BAB II

advertisement
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:2) “Laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak
yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut.”
Menurut IAI (2004:8) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:
1. Laporan keuangan meliputi neraca, perhitungan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
2. Untuk lebih dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan
perubahan yang dialami perusahaan dari waktu ke waktu sangat
dianjurkan agar perusahaan menyusun laporan keuangan komparatif,
setidaknya untuk dua tahun terkhir.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (1999:17) Laporan
keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama setahun buku
yang bersangkutan. Agar laporan keuangan dapat memberikan semua
informasi keuangan yang diperlukan oleh penggunanya maka laporan
keuangan haruslah disajikan dengan komponen - komponen yang lengkap
yang mencakup semua informasi yang diperlukan oleh pengguna laporan
6
keuangan, menurut Standar Akuntansi Keuangan 2004 (Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, halaman 2 paragraf 07)
laporan keuangan lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi
keuangan, catatan dan laporan lain yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Neraca berkaitan dengan pengukuran posisi laporan keuangan. Unsurunsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran tersebut adalah aktiva,
kewajiban dan ekuitas. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan 2004
(Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan , halaman 13
paragraf 49) definisi dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas adalah sebagai
berikut :
“Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat akonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan”
“Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”
“Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban”
Laporan laba rugi berkaitan dengan pengukuran kinerja yang
seringkali direpresentasikan dengan penghasilan bersih (laba). Unsur-unsur
yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih adalah
penghasilan dan beban.
Menurut Anwari Fu’adi (2005:11) bahwa sumber informasi keuangan
perusahaan yang utama diperoleh dari laporan keuangan yang dibuat secara
periodik. Informasi keuangan tersebut menggambarkan informasi historis
dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu dan posisi
7
keuangan perusahaan pada saat tertentu. Laporan keuangan yang merupakan
hasil akhir dari proses akuntansi dan biasanya disusun dalam jangka waktu
satu tahun buku pada umumnya dimaksudkan untuk memberikan informasi
yang berguna bagi pengambilan keputusan bersifat ekonomis.
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber
informasi keuangan yang menceritakan kondisi historis perusahan
yaitu
transaksi-transaksi keuangan selama setahun buku, sehingga laporan
keuangan ini dapat disebut sebagai hasil akhir proses akuntansi yang
nantinya dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu membuat keputusan.
2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Dapat dikatakan bahwa tujuan manajemen membuat laporan keuangan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
oleh para pemilik perusahaan dan juga untuk memenuhi tujuan-tujuan yaitu
sebagai laporan kepada pihak di luar perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (1999:5) Tujuan laporan keuangan dapat dibagai
menjadi :
1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisis
keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara
wajar.
2. Tujuan Umum.
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat
dipercaya
mengenai aktiva, kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan sumber – sumber ekonomi netto (Aktiva bersih) suatu
perusahan yang timbul dari aktivitas – aktivitas usaha dalam
memperoleh laba.
8
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
dalam menaksir (mengistimasi) potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam sumber – sumber ekonomi mengenai aktivitas pembelanjaan
dan penanaman investasi.
e. Untuk mengungkap sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai
laporan keuangan, seperti mengenai kebijakan akuntansi yang dianut
oleh perusahaan.
3. Tujuan Kuantitatif
a. Relevan, Informasi yang harus dihubungakan dengan maksud
penggunaannya. Bila informasi tidak relevan dengan keputusan yang
akan diambil, maka informasi yang demikian tersebut tidak ada
gunanya betapapun kualitas – kualitas lainnya terpenuhi.
b. Dapat Dimengerti, Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya
dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang sesuai dengan batas –
batas pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga
diharapkan adanya aktivitas – aktivitas ekonomi perusahaan, proses
akuntansi keuangan serta istilah – istilah teknis yang digunakan dalam
laporan keuangan.
c. Daya Uji, Pengukuran yang semuanya tidak lepas dari pertimbangan –
pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Untuk meningkatkan
manfaat maka informasi tersebut harus diuji kebenarannya oleh para
pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran
yang sama.
d. Netral, Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan
tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
e. Tepat Waktu, Informsi harus disampaikan secepatnya untuk dapat
dijadikan dasar dalam pegambilan keputusan.
f. Daya banding, Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna
apabila dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya
dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan
perusahaan hanya dalam periode yang sama.
