TINJAUAN PUSTAKA Survey Tanah Survei tanah - USU-IR

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Survey Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik, dan biologi
di lapangan maupun di laboratorium, dengam tujuan penggunaan lahan umum maupun
khusus. Suatu survei tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika diteliti dalam
meletakkannya. Relevansi sifat – sifat yang ditetapkan dengan penggunaannya atau
tujuan penggunaannya harus tinggi. Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu
menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi – bagi berdasarkan kesamaan sifat –
sifatnya, sehingga terbentuk soil mapping unit atau SPT. Dengan adanya pola
penyebaran tanah ini, maka dimungkinkan untuk menduga sifat – sifat tanah yang
dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan dan responnya terhadap perubahan
pengelolaannya (Abdullah, 1996).
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang tanah. Informasi meliputi
deskripsi dari tanah, lokasi tanah, kesesuaian, keterbatasan, dan pengelolaan tanah
untuk keperluan tertentu. Tanah di daerah survei terjadi dalam pola teratur yang
berhubungan dengan geologi, landforms, lega, iklim, dan vegetasi alam daerah. Setiap
jenis tanah terkait dengan jenis tertentu dari lanskap atau segmen lanskap. Dengan
mengamati tanah di daerah survei dan berkaitan dengan posisi untuk segmen tertentu
dari lanskap, seorang ilmuwan tanah mengembangkan sebuah konsep, atau model,
bagaimana tanah yang terbentuk (SSURGO, 1995).
Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang
sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah
yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan wakti. Jadi jenis
Universitas Sumatera Utara
tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat data penyebarannya
(Buckman and Brady, 1982).
Dasar dari semua peta survei tanah adalah bahwa daerah yang diidentifikasi
memiliki karakteristik yang sama, sehingga dapat diprediksi prediksi. Para peneliti,
tenaga penyuluhan, dan perencana perlu mengetahui luas areal dan distribusi jenis
tertentu tanah untuk benar memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh. Misalnya, jika
menemukan bahwa jenis tertentu dari pupuk meningkatkan hasil pada tanah berpasir,
kemudian kita perlu tahu di mana tanah berpasir terjadi. Sebaliknya, seseorang juga
perlu untuk mengetahui daerah-daerah mana ekstrapolasi mengenai tanah berpasir .
Survei tanah sebagian besar dilakukan untuk daerah yang cukup besar untuk memiliki
lebih dari satu jenis penggunaan lahan penting dan beberapa pengguna dengan
beragam kepentingan. Beberapa survei yang dilakukan untuk melayani pengguna yang
membutuhkan informasi yang tepat tentang sumber daya tanah meliputi beberapa
hektar atau kurang (Coen, 1987).
Menurut Subardja (2000) dalam Siboro (2010) jenis survei sumberdaya lahan
dapat dibedakan pada beberapa tingkatan, yaitu: (1) tingkat eksplorasi, (2) tingkat
tinjau, (3) semi detail, dan (4) detail. Semua jenis survei ini sering digunakan ,
walaupaun mempunayi perbedaan yang besar dalam hal ketentuan skala dan intensitas
pengamatan.
Survei tanah saat ini mengidentifikasi sifat tanah lebih banyak, menggunakan
citra digital untuk overlay dengan data lain, dan lebih rinci dari survei sebelumnya.
Survei tanah Awal mengidentifikasi sifat tanah sangat sedikit, seperti tekstur, warna,
kedalaman, dan basah. Survei hari ini mengidentifikasi lebih dari 300 sifat-sifat tanah.
Survei awal terfokus pada pertanian, sedangkan survei sekarang memberikan
informasi untuk berbagai penggunaan lahan selain pertanian. Tanah mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
kehidupan tumbuhan dan hewan. Melindungi dan melestarikan sumber daya tanah
pertanian menjamin produktif bagi generasi mendatang. Survei tanah memberikan
informasi ilmiah yang diperlukan untuk benar mengelola dan melestarikan tanah.
