Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Variyetmi Wira Elfitri Santi Politeknik Negeri Padang Abstract This study aims to obtain empirical evidence of the influence of the firm performances to stock liquidity in the Indonesia Stock Exchange. The research was conducted in the period 2001 to 2007. firm performances is measured by financial ratio as independent variables and the stock liquidity (measured by proxies of stock trading frequency and trading turnover) as the dependent variable. Financial ratios used are the Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS), Price Equity Ratio (PER), Dividends per Share (DPS) and the Price Book Value (PBV). The study used two regression models are regression models using stock trading frequency and regression models that use TVA (trading turnover). The result both of model show that firm performance is simultaneously significant influence on stock liquidity. First model have coefficient of determination (R square) of 19.1%, and only PBV ratio as significant variable. The other model have R square 26,2% with CR and DER ratios as significant variables. These ratios are PBV, CR and PBV which have a positive effect on the liquidity in the Indonesia Stock Exchange. Keyword : liquidity, trading frequency, trading turnover, firm performance, stock trading Pendahuluan Aspek yang paling menarik bagi investor adalah saham yang likuid. Likuiditas merupakan kemampuan suatu aktiva atau instrumen untuk berubah bentuk menjadi kas atau setara kas. Dengan kata lain, jika investor ingin menjual saham, maka ada investor lain yang siap untuk membeli dan jika investor ingin membeli saham, maka ada investor yang bersedia untuk menjual sahamnya. Tingkat likuiditas suatu saham didorong oleh transaksi-transaksi yang dilakukan terhadap saham, yang tercermin dari banyaknya transaksi yang dilakukan perhari. Semakin sering suatu saham ditransaksikan menunjukkan tingkat mobilitas yang tinggi dan semakin mudah saham tersebut diperdagangkan. Dalam memutuskan suatu transaksi saham, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa faktor dengan teliti, diantaranya faktor kondisi fundamental perusahaan, faktor teknis dan faktor sentimen pasar. Kondisi fundamental perusahaan mengacu pada informasi tentang kinerja perusahaan, resiko, ukuran prospek perusahaan maupun masalah kepemilikan perusahaan tersebut. Faktor teknis (teknikal) merupakan faktor yang menggambarkan perkembangan perdagangan saham di lantai bursa seperti harga perdana, fluktuasi saham, jumlah harga saham, dan lain-lain. Dan sentimen pasar merupakan faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti situasi politik, prilaku investor, kejadian luar biasa misalnya bencana alam dan lain-lain. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan ditinjau dari aspek keuangan, investor harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan emiten, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia sehingga terlihat saham perusahaan layak atau tidak untuk dibeli. Salah satu cara dalam menganalisa kinerja keuangan perusahaan adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan perusahaan. Melalui rasio keuangan investor dapat melihat kelemahan dan kekuatan perusahaan dan dapat membuat perbandingan dalam dua hal. Pertama, investor dapat membuat perbandingan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu untuk mengamati trend (kecenderungan) yang sedang terjadi. Kedua, investor dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan sejenis atau dengan industri yang sama pada periode tertentu. variabel dependen). Sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel ini di maksudkan untuk melihat secara umum pengaruh kinerja keuangan terhadap likuiditas saham yang terjadi di Indonesia dan untuk melihat variabel mana yang berpengaruh terhadap likuiditas saham. Kinerja perusahaan yang baik menunjukkan nilai perusahaan yang tinggi, sehingga investor akan tertarik untuk melakukan transaksi. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vivian W. Fang (2007) di Amerika Serikat. Dia menemukan bahwa adanya hubungan yang positif antara likuiditas saham dan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan tercermin dalam harga saham. Artinya jika investor merespon harga saham dengan baik, maka hal ini mengindikasikan kinerja yang baik bagi perusahaan. Dia juga menemukan bahwa likuiditas saham berpengaruh kuat terhadap tingkat profitabilitas operasional perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengukuran kinerja perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan. Purnomo (1998) menyatakan bahwa penggunaan rasio keuangan adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai prestasi operasional perusahaan. Pertanyaan ini dikelompokkan kedalam empat kategori. Pertama, bagaimana likuiditas perusahaan, yaitu membahas sejauh mana perusahaan mampu memenuhi tanggung jawabnya pada saat jatuh tempo, dimana pengukurannya adalah Current Ratio. Kedua, apakah manajemen menghasilkan laba yang memadai dari penggunaan aset-aset perusahaan, yaitu membahas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pengukurannya adalah Return on Equity, Return on Investment. Ketiga, bagaimana perusahaan mendanai asetasetnya, yaitu membahas proporsi besarnya sumber-sumber pendanaan jangka pendek atau panjang terhadap pemakaian aset perusahaan. Pengukurannya adalah Debt to Equity Ratio. Terakhir, apakah pemegang saham menerima penghasilan yang memadai dari investasi yang telah dilakukan, dimana pengukurannya adalah Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dividen Per Share dan Price Book Value. Suman Banerjee, et al (2005) juga menemukan bahwa kebijakan dividen perusahaan berpengaruh kuat terhadap likuiditas saham. Kebijakan dividen merupakan kebijakan perusahaan dalam aspek keuangan perusahaan untuk memberikan kesejahteraan pada pemilik saham. