Analisis Gender terhadap Pemberdayaan Perempuan dalam

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan induktif. Dalam pendekatan induktif, teorisasi bukanlah
merupakan hal yang mutlak dalam penelitian, namun pemahaman
terhadap teori tetap diperlukan untuk membantu proses penelitian di
lapangan (Bungin, 2007:25). Dalam pendekatan induktif, pemahaman
terhadap teori akan membantu dalam proses penelitian, karena peneliti
bebas untuk mengeksplorasi pengambilan data dan analisis data sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendekatan induktif merupakan
pendekatan yang sesuai digunakan dalam penelitian ini. Dengan
pendekatan induktif, peneliti lebih bebas melakukan observasi secara
partisipatif, sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang komprehensif
terutama berkaitan dengan pendekatan gender dalam pelaksanaan
Program Kelurahan Siaga di Kelurahan Kalibening. Selain itu,
pendekatan induktif memungkinkan peneliti untuk melakukan
eksplorasi dalam pengumpulan data dan analisis data dengan didasari
pada penguasaan teori gender dan pemberdayaan secara komprehensif.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Perbedaan tersebut terletak pada kesulitan pembuatan
format atau desain penelitian pada jenis penelitian kualitatif.
Perbedaan ini menurut Bungin (2007:68) disebabkan oleh beberapa hal
71
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
sebagai berikut. (1) desain penelitian kualitatif itu adalah peneliti
sendiri, sehingga penelitilah yang paham terhadap masalah penelitian
yang akan dilakukan; (2) masalah penelitian kualitatif yang amat
beragam dan kasuistik sehingga cenderung sulit untuk membuat
kesamaan desain penelitian yang bersifat umum, karena itu cenderung
desain penelitian kualitatif bersifat kasuistik; (3) ragam ilmu sosial yang
variannya bermacam-macam sehingga memiliki tujuan dan
kepentingan yang berbeda pula terhadap metode penelitian kualitatif.
Secara umum penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu
Kualitatif Deskriptif, Kualitatif Verifikatif, dan Grounded Research
(Bungin, 2007:68). Format penelitian Kualitatif Deskriptif dipilih
sebagai metode dalam penilitian ini, di mana format penelitian ini
banyak digunakan dalam penelitian dengan bentuk studi kasus.
Melalui model penelitian deskriptif kualitatif ini penelitian lebih fokus
atau memusatkan pada unit tertentu, sehingga dapat diperoleh hasil
kajian atau studi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, diperlukan
kedalaman data sebagai pertimbangan utama dalam model penelitian
ini.
Melalui model atau format penelitian deskriptif kualitatif,
dilakukan eksplorasi secara mendalam, sehingga tidak diperlukan
adanya uji hipotesis sebagaimana penelitian kuantitatif. Selanjutnya
melalui model kualitatif deskriptif ini pula diharapkan terjadi interaksi
antara komponen kunci dalam obyek penelitian. Berkaitan dengan hal
tersebut, mengingat tema penelitian ini berkaitan dengan kajian
mendalam terhadap pendekatan gender dalam pelaksanaan Kelurahan
Siaga, maka format atau model deskriptif kualitatif lebih tepat
digunakan dalam penelitian ini.
Unit Amatan dan Analisis Penelitian
Unit amatan dalam penelitian ini adalah Kelurahan Siaga
Kalibening, Pengurus dan Anggota Kelurahan Siaga Kalibening, dan
Pemerintah pada level kelurahan. Sedangkan unit analisis adalah
proses pemberdayaan perempuan dalam Kelurahan Siaga Kalibening.
72
Metodologi Penelitian
Jenis Data Dan Sumber Informasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
1.
