MUQORROR / HANDPAPER FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS Dari Kitab al-Fiqh al-Muyassar Lil Mar’atil Muslimah karya Syaikh Mahmud alMishrî KAJIAN ONLINE VIA SKYPE GRUP AL-WASATHIYAH WAL I’TIDAL LIN NISA’ (BAGIAN 7) – AKHIR KITAB THOHAROH Oleh : Abû Salmâ Muhammad PASAL SEPUTAR DARAH WANITA 1. DARAH HAIDH a. MAKNA HAIDH : Secara Etimologi bermakna : Sailânu asy-Syai’ wa Juryânuhu (sesuatu yang bercucuran dan mengalir) Secara Terminologi bermakna : Darah yang dikeluarkan dari rahim seorang wanita setelah masa baligh (pubertas)-nya pada waktu-waktu tertentu yang menjadi kebiasaannya. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan bahwa harah haidh itu adalah darah thabî’î (alami) yang bukanlah disebabkan karena factor sakit, terluka, keguguran ataupun persalinan. Oleh sebab haidh itu merupakan darah alami, maka kondisinya berbeda-beda tergantung kondisi fisik si wanita, lingkungan, iklim, dll. Karena itu antara satu wanita dengan wanita lainnya berbeda-beda. b. SIFAT & KARAKTERISTIK DARAH HAIDH : Darah haidh keluar dari Rahim wanita, biasa berwarna gelap atau merah menyala dan berasa panas seakan-akan seperti baru dibakar. Darah haidh itu cenderung kental namun tidak beku, memiliki aroma yang khas yang berbeda dengan darah-darah lainnya yang keluar dari arteri ataupun pembuluh darah, yang dikeluarkan berbarengan dengan luruhnya sel-sel dinding Rahim. Haidh itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan bagi seluruh puteri Adam, sebagaimana dalam hadits Aisyah yang dikeluarkan Bukhari dan Muslim. c. TANDA-TANDA DATANG BULAN DAN BERAKHIRNYA Tanda permulaan datang bulan adalah keluarnya gumpalan darah di saat terjadinya haidh berupa darah yang gelap pekat dan berbau. 1 Tanda berakhirnya datang bulan adalah diketahui dari terhentinya darah berwarna kekuningan atau kecokelatan. Untuk mengetahui terhentinya haidh, bisa dilakukan dengan 2 cara : o Memeriksa kekeringan, yaitu dengan cara wanita meletakkan kain atau kapas ke kemaluannya dan diperiksa kekeringan dan warnanya. o Memeriksa cairan lendir putih, yang merupakan cairan yang keluar saat terhentinya haidh. Dalilnya adalah hadits pembantu Aisyah yang bertanya kepada beliau tentang kapas yang masih berwarna kekuningan, apakah sudah diperkenankan untuk sholat? Maka Aisyah menjawab : “Janganlah kamu tergesa-gesa sampai kamu melihat lendir putih [HR Bukhari secara mu’allaq] d. PERIODE ATAU LAMA WAKTU HAIDH Ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam hal ini : o Ahmad dan Syafi’i berpendapat waktu minimalnya adalah 1 hari, dan waktu maksimalnya adalah 15 hari. Darah yang keluar lebih dari 15 hari, maka dianggap darah istihâdhoh. o Malik berpendapat bahwa tidak ada waktu tertentu. Pendapat yang râjih adalah periode haidh tidaklah ditentukan dengan waktu tertentu baik minimal atau maksimalnya, dan ini adalah pendapat Syaikhul Islam dan juga dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin. Yang jadi patokan adalah keberadaan haidh itu sendiri, jika tampak darah haidh maka berlaku padanya hukum wanita haidh, jika tidak tampak padanya darah haidh, maka ia wajib sholat dan ibadah lainnya. e. USIA PERTAMA KALI DATANG BULAN Yang rajih adalah tidak ada batasan usia tertentu kapan awal mula datang bulan, karena kondisi yang berbeda antara satu wanita dengan wanita lainnya. Yang jadi patokan adalah di saat usia berapa saja tampak adanya darah haidh, maka saat itulah dia mengalami haidh. Ini adalah pendapat Imam ad-Darimi, Syaikhul Islam dan dipegang oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin. Lantas, kapan seorang wanita dikatakan telah baligh (pubertas)?? Wanita bisa ditentukan sudah masuk pubertas/baligh, dari salah satu keempat hal di bawah ini : 1. Apabila usianya genap 15 tahun. 2. Apabila tumbuh rambut pubis pada kemaluannya. 