1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan manusia, sebab Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa, hal ini dikandung maksud bahwa semakin berkualitasnya pendidikan maka bangsa semakin maju, akan tetapi jika pendidikan makin tidak berkualitas maka suatu bangsa akan semakin ketinggalan. Para insan pendidik di era globalisasi dewasa ini berusaha keras untuk mengoptimalkan kualitas pendidikan nasional, sebab kemajuan suatu bangsa akan dapat dicapai manakala mutu pendidikan lembaga pendidikan semakin ditingkatkan. Sekolah sebagai dapat memberikan kontribusi dalam perubahan. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan kenyataannya hal pemerintah. tersebut belum Namun pada terlihat secara optimal, terutama peranserta masyarakat. Pada saat ini masyarakat mempercayakan pendidikan sepenuhnya pada pemerintah. Masih rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat mengenai arti penting keterlibatan mereka dalam pendidikan anak, rendahnya tingkat 1 2 pendidikan orang tua, faktor budaya dan sikap orang yang tua cenderung mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah, hal ini akan menjadi kendala dalam upaya pelibatan orang tua dalam pendidikan anaknya disekolah. Masyarakat adalah komponen pendidikan nasional yang sangat berpengaruh dalam pengembangan pendidikan. Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu harus ada hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat dan keluarga. Hubungan harmonis akan terwujud apabila ada saling pengertian antara sekolah, orang tua dan masyarakat serta lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat. Setiap unsur mempunyai membentuk satu masyarakat. peran kesatuan Pihak masing-masing dalam sekolah, sehingga sebuah sistem masyarakat, dan pemerintah mempunyai peran masing-masing yang saling mendukung satu dengan yang lainnya. Masyarakat dituntut untuk berpartisipasi aktif agar dapat lebih memahami, membantu mengontrol proses pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Permasalahannya adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan yang ada. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah 3 satunya adalah dengan penerapan kurikulum nasional dan manajemen pendidikan. Perubahan manajemen dari sentralistik ke desentralistik ledbih terbuka, dinamis dan demokratis. Salah satu wujudnya adalah diterapkannya konsep dan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). Perkembangan dunia Pendidikan dewasa ini belum dapat memenuhi harapan. Sementara masyarakat menunggu pendidikan, kebijakan baru didunia khususnya dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia terdidik guna menjawab tantangan perkembangan di era “Masyarakat Ekonomi Asia” Salah satu permasalahannya adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pendidikan pada setiap jenjang dan satuan peendidikan yang ada. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satunya adalah dengan penerapan sebagaimana Manajemen Berbasis dilaksanakannya Sekolah pada SD (MBS) Negeri Pilangrejo 1 Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Perubahan manajemen dari sentralistik ke desentralistik menuntut proses pengambilan keputusan yang lebih terbuka, dinamis dan demokratis. Salah satu wujud dari satuan pendidikan, baik satuan pendidikan negeri maupun swasta pada pendidikan 3 4 dasar menengah sembilan tahun diterapkannya konsep dan kebijakan Manajemen berbasis sekolah ( MBS ) Dalam upaya peningkatan pemerintah telah menempuh dimana salah satunya mutu pendidikan, berbagai adalah kebijakan melalui Program Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam kerangka inilah MBS tampil manajemen sebagai alternatif pendidikan yang paradigma baru ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah dan pemerintah (Mulyasa, 2009: 11) Sebagaimana tersurat dalam sistem pendidikan nasional bahwa Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggara an dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Dalam hal ini masyarakat dapat berperan-serta dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui komite sekolah sebagai lembaga mandiri yang dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan 5 pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Menurut bahwa Wirawan semua (2011:17) program perlu mengungkapkan dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Demikian pula dengan komite sekolah yang belum pernah mengalami dievaluasi dalam kurun waktu tertentu, maka sekolah dalam menjalankan manajemen berbasis sekolah khususnya peranserta masyarakat yang dalam hal ini dilakukan oleh komite sekolah seharusnya dievaluasi kinerjanya guna mengetahui dan mengukur program kerjanya apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan sekolah dan masyarakat. Penelitian tentang Partisipasi komite sekolah dalam dunia pendidikan juga dilaksanakan diberbagai sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Tri Astuti Rahayu (2015) dalam penelitiannya yang dilakukan di SD Negeri 2 Purbosari Temanggung Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi Konteks Partisipasi masyarakat melalui komite sekolah sangat dibutuhkan SD Negeri 2 Purbosari Temanggung, Dari program partisipasi masyarakat melalui komite sekolah telah terbentuk kepengurusan 5 Komite Sekolah, 6 penyusunan program kerja komite sekolah, penyediaan sarpras dan dana untuk pelaksanaan program serta mekanisme kerja yang kesemuanya sudah memadahi untuk memenuhi kebutuhan sekolah, dari segi proses program partisipasi masyarakat melalui komite sekolah sangat baik, ketercapaian program masing-masing bidang menunjukkan bahwa rata-rata ketercapaiannya sebesar 88,12%,hambatannya karena komite sekolah mempunyai pekerjaan sehingga tidak bisa fokus di sekolah. Dari segi produk pelaksanaan program partisipasi masyarakat sesuai dengan program kerja yang telah disusun. Hasil tersebut diantaranya kebijakan dalam pembuatan program kerja, AD/ART, sumbangan dari wali murid, pembangunan mushola, kamar kecil, perpustakaan, rehab gedung, penentuan SKL. Hal ini hampir sama yang terjadi