cardio vascular care unit (icvcu)

advertisement
EFEKTIFITAS HASIL PEREKAMAN EKG DENGAN
MENGGUNAKAN KONDUKTOR JELI DAN AIR PADA PASIEN
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RUANG INTENSIVE
CARDIO VASCULAR CARE UNIT (ICVCU)
RSUD DR. MOEWARDI
Basuki, Idris Yani, Siti Fatonah
Email : [email protected]
Latar Belakang: Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu di
dunia. Penyakit ini bukan hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga di negara
berkembang seperti di Indonesia. Pada kegiatan perekaman EKG, konduktor yang sering
digunakan adalah jeli khusus yang diletakkan diantara permukaan kulit dan elektrode. Fungsi
jeli sebagai konduktor untuk meningkatkan konduksi listrik antara kulit dan elektrode.
Pemberian jeli juga dapat menurunkan resistensi antara elektrode dan kulit sehingga diperoleh
gambaran EKG yang jelas. Air murni dalam keadaan normal merupakan konduktor yang buruk.
Akan tetapi bila air ditambahkan elektrolit, maka akan menjadi konduktor yang baik. Dengan
demikian penggunaan air ledeng sebagai konduktor yang lebih murah dan praktis dibandingkan
jeli dapat dicoba untuk digunakan, namun efektifitas penggunaan air ledeng menggantikan jeli
sebagai konduktor masih memerlukan suatu penelitian.
Tujuan: Mengetahui efektifitas hasil perekaman EKG dengan menggunakan konduktor jeli dan
air pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit
(ICVCU) RSUD dr. Moewardi.
Metode: Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan pra eksperimen (pra-experiment
design) dengan pendekatan perbandingan kelompok statis (static group comparison). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien penyakit jantung koroner yang menjalani perawatan di
Ruang ICVCU RSUD dr.Moewardi selama rentang waktu penelitian pada bulan Maret – Mei
2013. Penetapan jumlah sample pada penelitian ini diambil secara Quota Sampling dengan
jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 60 orang, dimana 30 orang mendapat perlakuan dengan
menggunakan konduktor air, dan 30 orang yang lain mendapatkan perlakuan dengan konduktor
jeli. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square.
Hasil: Dari 30 responden dengan penyadapan EKG menggunakan konduktor jeli, sejumlah 6
orang responden (20%) terdapat artifak pada hasil sadapannya, dimana dapat diartikan bahwa
hanya sebagian kecil responden yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). Dari 30 responden
dengan penyadapan EKG menggunakan air, sejumlah 7 orang responden (23,3%) terdapat
artifak pada hasil sadapannya, dimana dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil responden
yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). Dari total 60 responden, dapat diketahui bahwa output
nilai Chi Square hitung kedua variabel adalah sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai Chi Square
tabel sebesar 79,08 (0,098 < 79,08 dengan df = 60), dimana P hitung sebesar 0,754 lebih besar
dari signifikansi sebesar 0,05 (0,754 > 0,05). Dengan demikian Ha ditolak.
Simpulan: hasil perekaman EKG dengan menggunakan konduktor jeli cenderung tidak lebih
efektif dibandingkan dengan penggunaan konduktor air dilihat dari ada dan tidak adanya artifak
pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit
(ICVCU) RSUD dr. Moewardi.
Kata Kunci: EKG, konduktor jeli, konduktor air, artifak
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
41
PENDAHULUAN
maju peningkatannya lebih rendah yaitu
Latar Belakang
48% pada laki-laki dan 29% pada wanita.
Penyakit jantung merupakan salah
Di tahun 2020 diperkirakan penyakit
satu penyebab kematian nomor satu di
kardiovaskuler
dunia. Penyakit ini bukan hanya menjadi
kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh
masalah di negara maju, tetapi juga di
karena itu, penyakit jantung koroner
negara berkembang seperti di Indonesia.
menjadi penyebab kematian dan kecaca-
Menurut estimasi para ahli di World
tan nomor satu di dunia (Soeharto, 2004).
Health Organization (WHO), setiap tahun
Di
menjadi
penyebab
Indonesia
penyakit
sekitar 50% penduduk dunia meninggal
kardiovaskuler
akibat penyakit jantung dan pembuluh
pertama sebagai penyebab kematian di
darah
(cardiovascular).