3. Apabila telah bermimpi dan keluar air mani. 4. Apabila telah haidh. Apabila terhadap salah satu dari keempat hal di atas, maka telah dianggap baligh dan berlaku padanya hukum seperti wanita dewasa. f. YANG DILARANG SAAT WANITA HAIDH : Sholat Puasa Jima’ Thowaf 2 g. YANG DIPERBOLEHKAN BAGI WANITA HAIDH Berdzikir dan membaca al-Qur’an Sujud tilawah dan sujud syukur Menyentuh mushaf Mendengarkan bacaan al-Qur’an Menghadiri sholat ied (tanpa sholat) Memasuki masjid h. BEBERAPA HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH HAIDH Apakah wanita hamil itu mengalami haidh? Apa hukum flek kekuningan dan kecokelatan saat sebelum dan setelah haidh? Apakah darah haidh itu najis ataukah suci? Bagaimana jika seorang wanita mengalami haidh yang lebih lama dari periode haidh ia biasanya? Bagaimana jika seorang wanita yang telah suci (selesai haidh 1 atau 2 hari), kemudian tampak padanya ada bercak atau flek darah? Apabila telah suci dari haidh, namun tidak ada air, apa yang dilakukan? Apabila wanita yang telah menopause, tiba-tiba di tahun berikutnya keluar darah, bagaimana hukumnya? Apakah menopause ada batasan waktunya? Bagaimana seorang wanita yang keliru menganggap sesuatu yang bukan haidh sebagai haidh lalu ia meninggalkan sholat? Bagaimana wanita haidh apanbila dipaksa bersetubuh oleh suaminya? Bagaimana jika seorang suami mendatangi isterinya dalam keadaan haidh? Apakah ada kaffarat? Bagaimana hukum seorang wanita haidh tetap melakukan sholat? Apakah boleh wanita haidh berdzikir dan berdoa? Apabila seorang wanita telah suci sebelum masuk waktu fajar di bulan Ramadhan, namun ia belum mandi sampai lewat waktu fajar. Apakah dia tetap berpuasa? Apakah boleh seorang suami membaca al-Qur’an di sisi isterinya yang sedang haidh? Apakah boleh suami makan dan minum dari tempat yang sama dengan isterinya yang sedang haidh? Bolehkan suami menikmati tubuh isterinya yang sedang haidh tanpa jima’? Bolehkah wanita haidh melakukan sujud tilawah saat mendengarkan ayat tilawah? Bolehkah wanita berdiam diri di masjid? Apakah benar bahwa sebagian ulama menganjurkan bagi wanita haidh saat masuk waktu sholat untuk turut berwudhu kemudia dia duduk dan berdzikir serta berdoa kepada Allah? Apakah boleh menyelenggarakan pernikahan dengan wanita yang haidh? 3 2. DARAH NIFAS a. MAKNA NIFAS: Darah yang keluar dari rahim disebabkan karena persalinan atau melahirkan. para ulama berbeda pendapat tentang darah nifas, sbb: Jumhur ulama berpendapat bahwa darah nifas keluar baik sebelum melahirkan, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan, selama disertai rasa sakit. Asy-Syafi’iyah berpendapat bahwa darah nifas hanya yang keluar saat melahirkan dan setelah melahirkan. Adapun darah yang keluar sebelum melahirkan, maka tidak dianggap sebagai nifas walaupun disertai rasa sakit. b. PERIODE DAN LAMA NIFAS : Pendapat yang terpilih adalah lama waktu nifas adalah maksimal 40 hari. Imam Tirmidzi berkata : Para ulama dari kalangan sahabat dan setelahnya bersepakat wanita nifas meninggalkan sholat maksimal selama 40 hari, kecuali apabia ia melihat dirinya telah suci sebelum itu, maka hendaknya ia mandi dan sholat. Ibnu Qudamah berkata : Apabila darah nifas keluar lebih dari 40 hari, maka apabila bersamaan dengan waktu haidh dianggap haidh. Namun apabila di luar waktu haidhnya dianggao darah istihadhah. c. DARAH YANG KELUAR SAAT KEGUGURAN Apabila kegugurannya sebelum usia janin 40 hari, maka darah yang keluar tidak dihukumi sebagai darah nifas. Namun dihukumi sebagai darah istihadhah, ia wajib sholat dan puasa. Apabila kegugurannya setelah usia janin 80 hari, maka darah yang keluar dihukumi sebagai darah nifas. Apabila kegugurannya usia janin antara 40 sampai 80 hari, maka diperhatikan kondisi janin. Jika tampak sempurna tubuhnya maka dianggap