BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Musik Sebagai Media Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Musik Sebagai Media Komunikasi Massa
Musik merupakan seni yang melukiskan tentang keindahan yang disajikan
dalam bentuk suara. Saat ini, musik bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan bagi
manusia. Acara musik di televisi dan radio pun semakin banyak. Hampir semua
orang setiap harinya mendengarkan musik. Musik sangat berperan dalam
kehidupan sehari-hari manusia.
Dalam kajian ilmu komunikasi, musik termasuk ke dalam komunikasi
massa. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator
terhadap komunikan. Dalam komunikasi massa, proses penyampaian pesan dapat
dilakukan melalui musik. Musik merupakan media yang efektif untuk
menyampaikan pesan. Dalam komunikasi dengan menggunakan musik, dapat
disimpulkan bahwa pencipta lagu atau penyanyi sebagai komunikator, lirik dan
irama sebagai media, dan masyarakat sebagai komunikannya.
2.1.1 Komponen Komunikasi Massa
Berikut adalah mengenai beberapa komponen komunikasi antara lain
10
11
1. Sumber (Komunikator)
Sering juga disebut pengirim, penyandi, atau pembicara merupakan
pihak
yang
berinisiatif
atau
mempunyai
kebutuhan
untuk
berkomunikasi.
1.
Pesan yang disampaikan
Yaitu apa yang disampaikan oleh pengirim dan penerima, yang berupa
seperangkat symbol verbal dan non-verbal yang mewakili perasaan,
nilai gagasan atau maksud si pengirim.
2.
Saluran (Media)
Yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima secara tidak langsung atau melalui televisi,
surat kabar, majala dan lain sebagainya.
3.
Penerima (Komunikan)
Sering disebut juga sasaran atau tujuan, pendengar atau kalayak, yakni
orang yang menerima pesan dari sumber.
4.
Efek yang terjadi
Yaitu apa yang terjadi pada penerima setela menerima pesan dari
pengirim.1
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002,
Hal 62-65.
12
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di
masyarakat. Dalam Bungin (2008) mengemukakan, bahwa fungsi aktifitas sosial
memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata
yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function)
adalah fungsi nyata yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya, setiap fungsi
sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.2
Menurut Jalaludin Rakhmat, fungsi komunikasi massa adalah menyiarkan
informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Fungsi-fungsi berikut dapat
dijelaskan sebagai berikut:3
1.
Fungsi menyiarkan informasi( to information )
Fungsi
ini merupakan yang pertama dan utama. Khalayak menerima
informasi mengenai berbagai hal yang terjadi. Gagasan atau fikiran orang
lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan sebagainya.
2.
Fungsi mendidik (to educate)
Sebagai
sarana
pendidikan
massa
sebagai
khalayak
bertambah
pengetahuannya, fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk
pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analisis.
2
3
M Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2008, cet ke 3 hal 78.
Jalaludin Rachmat, Teori Komunikasi Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Hal 56.
13
3.
Fungsi menghibur (to entertaint)
Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang
berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran.
4.
Fungsi mempengaruhi (to persuasive)
Fungsi ini menyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam
kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak.
2.2
Musik
Musik pada hakikatnya adalah sebagian dari seni yang mengagumkan bunyi
sebagai ciptaannya. Walaupun beranekaragaman bunyi yang sering kita dengarkan
serta beranekaragaman bunyi yang dapat kita dengar dari waktu ke waktu, namun
tidak dapat kita sebut dengan musik, karena musik mempunyai melodi, lirik,
ritme, harmoni dan lain-lain. Beberapa definisi dari musik menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah “Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dulu urutan,
kombinasi, dan hubungan temporel untuk menghasilkan komposisi suara yang
mempunyai kesatuan dan kesinambungan”.4
Jamalus berpendapat yang dikutip dalam buku Mottaqindon bahwa musik
adalah karya seni bunyi berbentuk lagu dan komposisi musik yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2001, Hal 766.
14
yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu
kesatuan.5
Penulispun menyimpulkan bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai
bunyi dari instrumen alat musik dan suara manusia. Hal ini berhubungan dengan
kasus yang penulis teliti, di dalam lagu tersebut merupakan gabungan dari
berbagai bunyi instrument alat musik dan suara penyanyi ditambah juga
pengungkapan pemikiran sang pencipta lagu. Sehingga lagu tersebut dapat
diekspresikan sebagai satu kesatuan yang saling berkesinambungan, karena setiap
alunan musik pasti terkait antara pikiran, perasaan, dan juga instrumen alat musik.
Sehingga pada akhirnya musik tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat pada
umumnya.
2.2.1 Fungsi Musik
Musik
secara
umum
sangat
penting
bagi
kehidupan
masyarakat
pendukungnya, baik musik barat maupun musik timur. Fungsi musik bagi
masyarakat pendukungnya di antaranya sebagai berikut:
1.
Media Hiburan (Entertainment)
Masyarakat secara umum memahami musik sebagai kebutuhan hiburan.
