanjutnya juga disebut setrika atau Electric Iron.
Setrika diperlukan, karena pada saat dicuci molekul-molekul polimer dalam serat
pakaian mengalami perubahan bentuk, sehingga perlu disetrika agar kembali mulus.
Dengan disetrika, serat-serat tersebut dipanaskan dan diluruskan oleh beban dari
setrika dan setelah dingin, pakaian mempertahankan bentuk lurus ini. Beberapa bahan
pakaian pada saat disetrika perlu diberi air untuk melonggarkan ikatan antar molekul
serat kain.
Setrika kuno dibuat dari besi yang diisi arang membara, sedangkan pada saat
ini setrika dibuat dari aluminium dan baja tahan karat, dengan sumber panas dari
listrik. Di dalam setrika terkadang terdapat thermostat yang berfungsi untuk
mengendalikan suhu. Beberapa setrika modern juga dapat mengubah air menjadi uap
air untuk membasahi pakaian. Variasi keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut pada
setrika, mengakibatkan setrika listrik dapat diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok seperti berikut ini:
a. Setrika listrik jinjing (portable)
Tanpa pengatur panas
Dengan pengatur panas (otomatis)
Dengan uap air
b. Setrika listrik besar
Roll iron
Pres iron
6
Setrika listrik portable banyak dipakai untuk keperluan rumah tangga,
sedangkan setrika listrik yang besar seperti roll iron dan press iron banyak dipakai di
hotel-hotel, di rumah sakit dan binatu. Gambar 2.1 memperlihatkan bentuk fisik dari
beberapa jenis setrika.
Setrika kuno
Setrika listrik otomatis
Setrika uap
Setrika roll iron
Gambar 2.1 Bentuk fisik dari beberapa jenis setrika
Prinsip kerja setrika listrik adalah mengubah energi listrik menjadi energi
panas melalui elemen pemanas, dengan panas yang dihasilkan dikumpulkan pada
besi pengumpul panas, yang kemudian melalui gosokan diteruskan pada objek yang
akan disetrika. Sedangkan pada setrika uap, selain hal tersebut juga ada pengubahan
7
air menjadi uap, serta penyaluran uap tersebut pada lubang-lubang pada besi
pengumpul panas ke obyek yang akan disetrika.
Gambar 2.2 Elemen setrika listrik [2]
8
2.1. Konstruksi Setrika Listrik
Bagian-bagian utama dari setrika listrik jinjing tampak pada Gambar 2.2. Pada
Gambar tampak bahwa setrika listrik terdiri dari :
1. Elemen pemanas
2. Plat dasar (Besi pengumpul panas dan besi pemberat)
3. Tutup dan pemegang setrika
4. Terminal dan kabel penghubung
5. Pengatur suhu
6. Lampu indikator
7. Dan lain-lain
2.1.1. Elemen Pemanas
Elemen pemanas merupakan sumber panas pada setrika listrik. Elemen
pemanas berupa kawat nikelin berbentuk pipih yang dililitkan pada lembaran
mika yang dibentuk sedemikian rupa sesuai bentuk alas setrika, dengan tujuan agar
panas dapat tersebar merata. Elemen pemanas terisolasi dengan badan setrika. Pada
setrika listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai bentuk spiral dan
dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar arus
listrik tidak
mengalir kebadan setrika, antara spiral nikelin dengan pipa disekat/diisolasi
dengan bahan oksida magnesium. Pada setrika model yang lama, spiral nikelin
diberi
selongsong
dari
bahan keramik/batu tahan api sebagai pelindung dan
sekaligus sebagai isolator. Gambar 2.3 tampak contoh bentuk elemen pemanas
setrika.
9
Gambar 2.3 Elemen pemanas setrika listrik [2, 4]
2.1.2. Besi Pengumpul Panas
Besi pengumpul panas yang sekaligus sebagai bagian dasar/alas dari setrika,
berupa pelat yang dilapisi bahan anti karat dan anti lengket. Pada Gambar 2.4 tampak
bentuk fisik baian ini. Untuk mencegah agar baju tidak lengket, bagian ini harus
selalu dijaga kebersihannya, karena langsung dengan objek yang disetrika (pakaian).
Gambar 2.4 Besi pengumpul panas pada setrika listrik [2]
2.1.3. Besi Pemberat
Besi pemberat umumnya ditambahkan pada setrika lama. Hal ini karena pada
waktu itu objek/bahan yang disetrika kebanyakan dari jenis katun, yang pelicinannya
memerlukan tekanan yang cukup kuat. Sedangkan pada setrika listrik model baru,
tidak ada lagi besi pemberat, dengan alasan bahwa objek/bahan yang disetrika sudah
banyak bahan dari jenis sintetis dan lebih lembut.