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kembali tentang pengaruh kinerja perusahaan terhadap likuiditas saham. Dalam penelitian ini penulis mengambil sebagai variabel independen adalah kinerja perusahaan, dengan memasukkan variabel rasio keuangan yang mewakili keempat kategori di atas, untuk menguji likuiditas saham (sebagai 10 Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kinerja keuangan perusahaan berpengaruh terhadap likuiditas saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan dan parsial? Landasan Teori Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Alat yang digunakan untuk pengukuran tingkat likuiditas saham suatu perusahaan, ada beberapa metode yaitu: 1. Bid-ask Spread saham, yaitu selisih dari harga ask dengan harga Bid dibandingkan dengan harga Ask (Saputra, et al; 2002) 2. Trading Turnover atau lebih dikenal dengan TVA yaitu total volume perdagangan yang diukur dengan jumlah saham yang diperdagangkan dibandingkan dengan jumlah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan (Pham, et al; 2001) 3. Frekuensi Perdagangan, yaitu banyak kali transaksi terjadi di pasar modal. Metodologi Penelitian Penelitian ini menguji kinerja keuangan perusahaan (diukur dengan rasio keuangan) terhadap likuiditas dengan dua proksi yang digunakan yaitu proksi frekuensi perdagangan saham dan trading turnover. Analisis menggunakan regresi linear berganda, sehingga diperoleh dua persamaan regresi. Model regresi pertama adalah kinerja keuangan perusahaan terhadap frekuensi perdagangan saham dan model regresi kedua adalah kinerja keuangan perusahaan terhadap trading turnover. Kedua model ini akan diuji secara parsial dan secara simultan. Sehingga diperoleh variabel mana yang berpengaruh terhadap likuiditas saham dan apakah model yang digunakan ini dapat menjelaskan tentang likuiditas saham yang ada di bursa efek Indonesia. Dengan berikut: model penelitian sebagai Y1 = a +b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8 Y2= a +b1X1+ b2 X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8 Keterangan: Y1 = Tingkat likuiditas saham dengan proksi frekuensi perdagangan Y2 = Tingkat likuiditas saham dengan proksi trading turnover a = Konstanta b = koefisien dari masing-masing variabel X1 = Current Ratio (CR), X2 = Debt Equity Ratio (DER) X3 = Return On Equity (ROE) X4 = Return On Investment (ROI) X5 = Earning Per Share (EPS) X6 = Price Equity Ratio (PER) X7 = Dividen Per Share (DPS) X8 = Price Book Value (PBV) Objek penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode waktu 20012007. Dengan pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling diantaranya perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2001 sampai 2007, perusahaan membayarkan dividen selama periode 2001 sampai 2007, dan perusahaan memiliki data yang cukup untuk diolah dalam penelitian ini. Sehingga diperoleh sampel perusahaan terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Daftar Perusahaan 1 Kode Perusahaan BATA 2 BLTA 3 FAST 4 GGRM 5 LION No 6 LTLS 7 MERK 8 MLBI 9 RIGS 10 TGKA 11 TURI 12 UNVR Nama Perusahaan Sepatu Bata Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Fast Food Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk Lion Metal Works Tbk Lautan Luas Tbk Merck Indonesia Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Rig Tenders Tbk Tigaraksa Satria Tbk Tunas Ridean Tbk Unilever Indonesia Tbk Sumber : Data Diolah Agar penelitian terarah dalam menganalisis, langkah pertama yang dilaukan adalah pengujian asumsi klasik dengan tujuan agar diperoleh Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 11 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia parameteryang valid dan handal, terdiri atas uji Multikolinieritas, uji Autokorelasi, uji Heteroskedastisitas. Setelah model dikatakan valid, maka langkah selanjutnya adalah menguji model secara parsial menggunakan uji t dan uji model secara keseluruhan menggunakan uni F. Kemudian model yang digunakan juga dihitung koefisien korelasi berganda (R) dan koefisien determinasi berganda (R2) untuk mengukur seberapa besar variasi hubungan variabel dependen mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel independen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dengan cara melihat, mencatat, dan menganalisis data sekunder yang diterbitkan oleh emiten atau PT BEI. Dokumen berarti mengumpulkan data tahun-tahun lalu sebagai perbandingan data untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (archival) yang terdiri dari data perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah data akuntansi yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan BEI dalam buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi BEI selama periode 20012007, diantaranya data aktiva lancar, hutang lancar, total hutang, total modal sendiri, laba setelah pajak, laba operasi, penyusutan, total aktiva, dividen, dan jumlah saham beredar. Dan data perdagangan saham, diantaranya data harga saham tahunan, data frekuensi perdagangan saham bulanan dan data jumlah volume perdagangan bulanan yang diperoleh dari situs resmi BEI selama periode 2001-2007. Pengukuran variabel kinerja perusahaan yang digunakan seperti terlihat dalam tabel 2 berikut.. Tabel 2. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 12 Variabel Penelitian Pengukuran 1. Current Ratio (CR) CR = Aktiva lancar Hutang lancar 2. Debt Equity Ratio (DER) DER = Total Hutang x100% Total Modal Sendiri 3. Return On Equity (ROE) ROE = Earning after tax x 100% modal sendiri 4. Return On Investment (ROI) ROI = EBIT + Penyusutan x 100% Total aktiva 5. Earning Per Share (EPS) EPS = Earning AfterTax Jumlah saham beredar 6. Price Equity Ratio (PER) PER = Harga per lembar saham biasa Laba per lembar saham 7. Price Book Value (PBV) PBV = Harga Pasar Saham Nilai Buku Per lembar saham 8. Likuiditas saham: − F = ∑ frekuensi perdaganga n bulanan 9. a. Frekuensi perdagangan b. Trading Turnover volume perdaganga n bulanan TVA = ∑ jumlah saham beredar Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas uraian mengenai hasil penelitian yang mencakup pengolahan data yaitu statistik deskriptif, hasil regresi dan analisis terhadap faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas saham. Sampel perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga diperoleh perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 11 (sebelas) perusahaan per tahun selama 8 (delapan) tahun. Jadi dengan demikian jumlah sampel keseluruhan (N) adalah 84 buah sampel. Sebelum membahas hasil regresi, akan disajikan terlebih dahulu mengenai statistik deskriptif yang berfungsi untuk Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia mengetahui tentang karakteristik sampel yang digunakan. Tabel 3 menjelaskan karakteritik sampel terutama mencakup, mean, standar deviasi dan jumlah sampel. pengembalian terhadap modal yang dimiliki 23,00%. Standar deviasi ROE dari perusahaan sampel memiliki nilai 16,21. Ini berarti variasi nilai ROE pada perusahaan sampel sebesar 16,21, ini tergolong cukup berfluktuatif. Tabel 3. Statistik Deskriptif Sampel Variabel CR DER ROE ROI EPS PER DPS PBV Frekuensi TVA Mean 3,24 1,13 23,00 13,07 1046,70 12,08 609,26 2,67 13.027,60 0,20 Std. Deviation 4,24 1,01 16,21 10,37 1440,51 11,58 1160,18 3,75 25.690,73 0,35 N 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 Sumber: Data diolah Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel kinerja perusahaan diukur dengan 8 (delapan) rasio diantaranya Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Price Equity Ratio (PER), Dividen per share (DPS) dan Price Book Value (PBV). Current Rasio (CR) menghasilkan ratarata nilai 3,24 kali. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek perusahaan sangat baik, dengan nilai diatas 1 (satu). Standar deviasi CR dari perusahaan sampel memiliki nilai 4,24. Ini berarti variasi nilai CR diantara perusahaan sampel cukup besar. Debt Equity Ratio (DER) menghasilkan rata-rata nilai 1,13 kali atau 113%. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel, sumber dana perusahaan dari hutang cukup besar dibanding dengan modal sendirinya yaitu sebesar 113%. Standar deviasi DER dari perusahaan sampel memiliki nilai 1,01. Ini berarti variasi nilai DER pada perusahaan sampel sebesar 1,01. Return On Equity (ROE) menghasilkan rata-rata nilai 23,00%. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel memiliki tingkat Return On Investment (ROI) menghasilkan rata-rata nilai 13,07%. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel memiliki tingkat pengembalian terhadap dana yang diinvestasikan dalam perusahaan sebesar 13,07%. Standar deviasi ROI dari perusahaan sampel memiliki nilai 10,37. Ini berarti variasi nilai ROI pada perusahaan sampel sebesar 10,37, ini tergolong sangat berfluktuatif. Earning per Share (EPS) menghasilkan rata-rata nilai Rp 1.046,70. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba per saham sebesar Rp 1.046,70. Standar deviasi EPS dari perusahaan sampel memiliki nilai 1.440,51. Ini berarti variasi nilai EPS pada perusahaan sampel sebesar 1.440,51, ini tergolong sangat berfluktuatif. Price Equity Rasio (PER) menghasilkan rata-rata nilai 12,08 kali. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel memiliki potensi pertumbuhan (dalam hal ini harga saham) sebesar 12,08 kali. Standar deviasi PER dari perusahaan sampel memiliki nilai 11,58. Ini berarti variasi nilai PER pada perusahaan sampel sebesar 11,58, ini tergolong sangat berfluktuatif. Dividen per Share (DPS) menghasilkan rata-rata nilai Rp 609,26. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel memiliki kemampuan dalam membayar dividen per saham sebesar Rp 609,26. Standar deviasi DPS dari perusahaan sampel memiliki nilai 1.160,18. Ini berarti variasi nilai DPS pada perusahaan sampel sebesar 1.160,18, ini tergolong sangat berfluktuatif. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 13 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Price Book Value (PBV) menghasilkan rata-rata nilai 2,67 kali. Ini memperlihatkan bahwa rata-rata pada perusahaan sampel dinilai investor sebesar 2,67 kali dari nilai buku perusahaan. Ini berarti investor menilai baik kinerja perusahaan, karena memiliki nilai diatas 1 (satu). Standar deviasi PBV dari perusahaan sampel memiliki nilai 3,75. Ini berarti variasi nilai DPS pada perusahaan sampel sebesar 3,75, ini tergolong cukup berfluktuatif. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini diukur dengan dua proksi yaitu frekuensi perdagangan saham trading turnover. Frekuensi perdagangan saham pada perusahaan sampel selama 1 (satu) tahun rata-rata 13.027,60 kali. Dan standar deviasi frekuensi antar perusahaan sampel sebesar 25.690,73, ini tergolong sangat berfluktuatif. Sedangkan rata-rata trading turnover pada perusahaan sampel sebanyak 0,20 kali per tahunnya, dengan standar deviasi sebesar 0,35. Ini juga memperlihatkan fluktuasi volume perdagangan yang sangat besar. Uji Multikolinearitas Pengujian terhadap gejala multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan linear yang sempurna dalam regresi. Apabila variabel independen tersebut berkolerasi kuat, berarti ada multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan. Hal ini akan menyebabkan ketidakpastian estimasi yang dilakukan, dan akhirnya hasil penelitian menjadi tidak akurat. Untuk mengetahui apakah diantara variabel independen yang digunakan mempunyai