Survei tanah memberikan data tentang kimia, fisika, dan biologi tanah, mereka
menunjukkan hubungan tanah untuk tanaman dan air, mereka menyediakan peta untuk
menampilkan hubungan untuk penilaian dan penggunaan, memberikan dasar untuk
memprediksi dan meminimalkan degradasi tanah dan sumber daya air, memungkinkan
penilaian dampak manajemen pada perubahan ekologi dan lingkungan, dan
memungkinkan pengguna lahan untuk mengelola lahan secara berkelanjutan (NRCS,
2012).
Land Use dan Land Cover Change (LULCC)
Tutupan lahan didefinisikan oleh atribut dari permukaan tanah bumi ditangkap
dan didistribusikan dalam bentuk seperti vegetasi, gurun, air, dan es yang berada
langsung bawah permukaan, termasuk biota, tanah, topografi, permukaan dan air
tanah, dan juga mencakup struktur yang dibuat semata-mata oleh aktivitas manusia
seperti tambang eksposur dan pemukiman. Di sisi lain, penggunaan lahan adalah
dimaksudkan kerja dan manajemen strategi ditempatkan pada tutupan lahan oleh
manusia, atau pengelola lahan untuk mengeksploitasi penutup lahan dan
mencerminkan kegiatan manusia seperti zona industri, zona pemukiman, lahan
pertanian, penggembalaan, penebangan, dan pertambangan diantara banyak lainnya
(Zubair, 2006)
Perubahan penggunaan lahan (land use change) didefinisikan sebagai setiap
fisik, biologis atau kimia disebabkan manajemen perubahan, yang dapat mencakup
konversi penggembalaan dengan tanam, perubahan penggunaan pupuk, perbaikan
Universitas Sumatera Utara
drainase, instalasi dan penggunaan irigasi, perkebunan, membangun bendungan
pertanian, polusi dan degradasi lahan, penghapusan vegetasi, penyebaran gulma dan
spesies eksotik, dan konversi ke non-pertanian (Quentin et al., 2006).
Penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori besar sebagai konversi dan modifikasi. Konversi mengacu pada
perubahan dari satu sampul atau menggunakan jenis yang lain, sedangkan modifikasi
melibatkan pemeliharaan dari penutup yang luas atau menggunakan tipe dalam
menghadapi perubahan atributnya (Baulies dan Szejwach, 1998).
Menurut Lambin (2005) dalam Oumer (2009) penggunaan sumber daya yang
berkelanjutan
mengacu
pada
penggunaan
lingkungan
sumber
daya
untuk
memproduksi barang dan jasa sedemikian rupa,dalam jangka waktu yang panjang,
sumber daya alam tidak rusak sehingga kebutuhan manusia di masa depan dapat
dipenuhi. Salah satu tantangan global yang paling signifikan dalam hal ini berkaitan
dengan pengelolaan transformasi di permukaan bumi terjadi melalui perubahan
penggunaan lahan dan tutupan lahan.
Menurut Codjoe ( 2007) dalam Oumer (2009) Oleh karena itu, penelitian
penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan (LUCC) perlu berurusan dengan
deskripsi, identifikasi kualitatif dan parameterisasi faktor yang mendorong perubahan
penggunaan lahan dan tutupan lahan, serta integrasi dari konsekuensi dan akibatnya.
Namun, salah satu tantangan utama dalam analisis LUCC adalah untuk
menghubungkan perilaku orang untuk biofisik dalam skala spasial dan temporal yang
sesuai Namun, ia berpendapat bahwa tren penggunaan lahan dan tutupan lahan
perubahan bisa dinilai dengan mudah dan terkait dengan data penduduk, jika unit
analisis adalah nasional, regional, kabupaten atau kota.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai proses perubahan dari
penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lainnya yang dapat bersifat permanen
maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan
transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang
baik untuk tujuan komersil maupun industri (Muiz, 2009).