10
2.1.4. Tutup dan Pemegang Setrika
Untuk melindungi bagian dalam setrika yang dialiri arus listrik terhadap
sentuhan
pemakaiannya, pada setrika dipasang tutup
setrika. Selain berfungsi
sebagai isolator arus listrik, penutup juga berfungsi sebagai isolator panas, agar panas
tidak menyebar langsung ke udara bebas. Tutup setrika umumnya tergandeng dengan
pemegang setrika.
Penutup dan pemegang ini terbuat dari bahan yang tidak
mengalirkan panas dan juga tidak mengalirkan arus listrik. Untuk itu bagian ini
biasanya terbuat dari kayu, ebonit atau plastik.
2.1.5. Terminal dan Kabel Penghubung
Terminal berguna untuk menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam
setrika dengan sumber tegangan dari kotak-kontak listrik melalui kabel penghubung.
Beberapa model setrika listrik menggunakan terminal yang merupakan tempat
persambungan antara ujung kawat elemen yang disambung pada tusuk kontak
(steker) dengan kabel penghubung luar yang disambung pada steker, sehingga pada
saat tidak digunakan kabel penghubung dapat dilepas dan disimpan terpisah dari
setrikanya.
2.1.6. Pengatur Panas
Setrika
dengan
pengatur
panas
otomatis
menggunakan
komponen
tambahan berupa termostat yang tersusun dari bahan bimetal yaitu lempengan
dua logam yang berbeda koefisien muai panjangnya. Kedua logam disatukan menjadi
satu lempengan. Apabila lempengan logam ini terkena panas, maka salah satu
akan memuai lebih dahulu, sehingga lempengan tadi membengkok. Arah bengkok ini
kemudian dimanfaatkan untuk melepas atau menghubungkan kontak.
Jadi bila panas berlebihan kontak memutus sehingga elemen pemanas tidak
lagi dialiri arus listrik, sebaliknya bila suhunya turun dan mengembalikan posisi
logam, maka kontak akan menghubung kembali dan arus listrik kembali mengalir
11
ke elemen pemanas. Dengan demikian kondisi panas setrika dapat dipertahankan
pada panas tertentu sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan tombol
pengatur panas. Gambar 2.5 memperlihatkan skema pengatur panas pada setrika
listrik.
Pada saat panas
Pada saat dingin
Gambar 2.5 Pengatur panas pada setrika listrik [2]
2.2 Perawatan Setrika Listrik
Perawatan setrika listrik relatif ringan. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa setrika
harus
selalu
terjaga kebersihannya.
Untuk itu
jika
selesai
digunakan untuk menyeterika pakaian yang jenis kainnya mudah terbakar dan
mengandung bahan sintetis, setrika harus dibersihkan. Hal tersebut karena bulu-
12
bulu kain yang terbakar akan menjadi arang dan menempel berupa kerak pada alas
setrika.
Pembersihannya dilakukan dengan lap yang sudah dibasahi dengan
bensin/thiner. Jika sudah terlampau keras dan tebal dibersihkan dengan pisau atau
sekrap tipis. Bagian lain yang harus dipelihara adalah kabel penghubung, terminal
dan tusuk kontak. Secara visual sebaiknya selalu diperiksa apakah isolasi kabel masih
baik, begitu juga terminal hubung dari tusuk kontak.
2.3 Perbaikan Setrika Listrik
Meskipun sudah dilakukan perawatan dan tindakan pencegahan dari
kesalahan penggunaan, kerusakan setrika masih saja dapat terjadi. Hal ini karena
beberapa bagian setrika terbuat dari bahan yang dirancang memiliki batas
penggunaan yang tertentu, sehingga apabila batas tersebut terlampaui, maka bagian
tersebut akan mengalami kerusakan.
Bagian-bagian setrika sering rusak akibat batas penggunaan yang terlampui
adalah elemen panas. Elemen panas mengalami kerusakan biasanya karena setrika
terlalu panas atau karena tegangan listrik yang terlalu tinggi. Selain elemen panas,
bagian yang sering mengalami kerusakan adalah kabel penghubung, terminal dan
tusuk kontak penghubung. Kerusakan pada bagian ini diakibatkan oleh faktor
mekanis karena mengalami tekukan, tekanan dan lain-lain. Elemen lain yang juga
sering rusak adalah pengatur panas. Penyebab kerusakan pengatur panas adalah
karena bimetal mengalami perubahan bentuk, misalnya karena setrika jatuh. Pada
bagian berikut akan dijelaskan penyebab kerusakan dan perbaikana pada masingmasing elemen yang sering rusak tersebut.
13
2.3.1 Elemen Pemanas
Kerusakan jenis ini sangat banyak ditemui. Kerusakan elemen pemanas terjadi
karena pemakaian yang menimbulkan panas yang berlebihan. Kerusakan ini sangat
besar kemungkinan terjadi apabila setrika tidak menggunakan pengatur panas atau
pengaturan panas terlalu tinggi atau rusak.
