Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Likuiditas Saham

advertisement
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Likuiditas Saham Pada Perusahaan Yang Listing Di
Bursa Efek Indonesia
Variyetmi Wira
Elfitri Santi
Politeknik Negeri Padang
Abstract
This study aims to obtain empirical evidence of the influence of the firm performances to stock
liquidity in the Indonesia Stock Exchange. The research was conducted in the period 2001 to
2007. firm performances is measured by financial ratio as independent variables and the stock
liquidity (measured by proxies of stock trading frequency and trading turnover) as the dependent
variable. Financial ratios used are the Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Return on
Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS), Price Equity Ratio (PER),
Dividends per Share (DPS) and the Price Book Value (PBV). The study used two regression
models are regression models using stock trading frequency and regression models that use
TVA (trading turnover). The result both of model show that firm performance is simultaneously
significant influence on stock liquidity. First model have coefficient of determination (R square)
of 19.1%, and only PBV ratio as significant variable. The other model have R square 26,2% with
CR and DER ratios as significant variables. These ratios are PBV, CR and PBV which have a
positive effect on the liquidity in the Indonesia Stock Exchange.
Keyword : liquidity, trading frequency, trading turnover, firm performance, stock trading
Pendahuluan
Aspek yang paling menarik bagi investor
adalah saham yang likuid. Likuiditas
merupakan kemampuan suatu aktiva
atau instrumen untuk berubah bentuk
menjadi kas atau setara kas. Dengan
kata lain, jika investor ingin menjual
saham, maka ada investor lain yang
siap untuk membeli dan jika investor
ingin membeli saham, maka ada
investor yang bersedia untuk menjual
sahamnya.
Tingkat likuiditas suatu saham didorong
oleh transaksi-transaksi yang dilakukan
terhadap saham, yang tercermin dari
banyaknya transaksi yang dilakukan
perhari. Semakin sering suatu saham
ditransaksikan menunjukkan tingkat
mobilitas yang tinggi dan semakin
mudah saham tersebut diperdagangkan.
Dalam memutuskan suatu transaksi
saham,
seorang
investor
harus
mempertimbangkan beberapa faktor
dengan teliti, diantaranya faktor kondisi
fundamental perusahaan, faktor teknis
dan faktor sentimen pasar. Kondisi
fundamental perusahaan mengacu pada
informasi tentang kinerja perusahaan,
resiko, ukuran prospek perusahaan
maupun
masalah
kepemilikan
perusahaan tersebut. Faktor teknis
(teknikal) merupakan faktor yang
menggambarkan
perkembangan
perdagangan saham di lantai bursa
seperti harga perdana, fluktuasi saham,
jumlah harga saham, dan lain-lain. Dan
sentimen pasar merupakan faktor-faktor
lain yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif seperti situasi politik, prilaku
investor, kejadian luar biasa misalnya
bencana alam dan lain-lain.
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan
ditinjau dari aspek keuangan, investor
harus melakukan analisis terhadap
laporan keuangan perusahaan emiten,
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
sehingga terlihat saham perusahaan
layak atau tidak untuk dibeli. Salah satu
cara
dalam
menganalisa
kinerja
keuangan perusahaan adalah dengan
melakukan analisa rasio keuangan
perusahaan. Melalui rasio keuangan
investor dapat melihat kelemahan dan
kekuatan
perusahaan
dan
dapat
membuat perbandingan dalam dua hal.
Pertama, investor dapat membuat
perbandingan
rasio
keuangan
perusahaan dari waktu ke waktu untuk
mengamati trend (kecenderungan) yang
sedang terjadi. Kedua, investor dapat
membandingkan
rasio
keuangan
perusahaan dengan perusahaan sejenis
atau dengan industri yang sama pada
periode tertentu.
variabel dependen). Sampel yang
digunakan adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan sampel ini di maksudkan
untuk melihat secara umum pengaruh
kinerja keuangan terhadap likuiditas
saham yang terjadi di Indonesia dan
untuk melihat variabel mana yang
berpengaruh terhadap likuiditas saham.
Kinerja
perusahaan
yang
baik
menunjukkan nilai perusahaan yang
tinggi, sehingga investor akan tertarik
untuk melakukan transaksi. Ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Vivian W. Fang (2007) di Amerika
Serikat. Dia menemukan bahwa adanya
hubungan yang positif antara likuiditas
saham dan kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan akan tercermin dalam
harga saham. Artinya jika investor
merespon harga saham dengan baik,
maka hal ini mengindikasikan kinerja
yang baik bagi perusahaan. Dia juga
menemukan bahwa likuiditas saham
berpengaruh kuat terhadap tingkat
profitabilitas operasional perusahaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan
dalam pengukuran kinerja perusahaan
dapat diukur dengan rasio keuangan.
Purnomo (1998) menyatakan bahwa
penggunaan rasio keuangan adalah
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penting mengenai prestasi operasional
perusahaan.
Pertanyaan
ini
dikelompokkan kedalam empat kategori.
Pertama,
bagaimana
likuiditas
perusahaan, yaitu membahas sejauh
mana perusahaan mampu memenuhi
tanggung jawabnya pada saat jatuh
tempo, dimana pengukurannya adalah
Current
Ratio.
Kedua,
apakah
manajemen menghasilkan laba yang
memadai dari penggunaan aset-aset
perusahaan,
yaitu
membahas
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan.
Pengukurannya adalah Return on
Equity, Return on Investment. Ketiga,
bagaimana perusahaan mendanai asetasetnya, yaitu membahas proporsi
besarnya sumber-sumber pendanaan
jangka pendek atau panjang terhadap
pemakaian
aset
perusahaan.
Pengukurannya adalah Debt to Equity
Ratio. Terakhir, apakah pemegang
saham menerima penghasilan yang
memadai dari investasi yang telah
dilakukan,
dimana
pengukurannya
adalah Earning Per Share, Price
Earning Ratio, Dividen Per Share dan
Price Book Value.
Suman Banerjee, et al (2005) juga
menemukan bahwa kebijakan dividen
perusahaan berpengaruh kuat terhadap
likuiditas saham. Kebijakan dividen
merupakan
kebijakan
perusahaan
dalam aspek keuangan perusahaan
untuk memberikan kesejahteraan pada
pemilik saham. Berkaitan dengan hal
tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
kembali tentang pengaruh kinerja
perusahaan terhadap likuiditas saham.
Dalam penelitian ini penulis mengambil
sebagai variabel independen adalah
kinerja
perusahaan,
dengan
memasukkan variabel rasio keuangan
yang mewakili keempat kategori di atas,
untuk menguji likuiditas saham (sebagai
10
Perumusan masalah dari penelitian ini
adalah sejauh mana pengaruh kinerja
keuangan perusahaan berpengaruh
terhadap likuiditas saham perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
baik secara simultan dan parsial?
