I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian dan Tujuan Perawatan Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sistematis terhadap peralatan hingga peralatan bekerja seperti biassanya atau sesuai spesifikasinya [1]. Dari pengertian di atas jelas bahwa perawatan peralatan listrik rumah tangga adalah kegiatan terprogram dengan cara tertentu dan dilakukan secara rutin agar peralatan listrik rumah tangga selalu dalam keadaan siap pakai. Kegiatan perawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perawatan terencana dan perawatan darurat [2]. Perawatan terencana didasarkan pada siklus produksi atau perkiraan umur pakai peralatan. Sedangkan perawatan darurat, dilaksanakan ketika kondisi peralatan mengalami gangguan pada saat peralatan sedang digunakan. Perawatan peralatan ditujukan untuk memperpanjang usia pakai peralatan, menjamin daya guna dan hasil guna. Selain itu juga untuk menjamin kesiapan operasi atau siap pakainya peralatan serta untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan. Perbaikan adalah proses penggantian dan penyetelan bagian tertentu alat agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Istilah lain dari perbaikan adalah servis, yang berarti memperbaiki barang yang rusak atau usang atau merawat secara khusus suatu barang yang masa penggunaannya telah melampaui batas waktu tertentu. Dapat juga digunakan istilah pembetulan, yang bermakna proses atau cara untuk membuat alat menjadi betul [3]. Ada pula yang menggunakan istilah reparasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris repair, yang bermakna perbaikan atas kerusakan. Dengan pengertian tersebut, maka pada dasarnya perawatan dilakukan pada alat yang masih berjalan baik, sedangkan perbaikan dilakukan pada alat yang mengalami kerusakan atau tidak berjalan dengan baik, atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. 1 1.2 Jenis Perawatan Peralatan Perawatan peralatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perawatan sebelum dioperasikan dan perawatan berkala. Perawatan sebelum dioperasikan disebut juga dengan istilah pra perawatan atau perawatan pencegahan. 1.2.1 Perawatan sebelum dioperasikan Perawatan peralatan sebelum dioperasikan bertujuan untuk menjamin peralatan dapat beroperasi dengan efektif. Untuk memudahkan pengecekan maka dibuat rencana perawatan. Perawatan dapat berupa pembersian yang terjadwal, penggantian pelumas dan uji coba peralatan tanpa beban. Peralatan yang baru dihidupkan hendaknya tidak langsung dibebani. Peralatan dibiarkan hidup beberapa menit, sambil diadakan pengecekan pada bagian-bagian tertentu. Apabila tidak ada kelainan, barulah peralatan dapat dibebani sedikit demi sedikit sampai pada beban yang diharapkan. 1.2.2 Perawatan Pencegahan. Perawatan pencegahan bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih serius. Tentu saja tidak semata-mata mencegah terjadinya kerusakan, tetapi perawatan pencegahan ini justru merupakan kegiatan rutin dalam pelaksanaan perawatan agar peralatan senantiasa siap pakai. Perawatan pencegahan ini meliputi perawatan harian dan perawatan berkala. Perawatan harian ialah kegiatan perawatan yang dilaksanakan setiap/selama peralatan dioperasikan. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan oleh pemakai peralatan. Kegiatan perawatan harian dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Amati apakah ada sesuatu yang kelihatan tidak semestinya. Rasakan apakah getaran dan suhu meningkat, ada bau yang aneh dan sebagainya. Dengarkan apakah ada suara yang menandakan kelainan. 2 Jaga agar beban tidak melebihi kapasitas/kemampuannya. Misalnya : Putaran peralatan terlalu tinggi, muatan terlalu berat, suhu terlalu tinggi, dan sebagainya. Periksa sistem pelumasannya. Semua peralatan yang berputar atau bergerak bergesekan perlu diberi pelumasan. pelumasan ini berfungsi untuk mengurangi gesekan, mencegah keausan dan berfungsi mendinginkan. Untuk pelumasan perlu dipilih bahan pelumas yang cocok dengan komponen yang dilumas. Periksa pendinginan. Umumnya peralatan yang bekerja pada suhu tinggi dan bergerak memerlukan pendinginan, dengan pendinginan berarti suhu terkendali hingga laju kerusakan terkendali pula. Cegahan Korosi. Pada umumnya peralatan yang bagian-bagiannya terbuat dari logam/baja ada kecenderungan berkarat (korosi). Proses korosi akan terjadi bila logam bereaksi dengan oksigen, air atau bermacam-macam asam. Korosi sangat merugikan karena cepat merusak peralatan. Oleh sebab itu korosi harus dicegah. Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan cara menjaga peralatan tetap bersih, melindungi logam agar tidak terkena zat-zat penyebab korosi antara lain dengan mengolesi oli, mengecat, melapisi dengan anti karat. 1.2.3 Perawatan Berkala. Maksudnya ialah perawatan yang dilaksanakan secara berkala sesuai dengan jadwal yang diprogramkan. Kegiatan perawatan berkala antara lain: Pemeriksaan secara periodik bulanan, 6 bulanan atau tahunan terhadap bagian-bagian alat untuk diadakan perawatan pencegahan Penyetelan bagian-bagian/komponen akibat adanya getaran, perubahan suhu, keausan dan sebagainya, sehingga baut-baut kendor atau posisi komponen bergeser. 