152 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Tujuan utama

advertisement
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Tujuan utama penelitian ini adalah menguji pengaruh rasa suka memediasi
hubungan antara perbedaan demografis pemimpin-bawahan langsung (a. jenis
kelamin, b. usia, c. pendidikan, dan d. etnis) dan kualitas HPBL. Selain itu, penelitian
ini menguji keterampilan politik memoderasi hubungan antara perbedaan demografis
pemimpin-bawahan langsung (a. jenis kelamin, b. usia, c. pendidikan, dan d. etnis)
dan rasa suka. Kemudian, penelitian ini menguji rasa suka memediasi efek interaksi
dari perbedaan demografis (a. jenis kelamin, b. usia, c. pendidikan, dan d. etnis)
pemimpin-bawahan langsung dan keterampilan politik pada kualitas HPBL. Terakhir,
penelitian ini menguji perbedaan pengaruh keterampilan politik sebagai variabel
pemoderasi hubungan antara perbedaan demografis dan rasa suka yang berdampak
pada kualitas HPBL pada organisasi dengan persepsi politik organisasional (PPO)
tinggi dan organisasi dengan persepsi politik organisasional (PPO) rendah.
Penelitian dilakukan pada empat organisasi dengan 364 responden
diad/pasangan pemimpin-bawahan. Setelah dilakukan berbagai tahapan penelitian
dan pengujian hipotesis, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut.
152
1. Pengujian hipotesis pertama hubungan antara perbedaan demografis (a. jenis
kelamin, b. usia, c. pendidikan, dan d. etnis) pemimpin-bawahan langsung dan
rasa suka hanya didukung pada variabel perbedaan demografis etnis. Untuk
variabel perbedaan demografis jenis kelamin, usia, dan pendidikan, hipotesis
pertama
tidak
didukung.
Hasil
penelitian
ini
mengonfirmasi
teori
dissimilarity-repulsion (Rosenbraum, 1986 pada Chen & Kenrick, 2002) yang
menjelaskan bahwa perbedaan demografis pemimpin-bawahan langsung
berakibat pada saling penolakan di antara kedua belah pihak sehingga
berhubungan negatif dengan rasa suka.
2. Pengujian hipotesis kedua, yaitu hubungan antara rasa suka dan kualitas
HPBL berhubungan positif didukung. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dockery dan Steiner (1990), Wayne dan Ferris (1990),
Engle dan Lord (1997), dan Wayne et al. (1997). Hasil tersebut
mengonfirmasi teori pertukaran sosial dan teori similarity-attraction.
3. Hipotesis ketiga, yaitu rasa suka sebagai variabel pemediasi hubungan antara
perbedaan demografis (a. jenis kelamin, b. usia, c. pendidikan, dan d. etnis)
pemimpin-bawahan langsung dan kualitas HPBL didukung sebagian.
Penggunaan variabel pemediasi harus memenuhi beberapa syarat (Baron &
Kenny, 1986). Hanya hubungan perbedaan demografis etnis pemimpinbawahan langsung dan kualitas HPBL yang dimediasi oleh rasa suka yang
memenuhi syarat.
153
4. Didukungnya hipotesis ketiga, khususnya pada perbedaan demografis etnis,
mengonfirmasi teori dissimilarity-repulsion, teori pertukaran sosial, dan teori
similarity-attraction. Hubungan antara perbedaan demografis etnis pemimpinbawahan langsung dan kualitas HPBL berdasarkan teori-teori tersebut
terkonfirmasi melalui pemediasi berupa rasa suka.
5. Hipotesis keempat, yaitu keterampilan politik memoderasi hubungan antara
perbedaan demografis etnis pemimpin-bawahan langsung dan rasa suka
didukung. Artinya, hubungan negatif perbedaan demografis etnis pemimpinbawahan langsung dan rasa suka dapat dikurangi dengan keterampilan politik
bawahan. Hasil tersebut mengonfirmasi teori pertukaran sosial, expectancy
theory, dan need-to-belong theory.