Landasan Teori
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Alat yang digunakan untuk
pengukuran tingkat likuiditas saham
suatu perusahaan, ada beberapa
metode yaitu:
1. Bid-ask Spread saham, yaitu selisih
dari harga ask dengan harga Bid
dibandingkan dengan harga Ask
(Saputra, et al; 2002)
2. Trading Turnover atau lebih dikenal
dengan TVA yaitu total volume
perdagangan yang diukur dengan
jumlah
saham
yang
diperdagangkan
dibandingkan
dengan jumlah saham yang
dikeluarkan
oleh
perusahaan
(Pham, et al; 2001)
3. Frekuensi
Perdagangan,
yaitu
banyak kali transaksi terjadi di
pasar modal.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menguji kinerja keuangan
perusahaan (diukur dengan rasio
keuangan) terhadap likuiditas dengan
dua proksi yang digunakan yaitu proksi
frekuensi perdagangan saham dan
trading turnover. Analisis menggunakan
regresi linear berganda, sehingga
diperoleh dua persamaan regresi. Model
regresi
pertama
adalah
kinerja
keuangan
perusahaan
terhadap
frekuensi perdagangan saham dan
model regresi kedua adalah kinerja
keuangan perusahaan terhadap trading
turnover. Kedua model ini akan diuji
secara parsial dan secara simultan.
Sehingga diperoleh variabel mana yang
berpengaruh terhadap likuiditas saham
dan apakah model yang digunakan ini
dapat menjelaskan tentang likuiditas
saham yang ada di bursa efek
Indonesia.
Dengan
berikut:
model
penelitian
sebagai
Y1 = a +b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+
b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8
Y2= a +b1X1+ b2 X2+ b3X3+ b4X4+
b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8
Keterangan:
Y1 = Tingkat likuiditas saham dengan
proksi frekuensi perdagangan
Y2 = Tingkat likuiditas saham dengan
proksi trading turnover
a = Konstanta
b = koefisien dari masing-masing
variabel
X1 = Current Ratio (CR),
X2 = Debt Equity Ratio (DER)
X3 = Return On Equity (ROE)
X4 = Return On Investment (ROI)
X5 = Earning Per Share (EPS)
X6 = Price Equity Ratio (PER)
X7 = Dividen Per Share (DPS)
X8 = Price Book Value (PBV)
Objek
penelitian
adalah
seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam periode waktu 20012007. Dengan pengambilan sampel
berdasarkan
metode
purposive
sampling diantaranya perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode 2001 sampai 2007,
perusahaan
membayarkan
dividen
selama periode 2001 sampai 2007, dan
perusahaan memiliki data yang cukup
untuk diolah dalam penelitian ini.
Sehingga diperoleh sampel perusahaan
terlihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Daftar Perusahaan
1
Kode
Perusahaan
BATA
2
BLTA
3
FAST
4
GGRM
5
LION
No
6
LTLS
7
MERK
8
MLBI
9
RIGS
10
TGKA
11
TURI
12
UNVR
Nama
Perusahaan
Sepatu Bata Tbk
Berlian Laju
Tanker Tbk
Fast Food
Indonesia Tbk
Gudang Garam
Tbk
Lion Metal Works
Tbk
Lautan Luas Tbk
Merck Indonesia
Tbk
Multi Bintang
Indonesia Tbk
Rig Tenders Tbk
Tigaraksa Satria
Tbk
Tunas Ridean Tbk
Unilever
Indonesia Tbk
Sumber : Data Diolah
Agar
penelitian
terarah
dalam
menganalisis, langkah pertama yang
dilaukan adalah pengujian asumsi klasik
dengan
tujuan
agar
diperoleh
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
11
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
parameteryang valid dan handal, terdiri
atas uji Multikolinieritas, uji Autokorelasi,
uji Heteroskedastisitas. Setelah model
dikatakan
valid,
maka
langkah
selanjutnya adalah menguji model
secara parsial menggunakan uji t dan uji
model
secara
keseluruhan
menggunakan uni F. Kemudian model
yang digunakan juga dihitung koefisien
korelasi berganda (R) dan koefisien
determinasi berganda (R2) untuk
mengukur seberapa besar variasi
hubungan variabel dependen mampu
dijelaskan secara bersama-sama oleh
variabel independen.
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan adalah dokumentasi, dengan
cara
melihat,
mencatat,
dan
menganalisis data sekunder yang
diterbitkan oleh emiten atau PT BEI.
Dokumen berarti mengumpulkan data
tahun-tahun lalu sebagai perbandingan
data untuk memperoleh data yang
diperlukan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder
(archival) yang terdiri dari data
perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia.
Adapun jenis dan sumber data yang
digunakan adalah data akuntansi yang
diperoleh
dari
laporan
keuangan
tahunan BEI dalam buku Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan
situs resmi BEI selama periode 20012007, diantaranya data aktiva lancar,
hutang lancar, total hutang, total modal
sendiri, laba setelah pajak, laba operasi,
penyusutan, total aktiva, dividen, dan
jumlah saham beredar. Dan data
perdagangan saham, diantaranya data
harga saham tahunan, data frekuensi
perdagangan saham bulanan dan data
jumlah volume perdagangan bulanan
yang diperoleh dari situs resmi BEI
selama periode 2001-2007.
Pengukuran variabel kinerja perusahaan
yang digunakan seperti terlihat dalam
tabel 2 berikut..
Tabel 2. Variabel Penelitian dan
Pengukurannya
12
Variabel
Penelitian
Pengukuran
1.
Current
Ratio (CR)
CR = Aktiva lancar
Hutang lancar
2.
Debt Equity
Ratio (DER)
DER =
Total Hutang
x100%
Total Modal Sendiri
3.
Return On
Equity
(ROE)
ROE =
Earning after tax
x 100%
modal sendiri
4.
Return On
Investment
(ROI)
ROI =
EBIT + Penyusutan
x 100%
Total aktiva
5.
Earning Per
Share (EPS)
EPS =
Earning AfterTax
Jumlah saham beredar
6.
Price Equity
Ratio (PER)
PER =
Harga per lembar saham biasa
Laba per lembar saham
7.
Price Book
Value (PBV)
PBV =
Harga Pasar Saham
Nilai Buku Per lembar saham
8. Likuiditas
saham:
−
F = ∑ frekuensi perdaganga n bulanan
9. a. Frekuensi
perdagangan
b. Trading
Turnover
volume perdaganga n bulanan
TVA = ∑
jumlah saham beredar
Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas uraian mengenai
hasil
penelitian
yang
mencakup
pengolahan
data
yaitu
statistik
deskriptif, hasil regresi dan analisis
terhadap faktor yang mempengaruhi
tingkat
likuiditas
saham.