g. Lengkap, informasi keuangan yang lengkap meliputi semua data
akuntansi keuangan yang dapat dimengerti secukupnya enam tujuan
kualitatif diatas dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen sebagai motor penggerak
operasional perusahaan menyajikan posisi keuangan,
perubahan
posisi
keuangan
dalam
hasil
usaha
dan
bentuk laporan keuangan sebagai
9
tanggung jawab kepada pemilik perusahaan maupun kepada pihak luar yang
berkepentingan terhadap laporan tersebut
2.3 Bentuk Laporan Keuangan
Komponen lengkap dari laporan keuangan adalah neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
1. Neraca
Menurut Zaki Baridwan (1999:18) Neraca diartikan sebagai suatu
laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada
tanggal tertentu.
2. Laporan laba rugi
Menurut Zaki Baridwan (1999:30) Laporan Laba Rugi adalah
suatu laporan yang menunjukkan pendapatan – pendapatan dan biaya –
biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
3. Laporan perubahan ekuitas
Menurut Zaki Baridwan (1999:39) Laporan perubahan ekuitas
adalah suatu laporan yang menunjukkan sebab – sebab perubahan modal
perusahaan pada akhir periode akuntansi.
4. Laporan arus kas
Menurut Zaki Baridwan (1999:39) laporan arus kas menunjukkan
arus dana dan perubahan-perubahan dalam laporan keuangan selama
tahun buku yang bersangkutan. Untuk mecapai tujuan tersebut, aliran kas
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang berbeda, yaitu penerimaan
10
dan pengeluaran kas yang berasal dari
investasi, pembelanjaan, dan
kegiatan usaha.
5. Catatan atas laporan keuangan
Komponen laporan keuangan yang terkhir adalah Catatan Atas
Laporan Keungan (CALK), menurut IAI (2004:18) catatan atas laporan
keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera
dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan harus memenuhi 5 komponen, yang masing-masing komponen
memiliki peran dan arti tersendiri. Neraca sebagai pengukur posisi laporan
keuangan, laporan laba rugi sebagai pengukur hasil usaha, laporan perubahan
ekuitas berisi mengenai hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan
ekuitas, laporan arus kas sebagai laporan sumber dan penggunaan dana, dan
catatan atas laporan keuangan merupakan pejelasan rinci angka-angka yang
terdapat dalam neraca, yang tidak dapat dipisahkan dari keempat komponen
lainnya.
2.4 Analisis terhadap laporan keuangan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:190) analisis laporan
keuangan berarti menguraikan pos – pos laporan keuangan menjadi unit yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
11
keuangan lebih mendalam yang sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan yang tepat.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (1995:22) Analisis dan interpretasi
laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan
sekaligus menjawab masalah – masalah yang timbul dalam suatu organisasi
yang tidak bertujuan untuk memperoleh laba. Analisis dan interpretasi laporan
keuangan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk membuat keputusan
antara lain mengenai rencana – rencana perluasan perusahaan, penanaman
modal (investasi), pencarian sumber – sumber dana operasi perusahaan, dan
lain – lain.
Menurut Munawir (2004:64), Analisa ratio seperti halnya alat–alat
analisa yang lain adalah “future Oriented”, oleh karena itu penganalisa harus
mampu menyesuaikan faktor–faktor yang ada pada periode atau waktu ini
dengan faktor–faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang
bersangkutan. Bambang Riyanto (2001:329) menyebutkan bahwa analisa
ratio itu sebenarnya hanyalah alat yang digunakan dalam “Aritmatical Term”
yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data
finansial.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisa terhadap laporan keuangan
berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan
sebagai bahan mentah menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam
menyangkut kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dengan menerapkan
12
metode dan teknik tertentu. Analisa yang bersifat prediksi akan mengkaji
kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan
keuangan perusahan di masa yang akan dating.
2.5 Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Sofyan Syafri Harahap (2002: 195-179) mengemukakan bahwa yang
menjadi tujuan analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak kasat mata (Explisit) dari suatu
laporan keuangan (implisit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh
dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk
memprediksi, peningkatan (rating).