3 Penggantian komponen karena aus, patah atau bengkok hingga tak dapat berfungsi dengan baik. 1.3 Alat dan Bahan Perawatan dan Perbaikan Jenis maupun jumlah alat/bahan yang diperlukan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan sangat tergantung pada jenis peralatan yang memerlukan perawatan dan perbaikan. Namun secara umum perawatan dan perbaikan peraalatan rumah tangga memerlukan alat berikut: Alat-alat tangan seperti: palu plastik, tang, obeng, kunci pas, kunci ring, pisau, solder, kwas dan sebagainya Alat-alat ukur dan tester seperti multimeter, megger, tang amper, tespen dan lainnya-lainnya. Power supply AC/DC untuk pengetesan. Sedangkan bahan-bahan keperluan perawatan dan perbaikan peralatan listrik ruma tangga antara lain: Bahan pembersih seperti :detergen, karosen, tinner, alkohol, dan sebagainya Bahan pelumas seperti : oli dan grease (gemuk) Bahan pencegah korosi seperti : lak, cat, dll Bahan suku cadang, mulai dari peralatan penunjang sampai dengan suku cadang peralatan utama seperti : mur, baut, self-tapping, selongsong asbes, kabel, zekering dan sebagainya. 1.4 Diagnosis Gangguan Yang dimaksud dengan diagnosis gangguan dalam perawatan dan perbaikan peralatan listrik rumah tangga adalah tindakan analisis peralatan dalam keadaan rusak ataupun mengalami gangguan untuk diketahui pada bagian mana terjadinya kerusakan, apa penyebabnya dan bagaimana memperpaikinya. Keahlian dan pengalaman mendiagnosis, memungkinkan dapat menemukan kesalahan/ kerusakan dengan cepat dan tepat. Agar hasil diagnosa dan pencarian kesalahan 4 dapat lebih cepat dan tepat, diperlukan pengetahuan tentang peralatan yang didiagnosis, antara lain : Cara kerja peralatan Petunjuk pengoperasian peralatan (operation manual) Petunjuk perawatan (maintenance manual) Langkah-langkah mendiagnosis gangguan pada peralatan : Periksa peralatan secara fisik Periksa rangkaian/hubungan kelistrikan mulai dari sumber masukan sampai kebagian yang memungkinkan untuk diperiksa Periksa komponen-komponen mekanik yang bergerak secara teliti Hidupkan peralatan secara berurutan sesuai dengan langkah kerjanya Perhatikan dan catat setiap kelaianan dari peralatan Lihat catatan dari data peralatan tentang kerusakan dan langkah perbaikan yang pernah dilakukan (bila ada) Analisa dan tentukan langkah perbaikannya agar tepat. 5 II. SETRIKA LISTRIK Setrika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda: strijkijzer yang berarti cara untuk menghilangkan kerutan dari pakaian dengan alat yang dipanaskan [4]. Alat yang digunakan tersebut selanjutnya juga disebut setrika atau Electric Iron. Setrika diperlukan, karena pada saat dicuci molekul-molekul polimer dalam serat pakaian mengalami perubahan bentuk, sehingga perlu disetrika agar kembali mulus. Dengan disetrika, serat-serat tersebut dipanaskan dan diluruskan oleh beban dari setrika dan setelah dingin, pakaian mempertahankan bentuk lurus ini. Beberapa bahan pakaian pada saat disetrika perlu diberi air untuk melonggarkan ikatan antar molekul serat kain. Setrika kuno dibuat dari besi yang diisi arang membara, sedangkan pada saat ini setrika dibuat dari aluminium dan baja tahan karat, dengan sumber panas dari listrik. Di dalam setrika terkadang terdapat thermostat yang berfungsi untuk mengendalikan suhu. Beberapa setrika modern juga dapat mengubah air menjadi uap air untuk membasahi pakaian. Variasi keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut pada setrika, mengakibatkan setrika listrik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok seperti berikut ini: a. Setrika listrik jinjing (portable) Tanpa pengatur panas Dengan pengatur panas (otomatis) Dengan uap air b. Setrika listrik besar Roll iron Pres iron 6 Setrika listrik portable banyak dipakai untuk keperluan rumah tangga, sedangkan setrika listrik yang besar seperti roll iron dan press iron banyak dipakai di hotel-hotel, di rumah sakit dan binatu. Gambar 2.1 memperlihatkan bentuk fisik dari beberapa jenis setrika. Setrika kuno Setrika listrik otomatis Setrika uap Setrika roll iron Gambar 2.1 Bentuk fisik dari beberapa jenis setrika Prinsip kerja setrika listrik adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas melalui elemen pemanas, dengan panas yang dihasilkan dikumpulkan pada besi pengumpul panas, yang kemudian melalui gosokan diteruskan pada objek yang akan disetrika. Sedangkan pada setrika uap, selain hal tersebut juga ada pengubahan 7 air menjadi uap, serta penyaluran uap tersebut pada lubang-lubang pada besi pengumpul panas ke obyek yang akan disetrika. Gambar 2.2 Elemen setrika listrik [2] 8 2.1. Konstruksi Setrika Listrik Bagian-bagian utama dari setrika listrik jinjing tampak pada Gambar 2.2. Pada Gambar tampak bahwa setrika listrik terdiri dari : 1. Elemen pemanas 2. Plat dasar (Besi pengumpul panas dan besi pemberat) 3. Tutup dan pemegang setrika 4. Terminal dan kabel penghubung 5. Pengatur suhu 6. Lampu indikator 7. Dan lain-lain 2.1.1. Elemen Pemanas Elemen pemanas merupakan sumber panas pada setrika listrik. Elemen pemanas berupa kawat nikelin berbentuk pipih yang dililitkan pada lembaran mika yang dibentuk sedemikian rupa sesuai bentuk alas setrika, dengan tujuan agar panas dapat tersebar merata. Elemen pemanas terisolasi dengan badan setrika. Pada setrika listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai bentuk spiral dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar arus listrik tidak mengalir kebadan setrika, antara spiral nikelin dengan pipa disekat/diisolasi dengan bahan oksida magnesium. Pada setrika model yang lama, spiral nikelin diberi selongsong dari bahan keramik/batu tahan api sebagai pelindung dan sekaligus sebagai isolator. Gambar 2.3 tampak contoh bentuk elemen pemanas setrika. 