Dari belahan bumi mana pun, sebagian besar orang memanfaatkannya hanya
sekedar pelepas lelah dalam rutinitas kehidupan sehari-hari.
5
Moh Muttaqin dan Kustap, Seni Musik Klasik, Depdiknas, Jakarta, 2008, Hal 15-16.
15
2.
Media Pengobatan (Therapy)
Kemungkinan orang tidak pernah mengira bahwa beberapa tabib Muslim
pada abad ke-9 dan ke-10 telah menggunakan musik sebagai sarana
penyembuhan penyakit, baik jasmani maupun rohani.
Kebangkitan musik untuk pengobatan (music therapy), terutama di Barat,
terjadi pada kurun waktu setelah Perang Dunia II. Mula-mula, musik
digunakan untuk penyembuhan penyakit para pasien korban perang maupun
untuk para veteran perang.
3.
Media Peningkatan Kecerdasan (Intelligence)
Otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu right hemisphere (otak
kanan) dan left hemisphere (otak kiri). Otak kiri merupakan pusat
pengendali fungsi intelektual seperti daya ingat, bahasa dan logika. Otak
kanan berdasarkan kepada spontanitas dan pengendalian fungsi mental yang
melibatkan intuisi, sikap, emosi, gambar, musik dan irama. Musik dapat
dijadikan alat penyeimbang otak kiri. Daya estetis musik dapat
dimanfaatkan sebagai penambah intelejensi (IQ).
4.
Suasana Upacara Keagamaan
Musik keagamaan bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Musik keagamaan (sakral) dapat
mengilhami penganut suatu agama untuk selalu mengingat-Nya, baik dalam
upacara adat, upacara pernikahan, maupun upacara kematian.
16
5.
Pengiring Tari/ Dansa
Unsur irama/ ritme dalam musik dapat berpengaruh pada perasaan
seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan indah dalam tari/dansa. Dalam
dunia barat, musik juga berfungsi sebagai pengiring tari/dansa. Tidak
jarang, ada yang hanya ditujukan untuk mengiringi jenis tarian tertentu.
Misalnya, musik waltz sigunakan untuk mengiringi tarian waltz, musik
disko untuk tarian disko, begitu juga jenis musik lainnya seperti tango,
rumba, beguin, dan lain sebagainya.6
Bila dikaitkan dengan yang penulis teliti, maka lagu ini memiliki fungsi
komunikasi. Karena penyanyi menyampaikan pesan kepada khalayak dengan
menggunakan perantara musik. Kemudian pesan dalam lagu tersebut di
komunikasikan melalui media massa seperti televsi, radio, maupun melalui media
massa seperti televisi, radio, maupun melalu jaringan internet.
2.2.2 Jenis-Jenis Aliran Musik
Musik dibagi beberapa jenis, yaitu
1. Genre Pop
Musik pop adalah sebuah genre musik dari musik populer yang berasal
dalam bentuk modern ada 1950-an, yang berasal dari rock and roll.
Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian,
6
Rahmida Setiawati, Seni Budaya 1, Yudhistira, Bogor, 2007, Hal 25-26.
17
meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer. Sebagai
genre, musik pop sangat elektrik, sering meminjam elemen dari gayagaya lain termasuk urban, dance, rock, latin dan country. Musik pop
umumnya dianggap sebagai sebuah genre yang komersil dicatat dan
keinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa.
2. Genre Latin
Genre musik tradisional latin ini biasanya merujuk pada musik latin
termasuk musik dari Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan
Karabia. Musik latin ini memiliki subgenre samba.
3. Genre Metal
Metal merupakan aliran musik yang lebih keras dibandingkan dengan
rock walau terdapat juga band metal memiliki lagu nyanyian yang
terkesan slow. Genre metal yang dikategorikan keras dimana lagunya
memiliki vocal ini lebih banyak digunakan dialiran hardcore, post
hardcore, scream, metalcore, deathcore, death metal, black metal,
electronic hardcore dan lainnya. Di Indonesia sendiri aliran band ala
vocal scream ini telah banyak dikenal atau ditemukan tetapi masih
belum bisa diterima secara terbuka oleh masyarakat umum.
4. Genre Reggae
Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan
Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Irama musik Reggae sendiri di
18
pengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans. Ritmik dan
musik rakyat Jamaika yang disebut Mento.
5. Genre Classic Jazz
Classic Jazz disebut dengan “New Orleans Style”. Aslinya berupa brass
band yang ditampilkan di acara dance dan pesta-pesta di akhir tahun
1800an dan awal 1900an. Instrument musical dilengkapi dengan clarinet,
saxophone, cornet, trombone, banjo, bass, guitar, drum dan piano.
Improvisasi sangat ditekankan dalam permainannya dan aransemen
musikal dapat berbeda dari setiap penampilannya.
6. Genre Blues
Blues adalah sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal
dari Amerika Serikat. Musik Blues berangkat dari musik-musik spiritual
dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di
AS. Penggunaan blue note dan penerapan pola call-and-response (dimana
dua kalimat diucapkan/ dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan
kalimat keduanya bisa dianggap sebagai “jawaban” bagi kalimat
pertama).
