BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Musik Sebagai Media Komunikasi Massa Musik merupakan seni yang melukiskan tentang keindahan yang disajikan dalam bentuk suara. Saat ini, musik bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan bagi manusia. Acara musik di televisi dan radio pun semakin banyak. Hampir semua orang setiap harinya mendengarkan musik. Musik sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dalam kajian ilmu komunikasi, musik termasuk ke dalam komunikasi massa. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator terhadap komunikan. Dalam komunikasi massa, proses penyampaian pesan dapat dilakukan melalui musik. Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Dalam komunikasi dengan menggunakan musik, dapat disimpulkan bahwa pencipta lagu atau penyanyi sebagai komunikator, lirik dan irama sebagai media, dan masyarakat sebagai komunikannya. 2.1.1 Komponen Komunikasi Massa Berikut adalah mengenai beberapa komponen komunikasi antara lain 10 11 1. Sumber (Komunikator) Sering juga disebut pengirim, penyandi, atau pembicara merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. 1. Pesan yang disampaikan Yaitu apa yang disampaikan oleh pengirim dan penerima, yang berupa seperangkat symbol verbal dan non-verbal yang mewakili perasaan, nilai gagasan atau maksud si pengirim. 2. Saluran (Media) Yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima secara tidak langsung atau melalui televisi, surat kabar, majala dan lain sebagainya. 3. Penerima (Komunikan) Sering disebut juga sasaran atau tujuan, pendengar atau kalayak, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. 4. Efek yang terjadi Yaitu apa yang terjadi pada penerima setela menerima pesan dari pengirim.1 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, Hal 62-65. 12 2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Dalam Bungin (2008) mengemukakan, bahwa fungsi aktifitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function) adalah fungsi nyata yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya, setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.2 Menurut Jalaludin Rakhmat, fungsi komunikasi massa adalah menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Fungsi-fungsi berikut dapat dijelaskan sebagai berikut:3 1. Fungsi menyiarkan informasi( to information ) Fungsi ini merupakan yang pertama dan utama. Khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi. Gagasan atau fikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan sebagainya. 2. Fungsi mendidik (to educate) Sebagai sarana pendidikan massa sebagai khalayak bertambah pengetahuannya, fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analisis. 2 3 M Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2008, cet ke 3 hal 78. Jalaludin Rachmat, Teori Komunikasi Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Hal 56. 13 3. Fungsi menghibur (to entertaint) Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran. 4. Fungsi mempengaruhi (to persuasive) Fungsi ini menyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. 2.2 Musik Musik pada hakikatnya adalah sebagian dari seni yang mengagumkan bunyi sebagai ciptaannya. Walaupun beranekaragaman bunyi yang sering kita dengarkan serta beranekaragaman bunyi yang dapat kita dengar dari waktu ke waktu, namun tidak dapat kita sebut dengan musik, karena musik mempunyai melodi, lirik, ritme, harmoni dan lain-lain. Beberapa definisi dari musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dulu urutan, kombinasi, dan hubungan temporel untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan”.4 Jamalus berpendapat yang dikutip dalam buku Mottaqindon bahwa musik adalah karya seni bunyi berbentuk lagu dan komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, Hal 766. 14 yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.5 Penulispun menyimpulkan bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai bunyi dari instrumen alat musik dan suara manusia. Hal ini berhubungan dengan kasus yang penulis teliti, di dalam lagu tersebut merupakan gabungan dari berbagai bunyi instrument alat musik dan suara penyanyi ditambah juga pengungkapan pemikiran sang pencipta lagu. Sehingga lagu tersebut dapat diekspresikan sebagai satu kesatuan yang saling berkesinambungan, karena setiap alunan musik pasti terkait antara pikiran, perasaan, dan juga instrumen alat musik. Sehingga pada akhirnya musik tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. 2.2.1 Fungsi Musik Musik secara umum sangat penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, baik musik barat maupun musik timur. Fungsi musik bagi masyarakat pendukungnya di antaranya sebagai berikut: 1. Media Hiburan (Entertainment) Masyarakat secara umum memahami musik sebagai kebutuhan hiburan. Dari belahan bumi mana pun, sebagian besar orang memanfaatkannya hanya sekedar pelepas lelah dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. 