Data Primer
Data primer adalah data empirik diperoleh secara
langsung dari responden dan atau informan kunci dengan
menggunakan daftar pertanyaan (angket) dan wawancara
langsung untuk mendapatkan data-data tentang faktor-faktor apa
yang mempengaruhi peran/partisipasi, akses, kontrol dan
manfaat perempuan dalam program Kelurahan Siaga di
Kelurahan Kalibening menjadi fokus penelitian. Peneliti
melakukan wawancara mendalam secara langsung terhadap
beberapa key person yang terkait dengan Kelurahan Siaga. Selain
itu, data primer juga diperoleh melalui diperoleh melalui
observasi partisipatif maupun focuse group disscussion (FGD)
atau diskusi kelompok terarah.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
penelusuran dan penelahaan studi-studi dokumen yang terdapat
di tempat penelitian dan yang ada hubungannya dengan
masalah-masalah yang diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan
antara lain meliputi, gambaran umum mengenai Kelurahan
Siaga, lokasi penelitian, keadaan geografi dan kependudukan,
program kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat di sektor kesehatan. Sedangkan data sekunder berupa
dokumen hasil kegiatan pelaksanaan Kelurahan Siaga Kalibening
maupun regulasi yang menjadi dasar pelaksanaan program
Kelurahan Siaga Kalibening.
Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan
karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang
berlaku bagi suatu populasi, apalagi dalam penelitian ini bentuk
kasusnya adalah studi kasus (Bungin, 2007:68). Oleh karena itu untuk
mendapatkan sejumlah informasi dan data primer yang berkaitan
73
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
dengan pokok permasalahan utama penelitian hanya dibutuhkan
“sejumlah” informan saja baik informan utama (informan kunci)
maupun informan penunjang.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong,
2005:90). Dalam penelitian ini penentuan informan baik informan
utama (informan kunci) maupun informan penunjang dilakukan secara
“purposive sampling”. Hal itu memungkinkan dilaksanakan karena
karakteristik dari responden yang cenderung homogen, sehingga
siapapun yang dipilih menjadi responden dapat menghasilkan data
yang relatif sama.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Kalibening Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga, di mana berdasarkan kriteria syarat kelurahan
siaga aktif, Kelurahan Kalibening telah memasuki tahapan ketiga
kelurahan siaga aktif sebagai Kelurahan Siaga Aktif Purnama, dari
empat tahapan kelurahan siaga aktif. Keempat tahapan tersebut adalah
Kelurahan Siaga Aktif Pratama, Kelurahan Siaga Aktif Madya,
Kelurahan Siaga Aktif Purnama, dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
Di bidang kesehatan, semangat masyarakat untuk berperan aktif
dalam pembangunan kesehatan sangat tinggi. Hal ini tampak dari
antusiasme penduduk Kelurahan Kalibening yang cukup aktif
mengikuti kegiatan posyandu dan mengikuti penyuluhan kesehatan
yang disampaikan melalui pertemuan PKK RW dan RT, bahkan dalam
kegiatan pengajian. Selain itu, masyarakat juga antusias untuk
membentuk lembaga lokal yang bergerak di bidang kesehatan, seperti
Kelurahan Siaga.
Pada prinsipnya, Kelurahan Siaga Kalibening merupakan wujud
partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang berbasis
pemberdayaan perempuan dan pemenuhan hak anak. Oleh karena itu,
14 dari 18 (78 persen) anggota pengurus Kelurahan Siaga Kalibening
adalah perempuan.
74
Metodologi Penelitian
Kelurahan Siaga Kalibening tidak pernah mati suri. Hal tersebut
tampak dari berbagai kegiatan sederhana yang secara rutin
dilaksanakan, seperti kerja bakti dan membantu warga yang mengalami
masalah kesehatan. Masyarakat berpandangan bahwa Kelurahan Siaga
Kalibening mampu menjadi pintu pertama dalam meningkatkan taraf
hidup mereka, khususnya di bidang kesehatan.
Keberadaan Kelurahan Siaga Kalibening juga didukung dengan
adanya Puskesmas Pembantu (Pustu) yang dibuka setiap hari Senin,
Kamis, dan Sabtu. Puskesmas Pembantu (Pustu) ini menginduk kepada
Puskesmas Sidorejo Kidul sehingga tenaga medis maupun paramedis
berasal dari Puskesmas Sidorejo Kidul. Selain Puskesmas Pembantu
(Pustu), masih ada fasilitas kesehatan lain di lingkungan Kelurahan
Kalibening, yaitu Praktek Dokter dan Praktek Dukun yang masih
dibutuhkan beberapa warga untuk membantu pemijatan bayi.