7. Genre Rock
Genre Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara
umum pada pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm dan
blues, musik country dari tahun 40 dan 50an serta berbagai pengaruh
19
lainnya. Bunyi khas dari musik rock adalah gitar listrik atau gitar akustik,
dan penggunaan back beat yang sangat kental pada rhythm section
dengan gitar bass dan drum.
8. Genre Rap
Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal
yang berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper.
Biasanya rap diiringi oleh DJ maupun sebuah band.
9. Genre R&B
R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan
blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika dan
Amerika.
10. Genre Electronic
Electronic dimulai lama sebelum ditemukannya synthesizer, dengan tipe
loops dan alat musik electronic analog ditahun 1950an dan 1960an. Para
pelopornya adalah John Cage, Pierre Schaeffer, dan Karlheinz
Stockhausen.
11. Genre Funk
Funk juga dipelopori oleh musisi-musisi Aflo-Amerika, misalnya James
Brown, Parliament-Funkadelic, dan Sly and the famil stone. Musik jenis
funk ini biasanya memiliki nada beat grov, suatu rhythm yang membuat
20
pendengarnya berdesak mengikuti irama. Oleh karena itu, dalam banyak
hal, funk sering disamakan dengan grovy.
12. Genre Dangdut
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang
di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun
1940an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk
pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan
Arab (pada cengkok dan harmonisasi).7
Penulispun menyimpulkan genre musik yang dipakai dalam lagu ini terdapat
dalam musik populer yaitu musik pop. Hal ini di lihat dengan kasus yang penulis
teliti, mengenai lagu “Lakukan Dengan Cinta” yang dinyanyikan oleh Mahadewi.
Sehingga lagu ini dapat dirasakan di hati para pendengarnya. Sehingga lagu ini
dapat dirasakan di hati para pendengarnya. Sehingga pada akhirnya musik tersebut
dapat dimengerti oleh masyarakat.
2.3
Lirik Lagu
Sebuah lagu tanpa lirik, pastilah sedikit kurang nikmat, seperti masakan
yang kurang garam, karena nyawa sebuah lagu adalah sebuah lagu adalah lirik
yang dibuat oleh pencipta lagu bertemakan himbauan, percintaan, religi,
persahabatan dan lain-lain tergantung dari inspirasi pencipta lagu dalam
menciptakan lirik lagu tersebut.
7
Rapendik.com/Program/Pengayaan-Pembelajaran/Pensi/44-Pengertian-Genre-Musik-dan-JenisJenisnya. Diakses pada tanggal 30 Desember 2013. Pukul 19:00 Wib.
21
Adapun pengertian lirik adalah sebuah teks yang dibuat sebagai tema dan
alur cerita dalam sebuah lagu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
lirik adalah “Karya sastra (puisi) yang berisikan curahan perasaan pribadi,
susunan kata sebuah nyanyian”.8
Dalam menentukan tempo dan ritme lagu harus sesuai dengan tema dan lirik
lagu yang dibuat. Pengertian Tempo adalah ketentuan tingkat kecepatan atau cepat
lambatnya suatu yang harus dibawakan.9
Sedangkan pengertian Ritme adalah pengaturan panjang pendeknya dan
bertekanan atau tidaknya nada-nada, menurut pola yang berulang-ulang. Dengan
demikian dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi dari sebuah nada tunggal
monotone.10
Dalam membuat lirik lagu terkait dengan bahasa, dan bahasa terkait dengan
sastra. Karena kata-kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta lagu tidak semua
dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan suatu penelitian
tentang isi lirik lagu tersebut. Pengertian dari sastra ialah “struktur tanda-tanda
yang bermakna, tanpa memperhatikan sistem tanda-tanda, dan maknanya, serta
konvensi tanda, struktur karya sastra (atau karya sastra) tidak dapat dimengerti
secara optimal”.11
Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual yang
menciptakan lirik lagu, tetapi lirik yang dibuat dapat di pertanggung jawabkan
8
Anton M Moelibo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud RI, Jakarta, 1998, Hal 528.
Moh Mottaqin dan Kustap, Op.Cit, Hal 31.
10
Ibid, Hal 32.
11
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 143.
9
22
isinya. Sedangkan tiap lirik lagu yang dibuat oleh pencipta lagu pasti memiliki
makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Hal ini terkait
dengan kasus yang penulis teliti, dimana dalam lirik lagu “Lakukan Dengan
Cinta” memiliki makna yang ingin disampaikan oleh penciptanya.
Sehingga para khalayak dapat menafsirkan lirik lagu tersebut, walaupun
penafsiran setiap individu berbeda-beda. Dengan lirik lagu tersebut, tujuan dari
seorang pencipta lagu dapat disampaikan kepada khalayaknya.