Penyebab lain kerusakan elemen pemanas adalah kesalahan tegangan, yaitu
tegangan yang terlalu tinggi. Kerusakan elemen pemanas adalah kerusakan yang
berupa kawat elemen pemanas putus. Dengan tidak berfungsinya elemen pemanas,
maka setrika tidak panas.
Kerusakan lain yang mungkin terjadi adalah rusaknya isolasi elemen
pemanas. Kerusakan ini akan menyebabkan elemen pemanas terhubung singkat ke
badan setrika. Kondisi ini menyebabkan badan setrika bertegangan dan menyetru jika
dipegang.
Perbaikan setrika yang mengalami kerusakan elemen pemanas seperti
disebutkan di atas dilakukan dengan mengganti elemen pemanas atau perbaikan jika
dimungkinkan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan menyambung kembali bagian
nikelin yang putus untuk kerusakan yang berupa putusnya elemen pemanas. Untuk
kerusakan yang terjadi pada isolasi, dapat dilakukan dengan mengganti isolator. Perlu
diingat bahwa isolator yang ada pada elemen pemanas adalah isolator yang tahan api
dan bekerja pada temperatur yang tinggi.
2.3.2 Kabel Penghubung
Kerusakan kabel penghubung terjadi karena faktor mekanis, yang berupa
sering tertarik, sering terpuntir
waktu digunakan atau terlipat-lipat pada saat
menyimpannya, dan lain-lain. Kerusakan ini berupa salah
keduanya
satu
kawat
atau
putus. Kerusakan juga dapat diakibatkan karena kabel terlalu kecil
sehingga menjadi terlalu panas saat digunakan dan akhirnya putus.
14
Selain kawat penghantar, kerusakan juga mungkin terjadi pada isolasi. Isolasi
mudah kabel penghubung umumnya berupa bahan yang mudah rusak sehingga jika
terkelupas, sobek atau putus, maka kawat penghubungnya akan hubung singkat.
Kerusakan seperti ini akan sangat besar kemungkinan terjadinya apabila kabel
penghubung sudah tua.
Perbaikan yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti kabel yang rusak
dengan kabel yang baru dan sesuai dengan standarnya. Kabel penghubung yang
sudah jadi dapat dibeli, atau jika akan dibuat sendiri perlu diperhatikan jenis kabel
yang lentur dan kuat.
2.3.3 Terminal dan tusuk kontak hubung.
Kerusakan lain yang banyak ditemui adalah kerusakan terminal hubung kabel
dan tusuk kontak. Kerusakan terminal hubung kabel baik yang dapat dilepas atau
yang tidak terjadi karena kontak yang melonggar. Kondisi tersebut menimbulkan
bunga api dan meninggalkan arang. Kerusakan juga bisa diakibatkan karena panas
terjadinya yang berlebihan atau porselin tusuk kontak hubung pecah, pegas penjepit
yang hangus atau merenggang.
Perbaikan terhadap kerusakan jenis ini dilakukan dengan cara melakukan
penggantian. Penggantian dilakukan dengan membeli terminal dan tusuk kontak yang
sesuai atau dengan memodifikasi sesuai dengan terminal dan tusuk kontak hubung
yang ada.
2.3.3 Termostat
Kerusakan termostat atau pengatur suhu terjadi
mematuhi
petunjuk pengaturan
akibat
pemakai
tidak
pemakaiannya. Bisa juga karena setrika
pernah/sering jatuh, sehingga mengubah susunan mekanis dari termostat.
15
Perbaikan terhadap kerusakan termostat dialakukan dengan mengganti
termostat atau dengan cara memperbaiki susunan mekanis termostat. Perbaikan
susuanan termostat tersebut dilakukan dengan mengatur logam bimetal atau dengan
membersihkan titik kontak jika pada titik kontaknya ditemukan arang.
16
III. PEMANGGANG ROTI
Pemanggang roti adalah peralatan listrik rumah tangga yang digunakan
untuk memanggang roti yang telah diiris-iris berbentuk lempengan. Panas pada
pemanggang dihasilkan oleh elemen pemanas dari kawat nikelin pipih yang dililitkan
pada lempengan bahan tahan panas seperti asbes atau mika. Roti yang telah diiris
dimasukkan ke dalam rongga yang tersedia. Salah satu jenis pemanggang roti
(Bread Toaster) yang banyak dipakai pada rumah tangga ditunjukkan pada
gambar berikut ini.
Gambar 3.1 Bentuk Pemanggang Roti
17
3.1. Konstruksi Pemanggang Roti
Pemanggang roti yang banyak dipakai di rumah tangga mempunyai
konstruksi yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut [2] :
a. Rumah pelindung
b. Elemen pemanas
c. Dudukan roti
d. Pengatur panas dan timer
e. Perlengkapan mekanik lainnya
3.1.1 Rumah Pelindung
Rumah pelindung dari pemanggang roti terbuat dari bahan pelat yang dilapisi
chrom atau dicat dengan cat tahan panas. Tujuannya adalah agar tidak mudah
korosi atau berkarat.