9 Gambar 2.3 Elemen pemanas setrika listrik [2, 4] 2.1.2. Besi Pengumpul Panas Besi pengumpul panas yang sekaligus sebagai bagian dasar/alas dari setrika, berupa pelat yang dilapisi bahan anti karat dan anti lengket. Pada Gambar 2.4 tampak bentuk fisik baian ini. Untuk mencegah agar baju tidak lengket, bagian ini harus selalu dijaga kebersihannya, karena langsung dengan objek yang disetrika (pakaian). Gambar 2.4 Besi pengumpul panas pada setrika listrik [2] 2.1.3. Besi Pemberat Besi pemberat umumnya ditambahkan pada setrika lama. Hal ini karena pada waktu itu objek/bahan yang disetrika kebanyakan dari jenis katun, yang pelicinannya memerlukan tekanan yang cukup kuat. Sedangkan pada setrika listrik model baru, tidak ada lagi besi pemberat, dengan alasan bahwa objek/bahan yang disetrika sudah banyak bahan dari jenis sintetis dan lebih lembut. 10 2.1.4. Tutup dan Pemegang Setrika Untuk melindungi bagian dalam setrika yang dialiri arus listrik terhadap sentuhan pemakaiannya, pada setrika dipasang tutup setrika. Selain berfungsi sebagai isolator arus listrik, penutup juga berfungsi sebagai isolator panas, agar panas tidak menyebar langsung ke udara bebas. Tutup setrika umumnya tergandeng dengan pemegang setrika. Penutup dan pemegang ini terbuat dari bahan yang tidak mengalirkan panas dan juga tidak mengalirkan arus listrik. Untuk itu bagian ini biasanya terbuat dari kayu, ebonit atau plastik. 2.1.5. Terminal dan Kabel Penghubung Terminal berguna untuk menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam setrika dengan sumber tegangan dari kotak-kontak listrik melalui kabel penghubung. Beberapa model setrika listrik menggunakan terminal yang merupakan tempat persambungan antara ujung kawat elemen yang disambung pada tusuk kontak (steker) dengan kabel penghubung luar yang disambung pada steker, sehingga pada saat tidak digunakan kabel penghubung dapat dilepas dan disimpan terpisah dari setrikanya. 2.1.6. Pengatur Panas Setrika dengan pengatur panas otomatis menggunakan komponen tambahan berupa termostat yang tersusun dari bahan bimetal yaitu lempengan dua logam yang berbeda koefisien muai panjangnya. Kedua logam disatukan menjadi satu lempengan. Apabila lempengan logam ini terkena panas, maka salah satu akan memuai lebih dahulu, sehingga lempengan tadi membengkok. Arah bengkok ini kemudian dimanfaatkan untuk melepas atau menghubungkan kontak. Jadi bila panas berlebihan kontak memutus sehingga elemen pemanas tidak lagi dialiri arus listrik, sebaliknya bila suhunya turun dan mengembalikan posisi logam, maka kontak akan menghubung kembali dan arus listrik kembali mengalir 11 ke elemen pemanas. Dengan demikian kondisi panas setrika dapat dipertahankan pada panas tertentu sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan tombol pengatur panas. Gambar 2.5 memperlihatkan skema pengatur panas pada setrika listrik. Pada saat panas Pada saat dingin Gambar 2.5 Pengatur panas pada setrika listrik [2] 2.2 Perawatan Setrika Listrik Perawatan setrika listrik relatif ringan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setrika harus selalu terjaga kebersihannya. Untuk itu jika selesai digunakan untuk menyeterika pakaian yang jenis kainnya mudah terbakar dan mengandung bahan sintetis, setrika harus dibersihkan. Hal tersebut karena bulu- 12 bulu kain yang terbakar akan menjadi arang dan menempel berupa kerak pada alas setrika. Pembersihannya dilakukan dengan lap yang sudah dibasahi dengan bensin/thiner. Jika sudah terlampau keras dan tebal dibersihkan dengan pisau atau sekrap tipis. Bagian lain yang harus dipelihara adalah kabel penghubung, terminal dan tusuk kontak. Secara visual sebaiknya selalu diperiksa apakah isolasi kabel masih baik, begitu juga terminal hubung dari tusuk kontak. 2.3 Perbaikan Setrika Listrik Meskipun sudah dilakukan perawatan dan tindakan pencegahan dari kesalahan penggunaan, kerusakan setrika masih saja dapat terjadi. Hal ini karena beberapa bagian setrika terbuat dari bahan yang dirancang memiliki batas penggunaan yang tertentu, sehingga apabila batas tersebut terlampaui, maka bagian tersebut akan mengalami kerusakan. Bagian-bagian setrika sering rusak akibat batas penggunaan yang terlampui adalah elemen panas. Elemen panas mengalami kerusakan biasanya karena setrika terlalu panas atau karena tegangan listrik yang terlalu tinggi. Selain elemen panas, bagian yang sering mengalami kerusakan adalah kabel penghubung, terminal dan tusuk kontak penghubung. Kerusakan pada bagian ini diakibatkan oleh faktor mekanis karena mengalami tekukan, tekanan dan lain-lain. Elemen lain yang juga sering rusak adalah pengatur panas. Penyebab kerusakan pengatur panas adalah karena bimetal mengalami perubahan bentuk, misalnya karena setrika jatuh. Pada bagian berikut akan dijelaskan penyebab kerusakan dan perbaikana pada masingmasing elemen yang sering rusak tersebut. 