5 Moh Muttaqin dan Kustap, Seni Musik Klasik, Depdiknas, Jakarta, 2008, Hal 15-16. 15 2. Media Pengobatan (Therapy) Kemungkinan orang tidak pernah mengira bahwa beberapa tabib Muslim pada abad ke-9 dan ke-10 telah menggunakan musik sebagai sarana penyembuhan penyakit, baik jasmani maupun rohani. Kebangkitan musik untuk pengobatan (music therapy), terutama di Barat, terjadi pada kurun waktu setelah Perang Dunia II. Mula-mula, musik digunakan untuk penyembuhan penyakit para pasien korban perang maupun untuk para veteran perang. 3. Media Peningkatan Kecerdasan (Intelligence) Otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu right hemisphere (otak kanan) dan left hemisphere (otak kiri). Otak kiri merupakan pusat pengendali fungsi intelektual seperti daya ingat, bahasa dan logika. Otak kanan berdasarkan kepada spontanitas dan pengendalian fungsi mental yang melibatkan intuisi, sikap, emosi, gambar, musik dan irama. Musik dapat dijadikan alat penyeimbang otak kiri. Daya estetis musik dapat dimanfaatkan sebagai penambah intelejensi (IQ). 4. Suasana Upacara Keagamaan Musik keagamaan bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Musik keagamaan (sakral) dapat mengilhami penganut suatu agama untuk selalu mengingat-Nya, baik dalam upacara adat, upacara pernikahan, maupun upacara kematian. 16 5. Pengiring Tari/ Dansa Unsur irama/ ritme dalam musik dapat berpengaruh pada perasaan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan indah dalam tari/dansa. Dalam dunia barat, musik juga berfungsi sebagai pengiring tari/dansa. Tidak jarang, ada yang hanya ditujukan untuk mengiringi jenis tarian tertentu. Misalnya, musik waltz sigunakan untuk mengiringi tarian waltz, musik disko untuk tarian disko, begitu juga jenis musik lainnya seperti tango, rumba, beguin, dan lain sebagainya.6 Bila dikaitkan dengan yang penulis teliti, maka lagu ini memiliki fungsi komunikasi. Karena penyanyi menyampaikan pesan kepada khalayak dengan menggunakan perantara musik. Kemudian pesan dalam lagu tersebut di komunikasikan melalui media massa seperti televsi, radio, maupun melalui media massa seperti televisi, radio, maupun melalu jaringan internet. 2.2.2 Jenis-Jenis Aliran Musik Musik dibagi beberapa jenis, yaitu 1. Genre Pop Musik pop adalah sebuah genre musik dari musik populer yang berasal dalam bentuk modern ada 1950-an, yang berasal dari rock and roll. Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian, 6 Rahmida Setiawati, Seni Budaya 1, Yudhistira, Bogor, 2007, Hal 25-26. 17 meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer. Sebagai genre, musik pop sangat elektrik, sering meminjam elemen dari gayagaya lain termasuk urban, dance, rock, latin dan country. Musik pop umumnya dianggap sebagai sebuah genre yang komersil dicatat dan keinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa. 2. Genre Latin Genre musik tradisional latin ini biasanya merujuk pada musik latin termasuk musik dari Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karabia. Musik latin ini memiliki subgenre samba. 3. Genre Metal Metal merupakan aliran musik yang lebih keras dibandingkan dengan rock walau terdapat juga band metal memiliki lagu nyanyian yang terkesan slow. Genre metal yang dikategorikan keras dimana lagunya memiliki vocal ini lebih banyak digunakan dialiran hardcore, post hardcore, scream, metalcore, deathcore, death metal, black metal, electronic hardcore dan lainnya. Di Indonesia sendiri aliran band ala vocal scream ini telah banyak dikenal atau ditemukan tetapi masih belum bisa diterima secara terbuka oleh masyarakat umum. 4. Genre Reggae Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Irama musik Reggae sendiri di 18 pengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans. Ritmik dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento. 5. Genre Classic Jazz Classic Jazz disebut dengan “New Orleans Style”. Aslinya berupa brass band yang ditampilkan di acara dance dan pesta-pesta di akhir tahun 1800an dan awal 1900an. Instrument musical dilengkapi dengan clarinet, saxophone, cornet, trombone, banjo, bass, guitar, drum dan piano. Improvisasi sangat ditekankan dalam permainannya dan aransemen musikal dapat berbeda dari setiap penampilannya. 6. Genre Blues Blues adalah sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal dari Amerika Serikat. Musik Blues berangkat dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan blue note dan penerapan pola call-and-response (dimana dua kalimat diucapkan/ dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan kalimat keduanya bisa dianggap sebagai “jawaban” bagi kalimat pertama). 