Sampel
perusahaan yang diambil adalah
perusahaan yang yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga
diperoleh perusahaan yang akan
dijadikan sampel penelitian adalah 11
(sebelas) perusahaan per tahun selama
8 (delapan) tahun. Jadi dengan
demikian jumlah sampel keseluruhan
(N) adalah 84 buah sampel.
Sebelum membahas hasil regresi, akan
disajikan terlebih dahulu mengenai
statistik deskriptif yang berfungsi untuk
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
mengetahui tentang karakteristik sampel
yang digunakan. Tabel 3 menjelaskan
karakteritik sampel terutama mencakup,
mean, standar deviasi dan jumlah
sampel.
pengembalian terhadap modal yang
dimiliki 23,00%. Standar deviasi ROE
dari perusahaan sampel memiliki nilai
16,21. Ini berarti variasi nilai ROE pada
perusahaan sampel sebesar 16,21, ini
tergolong cukup berfluktuatif.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Sampel
Variabel
CR
DER
ROE
ROI
EPS
PER
DPS
PBV
Frekuensi
TVA
Mean
3,24
1,13
23,00
13,07
1046,70
12,08
609,26
2,67
13.027,60
0,20
Std. Deviation
4,24
1,01
16,21
10,37
1440,51
11,58
1160,18
3,75
25.690,73
0,35
N
84
84
84
84
84
84
84
84
84
84
Sumber: Data diolah
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel
kinerja perusahaan diukur dengan 8
(delapan) rasio diantaranya Current
Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER),
Return On Equity (ROE), Return On
Investment (ROI), Earning Per Share
(EPS) dan Price Equity Ratio (PER),
Dividen per share (DPS) dan Price Book
Value (PBV).
Current Rasio (CR) menghasilkan ratarata nilai 3,24 kali. Ini memperlihatkan
bahwa
rata-rata
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban jangka pendek perusahaan
sangat baik, dengan nilai diatas 1 (satu).
Standar deviasi CR dari perusahaan
sampel memiliki nilai 4,24. Ini berarti
variasi nilai CR diantara perusahaan
sampel cukup besar.
Debt Equity Ratio (DER) menghasilkan
rata-rata nilai 1,13 kali atau 113%. Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan sampel, sumber dana
perusahaan dari hutang cukup besar
dibanding dengan modal sendirinya
yaitu sebesar 113%. Standar deviasi
DER dari perusahaan sampel memiliki
nilai 1,01. Ini berarti variasi nilai DER
pada perusahaan sampel sebesar 1,01.
Return On Equity (ROE) menghasilkan
rata-rata
nilai
23,00%.
Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan sampel memiliki tingkat
Return
On
Investment
(ROI)
menghasilkan rata-rata nilai 13,07%. Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan sampel memiliki tingkat
pengembalian terhadap dana yang
diinvestasikan
dalam
perusahaan
sebesar 13,07%. Standar deviasi ROI
dari perusahaan sampel memiliki nilai
10,37. Ini berarti variasi nilai ROI pada
perusahaan sampel sebesar 10,37, ini
tergolong sangat berfluktuatif.
Earning per Share (EPS) menghasilkan
rata-rata nilai Rp 1.046,70. Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan
sampel
memiliki
kemampuan dalam menghasilkan laba
per saham sebesar Rp 1.046,70.
Standar deviasi EPS dari perusahaan
sampel memiliki nilai 1.440,51. Ini
berarti
variasi
nilai
EPS
pada
perusahaan sampel sebesar 1.440,51,
ini tergolong sangat berfluktuatif.
Price Equity Rasio (PER) menghasilkan
rata-rata
nilai
12,08
kali.
Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan sampel memiliki potensi
pertumbuhan (dalam hal ini harga
saham) sebesar 12,08 kali. Standar
deviasi PER dari perusahaan sampel
memiliki nilai 11,58. Ini berarti variasi
nilai PER pada perusahaan sampel
sebesar 11,58, ini tergolong sangat
berfluktuatif.
Dividen per Share (DPS) menghasilkan
rata-rata
nilai
Rp
609,26.
Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan
sampel
memiliki
kemampuan dalam membayar dividen
per saham sebesar Rp 609,26. Standar
deviasi DPS dari perusahaan sampel
memiliki nilai 1.160,18. Ini berarti variasi
nilai DPS pada perusahaan sampel
sebesar 1.160,18, ini tergolong sangat
berfluktuatif.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
13
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Price Book Value (PBV) menghasilkan
rata-rata
nilai
2,67
kali.
Ini
memperlihatkan bahwa rata-rata pada
perusahaan sampel dinilai investor
sebesar 2,67 kali dari nilai buku
perusahaan. Ini berarti investor menilai
baik
kinerja
perusahaan,
karena
memiliki nilai diatas 1 (satu). Standar
deviasi PBV dari perusahaan sampel
memiliki nilai 3,75. Ini berarti variasi nilai
DPS pada perusahaan sampel sebesar
3,75, ini tergolong cukup berfluktuatif.
Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini diukur dengan dua proksi
yaitu frekuensi perdagangan saham
trading
turnover.
Frekuensi
perdagangan saham pada perusahaan
sampel selama 1 (satu) tahun rata-rata
13.027,60 kali. Dan standar deviasi
frekuensi antar perusahaan sampel
sebesar 25.690,73, ini tergolong sangat
berfluktuatif.
Sedangkan
rata-rata
trading turnover pada perusahaan
sampel sebanyak 0,20 kali per
tahunnya, dengan standar deviasi
sebesar 0,35. Ini juga memperlihatkan
fluktuasi volume perdagangan yang
sangat besar.
Uji Multikolinearitas
Pengujian
terhadap
gejala
multikolinearitas
dilakukan
untuk
mengetahui apakah ada hubungan
linear yang sempurna dalam regresi.
Apabila variabel independen tersebut
berkolerasi
kuat,
berarti
ada
multikolinearitas dalam model regresi
yang
digunakan.
Hal
ini
akan
menyebabkan ketidakpastian estimasi
yang dilakukan, dan akhirnya hasil
penelitian menjadi tidak akurat.
Untuk mengetahui apakah diantara
variabel independen yang digunakan
mempunyai kolinearitas yang tinggi atau
tidak dapat diuji dengan melihat
koefisien korelasi, toleransi (TOL) dan
Varian Inflation Factor (VIF). Batas dari
tollerance value adalah dibawah 0,10
dan batas VIF adalah 10. Jika tollerance
value dibawah 0,10 dan nilai VIF di atas
10 maka terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan data yang telah diolah,
terdapat nilai TOL yang kurang 0,1 dan
14
nilai VIF diatas 10 pada variabel ROE
dan ROI untuk kedua pengukuran
likuiditas
(menggunakan
Frekuensi
perdagangan dan trading turnover).