Salah
satu
Indonesia.
menempati
Survei
urutan
kesehatan
rumah
penyakit pada sistem cardiovascular yang
tangga yang dilakukan secara berkala
sering terjadi dikenal sebagai Penyakit
oleh
Jantung Koroner (PJK). PJK adalah salah
menunjukkan
satu
yang
kardiovaskuler memberikan kontribusi
disebabkan oleh kelainan pada arteri
sebesar 19,8% dari seluruh penyebab
koronaria. Sebagian
kematian pada tahun 1998 (Perki, 2004).
jenis
penyakit
jantung
besar (± 98%)
Depertemen
Kesehatan
bahwa
penyakit
disebabkan oleh arterosklerosis pada
Indonesia saat ini menghadapi
arteria koronaria, sedangkan penyebab
masalah kesehatan yang kompleks dan
lain hanya sekitar 2% (Adipranoto, 2006).
beragam. Tentu saja mulai dari infeksi
World
klasik dan modern, penyakit degeneratif
Berdasarkan
laporan
Health Statistic 2008, tercatat 17,1 juta
serta
orang meninggal di dunia akibat penyakit
menjadikan Indonesia saat ini yang
jantung koroner dan diperkirakan angka
menghadapi
ini akan meningkat terus hingga 2030
Namun
menjadi 23,4 juta kematian di dunia
kematian terbesar adalah akibat penyakit
(Soeharto, 2004). Di negara berkembang
jantung
dari tahun 1990 sampai 2020, angka
kematian
kematian akibat penyakit jantung koroner
mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei
akan meningkat 137 % pada laki-laki dan
Kesehatan
120% pada wanita, sedangkan di negara
(SKRTN) angka kematian akibat PJK
42
penyakit
psikososial
yang
tripple burden diseases.
tetap
saja
koroner.
di
penyebab
Tingginya
Indonesia
Rumah
angka
akibat
Tangga
angka
PJK
Nasional
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
cenderung mengalami peningkatan. Pada
elektrode-elektrode yang diletakkan pada
tahun 1996, angka kematian akibat PJK
berbagai posisi di permukaan tubuh.
adalah 16 %. kemudian di tahun 2006
Grafik yang tercatat melalui rekaman ini
angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %.
disebut elektrokardiogram, biasa disingkat
Angka kematian akibat PJK diperkirakan
EKG. Pada penyakit jantung koroner
mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di
secara rutin dilakukan perekaman EKG
negara kita. Di Provinsi Jawa Tengah
yaitu minimal satu kali perhari atau
berdasarkan laporan dari Rumah Sakit,
sewaktu-waktu bila didapatkan keluhan
kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner
atau
adalah di Kota Semarang yaitu sebesar
misalnya bila pasien tiba-tiba mengeluh
4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan
nyeri dada, maka harus segera dilakukan
jumlah
perekaman EKG ulang. (Karim, 2006).
keseluruhan
kasus
Penyakit
perubahan
Jantung Koroner di kabupaten/ kota lain
di Jawa Tengah (Melly, 2007).
klinis
Gelombang,
pada
pasien,
segmen,
dan
komplek pada EKG dihasilkan oleh
Jantung merupakan sebuah organ
aktivitas listrik jantung, akan tetapi jika
unik yang mampu memproduksi muatan
terdapat gangguan defleksi yang lain
listrik. Hal ini telah dibuktikan oleh Von
maka disebut artifak. Penyebab artifak
Kolliker (1855) melalui preparat yang
adalah konduktor antara elektrode dan
dikenal sebagai rheoscopic frog, yaitu
kulit kurang baik, elektrode kering, kotor,
bila saraf dari otot gastrocnemius katak
ataupun lepas, pasien bergerak, tremor,
direntangkan pada permukaan jantung
mesin EKG rusak, kabel sadapan putus,
yang
ground listrik jelek (James, 2008).
sedang
berdenyut,
maka
otot
tersebut itu akan ikut terkontraksi sesuai
EKG
merupakan
diagnostik
2006).
mengetahui kelainan seperti hipertropi
merupakan
sebuah
penting
bantu
dengan irama denyut jantung (Karim,
Tubuh
yang
alat
untuk
atrium dan ventrikel, iskemia/ infark
konduktor yang baik, maka impuls listrik
miokard,
yang dibentuk oleh jantung dapat menjalar
pengobatan terutama digitalis dan anti
ke seluruh tubuh sehingga potensial arus
aritmia,
kelainan
bioelektrik yang dipancarkan oleh jantung
menilai
fungsi
dapat
perawat
diukur
electrocardiograf
dengan
(ECG)
mesin
melalui
pericarditis,
dalam
efek
EKG
pacu
hal
beberapa
serta
untuk
jantung.