6. Hipotesis kelima, yaitu rasa suka memediasi efek interaksi dari perbedaan
demografis etnis pemimpin-bawahan langsung dan keterampilan politik pada
kualitas HPBL didukung sedangkan untuk perbedaan demografis jenis
kelamin, usia, dan pendidikan tidak didukung.
7. Didukungnya sebagian hipotesis kelima mengonfirmasi expectancy theory.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang bawahan langsung menggunakan
keterampilan politiknya ketika mereka percaya bahwa kualitas HPBL tinggi
merupakan hal yang penting bagi mereka. Selanjutnya, bawahan percaya
bahwa rasa suka mendorong meningkatnya kualitas HPBL sehingga ketika
bawahan langsung memiliki perbedaan etnis dengan pemimpinnya, untuk
meningkatkan rasa suka, bawahan menggunakan keterampilan politiknya.
154
8. Hipotesis keenam tidak dapat diuji karena hubungan antara perbedaan
demografis dan rasa suka yang dimoderasi oleh keterampilan politik tidak
didukung pada grup organisasi, baik organisasi dengan persepsi politik
organisasional tinggi maupun rendah.
9. Dari empat tujuan utama penelitian, hanya tiga tujuan utama penelitian yang
didukung, sedangkan untuk tujuan terakhir penelitian gagal didukung.
Kegagalan tersebut dapat menjadi perhatian untuk penelitian lanjutan.
5.2
Keterbatasan Studi dan Saran Studi Lanjutan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan
untuk bisa diperbaiki pada studi lanjutan atau pada studi yang sejenis lainnya.
Berbagai keterbatasan studi ini dan saran untuk studi lanjutan adalah sebagai berikut:
1.
Meskipun data cross-sectional lazim digunakan dalam penelitian sejenis, data
yang diambil dengan cross-sectional (satu waktu pengambilan data)
mengakibatkan hubungan yang terjadi pada saat penelitian memiliki
perbedaan hasil dengan hubungan yang terjadi pada waktu-waktu yang lain.
Disarankan untuk penelitian lanjutan tentang kualitas HPBL sebaiknya
dilakukan dengan studi longitudinal (antarwaktu).
2.
Munculnya common method bias dalam penelitian karena penggunaan metode
survei dengan cross-section. Penelitian ini sudah mencoba mengantisipasi
dengan meminta bantuan koordinator tiap-tiap organisasi dan dengan
komunikasi yang intens antara peneliti dengan setiap koordinator. Saran
155
penelitian lanjutan adalah untuk mengurangi terjadinya common method bias
diperlukan sebuah format kuesioner yang lebih baik. Pengisian kuesioner
harus dilakukan melalui pengawasan yang lebih ketat dan sistematis, misalnya
dengan pemberian jeda waktu pengisian kuesioner antar-item atau antarvariabel yang berbeda. Dengan hal tersebut diharapkan responden memahami
benar hal yang diukur.
3.
Data kualitas HPBL pada penelitian ini didasarkan pada satu perspektif saja,
yaitu perspektif bawahan langsung. Meskipun hal tersebut lazim dilakukan
dalam penelitian, berdasarkan definisi HPBL, hubungan yang terjadi adalah
antara pemimpin-bawahan langsung sehingga sebaiknya data diambil dari dua
perspektif, yaitu pemimpin dan bawahan langsung.
4.
Meskipun item kuesioner yang dipakai telah banyak digunakan oleh beberapa
penelitian terdahulu, dengan menggunakan uji validitas exploratory factor
analysis terdapat beberapa item yang saling mengelompok pada komponen
yang berbeda dan bukan pada komponen yang dimaksudkan sehingga tidak
lolos uji validitas. Penelitian ini telah mengantisipasinya dengan melakukan
tahap back translation kuesioner dengan baik sehingga kuesioner dapat
dipahami dengan baik oleh responden. Saran penelitian selanjutnya adalah
selain melakukan back translation kuesioner dengan baik, penyusunan format
kuesioner harus dilakukan dengan lebih baik.