13 2.3.1 Elemen Pemanas Kerusakan jenis ini sangat banyak ditemui. Kerusakan elemen pemanas terjadi karena pemakaian yang menimbulkan panas yang berlebihan. Kerusakan ini sangat besar kemungkinan terjadi apabila setrika tidak menggunakan pengatur panas atau pengaturan panas terlalu tinggi atau rusak. Penyebab lain kerusakan elemen pemanas adalah kesalahan tegangan, yaitu tegangan yang terlalu tinggi. Kerusakan elemen pemanas adalah kerusakan yang berupa kawat elemen pemanas putus. Dengan tidak berfungsinya elemen pemanas, maka setrika tidak panas. Kerusakan lain yang mungkin terjadi adalah rusaknya isolasi elemen pemanas. Kerusakan ini akan menyebabkan elemen pemanas terhubung singkat ke badan setrika. Kondisi ini menyebabkan badan setrika bertegangan dan menyetru jika dipegang. Perbaikan setrika yang mengalami kerusakan elemen pemanas seperti disebutkan di atas dilakukan dengan mengganti elemen pemanas atau perbaikan jika dimungkinkan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan menyambung kembali bagian nikelin yang putus untuk kerusakan yang berupa putusnya elemen pemanas. Untuk kerusakan yang terjadi pada isolasi, dapat dilakukan dengan mengganti isolator. Perlu diingat bahwa isolator yang ada pada elemen pemanas adalah isolator yang tahan api dan bekerja pada temperatur yang tinggi. 2.3.2 Kabel Penghubung Kerusakan kabel penghubung terjadi karena faktor mekanis, yang berupa sering tertarik, sering terpuntir waktu digunakan atau terlipat-lipat pada saat menyimpannya, dan lain-lain. Kerusakan ini berupa salah keduanya satu kawat atau putus. Kerusakan juga dapat diakibatkan karena kabel terlalu kecil sehingga menjadi terlalu panas saat digunakan dan akhirnya putus. 14 Selain kawat penghantar, kerusakan juga mungkin terjadi pada isolasi. Isolasi mudah kabel penghubung umumnya berupa bahan yang mudah rusak sehingga jika terkelupas, sobek atau putus, maka kawat penghubungnya akan hubung singkat. Kerusakan seperti ini akan sangat besar kemungkinan terjadinya apabila kabel penghubung sudah tua. Perbaikan yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti kabel yang rusak dengan kabel yang baru dan sesuai dengan standarnya. Kabel penghubung yang sudah jadi dapat dibeli, atau jika akan dibuat sendiri perlu diperhatikan jenis kabel yang lentur dan kuat. 2.3.3 Terminal dan tusuk kontak hubung. Kerusakan lain yang banyak ditemui adalah kerusakan terminal hubung kabel dan tusuk kontak. Kerusakan terminal hubung kabel baik yang dapat dilepas atau yang tidak terjadi karena kontak yang melonggar. Kondisi tersebut menimbulkan bunga api dan meninggalkan arang. Kerusakan juga bisa diakibatkan karena panas terjadinya yang berlebihan atau porselin tusuk kontak hubung pecah, pegas penjepit yang hangus atau merenggang. Perbaikan terhadap kerusakan jenis ini dilakukan dengan cara melakukan penggantian. Penggantian dilakukan dengan membeli terminal dan tusuk kontak yang sesuai atau dengan memodifikasi sesuai dengan terminal dan tusuk kontak hubung yang ada. 2.3.3 Termostat Kerusakan termostat atau pengatur suhu terjadi mematuhi petunjuk pengaturan akibat pemakai tidak pemakaiannya. Bisa juga karena setrika pernah/sering jatuh, sehingga mengubah susunan mekanis dari termostat. 15 Perbaikan terhadap kerusakan termostat dialakukan dengan mengganti termostat atau dengan cara memperbaiki susunan mekanis termostat. Perbaikan susuanan termostat tersebut dilakukan dengan mengatur logam bimetal atau dengan membersihkan titik kontak jika pada titik kontaknya ditemukan arang. 16 III. PEMANGGANG ROTI Pemanggang roti adalah peralatan listrik rumah tangga yang digunakan untuk memanggang roti yang telah diiris-iris berbentuk lempengan. Panas pada pemanggang dihasilkan oleh elemen pemanas dari kawat nikelin pipih yang dililitkan pada lempengan bahan tahan panas seperti asbes atau mika. Roti yang telah diiris dimasukkan ke dalam rongga yang tersedia. Salah satu jenis pemanggang roti (Bread Toaster) yang banyak dipakai pada rumah tangga ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 3.1 Bentuk Pemanggang Roti 17 3.1. Konstruksi Pemanggang Roti Pemanggang roti yang banyak dipakai di rumah tangga mempunyai konstruksi yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut [2] : a. Rumah pelindung b. Elemen pemanas c. Dudukan roti d. Pengatur panas dan timer e. Perlengkapan mekanik lainnya 3.1.1 Rumah Pelindung Rumah pelindung dari pemanggang roti terbuat dari bahan pelat yang dilapisi chrom atau dicat dengan cat tahan panas. Tujuannya adalah agar tidak mudah korosi atau berkarat. Pada Gambar 3.2 diperlihatkan bagian rumah pelindung tersebut. Gambar 3.2 Bagian rumah pelindung pemanggang roti [2] 18 3.1.2. Elemen Pemanas Elemen pemanas terdiri dari dua atau tiga bagian yang dihubungkan berjajar atau paralel dan membentuk satu atau dua rongga diantaranya. Elemen pemanas dibuat dari kawat nikelin bulat atau pipih yang dililitkan pada lempengan mika atau asbes. Gambar 3.3 memperlihatkan bentuk dari elemen pemanas dan kawat kisikisi yang memisahkan roti dengan elemen pemanas pada jarak tertentu agar roti tidak menempel pada elemen pemanas. Gambar 3.3 Elemen panas dan kisis-kisi pemisah [2] 3.1.3 Dudukan Roti Dudukan roti dirancang agar roti dapat dimasukkan dalam rongga. Cara memasukkan roti tersebut adalah dengan ditekan (secara manual). Untuk gerakan untuk naik atau keluarnya roti, terjadi secara otomatis berdasarkan penentuan panas dan lama waktu pemanggangan yang telah ditentukan sebelumnya melalui pengaturan tombol atau knop. Gambar 3.4 memperlihhatkan bagian dari dudukan roti tersebut. 19 Gambar 3.4 Dudukan roti [2] 3.1.4 Pengatur Panas dan Timer Peralatan pemanggang roti dilengkapi dengan pengatur panas atau pengatur waktu pemanggangan. Pengatur panas umumnya berupa bimetal, sedangkan waktu pemanggangan dapat berupa suatu timer. Pengaturan pemanggangan dan pengatur waktu (timer) dilakukan dengan memutar tombol, dengan kedudukan light, medium dan dark atau dengan indikator kedudukan yang berupa angka, misalnya 1, 2 dan 3. Bagian pengatur panas dengan bimetal ditunjukkan pada gambar 3.5. 