Pada Gambar 3.2 diperlihatkan bagian
rumah pelindung
tersebut.
Gambar 3.2 Bagian rumah pelindung pemanggang roti [2]
18
3.1.2. Elemen Pemanas
Elemen pemanas terdiri dari dua atau tiga bagian yang dihubungkan berjajar
atau paralel dan membentuk satu atau dua rongga diantaranya. Elemen pemanas
dibuat dari kawat nikelin bulat atau pipih yang dililitkan pada lempengan mika
atau asbes. Gambar 3.3 memperlihatkan bentuk dari elemen pemanas dan kawat kisikisi yang memisahkan roti dengan elemen pemanas pada jarak tertentu agar roti tidak
menempel pada elemen pemanas.
Gambar 3.3 Elemen panas dan kisis-kisi pemisah [2]
3.1.3 Dudukan Roti
Dudukan roti dirancang agar roti dapat dimasukkan dalam rongga. Cara
memasukkan roti tersebut adalah dengan ditekan (secara manual). Untuk gerakan
untuk naik atau keluarnya roti, terjadi secara otomatis berdasarkan penentuan panas
dan lama
waktu
pemanggangan yang telah ditentukan sebelumnya melalui
pengaturan tombol atau knop. Gambar 3.4 memperlihhatkan bagian dari dudukan
roti tersebut.
19
Gambar 3.4 Dudukan roti [2]
3.1.4 Pengatur Panas dan Timer
Peralatan pemanggang roti dilengkapi dengan pengatur panas atau pengatur
waktu pemanggangan. Pengatur panas umumnya berupa bimetal, sedangkan waktu
pemanggangan dapat berupa suatu timer. Pengaturan pemanggangan dan pengatur
waktu (timer) dilakukan dengan memutar tombol, dengan kedudukan light, medium
dan dark atau dengan indikator kedudukan yang berupa angka, misalnya 1, 2 dan 3.
Bagian pengatur panas dengan bimetal ditunjukkan pada gambar 3.5.
20
Gambar 3.5 Bimetal penatur panas [2]
3.1.5 Perlengkapan Mekanik Lainnya
Selain bagian-bagian yang telah dijelaskan di atas, pemanggang roti juga
dilengkapi dengan pengangkat roti ke atas, bila roti telah cukup panas/waktu
pemanggangannya dan beberapa perangkat laiinya yang berbeda-beda untuk tiap tipe
pemanggang roti.
3.2 Perawatan dan Perbaikan Pemanggang Roti.
3.2.1. Memeriksa Pemanggang Roti
Beberapa kriteria dan cara memeriksa Pemanggang roti yang termasuk
kondisi baik adalah sebagai berikut :
a. Pada peralatan ini tidak terdapat hubung singkat rangkaian kelistrikan
dengan badannya.
Hal ini dapat diperiksa dengan menggunakan AVO meter atau dengan lampu
penguji. Kondisi dalam kriteria baik, jika hambatannya besar atau tak terhingga.
Gambar 3.6 memperlihatkan pengujian tersebut.
21
Gambar 3.6 Pengujian pemanggang roti dengan avometer [2]
b. Pada saat belum bekerja, antara elemen tidak terhubung
Pengujian dilakukan dengan menggunakan dengan AVO-meter, yaitu dengan
cara mengukur pada ujung-ujung
kabel penghubung. Kondisi baik jika
hambatannya besar.
c. Bila tombol ditekan ke bawah, antara elemen akan terhubung.
Pengujian dilakukan dengan jalan tombol ditekan dan pada ujung-ujung kabel
diukur hambatannya dengan AVO meter. Nilai hambatan untuk Toaster 300 watt
adalah sekitar 150 ohm.
d. Bila tombol dinaikkan hubungan elemen pemanas terputus
Pada pengujian ini, pembacaan nilai hambatan pada AVO meter adalah tak
terhingga (tidak ada nilai hambatan).
22
3.2.2 Perbaikan.
Kerusakan pada pemanggang roti dapat terjadi karena kotor atau salah
penggunaan. Berikut adalah sebab kerusakan serta cara mengatasinya.
a. Kotor karena lemak dan sisa pembakaran.
Perbaikannya dengan cara membersihkan bagian-bagian tertentu, misalnya
pada terminal, yaitu membersihkan kontak dan sambungan, membersihkan
kontak-kontak dengan amplas halus dan mengencangkan kembali baut pada
sambungan. Sebagai pedoman dapat digunakan konstruksi pemanggang roti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.7.
b. Kesalahan pemakaian
Kesalahan pemakaian, misalnya akibat tegangan melampaoi batasnya, akan
mengakibatkan elemen pemanas putus. Untuk mengetahui elemen yang
putus dapat diamati secara visual atau diukur dengan AVO-meter. Bila
elemen putus diganti dengan yang baru.
