1 PEMANFAATAN DAUN SIRIH (PIPPER BATTLE.L) DALAM MENGURANGI KADAR KEPUTIHAN GUNA MENCEGAH TERJADINYA KANGKER SERVIK KARYA TULIS ILMIAH oleh Risyda Zakiyah Hanim NIM 142310101134 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015 2 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Daun Sirih Dalam Mengurangi Kadar Keputihan Guna Mencegah Terjadinya Kanker Servik” dengan tepat waktu. Saat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ns.Lantin Sulistyorini,S.Kep.,M.Kes. selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, 2. Ns.Retno Purwandari,S.Kep.,M.Kep. Selaku PJMK mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah yang selalu memberikan ilmu dalam penulisan karya tulis ilmiah. 3. Teman - teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan Karya Tulis Ilmiah 4. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyeleseian Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini banyak kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna. Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Jember 27, April 20015 Penulis i 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. KATA PENGANTAR ……………………………………………… i DAFTAR ISI ………………………………………………………... ii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………... 1 1.3 Tujuan ……………………………………………………….. 2 1.4 Manfaat ……………………………………………………… 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Daun Sirih ........................................................ 3 2.1.1 Uraian Tanaman....................................................................... 3 2.1.2 Morfologi Tanaman................................................................... 4 2.1.3 Kandungan Kimia...................................................................... 4 2.1.4 Khasiat dan Kegunaan............................................................... 4 2.2 Konsep Dasar Keputihan ......................................................... 5 2.2.1 Patogenesis................................................................................ 5 2.3 Konsep Dasar Kanker Servik.....…………………………...... 7 BAB 3.PEMBAHASAN ...................................................................... 9 BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 14 4.2 Saran …………………………………………………………… 15 DAFTAR PUSATAKA ……………………………………………….... 16 ii 4 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena akibat dari keputihan yang berlanjut bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan. Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapat penanganan (Hidayati, 2010). Di dunia, setiap tahun terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker serviks, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang.Di Asia Pasifik ditemukan sekitar 266.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya dan 143.000 di antaranya meninggal dunia pada usia produktif. Sedangkan di Indonesia, terdapat 40-45 kasus baru kanker serviks setiap hari dan menyebabkan kira-kira 20-25 kematian perhari (Hidayati, 2010). Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun ( Febriana, 2012). Pengobatan untuk mencegah terjadinya kanker servik bermacam -macam yang salah satunya dapat digunakan, yakni tanaman sirih. Tanaman Sirih (Piper betle L) merupakan salah satu tanaman herbal yang sering dipelihara sebagai tanaman hias. Sirih merah memiliki kandungan kimia yang sangat vital peranannya dalam mengatasi berbagai penyakit, termasuk penyakit keputihan (Sudewo, 2005). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pemanfaatan daun sirih guna mengurangi terjadinya kangker servik 1 5 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian daun sirih pada penderita keputihan guna mencegah terjadinya kanker servik 1.4. Manfaat 1.1.1. Bagi Pemerintah Adapun manfaat penelitian ini bagi pemerintah adalah dapat menjadi dasar memprogramkan dan membuat keputusan tentang pemanfaatan daun sirih terhadap keputihan pada masyarakat terutama untuk para wanita 1.1.2. Bagi Peneliti Adapun manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pemanfaatan daun sirih pada penderita keputihan guna mencegah terjadinya kanker servik. 1.1.3. Bagi Masyarakat Adapun manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai informasi sehingga dapat mengimplementasikannya. 2 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Daun Sirih 2.1.1 Uraian Tanaman Sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan terna yang termasuk famili piperaceae. Sirih memiliki jenis yang beragam, seperti sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning dan sirih merah. Semua jenis tanaman sirih memiliki ciri yang hampir sama yaitu tanamannya merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai yang tumbuh berselang seling dari batangnya. Sirih merah selain digunakan sebagai tanaman hias oleh para hobis karena penampilannya yang menarik, namun dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Anonim, 2009). Tanaman Sirih (Piper betle L) merupakan salah satu tanaman herbal yang sering dipelihara sebagai tanaman hias. Sirih merah memiliki kandungan kimia yang sangat vital peranannya dalam mengatasi berbagai penyakit. Sirih merah merupakan tanaman yang diketahui tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, seperti di lingkungan Keraton Yogyakarta dan di lereng Merapi sebelah timur, serta di Papua dan Jawa Barat. Sirih merah bisa tumbuh dengan baik di tempat yang teduh dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari. Jika terkena sinar matahari langsung secara terus-menerus warna merah daunnya bisa menjadi pudar dan kurang menarik (Sudewo, 2005). Daun sirih merah yang memenuhi syarat untuk dipanen adalah daun yang sudah berumur lebih dari satu bulan. Pada umur ini ketebalan dan lebar daun sudah memenuhi syarat untuk dipanen. Jika umurnya kurang dari satu bulan, daun sirih merah masih tipis, cepat layu dan aromanya belum kuat. Kandungan zat kimianya pun belum maksimal, sehingga daya penyembuhnya tidak sebaik daun yang sudah berumur satu bulan atau lebih. Waktu yang tepat memetik atau memanen daun sebaiknya dilakukan pada pagi hari sampai dengan jam 11.00 (Sudewo, 2005). 