BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Pustaka
1. Akuntansi biaya
Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012)
bahwa akuntansi biaya dapat diartikan menjadi : “proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk
dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Obyek kegiatan
akuntansi biaya adalah biaya.
Menurut Matz dan Usry (2010:10) memberikan penjelasan mengenai
akuntansi biaya sebagai berikut : “Akuntansi biaya melengkapi manajemen
dengan seperangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian,
perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun
keputusan stategik”.
a. Tujuan akuntansi biaya
Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini
(2012) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok ;
1) penentuan harga pokok produk,
2) pengendalian biaya, dan
3) pengambilan keputusan khusus.
5
6
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi
biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan
produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah
biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis.
Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya
dan keuntungan membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas berikut :
1) Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam
kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksi sebelumnya.
2) Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.
3) Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetpan harga dan
evaluasi kinerja.
4) Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi
atau untuk periode lain yang lebih pendek.
5) Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
b. Sistem akuntansi biaya
Sistem akuntansi biaya (cost system) dapat dikelompokkan menjadi dua
sistem yaitu :
1) Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem
pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan
7
sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya dinikmati. Pada sistem ini,
harga pokok produksi baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya
sesungguhnya dikumpulkan.
2) Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem
pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan
sebesar harga pokok yang telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk
atau pesanan dikerjakan.
c. Biaya
1) Pengertian biaya
Menurut Ony Widilestariningtyas, Dony W.F, Sri Dewi Anggadini
(2012:10) biaya adalah : “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat”
Pengertian biaya menurut Bastian dan Nurlela (2010:7) adalah
sebagai berikut : “Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya
dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan dalam neraca.”
Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
biaya adalah ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta
menyajikan informasi berkenaan dengan pengorbanan sumber ekonomi (kas
atau nilai setara kas yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi)
yang diukur dalam satuan uang, untuk tujuan mendapatkan barang atau jasa
8
yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa depan bagi
organisasi.
2) Karateristik biaya
Karakteristik yang melekat pada istilah biaya (Cost) sebagai berikut :
a) Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu
sumber ekonomi yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan
tertentu;
b) Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam kerangka
akuntansi sebagai penyedia informasi kuantitatif;
c) Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus atau objek
atau dengan tujuan atau pusat perhatian;
d) Secara fisik, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber
ekonomi yang disebut aktiva;
e) Sebagai dasar pengukuran, cost tidak mempunyai konotasi sebagai
sesuatu hal yang negatif (mengurangi).
3) Klasifikasi biaya
Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data
biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya.
Pengertian klasifikasi biaya atau penggolongan biaya menurut Bastian dan
Nurlela (2010:12) adalah sebagai berikut : “Suatu proses pengelompokan
biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada dalam
golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan penting.”
9
Terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu diantaranya sebagai
berikut:
a) Dasar penggolongan biaya menurut objek pengeluaran terdiri dari:
(1) Biaya bahan baku
(2) Biaya tenaga kerja langsung
(3) Biaya overhead
b) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:
(1) Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
(2) Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
(3) Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c) Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayainya:
(1) Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang
penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu
yang
dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka
biaya langsung ini tidak akan terjadi.
(2) Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang
terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut
10
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik (factory overhead costs).
d) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas:
(1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan
(2) Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
(3) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk
tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang
konstan pada volume produksi tertentu.
(4) Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisar volume kegiatan tertentu.
e) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya:
(1) Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah
biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
(2) Pengeluaran
pendapatan
(revenue
expenditure).
Pengeluaran
pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam
periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
4) Akumulasi biaya
Metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan dan memiliki
aspek yang sama yaitu perhitungan biaya berdasarkan proses dan
11
perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis akan lebih banyak membahas metode harga pokok pesanan sesuai
dengan unit yang diteliti.
1) Perhitungan biaya berdasarkan proses (Process cost)
Yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini, proses
produksi diperusahaan dilaksanakan secara terus menerus, barang yang
dihasilkan homogen, dan perhitungan harga pokok produksi didasarkan
atas waktu. Pada metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi stok.
2) Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job order cost)
Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing
biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian
biaya dari pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan
untuk mendapatkan biaya rata-rata per unitnya. Jadi, metode perhitungan
harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok, dimana
biaya diakumulasikan dan dikumpulkan pada setiap pesanan tertentu.
2. Harga
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Dengan demikian pengertian biaya mencakup pula biaya yang akan datang, yang
akan dikorbankan untuk tujuan tertentu. Perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang
12
ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu
akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada
spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang
dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang
akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.
a. Pengertian harga
Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang
ataupun jasa yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar,
Yen dll).
Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh
dalam dunia perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan
disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya
transportasi taxi, telepon disebut tarif sedangkan dalam dunia asuransi disebut
premi.
Harga merupakan hasil akhir dari interaksi dua kekuatan, yakni
permintaan dan penawaran. Menurut Swastha (2010:147) : “harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya“.
Kemudian menurut Kotler dan Armstrong (2010) : “harga adalah
sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk
atau jasa. Termasuk di dalamnya : harga pokok, diskon, syarat pembayaran,
potongan harga dan kredit”.
13
Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah
sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan
produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan maupun
keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter.
b. Pengertian harga jual
Penetapan harga tidak hanya sekedar perkiraan saja, tetapi harus dengan
perhitungan yang cermat dan teliti yang harus diselesaikan dengan sasaran
yang dituju oleh perusahaan. Harga merupakan nilai pengganti suatu barang,
untuk itu harga harus disesuaikan dengan kegunaan barang tersebut untuk
konsumen.