Kerusakan akibat kesalaan pemakaian yang lainnya, adalah kerusakan mekanik
dari pemanggang roti rusak. Untuk mengatasinya buka sekerup bagian bawah
dari rumah pemanggang roti, lalu periksa bagian mekanik pengangkat roti dan
pengatur panas/bimetal. Perhatikan pegas-pegas dan sambungan mekaniknya,
apakah ada yang rusak atau lepas. Lakukan penggantian atau perbaikan sehingga
bagian mekanik kembali seperti kondisi sebelumnya. Sebagai pedoman dapat
digunakan konstruksi pemanggang roti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7.
c. Kabel Penghubung.
Penyebab kerusakan pada kabel penghubung adalah karena bagian ini sering
tertekuk. Kerusakan dapat dalam bentuk kabel putus atau isolasi kabel rusak. Bila
masih memungkinkan, kerusakan diperbaiki dengan memotong pada bagian yang
rusak lalu diisolasi. Tetapi jika kabel sudah terlalu pendek, maka sebaiknya
dilakukan penggantian kabel. Sebagai pedoman dapat digunakan konstruksi
pemanggang roti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7.
23
Gambar 3.7 Contoh konstruksi pemanggang roti [2]
24
IV. PENANAK NASI LISTRIK (RICE COOKER)
Rice cooker pertama kali ditemukan oleh Yoshitada Minami, yang merupakan
seorang tentara Jepang. Pada waktu itu, yaitu sekitar tahun 1937, Rice Cooker masih
berupa wadah kayu tahan bocor dan lempengan logam bertenaga listrik. Lempengan
logam tersebut berfungsi memanaskan wadah kayu yang sudah terisi beras dan air di
dalamnya. Prinsip kerja rice cooker tersebut selanjutnya munculkan ide bagi
Mitsubishi Electric Corporation Jepang, untuk memproduksi dan memperdagangkan
rice cooker listrik. Produk Mitsubishi pada tahun 1945 tersebut sudah dilengkapi
dengan wadah alumunium dengan kumparan pemanas di dalamnya. Tetapi produk ini
tidak memiliki fasilitas turn off otomatis, sehingga harus dipantau selama memasak.
Pada tahun 1956, Toshiba Electric Corporation menyempurnakan perabot
tersebut. Saat itu, Toshiba membuat produk rice cooker dengan turn off otomatis
begitu nasi yang di dalamnya sudah matang. Inovasi ini menjadikan rice cooker
bekerja lebih aman dibandingkan dengan sebelumnya.
Seiring perkembangan waktu, alat ini kemudian menembus pasar dunia dan
dilengkapi berbagai fungsi. Alat yang semula hanya bisa memasak nasi, kemudian
dilengkapi dengan fungsi menghangatkan nasi dan sayur mayur, mengukus dan
membuat bubur. Sumber tenaga listriknya juga makin dibuat lebih hemat.
Karena waktu penanakannya cukup lama, alat ini disebut juga sebagai slow
cooker. Pemakaian daya listrik rice cooker mulai dari 350 watt, 500 watt, 800
watt, dan seterusnya. Salah satu bentuk dari peralatan ini ditunjukkan pada
gambar 4.1 berikut ini.
25
Gambar 4.1 Salah satu bentuk Rice Cooker
4.1 Konstruksi Rice Cooker
Rice ccoker pada dasarnya terdiri beberapa bagian pokok, diantaranya adalah
pan bagian dalam untuk tempat beras dan air, elemen pemanas, rumah bagian luar
atau out case, saklar dan otomatis penanak, kabel tenaga dan tutup. Gambar 4.2
memperlihatkan bagian-bagian pokok yang tampak dari luar. Bagian-bagian pokok
tersebut akan dijelaskan di bawah.
4.1.1 Panci
Bagian ini dipergunakan untuk menempatkan beras yang akan ditanak. Bagian
ini
terbuat dari logam/aluminium yang dilapisi bahan anti lengket. Bambar 4.3
memperliatkan panci dari suatu rice cooker.
26
Gambar 4.2 Bagian rice cooker yang tampak dari luar
Gambar 4.3 Panci rice cooker
27
4.1.2 Elemen pemanas
Pada beberapa rice cooker, elemen pemanas terbuat dari nikelin yang
dililitkan pada bagian samping pan bagian dalam.
Konstruksi seperti ini
memungkinkan elemen dapat diperbaiki. Kontruksi seperti ini sudah jarang
diproduksi. Pada saat ini, kebanyakan rice cooker mempunyai elemen pemanas yang
ditempatkan dalam pipa atau logam cor yang solid dan permanen, sehingga bila
rusak sukar diperbaiki. Gambar 4.4 memperlihatkan penempatan elemen pemanas
dan elemen pemanas pada rice cooker yang banyak diperdagangkan pada saat ini.