Peran
ini
adalah
melaksanakan tindakan perekaman EKG
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
43
dan menginterpretasikan hasil EKG yang
17
selanjutnya kita kolaborasikan dengan tim
pada air paling sedikit 1000 kali lebih
medis untuk mendapatkan advis dalam
besar daripada cairan non metalik pada
pemberian terapi pasien.
suhu ruangan (Gabriel, 2002).
Jeli
jeli
Data pasien yang dirawat di ruang
khusus yang biasa digunakan untuk
Intensive Cardio Vascular Care Unit
perekaman EKG. Jeli elektrode berisi
(ICVCU) RSUD Dr. Moewardi pada
hydroxyethylcellulose, keseimbangan pH
periode Januari - Desember 2012, dari
dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
total kasus didapatkan prosestase Penyakit
Hydroxyethylcellulose adalah jeli yang
Jantung Koroner (PJK) sebesar 46,8%,
Hydroxyethyl-
pasien aritmia 46%, pasien hipertensi
cellulose dapat menyebabkan retensi air
12,6%, pasien cardiomyopati 10%, pasien
dan adhesi.Selain itu jeli elektrode juga
edema
mengandung salin untuk meningkatkan
decompensasi cordis 5,7%, dan pasien
konduktivitas listrik. Namun penggunaan
penyakit jantung reumatik sebesar 3,9%
konduktor EKG yg berupa jeli ini juga
dari total kasus (Data Rekam Medis
mempunyai
ICVCU RSDM, 2012).
berasal
elektrode
dari
selulosa.
beberapa
merupakan
/ohm — cm dan konduktivitas listrik
kekurangan,
paru
akut
6,7%,
pasien
diantaranya adalah jeli bersifat lengket,
Berdasarkan studi pendahuluan
sehingga elektroda menjadi kotor dan
yang dilakukan terhadap 3 orang pasien
pasien merasa kurang nyaman. Selain itu
PJK
jeli elektroda harganya juga relatif mahal
Moewardi,
(James, 2008).
perekaman EKG dengan menggunakan
di
ruang
ICVCU
didapatkan
RSUD
bahwa
Dr.
pada
Air murni dalam keadaan normal
konduktor air 2 orang tidak dijumpai
merupakan konduktor yang buruk. Akan
adanya artifak, sedangkan 1 orang yang
tetapi bila air ditambahakan elektrolit,
lain dijumpai adanya artifak.
maka akan menjadi konduktor yang baik.
demikian penggunaan air ledeng sebagai
Oleh karena itu, larutan salin (natrium
konduktor yang lebih murah dan praktis
klorida dalam air) atau air ledeng yang
dibandingkan jeli dapat dicoba untuk
mengandung berbagai elektrolit adalah
digunakan, namun efektifitas penggunaan
konduktor yang baik (James, 2008). Sifat-
air ledeng menggantikan jeli sebagai
sifat air diantaranya adalah air memiliki
konduktor
konduktivitas listrik spesifik (25° C) 1x10-
penelitian.
44
masih
memerlukan
Dengan
suatu
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
Analisa bivariat untuk mengetahui
METODE PENELITIAN
efektifitas konduktor air dan jeli dalam
Desain Penelitian
Desain
penelitian
ini
menggunakan
penelitian
(pra-experiment
eksperimen
dengan
pendekatan
pada
mereduksi artifak pada hasil perekaman
pra
EKG pasien penyakit jantung koroner
design)
dilakukan menggunakan uji statistik chi
perbandingan
square
(X2)
dimana
perhitungan
kelompok statis (static group comparison)
dilakukan dengan menggunakan bantuan
yaitu kelompok eksperimen menerima
komputer Program SPSS for Windows
perlakuan yang diikuti dengan observasi.
versi 16.0.
Hasil observasi ini kemudian dikontrol
atau dibandingkan dengan hasil observasi
HASIL PENELITIAN
pada
Analisa Univariat
kelompok
menerima
kontrol
intervensi
yang
tidak
(Notoatmodjo,
2010).