5.
Kemungkinan munculnya common method variance (Podsakoff & Organ,
1986) yang sulit dihindari karena informasi didapatkan dari persepsi individu
156
responden yang menilai dirinya sendiri atau self report, khususnya pada
penilaian bawahan tentang keterampilan politiknya serta tentang kualitas
hubungannya dengan pemimpin. Ada indikasi social desirability bias dalam
penelitian. Hal tersebut telah diantisipasi dengan menggunakan saran
Podzakoff et al. (2003), yaitu menggunakan anonim respons. Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah selain memastikan anonim respons, data juga
bisa diambil dengan diad.
6.
Sampel penelitian mensyaratkan sebuah hubungan antara pemimpin-bawahan
langsung minimal telah berinteraksi selama 9 bulan. Pada satu sisi syarat
tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruh dari keterampilan politik,
namun pada sisi lain menyebabkan variabel perbedaan demografis pemimpinbawahan langsung (a. jenis kelamin, b. usia, dan c. pendidikan) tidak
terdukung berhubungan dengan kualitas HPBL yang dimediasi oleh rasa suka.
7.
Keterbatasan teknis di lapangan muncul dari birokrasi pada organisasi yang
dijadikan objek penelitian. Hal tersebut menghambat waktu pengumpulan
data. Selanjutnya, kendala pengumpulan data juga terjadi karena rentang
waktu survei bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri sehingga
menyulitkan penjadwalan dan pengumpulan data. Saran penelitian selanjutnya
adalah pemilihan waktu yang tepat dalam pengumpulan data memegang peran
penting agar data dapat terkumpul dengan baik.
8.
Hipotesis keenam tidak didukung. Pada tiap-tiap grup organisasi, baik dengan
PPO tinggi maupun rendah hipotesis hubungan perbedaan demografis dan
157
rasa suka yang dimoderasi oleh keterampilan politik tidak didukung. Saran
untuk penelitian ke depan adalah memperbesar jumlah sampel pada setiap
organisasi. Alternatif lainnya adalah dengan mengganti variabel bebas atau
mengganti variabel terikat dengan variabel yang telah banyak diuji dan
didukung
dalam
beberapa
penelitian
sebelumnya
sehingga
dampak
keterampilan politik sebagai variabel pemoderasi dapat didukung pada setiap
kelompok organisasi baik dengan PPO tinggi maupun rendah.
9.
Pada penelitian ini perbedaan demografis antara pemimpin-bawahan langsung
yang banyak didukung dengan variabel perbedaan demografis etnis. Hal ini
menarik dan merupakan indikasi bahwa isu perbedaan etnis lebih sensitif
dibandingkan dengan isu perbedaan demografis berupa jenis kelamin, usia,
dan pendidikan. Dengan demikian, saran penelitian lanjutan adalah perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sensitivitas isu perbedaan
demografis etnis dibandingkan dengan isu perbedaan demografis yang
lainnya.
10.
Masih kurangnya penelitian perbedaan demografis etnis yang dihubungkan
dengan berbagai variabel terikat dalam konteks organisasional menyebabkan
penelitian yang berhubungan dengan perbedaan demografis etnis tersebut
masih mungkin untuk dilakukan dan dikembangkan.
158
5.2.2
Kontribusi Penelitian
5.2.2.1 Kontribusi Teoritis
Tujuan penelitian ini ialah melihat pengaruh negatif dari perbedaan
demografis terhadap rasa suka, yang kemudian berdampak pada kualitas HPBL.
Dampak negatif tersebut bisa dikurangi dengan keterampilan politik yang dimiliki
individu bawahan.