Sehubungan dengan peran/partisipasi, akses, manfaat dan kontrol
perempuan yang cukup besar dalam pelaksanaan Kelurahan Siaga di
Kelurahan Kalibening ternyata membuahkan hasil. Pada tahun 2012
ini, Kelurahan Siaga Kalibening mampu menjadi Juara I Lomba
Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Kota Salatiga. Fenomena menarik inilah
yang mendasari pemilihan Kelurahan Kalibening sebagai lokasi
penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut.
1.
Review Dokumen/Literatur
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi berkaitan dengan variabel dan indikator penelitian
melalui analisis isi (content analysis) bahan-bahan tertulis maupun
simbolik (written and symbolic material), misalnya surat kabar,
foto, lirik lagu, film, peraturan perundang-undangan, dan
sebagainya. Dalam khasanah penelitian ilmiah, review media, pada
75
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
khususnya, banyak digunakan baik dalam penelitian exploratory
maupun penelitian explanatory (Neuman, 2000: 34).
Review media dan dokumen dipilih sebagai salah satu
teknik pengumpulan data, karena baik media maupun dokumen
dianggap sebagai sumber informasi paling realistik untuk
mendapatkan data (dalam kurun waktu pengamatan selama satu
tahun) berkaitan dengan aspek pendekatan gender dalam
pelaksanaan program Kelurahan Siaga di Kelurahan Kalibening.
Pada penelitian ini, review dilakukan terhadap Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 564/Menkes/SK/
VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
Siaga dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Review terhadap kedua peraturan
perundang-undangan tersebut dilakukan untuk mengetahui
tujuan dan prinsip pembentukan Kelurahan Siaga.
Selanjutnya, review juga dilakukan terhadap data
monografi dinamis yang disediakan oleh aparat Kelurahan
Kalibening berdasarkan Sistem Informasi Kependudukan. Review
dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kelurahan
Kalibening.
Selain itu, review juga dilakukan terhadap laporan
bulanan kegiatan posyandu balita dan posyandu lansia untuk
mengetahui upaya kesehatan yang dilakukan oleh kader
kesehatan. Review terhadap laporan tersebut juga dilakukan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat.
2.
Observasi
Selain review media, pada penelitian ini juga digunakan
metode pengumpulan data melalui observasi. Metode observasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Menurut Selltiz et all (1964:200), suatu kegiatan
pengamatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan
76
Metodologi Penelitian
data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut. pertama,
pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan
secara serius; kedua, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan; ketiga, pengamatan dicatat
secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan
tidak dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian; dan
keempat, pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai
keabsahannya.
Metode observasi yang digunakan adalah metode
observasi patisipatif, di mana pengumpulan data melalui observasi
terhadap obyek pengamatan secara langsung maupun terlibat
dalam aktifitas narasumber. Terkait dengan tema penelitian maka
dalam observasi partisipatif dilakukan dengan pengamatan
langsung dan keterlibatan penelitian pada setiap kegiatan yang
dilaksanakan dalam program Kelurahan Siaga Kalibening.
Selama observasi dilakukan, peneliti mengikuti secara
langsung pertemuan kader Kelurahan Siaga yang dilaksanakan
pada bulan September 2013. Dalam pertemuan tersebut, peneliti
hanya mengamati dan mencatat tanpa turut memberikan saran
atau arahan kepada kader. Dengan demikian, hal-hal yang dibahas
dan diputuskan dalam pertemuan adalah murni merupakan hasil
pemikiran para kader. Selain itu, peneliti juga mengamati kegiatan
posyandu, posbindu, pemeriksaaan jentik, pemantauan ibu hamil
berisiko tinggi, maupun pemeriksaan garam beryodium. Peneliti
juga mengamati bagaimana kader berbagai pekerjaan rumah
tangga dengan pasangan mereka. Pengamatan dilakukan dengan
cara bertamu pada jam mereka sibuk melakukan pekerjaan rumah
tangga, yaitu pagi dan sore hari.
3.
Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab dengan bertatap muka antara pewawancara dengan
narasumber, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
77
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
wawancara, di mana pewawancara dan informan/narasumber
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan
demikian, kekhasan depth interview atau wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Wawancara mendalam (in-depth interview) dalam
kaidah penelitian ilmiah, juga termasuk kategori teknik
pengumpulan data kualitatif. Teknik wawancara mendalam
biasanya dilakukan antara lain untuk: (1) mengonstruksi kejadian,
perasaan, dan motivasi; (2) merekonstruksi kejadian yang dialami
pada masa lalu; (3) memproyeksi hal-hal yang diharapkan ke
depan; dan (4) memverifikasi data dan informasi yang telah
diperoleh dari sumber-sumber lain (Moleong, 2005:186).