Menurut Mulyadi (2005) : “harga jual adalah besarnya harga yang
dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi
ditambah biaya nonproduksi dan laba yang diharapkan”.
b. Penetapan harga jual
Manajemen perusahaan konstruksi merupakan contoh pihak yang
memanfaatkan informasi biaya yang dihasilkan dengan metode harga pokok
pesanan. Dalam perusahaan tersebut, biaya dihitung menurut proyek, dan
digunakan untuk mengajukan penawaran harga yang akan dibebankan kepada
pemilik proyek dalam proses pelelangan proyek (tender). Jika pelanggan
proyek dimenangkan oleh perusahaan konstruksi tersebut, maka metode harga
pokok pesanan digunakan untuk mengumpulkan biaya proyek yang
14
sesungguhnya dikeluarkan untuk pengendalian biaya proyek dan menetapkan
harga jual dengan laba yang diinginkan.
1) Pengertian penetapan harga
Menurut Fandy (2012:320) program penetapan harga merupakan
pemilihan yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang
berlaku untuk produk tertentu, relative terhadap tingkat harga para pesaing.
Keputusan harga memilik peran stategik yang penting dalam implementasi
strategi pemasaran.
Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi
pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau
jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya
berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya.
Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya
saja melainkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non-ekonomis lainnya.
2) Tujuan penetapan harga
Tujuan penetapan harga menurut Fandy (2012:320) bisa mendukung
strategi pemasaran berorientasi pada permintaan primer apabila perusahaan
meyakini bahwa harga yang lebih murah dapat meningkatkan jumlah
pemakai atau tingkat pemakaian atau pembelian ulang dalam bentuk atau
kategori produk tertentu.
Berikut adalah tujuan penetapan harga dari strategi pemasaran :
15
a) Strategi permintaan primer
(1) Meningkatkan jumlah pemakai
(a) Mengurangi risiko ekonomi dari percobaan produk
(b) Menawarkan nilai yang lebih baik dibandingkan bentuk produk
pesaing
(2) Menaikkan tingkat pembelian
(a) Meningkatkan frekuensi konsumsi
(b) Menambah aplikasi/pemakaian dalam situasi yang lebih banyak
b) Strategi permintaan selektif
(1) Memperluas pasar yang dilayani
(a) Melayani segmen yang berorientasi pada harga
(b) Menawarkan versi produk yang lebih mahal
(2) Merebut pelanggan pesaing
(a) Mengalahkan pesaing dalam hal harga
(b) Menggunakan harga untuk mengindikasikan kualitas tinggi
(3) Mempertahankan/meningkatkan permintaan pelanggan saat ini
(a) Mengeliminasi keunggulan harga pesaing
(b) Menaikkan penjualan produk komplementer
3) Keputusan penetapan harga jual
Penentuan harga jual bagi perusahaan atau penjual jasa merupakan
keputusan manajemen yang sangat penting. Keputusan penetapan harga juga
muncul oleh karena adanya kenyataan bahwa hasil penetapan harga jual
16
yang telah didapat dari prosedur harga ternyata masih belum mampu
memecahkan persoalan tentang harga.
Dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode
yang dapat dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini
Hidayat mengemukakan bahwa ada 3 metode dalam penetapan harga jual
yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu :
a) Cost Oriented Pricing
b) Deman Oriented Pricing
c) Competition Oriented Pricing
Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
a) Cost Oriented Pricing
Suatu cara penetapan harga jual yang dinyatakan pada biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan menambahkan suatu
prosentase tertentu sebagai labanya. Metode ini dapat dibagi menjadi 3
kelompok yaitu :
(1) Metode Penetapan Harga Biaya-Plus (Cost Plus Pricing method)
Hubungan biaya dengan harga tidak selalu sama. Pengukuran biaya
sangat penting apabila pembeli telah setuju untuk membayar harga
berdasarkan biaya. Biaya produk sering dijadikan patokan terendah
untuk harga jual, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sudah barang tentu tanpa memperhatikan konsep biaya yang
digunakan, perusahaan harus selalu menekan biaya sekecil mungkin
17
dengan menerapkan metode produksi dan pemasaran yang paling
efisien.
Berikut
adalah
beberapa
metode
penetapan
harga
berdasarkan biaya-plus yang dikemukakan oleh Gayle Rayburn
dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” yaitu:
(a) Penetapan Harga berdasarkan biaya variabel (variabel cost
pricing), menekankan marjin kontribusi dengan membedakan
perilaku biaya variabel dan tetap. Salah satu bentuk dari
penetapan harga berdasarkan biaya variabel adalah dengan
menambahkan markup terhadap biaya variabel hingga mencapai
biaya penuh. Para pendukung penetapan harga berdasarkan
biaya variabel berpendapat bahwa metode ini memungkinkan
manajer untuk menentukan harga baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang karena hal itu terkait dengan pengaruh
perbedaan harga terhadap total biaya tetap. Akan tetapi ada
bahayanya bila terlalu memusatkan perhatian kepada biaya
variabel
dan
marjin
kontribusi.