Temuan penelitian ini adalah dukungan empiris terhadap keberadaan rasa
suka merupakan variabel pemediasi dari hubungan antara perbedaan demografis etnis
pemimpin-bawahan langsung dan kualitas HPBL. Selain itu, temuan penelitian ini
juga mendukung keberadaan keterampilan politik sebagai variabel pemoderasi
hubungan antara perbedaan demografis pemimpin-bawahan langsung dan rasa suka
yang berdampak terhadap kualitas HPBL.
Dengan didukungnya sebagian hipotesis pertama, hipotesis kedua, dan
sebagian hipotesis ketiga, teori dissimilarity-repulsion pada penelitian ini didukung
saat hipotesis perbedaan demografis etnis pemimpin-bawahan langsung berhubungan
negatif terhadap rasa suka signifikan. Teori similarity-attraction dan teori pertukaran
sosial didukung saat hipotesis rasa suka berhubungan secara signifikan terhadap
kualitas HPBL. Teori dissimilarity-repulsion, teori similarity-attraction, dan teori
pertukaran sosial secara bersama-sama didukung saat hipotesis variabel rasa suka
memediasi hubungan antara perbedaan demografis etnis pemimpin-bawahan
langsung dan kualitas HPBL.
159
Temuan penelitian ini memberikan pertimbangan untuk penelitian lanjutan
bahwa apabila selama ini kesamaan atau perbedaan demografis dihubungkan
langsung dengan kualitas HPBL berdasarkan social identity theory/ teori identitas
sosial dan self-categorization theory/ teori kategorisasi diri, dengan temuan ini
berdasarkan teori dissimilarity-repulsion, teori similarity-attraction, need-to-belong
theory dan teori pertukaran sosial, perbedaan demografis pemimpin-bawahan
langsung tidak dihubungkan secara langsung dengan kualitas HPBL. Hubungan
antara perbedaan demografis pemimpin-bawahan langsung dan kualitas HPBL
dimediasi oleh rasa suka.
Hasil temuan juga memberikan dukungan empiris bahwa keterampilan politik
individu bawahan dalam lingkungan kerja dapat menjadi variabel pemoderasi untuk
mengurangi dampak negatif hubungan antara perbedaan demografis pemimpinbawahan langsung dan rasa suka yang kemudian berdampak pada kualitas HPBL.
Didukungnya hipotesis tersebut berarti bahwa secara konseptual penelitian ini
memperkuat penelitian Brouer et al. (2009) dengan memberikan beberapa perbedaan,
yaitu berupa penggunaan variabel rasa suka sebagai pemediasi hubungan antara
perbedaan demografis dan kualitas. Selain itu, penelitian ini juga mendukung teori
pertukaran sosial, dissimilarity-repulsion, expectancy theory, dan need-to-belong
theory secara bersamaan memengaruhi penggunaan variabel keterampilan politik
sebagai pemoderasi hubungan antara perbedaan demografis etnis pemimpin-bawahan
langsung dan rasa suka.
160
Hal berikutnya ialah didukungnya sebagian hipotesis keempat dan sebagian
hipotesis kelima sehingga bawahan yang memiliki banyak kepentingan untuk
berhubungan dengan pemimpin kemudian berusaha meningkatkan kualitas hubungan
mereka dengan pemimpin. Bawahan berusaha memengaruhi pemimpin agar memiliki
kepentingan dan ketergantungan terhadap bawahan yang ditunjukkan dengan rasa
suka pemimpin terhadap bawahan langsungnya. Dengan menggunakan keterampilan
politiknya, seorang bawahan berusaha untuk memengaruhi rasa suka pemimpin
terhadap mereka. Berdasarkan hal tersebut, keterampilan politik dapat memoderasi
hubungan antara perbedaan demografis dan rasa suka. Keterampilan politik dapat
menurunkan dampak negatif dari perbedaan demografis pemimpin-bawahan langsung
dan rasa suka.