Menurut Berry (1999:1-2) teknik in-depth interview
umumnya juga digunakan untuk mendapatkan informasi yang
lebih
mendalam–atau
melakukan
eksplorasi
atas
pandangan/perspektif narasumber, berkaitan dengan isu-isu yang
sedang diteliti. Karena tujuan yang sangat spesifik inilah,
wawancara
mendalam
memiliki
perbedaan
mendasar
dibandingkan dengan teknik wawancara terstruktur atau
wawancara reguler. Perbedaan tersebut antara lain: (1) format
pertanyaan berbentuk terbuka (open-ended); (2) model
wawancara lebih berbentuk percakapan (conversational); dan (3)
pewawancara (interviewers) harus memiliki kemampuan
menginterpretasi jawaban narasumber, untuk selanjutnya
melakukan klarifikasi dan pendalaman-pendalaman (seek
understanding and interpretation). Dalam formulasi yang lebih
konkret, Berry (1999:1-2) menegaskan, indepth interview involves
asking informants open-ended question, and probing wherever
necessary to obtain data deemed useful by the researcher.
Penggunaan metode in-depth interview tidak saja
membutuhkan keterampilan khusus bagi para pewawancara
(interviewers), tetapi menurut Guion (2006) juga harus memenuhi
sedikitnya 7 (tujuh) tahapan. Pertama, thematizing, yaitu
menetapkan tujuan dari melakukan wawancara mendalam, dan
78
Metodologi Penelitian
merumuskan isu-isu yang akan digali. Kedua, designing atau
merancang alat yang akan digunakan untuk menggali data dan
informasi (interview guide). Ketiga, interviewing, yakni,
melakukan wawancara dengan para narasumber. Keempat,
transcribing, menurunkan atau menarasikan hasil wawancara
dalam bentuk teks tertulis. Kelima, analysing, yakni menilai dan
mengartikulasi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
dalam kaitannya dengan tema dan masalah yang sedang diteliti.
Keenam, verifying, melakukan verifikasi atas validitas data dan
informasi yang telah diperoleh. Ketujuh, reporting, yakni
menyusun laporan hasil wawancara.
Pada penelitian ini, wawancara mendalam (in-depth
interview) dilakukan terhadap key person (Mikkelsen, 2011;118).
Key person dalam penelitian ini adalah pengurus Kelurahan Siaga
maupun pengurus lembaga lokal yang terlibat dalam Kelurahan
Siaga, dan perempuan yang terlibat dalam Kelurahan Siaga.
Informasi yang digali adalah yang berkaitan dengan
peran/partisipasi, akses, manfaat, dan kontrol perempuan dan lakilaki dalam Kelurahan Siaga, serta keterkaitan perempuan dalam
proses pemberdayaan masyarakat sebagai spirit dari Kelurahan
Siaga Aktif.
Untuk memperoleh hasil wawancara mendalam yang
optimal, peneliti melakukan obrolan santai dengan narasumber di
rumah yang bersangkutan. Obrolan tersebut direkam dengan
telepon seluler. Obrolan santai diperlukan agar narasumber lupa
bahwa dia sedang diwawancarai sehingga banyak hal yang
diceritakan kepada peneliti. Apabila narasumber sedang memiliki
kesibukan di rumah pada saat ditemui, peneliti juga tidak segan
untuk membantu narasumber sambil mengobrol. Hal seperti ini
penting untuk menciptakan suasana yang cair dan menghilangkan
jarak antara peneliti dengan narasumber.
Kegiatan wawancara mendalam memang tidak selalu
terjadi dengan lancar. Terlebih apabila narasumber memiliki
seorang bayi atau balita. Obrolan antara peneliti dengan
79
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
narasumber dapat terputus ketika narasumber harus menenangkan
anaknya yang menangis. Oleh karena itu, peneliti tidak segan
untuk membantu narasumber menenangkan anaknya sehingga
obrolan tetap terjadi dengan santai.