Sehingga
teridentifikasi
terjadi
multikolinearitas. Salah satu cara yang
dilakukan
untuk
menghilangkan
terjadinya multikolinearitas pada data
yang bersifat rasio adalah dengan
mengganti nilai yang out layer dengan
nilai rata-rata untuk masing-masing
rasio ROE dan ROI.
Kemudian dilakukan pengujian kembali,
dan dihasilkan nilai TOL dan VIF untuk
semua variabel yang digunakan telah
bebas dari multikolinearitas, sehingga
data dianalisis lebih lanjut. Adapun nilai
koefisien korelasi antar sesama variabel
independen, seperti terlihat dalam tabel
4.
Tabel 4. Koefisien Korelasi
Model
1 (Constant)
CR
DER
ROE
ROI
EPS
PER
DPS
PBV
Correlations
Zeroorder Partial Part
-0,069
0,379
-0,028
-0,166
-0,424
0,066
-0,427
0,170
0,180
0,246
0,010
-0,080
-0,005
-0,114
-0,166
0,249
0,150
0,208
0,008
-0,066
-0,004
-0,094
-0,137
0,211
Collinearity
Statistics
Tol
VIF
0,671
0,484
0,202
0,166
0,127
0,607
0,178
0,275
1,490
2,064
4,956
6,013
7,864
1,648
5,626
3,635
a. Dependent Variable: frekuensi dan tva
Sumber: Data diolah
Dari hasil pengolahan di tabel 4, nilai
TOL untuk semua variabel mendekati 1
(satu) dan batas VIF kurang dari 10.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel
independen.
Uji Autokorelasi
Model autokorelasi ini berguna untuk
menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t
dengan
kesalahan
pada
periode
sebelumnya. Model yang baik harus
bebas
dari
autokorelasi.
Adanya
autokorelasi dapat di uji dengan uji D-W
(Durbin–Watson). Secara umum dapat
diambil patokan bahwa angka D-W di
bawah -2 berarti terjadi autokorelasi
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
positif, angka D-W diantara -2 sampai
+2 berarti tidak ada autokoreasi, dan
angka D-W diatas +2 berarti terjadi
autokorelasi negatif.
Tabel 5. Uji Durbin – Watson untuk
Variabel Dependen Frekuensi
Std. Error of
Mod
R
Adjusted R
the
Durbinel
R
Square
Square
Estimate Watson
a
1
0,437
0,191
0,105
2,64298
1,958
a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi,
eps
b. Dependent Variable: frekuensi
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
bahwa nilai D-W sebesar 1,958 dengan
dependen
variabel
frekuensi
perdagangan. Ini menunjukkan bahwa
nilai D-W barada diantara -2 sampai +2,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
model frekuensi perdagangan, tidak
terjadi autokorelasi. Artinya di dalam
variabel yang diuji yaitu variabel
dependen (likuiditas saham yang diukur
dengan frekuensi perdagangan saham)
dan variabel independen (CR, DER,
ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV)
tidak terdapat korelasi antar anggota
sampel pada periode tertentu dengan
periode sebelumnya.
Tabel 6. Uji Durbin – Watson untuk
Variabel Dependen Trading Turnover
Mo
R
Adjusted Std. Error of Durbindel R
Square R Square the Estimate Watson
1 0,512a 0,262
0,183
0,31332
2,004
a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps, cr, roe, roi,
eps
b. Dependent Variable: volume
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa nilai D-W sebesar 2,004 dengan
dependen variabel trading turnover. Iini
menunjukkan bahwa nilai D-W barada
diantara -2 sampai +2, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model trading
turnover, tidak terjadi autokorelasi.
Artinya di dalam variabel yang diuji yaitu
variabel dependen (likuiditas saham
yang diukur dengan trading turnover)
dan variabel independen (CR, DER,
ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV)
tidak terdapat korelasi antar anggota
sampel pada periode tertentu dengan
periode sebelumnya.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari
residual atas suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, maka dapat dilihat
dari grafik 1.
Grafik 1. Grafik Heteroskedastisitas
untuk Variabel Dependen Frekuensi
Sumber : Data diolah
Heteroskedastisitas terjadi bila titik yang
ada di grafik membentuk pola tertentu.
Heteroskedastisitas tidak terjadi bila titik
yang ada dalam grafik berbentuk acak.
Dari grafik 1, dapat dilihat bahwa model
dengan proksi frekuensi perdagangan,
tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena
terlihat titik-titik menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang
jelas. Artinya antar variabel yang diteliti
yaitu variabel dependen (likuiditas
saham
dengan
proksi
frekunesi
perdagangan saham) dan variabel
independen (CR, DER, ROE, ROI, EPS,
PER, DPS dan PBV) varianya tidak
berbeda dari satu observasi ke
observasi yang lainnya.
Grafik 2. Grafik Heteroskedastisitas
Untuk Variabel Dependen Trading
Turnover
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
15
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
terhadap frekuensi perdagangan saham
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Regresi Kinerja
Perusahaan terhadap Frekuensi
Perdagangan
Sumber : Data diolah
Dari grafik 2 dapat dilihat bahwa model
dengan proksi trading turnover juga
tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena
terlihat titik-titik menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang
jelas. Artinya antar vaiabel yang diteliti
yaitu variabel dependen (likuiditas
saham dengan proksi trading turnover)
dan variabel independen (CR, DER,
ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV)
varianya tidak berbeda dari satu
observasi ke observasi yang lainnya.
Analisa
Pengaruh
Perusahaan
terhadap
Saham dengan Proksi
Perdagangan
Kinerja
Likuiditas
Frekuensi
Pengolahan data dilakukan dengan
program SPSS for windows19 yaitu
dengan menggunakan analisis linear
berganda. Untuk memperoleh hasil
yang baik, proses regresi dilakukan
dengan pooling data, artinya variabel
yang diregresikan adalah seluruh data
rasio kinerja keuangan perusahaan dan
data frekuensi perdagangan saham
selama periode penelitian.
Pengujian untuk melihat pengaruh
kinerja perusahaan terhadap frekuensi
perdagangan secara parsial, dilakukan
dengan menggunakan uji-t. Uji t adalah
alat bantu yang digunakan untuk melihat
apakah
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
rasio
kinerja
perusahaan
dengan
frekuensi
perdagangan saham. Secara ringkas
hasil
regresi
kinerja
perusahaan
16
Model
1 (Con
s)
Cr
Der
Roe
Roi
Eps
Per
Dps
Pbv
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
5,930 1,875
0,153
0,639
0,000
-0,045
0,458
-0,032
-0,570
0,344
0,084
0,414
0,042
0,072
0,483
0,032
0,343
0,148
Std
Coef
Beta
0,232
0,230
-0,002
-0,161
0,276
-0,134
-0,409
0,462
t
3,163
Sig.