3 74 2.1.2 Morfologi Tanaman Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh menjalar. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai berbentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit dan beraroma wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005). 2.1.3 Kandungan Kimia Senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun sirih merah yakni alkaloid flavonoid, saponin, tanin dan minyak atsiri. Menurut Ivorra, M.D di dalam buku ”A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” senyawa aktif flavonoid dan alkaloid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah, minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, fenil propada, tanin, cineole, kadimen estragol dan sebagainya (Anonim, 2007). 2.1.4 Khasiat dan Penggunaan Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun simplisia. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes millitus, hepatitis, batu ginjal, kolesterol, hipertensi, asam urat, keputihan, obat kumur, maag, radang mata, nyeri sendi dan memperhalus kulit. Sirih merah banyak digunakan pada klinik herbal center sebagai ramuan atau terapi bagi penderita yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia (Anonim, 2009). Sirih merah juga memiliki kandungan minyak atsiri yang merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas (Sastroamidjojo, 1988). Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya. Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri 85 yang memberi bau khas pada sirih. Persenyawaan fenol ini diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan minyak atsiri dari daun sirih juga dapat digunakan sebagai antijamur dan antioksidan(Anonim, 2005). 2.2 . Konsep Dasar Keputihan Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh bakteri.Terkadang, keputihan dapat menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak, dan berwarna hijau (Sunyoto, 2014). Keputihan disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan perilaku wanita dalam menjaga kebersihan organ genetalianya.Banyak wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina itu sebagai cairan biasa. Padahal menurut penelitian 75% dari seluruh wanita di dunia akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup. Bahkan 45% wanita mengalami dua kali atau lebih dan 92% keputihan disebabkan oleh jamur yang disebut Candida albican (Maria, 2009). Keputihan yang dialami dapat berupa keputihan fisiologis maupun patologis.Keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat, dan pada waktu hamil. Keputihan bukan penyakit, tetapi gejala dari berbagai penyakit sehingga memerlukan tindak lanjut (Yusef N, 2013). 2.2.1 Patogenesis Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantari komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses perlekatan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Enzim yang berperan adalah 6 9 aminopeptidase dan asam fosfatase. Proses penetrasi yang terjadi tergantung dari keadaan imun dari pejamu (Siti, 2010). Candida albicans umumnya berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh : 1. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi baru lahir, orang tua rentan, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan gizi rendah. 2. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus 3. Kehamilan 4. Permukaan kulit yang lembab karena terpapar oleh air, keringat, urin atau saliva. 5. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik. Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase (Depkes. 1898). Keberadaan daripada pseudohifa Candida albicans yang ditemukan merupakan indikator daripada infeksi Candida. Hifa atau pseudohifa lebih sering ditemukan pada pasien denture stomatitis daripada pasien yang menggunakan protesa tanpa denture stomatitis. Candida albicans yang dikultur pada media Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA) pada temperatur 37oC setelah 48 jam akan memperlihatkan koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, licin, berwarna krem, halus, berbentuk pasta, mempunyai bau jamur, dan kadangkadang sedikit berlipat-lipat pada koloni yang sudah tua (kozinn, 1962). 107 2.3.Konsep Dasar Kanker Servik Kanker merupakan terbentuknya suatu jaringan baru yang kemudian menginvasi dan menghancurkan jaringan sekitar yang masih sehat. Salah satu jenis kanker yang menyerang wanita adalah kanker servik (Davison, 2004). Kanker servik atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/servik yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Davison, 2004). stadium awal kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Sehingga tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas. Seiring dengan waktu kanker ini menunjukkan gejala-gejala,diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri di sekitar vagina, nyeri pada panggul. Kebanyakan dari perawat baru melakukan papsmear saat mereka mengalami keluhan pada daerah reproduksinya, sehingga kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini menyebabkan jumlah kasus keganasan dan angka kematian sebagai akibat terlambatnya pertolongan yang diberikan juga meningkat (Suyono, 2001). Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Sarwono, 2006). 6HPV adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit. Ada 30 hingga 40 jenis HPV yang menyebabkan penyakit kelamin. Beberapa jenis HPV menyebabkan kulit pada kelamin. Jenis lain menyebabkan kanker serviks. 13 jenis HPV (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 69) yang menyebabkan kanker disebut HPV resiko tinggi yang ditularkan melalui hubungan seks. Tipe yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 70% penyakit kanker serviks (Nurwijaya, 2002) 118 Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker serviks dapat berlangsung apabila terjadi infeksi yang menetap dari beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks). Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut juga sebagai Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN). Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut : a. Cervical Intraepithalial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru. b. Cervical Intraepithalial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squamuos Intraepithalial Lesions HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin menunjukkan gejala abnormal prakanker. c. Cervical Intraepithalial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin abnormal. d. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau menunjukkan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III, dan Carcinoma in situ (CIS). e. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN III (Wijaya, 2010). 12 BAB 3. PEMBAHASAN Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pohon di sekelilingnya dengan daunnya yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh bersilang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau jika diremas. Batangnya berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat dan berkerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air. Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas (Anonim, 2005). Sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan terna yang termasuk famili piperaceae. Sirih memiliki jenis yang beragam, seperti sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning dan sirih merah. Semua jenis tanaman sirih memiliki ciri yang hampir sama yaitu tanamannya merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai yang tumbuh berselang seling dari batangnya. Sirih selain digunakan sebagai tanaman hias oleh para hobis karena penampilannya yang menarik, namun dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Anonim, 2009). Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun simplisia. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit salah satunya adalah penyakit keputihan (Sudewo, 2005). Keputihan adalah istilah yang tidak asing lagi di telinga kaum wanita, bahkan hampir kebanyakan wanita di dunia ini mengalaminya. Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Fluor albus patologis sering disebabkan oleh infeksi (Puri, 2003). 9 13 10 salah satunya bakteri vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), vulvovaginal candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans, trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina (Haryadi, 2011). Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab serta memberikan terapi atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada wanita dengan diagnosa vulvitis, vaginitis, servisitis, endometritis, dan adneksitis. Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan dan abortus (Candran, 2002). Keputihan disebabkan oleh beberapa hal yaitu infeksi, benda asing, penyakit organ kandungan, kelelahan, gangguan hormon, pola hidup tidak sehat dan stres akibat kerja. Keputihan disebabkan oleh adanya perubahan flora normal yang berdampak terhadap derajat keasaman (pH) organ reproduksi wanita (Indarti, 2004). Keputihan fisiologis terjadi ketika pada masa ovulasi.Selain itu keputihan juga disebabkan oleh adanya infeksi vagina, infeksi dalam servik, adanya tampon atau benda asing dan adanya keganasan servik. Vaginitis yang disebabkan oleh infeksi jamur atau protozoa dapat menyebabkan perubahan keputihan, berbau, terasa gatal, iritasi vulvovaginal, disuria atau dispareunia tergantung pada jenis infeksi. Vaginosis bakteri terutama ditandai dengan keluarnya cairan yang berbau busuk, hal tersebut umum terjadi pada wanita dengan banyak pasangan seks dan disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari beberapa jenis bakteri anaerob yang fakultatif. Vulvovaginal candididasis ditandai dengan rasa gatal, dan keluarnya keputihan seperti keju. Keputihan yang disebabkan oleh trikomonas ditandai dengan keluarnya cairan yang berwarna kekuningan atau kehijauan yang 1411 berlebihan dan kadang-kadang berbusa) (Puri, 2003). Pengobatan pasien kandidiasis adalah dengan memberikan antijamur. Antijamur yang umum digunakan adalah flukonazol. Flukonazol