kolinearitas yang tinggi atau tidak dapat diuji dengan melihat koefisien korelasi, toleransi (TOL) dan Varian Inflation Factor (VIF). Batas dari tollerance value adalah dibawah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika tollerance value dibawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan data yang telah diolah, terdapat nilai TOL yang kurang 0,1 dan 14 nilai VIF diatas 10 pada variabel ROE dan ROI untuk kedua pengukuran likuiditas (menggunakan Frekuensi perdagangan dan trading turnover). Sehingga teridentifikasi terjadi multikolinearitas. Salah satu cara yang dilakukan untuk menghilangkan terjadinya multikolinearitas pada data yang bersifat rasio adalah dengan mengganti nilai yang out layer dengan nilai rata-rata untuk masing-masing rasio ROE dan ROI. Kemudian dilakukan pengujian kembali, dan dihasilkan nilai TOL dan VIF untuk semua variabel yang digunakan telah bebas dari multikolinearitas, sehingga data dianalisis lebih lanjut. Adapun nilai koefisien korelasi antar sesama variabel independen, seperti terlihat dalam tabel 4. Tabel 4. Koefisien Korelasi Model 1 (Constant) CR DER ROE ROI EPS PER DPS PBV Correlations Zeroorder Partial Part -0,069 0,379 -0,028 -0,166 -0,424 0,066 -0,427 0,170 0,180 0,246 0,010 -0,080 -0,005 -0,114 -0,166 0,249 0,150 0,208 0,008 -0,066 -0,004 -0,094 -0,137 0,211 Collinearity Statistics Tol VIF 0,671 0,484 0,202 0,166 0,127 0,607 0,178 0,275 1,490 2,064 4,956 6,013 7,864 1,648 5,626 3,635 a. Dependent Variable: frekuensi dan tva Sumber: Data diolah Dari hasil pengolahan di tabel 4, nilai TOL untuk semua variabel mendekati 1 (satu) dan batas VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Uji Autokorelasi Model autokorelasi ini berguna untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Model yang baik harus bebas dari autokorelasi. Adanya autokorelasi dapat di uji dengan uji D-W (Durbin–Watson). Secara umum dapat diambil patokan bahwa angka D-W di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia positif, angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokoreasi, dan angka D-W diatas +2 berarti terjadi autokorelasi negatif. Tabel 5. Uji Durbin – Watson untuk Variabel Dependen Frekuensi Std. Error of Mod R Adjusted R the Durbinel R Square Square Estimate Watson a 1 0,437 0,191 0,105 2,64298 1,958 a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi, eps b. Dependent Variable: frekuensi Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai D-W sebesar 1,958 dengan dependen variabel frekuensi perdagangan. Ini menunjukkan bahwa nilai D-W barada diantara -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model frekuensi perdagangan, tidak terjadi autokorelasi. Artinya di dalam variabel yang diuji yaitu variabel dependen (likuiditas saham yang diukur dengan frekuensi perdagangan saham) dan variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) tidak terdapat korelasi antar anggota sampel pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Tabel 6. Uji Durbin – Watson untuk Variabel Dependen Trading Turnover Mo R Adjusted Std. Error of Durbindel R Square R Square the Estimate Watson 1 0,512a 0,262 0,183 0,31332 2,004 a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi, eps b. Dependent Variable: volume Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai D-W sebesar 2,004 dengan dependen variabel trading turnover. Iini menunjukkan bahwa nilai D-W barada diantara -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model trading turnover, tidak terjadi autokorelasi. Artinya di dalam variabel yang diuji yaitu variabel dependen (likuiditas saham yang diukur dengan trading turnover) dan variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) tidak terdapat korelasi antar anggota sampel pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, maka dapat dilihat dari grafik 1. Grafik 1. Grafik Heteroskedastisitas untuk Variabel Dependen Frekuensi Sumber : Data diolah Heteroskedastisitas terjadi bila titik yang ada di grafik membentuk pola tertentu. Heteroskedastisitas tidak terjadi bila titik yang ada dalam grafik berbentuk acak. Dari grafik 1, dapat dilihat bahwa model dengan proksi frekuensi perdagangan, tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Artinya antar variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (likuiditas saham dengan proksi frekunesi perdagangan saham) dan variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) varianya tidak berbeda dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Grafik 2. Grafik Heteroskedastisitas Untuk Variabel Dependen Trading Turnover Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 15 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia terhadap frekuensi perdagangan saham dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Regresi Kinerja Perusahaan terhadap Frekuensi Perdagangan Sumber : Data diolah Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa model dengan proksi trading turnover juga tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Artinya antar vaiabel yang diteliti yaitu variabel dependen (likuiditas saham dengan proksi trading turnover) dan variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) varianya tidak berbeda dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Analisa Pengaruh Perusahaan terhadap Saham dengan Proksi Perdagangan Kinerja Likuiditas Frekuensi Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS for windows19 yaitu dengan menggunakan analisis linear berganda. Untuk memperoleh hasil yang baik, proses regresi dilakukan dengan pooling data, artinya variabel yang diregresikan adalah seluruh data rasio kinerja keuangan perusahaan dan data frekuensi perdagangan saham selama periode penelitian. Pengujian untuk melihat pengaruh kinerja perusahaan terhadap