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lainnya apa yang dimaksudkan dari suatu
laporan keuangan merupakan tujuan analisi laporan keuangan juga antara
lain :
1. Dapat menilai prestasi perusahaan.
2. Dapat memproyaksi keuangan perusahaan.
3. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari
aspek waktu tertentu :
a. Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal)
b. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya)
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
e. Aktivitas
f. Rentabilitas dan Profitabilitas
g. Indikator pasar modal
4. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
5. Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
13
h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau
standar ideal.
i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,
baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur, dan sebagainya.
j. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di
masa yang akan datang.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:203-204) Analisa laporan
keuangan juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu :
1. Analisa laporan keuangan di dasarkan pada laporan keuangan, oleh
karenanya kelemahan-kelemahan laporan keuangan harus selalu
diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk
menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka
laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti
tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen,
dan budaya masyarakat.
3. Objek analisa adalah data historis yang menggambarkan masa lalu
dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka
perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab
perbedaan angka, misalnya :
 Prinsip akuntansi
 Size Perusahaan
 Jenis Industri
 Periode laporan
 Laporan individual atau laporan konsolidasi
 Jenis perusahaan aspek provite moteve atau non profit motive
5. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konveksi mata uang
asing perlu mendapat perhatian tersendiri tersendiri karena perbedaan
bisa saja timbul karena masalah kurs konveksi atau metode
konsolidasi.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisa bertujuan untuk memahami
lebih lanjut informasi keuangan yang berasal dari laporan keuangan,
bebarapa informasi yang dapat diperoleh dari analisa yaitu berupa prestasi
perusahaan, peringkat perusahaan, serta mengetahui situasi dan kondisi
14
keuangan perusahaan dan memprediksi potensi perusahaan dimasa yang akan
datang.
2.6 Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:216-220) teknik analisa
laporan keuangan atau ukuran dasar analisis laporan kuangan atau ukuran
dasar analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi enam teknik,
yaitu :
1. Metode Komparatif
Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang
relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun
hubungannya.
2. Trend Analysis
Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan
beberapa tahun dalam dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis
ini biasanya dibuat melalui grafik.
3. Commonsize Financial Statement
Metode ini adalah merupakan metode analisa yang menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk persentase.
4. Metode Indeks Time Series
Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkopersikan
angka – angka laporan keuangan.
5. Analisa Rasio
Rasio Laporan keuangan adalah perbandingan antara pos – pos tertentu
dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti).
6. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas dan Dana
Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan dua periode. Laporan
ini
dibandingkan dan dilihat mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi pos
lainnya.
Menurut Bambang Riyanto (2001:329) Penganalisis mengadakan
analisa rasio finansial pada dasarnya dilakukan dengan dua macam
perbandingan:
15
1. Membandingkan Rasio Sekarang (Present Ratio) dengan rasio – rasio
diwaktu yang lalu (Ratio Historis) atau dengan rasio – rasio yang
diperkirakan untuk waktu – waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama. Misalnya current ratio tahun 1976 dibandingkan dengan
current
ratio dari tahun – tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut
akan dapat diketahui perubahan – perubahan dari ratio tersebut dari tahun
ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya,
karena kita dapat mengetahui faktor – faktor apa yang menyebabkan
adanya perubahan tersebut.
2. Dengan membandingkan rasio - rasio dari suatu perusahaan (Company
ratio) atau dengan ratio semacam dari sejenis/ industri (ratio industri, rata
– rata/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan
rasio perusahan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah
perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada
diatas rata- rata industri
(Above Average ), berada pada rata – rata
(Average) atau terletak di bawah rata – rata (Below Average).
Rasio-rasio menurut Mamduh dan Abdul Halim (2003:75) dikelompokkan
menjadi 5 (lima) kategori yaitu :
1. Rasio likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, misalnya : Current Ratio, Quick Ratio
16
2. Rasio aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset, misalnya: Inventory Turnover, Average
Collectioan Period, Fixed Assets Turnover, Total Assets Turnover.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya, Time Interest Earned, Fixed Charge
Coverage.
4. Rasio profitablitas
Rasio yang
melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas), misalnya : Net Profit Margin, Return On Assets, Return On
Equity.
5. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan, misalnya: Price Earning Ratio, Dividend Yield.
Menurut Agnes Sawir (2001:7) rasio dapat dikelompokkan menjadi :
1. Ratio Likuiditas
ratio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek (kurang dari satu tahun) pada saat ditagih.
2. Ratio Leverage (Struktur Keuangan) atau Ratio Solvabilitas
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjang (lebih dari satu tahun) dan mengukur tingkat perlindungan
para kreditur jangka panjang.