Penyadapan EKG dengan Menggunakan
Konduktor Jeli
Populasi, Sampel
Sampel
dalam
penelitian
ini
adalah pasien penyakit jantung koroner
yang menjalani perawatan di Ruang
ICVCU RSUD Dr.Moewardi pada bulan
Maret 2013. Besar sampel yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah 60 orang,
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hasil
Penyadapan EKG dengan Konduktor Jeli
Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya
Artifak
Konduktor Frekuensi Prosentase
Jeli
(orang)
(%)
Tidak Ada
24
80
Artifak
Ada
6
20
Artifak
30
100
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013)
dimana 30 orang mendapat perlakuan
dengan menggunakan konduktor air, dan
Penyadapan EKG dengan Menggunakan
30
Konduktor Air
orang
yang
lain
mendapatkan
perlakuan dengan konduktor jeli.
Analisa Data
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer Program
SPSS dengan sajian data berbentuk tabel
distribusi frekuensi.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hasil
Penyadapan EKG dengan Konduktor Air
Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya
Artifak
Konduktor Frekuensi Prosentase
Air
(orang)
(%)
Tidak Ada
23
76.7
Artifak
Ada Artifak
7
23.3
30
100
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013)
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
45
Analisis Bivariat
keterkaitan antara penggunaan konduktor
Berikut ini adalah perbandingan
jeli maupun penggunaan konduktor air
data distribusi frekuensi antara Hasil
terhadap munculnya artifak terhadap hasil
Sadapan EKG dengan Menggunakan
sadapan EKG pada pasien Penyakit
Konduktor Jeli dan Konduktor Air :
Jantung Koroner (PJK).
Tabel 4.7. Cross Tabulation Hasil
Sadapan EKG dengan Menggunakan
Konduktor Jeli dan Konduktor Air Dilihat
dari Ada dan Tidak Adanya Artifak
Hasil Sadapan
EKG
Tidak
Ada
Ada
Artifak
Artifak
6
24
20
80
7
23
23,3
76,7
13
47
21,7
78,3
Jenis Konduktor
Jumlah
Jeli
Prosentase
Jumlah
Air
Prosentase
Jumlah Total
Prosentase
Jumlah
30
100
30
100
60
100
Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013)
Berdasarkan tabel 4.7. tersebut di
atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat
kecenderungan
yang
berarti
dalam
mereduksi artifak antara hasil sadapan
EKG yang menggunakan konduktor jeli
maupun
hasil
sadapan
EKG
yang
menggunakan konduktor air. Pada hasil
sadapan dengan menggunakan konduktor
jeli hanya terdapat 6 orang responden
(20%) yang terdapat artifak pada hasil
sadapannya,
sedangkan
pada
hasil
sadapan dengan menggunakan konduktor
air hanya terdapat 7 orang responden
(23,3%) yang terdapat artifak pada hasil
sadapannya,
selisih
1
dimana
orang
hanya
terdapat
responden
diantara
keduanya. Dengan kata lain tidak terdapat
46
Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik Chi Square
Hasil Sadapan EKG dengan
Menggunakan Konduktor Jeli dan
Konduktor Air Dilihat dari Ada dan
Tidak Adanya Artifak
d
f
Asy
mp.
Sig.
(2side
d)
a
1
.754
.000
1
1.00
0
.098
1
.754
Valu
e
Pearson ChiSquare
Continuity
Correctionb
Likelihood
Ratio
Fisher's Exact
Test
Linear-byLinear
Association
N of Valid
Casesb
.098
.097
1
Exact
Sig.
(2sided)
Exact
Sig.
(1sided)
1.000
.500
.756
60
Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for
Windows versi 16.00, 2013)
Dari
data
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa hasil perekaman EKG
dengan menggunakan
konduktor jeli
cenderung
lebih
dibandingkan
tidak
dengan
efektif
penggunaan
konduktor air dilihat dari ada dan tidak
adanya artifak. dengan kata lain sama,
tidak ada perbedaan yang signifikan
antara konduktor jeli dan air pada pasien
penyakit jantung koroner (PJK) di ruang
Intensive Cardio Vascular Care Unit
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
(ICVCU) RSUD Dr. Moewardi. Dengan
elektroda dapat mengakibatkan hambatan
demikian Ha ditolak dan Ho diterima
impuls listrik sehingga terjadi gangguan
pada hasil sadapan (James, 2008)
PEMBAHASAN
Penyadapan EKG dengan Menggunakan
Analisa Univariat
Konduktor Jeli
Penyadapan EKG dengan Menggunakan
Konduktor Jeli
Dari
penyadapan
30
penyadapan
konduktor
Dari
responden
EKG
jeli,
30
responden
EKG
dengan
menggunakan
air,
dengan
sejumlah 7 orang responden (23,3%)
menggunakan
terdapat artifak pada hasil sadapannya,
sejumlah
orang
dimana dapat diartikan bahwa hanya
responden (20%) terdapat artifak pada
sebagian kecil responden yang terdapat
hasil sadapannya, dimana dapat diartikan
artifak (rentang 1 – 25%).