frekuensi perdagangan secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji-t. Uji t adalah alat bantu yang digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio kinerja perusahaan dengan frekuensi perdagangan saham. Secara ringkas hasil regresi kinerja perusahaan 16 Model 1 (Con s) Cr Der Roe Roi Eps Per Dps Pbv Unstandardized Coefficients Std. B Error 5,930 1,875 0,153 0,639 0,000 -0,045 0,458 -0,032 -0,570 0,344 0,084 0,414 0,042 0,072 0,483 0,032 0,343 0,148 Std Coef Beta 0,232 0,230 -0,002 -0,161 0,276 -0,134 -0,409 0,462 t 3,163 Sig. 0,002 1,826 1,543 -0,010 -0,631 0,949 -1,004 -1,660 2,333 0,072 0,127 0,992 0,530 0,346 0,318 0,101 0,022 a. Dependent Variable: frekuensi Sumber : Data diolah Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y1 = 5,930 + 0,153X1 + 0,639X2 + 0X3 – 0,045X4 + 0,458X5 – 0,032X6 0,570X7 + 0,344X8 Untuk melihat rasio kinerja perusahaan yang berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan perusahaan dapat diperhatikan dari tingkat signifikansi yang diperoleh dari pengolahan data. Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% atau α = 5%, disimpulkan jika nilai signifikansi kecil dari 0,05, maka rasio tersebut dikatakan berpengaruh signifikan terhadap frekuensi perdagangan. Berikut akan dijelaskan untuk rasio kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk rasio CR merupakan rasio kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek perusahaan, memiliki nilai koefisien sebesar positif 0,0153 dan nilai signifikansi 0,072. Ini berarti peningkatan CR akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham, namun peningkatan ini tidak signifikan (signifikansi > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor tidak memperhatikan peningkatan nilai CR Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan transaksi di pasar modal. Rasio DER merupakan rasio perbandingan pengguanaan hutang dibandingkan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Rasio DER memiliki nilai koefisien 0,639 dengan nilai signifikansi 0,127. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan DER akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham perusahaan, namun rasio ini juga secara statistik tidak signifikan (signifikansi > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio DER tidak diperhatikan oleh investor dalam melakukan transaksi perdagangan di passar modal. Rasio ROE merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam penggunaan modal sendirinya. Berdasarkan hasil pengeolahan data pada tabel 7, nilai memiliki nilai koefisien 0 dengan tingkat signifikansi 0,992. Ini berarti bahwa investor tidak mempertimbangkan rasio ROE sama sekali terhadap keputusan untuk melakukan transaksi perdagangan saham, dan didukung juga oleh secara statistik tidak berpengaruh signifikan. Rasio ROI merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam penggunaan aktiva investasi yang dimiliki. Dalam penelitian ini rasio ROE memiliki nilai koefisien -0,045 dengan signifikansi 0,530. Ini berarti bahwa peningkatan ROI akan menurunkan minat investor untuk melakukan transaksi dalam perdagangan saham, namun hal ini tidak berpengaruh signifikan. Terlihat dari nilai signifikansi yang besar dari 0,05. Rasio EPS merupakan rasio keuntungan perusahaan yang terlihat dari setiap lembar saham yag dimilki perusahaan. Berdasarkan tabel 7 terlihat, nilai koefisien EPS sebesar 0,458 dengan nilai signifikansi 0,346. Ini memperlihatkan bahwa peningkatan EPS akan meningkatkan transaksi perdagangan saham. Artinya investor mempertimbangkan EPS perusahaan dalam melakukan transaksi di pasar modal. Namun rasio ini tidak dipertimbangkan secara utama, karena secara statistik tidak teruji signifikan. Rasio PER merupakan suatu tingkat menunjukkan potensi pertumbuhan harga saham perusahaan. Berdasrkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini, rasio PER memiliki nilai koefisien 0,032 dengan niali signifikansi 0,318. Ini berarti bahwa peningkatan nilai rasio PER memberikan sinyal negatif terhadap frekuensi perdagangan saham. Artinya semakin tinggi nilai PER perusahaan, maka investor akan menahan untuk melakukan transaksi dan akan menurunkan frekuensi perdagangan. Namun rasio ini secara statistik tidak berpengaruh signifikan (nilai signifikansi > 0,05). Rasio DPS merupakan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Berdasarkan hasil pada tabel 7 terlihat bahwa nilai koefisien DPS sebesar -0,570 dengan nilai signifikansi 0,101. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan DPS akan menurunkan frekuensi transaksi saham di pasar modal. Jika investor memiliki tipe takut dengan resiko (risk averter), hal ini mungkin saja terjadi, karena investor lebih merasa aman jika telah mendapatkan return berupa dividen. Namun secara statistik pengaruh rasio DPS terhadap frekuensi perdagangan saham tidak berpengaruh secara signifikan (nilai signifikansi > 0,05). Rasio PBV merupakan rasio penilaian investor terhadap nilai buku perusahaan. Dari hasil penelitian, diperoleh koefisien PBV sebesar 0,344 dengan nilai signifikansi 0,022. Ini berarti bahwa jika investor memandang suatu perusahaan memiliki nilai yang baik, maka investor akan melakukan transaksi perdagangan saham. Selama periode penelitian, rasio PBV memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik (nilai signifikansi < 0,05) terhadap frekuensi perdagangan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 17 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia saham. Berarti likuiditas saham akan meningkat, jika investor menilai bahwa harga pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Dari delapan rasio keuangan kinerja perusahaan yang digunakan untuk melihat likuiditas saham perusahaan dengan proksi frekuensi perdagangan