darah nifas. Jika tidak, maka tidak dianggap nifas. d. HAL-HAL YANG BERKAITAN SAAT PERIODE NIFAS Apabila seorang wanita mendapati keluarnya darah sehari atau dua hari sebelum kelahiran, apakah boleh meninggalkan sholat dan puasa? Apabila seorang wanita terhenti darahnya sebelum 40 hari, apakah sudah boleh sholat dan puasa? Apabila seorang wanita terhenti darahnya sebelum 40 hari sedangkan dia sudah mandi dan sholat, namun keluar darah lagi sebelum hari ke-40, apakah yang dia lakukan? Apabila seorang wanita keluar darah lebih dari 40 hari, bagaimana kondisinya? Bolehkah suaminya menggaulinya? Apabila seorang wanita terhenti darahnya sebelum 40 hari lalu suaminya menyetubuhinya, namun keluar darah lagi sebelum hari ke-40, bagaimana hukumnya? 4 Bagaimana hukum wanita yang melahirkan dan tidak mengeluarkan darah apapun? Bolehkah suami menikmati isterinya yang sedang nifas tanpa melakukan persetubuhan? 3. DARAH ISTIHADHAH. a. MAKNA ISTIHADHAH : Darah yang keluar di luar waktu haidh dan nifasnya, baik terpisah (munfashal) ataupun bersambung (muttashal). Darah istihadhah bukanlah darah kebiasaan, darah normal dan bukan darah alami. Hukum wanita yang mengalami istihadhah adalah suci, tidak menghalangi dirinya dari sholar, puasa dan jima’ berdasarkan ijma’ ulama. b. PERIODE DAN LAMA ISTIHADHAH : Tidak ada batasan periode dan lama waktu istihadhah, karena ini darah di luar kebiasaan, abnormal dan tidak alami. c. BAGAIMANA MENENTUKAN ISTIHADHAH : Apabila darah yang keluar munfashal (terpisah) dari haidh dan nifasnya, maka bisa dengan mudah ditentukan. Apabila darah yang keluar muttashal (bersambung) dengan haidh dan nifas, maka dalam kondisi ini seorang wanita tidak lepas dari 4 kondisi : 1. Wanita yang mengetahui kebiasaan waktu haidhnya, maka ditunggu hingga periode haidhnya berlalu, kemudian dia mansdi dan sholat. Karena darah yang keluar di luar kebiasaannya dianggap darah istihadhah. 2. Wanita yang tidak mengetahui kebiasaan waktu haidhnya, namun ia bisa membedakan antara sifat darah haidh dan selainnya, maka hendaknya ia melihat darah yang keluar dari kemaluannya. Jika sifat darah yang keluar berbeda dengan darah haidh, maka ia mandi dan sholat. 3. Wanita yang pertama kali mengalami haidh (mubtada`ah) dan tidak mengetahui periode dan sifat darah haidhnya, maka disandarkan kepada mayoritas waita pada umumnya atau keluarga wanita terdekatnya. 4. Wanita yang lupa sama sekali kebiasaan haidhnya dan tidak mampu membedakan antara haidh dengan selainnya, maka menurut ulama kondisinya disamakan dengan wanita mubtada`ah. d. BAGAIMANA WANITA MUSTAHADHAH MELAKUKAN SHOLAT : Hendaknya ia tetap berwudhu setiap hendak sholat. Mengakhirkan waktu sholat, misal melaksanakan sholat zhuhur di akhir waktu dan ashar di awal waktu, demikian pula mengakhirkan maghrib dan mengawalkan isya. Dianjurkan untuk Mandi di setiap kali akan sholat. e. HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN WANITA ISTIHADHAH Wanita mustahadhah statusnya sama dengan wanita suci. 5 Wanita mustahadhah diwajibkan untuk sholat, puasa, dll dan diperkenankan untuk membaca a-Qur’an, memegang mushaf, dll. Wanita mustahadhah yang telah berwudhu lalu keluar darahnya baik banyak atau sedikit, maka tidak mempengaruhi wudhu dan sholatnya. Wanita mustahadhah diperbolehkan bersetubuh dengan suaminya di laur waktu haidh dan nifasnya. Wanita mustahadhah diperbolehkan ikut i’tikaf di Masjid. f. BEDA DARAH HAIDH DENGAN DARAH ISTIHADHAH SIFAT HAIDH ISTIHADHAH WARNA Hitam, gelap, merah nyala Merah segar TEKSTUR Kental Encer BAU Berbau amis Tidak berbau amis PEMBEKUAN Tidak membeku membeku Wallâhu a’lam bish Showab. Selesai Kitâb ath-Thohâroh dari buku al-Fiqh al-Muyassar lil Mar’atil Muslimah. Berlanjut insya Allah ba’dal ied, KITAB ASH-SHOLAH Cinere, 22 Ramadhan 1437 | 27 Juni 2016 6