bahwa hanya sebagian kecil responden
Sifat-sifat air diantaranya adalah air
yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%).
memiliki konduktivitas listrik spesifik
Pada
(25°
kegiatan
6
perekaman
EKG,
C)
1x10-17
/ohm/cm
dan
konduktor yang sering digunakan adalah
konduktivitas listrik pada air paling
jeli khusus yang diletakkan diantara
sedikit 1000x lebih besar daripada cairan
permukaan kulit dan elektrode. Fungsi
non metalik pada suhu ruangan. Air dapat
jeli
terurai oleh pengaruh arus listrik dengan
sebagai
konduktor
untuk
meningkatkan konduksi listrik antara
reaksi : H20 t; H++ OH (Gabriel, 2002).
kulit dan elektrode. Pemberian jeli juga
Analisa Bivariat
dapat
menurunkan
resistensi
antara
Hasil perekaman EKG dengan
elektrode dan kulit sehingga diperoleh
menggunakan
gambaran EKG yang jelas.
dibandingkan
Kelemahan dari penggunaan jeli
adalah
bersifat
dengan
jeli
penggunaan
konduktor air dilihat dari ada dan tidak
sehingga
adanya artifak pada pasien penyakit
menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada
jantung koroner (PJK) di ruang Intensive
pasien. Selain itu penyadapan EKG
Cardio Vascular Care Unit (ICVCU)
dengan menggunakan jeli harus diikuti
RSUD Dr. Moewardi
dengan dibersihkannya elektroda dari
Dari hasil pengolahan data, output nilai
sisa-sisa jeli karena sisa jeli yang
Chi Square hitung kedua variabel adalah
mengering
sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai Chi
dan
lengket
konduktor
mengendap
pada
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
47
Square tabel sebesar 79,08 (0,098 < 79,08
responden
dengan df = 60), dimana P hitung sebesar
(rentang 1 – 25%).
0,754 lebih besar dari signifikansi sebesar
3.
Dari
yang
total
60
terdapat
artifak
responden,
dapat
diketahui bahwa output nilai Chi
0,05 (0,754 > 0,05).
Dari
data
tersebut
dapat
Square hitung kedua variabel adalah
disimpulkan
hasil
perekaman
EKG
sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai
dengan menggunakan
konduktor jeli
Chi Square tabel sebesar 79,08
cenderung
lebih
efektif
(0,098 < 79,08 dengan df = 60),
penggunaan
dimana P hitung sebesar 0,754 lebih
konduktor air dilihat dari ada dan tidak
besar dari signifikansi sebesar 0,05
adanya artifak pada pasien penyakit
(0,754 > 0,05). Dari data tersebut
jantung koroner (PJK) di ruang Intensive
dapat
Cardio Vascular Care Unit (ICVCU)
perekaman
RSUD Dr. Moewardi.
konduktor jeli cenderung tidak lebih efektif
tidak
dibandingkan
dengan
disimpulkan
EKG
bahwa
dengan
hasil
menggunakan
dibandingkan dengan penggunaan konduktor
air
SIMPULAN DAN SARAN
artifak pada pasien penyakit jantung
Simpulan
1.
Dari
dilihat dari ada dan tidak adanya
koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio
30
penyadapan
responden
EKG
dengan
menggunakan
Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr.
Moewardi.
Dengan
demikian
Ha
konduktor jeli, sejumlah 6 orang
ditolak dan Ho diterima. Dengan kata
responden (20%) terdapat artifak
lain
pada hasil sadapannya, dimana dapat
signifikan diantara keduanya.
tidak
ada
perbedaan
yang
diartikan bahwa hanya sebagian kecil
responden
yang
terdapat
artifak
(rentang 1 – 25%).
2.
Dari
30
Saran
1. Untuk Rumah Sakit
responden
dengan
Hasil
penyadapan
EKG
penyadapan EKG menggunakan air,
dengan menggunakan elektroda jeli
sejumlah 7 orang responden (23,3%)
dan elektroda air hampir tidak ada
terdapat
kecenderungan
artifak
pada
hasil
perbedaan
yang
sadapannya, dimana dapat diartikan
signifikan.
bahwa
elektroda air akan menambah efisiensi
hanya
sebagian
kecil
Bahkan
penggunaan
penggunaan anggaran, terutama pada
48
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
penyediaan jeli elektroda, sehingga
unit cost rumah sakit dapat ditekan,
dan pembebanan biaya ke pasien akan
berkurang.