Misalkan
perusahaan
mempunyai dua produk, yaitu lotion dan sabun dengan laporan
operasi bulanan sebagai berikut:
18
TABEL 2.1
CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN
BIAYA VARIABEL
Lotion
Sabun
Penjualan (masing-masing 1.000 Unit)
$ 23.000
$ 16.000
Dikurangi beban variabel
$ 15.000
$ 8.000
Marjin Kontribusi
$ 8.000
$ 8.000
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
Karena Lotion dan sabun mempunyai marjin kontribusi
yang sama, mungkin ada kecenderungan untuk memperlakukan
keduanya dengan cara yang sama dalam penetapan harga. Akan
tetapi analisis yang hanya didasarkan atas marjin kontribusi
dapat mengarah kepada kesimpulan yang salah. Jika produk ini
memerlukan upaya dan biaya pemasaran, analisis eksekutif, dan
penelitian serta rekayasa yang berbeda-beda, maka manajemen
harus memperhitungkan hal-hal tersebut dalam menentukan
biaya.
(b) Penetapan Harga berdasarkan biaya diferensial (differential cost
pricing), juga disebut penetapan harga berdasarkan biaya
marjinal (marginal cost pricing) memusatkan perhatian pada
biaya tetap dan laba yang diperoleh dari pesanan tambahan.
Metode ini menambahkan markup kepada biaya diferensial.
Disamping itu biaya diferensial dari suatu pesanan sama dengan
19
kenaikan total biaya yang disebabkan oleh produksi unit-unit
tambahan. Penetapan harga ini memperhitungkan baik biaya
tetap maupun variabel sebagai biaya diferensial sebelum
ditambahkan dengan markup dan cara ini cocok untuk situasi
tertentu, khususnya yang bersifat jangka pendek. Untuk
mengilustrasikan penetapan harga berdasarkan biaya diferensial,
anggaplah terdapat biaya produk berikut dari catatan akuntansi:
TABEL 2.2
CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN
BIAYA DIFERENSIAL
Ikat pinggang
Topi
$5
$5
6
2
Variabel
4
1
Diferensial Tetap
3
2
Alokasi Tetap
3
2
Total biaya produksi
$ 21
$ 12
Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead pabrik:
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
Biaya diferensial bahan, tenaga kerja, dan overhead
pabrik adalah $ 18 untuk ikat pinggang dan $ 10 untuk topi.
Dengan markup 25% diatas biaya diferensial, harga jual
menjadi:
20
TABEL 2.3
CONTOH MARK-UP PADA PENETAPAN HARGA
BERDASARKAN BIAYA DIFERENSIAL
Markup
diatas
biaya
diferensial
Biaya penuh
Harga jual
Ikat pinggang
Topi
(25%x$18)
(25%x$10)
$ 4,50
$ 2,50
21,00
12,00
$25,50
$14,50
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
Perusahaan secara tepat dapat menggunakan teori
penetapan harga berdasarkan biaya diferensial dan biaya
variabel ketika menghadapi masa-masa
sulit dan pasti
menghasilkan laba bila penerimaannya melampaui biaya
variabel atau diferensial.
(c) Penetapan Harga berdasarkan biaya penuh (Full-cost pricing),
metode ini tidak hanya menentukan biaya langsung produk
tetapi juga mengalokasikan biaya tidak langsung yang tidak
terkait langsung dengan salah satu lini produk. Jika manajemen
menetapkan harga jual sebesar $28 untuk ikat pinggang dan $16
untuk topi, marjin kotor adalah 25% dari harga jual. Marjin
kotor sebesar $7 untuk ikat pinggang dan $4 untuk topi sama
21
dengan 331/3 % markup diatas biaya produksi ($7/$21 biaya
penuh ikat pinggang dan $4/$12 biaya penuh topi).
(d) Penetapan harga berdasarkan biaya konversi (conversion cost
pricing), metode ini tidak memperhitungkan bahan yang
digunakan dalam produk, sebaliknya penekanannya adalah pada
tenaga kerja dan overhead pabrik yang diperlukan, yang
dikenakan sebagai biaya
konversi. Perusahaan lazimnya
menggunakan penetapan harga berdasarkan biaya konversi bila
bahan disediakan oleh pembeli. Dengan cara ini perusahaan
dapat merealisasikan laba yang lebih besar dengan mengarahkan
perhatian pada produk yang tidak banyak memerlukan tenaga
kerja dan overhead karena mereka dapat menghasilkan serta
menjual unit yang lebih besar. Perusahaan dapat menggunakan
teori penetapan harga ini secara efektif jika kapasitas pabriknya
terbatas karena kendala kapasitas adalah biaya tenaga kerja dan
overhead. Dalam penetapan harga berdasarkan biaya penuh
diatas, topi memerlukan jumlah bahan yang sama dengan ikat
pinggang, tetapi hanya memerlukan tenaga kerja langsung dan
overhead
pabrik
sebesar
$7
sedangkan
ikat
pinggang
memerlukan $16. Bila kita menggunakan markup 25% atas
biaya konversi, maka harga jual setiap produk akan menjadi:
22
TABEL 2.4
CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN
BIAYA KONVERSI
Biaya penuh
Markup atas biaya konversi
Harga jual
Ikat Pinggang
Topi
$ 21,00
$ 12,00
(25%x$16)
(25%x$7)
$ 4,00
$ 1,75
$ 25,00
$ 13,75
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
(e) Penetapan harga berdasarkan biaya langsung (direct cost
pricing), perusahaan menentukan harga jual beberapa persen
diatas biaya langsung produk bersangkutan. Penetapan harga
dengan cara ini sangat tepat apabila biaya tidak langsung yang
seharusnya ditanggung secara merata oleh setiap lini produk
pada hakikatnya merupakan persentase yang sama dari biaya
langsung dan apabila aktiva yang dugunakan setiap lini produk
adalah sama. Hal berikut ini mengilustrasikan penetapan harga