20 Gambar 3.5 Bimetal penatur panas [2] 3.1.5 Perlengkapan Mekanik Lainnya Selain bagian-bagian yang telah dijelaskan di atas, pemanggang roti juga dilengkapi dengan pengangkat roti ke atas, bila roti telah cukup panas/waktu pemanggangannya dan beberapa perangkat laiinya yang berbeda-beda untuk tiap tipe pemanggang roti. 3.2 Perawatan dan Perbaikan Pemanggang Roti. 3.2.1. Memeriksa Pemanggang Roti Beberapa kriteria dan cara memeriksa Pemanggang roti yang termasuk kondisi baik adalah sebagai berikut : a. Pada peralatan ini tidak terdapat hubung singkat rangkaian kelistrikan dengan badannya. Hal ini dapat diperiksa dengan menggunakan AVO meter atau dengan lampu penguji. Kondisi dalam kriteria baik, jika hambatannya besar atau tak terhingga. Gambar 3.6 memperlihatkan pengujian tersebut. 21 Gambar 3.6 Pengujian pemanggang roti dengan avometer [2] b. Pada saat belum bekerja, antara elemen tidak terhubung Pengujian dilakukan dengan menggunakan dengan AVO-meter, yaitu dengan cara mengukur pada ujung-ujung kabel penghubung. Kondisi baik jika hambatannya besar. c. Bila tombol ditekan ke bawah, antara elemen akan terhubung. Pengujian dilakukan dengan jalan tombol ditekan dan pada ujung-ujung kabel diukur hambatannya dengan AVO meter. Nilai hambatan untuk Toaster 300 watt adalah sekitar 150 ohm. d. Bila tombol dinaikkan hubungan elemen pemanas terputus Pada pengujian ini, pembacaan nilai hambatan pada AVO meter adalah tak terhingga (tidak ada nilai hambatan). 22 3.2.2 Perbaikan. Kerusakan pada pemanggang roti dapat terjadi karena kotor atau salah penggunaan. Berikut adalah sebab kerusakan serta cara mengatasinya. a. Kotor karena lemak dan sisa pembakaran. Perbaikannya dengan cara membersihkan bagian-bagian tertentu, misalnya pada terminal, yaitu membersihkan kontak dan sambungan, membersihkan kontak-kontak dengan amplas halus dan mengencangkan kembali baut pada sambungan. Sebagai pedoman dapat digunakan konstruksi pemanggang roti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7. b. Kesalahan pemakaian Kesalahan pemakaian, misalnya akibat tegangan melampaoi batasnya, akan mengakibatkan elemen pemanas putus. Untuk mengetahui elemen yang putus dapat diamati secara visual atau diukur dengan AVO-meter. Bila elemen putus diganti dengan yang baru. Kerusakan akibat kesalaan pemakaian yang lainnya, adalah kerusakan mekanik dari pemanggang roti rusak. Untuk mengatasinya buka sekerup bagian bawah dari rumah pemanggang roti, lalu periksa bagian mekanik pengangkat roti dan pengatur panas/bimetal. Perhatikan pegas-pegas dan sambungan mekaniknya, apakah ada yang rusak atau lepas. Lakukan penggantian atau perbaikan sehingga bagian mekanik kembali seperti kondisi sebelumnya. Sebagai pedoman dapat digunakan konstruksi pemanggang roti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7. c. Kabel Penghubung. Penyebab kerusakan pada kabel penghubung adalah karena bagian ini sering tertekuk. Kerusakan dapat dalam bentuk kabel putus atau isolasi kabel rusak. Bila masih memungkinkan, kerusakan diperbaiki dengan memotong pada bagian yang rusak lalu diisolasi. Tetapi jika kabel sudah terlalu pendek, maka sebaiknya dilakukan penggantian kabel. Sebagai pedoman dapat digunakan konstruksi pemanggang roti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7. 23 Gambar 3.7 Contoh konstruksi pemanggang roti [2] 24 IV. PENANAK NASI LISTRIK (RICE COOKER) Rice cooker pertama kali ditemukan oleh Yoshitada Minami, yang merupakan seorang tentara Jepang. Pada waktu itu, yaitu sekitar tahun 1937, Rice Cooker masih berupa wadah kayu tahan bocor dan lempengan logam bertenaga listrik. Lempengan logam tersebut berfungsi memanaskan wadah kayu yang sudah terisi beras dan air di dalamnya. Prinsip kerja rice cooker tersebut selanjutnya munculkan ide bagi Mitsubishi Electric Corporation Jepang, untuk memproduksi dan memperdagangkan rice cooker listrik. Produk Mitsubishi pada tahun 1945 tersebut sudah dilengkapi dengan wadah alumunium dengan kumparan pemanas di dalamnya. Tetapi produk ini tidak memiliki fasilitas turn off otomatis, sehingga harus dipantau selama memasak. Pada tahun 1956, Toshiba Electric Corporation menyempurnakan perabot tersebut. Saat itu, Toshiba membuat produk rice cooker dengan turn off otomatis begitu nasi yang di dalamnya sudah matang. Inovasi ini menjadikan rice cooker bekerja lebih aman dibandingkan dengan sebelumnya. Seiring perkembangan waktu, alat ini kemudian menembus pasar dunia dan dilengkapi berbagai fungsi. Alat yang semula hanya bisa memasak nasi, kemudian dilengkapi dengan fungsi menghangatkan nasi dan sayur mayur, mengukus dan membuat bubur. Sumber tenaga listriknya juga makin dibuat lebih hemat. Karena waktu penanakannya cukup lama, alat ini disebut juga sebagai slow cooker. Pemakaian daya listrik rice cooker mulai dari 350 watt, 500 watt, 800 watt, dan seterusnya. Salah satu bentuk dari peralatan ini ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini. 25 Gambar 4.1 Salah satu bentuk Rice Cooker 4.1 Konstruksi Rice Cooker Rice ccoker pada dasarnya terdiri beberapa bagian pokok, diantaranya adalah pan bagian dalam untuk tempat beras dan air, elemen pemanas, rumah bagian luar atau out case, saklar dan otomatis penanak, kabel tenaga dan tutup. Gambar 4.2 memperlihatkan bagian-bagian pokok yang tampak dari luar. Bagian-bagian pokok tersebut akan dijelaskan di bawah. 4.1.1 Panci Bagian ini dipergunakan untuk menempatkan beras yang akan ditanak. Bagian ini terbuat dari logam/aluminium yang dilapisi bahan anti lengket. Bambar 4.3 memperliatkan panci dari suatu rice cooker. 