17
3. Ratio Aktivitas
Rasio yang mengukur efiseinsi dan efektivitas penggunaan sember-sumber
dana yang dikelolanya.
4. Ratio Profitabilitas (Kemampulabaan)
Ratio yang mengukur efektivitas kinerja manajemen terutama sejumlah
kebijaksanaan dalam keputusan – keputusan ditinjau dari penjualan dan
investasi perusahaan.
Rasio-rasio menurut Suad Husnan dalam Nur Fatiah (2002:161)
dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu :
1. Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio leverage, yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai
dengan hutang.
3. Rasio aktivitas, mengukur efektivitas perusahaan menggunakan sumber
dananya.
4. Rasio profitablitas, mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan
sebagaimana ditunjukkan oleh keuntungan yang diperoleh dari penjualan
dan investasi.
Berdasarkan pengelompokkan rasio-rasio di atas kiranya dapat
diketengahkan bahwa pada dasarnya para penulis mengelompokkan rasiorasio ke dalam kelompok yang sama. Dengan banyaknya rasio finansial, maka
untuk kepentingan seorang analis, penggunaan rasio akan disesuaikan dengan
18
maksud dan tujuan dilakukannya analisis itu sendiri. Rasio yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dari Mamduh dan Abdul Halim (2003:75)
1. Rasio Likuiditas
a. Quick Ratio (QR)
Mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar, tanpa persediaan terhadap hutang lancar
(kewajiban perusahaan), variabel ini diukur dengan rumus:
QR 
Aktiva Lancar  Pesediaan
Hu tan g Lancar
b. Current Ratio (CR)
Mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang
akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus
bisnis), variabel ini diukur dengan rumus:
CR 
Aktiva Lancar
Hu tan g Lancar
2. Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turnover (TAT)
Mengukur efektivitas penggunaan total aktiva. Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan manajemen perusahaan baik, sebaliknya jika
rasio rendah maka manajemen perusahaan harus mengevaluasi
strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi),
variabel ini diukur dengan rumus:
19
Penjualan
Total Aktiva
TAT 
3. Rasio Solvabilitas
a. Time Interest Earned (TIE)
Mengukur seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban bunganya, variabel ini diukur dengan
rumus:
TIE 
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Bunga
4. Rasio Profitabilitas
a. Rate of Return On Invesment (ROI)
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto, variabel ini diukur
dengan rumus :
ROI 
Keuntungan Neto Setelah Pajak
Jumlah Aktiva
b. Return On Equity
Kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pemegang saham. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage
keuangan perusahaan, variabel ini diukur dengan menggunakan rumus.
ROE 
Keuntungan Neto Setelah Pajak
Modal Saham
20
c. Net Profit Margin (NPM)
Keuntungan neto per rupiah penjualan atau setiap rupiah penjualan
menghasilkan
keuntungan
neto,
variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan rumus:
NPM 
Keuntungan Neto Setelah Pajak
Penjualan Bersih
5. Rasio Pasar
a. Earning Per Share (EPS)
Jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar
saham biasa. Laba biasanya menjadi dasar penentu pembayaran
dividen dan kenaikan nilai saham. Biasanya pemegang saham tertarik
dengan angka EPS, variabel ini diukur dengan menggunakan rumus:
EPS 
Laba Bersih  Dividen Saham Istimewa
Rata  rata Tertimbang Jumlah lembar Saham Biasa
yang Beredar
2.7 Analisa rasio dalam menilai kinerja keuangan
Menurut Mulyadi (2001:416) penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapakan
dan menurut Daniel Tulasi dalam Diah Ayu (2003:13) ada berbagai
pendekatan untuk mengevaluasi kinerja yaitu dengan pendekatan klasik
(analisa rasio), pendekatan behavioral, quantitative, system, seven-s, quality
circle atau teori z.
21
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:195) tujuan pengukuran
kinerja keuangan adalah untuk memberikan informasi yang diinginkan oleh
para pengambil keputusan terutama dalam hal menilai prestasi perusahaan,
proyeksi keuangan perusahaan, menilai perkembangan dari waktu-ke waktu,
dan melihat struktur posisi keuangan.
Munawir (2004:31) menyatakan bahwa tujuan pengukuran kinerja
keuangan perusahaan adalah untuk :
1. Mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi pada saat jatuh tempo.
2. Mengetahui
tingkat
solvabilitas
yang
menunjukkan
kemapuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau probability
yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba untuk periode tertentu.