Lagu dan musik adalah unsur yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Secara mendasar, musik dapat juga dikatakan suatu kelompok bunyi-bunyian
terdiri dari beberapa laat yang mengeluarkan suara dengan irama yang dirangkai
dengan tujuan menimbulkan suatu bunyi berirama yang harmonis dan dapat
dinikmati oleh pendengarnya. Sedangkan pengertian lagu adalah ragam suara
yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca dan sebagainya).12
Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa karakteristik
yang membedakan antara lagu dengan musik adalah terdapat pada ada tidaknya
suatu teks di dalam susunan nada tersebut. Jadi pengertian lagu adalah nada-nada
tertentu yang dibentuk oleh melodi dan dinotasikan dengan sadar ataupun sengaja
ditujukan pada suatu teks yang telah dibuat.
Secara umum, musik dikelompokan menurut kegunaannya, yang dapat
dikelompokan dalam tiga ranah besar, yaitu Musik Seni, Musik Populer, dan
Musik Tradisional.
12
Anton M Moelibo, Op.Cit, Hal 486.
23
1. Musik Seni (Art Music)
Musik seni atau sering disebut juga musik serius dan musik – musik
sejenis (musik avant garde, kontemporer) adalah sebuah istilah
pengelompokan jenis musik yang mengacu pada teori bentuk musik
klasik eropa atau jenis – jenis musik etnik lainnya yang diserap atau
diambil sebagai dasar komposisinya. Berbeda dengan musik populer atau
musik masa, musik jenis ini biasanya tidak lekang dimakan waktu,
sehingga bertahan berabad – abad lamanya. Tokoh – tokoh komponis
Indonesia yang menciptakan jenis musik seperti ini antara lain: Amir
Pasaribu, Tri Suci Kamal, Slamet Abdul Syukur, Rahayu Supanggah,
Otto Sidharta, Tony Prabowo, Michael Asmara, I Wayan Sadre, Iwan
Gunawan, Dody Satya E Gustdiman dsb.
2. Musik Klasik
Musik klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang
juga pada musik klasik Persia, India dan lain – lain. Musik klasik Eropa
sendiri terdiri dari beberapa periode, misalnya barok, klasik, dan
romantik. Musik klasik merupakan istilah luas, biasanya mengacu pada
musik yang berakar dari tradisi kesenian barat, musik kristiani, dan
musik orkestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke21.
Musik klasik Eropa dibedakan berdasarkan dari bentuk musiknya, nonEropa dan Musik populer terutama oleh sistem notasi musiknya, yang
24
sudah digunakan sejak abad ke-16. Notasi musik barat digunakan oleh
komponis untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai
tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat
suatu karya musik. Hal ini membatasi adanya praktik – praktik seperti
improvisasi dan ornamentasi ad libitum yang sering didengar pada musik
non-Eropa (bandingkan dengan musik klasik India dan musik tradisional
Jepang) maupun musik populer.
Dahulu musik klasik di Eropa terutama digunakan untuk keperluan lagu
di gereja ataupun lagu untuk pengiringan Raja. Sejalan dengan
perkembangan, mulai juga bermunculan musik klasik yang digunakan
untuk keperluan lain, misalnya musik klasik yang menggambarkan visual
secara audio, contohnya lagu Cat and Mouse yang menggambarkan
kucing mengejar tikus.
3. Musik Populer (Popular Musik)
Musik populer merupakan jenis – jenis musik yang saat ini digemari oleh
masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan
keadaan zaman saat ini. Beberapa genre musik yang termasuk Musik
Populer adalah Pop, Funk, Jazz, Blues, Rock, Metal, Gospel,
Underground, Reggae, Hip Hop, Country, Latin, dan lain – lain. Genre
musik ini dapat ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat
musiknya yang hampir bisa diterima semua orang.
25
2.4
Video Klip
2.4.1 Pengertian Video Klip
Video klip berasal dari dua kata, yaitu video yang berarti suatu perangkat
yang berfungsi sebagai penerima gambar (image) dan suara (voice) serta klip yang
berarti klip, guntingan atau centelan. Maka video klip dapat diartikan sebagai
potongan gambar dan suara yang digabung ke dalam sebuah sajian, dalam hal ini
berupa musik atau tembang.
Video klip adalah kumpulan potongan – potongan visual yang dirangkai
dengan atau tanpa efek – efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan –
ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya, dan penampilang band,
kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk (lagu) agar
masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD, dan DVD.
Video klip mengandung kekuatan citra yang dapat memberi sensasi
tontonan yang memiliki kekuatan sentuhan pribadi (personal touch) dan ingatan
(memorable). Pada pencitraan ini seseorang dapat dibuat seperti mengalami
sendiri apa yang dilihat, dengan mengingat – ingat kejadian yang sedang
berlangsung.
2.4.2 Fungsi Video Klip
Fungsi video klip sama dengan fungsi media lainnya, yakni memberi
informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media ini. Video klip juga memberikan imbas bagi seluruh stasiun
26
televisi untuk mendapatkan pemasukan dari iklan yang membeli tayangannya baik
dalm bentuk program musik atau sebagai iklan itu sendiri, bahkan juga
memberikan kesempatan bagi seluruh insan muda yang kreatif baik sebagai
sutradara atau kru kreatif di dalamnya. Berikut yang perlu diperhatikan dalam
membuat video klip:
1. Simbol
Tidak perlu adanya keselarasan antara gambar dan lirik, bahkan
seringkali tidak ada hubungan antara keduannya.