Expectancy theory (Vroom, 1964) bisa menjelaskan didukungnya hipotesis
keempat dan hipotesis kelima, khususnya pada perbedaan demografis etnis
pemimpin-bawahan langsung. Dalam expectancy theory, instrumentality merupakan
rasa percaya bahwa luaran pertama berupa rasa suka menghasilkan suatu
penghargaan dan menjadikan luaran kedua berupa kualitas HPBL yang tinggi.
Valence merupakan keyakinan mereka bahwa kualitas HPBL yang tinggi penting
bagi mereka (bawahan). Expectancy merupakan keyakinan dan motivasi mereka
menggunakan keterampilan politiknya untuk memengaruhi luaran pertama (rasa
suka). Jadi, secara teoretis, expectancy theory dapat digunakan sebagai teori motivasi
dalam meningkatkan kualitas HPBL, dengan melibatkan variabel pemoderasi berupa
keterampilan politik dan variabel pemediasian berupa rasa suka.
161
5.2.2.2 Kontribusi Praktis
Kontribusi praktis dari hasil penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan demografis etnis pemimpinbawahan langsung berhubungan negatif dengan rasa suka. Hal tersebut
menunjukan bahwa dalam organisasi terdapat rasa suka dan tidak suka yang
muncul karena perbedaan demografis etnis antara pemimpin-bawahan
langsung.
2. Keterampilan politik didukung sebagai variabel pemoderasi antara perbedaan
demografis etnis pemimpin-bawahan langsung dan rasa suka. Seorang
bawahan langsung dapat mengurangi dampak negatif dari perbedaan etnis
tersebut dengan mengembangkan keterampilan politiknya.
3. Cara
mengembangkan
keterampilan
politik
individu
adalah
dengan
mengembangkan kecerdasan sosial, meningkatkan kemampuan memberikan
pengaruh interpersonal, kemampuan membuat jejaring, dan menjalankan
seluruh aktifitasnya dengan ketulusan.
4. Selanjutnya, organisasi sebaiknya memberikan ruang bagi anggotanya untuk
mengembangkan keterampilan politik sejauh hal tersebut dilakukan untuk
tujuan positif yaitu meningkatkan kualitas hubungan antara pemimpinbawahan langsung.
5. Organisasi diharapkan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk
meningkatkan kecerdasan sosial anggotanya. Kecerdasan sosial ditandai
162
dengan kemampuan individu untuk memiliki sensitifitas terhadap orang lain
(Ferris et al., 2005).
6. Organisasi diharapkan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk
mengembangkan kemampuannya untuk memberikan pengaruh. Seseorang
yang memiliki kemampuan memberikan pengaruh adalah mereka yang
memiliki kapabilitas, memiliki kemampuan beradaptasi, serta seseorang yang
mampu
menyesuaikan
diri
dengan
situasi
yang
ada
dan
mampu
memanfaatkannya (Ferris et al., 2005).
7. Organisasi diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anggotanya
untuk bisa mengembangkan jejaring dan terus meningkatkannya.
8. Pandangan yang selama ini menganggap negatif terhadap keterampilan
politik, dengan hasil penelitian ini maka anggapan tersebut dapat berkurang.
Hal tersebut terjadi karena keterampilan politik yang digunakan dengan baik
bisa mengurangi dampak negatif dari perbedaan demografis etnis pemimpinbawahan langsung terhadap rasa suka yang berdampak pada kualitas HPBL.
9. Hasil temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa perbedaan demografis
etnis
memiliki
dampak
signifikan
berhubungan
dengan
rasa
suka
dibandingkan dengan perbedaan demografis lainnya, seperti jenis kelamin,
usia, dan pendidikan. Organisasi perlu memperhatikan dampak perbedaan
demografis etnis yang muncul di organisasi, khususnya pada dampak yang
muncul dari perbedaan demografis etnis antara pemimpin-bawahan langsung.
163
Download