26 Gambar 4.2 Bagian rice cooker yang tampak dari luar Gambar 4.3 Panci rice cooker 27 4.1.2 Elemen pemanas Pada beberapa rice cooker, elemen pemanas terbuat dari nikelin yang dililitkan pada bagian samping pan bagian dalam. Konstruksi seperti ini memungkinkan elemen dapat diperbaiki. Kontruksi seperti ini sudah jarang diproduksi. Pada saat ini, kebanyakan rice cooker mempunyai elemen pemanas yang ditempatkan dalam pipa atau logam cor yang solid dan permanen, sehingga bila rusak sukar diperbaiki. Gambar 4.4 memperlihatkan penempatan elemen pemanas dan elemen pemanas pada rice cooker yang banyak diperdagangkan pada saat ini. Gambar 4.4 Penempatan elemen pemanas dan bentuk elemen pemanas 4.1.3 Rumah bagian luar (out case) Bagian ini terutama berfungsi sebagai pelindung dari pan bagian dalam dan elemen pemanas. Selain berfungsi sebagai pelindung, bagian ini juga berfungsi sebagai isolator panas yang diasilkan oleh elemen pemanas dengan udara luar, sehingga panas yang dihasilkan elemen pemanas tidak menyebar ke udara. Pada bagian ini biasanya terdapat saklar dan terminal untuk kabel tenaga. 28 4.1.4 Saklar Saklar pada rice cooker mempunyai 2 kedudukan yaitu kedudukan cooking dan warm. Pada saat cooking, elemen pemanas yang bekerja adalah elemen yang mengkonsumsi daya lebih besar, sedangkan untuk kedudukan warm elemen pemanas yang bekerja adalah elemen yang menghasilkan panas lebih kecil. Kedua posisi saklar tersebut juga diikuti dengan indikator lampu yang terpisah atau lampu dengan warna nyala yang berbeda. Gambar 4.5 memperlihatkan saklar dan indikator pada rice cooker. Gambar 4.5 Saklar dan indikator Rice Cooker 29 4.1.5 Saklar Otomatis Pada rice cooker terdapat sakalar otomatis yang berfungsi mematikan elemen pemanas utama ketika nasi sudah matang. Saklar ini bekerja seperti thermostat. Ketika suhu pemanas mencapai maksimal dan nasi sudah matang, maka thermostat trip (magnet dari otomatis) langsung menggerakkan tuas sehingga posisi saklar berubah dari yang semula mengalirkan listrik ke elemen pemanas utama menjadi mengalirkan listrik menuju ke elemen penghangat. Saklar otomatis dapat berupa susunan per dan magnet sebagaimana tampak pada Gambar 4.6. Namun ada pula saklar otomatis bentuk lain, baik berupa thermostat, maupun bentuk elektronik. Gambar 4.6 Saklar otomsatis Rice Cooker 30 4.1.6 Kabel tenaga Kabel tenaga berupa kabel dengan panjang kurang lebih satu meter, tusuk kontak untuk ke sumber listrik dan kontra steker untuk keterminal pada peralatan. Kabel dapat dilepas bila peralatan tidak dipakai, sehingga dapat disimpan terpisah. Konstruksi yang demikian juga memungkinkan penggantian kabel dapat dilakukan penggantian dengan mudah. Gambar 4.7 memperlihatkan bentuk dari kabel tenaga tersebut. Gambar 4.7 Kabel tenaga rice cooker 4.1.7 Tutup Rice cooker mempunyai dua buah tutup yaitu tutup untuk panci bagian dalam dan satu lagi tutup bagian atas yang dilengkapi dengan klem. Tutup pada beberapa rice cooker ada pula yang dilengkapi dengan penjebak uap, yang berfungsi untuk menyaring uap dan kemudian mengalirkannya pada suatu wadah. Dengan penjebak uap tersebut, maka uap air tidak akan masuk ke nasi, sehingga nasi tidak basah dan tidak mudah basi. 31 4.2 Prinsip Kerja Rice Cooker Prinsip kerja rice cooker didasarkan pada sifat air yang mempunyai titik didih 100 derajat Celcius. Jika dalam panci penanak masih ada kandungan air, maka suhunya tidak akan melebihi 100 derajat Celcius. Sebaliknya jika air telah habis dan itu merupakan tanda bahwa nasi telah matang, maka saklar otomatis akan bekerja dan akan mengubah aliran listrik yang semula menuju elemen pemanas utama penanak nasi berganti menuju ke elemen pemanas penghangat nasi. Pada saklar otomatis yang terbuat dari magnet, maka temperatur di atas 100 derajat Celcius akan menurunkan daya magnetnya, sehingga saklar akan lepas dan listrik mengalir ke elemen penghangat. Sedangkan pada sistem yang lain saklar dilepas dengan menggunakan perbandingan antara suhu pada panci dengan suatu suhu acuan. Jika suhu pada panci melebihi acuannya, maka saklar akan diubah dari menuju elemen pemanas utama ke eelemen penghangat. Urutan prinsip kerja rice cooker diawali dengan menekan saklar. Dengan menghidupkan saklar tersebut, maka panas akan dihasilkan oleh sebuah elemen yang mengubah energi listrik menjadi energi panas. Rice cooker bekerja dengan memanaskan air sampai titik didihnya. Panas akan tersalurkan ke panci tempat beras dan air diletakkan. Air akan menguap pada temperatur 100 Celcius. Pada temperatur tersebut semua air akan habis menguap. Sehingga tepat ketika air di dalam panci sudah habis, nasi pun masak. Di bagian bawah rice cooker terdapat sebuah saklar otomatis. Saklar otomatis akan mendeteksi apakah air sudah mencapai titik didihnya atau belum. Ketika air sudah mencapai titik didihnya (100 derajat Celcius), rice cooker mempertahankannya beberapa saat (membiarkan semua air menguap), lalu mengubah aliran listrik dari elemen pemanas utama ke elemen pemanas penghangat, atau menurunkan suhu menjadi sekitar 60 Celcius. 