Gambar 4.4 Penempatan elemen pemanas dan bentuk elemen pemanas
4.1.3 Rumah bagian luar (out case)
Bagian ini terutama berfungsi sebagai pelindung dari pan bagian dalam
dan elemen pemanas. Selain berfungsi sebagai pelindung, bagian ini juga berfungsi
sebagai isolator panas yang diasilkan oleh elemen pemanas dengan udara luar,
sehingga panas yang dihasilkan elemen pemanas tidak menyebar ke udara. Pada
bagian ini biasanya terdapat saklar dan terminal untuk kabel tenaga.
28
4.1.4 Saklar
Saklar pada rice cooker mempunyai 2 kedudukan yaitu kedudukan cooking
dan warm. Pada saat cooking, elemen pemanas yang bekerja adalah elemen yang
mengkonsumsi daya lebih besar, sedangkan untuk kedudukan warm elemen pemanas
yang bekerja adalah elemen yang menghasilkan panas lebih kecil. Kedua posisi saklar
tersebut juga diikuti dengan indikator lampu yang terpisah atau lampu dengan warna
nyala yang berbeda. Gambar 4.5 memperlihatkan saklar dan indikator pada rice
cooker.
Gambar 4.5 Saklar dan indikator Rice Cooker
29
4.1.5 Saklar Otomatis
Pada rice cooker terdapat sakalar otomatis yang berfungsi mematikan elemen
pemanas utama ketika nasi sudah matang. Saklar ini bekerja seperti thermostat. Ketika suhu
pemanas mencapai maksimal dan nasi sudah matang, maka thermostat trip (magnet
dari otomatis) langsung menggerakkan tuas sehingga posisi saklar berubah dari yang
semula mengalirkan listrik ke elemen pemanas utama menjadi mengalirkan listrik
menuju ke elemen penghangat. Saklar otomatis dapat berupa susunan per dan magnet
sebagaimana tampak pada Gambar 4.6. Namun ada pula saklar otomatis bentuk lain, baik
berupa thermostat, maupun bentuk elektronik.
Gambar 4.6 Saklar otomsatis Rice Cooker
30
4.1.6 Kabel tenaga
Kabel tenaga berupa kabel dengan panjang kurang lebih satu meter, tusuk
kontak untuk ke sumber listrik dan kontra steker untuk keterminal pada peralatan.
Kabel dapat dilepas bila peralatan tidak dipakai, sehingga dapat disimpan terpisah.
Konstruksi yang demikian juga memungkinkan penggantian kabel dapat dilakukan
penggantian dengan mudah. Gambar 4.7 memperlihatkan bentuk dari kabel tenaga
tersebut.
Gambar 4.7 Kabel tenaga rice cooker
4.1.7 Tutup
Rice cooker mempunyai dua buah tutup yaitu tutup untuk panci bagian
dalam dan satu lagi tutup bagian atas yang dilengkapi dengan klem. Tutup pada
beberapa rice cooker ada pula yang dilengkapi dengan penjebak uap, yang berfungsi
untuk menyaring uap dan kemudian mengalirkannya pada suatu wadah. Dengan
penjebak uap tersebut, maka uap air tidak akan masuk ke nasi, sehingga nasi tidak
basah dan tidak mudah basi.
31
4.2 Prinsip Kerja Rice Cooker
Prinsip kerja rice cooker didasarkan pada sifat air yang mempunyai titik didih
100 derajat Celcius. Jika dalam panci penanak masih ada kandungan air, maka
suhunya tidak akan melebihi 100 derajat Celcius. Sebaliknya jika air telah habis dan
itu merupakan tanda bahwa nasi telah matang, maka saklar otomatis akan bekerja dan
akan mengubah aliran listrik yang semula menuju elemen pemanas utama penanak
nasi berganti menuju ke elemen pemanas penghangat nasi.
Pada saklar otomatis yang terbuat dari magnet, maka temperatur di atas 100
derajat Celcius akan menurunkan daya magnetnya, sehingga saklar akan lepas dan
listrik mengalir ke elemen penghangat. Sedangkan pada sistem yang lain saklar
dilepas dengan menggunakan perbandingan antara suhu pada panci dengan suatu
suhu acuan. Jika suhu pada panci melebihi acuannya, maka saklar akan diubah dari
menuju elemen pemanas utama ke eelemen penghangat.
Urutan prinsip kerja rice cooker diawali dengan menekan saklar. Dengan
menghidupkan saklar tersebut, maka panas akan dihasilkan oleh sebuah elemen yang
mengubah energi listrik menjadi energi panas. Rice cooker bekerja dengan
memanaskan air sampai titik didihnya. Panas akan tersalurkan ke panci tempat beras
dan air diletakkan. Air akan menguap pada temperatur 100 Celcius. Pada temperatur
tersebut semua air akan habis menguap. Sehingga tepat ketika air di dalam panci
sudah habis, nasi pun masak.