2. Verbal
Gaya desain penggambaran akan disesuaikan dengan isi lirik (gambar
dan lirik saling menyatu)
2.4.3 Unsur-Unsur Dalam Video Klip
Di dalam video klip terdiri dari beberapa unsur yaitu :
1.
Bahasa Ritme (irama)
Pelajari birama dulu, apakah slow beat, fast beat, middle beat, dan
rasakan dengan ketukan kaki untuk memperoleh tempo yang pas.
2.
Bahasa Musikalisasi (instrument musik)
27
Pembuat video klip atau biasa disebut video clipper haruslah
mempunyai sebuah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan musik baik itu jenis musik, alat musik, bahkan juga profil band.
3.
Bahasa Nada
Perhatikan aransemen nada, diskusikan dengan pinata musiknya tentang
aransemen yang dibuat. Selanjutnya rasakan dengan hati nada – nada
tersebut.
4.
Bahasa Lirik
Seorang video clipper dituntut mempunyai sebuah imajinasi visual
terhadap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara verbal. Jika ada
lirik yang mengungkapkan kata ‘cinta’ maka sebagai simbolisasi tidak
harus dengan bunga, warna pink, atau hati. Bisa saja berupa kertas
(surat), atau bahkan bisa dengan tarian kontemporer.
5.
Bahasa Performance (penampilan)
Selami karakter pemusik, penyanyi, pemain band dari latar belakang
bermusiknya, hingga ke profil fisiknya (hidung, mata, style, fashion dan
gerak tubuh).
28
2.5
Sensualitas
Dewasa ini perihal sensualitas seolah-olah sudah menjadi monopoli
golongan tertentu, khususnya perempuan. Mungkin saja sebenarnya para
perempuan yang ingin atau bahkan selalu tampil sensual (seksi) berharap
memperlihatkan sebuah citra positif perempuan sebagai daya tarik lawan jenis,
yang tentunya menuntut penghormatan dan perlakuan selayaknya seorang pribadi
bermartabat.13
Sayangnya tidak jarang sebagia besar orang, khususnya kaum lelaki dengan
penuh konsentrasi dan bola mata yang terbuka lebar, bahkan seperti takut
kehilangan momen yang berharga, menerjemahkan sensualitas perempuan sebagai
objek atau daya tarik biologis untuk memuaskan atau melampiaskan birahinya.
Sehingga tidak jarang para perempuan ikut terjebak dalam pola pikir negatif lakilakii, tampil seronok dengan mempertontonkan bagian-bagian intim (sensual)
tubuh, terutama berpakaian serba minim dan terbuka. Penampilann seperti ini bisa
saja mempengaruhi (mereduksi) citra perempuan di mata publik.
Sensualitas sering dipersepsikan pada tubuh seorang wanita. Sensualitas
merupakan tataran imajinasi seksual individu terhadap objek yang dilihatnya.
Sensualitas tak lepas dari fashion, make-up serta tubuh itu sendiri. Perempuan
sebagai model video klip di media massa makin marak digunakan. Pengumbaran
sensualitas untuk menarik perhatian pria dianggap wajar. Sensualitas dan
seksualitas perempuan dimasukan ke dalam berbagai aspek masyarakat tak
13
http://.scribd.com/doc/7247933/bedhaya-ketawang-ready-to-show. Diakses pada tanggal 30 Juni.
Pukul 20:00 wib.
29
terkecuali ke dalam media hiburan seperti musik. Musik adalah media untuk
memberi hiburan kepada masyarakat dan sebagai media penyampaian pesan dari
sang pencipta lagu. Maka dari itu tema sebuah lirik dan video klip pada lagu
dibuat semenarik mungkin agar mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan salah
satu tema yang menarik adalah dengan menggunakan perempuan sebagai objek
utamanya dengan dibumbui dengan sisi sensualitas dan seksualitasnya, sehingga
kenyataan yang muncul adalah penggunaan sensualitas dan seksualitas perempuan
tersebut mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis dan keterkaitan dengan
video yang dibuat tersebut.14
Beberapa definisi sederhana dari sensualitas antara lain adalah menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan sensualitas yaitu “segala
sesuatu yang mengenai badan bukan rohani”.15 Pengertian kedua mengenai
sensualitas adalah the quality of state of being sensual or lascivious (sifat atau
karakter yang sensual atau sesuatu yang menimbulkan birahi), devotedness to the
gratification of the bodily appetites (sesuatu yang diandalkan untuk memuaskan
selera atau nafsu jasmaniah), a preoccupation with the body and satisfication of
its desire (suatu keyakinan yang berlebihan karena tubuh dan kepuasan atas
birahinya).16
Definisi sederhana lainnya dikemukakan oleh Marshall Sylver dalam
bukunya Passion, Profit, & Power baha sensualitas adalah kemampuan untuk
14
Httpp://psikologis-untar.blogspot.com/2012/11/body-image-dan-sensualitas-perempuan.html.
diakses pada tanggal 30 Juni, pukul 20:00.