kemeja berdasarkan biaya langsung. Dengan biaya tidak
langsung sekitar 18% dari biaya langsung dan manajemen ingin
menghasilkan laba sebesar 25% dari total biaya, perhitungan
berikut membandingkan metode penetapan harga berdasarkan
biaya langsung dan berdasarkan biaya penuh:
23
TABEL 2.5
CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN
BIAYA LANGSUNG
Kemeja
Berdasarkan
Berdasar-
biaya
kan biaya
langsung
penuh
$ 17
$ 17
Biaya langsung
3
Biaya tidak langsung
Total biaya
$ 20
Kelebihan diatas biaya (mark-on)
= [ 18%+25%+ (25%x18%)]
=47%
($17x47%)
($20x25%
8
)
5
Harga jual
$ 25
$ 25
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
Total biaya sebesar $20 yang dihitung menurut metode
biaya penuh kita kalikan dengan persentase laba yang
diinginkan sehingga diperoleh markup
sebesar $5 dan harga
jual $25. Jika pendekatan biaya langsung yang digunakan, maka
persentase mark-on harus menutup biaya tidak langsung
ditambah persentase laba yang diinginkan sebesar 25%. Markon sebesar 47% dihitung sebagai berikut [ 18%+25%+
24
(25%x18%) ]= 47%. Dengan mark-on sebesar 47% terhadap
biaya tidak langsung, kita mendapatkan harga jual sebesar $25,
sama seperti yang dihitung dengan menggunakan metode
penetapan harga berdasarkan biaya penuh”.
(2) Metode Penetapan harga mark-up (Mark-Up Pricing Method) adalah
bentuk variasi lain dari metode cost plus. Perhitungannya hampir
sama hanya perbedaannya adalah bahwa metode mark-up ini
diterapkan terhadap produk yang dibeli untuk dijual kembali pada
pihak lain (tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut). Sedangkan
dalam metode cost plus produk tersebut adalah dibuat atau dibiayai
sendiri kemudian dijual pada pihak lain. Penetapan metode ini
misalnya banyak dipakai oleh pedagang atau perantara. Dalam
bentuk formula metode ini dapat dirumuskan:
TABEL 2.6
RUMUS PENETAPAN HARGA DENGAN METODE
MARK-UP
Harga Jual = Harga Beli + Markup
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
Jadi Markup ini merupakan kelebihan harga jual diatas harga
belinya. Keuntungan dapat diperoleh dari sebagian Markup tersebut.
Selain itu pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah
biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian Markup.
25
(3) Target Pricing
Dalam
penetapan
harga
berdasarkan
sasaran
pengembalian
perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi (ROI) yang diinginkan . Dalam bentuk
formula metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
TABEL 2.7
RUMUS PENETAPAN HARGA BERDASARKAN ROI
Biaya Per unit + Tingkat Pengembalian x Modal yang
Yang Diinginkan
diinvestasikan
Harga = ------------------------------------------------------------------------Sasaran
Unit Penjualan
Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II
b) Demand Oriented Pricing
Adalah suatu cara penetapan harga jual yang didasarkan pada
banyaknya permintaan. Jika permintaan naik harga pun cenderung naik,
dan sebaliknya jika permintaan turun maka harga cenderung turun
walaupun mungkin biaya yang di keluarkan sama saja.
c) Competition Oriented Pricing
Adalah suatu cara penetapan harga yang didasarkan pada harga
pesaing. Metode ini ditetapkan agar harga jual tidak lebih tinggi dari harga
pesaing. Tingkat harga jual dapat ditetapkan 3 (tiga) kebijakan yaitu :
sama, lebih rendah, atau lebih tinggi dari harga pesaing.
Kebijaksanaan
harga
akan
melihat
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi prosedur penetapan harga, kemudian memutuskan ke arah
26
mana hasil prosedur harga dapat dimodifikasikan dengan tidak usah
menyimpang dari tujuan perusahaan. Keputusan harga jual yang salah sering
kali berakibat fatal pada masalah
keuangan perusahaan
dan akan
mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan sebagaimana yang telah
disebutkan diatas. Namun demikian dengan adanya sistem manajemen yang
baik dan benar maka price taker tersebut tidak akan salah melangkah didalam
pengambilan keputusan mengenai harga jual.
Menurut Kotler dan Armstrong (2010) terdapat tujuh metode penerapan
harga yang termasuk dalam metode penerapan harga berbasis permintaan,
antara lain :
a) Skimming pricing
Strategi inii diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu
produk baru selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga pada
saat persaingan mulai ketat.
b) Penetration Pricing
Perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk dengan harga rendah
dengan harapan memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu
yang relatif singkat.
c) Prestige Pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas suatu
barang atau jasa. Dengan demikian, bila harga diturunkan sampai tingkat
tertentu, maka tingkat permintaan tersebut juga turun.
27
d) Price Lining
Digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis produk
berbeda.
e) Odd-Even Pricing
Penetapan harga ganjil digunakan untuk mempengaruhi pemikiran
konsumen.
f) Demand-Backward Pricing
Perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar
konsumen untuk produk-produk yang relatif mahal
g) Bundle Pricing
Strategi pemasaran yang menggunakan harga paket untuk dua atau lebih
produk.