saham, hanya rasio PBV yang memiliki pengaruh yang signifikan. Selama periode penelitian 2001 sampai 2007, menghasilkan rasio PBV yang diperhatikan investor dalam melakukan transaksi di pasar modal Indonesia. Sementara rasio yang lain (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER dan DPS) tidak mempengaruhi pada frekuensi perdagangan saham perusahaan secara signifikan. Untuk menguji variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependen (frekuensi perdagangan saham), dapat dilakukan dengan uji F. Hasil pengolahan data secara simultan disajikan dalam tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji F (Anova) Kinerja Perusahaan terhadap Frekuensi Perdagangan Model 1 R 0,437a R Square 0,191 F 2,214 Sig. 0,036a a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi, eps b. Dependent Variable: frekuensi Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa angka koefisien korelasi berganda adalah 0,437. Ini berarti besarnya perubahan variabel independen secara bersama-sama terhadap dependen adalah 0,437. Korelasi ini tergolong lemah, karena nilai R berada di bawah 0,5. Besarnya koefisien determinasi (R square) adalah 0,191 atau 19,1%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 19,1% perubahan variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen (frekuensi perdagangan saham). Sedangkan sisanya sebesar 18 80,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model regresi. Dari tabel 8 diperoleh nilai F-hitung adalah 2,214 dengan tingkat signifikansi 0,036. Dengan asumsi taraf kepercayaan 95%, model dikatakan signifikan, karena nilai signifikan kecil dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel independen yang terdiri dari rasio kinerja perusahaan (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) terhadap variabel dependen yaitu frekuensi perdagangan saham adalah signifikan. Secara secara serentak rasio kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini mampu mempengaruhi frekuensi perdagangan saham pada pasar modal Indonesia. Analisa Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Likuiditas Saham dengan Proksi Trading Turnover (TVA) Pengujian pengaruh kinerja perusahaan terhadap likuiditas perusahaan dengan proksi Trading Turnover (TVA) juga menggunakan uji statistik yaitu uji-t. Secara ringkas hasil regresi kinerja perusahaan terhadap TVA dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Hasil Regresi Kinerja Perusahaan Terhadap Trading Turnover (TVA) Unstandardized Coefficients Std. Model B Error 1 (Constant) 0,026 0,222 CR 0,020 0,010 DER 0,149 0,049 ROE 0,006 0,005 ROI -0,006 0,008 EPS 0,031 0,057 PER -0,003 0,004 DPS -0,051 0,041 PBV -0,006 0,017 Std Coef Beta 0,249 0,432 0,259 -0,170 0,150 -0,108 -0,297 -0,063 t Sig. 0,118 0,906 2,054 0,043 3,033 0,003 1,174 0,244 -0,699 0,487 0,541 0,590 -0,844 0,401 -1,262 0,211 -0,333 0,740 a. Dependent Variable: TVA Sumber : Data diolah Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut: Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Y2 = 0,026 + 0,020X1 + 0,149X2 + 0,006X3 – 0,006X4 + 0,031X5 – 0,003X6 - 0,051X7 - 0,006X8 Untuk melihat rasio kinerja perusahaan yang berpengaruh terhadap trading turnover perusahaan dapat diperhatikan dari tingkat signifikansi yang diperoleh dari pengolahan data. Dengan menggunakan α = 5%, disimpulkan jika nilai signifikansi kecil dari 0,05, maka rasio tersebut dikatakan berpengaruh signifikan terhadap trading turnover. Dan sebaliknya jika nilai signifikansi besar dari 0,05, maka rasio tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap trading turnover. Berikut akan dijelaskan untuk masing-masing rasio kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 9, rasio CR merupakan rasio kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek perusahaan, memiliki nilai koefisien sebesar positif 0,020 dan nilai signifikansi 0,043. Ini berarti peningkatan CR akan meningkatkan trading turnover dan teruji secara signifikan (signifikansi < 0,05). Jika CR perusahaan meningkat, maka investor akan meningkatkan volume perdagangan dalam bertransaksi di pasar modal. Karena investor yakin, perusahaan akan mampu membayar kewajibannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika CR perusahaan tinggi, maka perputaran saham perusahaan dalam perdagangan pasar modal akan meningkat. Rasio DER merupakan rasio perbandingan pengguanaan hutang dibandingkan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Rasio DER memiliki nilai koefisien 0,149 dengan nilai signifikansi 0,003. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan DER akan meningkatkan trading turnover perusahaan dan secara statistik berpengaruh signifikan (signifikansi < 0,05). Hal ini didukung oleh teori struktur modal yang menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat dengan bertambahnya hutang perusahaan pada level tertentu. Pada periode penelitian yang digunakan, investor yakin bahwa perusahaan yang memiliki hutang yang lebih besar akan memberikan nilai yang lebih baik, sehingga volume perdagangan saham lebih besar dan perputaran saham perusahaan semakin besar pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio DER berpengaruh signifikan terhadap trading turnover saham yang dimiliki perusahaan. Rasio ROE merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam penggunaan modal sendirinya. Berdasarkan data pada tabel 9, nilai ROE memiliki nilai koefisien 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,244. Ini berarti bahwa investor mempertimbangkan rasio ROE dalam menentukan volume perdagangan, namun secara statistik tidak berpengaruh terhadap perputaran perdagagangan saham (signifikansi > 0,05). Rasio ROI merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam penggunaan aktiva investasi yang dimiliki. Dalam penelitian ini rasio ROE memiliki nilai koefisien -0,006 dengan signifikansi 0,487. Ini berarti bahwa peningkatan ROI akan menurunkan trading turnover saham perusahaan, namun hal ini tidak berpengaruh signifikan. Terlihat dari nilai signifikansi yang besar dari 0,05. Rasio EPS merupakan rasio keuntungan perusahaan yang terlihat dari setiap lembar saham yang dimilki perusahaan. Berdasarkan tabel 4.6, nilai koefisien EPS sebesar 0,031 dengan nilai signifikansi 0,590. Ini memperlihatkan bahwa peningkatan EPS akan meningkatkan jumlah volume yang diperdagangkan di pasar modal. Namun rasio ini selama periode penelitian tidak teruji secara statistik mampu mempengaruhi trading turnover saham perusahaan (signifikansi > 0,05). Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 19 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Rasio PER merupakan suatu tingkat menunjukkan potensi pertumbuhan harga saham perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini, rasio PER memiliki nilai koefisien 0,003 dengan nilai signifikansi 0,401. Ini berarti bahwa peningkatan nilai rasio PER memberikan sinyal negatif terhadap trading turnover saham perusahaan. Artinya semakin tinggi nilai PER perusahaan, maka investor akan memperkecil volume perdagangan saham. Rasio ini secara statistik tidak berpengaruh secara statistik (nilai signifikansi > 0,05). Rasio DPS merupakan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Berdasarkan hasil pada tabel 9 terlihat bahwa nilai koefisien DPS sebesar -0,051 dengan nilai signifikansi 0,211. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan DPS akan menurunkan trading turnover. Namun secara statistik pengaruh rasio DPS terhadap frekuensi perdagangan saham tidak berpengaruh secara signifikan (nilai signifikansi > 0,05). Rasio PBV merupakan rasio penilaian pasar terhadap nilai buku perusahaan. Dari hasil penelitian, diperoleh koefisien PBV sebesar -0,006 dengan nilai signifikansi 0,740. Ini berarti bahwa peningkatan nilai PBV akan menurunkan trading turnover. Namun rasio ini tidak berpengaruh secara statistik (nilai signifikansi > 0,05). Dari delapan rasio keuangan kinerja perusahaan yang digunakan untuk melihat likuiditas saham perusahaan dengan proksi trading turnover, rasio yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap trading turnover adalah rasio CR dan DER. Sementara rasio yang lain (ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) tidak mempengaruhi trading turnover saham perusahaan secara signifikan. Untuk menguji variabel independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependen (Trading Turnover), dapat dilakukan dengan uji F. 20 Hasil pengolahan data secara simultan disajikan dalam tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji F (Anova) Kinerja Perusahaan terhadap trading turnover Model 1 R 0,512a R Square 0,262 F 3,332 Sig. 0,003a a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi, eps b. Dependent Variable: TVA Sumber : Data diolah Dari tabel 10 diketahui bahwa angka koefisien korelasi berganda adalah 0,512. Ini berarti besarnya perubahan variabel independen secara bersamasama terhadap dependen adalah 0,512. Korelasi ini tergolong kuat, karena nilai R berada di atas 0,5. Besarnya koefisien determinasi (R square) adalah 0,262 atau 26,2%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 26,2% perubahan variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen (trading turnover). Sedangkan sisanya sebesar 73,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model regresi. Dari tabel 10 diperoleh nilai F-hitung adalah 3,332 dengan tingkat signifikansi 0,003. Dengan asumsi taraf kepercayaan 95%, model dikatakan signifikan, karena nilai signifikan kecil dari 0,05. Ini berarti tolak Ho dan terima Ha. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel independen yang terdiri dari rasio kinerja perusahaan (CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV) secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu trading turnover pada pasar modal Indonesia. Dengan periode penelitian dari tahun 2001 sampai tahun 2007 (selama 7 tahun), diperoleh hasil bahwa penggunaan rasio kinerja perusahaan dalam penelitian ini mampu mempengaruhi likuiditas saham perusahaan secara serentak, baik dengan proksi frekuensi perdagangan maupun proksi Trading Turnover. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Meskipun variasi yang menjelaskan likuiditas masih tergolong kecil. Terlihat dari nilai R square sebesar 19,1% (untuk frekuensi perdagangan saham) dan 26,2% (untuk trading turnover). Rendahnya nilai R square, memperlihatkan bahwa variasi tingkat likuiditas saham bersifat acak, tidak dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan kinerja perusahaan melalui rasio keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena orientasi investor sudah beralih dari dividen oriented menjadi capital gain oriented. Kemungkinan faktor lain tersebut adalah faktor fundamental lainnya serta variabel makro ekonomi seperti tingkat bunga, kurs, neraca pembayaran dan kondisi ekonomi lainnya serta variabel non ekonomi. Variabel-variabel diluar kondisi perusahaan tersebut sangat mungkin mempengaruhi kinerja perusahaan sekaligus rasio keuangan perusahaan yang tercermin dalam frekuensi perdagangan. Secara ringkas rasio kinerja perusahaan yang dinyatakan signifikan mempengaruhi likuiditas saham yang diukur dengan proksi frekuensi perdagangan maupun proksi Trading Turnover, terlihat dalam tabel 11. Tabel 11. Rasio Kinerja yang Signifikan terhadap Likuiditas Saham Rasio Signifikansi Arah pengaruh CR 0,043 Positif DER 0,003 Positif PBV 0,022 Positif Sumber : Data diolah Pada pasar modal Indonesia (Bursa Efek Indonesia), tingkat kelancaran saham perusahaan diperdagangkan di pengaruhi rasio kinerja perusahaan. Berdasarkan tabel 11, terlihat ada 3 rasio kinerja perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas saham perusahaan perusahaan yang trdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun rasio kinerja perusahaan tersebut adalah rasio CR, DER dan PBV. Ketiga rasio ini berpengaruh secara positif terhadap likuiditas saham. Jika rasio ini meningkat maka investor akan melakukan transaksi perdagangan saham di pasar modal Indonesia. Bisa dilakukan dengan memperbesar volume saham yang diperdagangkan (akan meningkatkan trading turnover) atau memperbanyak transaksi yang dilakukan (frekuensi). Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Vivian W. Fang (2007) melakukan penelitian di Amerika Serikat yang juga menemukan adanya hubungan yang positif antara likuiditas saham dan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan tercermin dalam harga saham. Artinya jika investor merespon harga saham dengan baik, maka hal ini mengindikasikan kinerja yang baik bagi perusahaan. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan dua model regresi yaitu model regresi menggunakan frekuensi perdagangan saham dan model regresi yang menggunakan TVA (trading turnover). Kedua model secara statistik memberikan hasil yang signifikan. Artinya rasio kinerja yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan model secara serentak. Model pertama dengan frekuensi perdagangan saham sebagai variabel dependen, menghasilkan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 19,1%. Ini berarti rasio kinerja yang digunakan dalam model ini mampu menjelaskan frekuensi perdagangan saham hanya sebesar 19,1%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap frekuensi perdagangan adalah rasio PBV. Model kedua dengan Trading Turnover sebagai variabel dependen, Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 21 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia menghasilkan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 26,2%. Ini memberikan hasil bahwa rasio kinerja yang digunakan dalam model ini mampu menjelaskan frekuensi perdagangan saham hanya sebesar 26,2,1%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap Trading Turnover saham yang dimiliki perusahaan adalah rasio CR dan DER. Rendahnya nilai R square, memperlihatkan bahwa variasi tingkat likuiditas saham bersifat acak, tidak dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan kinerja perusahaan melalui rasio keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena orientasi investor sudah beralih dari dividen oriented menjadi capital gain oriented. Kemungkinan faktor lain mungkin berasal dari variabel makro ekonomi seperti tingkat bunga, kurs, neraca pembayaran dan kondisi ekonomi lainnya serta variabel non ekonomi.. 1.1 Saran 1. Dari hasil penelitian, yang mempengaruhi likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara signifikan adalah rasio PBV, CR dan DER. Jadi disarankankan pada para manajer perusahaan untuk memperhatikan rasio ini, agar likuiditas saham tetap terjaga di pasar modal. 2. Sebaliknya bagi investor investor agar mempertimbangkan rasio ini sebelum membeli saham perusahaan sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan di samping juga rasio lainnya. 3. Peneliti selanjutnya sebaiknya juga menambahkan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat likuiditas saham, selain aspek keuangan yang termasuk dalam faktor fumdamental perusahaan, tapi juga melihat kepada aspek teknikal serta pengaruh ekonomi 22 makro dan juga mempertimbangkan efek industri. Referensi Banerjee, Suman, Vladimir A. Gatchev, Paul A. Spindt. 2005, Stock Market Liquidity and Firm Dividen Policy. Los Angeles Ekaputra, Irwan dan Oka Zuraini. 2006, Stock Split, Fraksi Perdagangan dan likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta, Majalah Usahawan no.12 TH XXXV Desember 2006 Gitman, Lawrence and Joehnk, Michael. 1996, Fundamental of Investing, Harper Collins Helfert, A. Erich. 1999, Analisa Laporan Keuangan Edisi ketujuh, Erlangga, Jakarta Horne, Van & Wachowicz. 1998, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku II, Salemba Empat, Jakarta Husnan, Suad. 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi ke-3, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Keown, Arthur J, et al. 1999, DasarDasar Manajemen Keuangan, Terjemahan Chairul D, Djakman, SE.Ak, MBA, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta Lukviarman, Niki. 2006, Dasar Dasar Manajemen Keuangan, Andalas University Press, Padang Martono, dan Harjito, Agus. 2001, Manajemen Keuangan Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta Munawir, S. 1998, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta Natarsyah, Syahib. 2000, Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap harga saham pada industri Barang Konsumsi yang go Public di pasar Modal, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 15, No 3, pp 294-312 Nugroho, Agung. 2004, Strategi Jitu Memilih Strategi Statistik Penelitian dengan SPSS, Andi, Yogyakarta Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Purnomo, Yogo. 1998, Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham, Usahawan No.12 TH XXVII Desember 1998 Sekaran, Uma. 2006, Research Methods for Business Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta Ross, Stephen, et al. 1991, Corporate Finance, Toppan Co. Ltd, Tokyo Japan Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE- Yogyakarta Triton, 2005. SPSS 13.0. Terapan Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi. Yogyakarta Vivian W, Fang, Thomas H. Noe, Sheri Tice. 2007, Stock Market Liquidity and Firm Performance: Wall Street Rule or Wall Street Rules?. Los Angeles Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23 23