Di bagian bawah rice cooker terdapat sebuah saklar otomatis. Saklar otomatis
akan mendeteksi apakah air sudah mencapai titik didihnya atau belum. Ketika air
sudah mencapai titik didihnya (100 derajat Celcius), rice cooker mempertahankannya
beberapa saat (membiarkan semua air menguap), lalu mengubah aliran listrik dari
elemen pemanas utama ke elemen pemanas penghangat, atau menurunkan suhu
menjadi sekitar 60 Celcius.
32
4.3 Perawatan Rice Cooker
Perawatan rice cooker termasuk pekerjaan yang ringan. Perawatan dilakukan
terhadap fisik, kelistrikan dan sedikit bagian mekanik. Perawatan fisik dilakukan
dengan pembersihan bagian-bagian peralatan seperti panci bagian dalam, rumah
bagian luar. Membersihkan bagian dalam cukup dengan air dan sabun. Sedang
untuk bagian luar agar tidak mudah berkarat harus selalu kering dan bila mungkin
diberi bahan anti karat atau bila catnya sudah rusak dilakukan pengecatan
kembali.
Untuk perawatan kelistrikan, hal yang dapat dilakukan antara lain menjaga
agar kabel tenaga tidak sering tertekuk. Hal lain yang perlu perhatikan adalah
kedudukan saklar. Apabila nasi telah masak, pastikan bahwa saklar dalam posisi off
atau warm. Jika tidak seperti itu, maka perlu dilakukan perbaikan.
Perawatan bagian mekanik dilakukan dengan menjaga agar tuas saklar dan
saklar otomatis bekerja sesuai dengan fungsinya. Salah satu cara untuk merawat
bagian mekanik ini adalah dengan menjaga kebersihan, sehingga tidak berkarat dan
memiliki bentuk yang tetap.
Selain perawatan ketiga bagian tersebut, ada beberapa cara yang harus
dilakukan agar rice cooker awet dan mengkonsumsi energi dengan efisien. Cara-cara
tersebut antara lain:
a. Segera matikan atau cabut listrik jika nasi tinggal sedikit
b. Tunggu hingga cooker sudah dingin, angkat panci dalamnya, dan tuangkan air
untuk merendam sisa-sisa nasi yang masih menempel. Lalu biarkan hingga
sisa nasi terkelupas.
c. Cuci panci dengan spons lembut agar tidak menggores lapisan anti lengket
panci yang biasanya terbuat daari Teflon
33
d. Bilas dengan air hangat setelah pencucian guna mengangkat bakteri-bakteri
pada panci rice cooker usai digunakan.
e. Pastikan tidak ada sisa sabun yang tertinggal selama proses pencucian agar
nasi yang dimasak nantinya tidak berbau sabun.
f. Segera keringkan panci dalam yang sudah dicuci.
g. Jangan lupa juga untuk membersihkan panci luarnya dengan lap lembut.
h. Setiap kali akan menggunakan yakinkan bahwa tidak ada benda lain
yang berada dibagian dalam antara panci dengan bagian dasar rice
cooker yang dapat mengganggu proses menanak nasi.
4.4 Perbaikan Rice Cooker
Perbaikan rice cooker dilakukan jika pada bagian rice cooker ada yang rusak
atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dari sejumlah bagian pada rice
cooker, maka terdapat empat bagian dari rice cooker yang paling sering mengalami
kerusakan. Berikut adalah bagian tersebut dan cara perbaikan yang dilakukan.
4.4.1 Kabel tenaga putus atau isolasi terkelupas
Cara perbaikannya bila memungkinkan diperbaiki/diisolasi pada bagian yang
rusak, tetapi kalau kabel sudah cukup tua dan pendek sebaiknya diganti yang
baru. Cara perbaikannya bila memungkinkan diperbaiki/diisolasi pada bagian yang
rusak, tetapi kalau kabel sudah cukup tua dan pendek lebih baik diganti baru.
4.4.2 Saklar
bila kerusakan yang terjadi bagian seperti pegas/ kontak-kontaknya. Karena
model saklarnya tidak umum dijual dipasaran, bila rusak memerlukan perbaikan atau
dimodifikasi pada tukang service.
34
4.4.3 Elemen pemanas
biasanya disebabkan oleh kesalahan tegangan, dimana biasanya dipakai untuk
tegangan 110 V kemudian dipakai pada tegangan 220 V. sebab lain karena kurangnya
pemeliharaan sehingga pada bagian elemen atau bagian dasar rice cooker berkarat,
sehingga pelindung elemen rusak dan putus atau terhubung singkat. Jadi untuk
memperbaikinya, elemen pemanas harus diganti dengan yang baru.
4.4.4 Pengatur Panas
Pengatur panas, alat ini dilengkapi dengan pengatur/pembatas panas dari
bimetal, kerusakan pada bimetal dapat menyebabkan rice cooker tidak panas
atau panas menjadi terlalu tinggi. Untuk ini bimetal perlu diperiksa dan diset
ulang atau diperbaiki.