3. Job order costing (Harga pokok pesanan)
Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing
biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari
pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan
biaya rata-rata per unitnya. Jadi, metode perhitungan harga pokok pesanan adalah
metode pengumpulan harga pokok, dimana
biaya diakumulasikan dan
dikumpulkan pada setiap pesanan tertentu.
Dalam bisnis jasa, tenaga kerja langsung dan biaya yang berhubungan
dengan tenaga kerja biasanya lebih besar daripada biaya-biaya lain, sehingga
jumlah yang dibebankan ke setiap pesanan per jam tenaga kerja langsung sudah
termasuk biaya tenaga kerja dan overhead.
28
Satu-satunya item yang tertinggal untuk dibebankan ke pesanan adalah
biaya-biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke pesanan selain tenaga kerja.
Di bengkel, kategori ini biasanya mencakup biaya-biaya suku cadang, yang setara
dengan bahan baku langsung dalam proses manufaktur. Tetapi dalam bisnis jasa
profesional, ada banyak biaya yang dapat ditelusuri secara langsung selain tenaga
kerja. Contohnya adalah biaya perjalanan, makanan, representasi, telepon
interlokal, fotokopi, dan jasa-jasa yang disubkontrakkan. Dalam menelusuri biayabiaya ini ke pesanan, hubungan penting dalam sistem akuntansi adalah fakta
bahwa banyak dari biaya ini dikeluarkan oleh karyawan yang kemudian meminta
penggantian dalam bentuk uang tunai.
Misalnya saja, seorang karyawan yang mengeluarkan biaya yang dapat
diganti seperti makanan, perjalanan, atau representasi biasanya diharuskan untuk
melaporkan tanggal pengeluaran, nama klien atau nomor pesanan, jenis biaya, dan
bukti asli untuk jumlah besar. Informasi tersebut memberikan legitimasi atas
penggantian kembali dan memungkinkan biaya ditelusuri secara langsung ke
setiap pesanan.
Tujuannya untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik
harga pokok pesanan secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk
persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan
tertentu dan harga pokok produksi persatuan di hitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk pesanan tersebut.
29
a. Karakteristik job order costing method
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan
harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan
(job order cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan
cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh
karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi
(2012:38) karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
adalah sebagai berikut :
1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang
satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan dimulai dengan
pesanan berikutnya.
2) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh
pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan
pesanan yang lain.
3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang.
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode
pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang
30
digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.
2) Biaya produksi harus golongkan berdasarkan hubungannya dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan
istilah biaya overhead pabrik.
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5) Harga pokok produksi per-unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan
dalam pesanan yang bersangkutan.
b. Manfaat penggunaan job order costing method
Manfaat dari penggunaan job order costing bagi pihak manajemen
menurut Mulyadi (2012:39) adalah :
31
1) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses
produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan
demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya
produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki
oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada
pemesan sangat ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan
untuk memproduksi pesanan tertentu.
Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam
memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut
ini :
TABEL 2.8
PENAKSIRAN HARGA PRODUKSI
Taksiran biaya bahan baku
Rp xx
Taksran biaya tenaga kerja langsung
Xx
Taksiran biaya overhead pabrik
xx +
Taksiran biaya produksi
Rp xx
Sumber : Akuntansi biaya
Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan
kepada pemesan adalah sebagai berikut :
32
TABEL 2.9
PENENTUAN HARGA JUAL
Taksiran biaya produksi untuk pesanan
Rp xx
Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan
xx +
Taksiran total biaya pesanan
Rp xx
Laba yang diinginkan
xx +
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan
Rp xx
Sumber : Akuntansi biaya
Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya
produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang
diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk
menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2) Mempertimbangkan dalam hal menerima atau menolak pesanan.
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah
terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh
manajemen
adalah
memungkinkan
menerima
pengambilan
atau
menolak
keputusan
pesanan.
tersebut,
Untuk
manajemen
memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima
tersebut.
Informasi
total
harga
pokok
perlindungan bagi manajemen agar
pesanan
dalam
memberikan
menerima pesanan
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Tanpa
memiliki informasi total harga pokok pesanan,
manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh
33
pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Total harga pokok
pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini :
TABEL 2.10
TAKSIRAN HARGA POKOK PESANAN
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku
Taksiran biaya tenaga kerja
Taksiran biaya overhead pabrik
Taksiran total biaya produksi
Biaya nonproduksi :
Taksiran biaya administrasi & umum
Taksiran biaya pemasaran
Taksiran biaya nonproduksi
Taksiran total harga pokok pesanan
Sumber : Akuntansi biaya
Rp xx
xx
xx +
Rp xx
Rp xx
xx +
xx +
Rp xx
3) Memantau realisasi biaya produksi.
Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan
dibebankan kepada pemesan. Informasi taksiran biaya produksi juga
bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima
tidaknya suatu pesanan Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan di dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu,
akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya
produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah proses
34
produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya
produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan
dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Perhitungan biaya
produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu
dilakukan dengan formula berikut ini :
TABEL 2.11
PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI
Biaya bahan baku sesungguhnya
Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya
xx
Taksiran biaya overhead pabrik
xx* +
Total biaya produksi sesungguhnya
Rp xx
Sumber : Akuntansi biaya
*) pesanan dibebani dengan biaya overhead pabrik menurut tarif yang
ditentukan di muka (taksiran) karena harga pokok pesanan harus
dihitung pada saat pesanan selesai, padahal tidak semua biaya
overhead pabrik dapat dihitung pada saat itu.