0,002
1,826
1,543
-0,010
-0,631
0,949
-1,004
-1,660
2,333
0,072
0,127
0,992
0,530
0,346
0,318
0,101
0,022
a. Dependent Variable: frekuensi
Sumber : Data diolah
Dari hasil pengolahan data tersebut
dapat diperoleh suatu persamaan
regresi sebagai berikut:
Y1 = 5,930 + 0,153X1 + 0,639X2 + 0X3
– 0,045X4 + 0,458X5 – 0,032X6 0,570X7 + 0,344X8
Untuk melihat rasio kinerja perusahaan
yang berpengaruh terhadap frekuensi
perdagangan
perusahaan
dapat
diperhatikan dari tingkat signifikansi
yang diperoleh dari pengolahan data.
Dengan
menggunakan
taraf
kepercayaan 95% atau α = 5%,
disimpulkan jika nilai signifikansi kecil
dari 0,05, maka rasio tersebut dikatakan
berpengaruh
signifikan
terhadap
frekuensi perdagangan. Berikut akan
dijelaskan
untuk
rasio
kinerja
perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini.
Untuk rasio CR merupakan rasio
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar kewajiban jangka pendek
perusahaan, memiliki nilai koefisien
sebesar positif 0,0153 dan nilai
signifikansi
0,072.
Ini
berarti
peningkatan CR akan meningkatkan
frekuensi perdagangan saham, namun
peningkatan
ini
tidak
signifikan
(signifikansi > 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa investor tidak
memperhatikan peningkatan nilai CR
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
untuk melakukan transaksi di pasar
modal.
Rasio
DER
merupakan
rasio
perbandingan pengguanaan hutang
dibandingkan modal sendiri yang
digunakan perusahaan. Rasio DER
memiliki nilai koefisien 0,639 dengan
nilai
signifikansi
0,127.
Ini
mengindikasikan bahwa peningkatan
DER akan meningkatkan frekuensi
perdagangan
saham
perusahaan,
namun rasio ini juga secara statistik
tidak signifikan (signifikansi > 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
rasio DER tidak diperhatikan oleh
investor dalam melakukan transaksi
perdagangan di passar modal.
Rasio
ROE
merupakan
tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan
dalam penggunaan modal sendirinya.
Berdasarkan hasil pengeolahan data
pada tabel 7, nilai memiliki nilai
koefisien 0 dengan tingkat signifikansi
0,992. Ini berarti bahwa investor tidak
mempertimbangkan rasio ROE sama
sekali terhadap keputusan untuk
melakukan
transaksi
perdagangan
saham, dan didukung juga oleh secara
statistik tidak berpengaruh signifikan.
Rasio ROI merupakan rasio yang
menunjukkan tingkat keuntungan yang
diperoleh
perusahaan
dalam
penggunaan aktiva investasi yang
dimiliki. Dalam penelitian ini rasio ROE
memiliki nilai koefisien -0,045 dengan
signifikansi 0,530. Ini berarti bahwa
peningkatan ROI akan menurunkan
minat
investor
untuk
melakukan
transaksi dalam perdagangan saham,
namun hal ini tidak berpengaruh
signifikan. Terlihat dari nilai signifikansi
yang besar dari 0,05.
Rasio
EPS
merupakan
rasio
keuntungan perusahaan yang terlihat
dari setiap lembar saham yag dimilki
perusahaan. Berdasarkan tabel 7
terlihat, nilai koefisien EPS sebesar
0,458 dengan nilai signifikansi 0,346. Ini
memperlihatkan bahwa peningkatan
EPS akan meningkatkan transaksi
perdagangan saham. Artinya investor
mempertimbangkan EPS perusahaan
dalam melakukan transaksi di pasar
modal.
Namun
rasio
ini
tidak
dipertimbangkan secara utama, karena
secara statistik tidak teruji signifikan.
Rasio PER merupakan suatu tingkat
menunjukkan potensi pertumbuhan
harga saham perusahaan. Berdasrkan
hasil pengolahan data dalam penelitian
ini, rasio PER memiliki nilai koefisien 0,032 dengan niali signifikansi 0,318. Ini
berarti bahwa peningkatan nilai rasio
PER
memberikan
sinyal
negatif
terhadap
frekuensi
perdagangan
saham. Artinya semakin tinggi nilai PER
perusahaan, maka investor akan
menahan untuk melakukan transaksi
dan
akan
menurunkan
frekuensi
perdagangan. Namun rasio ini secara
statistik tidak berpengaruh signifikan
(nilai signifikansi > 0,05).
Rasio DPS merupakan besarnya
dividen
yang
dibagikan
kepada
pemegang saham. Berdasarkan hasil
pada tabel 7 terlihat bahwa nilai
koefisien DPS sebesar -0,570 dengan
nilai
signifikansi
0,101.
Ini
mengindikasikan bahwa peningkatan
DPS akan menurunkan frekuensi
transaksi saham di pasar modal. Jika
investor memiliki tipe takut dengan
resiko (risk averter), hal ini mungkin saja
terjadi, karena investor lebih merasa
aman jika telah mendapatkan return
berupa dividen. Namun secara statistik
pengaruh rasio DPS terhadap frekuensi
perdagangan saham tidak berpengaruh
secara signifikan (nilai signifikansi >
0,05).
Rasio PBV merupakan rasio penilaian
investor
terhadap
nilai
buku
perusahaan. Dari hasil penelitian,
diperoleh koefisien PBV sebesar 0,344
dengan nilai signifikansi 0,022. Ini
berarti bahwa jika investor memandang
suatu perusahaan memiliki nilai yang
baik, maka investor akan melakukan
transaksi perdagangan saham. Selama
periode penelitian, rasio PBV memiliki
pengaruh
yang signifikan secara
statistik (nilai signifikansi < 0,05)
terhadap
frekuensi
perdagangan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
17
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
saham. Berarti likuiditas saham akan
meningkat, jika investor menilai bahwa
harga pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya.
Dari delapan rasio keuangan kinerja
perusahaan yang digunakan untuk
melihat likuiditas saham perusahaan
dengan proksi frekuensi perdagangan
saham, hanya rasio PBV yang memiliki
pengaruh yang signifikan. Selama
periode penelitian 2001 sampai 2007,
menghasilkan
rasio
PBV
yang
diperhatikan investor dalam melakukan
transaksi di pasar modal Indonesia.