35
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wikipedia, Maintenance, repair, and operations, http://en.wikipedia.org/
wiki/Maintenance, repair,_and_operations
[2] Dikmenjur, Perawatan Dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Proyek
Pengembangan Pendidikan Berorientasi Keterampilan
Hidup Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
[3] Kamus Besar, http://www.kamusbesar.com
[4] Wikipedia Bahasa Indonesia, Setrika, http://id.wikipedia.org/wiki/Setrika
[5] Al Ubell and Label Shulman, Save Big Money On Appliance Repairs, Published
Family Circle Magazine, March 8th, 1983
36
KARYA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
PERALATAN LISTRIK RUMAH TANGGA
YANG MENGGUNAKAN ELEMEN PANAS
Oleh :
Dr. Ir. Bambang Sujanarko, M.M.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Jember
UNIVERSITAS JEMBER
2012
37
DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................................i
Kata Pengantar ............................................................................................................ii
Daftar Isi .....................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN PERAWATAN ................................................................. 1
1.2 JENIS PERAWATAN PERALATAN.............................................................................. 2
1.2.1 Perawatan sebelum dioperasikan ................................................................... 2
1.2.2 Perawatan Pencegahan. ................................................................................. 2
1.2.3 Perawatan Berkala.......................................................................................... 3
1.3 ALAT DAN BAHAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN ................................................. 4
1.4 DIAGNOSIS GANGGUAN........................................................................................... 4
II. SETRIKA LISTRIK..............................................................................................6
2.1. KONSTRUKSI SETRIKA LISTRIK ........................................................................... 9
2.1.1. Elemen Pemanas ............................................................................................ 9
2.1.2. Besi Pengumpul Panas ................................................................................ 10
2.1.3. Besi Pemberat............................................................................................... 10
2.1.4. Tutup dan Pemegang Setrika....................................................................... 11
2.1.5. Terminal dan Kabel Penghubung ............................................................... 11
2.1.6. Pengatur Panas ............................................................................................ 11
2.2 PERAWATAN SETRIKA LISTRIK ........................................................................... 12
2.3 PERBAIKAN SETRIKA LISTRIK ............................................................................. 13
2.3.1 Elemen Pemanas ........................................................................................... 14
2.3.2 Kabel Penghubung ........................................................................................ 14
2.3.3 Terminal dan tusuk kontak hubung. ............................................................. 15
2.3.3 Termostat ....................................................................................................... 15
III. PEMANGGANG ROTI .....................................................................................17
38
3.1. KONSTRUKSI PEMANGGANG ROTI ....................................................................... 18
3.1.1 Rumah Pelindung ........................................................................................... 18
3.1.2. Elemen Pemanas ........................................................................................... 19
3.1.3 Dudukan Roti .................................................................................................. 19
3.1.4 Pengatur Panas dan Timer ............................................................................ 20
3.1.5 Perlengkapan Mekanik Lainnya .................................................................... 21
3.2.1. Memeriksa Pemanggang Roti..................................................................... 21
3.2.2 Perbaikan. ...................................................................................................... 23
IV. PENANAK NASI LISTRIK (RICE COOKER)...............................................25
4.1 KONSTRUKSI RICE COOKER.................................................................................... 26
4.1.1 Panci ............................................................................................................... 26
4.1.2 Elemen pemanas ............................................................................................. 28
4.1.3 Rumah bagian luar (out case) ...................................................................... 28
4.1.4 Saklar .............................................................................................................. 29
4.1.5 Saklar Otomatis .............................................................................................. 30
4.1.6 Kabel tenaga .................................................................................................. 31
4.1.7 Tutup .............................................................................................................. 31
4.2 PRINSIP KERJA R ICE COOKER ................................................................................ 32
4.3 PERAWATAN RICE C OOKER .................................................................................... 33
4.4 PERBAIKAN RICE COOKER ..................................................................................... 34
4.4.1 Kabel tenaga putus atau isolasi terkelupas .................................................. 34
4.4.2 Saklar .............................................................................................................. 34
4.4.3 Elemen pemanas ............................................................................................. 35
4.4.4 Pengatur Panas .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36
39
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan keadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
dengan Rahmat-Nya, maka pemulisan buku karya pengabdian kepada masyarakat ini
dapat penulis selesaikan. Selain rasa syukur tersebut, penuis juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua fihak yang telah membantu dan menyemangati
penulis.
Buku ini saya susun dengan harapan semoga teknologi sederhana yang
banyak digunakan oleh masyarakat dapat dikuasai dengan baik. Karena teknologi ini
merupakan teknologi yang sehari-hari digunakan masyarakat, maka jika ada
kerusakan ringan dan ada keinginan untuk memperbaiki sendiri, maka buku ini bisa
menjadi pedoman.
Akhirnya saya berharap semoga buku ini dapat dibaca oleh masyarakat luas
dan dapat membatu mesejahterakan masyarakat.
Jember, 30 Juni 2013
Penyusun
40
Download