32 4.3 Perawatan Rice Cooker Perawatan rice cooker termasuk pekerjaan yang ringan. Perawatan dilakukan terhadap fisik, kelistrikan dan sedikit bagian mekanik. Perawatan fisik dilakukan dengan pembersihan bagian-bagian peralatan seperti panci bagian dalam, rumah bagian luar. Membersihkan bagian dalam cukup dengan air dan sabun. Sedang untuk bagian luar agar tidak mudah berkarat harus selalu kering dan bila mungkin diberi bahan anti karat atau bila catnya sudah rusak dilakukan pengecatan kembali. Untuk perawatan kelistrikan, hal yang dapat dilakukan antara lain menjaga agar kabel tenaga tidak sering tertekuk. Hal lain yang perlu perhatikan adalah kedudukan saklar. Apabila nasi telah masak, pastikan bahwa saklar dalam posisi off atau warm. Jika tidak seperti itu, maka perlu dilakukan perbaikan. Perawatan bagian mekanik dilakukan dengan menjaga agar tuas saklar dan saklar otomatis bekerja sesuai dengan fungsinya. Salah satu cara untuk merawat bagian mekanik ini adalah dengan menjaga kebersihan, sehingga tidak berkarat dan memiliki bentuk yang tetap. Selain perawatan ketiga bagian tersebut, ada beberapa cara yang harus dilakukan agar rice cooker awet dan mengkonsumsi energi dengan efisien. Cara-cara tersebut antara lain: a. Segera matikan atau cabut listrik jika nasi tinggal sedikit b. Tunggu hingga cooker sudah dingin, angkat panci dalamnya, dan tuangkan air untuk merendam sisa-sisa nasi yang masih menempel. Lalu biarkan hingga sisa nasi terkelupas. c. Cuci panci dengan spons lembut agar tidak menggores lapisan anti lengket panci yang biasanya terbuat daari Teflon 33 d. Bilas dengan air hangat setelah pencucian guna mengangkat bakteri-bakteri pada panci rice cooker usai digunakan. e. Pastikan tidak ada sisa sabun yang tertinggal selama proses pencucian agar nasi yang dimasak nantinya tidak berbau sabun. f. Segera keringkan panci dalam yang sudah dicuci. g. Jangan lupa juga untuk membersihkan panci luarnya dengan lap lembut. h. Setiap kali akan menggunakan yakinkan bahwa tidak ada benda lain yang berada dibagian dalam antara panci dengan bagian dasar rice cooker yang dapat mengganggu proses menanak nasi. 4.4 Perbaikan Rice Cooker Perbaikan rice cooker dilakukan jika pada bagian rice cooker ada yang rusak atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dari sejumlah bagian pada rice cooker, maka terdapat empat bagian dari rice cooker yang paling sering mengalami kerusakan. Berikut adalah bagian tersebut dan cara perbaikan yang dilakukan. 4.4.1 Kabel tenaga putus atau isolasi terkelupas Cara perbaikannya bila memungkinkan diperbaiki/diisolasi pada bagian yang rusak, tetapi kalau kabel sudah cukup tua dan pendek sebaiknya diganti yang baru. Cara perbaikannya bila memungkinkan diperbaiki/diisolasi pada bagian yang rusak, tetapi kalau kabel sudah cukup tua dan pendek lebih baik diganti baru. 4.4.2 Saklar bila kerusakan yang terjadi bagian seperti pegas/ kontak-kontaknya. Karena model saklarnya tidak umum dijual dipasaran, bila rusak memerlukan perbaikan atau dimodifikasi pada tukang service. 34 4.4.3 Elemen pemanas biasanya disebabkan oleh kesalahan tegangan, dimana biasanya dipakai untuk tegangan 110 V kemudian dipakai pada tegangan 220 V. sebab lain karena kurangnya pemeliharaan sehingga pada bagian elemen atau bagian dasar rice cooker berkarat, sehingga pelindung elemen rusak dan putus atau terhubung singkat. Jadi untuk memperbaikinya, elemen pemanas harus diganti dengan yang baru. 4.4.4 Pengatur Panas Pengatur panas, alat ini dilengkapi dengan pengatur/pembatas panas dari bimetal, kerusakan pada bimetal dapat menyebabkan rice cooker tidak panas atau panas menjadi terlalu tinggi. Untuk ini bimetal perlu diperiksa dan diset ulang atau diperbaiki. 35 DAFTAR PUSTAKA [1] Wikipedia, Maintenance, repair, and operations, http://en.wikipedia.org/ wiki/Maintenance, repair,_and_operations [2] Dikmenjur, Perawatan Dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Proyek Pengembangan Pendidikan Berorientasi Keterampilan Hidup Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2003. [3] Kamus Besar, http://www.kamusbesar.com [4] Wikipedia Bahasa Indonesia, Setrika, http://id.wikipedia.org/wiki/Setrika [5] Al Ubell and Label Shulman, Save Big Money On Appliance Repairs, Published Family Circle Magazine, March 8th, 1983 36 KARYA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PERAWATAN DAN PERBAIKAN PERALATAN LISTRIK RUMAH TANGGA YANG MENGGUNAKAN ELEMEN PANAS Oleh : Dr. Ir. Bambang Sujanarko, M.M. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Jember UNIVERSITAS JEMBER 2012 37 DAFTAR ISI Halaman Judul..............................................................................................................i Kata Pengantar ............................................................................................................ii Daftar Isi .....................................................................................................................iii I. PENDAHULUAN ...................................................................................................1 1.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN PERAWATAN ................................................................. 1 1.2 JENIS PERAWATAN PERALATAN.............................................................................. 2 1.2.1 Perawatan sebelum dioperasikan ................................................................... 2 1.2.2 Perawatan Pencegahan. ................................................................................. 2 1.2.3 Perawatan Berkala.......................................................................................... 3 1.3 ALAT DAN BAHAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN ................................................. 