bekerja dengan menghambat sintesis ergonsterol. Penghambatan sintesis ergosterol akan berujung pada kerusakan membran sel dan mengakibatkan kematian sel jamur ( Katzung, 1998). Pengobatan keputihan dapat dilakukan dengan pemberian daun sirih, karena didalam daun sirih mengandung sifat bakterisida dan fungisisda yang sangat bermanfaat jika digunakan untuk mengobati infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia, misalnya menghambat pertumbuhan candida albicans, beberapa penelitian menyatakan daun sirih (piper betle L) dalam bentuk perasan, infusun, minyak atsiri dan ekstrak etanol memiliki efek antifungi terhadap candida albicans (Gembong, 1989). Kandungan ekstrak daun sirih terdiri dari senyawa fenol dan derivatnya mempunyai daya antibakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel dan denaturasi protein. Adanya fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini mengakibatkan protein berubah sifat. Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah berubah sifat, namun aktivitas biologis nya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. Dengan terdenaturasinya protein sel maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup. Kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya anti bakteri lima kali lipat dari fenol biasa (Anonim, 1989 ). Terdapat pula senyawa pada daun sirih yang memiliki efek anti bakteri antara lain katekin, tannin, flavanoid dan saponin. Katekin bekerja dengan cara mendenaturasi protein dari bakteri. Protein yang mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. 1512 Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. Tannin merupakan polifenol yang larut dalam air. Mekanisme antibakteri tannin antara lain menghambat enzim ekstra seluler mikroba, mengambil alih substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba, atau bekerja langsung pada metabolisme dengan cara menghambat fosforilasi oksidasi. Flavonoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Mekanisme kerja saponin pada mikroorganisme adalah berikatan dengan kompleks polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel dari bakteri tersebut (Hindir, 2010). Flukonazol sebagai kontrol Minyak atsiri daun sirih hijau ( piper betle L) Inhibitor sintesis ergosterol Eugenol, kavikol yang memiliki antifungi Pertumbuhan candida albicans Variabel luar : Ketidakaturan membran sel candida albicans 1. Terkendali a. Suhu pemeraman b. Umur biakan candida albikan c. Tumbuhnya kuman lain Candida albikan dalam SDA mati Zona hambatan 16 13 Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel(Yudianto, 1992). Keputihan dapat menjadi awal dari terjadinya kanker serviks, karena bakteri pada keputihan jika tidak diobati akan semakin berkembang dan akan lama - kelamaan akan menjadi kanker (Puri, 2003). 17 BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab IV dapat disimpulkan secara umum,Sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan terna yang termasuk famili piperaceae.Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun simplisia. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit salah satunya adalah penyakit keputihan.Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh bakteri. Pengobatan keputihan dapat dilakukan dengan pemberian daun sirih, karena didalam daun sirih mengandung fenol yang bersifat bakterisida dan fungisisda yang sangat bermanfaat jika digunakan untuk mengobati infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia, misalnya menghambat pertumbuhan candida albicans. Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel. Keputihan dapat menjadi awal dari terjadinya kanker serviks, karena bakteri pada keputihan jika tidak diobati akan semakin berkembang dan lama kelamaan akan menjadi kanker. 14 15 18 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis merumuskan saran diantaranya : 1. Pemerintah Dengan hasil pembahasan ini diharapkan pemerintah menggalangkan program tentang pemanfaatan daun sirih sebagai upaya pencegahan penyakit kanker servik yang disebabkan oleh keputihan 2. Peneliti Diharapkan dapat mengembangkan jiwa kepenulisan dan menambah wawasan terhadap manfaat penggunaan daun sirih dalam mengurangi kadar keputihan guna mencegah terjadinya kanker servik 3. Masyarakat Diharapkan dapat menerapkan penggunaan daun sirih untuk mencegah kanker servik demi keselamatan diri masing - masing individu, terutama wanita remaja. 16 19 1DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Informatorium Obat Generik. Departemen Kesehatan Indonesia : Jakarta. Anonim. 2005. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Indonesia : Jakarta. Anonim. 2007. Kandungan Daun Sirih. Departemen Kesehatan Indonesia : Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 1989.Penangan Penyakit Mematikan Pada Daerah Kecil. http://www.depkes.go.id. Diakses 29 Maret 2015, 15:47 WIB Hidayati,S. 2010. Penyakit Wanita. Malang : Pustaka Jaya Davidson,M. 2004. Pengaruh Higiene Seorang Wanita Remaja Dalam Penanganan Kanker Serviks. Makasar : Universitas Hasanuddin. Sarwono. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Candida Albicans. Jambi: Unversitas Jambi Sudewo. 2005. Tanaman Obat Tradisional. Pasuruan: Jaya Bina Yudianto,S. 1992. Komponen Daun Sirih Penghambat Penyakit Mematikan. Bandung : Tarsito Yusef N, Jatmika. 2013. Tanaman-Tanaman Hias Ajaib untuk Kecantikan dan Kesehatan. Yogyakarta : Bukubiru