Sementara rasio yang lain (CR, DER,
ROE, ROI, EPS, PER dan DPS) tidak
mempengaruhi
pada
frekuensi
perdagangan
saham
perusahaan
secara signifikan.
Untuk menguji variabel independen
(CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS
dan PBV) berpengaruh secara serentak
terhadap variabel dependen (frekuensi
perdagangan saham), dapat dilakukan
dengan uji F. Hasil pengolahan data
secara simultan disajikan dalam tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji F (Anova) Kinerja
Perusahaan terhadap Frekuensi
Perdagangan
Model
1
R
0,437a
R
Square
0,191
F
2,214
Sig.
0,036a
a. Predictors: (Constant), pbv, der, per,
dps, cr, roe, roi, eps
b. Dependent Variable: frekuensi
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa
angka koefisien korelasi berganda
adalah 0,437. Ini berarti besarnya
perubahan variabel independen secara
bersama-sama terhadap dependen
adalah 0,437. Korelasi ini tergolong
lemah, karena nilai R berada di bawah
0,5.
Besarnya koefisien determinasi (R
square) adalah 0,191 atau 19,1%. Hal
ini menunjukkan bahwa hanya 19,1%
perubahan variabel independen mampu
menjelaskan
perubahan
variabel
dependen
(frekuensi
perdagangan
saham). Sedangkan sisanya sebesar
18
80,9% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak masuk dalam model regresi.
Dari tabel 8 diperoleh nilai F-hitung
adalah 2,214 dengan tingkat signifikansi
0,036.
Dengan
asumsi
taraf
kepercayaan 95%, model dikatakan
signifikan, karena nilai signifikan kecil
dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengaruh variabel independen yang
terdiri dari rasio kinerja perusahaan
(CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS
dan PBV) terhadap variabel dependen
yaitu frekuensi perdagangan saham
adalah signifikan. Secara secara
serentak rasio kinerja perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini mampu
mempengaruhi frekuensi perdagangan
saham pada pasar modal Indonesia.
Analisa
Pengaruh
Kinerja
Perusahaan
terhadap
Likuiditas
Saham dengan Proksi Trading
Turnover (TVA)
Pengujian pengaruh kinerja perusahaan
terhadap likuiditas perusahaan dengan
proksi Trading Turnover (TVA) juga
menggunakan uji statistik yaitu uji-t.
Secara ringkas hasil regresi kinerja
perusahaan terhadap TVA dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Regresi Kinerja
Perusahaan Terhadap Trading
Turnover (TVA)
Unstandardized
Coefficients
Std.
Model
B
Error
1 (Constant)
0,026
0,222
CR
0,020
0,010
DER
0,149
0,049
ROE
0,006
0,005
ROI
-0,006
0,008
EPS
0,031
0,057
PER
-0,003
0,004
DPS
-0,051
0,041
PBV
-0,006
0,017
Std
Coef
Beta
0,249
0,432
0,259
-0,170
0,150
-0,108
-0,297
-0,063
t
Sig.
0,118 0,906
2,054 0,043
3,033 0,003
1,174 0,244
-0,699 0,487
0,541 0,590
-0,844 0,401
-1,262 0,211
-0,333 0,740
a. Dependent Variable: TVA
Sumber : Data diolah
Dari hasil pengolahan data tersebut
dapat diperoleh suatu persamaan
regresi sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Y2 = 0,026 + 0,020X1 + 0,149X2 +
0,006X3 – 0,006X4 + 0,031X5 –
0,003X6 - 0,051X7 - 0,006X8
Untuk melihat rasio kinerja perusahaan
yang berpengaruh terhadap trading
turnover perusahaan dapat diperhatikan
dari tingkat signifikansi yang diperoleh
dari
pengolahan
data.
Dengan
menggunakan α = 5%, disimpulkan jika
nilai signifikansi kecil dari 0,05, maka
rasio tersebut dikatakan berpengaruh
signifikan terhadap trading turnover.
Dan sebaliknya jika nilai signifikansi
besar dari 0,05, maka rasio tersebut
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap trading turnover. Berikut akan
dijelaskan untuk masing-masing rasio
kinerja perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini.
Berdasarkan tabel 9, rasio CR
merupakan
rasio
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban jangka pendek perusahaan,
memiliki nilai koefisien sebesar positif
0,020 dan nilai signifikansi 0,043. Ini
berarti
peningkatan
CR
akan
meningkatkan trading turnover dan teruji
secara signifikan (signifikansi < 0,05).
Jika CR perusahaan meningkat, maka
investor akan meningkatkan volume
perdagangan dalam bertransaksi di
pasar modal. Karena investor yakin,
perusahaan akan mampu membayar
kewajibannya.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa jika CR perusahaan
tinggi,
maka
perputaran
saham
perusahaan dalam perdagangan pasar
modal akan meningkat.
Rasio
DER
merupakan
rasio
perbandingan pengguanaan hutang
dibandingkan modal sendiri yang
digunakan perusahaan. Rasio DER
memiliki nilai koefisien 0,149 dengan
nilai
signifikansi
0,003.
Ini
mengindikasikan bahwa peningkatan
DER akan meningkatkan trading
turnover perusahaan dan secara
statistik
berpengaruh
signifikan
(signifikansi < 0,05). Hal ini didukung
oleh teori struktur modal
yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan
akan meningkat dengan bertambahnya
hutang perusahaan pada level tertentu.
Pada
periode
penelitian
yang
digunakan, investor yakin bahwa
perusahaan yang memiliki hutang yang
lebih besar akan memberikan nilai yang
lebih
baik,
sehingga
volume
perdagangan saham lebih besar dan
perputaran saham perusahaan semakin
besar pula. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
rasio
DER
berpengaruh
signifikan terhadap trading turnover
saham yang dimiliki perusahaan.
Rasio
ROE
merupakan
tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan
dalam penggunaan modal sendirinya.
Berdasarkan data pada tabel 9, nilai
ROE memiliki nilai koefisien 0,006
dengan tingkat signifikansi 0,244. Ini
berarti
bahwa
investor
mempertimbangkan rasio ROE dalam
menentukan
volume
perdagangan,
namun
secara
statistik
tidak
berpengaruh
terhadap
perputaran
perdagagangan saham (signifikansi >
0,05).
Rasio ROI merupakan rasio yang
menunjukkan tingkat keuntungan yang
diperoleh
perusahaan
dalam
penggunaan aktiva investasi yang
dimiliki. Dalam penelitian ini rasio ROE
memiliki nilai koefisien -0,006 dengan
signifikansi 0,487. Ini berarti bahwa
peningkatan ROI akan menurunkan
trading turnover saham perusahaan,
namun hal ini tidak berpengaruh
signifikan. Terlihat dari nilai signifikansi
yang besar dari 0,05.