4 1.4 DIAGNOSIS GANGGUAN........................................................................................... 4 II. SETRIKA LISTRIK..............................................................................................6 2.1. KONSTRUKSI SETRIKA LISTRIK ........................................................................... 9 2.1.1. Elemen Pemanas ............................................................................................ 9 2.1.2. Besi Pengumpul Panas ................................................................................ 10 2.1.3. Besi Pemberat............................................................................................... 10 2.1.4. Tutup dan Pemegang Setrika....................................................................... 11 2.1.5. Terminal dan Kabel Penghubung ............................................................... 11 2.1.6. Pengatur Panas ............................................................................................ 11 2.2 PERAWATAN SETRIKA LISTRIK ........................................................................... 12 2.3 PERBAIKAN SETRIKA LISTRIK ............................................................................. 13 2.3.1 Elemen Pemanas ........................................................................................... 14 2.3.2 Kabel Penghubung ........................................................................................ 14 2.3.3 Terminal dan tusuk kontak hubung. ............................................................. 15 2.3.3 Termostat ....................................................................................................... 15 III. PEMANGGANG ROTI .....................................................................................17 38 3.1. KONSTRUKSI PEMANGGANG ROTI ....................................................................... 18 3.1.1 Rumah Pelindung ........................................................................................... 18 3.1.2. Elemen Pemanas ........................................................................................... 19 3.1.3 Dudukan Roti .................................................................................................. 19 3.1.4 Pengatur Panas dan Timer ............................................................................ 20 3.1.5 Perlengkapan Mekanik Lainnya .................................................................... 21 3.2.1. Memeriksa Pemanggang Roti..................................................................... 21 3.2.2 Perbaikan. ...................................................................................................... 23 IV. PENANAK NASI LISTRIK (RICE COOKER)...............................................25 4.1 KONSTRUKSI RICE COOKER.................................................................................... 26 4.1.1 Panci ............................................................................................................... 26 4.1.2 Elemen pemanas ............................................................................................. 28 4.1.3 Rumah bagian luar (out case) ...................................................................... 28 4.1.4 Saklar .............................................................................................................. 29 4.1.5 Saklar Otomatis .............................................................................................. 30 4.1.6 Kabel tenaga .................................................................................................. 31 4.1.7 Tutup .............................................................................................................. 31 4.2 PRINSIP KERJA R ICE COOKER ................................................................................ 32 4.3 PERAWATAN RICE C OOKER .................................................................................... 33 4.4 PERBAIKAN RICE COOKER ..................................................................................... 34 4.4.1 Kabel tenaga putus atau isolasi terkelupas .................................................. 34 4.4.2 Saklar .............................................................................................................. 34 4.4.3 Elemen pemanas ............................................................................................. 35 4.4.4 Pengatur Panas .............................................................................................. 35 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36 39 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan keadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena dengan Rahmat-Nya, maka pemulisan buku karya pengabdian kepada masyarakat ini dapat penulis selesaikan. Selain rasa syukur tersebut, penuis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua fihak yang telah membantu dan menyemangati penulis. Buku ini saya susun dengan harapan semoga teknologi sederhana yang banyak digunakan oleh masyarakat dapat dikuasai dengan baik. Karena teknologi ini merupakan teknologi yang sehari-hari digunakan masyarakat, maka jika ada kerusakan ringan dan ada keinginan untuk memperbaiki sendiri, maka buku ini bisa menjadi pedoman. Akhirnya saya berharap semoga buku ini dapat dibaca oleh masyarakat luas dan dapat membatu mesejahterakan masyarakat. Jember, 30 Juni 2013 Penyusun 40