Penggunaan lahan dan pemetaan tutupan lahan merupakan salah satu hal yang
paling penting dan aplikasi yang khas dari data penginderaan jauh. Penginderaan jarak
jauh adalah alat yang berguna dan memiliki nilai ilmiah untuk studi interaksi di
lingkungan manusia, khususnya penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan
(Codjoe, 2007 dalam Oumer , 2009).
Ada variasi yang signifikan antara kemampuan instrumen berbagai sensor dan
kekayaan informasi yang ditangkap dan juga penerapan tergantung pada Tujuan dari
penelitian dimaksudkan. Ada juga variasi yang jelas dalam sifat spasial dan spektral
dari citra satelit yang diperoleh oleh versi berbeda dari sensor instrumen khusus.
Instrumen Landsat dapat diambil sebagai barang contoh untuk menunjukkan
peningkatan yang berkelanjutan dalam radiometrik dan spektral properti gambar
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang sumber daya lahan.
Sejak tahun 1972, satelit Landsat telah disediakan berulang-ulang, sinoptik,
global cakupan resolusi tinggi citra multispektral. sejarah panjang Mereka dan
kehandalan
telah
membuat
mereka
menjadi
sumber
populer
untuk
mendokumentasikan perubahan di tanah tutup dan gunakan dari waktu ke waktu dan
evolusi mereka lebih ditandai dengan peluncuran Landsat 7 oleh pemerintah AS pada
tahun 1999. Multispektral Scanner (MSS) data dari US Geological Survey ini (USGS)
EROS Data Center (EDC) telah memberikan catatan sejarah dari daratan Bumi
Universitas Sumatera Utara
permukaan dari awal 1970-an ke awal 1990-an. MSS dan sensor TM terutama
terdeteksi dari pantulan radiasi dari permukaan bumi dalam terlihat dan panjang
gelombang IR, tetapi sensor TM menyediakan informasi lebih dari radiometrik MSS
sensor (Turner et al., 2003).
Rentang panjang gelombang untuk sensor TM adalah dari yang kelihatan
(biru), melalui pertengahan IR, ke bagian thermal-IR dari spektrum elektromagnetik
dan memiliki resolusi spasial 30 meter untuk terlihat, dekat-IR, dan pertengahan-IR
panjang gelombang dan resolusi spasial 120 meter untuk band thermal-IR. Setiap pixel
gambar Landsat TM berisi banyak informasi tentang permukaan bahan yang
memantulkan cahaya dari pixel itu ke sensor satelit. masing-masing band di gambar
TM merupakan bagian yang terpisah dari data yang nilainya berkisar dari 0 sampai
255 memungkinkan seluruh gambar mengandung 2.565 (sekitar 1,1 miliar).
Barlowe (1978) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan
terdapat empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan,
faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi social dan budaya
masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertambahan
jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang
dapat dihasilkan oleh sumber daya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian
meningkat dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan
terhadap hasil non pertanian seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana
wilayah. Peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini
cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan
lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut
terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah
faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor-faktor
lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan
kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim sumber daya air dan
kemungkinan perairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah, yang
secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada
sebidang tanah (Sys et al., dalam Gandasasmita, 2001).
Beberapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktorfaktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan beberapa hal yang diduga
sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain :
1. Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan
2. Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga
atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman
(komplek-komplek perumahan)
3. Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan
menggeser kegiatan pertanian/ lahan hijau khususnya di perkotaan
4. Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan
ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
(Haryani, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan paling menentukan
keragaman penggunaan lahan. Unsur-unsur iklim seperti hujan, penyinaran matahari,
suhu, angin, kelembaban dan evaporasi, menentukan ketersediaan air dan energi,
sehingga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman.
Penyebaran dari unsur-unsur iklim ini bervariasi menurut ruang dan waktu, sehingga
penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya (Mather, 1986
dalam Gandasasmita, 2001 ).