2. Untuk Tenaga Kesehatan
Khususnya
diharapkan
perawat,
dapat
memberikan
masukan untuk menentukan langkahlangkah
dalam
peningkatan
pemberian
asuhan
keperawatan,
terutama untuk merencanakan asuhan
keperawatan terhadap pasien penyakit
jantung koroner.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan
sumber
data
dapat
untuk
menjadi
dapat
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta
: Rineka Cipta.
Dharma, S. 2010. Sistematika Interpretasi
EKG : Pedoman Praktis. Jakarta :
EGC.
Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan.
Jakarta : Hipokrates.
Guyton, A. 2006. Textbook of Medical
Physhiology.
11th
edition.
Philadelphia : Elsevier inc.
Hampton, J.R. 2006. Dasar-dasar EKG
edisi 6. Alih bahasa A. Samik
Wahab. Jakarta : EGC.
Hidayat, U. 2006. Pengantar Statistika.
Jakarta : Bumi Aksara.
ditindaklanjuti pada penelitian yang
Indrawati, E. 2006. Skripsi : Hubungan
lebih dalam, selanjutnya Untuk dapat
Antara Penyakit Jantung Koroner
dengan Angka Mortalitas Gagal
Jantung Akut di Lima Rumah
Sakit di Indonesia pada Bulan
Desember 2005 – 2006. Jakarta :
FKUI. Unpublished.
digeneralisasikan,
maka
peneliti
disarankan untuk menambah jumlah
objek penelitian, menambah variabel
yang akan diteliti serta memperluas
setting penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
2006. Buku Ajar
Kardiovaskuler. Jakarta : FKUI.
Adipranoto,
W.
Faktor Risiko
Penyakit Jantung Koroner. Medan
Anwar,
T.B.
2004.
: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
James, J. 2008. Prinsip-prinsip Sains
untuk Keperawatan. Jakarta :
Erlangga.
Jones,
S.A.
2005.
ECG Note :
and Management
Intepretation
Guide. Philadelphia : F.A. Davis
Company.
Karim, M. 2006. Goldberger : Clinical
Electrocardiography
:
A
th
simplified Approach, 7 edition.
Philadelphia : Mosby Elsevier inc.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
49
Lip,
Atherosclerosis and Coronary
Artery Disease Risk Factors. Risk
Penderita Kelainan
Jantung Di Jabar Mencapai 7000
Orang Pertahun. Tersedia di :
Factor Management in Coronary
Artery Disease.
http://www.compas.com. Diakses
tanggal 12 Januari 2013.
G
dan
Nadar,
S.
2003.
Lusilawati. 2012. Skripsi : Pengaruh
Pelatihan
EKG
terhadap
Keterampilan Perawat dalam
Menilai Hasil EKG pasien Acute
Corronary Syndrome (ACS) di
Klinik Utama Jantung Cinere
Depok. Jakarta : PSIK FIK
Universitas Veteran. Unpublished.
Melly, F.
2007. Tingginya Angka
Kematian
Jantung.
Akibat
Penyakit
Tersedia
di
http://wwwberita
bali.Com,
Diakses tanggal 12 Januari 2013.
Munawar, M dan Sutandar, H. 2002.
Buku Ajar Kardiologi. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan
Klien
Gangguan
Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba
Merdeka.
Notoatmodjo,
Perki,
E.
2004.
2004.
Kursus
Elektrokardiografi. Surabaya :
Karya Pembina Swajaya.
Pratanu,
S.
Kursus
Elektrokardiografi Edisi Revisi.
Pratanu,
S.
Surabaya
Swajaya.
2006.
:
Karya
Pembina
Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung
Koroner dan Serangan Jantung.
Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Yusnidar. 2007. Tesis : Faktor-faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner
pada Wanita Usia > 45 Tahun
(Study Kasus di RSUP Dokter
Karyadi Semarang). Semarang :
Program
Universitas
Pasca
Sarjana
Diponegoro.
Unpublished.
Zahrawardani. 2006. Skripsi : Analisis
S.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi II.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Faktor Risiko Kejadian Penyakit
Jantung Koroner di RSUP
dr.Kariyadi Semarang. Semarang :
FK
Undip.
Unpublished.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medeka.
50
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014
Download