BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dan terpenting dalam tubuh karena dapat melakukan banyak fungsi yang berbeda yaitu penyaringan dan penyimpanan darah, metabolism karbohidrat, protein, lemak, hormon, dan zat kimia asing, pembentukan empedu, penyimpanan vitamin dan zat besi, dan pembentukan faktor koagulasi. Medium kimia yang aktif dari hati dikenal kemampuannya dalam melakukan detoksifikasi atau ekskresi berbagai macam obat-obatan (Guyton, 2010). Gangguan fungsi hati sering dihubungkan dengan penyakit hati tertentu. Beberapa penyebab penyakit hati adalah infeksi virus, genetik atau keturunan, gangguan imunologis, kanker, zat-zat toksik dan obat-obatan. Gangguan hepar yang disebabkan oleh obat dikenal dengan hepatitis toksik karena kerusakan hepar yang terjadi adalah akibat dari zat-zat yang bersifat toksik terhadap hepar (Hamidy, 2009). Penyakit hepar akibat obat atau drug-related hepatotoxicity ini menyebabkan gangguan fungsi ekskresi dari hepar (Maddrey, 2005). Penyakit hepar ditandai dengan peningkatan bilirubin, yang merupakan hasil produksi dari sel-sel hepatosit yang normal (Mohamed, 2012). Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan salah satu obat yang sering diresepkan meskipun penggunaanya tidak selalu tepat sasaran. Resiko epidemologik hepatotoksisitas golongan obat ini rendah (1-8 kasus per 100000 pasien pengguna OAINS. Hepatotoksisitas karena OAINS dapat terjadi kapan saja 1 2 setelah obat diminum, tetapi efek samping berat sangat sering terjadi dalam 6-12 minggu dari awal pengobatan (Bayupurnama, 2009). Parasetamol adalah salah satu obat generik OAINS yang dijual bebas paling umum dan tanpa menggunakan resep dokter digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan demam. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui jumlah dosis paracetamol yang dapat dikonsumsi sehingga banyak dari mereka yang mengkonsumsi paracetamol melebihi dari dosis yang dianjurkan. Di Amerika Serikat, konsumen membeli 28 miliar dosis produk yang mengandung acetaminophen. Namun, melebihi dosis maksimum yang disarankan (4gram per hari) dapat menyebabkan kerusakan hati bahkan kematian. Sebanyak 2000 kasus gagal hepar akut dilaporkan di Amerika. Lebih dari 50% diantaranya diakibatkan oleh obat-obatan, sedangkan 39% diantaranya disebabkan pengunaan asetaminofen, (Mehta, 2012). Pengobatan menggunakan bahan alami kini kian populer di kalangan masyarakat. Salah satu bahan alam yang potensial adalah tanaman mahkota dewa. Tanaman ini sering digunakan sebagai obat tradisional baik dari batang, akar, buah, maupun daunnya. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang mengandung antiinflamasi dan antioksidan. Berdasarkan hasil analisis penelitian sebelumnya antioksidan dari bagian tanaman mahkota dewa, diketahui bahwa yang memberikan daya inhibisi di atas 50% hanya bagian buah muda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daya inhibisi buah muda mahkota dewa lebih tinggi dari buah masak, kulit batang, biji tua, daun, biji muda, ranting dan akar. Hal tersebut disebabkan karena komposisi buah mudanya mengandung senyawa flavonoid yang tinggi, disamping senyawa alkaloid, saponin, fenolik hidrokuinon, tanin, 3 steroid, mono terpen dan sesqui terpen (Sulistyani dkk, 2004). Senyawa flavonoid mempunyai khasiat sebagai antioksidan dengan menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil. Pada penelitian terbaru juga mendapatkan hasil pengukuran kandungan flavonoid menunjukkan bahwa kandungan senyawa flavonoid daging buah muda mahkota dewa lebih tinggi daripada buah masak (Rohyami, 2008). Dengan kandungan flavonoid buah muda mahkota dewa yang lebih tinggi dari bagian tanaman mahkota dewa lainnya, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar bilirubin total tikus jantan yang diinduksi parasetamol. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar bilirubin tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan pengaruh pemberian ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar bilirubin tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol. 4 1.3.2 Tujuan Khusus a. Menentukan dosis optimum ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar bilirubin tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol. b. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar bilirubin pada tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Menambah pengetahuan tentang manfaat dari ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Klinis Diharapkan ditemukannya nutrien pendamping dalam pemberian terapi parasetamol yang berasal dari tanaman alami untuk mencegah terjadinya hepatotoksisitas. 1.4.3 Manfaat Masyarakat Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang dapat digunakan sebagai terapi preventif hepatotoksisitas yang diinduksi parasetamol.