4) Menghitung laba atau rugi dari tiap pesanan.
Untuk
mengetahui
apakah
pesanan
tertentu
mampu
menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi bruto tiap
pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam
menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh
karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen
untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
35
dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau
rugi bruto tiap pesanan. Laba atau rugi bruto tiap pesanan dihitung
sebagai berikut :
TABEL 2.12
PERHITUNGAN LABA RUGI
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan
Biaya produksi pesanan tertentu :
Biaya bahan baku sesungguhnya
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya
Taksiran biaya overhead pabrik
Total biaya produksi pesanan
Laba bruto
Sumber : Akuntansi biaya
Rp xx
Rp xx
xx
xx +
xx Rp xx
5) Menentukan beban pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang akan disajikan dalam neraca.
Pada
saat
perusahaan
dituntut
untuk
membuat
pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca
manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan
harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih dalam proses.
Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan pencatatan
biaya produksi untuk setiap pesanan.
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut
manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada
36
pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca
belum diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan
itu pula manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang
sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam proses
pengerjaan.
c. Persamaan dan perbedaan perhitungan harga pokok pesanan dan harga
pokok proses
Menurut Garrison dan Noreen (2013) persamaan antara perhitungan
harga pokok pesanan dan harga pokok proses adalah sebagai berikut :
1) Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama-untuk membebankan
biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik ke suatu produk dan
untuk menyediakan mekanisme perhitungan biaya per unit.
2) Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama, termasuk
overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
3) Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk
kedua sistem tersebut.
Seperti terlihat pada perbandingan tersebut, perhitungan harga pokok
pesanan juga dapat diterapkan untuk perhitungan harga pokok proses. Dan
berikut perbedaan harga pokok pesanan dan harga pokok proses :
37
TABEL 2.13
PERBEDAAN HARGA POKOK PESANAN DENGAN HARGA
POKOK PROSES
No.
1.
Harga Pokok Pesanan
Harga Pokok Proses
Pesanan yang berbeda dikerjakan Hanya satu jenis barang yang
pada periode yang berbeda, dan diproduksi secara terus-menerus
memiliki persyaratan
produksi atau jangka panjang. Semua unit
yang berbeda pula.
2.
Biaya
produksi adalah identik.
diakumulasikan
pesanan.
3.
Biaya
per Biaya
diakumulasikan
per
departemen.
per
unit
dihitung Biaya per unit dihitung per
berdasarkan pesanan pada kartu departemen.
biaya.
Sumber : Akuntansi Manajerial (Garrison, dkk – 2013)
d. Tahapan Job Order Costing Method
Menurut Sutikno (2012), langkah-langkah perhitungan job order costing
yaitu :
(1) Mengidentifikasi pekerjaan sesuai dengan obyek biaya.
(2) Mengidentifikasi biaya langsung pekerjaan. Dalam mengidentifikasi biaya
manufaktur, yang dikategorikan menjadi biaya manufaktur langsung yaitu
bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung.
(3) Memilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
tidak langsung ke pekerjaan. Biaya manufaktur tidak langsung adalah
38
biaya-biaya yang diperlukan untuk menjalankan suatu pekerjaan namun
tidak dapat dilacak langsung ke pekerjaan tertentu.
(4) Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar alokasi
biaya. Alokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur langsung
dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya manufaktur tidak langsung
bagi produk.
(5) Hitung tarif perunit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Untuk setiap costpool,
tarif biaya tidak langsung (indirect cost rate) dihitung dengan cara
membagi biaya overhead total dalam pool biaya (yang ditentukan pada
langkah 4) dengan kuanitas total dari dasar alokasi biaya (yang ditentukan
pada langkah 3), untuk perhitungannya dapat dilihat di bawah ini :
TABEL 2.14
TARIF BIAYA TIDAK LANGSUNG
Biaya total aktual dalam cost pool biaya tidak
Tarif biaya tidak
langsung
langsung aktual
=
Total kuantitas aktual dari dasar alokasi biaya
Sumber : Akuntansi biaya
(6) Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan. Biaya tidak
langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan mengalihkan kuantitas
aktual dari setiap dasar alokasi biaya (satu dasar alokasi untuk setiap pool)
39
yang terkait dengan pekerjaan itu dengan tarif biaya tidak langsung dari
setiap dasar alokasi biaya (yang dihitung pada langkah 5).
(7) Hitung biaya total pekerjaan dengan menambah seluruh biaya langsung
dan tidak langsung yang dibebankan kepekerjaan. Seluruh biaya yang
terkait seperti manufaktur langsung yang meliputi bahan baku langsung
dan tenaga kerja manufaktur langsung, serta biaya manufaktur tidak
langsung.
e. Kartu harga pokok (Job order cost sheet)
Kartu harga pokok merupakan catatan penting dalam metode harga
pokok pesanan, kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu
yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk.
Biaya produksi untuk pengerjaan suatu pesanan dicatat secara rinci di dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya
produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.