Rasio
EPS
merupakan
rasio
keuntungan perusahaan yang terlihat
dari setiap lembar saham yang dimilki
perusahaan. Berdasarkan tabel 4.6, nilai
koefisien EPS sebesar 0,031 dengan
nilai
signifikansi
0,590.
Ini
memperlihatkan bahwa peningkatan
EPS akan meningkatkan jumlah volume
yang diperdagangkan di pasar modal.
Namun rasio ini selama periode
penelitian tidak teruji secara statistik
mampu mempengaruhi trading turnover
saham perusahaan (signifikansi > 0,05).
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
19
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Rasio PER merupakan suatu tingkat
menunjukkan potensi pertumbuhan
harga saham perusahaan. Berdasarkan
hasil pengolahan data dalam penelitian
ini, rasio PER memiliki nilai koefisien 0,003 dengan nilai signifikansi 0,401. Ini
berarti bahwa peningkatan nilai rasio
PER
memberikan
sinyal
negatif
terhadap trading turnover saham
perusahaan. Artinya semakin tinggi nilai
PER perusahaan, maka investor akan
memperkecil
volume
perdagangan
saham. Rasio ini secara statistik tidak
berpengaruh secara statistik (nilai
signifikansi > 0,05).
Rasio DPS merupakan besarnya
dividen
yang
dibagikan
kepada
pemegang saham. Berdasarkan hasil
pada tabel 9 terlihat bahwa nilai
koefisien DPS sebesar -0,051 dengan
nilai
signifikansi
0,211.
Ini
mengindikasikan bahwa peningkatan
DPS akan menurunkan trading turnover.
Namun secara statistik pengaruh rasio
DPS terhadap frekuensi perdagangan
saham tidak berpengaruh secara
signifikan (nilai signifikansi > 0,05).
Rasio PBV merupakan rasio penilaian
pasar terhadap nilai buku perusahaan.
Dari hasil penelitian, diperoleh koefisien
PBV sebesar -0,006 dengan nilai
signifikansi 0,740. Ini berarti bahwa
peningkatan
nilai
PBV
akan
menurunkan trading turnover. Namun
rasio ini tidak berpengaruh secara
statistik (nilai signifikansi > 0,05).
Dari delapan rasio keuangan kinerja
perusahaan yang digunakan untuk
melihat likuiditas saham perusahaan
dengan proksi trading turnover, rasio
yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap trading turnover adalah rasio
CR dan DER. Sementara rasio yang lain
(ROE, ROI, EPS, PER, DPS dan PBV)
tidak mempengaruhi trading turnover
saham perusahaan secara signifikan.
Untuk menguji variabel independen
(CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS
dan PBV) berpengaruh secara serentak
terhadap variabel dependen (Trading
Turnover), dapat dilakukan dengan uji F.
20
Hasil pengolahan data secara simultan
disajikan dalam tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji F (Anova) Kinerja
Perusahaan terhadap trading
turnover
Model
1
R
0,512a
R Square
0,262
F
3,332
Sig.
0,003a
a. Predictors: (Constant), pbv, der, per, dps,
cr, roe, roi, eps
b. Dependent Variable: TVA
Sumber : Data diolah
Dari tabel 10 diketahui bahwa angka
koefisien korelasi berganda adalah
0,512. Ini berarti besarnya perubahan
variabel independen secara bersamasama terhadap dependen adalah 0,512.
Korelasi ini tergolong kuat, karena nilai
R berada di atas 0,5.
Besarnya koefisien determinasi (R
square) adalah 0,262 atau 26,2%. Hal
ini menunjukkan bahwa hanya 26,2%
perubahan variabel independen mampu
menjelaskan
perubahan
variabel
dependen
(trading
turnover).
Sedangkan sisanya sebesar 73,8%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
masuk dalam model regresi.
Dari tabel 10 diperoleh nilai F-hitung
adalah 3,332 dengan tingkat signifikansi
0,003.
Dengan
asumsi
taraf
kepercayaan 95%, model dikatakan
signifikan, karena nilai signifikan kecil
dari 0,05. Ini berarti tolak Ho dan terima
Ha. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengaruh variabel independen yang
terdiri dari rasio kinerja perusahaan
(CR, DER, ROE, ROI, EPS, PER, DPS
dan PBV) secara serentak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
yaitu trading turnover pada pasar modal
Indonesia.
Dengan periode penelitian dari tahun
2001 sampai tahun 2007 (selama 7
tahun),
diperoleh
hasil
bahwa
penggunaan rasio kinerja perusahaan
dalam
penelitian
ini
mampu
mempengaruhi
likuiditas
saham
perusahaan secara serentak,
baik
dengan proksi frekuensi perdagangan
maupun proksi Trading Turnover.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Meskipun variasi yang menjelaskan
likuiditas masih tergolong kecil. Terlihat
dari nilai R square sebesar 19,1%
(untuk frekuensi perdagangan saham)
dan 26,2% (untuk trading turnover).
Rendahnya
nilai
R
square,
memperlihatkan bahwa variasi tingkat
likuiditas saham bersifat acak, tidak
dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya
mengendalikan
kinerja perusahaan
melalui rasio keuangan perusahaan. Hal
ini disebabkan oleh karena orientasi
investor sudah beralih dari dividen
oriented menjadi capital gain oriented.
Kemungkinan faktor lain tersebut adalah
faktor
fundamental
lainnya
serta
variabel makro ekonomi seperti tingkat
bunga, kurs, neraca pembayaran dan
kondisi ekonomi lainnya serta variabel
non ekonomi. Variabel-variabel diluar
kondisi perusahaan tersebut sangat
mungkin
mempengaruhi
kinerja
perusahaan sekaligus rasio keuangan
perusahaan yang tercermin dalam
frekuensi perdagangan.
Secara ringkas rasio kinerja perusahaan
yang
dinyatakan
signifikan
mempengaruhi likuiditas saham yang
diukur
dengan
proksi
frekuensi
perdagangan maupun proksi Trading
Turnover, terlihat dalam tabel 11.
Tabel 11. Rasio Kinerja yang
Signifikan terhadap Likuiditas Saham
Rasio
Signifikansi
Arah
pengaruh
CR
0,043
Positif
DER
0,003
Positif
PBV
0,022
Positif
Sumber : Data diolah
Pada pasar modal Indonesia (Bursa
Efek Indonesia), tingkat kelancaran
saham perusahaan diperdagangkan di
pengaruhi rasio kinerja perusahaan.