7. Genre Rock Genre Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm dan blues, musik country dari tahun 40 dan 50an serta berbagai pengaruh 19 lainnya. Bunyi khas dari musik rock adalah gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kental pada rhythm section dengan gitar bass dan drum. 8. Genre Rap Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya rap diiringi oleh DJ maupun sebuah band. 9. Genre R&B R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika dan Amerika. 10. Genre Electronic Electronic dimulai lama sebelum ditemukannya synthesizer, dengan tipe loops dan alat musik electronic analog ditahun 1950an dan 1960an. Para pelopornya adalah John Cage, Pierre Schaeffer, dan Karlheinz Stockhausen. 11. Genre Funk Funk juga dipelopori oleh musisi-musisi Aflo-Amerika, misalnya James Brown, Parliament-Funkadelic, dan Sly and the famil stone. Musik jenis funk ini biasanya memiliki nada beat grov, suatu rhythm yang membuat 20 pendengarnya berdesak mengikuti irama. Oleh karena itu, dalam banyak hal, funk sering disamakan dengan grovy. 12. Genre Dangdut Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).7 Penulispun menyimpulkan genre musik yang dipakai dalam lagu ini terdapat dalam musik populer yaitu musik pop. Hal ini di lihat dengan kasus yang penulis teliti, mengenai lagu “Lakukan Dengan Cinta” yang dinyanyikan oleh Mahadewi. Sehingga lagu ini dapat dirasakan di hati para pendengarnya. Sehingga lagu ini dapat dirasakan di hati para pendengarnya. Sehingga pada akhirnya musik tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat. 2.3 Lirik Lagu Sebuah lagu tanpa lirik, pastilah sedikit kurang nikmat, seperti masakan yang kurang garam, karena nyawa sebuah lagu adalah sebuah lagu adalah lirik yang dibuat oleh pencipta lagu bertemakan himbauan, percintaan, religi, persahabatan dan lain-lain tergantung dari inspirasi pencipta lagu dalam menciptakan lirik lagu tersebut. 7 Rapendik.com/Program/Pengayaan-Pembelajaran/Pensi/44-Pengertian-Genre-Musik-dan-JenisJenisnya. Diakses pada tanggal 30 Desember 2013. Pukul 19:00 Wib. 21 Adapun pengertian lirik adalah sebuah teks yang dibuat sebagai tema dan alur cerita dalam sebuah lagu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lirik adalah “Karya sastra (puisi) yang berisikan curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian”.8 Dalam menentukan tempo dan ritme lagu harus sesuai dengan tema dan lirik lagu yang dibuat. Pengertian Tempo adalah ketentuan tingkat kecepatan atau cepat lambatnya suatu yang harus dibawakan.9 Sedangkan pengertian Ritme adalah pengaturan panjang pendeknya dan bertekanan atau tidaknya nada-nada, menurut pola yang berulang-ulang. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi dari sebuah nada tunggal monotone.10 Dalam membuat lirik lagu terkait dengan bahasa, dan bahasa terkait dengan sastra. Karena kata-kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta lagu tidak semua dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan suatu penelitian tentang isi lirik lagu tersebut. Pengertian dari sastra ialah “struktur tanda-tanda yang bermakna, tanpa memperhatikan sistem tanda-tanda, dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra (atau karya sastra) tidak dapat dimengerti secara optimal”.11 Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual yang menciptakan lirik lagu, tetapi lirik yang dibuat dapat di pertanggung jawabkan 8 Anton M Moelibo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud RI, Jakarta, 1998, Hal 528. Moh Mottaqin dan Kustap, Op.Cit, Hal 31. 10 Ibid, Hal 32. 11 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 143. 9 22 isinya. Sedangkan tiap lirik lagu yang dibuat oleh pencipta lagu pasti memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Hal ini terkait dengan kasus yang penulis teliti, dimana dalam lirik lagu “Lakukan Dengan Cinta” memiliki makna yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Sehingga para khalayak dapat menafsirkan lirik lagu tersebut, walaupun penafsiran setiap individu berbeda-beda. Dengan lirik lagu tersebut, tujuan dari seorang pencipta lagu dapat disampaikan kepada khalayaknya. Lagu dan musik adalah unsur yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Secara mendasar, musik dapat juga dikatakan suatu kelompok bunyi-bunyian terdiri dari beberapa laat yang mengeluarkan suara dengan irama yang dirangkai dengan tujuan menimbulkan suatu bunyi berirama yang harmonis dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Sedangkan pengertian lagu adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca dan sebagainya).12 Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa karakteristik yang membedakan antara lagu dengan musik adalah terdapat pada ada tidaknya suatu teks di dalam susunan nada tersebut. Jadi pengertian lagu adalah nada-nada tertentu yang dibentuk oleh melodi dan dinotasikan dengan sadar ataupun sengaja ditujukan pada suatu teks yang telah dibuat. Secara umum, musik dikelompokan menurut kegunaannya, yang dapat dikelompokan dalam tiga ranah besar, yaitu Musik Seni, Musik Populer, dan Musik Tradisional. 