15
http://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2014, pukul 20:15.
16
Http://www.scribd.com/doc/72474933/bedhaya-ketawang-ready-to-show. Diakses pada tanggal
30 juni 2014, pukul 20:15.
30
merangsang secara positif semua indra orang lain.17 Jika anda ingin menciptakan
sensualitas pada seseorang, pastikan anda merangsang semua inderanya,
penglihatannya, penciumannya, pendengarannya, perabaannya, dan pengecapnya.
Jika anda bersama partner anda atau keluar untuk kencan, pasang music yang
menyenangkan, nyalakan api, perhatikanlah warna-warni dan tekstur busana yang
dipakai oleh partner anda.18
Melanjutkan pendapat Sita Aripurnami :
“sensual sebenarnya bermaksud memenuhi kepuasan satu pihak, artinya
merangsang. Tetapi kata itu muncul karena berkaitan dengan kebutuhan siapa,
saya melihat ini muncul dari kebutuhan yang selama ini banyak didominasi lakilaki, karena kita tidak pernah mengatakan bahwa sensual selalu dikaitkan dengan
posisi perempuan. Kita tidak pernah mengatakan laki-laki bibirnya sensual.
Sebetulnya itu adalah cara laki-laki mendefinisikan cita rasa penikmat.19
Definisi sederhana dari sensualitas : sifat atau karakter yang sensual atau
sesuatu yang menimbulkan birahi, sesuatu yang diandalkan untuk memuaskan
selera atau nafsu jasmaniah, suatu keasyikan yang berlebihan karena tubuh dan
kepuasan atas birahinya.
Membahas lebih lanjut perihal sensualitas, penulis ingin menunjukkan suatu
hal yang mungkin sudah tidak asing lagi, yaitu dalam kaitannya dengan physical
attraction (daya tarik fisik), bahkan ada yang menyebutnya bersinonim dengan
sensualitas.
17
Marshall Sylver. Passion. Profit & Power. Jakarta. IKAPI. 2006. Hal 144.
Ibid
19
http://www.rahima.or.id/SR/05-02/Index.htm. Diakses pada tanggal 30 Juni 2014. Pukul 20:30
wib.
18
31
Daya tarik fisik pada dasarnya adalah sebuah persepsi masyarakat atau
budaya tertentu terhadap ciri-ciri atau karakter fisik individu, kelompok, ras, dan
suku bangsa yang dianggap menarik, indah dan sedap dipandang (looks good)
yang sebenarnya berlaku pula terhadap makhluk lain, termasuk binatang.
Daya tarik fisik ini dapat meliputi berbagai macam pengertian, termasuk dan
walaupun tidak terbatas hanya pada daya tarik sensual (sensual attraction), wajah
yang manis (cute) atau tampan, serta tubuh yang berotot. Secara umum biasanta
daya tarik fisik laki-laki ditentukan oleh bentuk atau postur tubuh yang berotot
(simbolisasi pria maskulin), bentuk dan warna rambut yang unik, struktur wajah,
dan lain-lain. Sedangkan pada wanita biasanya meliputi postur atau tubuh yang
proposional, daerah sekitar pinggul, warna kulit, bentuk mata dan lain sebagainya.
Perempuan yang bertubuh indah dan seksi cenderung dipandang laki-laki
sebagai simbol sensualitas. Keindahan fisik perempuan didefinisikan dari bentuk
tubuh beserta proporsi bagian-bagianpaling sentral secara seksual dan
melambangkan sensualitas perempuan, yang harus disessuaikan dengan standar
yang berlaku di masyarakat yang kian memposisikan persoalan seksualitas ke lini
depan.20
Walaupun
zaman
telah
berubah,
dimana
perempuan
mengalami
perkembangan yang cukup pesat pada masa sekarang, perempuan masih
cenderung diletakkan sebagai pemuas nafsu seksual laki-laki. Perempuan tetap
20
Melliana S. Annastaia. Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta:
LKIS. Hal 146.
32
dijadikan sebagai sarana pengungkap erotis dan merupakan lambang keindahan,
sehingga hal-hal yang dianggap indah selalu dikaitkan dengan pesona perempuan.
2.6
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan.
Komunikasi verbal dalam penggunaannya mengandalkan bahasa. Bahasa sendiri
dapat didefinisikan sebagai “seperangkat kata yang telah disusun secara
terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti”.21
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi
yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga
fungsi itu, ialah :
a.
Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita.
b.
Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia.
c.
Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
2.7
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi tidak tertulis. Komunikasi ini
tidak daapt dilihat seperti halnya komunikasi verbal, akan tetapi komunikasi non
21
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, Edisi revisi
hal 99.
33
verbal bisa diamati dan juga dipelajari. Manusia menggunkan komunikasi verbal
dengan cara menulis, menggambar, sedangkan semua gerakan ketika manusia
berbicara ataupun berkomunikaksi merupakan komunikasi non verbal. Pada
dasarnya, manusia tidak bisa hanya menggunkan komunikasi verbal saja ataupun
non verbal, begitu pula sebaliknya. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi non
verbal digunakan 63% dalam keseluruhan komunikasi yang digunakan manusia.
Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana
bahasannya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya),
namun juga melalui perilaku non verbalnya. Lewat perilaku non verbalnya kita
dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah dia sedang bahagia,
bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan pada
perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh.
Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat non verbal juga tidak universal,
melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari bukan bawaan. Sedikit saja isyarat
non vebal yang merupakan bawaan. Sementara kebanyakan perilaku verbal kita
bersifat ekspliait dan diproses secara kognitif, komunikasi non verbal kita bersifat
spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan diluar kesdaran dan kendali kita.
Karena itulah Edward T. Hall menamai bahasa non verbal ini sebagai “bahasa
diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu
budaya. Disebut diam dan tersembunyi karena pesan non verbal tertanam dalam
konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi
komunikasii, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat konstektual. Bersama
34
isyarat verbal dan isyarat konstektual, pesan non verbal membantu kita
menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.22
2.7.1 Jenis Komunikasi Non Verbal
Belum ada kesempatan diantara ahli komunikasi non verbal terkait pesan
non verbal. Duncan menyebutkan 6 jenis pesan non verbal :
a.
Pesan Kinesik atau gerak tubuh.
Terdiri dari 3 komponen yaitu pesan fasial, gestural, dan postural. Pesan
fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu,
misalnya marah, senang, sedih, terkejut, takut, dan lain-lain. Pesan gestural
menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata, tangan untuk
mengkomunikasikan
berbagai
makna.
Pesan
gestural
yang
mempertentangkan terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari
pesan verbal atau pesan lainnya. Pesan gestural tak responsif menunjukkan
gestur yang tidak ada kaitannya dengan pesan yang diresponnya. Pesan
gestural negatif mengungkapkan sikap dingin, merendahkan atau menolak.
Pesan gestural tak responsif mengabaikan permintaan untuk bertindak.
Pesan postural berkenaan dengan kesluruhan anggita badan. Mehrabian
menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur immediacy, power,
dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidak
kesukaan terhadap individu yang lain. Power mengungkapkan status yang
tinggi pada komunikator. Responsiveness bila ia bereaksi secara emosional
22
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar, Rosdakarya, Bandung. 2007. Hal 308-309.
35
pada lingkungan, secara positif atau negatif. Bila postur anda tidak berubah,
anda menunjukkan sikap yang tidak responsif.
b.
Pesan Paralinguistik atau suara.
Pesan ini terdiri atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.
Nada (pitch) menunjukkan jumlah getaran atau gelombang yang dihasilkan
sumber bunyi. Makin banyak jumlah getaran, makin tinggi nada. Orang
yang memilih stereo tentu mengenal perbedaan nada. Orang yang berbicara
tanpa banyak perubahan nada disebut monoton. Nada dapat mengungkapkan
gairah, ketakutan, kesedihan, kesungguhan, atau kasih sayang. Nada dapat
memperteguh dampak kata yang kita ucapkan. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa nada sering digunakan untuk mengungkapkan identitas
diri dan mempengaruhi orang lain.
c.
Pesan Artifaktual atau pakaian dan kosmetik.
Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun
bentuk tubuh relative menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan
dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body
image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita untuk membentukk
citra tubuh dengan pakaian dan kosmetik. Umummnya pakian kita
pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, untuk mengungkapkan
kepada orang lain siapa kita. Menyampaikan identitas berarti menunjukkan
36
kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain
sepatutnya memperlakukan kita.23
d.
Pesan Prosemik atau penggunaan ruang atau jarak.
Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan
mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik
didalam rumah, diluar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang
lain. Edward T.Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah Proxemics
sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi
dan social), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap
komunikasi. Beberapa pakar lainnnya memperluas konsep prosemik ini
dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin
berpengaruh terhadap proses komunikai, termasuk iklim (temperature),
pencahayaan, dan kepadatan penduduk.
e.
Pesan Olfaksi atau penciuman.
Bau-bauan terutama yang menyenangkan telah berabad-abad digunakan
orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga
dilakuakan hewan, wewangan dapat mengirim pesan sebagai godaan,
rayuan, ekspresi feminitas atau maskunilitas. Dalam bisnis, weangian
melambangkan kesan, citra, status, dan bonafiditas.
23
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. Hal 289292.
37
f.
Pesan Sensitivitas kulit atau sentuhan
Menurut Heslin, terdapat 5 kategori sentuhan, yang merupakan suatu
rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategorikategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fungsional-profesional.
Disini
senyuan
bersifat
“dingin”
dan
berorientasi-bisnis, misalnya pelayan toko membanti pelanggan memilih
pakaian.
b. Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya
berjabatan tangan.
c. Persahabatan-kehangatan.
Kategori ini
meliputi ssentuhan
yang
menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang
saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
d. Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
emosional atau ketertarikan. Misalnnya mencium pipi orang tua dengan
lembut, orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, orang yang
“bermain kaki” dibawah meja, orang eskimo yang saling menggosokan
hidung.