4. Mengukur stabilitas usaha yang menunjukkan kemapuan perusahaan
untuk
melakukan
usaha
dengan
stabil,
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan
beban bunganya ttepat waktu dan kemampuan membayar dividen secara
teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau
krisis keuangan.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari seluruh
kegiatan operasional di perusahaan dengan penilaian berdasarkan aspek-
22
aspek keuangan perusahaan yang informasinya
didapat dari laporan
keuangan yang disusun pihak manajemen perusahaan. Tujuan kinerja
keuangan adalah untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan
perusahaan pada masa yang telah lalu, pada masa sekarang, dan untuk
memprediksi kondisi dan prestasi keuangan di masa depan serta untuk
melihat perusahaan dari waktu-kewaktu.
2.8 Pasar Modal
Pasar modal didefinisikan sebagai wahana untuk mempertemukan
pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang
memiliki dana tersebut (www.jsx.co.id)
Menurut Husnan dalam Anwari Fua’di (2005:26) pasar modal
merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market)
karena menurutnya dalam financial market diperdagangkan semua bentuk
hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun dana jangka
panjang, baik negotiable ataupun tidak
Fungsi pasar modal di suatu negara adalah menjalankan fungsi ekonomi
dan
keuangan,
dalam
menjalankan
fungsi
ekonomi,
pasar
modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang
mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana)
dimana lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari pihak luar
memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan.
23
Menurut Hartono dalam Anwari Fua’di (2005:27) pasar modal terbagi
menjadi 4 tipe yaitu pasar primer, pasar sekunder, pasar ketiga, dan pasar
keempat.
1. Pasar Primer (primary market)
Adalah tempat penjualan saham baru (saham perdana) yang melibatkan
banker investasi. Saham perdana dilempar ke publik untuk pertama
kalinya melalui Initial Public Offering. Pasar sekunder (secondari market)
adalah tempat perdagangan surat berharga yang telah selesai dijual di
pasar primer bersama-sama dengan sekuritas-sekuritas perusahaan lainnya
yang sudah berada disana.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder dibedakan menjadi pasar bursa saham (Stock Exhange)
untuk sekuritas perusahaan besar dan over the counter (OTC) marker
untuk sekuritas perusahaan kecil.
3. Pasar ketiga (third market)
Merupakan pasar perdagangan surat berharga yang dijalankan oleh broker
pada saat pasar kedua tutup.
4. Pasar keempat (fourt market)
Merupakan pasar modal yang dilakukan di antara intitusi berkapasitas
besar untuk menghindari komisi untuk broker.
24
2.9 Bursa Efek (Pasar Sekunder)
Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut kemudian di
daftarkan di bursa efek agar nantinya dapat diperjualbelikan di bursa. Pada
waktu sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa maka dikatakan bahwa
sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
Bursa
efek
dikelola
oleh
perusahaan
yang
jasa
utamanya
menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder. Di
Indonesia sampai sekarang terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta merupakan
perseroan terbatas (PT) yang dimiliki oleh Securities Company sekaligus
sebagai anggota bursa. Perdagangan sekuritas di bursa harus dilakukan lewat
Securities Company yang sekaligus menjadi anggota bursa tersebut
Securities Company tidak hanya melakukan kegiatan sebagai pialang, tetapi
mereka dapat juga menjadi underwriter atau menager investasi (Husnan
dalam Anwari Fu’adi 2005:27-28).
Securities Company merupakan perusahaan yang dapat bertindak
sebagai underwriter, broker-dealer, broker dan invesment manager. Kalau
securities houses bertindak sebagai dealer, maka persahaan tersebut membeli
dan menjual sekuritas tersebut untuk pihak lain. Sebagai Underwriter artinya
sebagai penjamin emisi efek dan sebagai invesment manager artinya sebagai
pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah
atau pengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah.
25
Kerangka
pikir
yang
digunakan
dalam
penelitian
digambarkan seperti pada bagan berikut:
Laporan keuangan dan Financial Data and
Ratios
tahun 2004 s.d tahun 2006
Dilihat dari rasio CR, ROI, ROE, NPM, EPS
Analisis dan Interpretasi
masing-masing perusahaan
Menarik kesimpulan
ini
dapat
Download