12 Anton M Moelibo, Op.Cit, Hal 486. 23 1. Musik Seni (Art Music) Musik seni atau sering disebut juga musik serius dan musik – musik sejenis (musik avant garde, kontemporer) adalah sebuah istilah pengelompokan jenis musik yang mengacu pada teori bentuk musik klasik eropa atau jenis – jenis musik etnik lainnya yang diserap atau diambil sebagai dasar komposisinya. Berbeda dengan musik populer atau musik masa, musik jenis ini biasanya tidak lekang dimakan waktu, sehingga bertahan berabad – abad lamanya. Tokoh – tokoh komponis Indonesia yang menciptakan jenis musik seperti ini antara lain: Amir Pasaribu, Tri Suci Kamal, Slamet Abdul Syukur, Rahayu Supanggah, Otto Sidharta, Tony Prabowo, Michael Asmara, I Wayan Sadre, Iwan Gunawan, Dody Satya E Gustdiman dsb. 2. Musik Klasik Musik klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang juga pada musik klasik Persia, India dan lain – lain. Musik klasik Eropa sendiri terdiri dari beberapa periode, misalnya barok, klasik, dan romantik. Musik klasik merupakan istilah luas, biasanya mengacu pada musik yang berakar dari tradisi kesenian barat, musik kristiani, dan musik orkestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke21. Musik klasik Eropa dibedakan berdasarkan dari bentuk musiknya, nonEropa dan Musik populer terutama oleh sistem notasi musiknya, yang 24 sudah digunakan sejak abad ke-16. Notasi musik barat digunakan oleh komponis untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat suatu karya musik. Hal ini membatasi adanya praktik – praktik seperti improvisasi dan ornamentasi ad libitum yang sering didengar pada musik non-Eropa (bandingkan dengan musik klasik India dan musik tradisional Jepang) maupun musik populer. Dahulu musik klasik di Eropa terutama digunakan untuk keperluan lagu di gereja ataupun lagu untuk pengiringan Raja. Sejalan dengan perkembangan, mulai juga bermunculan musik klasik yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya musik klasik yang menggambarkan visual secara audio, contohnya lagu Cat and Mouse yang menggambarkan kucing mengejar tikus. 3. Musik Populer (Popular Musik) Musik populer merupakan jenis – jenis musik yang saat ini digemari oleh masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan keadaan zaman saat ini. Beberapa genre musik yang termasuk Musik Populer adalah Pop, Funk, Jazz, Blues, Rock, Metal, Gospel, Underground, Reggae, Hip Hop, Country, Latin, dan lain – lain. Genre musik ini dapat ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat musiknya yang hampir bisa diterima semua orang. 25 2.4 Video Klip 2.4.1 Pengertian Video Klip Video klip berasal dari dua kata, yaitu video yang berarti suatu perangkat yang berfungsi sebagai penerima gambar (image) dan suara (voice) serta klip yang berarti klip, guntingan atau centelan. Maka video klip dapat diartikan sebagai potongan gambar dan suara yang digabung ke dalam sebuah sajian, dalam hal ini berupa musik atau tembang. Video klip adalah kumpulan potongan – potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek – efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan – ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya, dan penampilang band, kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk (lagu) agar masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD, dan DVD. Video klip mengandung kekuatan citra yang dapat memberi sensasi tontonan yang memiliki kekuatan sentuhan pribadi (personal touch) dan ingatan (memorable). Pada pencitraan ini seseorang dapat dibuat seperti mengalami sendiri apa yang dilihat, dengan mengingat – ingat kejadian yang sedang berlangsung. 2.4.2 Fungsi Video Klip Fungsi video klip sama dengan fungsi media lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media ini. Video klip juga memberikan imbas bagi seluruh stasiun 26 televisi untuk mendapatkan pemasukan dari iklan yang membeli tayangannya baik dalm bentuk program musik atau sebagai iklan itu sendiri, bahkan juga memberikan kesempatan bagi seluruh insan muda yang kreatif baik sebagai sutradara atau kru kreatif di dalamnya. Berikut yang perlu diperhatikan dalam membuat video klip: 1. Simbol Tidak perlu adanya keselarasan antara gambar dan lirik, bahkan seringkali tidak ada hubungan antara keduannya. 