38
e. Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori
sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual
tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.24
2.8
Kajian Semiotika
Semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada
awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain.25
Semiotika berusaha mengetahui berbagai tanda guna mengetahui makna
dibalik tanda-tanda tersebut. Dengan mengunakan teori semiotika tersebut, kita
dapat memaknai suatu kejadian atau peristiwa melalui tanda-tanda seperti simbol
atau bahasa. Karena tanda dan bahasa mampu menjelaskan suatu peristiwa yang
ada.
Semiotika merupakan hubungan antara dua tema, penanda (signifier) dan
petanda (signified). Hubungan ini berkaitan dengan objek – objek yang termasuk
ke dalam kategori kategori yang berbeda, dan karena itulah hubungan ini tidak
bersifat persamaan (equality) melainkan kesepadanan (equivalence). Disini kita
harus waspada karena meskipun terdapat bahasa biasa yang sekedar mengatakan
bahwa penanda itu mengungkapkan petanda, kita berhadapan, dalam setiap
24
25
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Rosdakarya, Bandung. 2007. Hal 335-336.
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011, Hal 5.
39
semiologis, tidak dengan dua, tetapi dengan tema, yaitu penanda, petanda, dan
tanda yang merupakan totalitas. 26
Melalui pendekatan semiotika, drama yang dibuat dapat merefleksikan suatu
realitas sosial yang dikonstruksikan sehingga menghasilkan makna. Pada
penelitian ini, pesan pada lirik lagu dan video klip
akan diinterpretasikan
kaitannya dengan pemaknaan seksualitas secara mendalam dikaji untuk
menemukan simbol – simbol pada video klip tersebut dan melihat makna yang
terkandung dalam lirik lagu “Lakukan Dengan Cinta” melalui tanda berupa teks.
Sehingga dapat mengartikan suatu tanda atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pencipta lagu tersebut.
2.8.1 Teori Semiotika Roland Barthes
Dalam mengkaji tanda di dunia media dan budaya populer, persepktif
semiotika struktural tidak akan pernah menampik gagasan-gagasan yang
dikeluarkan oleh pemikir strukturalis perancis, Roland Barthes. Bisa dikatakan
Barthes merupakan orang terpenting dalam tradisi semiotika Eropa pasca
Saussure. Pemikirannya bukan saja melanjutkan pemikiran Saussure tentang
hubungan bahsa dan makna. Namun justru melampaui Saussure terutama ketika ia
menggambrakan tentang makna ideologis dari representasi jenis lain yang ia
sebbut dengan mitos. Barthes melakukan terobosan penting dalam tradisi
semiotika konvensional yang dahulu pernah berhenti pada kajian tentang bahasa.
Semiotika ala Barthes memungkinkan kajian semiotika mampu menjangkau
26
Roland Barthes, Membedah Mitos – mitos Budaya Massa, Bandung: Jalasutra. 2007, Hal 300
40
wilayah kebudayaan lain yang terkait dengan popular culture dan media massa.
Bahkan dalam pandangan George Ritzer, Barthes adalah pengembang utama ideide Saussure pada semua area kehidupan sosial.27
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
sangat giat mempraktekan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia
berpendapat bahwa bahsa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan
asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.28 Lima kode
yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik
(makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode
gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan
tertentu.
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda
adalah peran pembaca. Konotasi, alaupun merupakan sifat asli tanda,
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang
lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua,
yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
27
Alex Sobur dan Indiwan Seto, Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Mitra
Wacana Medis, Jakarta, 2011. Hal 67.
28
Ibid, Hal 36.
41
Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes.29
1. Signifier
2. Signified
(Penanda)
(petanda)
3. Denotatif Sign (Tanda Denotatif)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER
(PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PETANDA KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN
(TANDA KONOTATIF)
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatiif
tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tanda konotatiif tidak hanya
memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Tambahan ini merupakan sumbangan Barthes
29
Paul Cobley dan Litza Janz, Introducing Semiotics. NY: Totem Books, 1991, Hal 51.
42
yang amat berharga atas penyempurnaannya terhadap semiologi Saussure, yang
hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif
semta. Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif ini, “pembaca” teks dapat
memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak mungkin
dapat dilakukan pada level denotatif. Bagi Barthes, semiotika bertujuan untuk
memahami sistem tanda, apapun substansi dan limitnya, sehingga seluruh
fenomena sosial yang ada dapat ditafsirkan sebagai “tanda” alias layak dianggap
sebagai sebuah lingkaran lingiustik.30
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan dan memahami beberapa
aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang
mempunyai suatu dominasi alam. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan
mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai
feminimitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.31
Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat
berangkai menjadi metedologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuankesatuan budaya. Sedangkan Van Zoest menegaskan, siapapun bisa menemukan
ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat
didalamnya.
30
31
Ibid, Hal 69.
Fiske John, Introduction to communication studies, Second Edition, London, 1990, Hal 88.
Download