11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Desa Dayun Menurut Tim Faperta UNRI dan Jica (2008) Desa Dayun merupakan salah satu dari 11 desa yang berada di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak dengan luasan lebih kurang 84.000 ha. Sebelah Utara Desa Dayun berbatasan dengan Desa Mempura, sebelah Selatan berbatasan dengan Pelelawan, sebelah Barat berbatasan dengan Banjar Seminai dan Pangkalan Makmur, dan sebelah Timur berbatasan dengan Benteng Hulu. Sebagian besar Desa Dayun merupakan kawasan perusahaan BOB (Badan Operasional Bersama) yang di dalamnya terdapat kawasan hutan lindung. Keadaan iklim Desa Dayun berkisar antara 20-30 °C, suhu tertinggi 32 °C dan suhu terendah 18 °C. Curah hujan sekitar 14,3 % dengan rata-rata curah hujan 2500 mm/tahun, dengan periode bulan basah dari bulan September hingga Maret dan periode bulan kering dari Bulan April hingga Agustus (Febriyeni, 2009). Jenis tanah di Desa Dayun yaitu PMK dan gambut. Tanah PMK memiliki wama cokelat tua hingga kekuningan dengan tekstur lempung liat berpasir. Topografi permukaan bergelombang sampai berbukit. Lahan-lahan pertanian di Desa Dayun banyak didominasi tanaman kelapa sawit dan karet yang merupakan sumber mata pencaharian utama, hanya sebagian kecil yang menanam tanaman muda seperti palawija (Febriyeni, 2009). 2.2. Syarat Tumbuh Salak Pondoh Salak pondoh merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh menyebar keseluruh wilayah nusantara (Soetomo dan Tjahjadi, 1990). Menurut Santoso, (1996) kedudukan salak pondoh {Salacca edulis Reinw) dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Bangsa: Palmales, Suku: Palmae, Marga: Salacca, dan Jenis: Salacca edulis Reinw. Salak pondoh mempakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh menyebar keseluruh wilayah nusantara (Soetomo dan Tjahjadi, 1990). Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang pendek tertutup oleh pelepah-pelepah daun dan seluruh permukaan 6 tanaman ditutupi duri-duri yang tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan {parennial), bila tanaman salak sudah tua dapat diremajakan kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan tunas-tunas atau tanaman baru (Rukmana. 1999) Menurut Rochani (2008), untuk pertumbuhan optimum salak pondoh membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai seperti: a. Iklim • Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bed. Babe dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun dan C : 5-7 bulan/tahun. • Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi. • Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. • Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air ). Drainase Menurut FAO (1983), drainase tanah merupakan kecepatan perpindahan air tanah )aik berupa aliran permukaan maupun perembesan air ke dalam tanah. Drainase tanah lipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu topografi, tekstur, permeabilitas dan ketersediaan lir yang berasal dari curah hujan. Komposisi udara dalam tanah tergantung pada aerasi. 'ada drainase tanah yang baik, tanah memiliki kelembaban dan kandungan karbon iioksida lebih tinggi dari atmosfir. Kondisi drainase yang jelek atau pada kondisi yang ergenang maka kandungan oksigen akan menurun dan kecepatan difusi ke akar tanaman srbatas. Pada tanah yang drainasenya sangat tinggi maka kehilangan unsur hara melalui lencucian juga akan meningkat (Bunting, 1981). Menurut Rochani (2008), drainase yang esuai untuk pertumbuhan salak pondoh adalah dari drainase yang baik, agak baik, dan gak terhambat. 6 7 c. Tekstur Tanah Menurut Hakim et al (1986), tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi debu, liat, dan pasir yang dinyatakan dalam persen. Tekstur tanah mempunyai pengaruh yang penting terhadap kemampuan tanah dalam menahan air, laju infiltrasi, perkolasi, dan peredaran udara di dalam tanah. Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. d. Kedalaman Efektif Kedalaman efektif adalah dalamnya akar tanaman yang dapat menembus lapisan tanah dimana perakaran dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya hambatan atau pembatas. Kedalaman efektif merupakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi (Hardjowigeno, 2007). e. Tingkat kematangan Gambut Tanah gambut merupakan tanah yang tersusun dari bahan tanah organik dengan ketebalan minimal 40 cm atau 60 cm, tergantung bobot jenis (BD) dan tingkat dekomposisi bahan organiknya. Tanah-tanah gambut terbentuk dari endapan bahan organik yang terutama berasal dari sisa jaringan tumbuhan pada masa lampau (Setiadi. ef al, 1997). Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1994) tingkat dekomposisi bahan organik dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu fibrik, hemik, dan saprik. Fibrik :merupakan gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi awal, dengan lebih dari tiga perempat bagian volumenya (75%) masih berupa serat. Hemik :merupakan gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi tengahan, sebagian bahan organiknya sudah benar-benar lapuk, dan sebagian lagi masih berupa serat. Kandungan serat pada tingkat dekomposisi hemik adalah antara 17-75% volumenya. Saprik merupakan gambut dengan tingkat dekomposisinya sudah lanjut dan bahan-bahan kasar/seratnya tinggal sedikit yaitu kurang dari 17% volumenya. f Reaksi Tanah (pH) Reaksi tanah (pH) adalah gambaran diagnostik dari nilai yang kiiusus atau konsentrasi ion H. Tanah dikatakan masam, jika pH nya kecil dari 7, netral jika sama dengan 7 dan basa jika pH nya diatas 7. Jika konsentrasi ion H dalam tanah naik maka 7 8 pH tanah turun dan jika ion H dalam tanah turun maka pH tanah akan naik (Hardjowigeno, 2007). Faktor kemasaman tanah digunakan sebagai salah satu faktor pembatas kesesuaian lahan, karena kemasaman tanah merupakan satu faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kemasaan tanah merupakan perwujutan dari proses hancuran iklim dan faktor kimiawi yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah (Hakim et. al, 1986). Menurut Hardjowigeno (1987), pH tanah penting untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman dan menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun dan dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH netral. g. Kapasitas Tukar Ration (KTK). Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan koloid tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation dari berbagai tanah sangat beragam, bahkan tanah yang sejenis juga dapat berbeda KTK nya (Hakim et al, 1986). Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan K T K tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur hara yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tersebut tidak hilang tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1987). h. Ketersediaan Unsur Hara (n) Menurut FAO (1983), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman, yaitu 1) jumlah hara yang terdapat di dalam tanah, 2) bentuk hara tersedia, dan ukuran kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman 3) kemampuan sistem vegetasi tanah untuk mensuplai hara selama periode akhir dari tanaman penutup. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Unsur hara makro dan mikro harus berada dalam keadaan seimbang. Sisa tanaman juga akan nienambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Keberadaan bahan organik di dalam tanah akan menunjang aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga tanah akan menjadi subur dan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman akan menjadi tersedia, dengan demikian tanaman akan dapat tumbuh dengan baik (Hardjowigeno, 1987). i. Ketinggian tempat 8 9 Pada umumnya salak pondoh tumbuh pada ketinggian tempat antara 100-500 m diatas permukaan laut (Rukmana, 1999). 23. Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Metode Parametrik Menurut Rayes (2006), evaluasi kesesuaian lahan merupakan pemeringkatan kecukupan niutu lahan selaku segi penawaran untuk memenuhi permintaan suatu macam penggunaan lahan tertentu akan mutu lahan tersebut. Makin terbatas kecukupannya, kesesuaian lahan dinilai makin rendah untuk macam penggunaan yang direncanakan. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1983), terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang bersifat menurun yaitu: 1. Ordo kesesuaian lahan (order): Menunjukkan jenis atau macam kesesuaian lahan secara umum, 2. Kelas kesesuaian lahan (kelas): Menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo, 3. sub-Kelas kesesuaian lahan: Menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas, 4. Satuan kesesuaian lahan: Menunjukkan perbedaan-pcrbedaan kecil yang diperlukan untuk pengelolaan dalam sub-kelas. Kesesuaian lahan dalam tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo kesesuaian lahan dibagi dua : a. Ordo S: Sesuai (Suitable), yakni lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya alam b. Ordo N: Tidak sesuai (Not Suitable), yakni lahan yang mempunyai pembatas sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas menunjukkan bagian lebih lanjut dari ordo dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari ordo. Hardjowigeno (2007), mengatakan bahwa kelas kesesuaian lahan dibagi lima: 1. Kelas S I : Sangat sesuai (Highly Suitable), yaitu lahan tanpa atau mempunyai faktor pembatas, tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman. 2. Kelas S2: Cukup sesuai (Moderatly Suitable), yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk suatu penggunaan lestari. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi produksi tanaman. 9 10 3. Kelas S3: Sesuai Marginal (Marginally Suitable), yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. 4. Kelas N l : Tidak sesuai sekarang (Currently Not Suitable), yaitu lahan mempunyai faktor pembatas sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang. 5. Kelas N2: Tidak sesuai permanen (Permanetly Not Suitabel), yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan lestari. Evaluasi kesesuaian lahan secara parametrik menentukan kelas kesesuaian lahan atas dasar sejumlah sifat lahan tertentu, dimana pemilihan sifat tersebut ditentukan oleh macam peruntukan atau penggunaan lahan yang sedang dievaluasi. Pendekatan ini biasanya digunakan apabila individu dari sifat lahan dianggap lebih penting dari pada sifat lahan secara keselunihan. Pendekatan parametrik terdiri atas tiga tahapan berikut: 1. Mengevalusi sifat-sifat tanah yang berbeda secara terpisah dan memberikan nilai numeriknya secara terpisah pula menurut kepentingannya di dalam atau di antara sifat-sifat tersebut 2. Mengombinasikan nilai-nilai numerik dari faktor-faktor tersebut menurut hukum matematik dengan mempertimbangkan hubungan dan interaksi antara faktorfaktor dalam menghasilkan indeks penampilan akhir • 3. Gunakan hasil kombinasi tersebut untuk menggolongkan tanah menurut tingkat kesesuaiannya untuk pertanian (Rayes, 2006). Dalam penilaian parametrik data iklim dibagi menjadi empat kelompok yaitu karakteristik iklim yang dihubungkan dengan 1) curah hujan, 2) suhu, 3) kelembaban udara, dan 4) sinar matahari. Data mengenai sifat fisik tanah langsung diperoleh dari pengamatan tanah di lapangan, sementara sifat kimia tanah diperoleh dengan analisis kimia tanah. Data fisik berupa tekstur tanah, struktur tanah, aerase, total ruang pori, kedalaman tanah, sementara sifat kimia tanah berupa kandungan unsur hara, KTK, pH tanah (Nasution, 2003). Proses ini meliputi pemilihan ciri tanah yang dievaluasi dan diberi nilai, kemudian nilai rata-rata dari ciri-ciri ini disubsitusikan kedalam rumus matematik untuk menghasilkan indeks penampilan akhir. Metode yang digunakan secara luas adalah 10 11 indeks lahan. Metode ini diperoleh dengan jalan mengalikan nilai dari sejumlah faktorfaktor tertentu seperti seri tanah, lereng dan faktor lainnya (Rayes, 2006). Keunggulan sistem parametrik ini tidak saja menghitung kelas kesesuaian lahan berdasarkan sifat sifat tanah saja akan tetapi memperhitungkan seluruh faktor iklim dan memetakannya dalam satu peta kesesuaian lahan (Nasution, 2003) 11