2. Verbal Gaya desain penggambaran akan disesuaikan dengan isi lirik (gambar dan lirik saling menyatu) 2.4.3 Unsur-Unsur Dalam Video Klip Di dalam video klip terdiri dari beberapa unsur yaitu : 1. Bahasa Ritme (irama) Pelajari birama dulu, apakah slow beat, fast beat, middle beat, dan rasakan dengan ketukan kaki untuk memperoleh tempo yang pas. 2. Bahasa Musikalisasi (instrument musik) 27 Pembuat video klip atau biasa disebut video clipper haruslah mempunyai sebuah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan musik baik itu jenis musik, alat musik, bahkan juga profil band. 3. Bahasa Nada Perhatikan aransemen nada, diskusikan dengan pinata musiknya tentang aransemen yang dibuat. Selanjutnya rasakan dengan hati nada – nada tersebut. 4. Bahasa Lirik Seorang video clipper dituntut mempunyai sebuah imajinasi visual terhadap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara verbal. Jika ada lirik yang mengungkapkan kata ‘cinta’ maka sebagai simbolisasi tidak harus dengan bunga, warna pink, atau hati. Bisa saja berupa kertas (surat), atau bahkan bisa dengan tarian kontemporer. 5. Bahasa Performance (penampilan) Selami karakter pemusik, penyanyi, pemain band dari latar belakang bermusiknya, hingga ke profil fisiknya (hidung, mata, style, fashion dan gerak tubuh). 28 2.5 Sensualitas Dewasa ini perihal sensualitas seolah-olah sudah menjadi monopoli golongan tertentu, khususnya perempuan. Mungkin saja sebenarnya para perempuan yang ingin atau bahkan selalu tampil sensual (seksi) berharap memperlihatkan sebuah citra positif perempuan sebagai daya tarik lawan jenis, yang tentunya menuntut penghormatan dan perlakuan selayaknya seorang pribadi bermartabat.13 Sayangnya tidak jarang sebagia besar orang, khususnya kaum lelaki dengan penuh konsentrasi dan bola mata yang terbuka lebar, bahkan seperti takut kehilangan momen yang berharga, menerjemahkan sensualitas perempuan sebagai objek atau daya tarik biologis untuk memuaskan atau melampiaskan birahinya. Sehingga tidak jarang para perempuan ikut terjebak dalam pola pikir negatif lakilakii, tampil seronok dengan mempertontonkan bagian-bagian intim (sensual) tubuh, terutama berpakaian serba minim dan terbuka. Penampilann seperti ini bisa saja mempengaruhi (mereduksi) citra perempuan di mata publik. Sensualitas sering dipersepsikan pada tubuh seorang wanita. Sensualitas merupakan tataran imajinasi seksual individu terhadap objek yang dilihatnya. Sensualitas tak lepas dari fashion, make-up serta tubuh itu sendiri. Perempuan sebagai model video klip di media massa makin marak digunakan. Pengumbaran sensualitas untuk menarik perhatian pria dianggap wajar. Sensualitas dan seksualitas perempuan dimasukan ke dalam berbagai aspek masyarakat tak 13 http://.scribd.com/doc/7247933/bedhaya-ketawang-ready-to-show. Diakses pada tanggal 30 Juni. Pukul 20:00 wib. 29 terkecuali ke dalam media hiburan seperti musik. Musik adalah media untuk memberi hiburan kepada masyarakat dan sebagai media penyampaian pesan dari sang pencipta lagu. Maka dari itu tema sebuah lirik dan video klip pada lagu dibuat semenarik mungkin agar mendapatkan perhatian dari masyarakat, dan salah satu tema yang menarik adalah dengan menggunakan perempuan sebagai objek utamanya dengan dibumbui dengan sisi sensualitas dan seksualitasnya, sehingga kenyataan yang muncul adalah penggunaan sensualitas dan seksualitas perempuan tersebut mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis dan keterkaitan dengan video yang dibuat tersebut.14 Beberapa definisi sederhana dari sensualitas antara lain adalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan sensualitas yaitu “segala sesuatu yang mengenai badan bukan rohani”.15 Pengertian kedua mengenai sensualitas adalah the quality of state of being sensual or lascivious (sifat atau karakter yang sensual atau sesuatu yang menimbulkan birahi), devotedness to the gratification of the bodily appetites (sesuatu yang diandalkan untuk memuaskan selera atau nafsu jasmaniah), a preoccupation with the body and satisfication of its desire (suatu keyakinan yang berlebihan karena tubuh dan kepuasan atas birahinya).16 Definisi sederhana lainnya dikemukakan oleh Marshall Sylver dalam bukunya Passion, Profit, & Power baha sensualitas adalah kemampuan untuk 14 Httpp://psikologis-untar.blogspot.com/2012/11/body-image-dan-sensualitas-perempuan.html. diakses pada tanggal 30 Juni, pukul 20:00. 15 http://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2014, pukul 20:15. 16 Http://www.scribd.com/doc/72474933/bedhaya-ketawang-ready-to-show. Diakses pada tanggal 30 juni 2014, pukul 20:15. 