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peranan topografi
terhadap penggunaan lahan dibedakan berdasarkan unsur-unsurnya adalah elevasi dan
kemiringan lereng. Peranan elevasi terkait dengan iklim, terutama suhu dan curah
hujan. Elevasi juga berpengaruh terhadap peluang untuk pengairan. Peranan lereng
terkait dengan kemudahan pengelolaan dan kelestarian lingkungan. Daerah yang
berlereng curam mengalami erosi yang terus-menerus sehingga tanah-tanah ditempat
ini bersolum dangkal, kandungan bahan organic rendah dan perkembangan horison
lambat dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam.
Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut dan seterusnya juga
mempengaruhi pembentukan tanah (Hardjowigeno, 1993).
Menurut Peng dan Wang (2011) karena pertumbuhan penduduk dan
perkembangan ekonomi, banyak praktek penggunaan lahan seperti penebangan,
pengembalaan dan kegiatan pertanian dilakukan. Sedangkan penggunaan lahan yang
tidak tepat dapat menyebabkan erosi tanah yang parah, curah hujan juga dapat
menyebabkan aliran permukaan dan erosi tanah, beberapa studi menunjukkan bahwa
erosi tanah sangat tinggi di daerah karst cina barat daya karena pembentukan tanah
Universitas Sumatera Utara
rendah, lereng curam topografi, curah hujan tahunan tinggi dan tutupan vegetasi
miskin.
Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran
penggunaan lahan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah
merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan
yang diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal. Tanah merupakan kumpulan
benda alam dipermukaan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan, dan penopang
atau mampu menopang pertumbuhan tanaman. Tanah meliputi horison-horison tanah
yang terletak diatas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang
waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Bahan-bahan di bawah
tanah atau bahan induk tanah bukanlah selalu berasal dari batuan yang keras, tetapi
dapat juga berasal dari bahan-bahan lunak seperti bahan alluvium, abu volkan, tufa
volkan, dan sebagainya (Hardjowigeno, 1993).
Remote Sensing
Remote sensing atau penginderaan jarak jauh adalah ilmu dan seni untuk
mendapatkan informasi suatu obyek, wilayah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dari sensor pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah
atau fenomena yang diamati (Lillesand dan Kieffer, 2004).
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh
adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah
direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau
objek. Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer (1994), Penginderaan jauh adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena
Universitas Sumatera Utara
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah atau fenomena yang dikaji.
Sistem pengindraan jarak jauh pasif (foto udara dan citra aster), yaitu sistem
pengindraan jarak jauh yang energinya dari matahari. Panjang gelombang yang
digunakan oleh sistem pasif, tidak memiliki kemampuan menembus atmosfer yang
dilaluinya, sehingga atmosfer ini dapat menyerap (absorp) dan menghamburkan
(scatter) energy pantulan objek yang akan diterima oleh sensor (Lillesand dan Kieffer,
1997).
Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara
atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki
karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya
menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan (Richards dan Jia,
2006).
Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi
distribusi daya, distribusi gelombang bunyi atau distribusi energi elektromagnetik
(Purwadhi, 2001).
Sebuah atribut utama dari lanskap adalah pola spasial dan struktur. Ini
menunjukkan bahwa deteksi proses perubahan tutupan lahan dengan penginderaan
jauh adalahcmeningkat ketika kedua spektral dan spasial indikator kondisi permukaan
sepertickemiringan dan topografi yang digunakan. Aspek temporal fenomena alam
yang penting untuk interpretasi citra karena faktor seperti pertumbuhan vegetasi dan
tanah kelembaban bervariasi sepanjang tahun, dan karenanya, hasil yang lebih positif
dapatcdicapai dengan memperoleh gambar pada beberapa kali selama siklus
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tahunan ,Selanjutnya, perubahan lanskap spasial Pola lebih cenderung
untuk mengungkapkan tutupan lahan jangka panjang dan seberapa lama perubahan
dapat bertahan (Lillesand dan Kieffer, 2004).
Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang elektromagnetik.
Gelomabng elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan tetapi gelombang
elektromagnetik yang terpenting pada penginderaan jauh adalah sinar matahari.