40
Sumber : Akuntansi Biaya
GAMBAR 2.1 KARTU HARGA POKOK PESANAN
Lembar ini merupakan bagian dari akun barang dalam proses dan
dokumen utama untuk menghitung semua biaya yang terkait dengan pesanan
tersebut. Sebagai berikutnya :
1) Formulir permintaan bahan baku digunakan untuk membebankan biaya
bahan baku langsung pada setiap pekerjaan.
2) Kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung digunakan untuk menelusuri
jam kerja dari tenaga kerja langsung pada setiap pekerjaan. Biaya setiap
pekerjaan diakumulasikan pada lembar biaya pesanan. Jumlah biaya
pekerjaan terdiri atas biaya aktual bahan baku langsung, biaya aktual
tenaga
kerja
langsung,
dan
overhead
yang dibebankan dengan
menggunakan sebuah tarif atau besaran yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Saldo untuk barang dalam proses terdiri atas saldo semua pekerjaan yang
belum terselesaikan. Ketika suatu pekerjaan selesai, biayanya akan
41
ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi. Kemudian ketika
pesanan
tersebut
terjual,
akan
masuk
dalam
harga
pokok
penjualan. Variansi overhead umumnya tidak terlalu besar sehingga
ditutup pada harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan sebelum
penyesuaian dengan variansi overhead disebut sebagai harga pokok
penjualan yang normal. Setelah penyesuaian dengan dengan variansi
overhead dilakukan, hasilnya disebut dengan harga pokok penjualan yang
disesuaikan. Angka inilah yang akan muncul sebagai beban pada laporan
laba rugi.
f. Pencatatan akuntansi
1) Akuntansi biaya bahan baku
Pencatatan pemakaian bahan baku didasarkan pada bukti permintaan
bahan (material reguisition). Disamping dicatat di kartu persediaan bahan
baku, pemakaian tersebut juga harus dicatat di kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan.
Pada saat pembelian:
Persediaan bahan baku xxx
Utang/kas
xxx
Pada saat terjadi retur pembelian
Utang
xxx
Persediaan bahan baku
xxx
Pada saat pembebanan
BDP - Biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku
xxx
42
2) Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Pembebanan upah langsung ke barang dalam proses, harus dicatat di
kartu harga pokok pesanan sesuai dengan pemakaian tenaga kerja yang
bersangkutan.
Pada saat pembayaran kepada karyawan
Utang gaji dan upah
xxx
Kas
xxx
Pada saat pembebanan
BDP - Biaya tenaga kerja xxx
Gaji dan upah
xxx
3) Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Dalam harga pokok pesanan biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses produksi berjalan
(predetermined rate).
Adapun proses penentuan tarif adalah sebagai berikut:
a) Menentukan taksiran besarnya BOP selama periode tertentu
b) Menentukan dasar pembebanan (jam kerja langsung, jam kerja mesin,
dan lain-lain)
c) Menentukan tarif BOP berdasarkan:
Taksiran BOP
Tarip BOP = ------------------ = Rp ....../Dasar pembebanan
Dasar pembebanan
Pada saat pembebanan
BDP - Biaya overhead pabrik
BOP yang dibebankan
xxx
xxx
43
Mencatat BOP Sesungguhnya
BOP yang sesungguhnya
Berbagai rekening dikredit
xxx
xxx
4) Pencatatan Barang Jadi
Pencatatan barang jadi didasarkan kepada pesanan-pesanan yang
telah selesai dengan demikian harga pokok barang jadi didasarkan kepada
harga pokok tiap pesanan yang telah selesai dikerjakan, sehingga besarnya
harga pokok tersebut dapat dilihat di kartu harga pokok.
Persediaan barang jadi
xxx
BDP - Biaya bahan baku
BDP - Biaya tenaga kerja
BDP - Biaya overhead pabrik
xxx
xxx
xxx
5) Pencatatan Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses
xxx
BDP - Biaya Bahan Baku
xxx
BDP - Biaya Tenaga Kerja
xxx
BDP - Biaya Overhead Pabrik
xxx
6) Pencatatan Penyerahan Barang Kepada Pemesan
Piutang
xxx
Penjualan
xxx
7) Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan
Persediaan barang jadi
xxx
xxx
44
4. Laba
a. Pengertian laba
Tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkan laba.
Laba
merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di
laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Laba dalam ilmu ekonomi murni
didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).
Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga
penjualan dengan biaya produksi. Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam
laporan merinci bagaimana laba didapat”.
b. Jenis-jenis laba
1) Laba kotor
Laba kotor (keuntungan penjualan) adalah perbedaan antara
pendapatan dengan biaya untuk membuat suatu produk atau penyediaan
jasa sebelum dikurangi biaya overhead, gaji, pajak dan pembayaran
bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari laba usaha (laba sebelum
bunga dan pajak). Penjualan bersih dihitung sebagai berikut:
Penjualan bersih = penjualan kotor - retur penjualan dan diskon
penjualan
45
2) Laba operasi
Laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran
laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih
berlangsung (Subramanyam, 2010:9). Beban lain-lain adalah beban yang
tidak berkaitan dengan kegiatan operasi pokok perusahaan, seperti rugi
penjualan aset tetap dan beban bunga. Laba operasi dihitung sebagai
berikut:
Penghasilan operasi = Pendapatan operasi - Beban operasi
3) Laba sebelum pajak
Laba sebelum bunga dan pajak (LSBP) atau penghasilan operasi
adalah ukuran dari profitabilitas suatu perusahaan yang tidak termasuk
bunga dan beban pajak penghasilan. Laba sebelum pajak dihitung
sebagai berikut:
Laba
sebelum
bunga
dan
pajak
= Pendapatan
operasi - Beban
operasi +Pendapatan non-operasi
4) Laba bersih
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh
biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikuarangi pajak penghasilan
yang disajikan dalam bentuk laporan laba rugi.