30 merangsang secara positif semua indra orang lain.17 Jika anda ingin menciptakan sensualitas pada seseorang, pastikan anda merangsang semua inderanya, penglihatannya, penciumannya, pendengarannya, perabaannya, dan pengecapnya. Jika anda bersama partner anda atau keluar untuk kencan, pasang music yang menyenangkan, nyalakan api, perhatikanlah warna-warni dan tekstur busana yang dipakai oleh partner anda.18 Melanjutkan pendapat Sita Aripurnami : “sensual sebenarnya bermaksud memenuhi kepuasan satu pihak, artinya merangsang. Tetapi kata itu muncul karena berkaitan dengan kebutuhan siapa, saya melihat ini muncul dari kebutuhan yang selama ini banyak didominasi lakilaki, karena kita tidak pernah mengatakan bahwa sensual selalu dikaitkan dengan posisi perempuan. Kita tidak pernah mengatakan laki-laki bibirnya sensual. Sebetulnya itu adalah cara laki-laki mendefinisikan cita rasa penikmat.19 Definisi sederhana dari sensualitas : sifat atau karakter yang sensual atau sesuatu yang menimbulkan birahi, sesuatu yang diandalkan untuk memuaskan selera atau nafsu jasmaniah, suatu keasyikan yang berlebihan karena tubuh dan kepuasan atas birahinya. Membahas lebih lanjut perihal sensualitas, penulis ingin menunjukkan suatu hal yang mungkin sudah tidak asing lagi, yaitu dalam kaitannya dengan physical attraction (daya tarik fisik), bahkan ada yang menyebutnya bersinonim dengan sensualitas. 17 Marshall Sylver. Passion. Profit & Power. Jakarta. IKAPI. 2006. Hal 144. Ibid 19 http://www.rahima.or.id/SR/05-02/Index.htm. Diakses pada tanggal 30 Juni 2014. Pukul 20:30 wib. 18 31 Daya tarik fisik pada dasarnya adalah sebuah persepsi masyarakat atau budaya tertentu terhadap ciri-ciri atau karakter fisik individu, kelompok, ras, dan suku bangsa yang dianggap menarik, indah dan sedap dipandang (looks good) yang sebenarnya berlaku pula terhadap makhluk lain, termasuk binatang. Daya tarik fisik ini dapat meliputi berbagai macam pengertian, termasuk dan walaupun tidak terbatas hanya pada daya tarik sensual (sensual attraction), wajah yang manis (cute) atau tampan, serta tubuh yang berotot. Secara umum biasanta daya tarik fisik laki-laki ditentukan oleh bentuk atau postur tubuh yang berotot (simbolisasi pria maskulin), bentuk dan warna rambut yang unik, struktur wajah, dan lain-lain. Sedangkan pada wanita biasanya meliputi postur atau tubuh yang proposional, daerah sekitar pinggul, warna kulit, bentuk mata dan lain sebagainya. Perempuan yang bertubuh indah dan seksi cenderung dipandang laki-laki sebagai simbol sensualitas. Keindahan fisik perempuan didefinisikan dari bentuk tubuh beserta proporsi bagian-bagianpaling sentral secara seksual dan melambangkan sensualitas perempuan, yang harus disessuaikan dengan standar yang berlaku di masyarakat yang kian memposisikan persoalan seksualitas ke lini depan.20 Walaupun zaman telah berubah, dimana perempuan mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa sekarang, perempuan masih cenderung diletakkan sebagai pemuas nafsu seksual laki-laki. Perempuan tetap 20 Melliana S. Annastaia. Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKIS. Hal 146. 32 dijadikan sebagai sarana pengungkap erotis dan merupakan lambang keindahan, sehingga hal-hal yang dianggap indah selalu dikaitkan dengan pesona perempuan. 2.6 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal merupakan komunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan. Komunikasi verbal dalam penggunaannya mengandalkan bahasa. Bahasa sendiri dapat didefinisikan sebagai “seperangkat kata yang telah disusun secara terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti”.21 Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu, ialah : a. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita. b. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia. c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. 2.7 Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah komunikasi tidak tertulis. Komunikasi ini tidak daapt dilihat seperti halnya komunikasi verbal, akan tetapi komunikasi non 21 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, Edisi revisi hal 99. 33 verbal bisa diamati dan juga dipelajari. Manusia menggunkan komunikasi verbal dengan cara menulis, menggambar, sedangkan semua gerakan ketika manusia berbicara ataupun berkomunikaksi merupakan komunikasi non verbal. Pada dasarnya, manusia tidak bisa hanya menggunkan komunikasi verbal saja ataupun non verbal, begitu pula sebaliknya. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi non verbal digunakan 63% dalam keseluruhan komunikasi yang digunakan manusia. Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana bahasannya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya. Lewat perilaku non verbalnya kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah dia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan pada perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat non verbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari bukan bawaan. Sedikit saja isyarat non vebal yang merupakan bawaan. Sementara kebanyakan perilaku verbal kita bersifat ekspliait dan diproses secara kognitif, komunikasi non verbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan diluar kesdaran dan kendali kita. Karena itulah Edward T. Hall menamai bahasa non verbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi karena pesan non verbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasii, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat konstektual. Bersama 34 isyarat verbal dan isyarat konstektual, pesan non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.22 2.7.1 Jenis Komunikasi Non Verbal Belum ada kesempatan diantara ahli komunikasi non verbal terkait pesan non verbal. Duncan menyebutkan 6 jenis pesan non verbal : a. Pesan Kinesik atau gerak tubuh. Terdiri dari 3 komponen yaitu pesan fasial, gestural, dan postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu, misalnya marah, senang, sedih, terkejut, takut, dan lain-lain. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata, tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan lainnya. Pesan gestural tak responsif menunjukkan gestur yang tidak ada kaitannya dengan pesan yang diresponnya. Pesan gestural negatif mengungkapkan sikap dingin, merendahkan atau menolak. Pesan gestural tak responsif mengabaikan permintaan untuk bertindak. Pesan postural berkenaan dengan kesluruhan anggita badan. Mehrabian menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur immediacy, power, dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidak kesukaan terhadap individu yang lain. Power mengungkapkan status yang tinggi pada komunikator. Responsiveness bila ia bereaksi secara emosional 22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar, Rosdakarya, Bandung. 2007. Hal 308-309. 35 pada lingkungan, secara positif atau negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda menunjukkan sikap yang tidak responsif. b. Pesan Paralinguistik atau suara. Pesan ini terdiri atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme. Nada (pitch) menunjukkan jumlah getaran atau gelombang yang dihasilkan sumber bunyi. Makin banyak jumlah getaran, makin tinggi nada. Orang yang memilih stereo tentu mengenal perbedaan nada. Orang yang berbicara tanpa banyak perubahan nada disebut monoton. Nada dapat mengungkapkan gairah, ketakutan, kesedihan, kesungguhan, atau kasih sayang. Nada dapat memperteguh dampak kata yang kita ucapkan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa nada sering digunakan untuk mengungkapkan identitas diri dan mempengaruhi orang lain. c. Pesan Artifaktual atau pakaian dan kosmetik. Diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relative menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita untuk membentukk citra tubuh dengan pakaian dan kosmetik. Umummnya pakian kita pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, untuk mengungkapkan kepada orang lain siapa kita. Menyampaikan identitas berarti menunjukkan 36 kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita.23 d. Pesan Prosemik atau penggunaan ruang atau jarak. Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik didalam rumah, diluar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T.Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah Proxemics sebagai bidang studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan social), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. Beberapa pakar lainnnya memperluas konsep prosemik ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikai, termasuk iklim (temperature), pencahayaan, dan kepadatan penduduk. e. Pesan Olfaksi atau penciuman. Bau-bauan terutama yang menyenangkan telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakuakan hewan, wewangan dapat mengirim pesan sebagai godaan, rayuan, ekspresi feminitas atau maskunilitas. Dalam bisnis, weangian melambangkan kesan, citra, status, dan bonafiditas. 23 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. Hal 289292. 37 f. Pesan Sensitivitas kulit atau sentuhan Menurut Heslin, terdapat 5 kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategorikategori tersebut adalah sebagai berikut: a. Fungsional-profesional. Disini senyuan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan toko membanti pelanggan memilih pakaian. b. Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabatan tangan. c. Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi ssentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang saling merangkul setelah mereka lama berpisah. d. Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan emosional atau ketertarikan. Misalnnya mencium pipi orang tua dengan lembut, orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, orang yang “bermain kaki” dibawah meja, orang eskimo yang saling menggosokan hidung. 38 e. Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.24 2.8 Kajian Semiotika Semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain.25 Semiotika berusaha mengetahui berbagai tanda guna mengetahui makna dibalik tanda-tanda tersebut. Dengan mengunakan teori semiotika tersebut, kita dapat memaknai suatu kejadian atau peristiwa melalui tanda-tanda seperti simbol atau bahasa. Karena tanda dan bahasa mampu menjelaskan suatu peristiwa yang ada. Semiotika merupakan hubungan antara dua tema, penanda (signifier) dan petanda (signified). Hubungan ini berkaitan dengan objek – objek yang termasuk ke dalam kategori kategori yang berbeda, dan karena itulah hubungan ini tidak bersifat persamaan (equality) melainkan kesepadanan (equivalence). Disini kita harus waspada karena meskipun terdapat bahasa biasa yang sekedar mengatakan bahwa penanda itu mengungkapkan petanda, kita berhadapan, dalam setiap 24 25 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Rosdakarya, Bandung. 2007. Hal 335-336. Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011, Hal 5. 39 semiologis, tidak dengan dua, tetapi dengan tema, yaitu penanda, petanda, dan tanda yang merupakan totalitas. 26 Melalui pendekatan semiotika, drama yang dibuat dapat merefleksikan suatu realitas sosial yang dikonstruksikan sehingga menghasilkan makna. Pada penelitian ini, pesan pada lirik lagu dan video klip akan diinterpretasikan kaitannya dengan pemaknaan seksualitas secara mendalam dikaji untuk menemukan simbol – simbol pada video klip tersebut dan melihat makna yang terkandung dalam lirik lagu “Lakukan Dengan Cinta” melalui tanda berupa teks. Sehingga dapat mengartikan suatu tanda atau pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu tersebut. 2.8.1 Teori Semiotika Roland Barthes Dalam mengkaji tanda di dunia media dan budaya populer, persepktif semiotika struktural tidak akan pernah menampik gagasan-gagasan yang dikeluarkan oleh pemikir strukturalis perancis, Roland Barthes. Bisa dikatakan Barthes merupakan orang terpenting dalam tradisi semiotika Eropa pasca Saussure. Pemikirannya bukan saja melanjutkan pemikiran Saussure tentang hubungan bahsa dan makna. Namun justru melampaui Saussure terutama ketika ia menggambrakan tentang makna ideologis dari representasi jenis lain yang ia sebbut dengan mitos. Barthes melakukan terobosan penting dalam tradisi semiotika konvensional yang dahulu pernah berhenti pada kajian tentang bahasa. Semiotika ala Barthes memungkinkan kajian semiotika mampu menjangkau 26 Roland Barthes, Membedah Mitos – mitos Budaya Massa, Bandung: Jalasutra. 2007, Hal 300 40 wilayah kebudayaan lain yang terkait dengan popular culture dan media massa. Bahkan dalam pandangan George Ritzer, Barthes adalah pengembang utama ideide Saussure pada semua area kehidupan sosial.27 Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang sangat giat mempraktekan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahwa bahsa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.28 Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik atau kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, alaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. 27 Alex Sobur dan Indiwan Seto, Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Mitra Wacana Medis, Jakarta, 2011. Hal 67. 28 Ibid, Hal 36. 41 Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes.29 1. Signifier 2. Signified (Penanda) (petanda) 3. Denotatif Sign (Tanda Denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF) 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF) Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatiif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tanda konotatiif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tambahan ini merupakan sumbangan Barthes 29 Paul Cobley dan Litza Janz, Introducing Semiotics. NY: Totem Books, 1991, Hal 51. 42 yang amat berharga atas penyempurnaannya terhadap semiologi Saussure, yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif semta. Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif ini, “pembaca” teks dapat memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak mungkin dapat dilakukan pada level denotatif. Bagi Barthes, semiotika bertujuan untuk memahami sistem tanda, apapun substansi dan limitnya, sehingga seluruh fenomena sosial yang ada dapat ditafsirkan sebagai “tanda” alias layak dianggap sebagai sebuah lingkaran lingiustik.30 Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan dan memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang mempunyai suatu dominasi alam. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminimitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.31 Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi metedologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuankesatuan budaya. Sedangkan Van Zoest menegaskan, siapapun bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat didalamnya. 30 31 Ibid, Hal 69. Fiske John, Introduction to communication studies, Second Edition, London, 1990, Hal 88.