Banyak sensor menggunakan energi pantulan sinar matahari sebagai sumber
gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada beberapa sensor penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor
itu sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari pantulan cahaya matahari atau
energi bumi dinamakan sensor pasif, sedangkan yang memanfaatkan energi dari sensor
itu sendiri dinamakan sensor aktif (Kerle, et al., (2004) dalam Oumer (2009)).
Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik,
data statistik dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi
mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya
lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu
dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut.
Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan
data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001).
pH tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu
pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya
unsur hara tertentu serta mempengaruhi ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah
lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar dari 8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat
diserap tanaman akibat terhambatnya proses nitrifikasi. Pada pH lebih kecil dari 5.0
Universitas Sumatera Utara
unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam. Ketersediaan P didalam tanah
berbanding lurus dengan pH tanah. Bila tanah masam ketersediaan P akan menurun,
sebaliknya bila pH tanah meningkat sampai pH tertentu, maka ketersediaan P juga
akan meningkat
Informasi yang berasal dari data penginderaan jauh telah sering digunakan
untuk membantu dalam perumusan kebijakan dan memberikan wawasan tutupan lahan
dan penggunaan lahan pola, dan multi-temporal yang tren. Interpretasi foto udara
terus menjadi alat standar untuk pemetaan dan pemantauan tutupan lahan dan
perubahan penggunaan lahan Selain itu, sebagai teknologi telah membaik, demikian
juga memiliki jangkauan dan kesempatan untuk penginderaan jauh dinamika struktur
ekosistem. Telah ada evolusi dalam cara di mana penginderaan jauh, terkait teknologi,
dan teknik analisis yang digunakan untuk memetakan tutupan lahan dan penggunaan
lahan perubahan di tingkat lokal, lanskap, skala regional dan benua. Remote sensing
citra dari platform satelit dan udara menyediakan data digital pada skala pengamatan
yang memenuhi kriteria pemetaan berbagai karakteristik permukaan antropogenik dan
alami. Regional dan benua skala tutupan lahan dan penggunaan lahan dapat dipetakan
secara operasional, dan tinggi rinci lokal untuk spasial lanskap skala analisis memiliki
potensi besar karena satelit saat ini menyediakan skala informasi sebanding dengan
foto udara. Misalnya, generasi terbaru dari satelit penginderaan jauh memberikan
sangat tinggi-resolusi spasial Data (yakni IKONOS [1 m] dan Quickbird [0,60 m])
(Treitz and John, 2003).
Universitas Sumatera Utara
KONDISI UMUM WILAYAH
Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 22 kabupaten di Sumatera Utara.
Luas areal Kabupaten Dairi pada tahun 1999 – 2002 adalah 314.000 ha dan pada tahun
2003 kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai
kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat. Pada tahun 2003 Kabupaten Dairi
terdiri dari 15 kecamatan dengan luas 192.780 dan jumlah penduduk di Kabupaten
Dairi adalah 255.847 jiwa.
BPS (2013) Kabupaten Dairi yang terdiri dari 15 kecamatan ini mempunyai
Luas 192.780 ha atau sekitar 2,69 % dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 ha).
Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara yang berbatasan
dengan:
Universitas Sumatera Utara
•
Sebelah Timur dengan Kabupaten Samosir
•
Sebelah Utara dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kabupaten
Tanah Karo
•
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat
•
Sebelah Barat dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupaten dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Dairi terletak antara 98000’ – 980 30’ BT dan 2015’00” – 3000’00” LU.
Sebagian besar tanahnya berupa gunung-gunung dan bukit- bukit dengan kemiringan
bervariasi sehingga terjadi iklim hujan sub tropis jumlah penduduk di Kabupaten Dairi
Pada Tahun 2013 adalah 273.394 jiwa.
Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian antara 400 s/d 1.700
m diatas permukaan laut. Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan
Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 s/d 1.360 m
diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang dan Kec.Tanah Pinem berada
pada ketinggian antara 700 s/d 1.700 meter diatas permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara
Download