46
c. Operating Profit Margin (OPM)
Operating profit margin (OPM) dapat digunakan untuk mengetahui
keuntungan operasional dari setiap barang yang dijual perusahaan. Operating
profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan. Operating
profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari
tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Operating
profit margin (OPM) merupakan rasio yang menunjukan berapa persen
keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total
penjualan yang dilakukan. Rumus untuk menghitung OPM adalah :
TABEL 2.15
RUMUS MENGHITUNG OPERATING PROFIT MARGIN
Operating profit margin
= Earning Before Interest Tax (EBIT)
Sales Revenue
Sumber : Akuntansi biaya
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan
semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan
bersangkutan. Hasil perhitungan rasio ini harus dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya untuk melihat apakah terdapat peningkatan atau penurunan
operating profit margin (OPM).
47
5. Penelitian terdahulu
TABEL 2.16
PENELITIAN TERDAHULU
Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Ruchi Maylana
Skripsi – 2008
Erawati dan Lili Syafitri
Jurnal – 2013
Arry Yudistia, Lewi
Malisan, dan Bramantika
Oktavianti
Jurnal – 2012
Lokasi
Penelitian
PT.
PINPAD
(Persero) –
Bandung
CV.
Harapan Inti
Usaha –
Palembang
Metode
Variabel
Penelitian
Deskriptif dengan X : penetapan harga pokok
pesanan
metode studi
kasus
Y : efektifitas penetapan
harga jual produk
Deskriptif
X : penetapan harga pokok
produksi
CV, Sumber Deskriptif
Mitra Utama
– Samarinda
Hasil Penelitian
Harga jual yang diterapkan
berdasarkan harga pokok pesanan
perusahaan telah efektif.
Adanya kesalahan dalam proses
pengklasifikasian biaya oleh
perusahaan sehingga pengambilan
Y : penentuan harga jual
keputusan oleh perusahaan kurang
produk
tepat.
X : Metode Margin Pricing Perusahaan melakukan kebijakan
penetapan harga jual dengan marjin
Y : penentuan harga jual
yang kecil karena penjualan sedang
produk
meningkat dan persaingan pun
meningkat.
48
D. Rerangka Teori
Dengan
semakin
ketatnya
persaingan
diantara
peusahaan
yang
menghasilkan produk yang sama, menyebabkan masing-masing perusahaan
berlomba untuk menarik konsumen dengan produk yang dihasilkannya. Pimpinan
perusahaan harus berusahaan agar produk yang dihasilkan bisa lebih murah, lebih
bagus, dan lebih menarik daripada produk yang dihasilkan pesaing. Dalam
menjalankan kegiatan perusahaan, pimpinan perusahaan akan dihadapkan pada
beberapa alternatif dalam mengambil suatu keputusan. Harga pokok pesanan
adalah salah satu metode yang tepat dalam menilai kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dalam memproduksi pesanan tertentu.
Untuk mendapatkan harga pokok yang sistematis atau tersusun secara benar,
perusahaan dapat menggunakan alat bantu berupa sistem akuntansi yangberkaitan
dengan perhitungan biaya, yaitu akuntansi biaya. Adapun tujuan akuntansi biaya
menurut Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012) bahwa akuntansi biaya dapat
diartikan menjadi : “proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya”.
Untuk tujuan penentuan harga pokok ada dua metode, yaitu pengumpulan
biaya produk yang dapat digunakan dengan metode harga pokok pesanan dan
metode harga pokok proses. Penggunaan meode tersebut tergantung pada sifat dan
karakteristik pengolahan bahan menjadi produk jadi, maksudnya tergantung
apakah produk tersebut diproduksi apabila ada pesanan saja atau diproduksi untuk
memenuhi persediaan di gudang. Tetapi, dalam penelitian ini hanya membahas
49
metode harga pokok pesanan saja, yaitu produk yang diproduksi apabila ada
pesanan.
Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing
biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari
pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan
biaya rata-rata per unitnya.
Pada metode harga pokok pesanan, tujuan produksinya adalah untuk
melayani pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus yaitu apabila produk
pesanan sudah selesai dikerjakan maka proses produksi dihentikan. Pesanan yang
satu selesai diolah, kemudian dilanjutkan dengan mengolah pesanan selanjutnya.
Pada metode harga pokok pesanan, harga pokok sesungguhnya dikumpulkan
untuk setiap pesanan, yaitu dihitung pada saat pesanan selesai.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, memproses produknya
untuk memenuhi pesanan pelanggan. Dengan demikian, biaya produksi dihitung
pada setiap pesanan untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan
produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan
salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non
biaya.
Harga pokok pesanan perlu dihitung terlebih dahulu untuk tujuan penetapan
hargajual, untuk tujuan penyediaan sumber-sumber dana yang dibutuhkan guna
melaksanakan proses produksi dan untuk tujuan pengendalian biaya. Dengan
harga pokok pesanan yang telah ditentukan, memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan perkiraan mengenai besarnya harga pokok pesanan yang kemudian
50
dapat dijadikan pedoman untuk menetapkan penawaran harga jual, sehingga
tercapai efektifitas harga jual produk.
Download