di SD Negeri Pilangrejo 1, yang memang belum memiliki kantor komite sekolah, pengurus komite juga belum bisa memenuhi harapan, karena alasan pekerjaan mereka yang beragam mengakibatkan setiap pertemuan atau rapat hanya bisa dihadiri oleh 30 sampai 50 persen, kecuali rapat pleno kadang bisa mencapai 80 persen. Temuan di atas berbeda dengan hasil penelitian Padmaratnawati di SMP Negeri 26 Semarang. yang menunjukkan bahwa walaupun dari segi konteks peran serta komite sekolah di SMP Negeri 26 Semarang sangat diperlukan, karena perannya sebagai 7 pendukung, pemberi masukan, dan pengawas semua kegiatan sekolah serta sebagai jembatan penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa serta sebaliknya juga fungsinya melaksanakan semua kegiatan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan SMP Negeri 26 Semarang. namun dari segi input Komite Sekolah di SMP Negeri 26 tidak memiliki program secara khusus tentang kegiatan Komite Sekolah, Komite Sekolah juga tidak memiliki gedung atau kantor tersendiri, sehingga untuk melaksanakan kegiatan masih meminjam ruangan kepala sekolah atau ruang kelas, selain itu Komite Sekolah juga tidak memiliki sarana prasarana yang lain tersendiri yang khusus digunakan pada kegiatan Komite Sekolah. Dari segi proses Komite melaksanakan fungsi sebagai lembaga pertimbangan, dengan cara selalu memberi saran dan masukan kepada sekolah tentang program sekolah yang sudah direncanakan. Sedang fungsi Komite sebagai lembaga pendukung dan sebagai lembaga pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan komite SMP Negeri dilaksanakan. 26 Semarang Komite Sekolah belum hanya sepenuhnya mengontrol keuangan atau dana yang dapat langsung dari orang tua siswa saja. Untuk fungsinya sebagai lembaga 7 8 penghubung, komite sudah melaksanakan dengan cara menggalang dana masyarakat. Dari kedua peneliti tersebut diatas tampak bahwa walaupun sama-sama menggunakan evaluasi program model CIPP, namun kedua penelitian di atas menghasilkan temuan yang berbeda. Penelitian model CIPP dirasa sangat tepat bagi penulis dalam penelitian ini, karena penelitian akan lebih lengkap cakupannya sesuai dengan sistem Manajemen berbasis sekolah, dimana dalam MBS mengenal adanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang sejalan dengan model CIPP yang berorientasi konteks program, input/masukan, proses dan produk. Adapun hasilnya akan menjadi rujukan bagi sekolah untuk melakukan evaluasi diri sekolah dan direkomendasi untuk melakukan program tindak-lanjut. Namun evaliasi yang dilakukan dengan model CIPP ini dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan program komite sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai mitra sekolah dalam memajukan sekolah. Sejak tahun 2008 di SD Negeri Pilangrejo 1 Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak sudah melaksanakan MBS, walaupun demikian pelaksana- an MBS dapat berjalan karena keberadaan komite sekolah selaku stakeholder selalu mendampingi, mengontrol 9 dan mendukung program sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan segala potensi yang ada senantiasa diimbangi dengan meningkatnya kepedulian Komite sekolah dalam mengambil keputusan bersama. Namun disisi lain program Komite sekolah yang bisa memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas di SD Pilangrejo1 selama kurun waktu tiga periode kepengurusan program komite sekolah belum pernah dievaluasi sejak tahun: 2004-2008; 2008-2011; dan 2011-2014, maka perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terutama tentang program yang dibuat komite sekolah, untuk itulah peneliti tertarik untuk mengevaluasi, sejauh mana program dan kinerja komite sebagai stakeholder yang benar-benar menjadi mitra kerja. Untuk mengetahui bagaimanakah program Komite sekolah di SD Negeri Pilangrejo 1 khususnya pada bidang peran serta masyarakat, maka dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkannya. mencari Apakah data yang programnya dapat masih diperlukan, dan program apa saja yang perlu dibenahi, agar komite sekolah benar-benar menjadi stakeholder yang mampu berperan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 9 10 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konteks Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1? 2. Bagaimana input Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1? 3. Bagaimana proses pelaksanaan Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1? 4. Bagaimana produk Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengevaluasi Konteks Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1 2. Mengevaluasi Input Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1 3. Mengevaluasi Proses pelaksanaan Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1 4. Mengevaluasi Produk Program Komite Sekolah Tahun 2014 di SD Negeri Pilangrejo1 Hasil evaluasi Contect, Input, Proccess, Product dan Output tersebut diatas akan digunakan sebagai 11 masukan bagi sekolah dan komite SD Negeri Pilangrejo 1 Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak dalam rangka memberikan rekomendasi terhadap kebijakan sekolah sebagai tindaklanjut yang belum terprogram maupun terlaksana. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teotitis maupun praktis bagi pemerhati pendidikan: 1. Manfaat Teoritis: Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori manajemen pendidikan dalam kaitannya dengan Manajemen Berbasis Sekolah khususnya tentang program partisipasi masyarakat melalui Komite Sekolah. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi Kepala Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk membuat suatu perencanaan pendidikan guna meningkatkan mutu pendidikan melalui peranserta komite sekolah dan juga sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan peran komite sekolah. 11 lebih 12 b. Bagi Komite Sekolah Hasil penelitian masukan bagi ini diharapkan komite sekolah menjadi dalam memberdayakan potensi yang dimiliki sekolah. c. Bagi Peneliti lain sebagai tambahan materi maupun referensi penelitian yang relevan. dalam pelaksanaan