4.
Focus Group Disscussion (FGD)
Dari kata yang digunakan, Focus Group Discussion
(Diskusi Kelompok Terfokus), sangat jelas memperlihatkan adanya
3 (tiga) kata kunci: diskusi (bukan wawancara), kelompok (bukan
individu), dan terfokus (bukan bebas). Dengan demikian, secara
harfiah, metode Focus Group Discussion (FGD) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan data dan
informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998).
Menurut Mikkelsen (2011:118), Focus Group Discussion
bertujuan menyoroti suatu topik khusus, dengan anggota diskusi
antara 6-8 orang.
Pada bagian lain, Powell et all (1996) menulis, focus
group discussion is a group of individuals selected and assembled
by researchers to discuss and comment on, from personal
experience, the topic that is the subject of the research.
Sementara, Barnett (2008:1-2)) mengatakan, focus groups are
comprised of individuals assembled to discuss a particular subject,
and differ from. Definisi yang dibangun oleh Powell (1996) dan
Barnett (2008) ini secara implisit mengindikasikan, FGD hampir
serupa dengan teknik wawancara kelompok (Powell et all,
1996:499).
FGD memiliki perbedaan mendasar bila dibandingkan
dengan wawancara kelompok. Perbedaan yang dimaksud terletak
pada kedalaman data dan informasi yang dihasilkan dari interaksi
di antara para partisipan FGD. Lebih khusus, dalam wawancara
kelompok, proses penggalian informasi lebih ditekankan pada
pertanyaan dan dialog antara peneliti dan narasumber; sementara
pada FGD, proses penggalian informasi lebih didasarkan pada
80
Metodologi Penelitian
interaksi di antara para partisipan dengan merujuk pada isu yang
dikemukakan oleh peneliti atau fasilitator FGD (Gibbs, 1997:2).
Melalui FGD, peneliti/fasilitator dapat dengan leluasa
melakukan eksplorasi atas sistem nilai dan orientasi para partisipan
terhadap isu-isu yang sedang diteliti. Sementara, pada sisi lain, di
antara para partisipan sendiri juga dapat saling bertanya serta
saling mengevaluasi pemahaman mereka masing-masing atas isuisu yang sedang didiskusikan (Kitzinger, 1995).
Menurut Gibbs (1997:2) terdapat beberapa alasan FGD
digunakan sebagai salah satu metode dalam pengumpulan data,
dan dua di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, FGD
merupakan teknik yang lebih handal untuk mendapatkan
keragaman informasi tentang pandangan, penilaian, pengalaman,
dan reaksi para narasumber atas isu-isu penelitian melalui dialog
kelompok. Kedua, FGD memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan informasi yang cukup komprehensif dalam waktu
yang relatif singkat.
Dalam kaidah penelitian ilmiah, FGD termasuk dalam
kategori teknik pengumpulan data kualitatif. Sebagai salah satu
dari teknik pengumpulan data, FGD dapat berperan sebagai
metode utama, atau bila mengaplikasikan lebih dari satu teknik
pengumpulan data, FGD dapat berperan sebagai komplementer
terhadap metode-metode lainnya.
Pilihan atas peran ini, apakah sebagai metode utama
ataukah komplementer, sangat ditentukan oleh tujuan FGD itu
sendiri. Bila tujuan utamanya untuk melakukan investigasi dan
eksplorasi terhadap orientasi, pengalaman, dan sistem nilai dari
para partisipan berkaitan dengan isu-isu penelitian, dalam hal ini
FGD berfungsi sebagai metode utama. Namun, jika FGD bertujuan
untuk melakukan verifikasi atas informasi yang telah dikoleksi
melalui metode-metode pengumpulan data lainnya, peran FGD
hanya sebagai komplementer (Barnett, 2008:1-2).
81
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
Mengingat proses pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan lebih dari satu metode, maka peran FGD lebih
berfungsi sebagai komplementer terhadap metode pengumpulan
data melalui review media dan dokumen maupun wawancara
mendalam.
Secara umum, tujuan utama dari penggunaan FGD adalah
untuk menjaring data kualitatif berkaitan dengan aspek
pendekatan gender dalam implementasi Kelurahan Siaga
Kalibening.