Berdasarkan tabel 11, terlihat ada 3
rasio
kinerja
perusahaan
yang
berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas
saham
perusahaan
perusahaan yang trdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Adapun
rasio
kinerja
perusahaan tersebut adalah rasio CR,
DER dan PBV.
Ketiga rasio ini berpengaruh secara
positif terhadap likuiditas saham. Jika
rasio ini meningkat maka investor akan
melakukan
transaksi
perdagangan
saham di pasar modal Indonesia. Bisa
dilakukan dengan memperbesar volume
saham yang diperdagangkan (akan
meningkatkan trading turnover) atau
memperbanyak
transaksi
yang
dilakukan (frekuensi).
Hasil ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dikemukakan oleh Vivian
W. Fang (2007) melakukan penelitian di
Amerika Serikat yang juga menemukan
adanya hubungan yang positif antara
likuiditas
saham
dan
kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan akan
tercermin dalam harga saham. Artinya
jika investor merespon harga saham
dengan
baik,
maka
hal
ini
mengindikasikan kinerja yang baik bagi
perusahaan.
Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan dua model
regresi
yaitu
model
regresi
menggunakan frekuensi perdagangan
saham dan model regresi yang
menggunakan TVA (trading turnover).
Kedua
model
secara
statistik
memberikan hasil yang signifikan.
Artinya rasio kinerja yang digunakan
dalam
penelitian
ini
mampu
menjelaskan model secara serentak.
Model pertama dengan frekuensi
perdagangan saham sebagai variabel
dependen, menghasilkan nilai koefisien
determinasi (R square) sebesar 19,1%.
Ini berarti rasio kinerja yang digunakan
dalam model ini mampu menjelaskan
frekuensi perdagangan saham hanya
sebesar 19,1%, sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model. Rasio keuangan yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
frekuensi perdagangan adalah rasio
PBV.
Model kedua dengan Trading Turnover
sebagai
variabel
dependen,
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
21
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
menghasilkan nilai koefisien determinasi
(R square) sebesar 26,2%. Ini
memberikan hasil bahwa rasio kinerja
yang digunakan dalam model ini mampu
menjelaskan frekuensi perdagangan
saham hanya sebesar 26,2,1%, sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model. Rasio
keuangan yang berpengaruh signifikan
terhadap Trading Turnover saham yang
dimiliki perusahaan adalah rasio CR dan
DER.
Rendahnya
nilai
R
square,
memperlihatkan bahwa variasi tingkat
likuiditas saham bersifat acak, tidak
dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya
mengendalikan
kinerja perusahaan
melalui rasio keuangan perusahaan. Hal
ini disebabkan oleh karena orientasi
investor sudah beralih dari dividen
oriented menjadi capital gain oriented.
Kemungkinan faktor lain mungkin
berasal dari variabel makro ekonomi
seperti tingkat bunga, kurs, neraca
pembayaran dan kondisi ekonomi
lainnya serta variabel non ekonomi..
1.1 Saran
1. Dari
hasil
penelitian,
yang
mempengaruhi likuiditas saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara
signifikan adalah rasio PBV, CR dan
DER. Jadi disarankankan pada para
manajer
perusahaan
untuk
memperhatikan rasio ini, agar
likuiditas saham tetap terjaga di
pasar modal.
2. Sebaliknya bagi investor investor
agar mempertimbangkan rasio ini
sebelum
membeli
saham
perusahaan sebagai faktor utama
dalam pengambilan keputusan di
samping juga rasio lainnya.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya juga
menambahkan faktor-faktor lainnya
yang
mempengaruhi
tingkat
likuiditas saham, selain aspek
keuangan yang termasuk dalam
faktor fumdamental perusahaan,
tapi juga melihat kepada aspek
teknikal serta pengaruh ekonomi
22
makro dan juga mempertimbangkan
efek industri.
Referensi
Banerjee, Suman, Vladimir A. Gatchev,
Paul A. Spindt. 2005, Stock
Market Liquidity and Firm
Dividen Policy. Los Angeles
Ekaputra, Irwan dan Oka Zuraini. 2006,
Stock Split, Fraksi Perdagangan
dan likuiditas Saham di Bursa
Efek
Jakarta,
Majalah
Usahawan no.12 TH XXXV
Desember 2006
Gitman, Lawrence and Joehnk, Michael.
1996, Fundamental of Investing,
Harper Collins
Helfert, A. Erich. 1999, Analisa Laporan
Keuangan
Edisi
ketujuh,
Erlangga, Jakarta
Horne, Van & Wachowicz. 1998,
Prinsip-Prinsip
Manajemen
Keuangan Buku II, Salemba
Empat, Jakarta
Husnan, Suad. 2001, Dasar-Dasar Teori
Portofolio
dan
Analisis
Sekuritas, Edisi ke-3, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta
Keown, Arthur J, et al. 1999, DasarDasar Manajemen Keuangan,
Terjemahan
Chairul
D,
Djakman, SE.Ak, MBA, Jilid 1,
Salemba Empat, Jakarta
Lukviarman, Niki. 2006, Dasar Dasar
Manajemen Keuangan, Andalas
University Press, Padang
Martono, dan Harjito, Agus. 2001,
Manajemen Keuangan Edisi
Pertama, Ekonisia, Yogyakarta
Munawir, S. 1998, Analisa Laporan
Keuangan, Liberty, Yogyakarta
Natarsyah, Syahib. 2000, Analisis
Pengaruh Beberapa Faktor
Fundamental
dan
Resiko
Sistematis Terhadap harga
saham pada industri Barang
Konsumsi yang go Public di
pasar Modal, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol 15, No 3, pp
294-312
Nugroho, Agung. 2004, Strategi Jitu
Memilih
Strategi
Statistik
Penelitian dengan SPSS, Andi,
Yogyakarta
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan yang Listing Di Bursa
Efek Indonesia
Purnomo, Yogo. 1998, Keterkaitan
Kinerja
Keuangan
dengan
Harga Saham, Usahawan No.12
TH XXVII Desember 1998
Sekaran,
Uma.
2006,
Research
Methods for Business Edisi 4,
Salemba Empat, Jakarta
Ross, Stephen, et al. 1991, Corporate
Finance, Toppan Co. Ltd, Tokyo
Japan
Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi
dan
Manajemen
Portofolio,
BPFE- Yogyakarta
Triton, 2005. SPSS 13.0. Terapan Riset
Statistik Parametrik. Penerbit
Andi. Yogyakarta
Vivian W, Fang, Thomas H. Noe, Sheri
Tice. 2007, Stock Market
Liquidity and Firm Performance:
Wall Street Rule or Wall Street
Rules?. Los Angeles
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 9-23
23
Download