Secara khusus, tujuan FGD dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah, pertama, untuk mendapatkan informasi
tentang pendapat dan penilaian partisipan terhadap pelaksanaan
program Kelurahan Siaga di Kelurahan Kalibening serta
keterlibatan dan peran perempuan dalam Kelurahan Siaga, serta
informasi yang berkaitan dengan data-data sekunder yang telah
berhasil dikumpulkan melalui review media dan dokumen.
Kedua, melakukan eksplorasi atas kasus-kasus yang
memiliki tingkat relevansi tinggi terhadap peran perempuan
dalam Kelurahan Siaga di Kelurahan Kalibening. Ketiga, menggali
informasi (data kualitatif) berkaitan dengan indikator-indikator
Kelurahan Siaga di Kelurahan Kalibening yang belum didapatkan
melalui review media dan review dokumen.
FGD dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok perempuan dan kelompok laki-laki. Kelompok
perempuan terdiri atas 8 orang kader. Kelompok laki-laki terdiri
atas 8 orang, yaitu 3 orang kader laki-laki, 3 orang suami kader
perempuan, dan 2 orang warga Kelurahan Kalibening yang bukan
kader dan bukan suami kader. FGD kedua kelompok tersebut
dilakukan pada hari yang berbeda. Selama FGD berlangsung,
peneliti lebih banyak mendengar dan mengamati pembicaraan di
antara peserta FGD dan sesekali menyampaikan pertanyaan.
82
Metodologi Penelitian
Analisis Data
Analisis kualitatif berakar pada pendekatan fenomenologis
yang sebenarnya lebih banyak memberikan kritisi pada pendekatan
positivisme yang dianggap terlalu kaku. Hal tersebut disebabkan
karena pendekatan fenomenologis lebih tepat digunakan untuk
menguraikan persoalan subyek manusia yang umumnya memiliki nilai
subyektifitas individual, memiliki emosi dan sebagainya. Dengan
demikian maka analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan
logika induktif, di mana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal
khusus atau data di lapangan (Bungin, 2007:144). Strategi analisis
kualitatif pada umumnya tidak digunakan sebagai alat pencari data
dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses
sosial yang berlangsung dan makna yang tampak di permukaan
tersebut. Dengan demikian maka analisis kualitatif digunakan untuk
memahami sebuah proses dan fakta, dan bukan sekadar untuk
menjelaskan fakta tersebut.
Selanjutnya analisis penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Mengingat Kelurahan Siaga adalah media
pemberdayaan masyarakat, maka sudah seharusnya di dalam
Kelurahan Siaga juga terjadi pemberdayaan perempuan karena
perempuan adalah bagian dari masyarakat. Hal ini berarti bahwa
seharusnya terjadi relasi antara perempuan dan laki-laki dalam
Kelurahan Siaga. Dari sudut pandang gender, analisis yang seharusnya
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang mampu membaca
relasi antara perempuan dan laki-laki, bukan analisis yang hanya
membaca apa yang diperoleh perempuan dan apa yang diperoleh lakilaki. Oleh karena itu, analisis deskriptif kualitatif dikombinasikan
dengan teknik analisis data yang digunakan dalam kajian ini sebagai
berikut.
1.
Analisis Harvard untuk melihat bagaimana pembagian peran
antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga maupun
dalam mengikuti kegiatan Kelurahan Siaga.
83
Analisis Gender Terhadap Pemberdayaan Perempuan Dalam Kelurahan Siaga
2.
84
Analisis Pemberdayaan Logwey dengan menggunakan lima
dimensi Analisis Pemberdayaan yaitu Kesejahteraan, Akses,
Kesadaran Kritis, Partisipasi, dan Kontrol. Dengan menggunakan
Analisis Pemberdayaan Longwe dapat dianalisis sejauh mana
pencapaian aspek pemberdayaan perempuan dalam mengikuti
kegiatan Kelurahan Siaga pada kelima dimensi dan apakah
hasilnya bersifat negatif, netral, atau positif. Artinya apakah
program tersebut telah memperhatikan isu gender dan sejauh
mana isu gender tersebut telah dilibatkan dalam perencanaan,
pelaksanaan kegiatan maupun evaluasi program.
Download