SNIPTEK 2015 ISBN: 978-602-72850-6

advertisement
SNIPTEK 2015
ISBN: 978-602-72850-6-4
KONSTRUKSI MAKNA PENGUNJUNG DI BEER EXPRESS
Dimas Aksin Azhar, M.Ikom
Program Studi Penyiaran
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
[email protected]
ABSTRACT - This research brings about the meaning of
visitors in beer express, mushrooming Beerhouse in
Bandung gave rise to a new phenomenon among the
hedon. The hedon thinks Beerhouse is a suitable place to
show their existence, one of which is Beerhouse in Braga
street that is Beer Express. The hedon interpreted the Beer
Express is a place to find pleasure, spend money, spend
time, reduce fatigue and relieve saturation. Therefore, this
study is to examine the meaning of the motives in the Beer
Express journey, the meaning of the hedon Beer Express
self, and the meaning for them as Beer Express drinks. This
research uses the theoretical approach of interpersonal
communication and communication psychology with the
application of symbolic interaction theory and the needs of
Abraham Maslow. Psychological techniques are done by
way of observation and interview. This, the research
produced a Beer Express meaning by the hedon and Beer
Express visitors.
Keywords: Beer Express, The Hedon, Meaning
INTISARI - Penelitian ini mengemukakan tentang
Pemaknaan pengunjung di bir express, menjamurnya
Beerhouse di Kota Bandung memunculkan suatu
fenomena baru di kalangan kaum hedon. Kaum hedon
menganggap Beerhouse adalah tempat yang cocok untuk
menunjukkan eksistensi diri mereka, salah satunya
Beerhouse yang ada di jalan Braga yaitu Beer Express.
Kaum hedon memaknai Beer Express adalah tempat
untuk mencari kesenangan, menghamburkan uang,
menghabiskan waktu, mengurangi rasa penat dan
menghilangkan rasa jenuh. Maka dari itu penelitian ini
untuk mengkaji makna dari motif dalam perjalanan Beer
Express, makna diri kaum hedon Beer Express, dan
makna bagi mereka sebagai minuman Beer Express.
Penelitian ini menggunakan pendekatan teoritis
komunikasi antar pribadi dan psikologi komunikasi
dengan penerapan teori Interaksi Simbolik dan
Kebutuhan Abraham Maslow. Teknik kejiwaan dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara. Ini, penelitian ini
menghasilkan sebuah makna Beer Express menurut
kaum hedon dan pengunjung Beer Express.
Kata Kunci: Beer Express, Kaum Hedon, Makna
PENDAHULUAN
Segala sesuatu yang ada didunia ini, sangat
memerlukan
komunikasi.
Manusia
umumnya
berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung
identitas diri dalam membangun interaksi sosial dengan
orang-orang yang berada disekitar kita agar bisa
mempengaruhi orang lain untuk berpikir, merasa atau
bertingkah seperti yang kita harapkan.Jadi komunikasi
adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan untuk mencapai suatu tujuan dengan adanya
feedback atau timbal balik.
Komunikasi sangat penting diera moderisasi saat
ini, komunikasi terus berkembang dengan adanya
tekhnologi yang canggih dan serba instan. Apabila
dikaitkan dengan orang-orangjaman dulu dan jaman
sekarang sangat berbeda. Perilaku dan gaya hidup masa
kini ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai,
sehingga dapat mengubah gaya hidup secara bebas dan
modern sesuai dengan kemauannya sendiri.
Trend gaya hidup sosialita atauorang-orang yang
aktif bersosialisasi biasanya berubah-ubah sesuai
pengaruh dari bangsa atau pihak lain yang dianggap
sebagai pemimpin trend. Kemudian diadaptasi sesuai
dengan kebiasaan masyarakat sekitar. Salah satu trend
gaya hidup sosialita saat ini berhubungan dengan
hiburan berkeinginan untuk lebih memilih terhadap
minuman beralkohol. Kesadaran manusia tentang
pentingnya gaya hidup sehat sebanding dengan
keinginan mengikuti trend. Hal ini yang memicu
perubahan gaya hidup kaum hedondi Kota besar pada
umumnya.Membuat kaum hedon menganggap bahwa
Beerhouse dijadikan sebuah gaya hidup.
Beerhouse adalah bar, bar merupakan suatu
tempat atau counter yang menyediakan pelayanan
makanan dan minuman, baik yang mengandung alkohol
maupun yang tidak mengandung alkohol. Selain itu,
terdapat
bartender
yang
bertugas
meracik
minuman,banyak juga Beerhouse yang menyediakan
hiburanseperti live music. Salah satunya beerhouse yang
ada di Kota Bandung yaitu Beer Express.
Beer Express merupakan salah satu Beerhouse
yang berada di jalan Braga. Beer Expressberada di tempat
yang strategis, letak Beer Express ini berada dipusat Kota
yang selalu padat dengan aktivitas.Jalan Braga sendiri
merupakan ikon Kota Bandung, dimana jalan Braga
menjadi magnet untuk menarik pengunjung baik
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Hal tersebut
didukung dengan keindahan gedung-gedung klasik,
KOM-53
SNIPTEK 2015
kulinernya yang beragam dan tentunya banyak terdapat
Beerhouse dengan banyaknya fasilitas yang ditawarkan,
salah satunya Beer Express.
Menjamurnya Beerhouse dan kafe-kafe di Kota
Bandung, dijadikan tempat berkumpul kaum hedon
untuk menghabiskan waktu. Hal tersebut menjadi
fenomena tren di tahun 2016. Usia pengunjung beragam
dari dewasa hingga remaja dan mereka bisa meluangkan
waktu di tempat pilihan mereka. Seperti pengalaman
salah satu pengunjung Beer Express dengan usia 18 tahun
yang bisa dibilang sangat muda, menurutnya jika tidak
berkumpul di Beer Express mereka akan dibilang
ketinggalan jaman, apalagimalam minggu bukan hanya
orang dewasa saja yang mengunjungi, remajapun
mengikutinya.Dalam hal ini menunjukan bahwa secara
umum orang-orang dapat membuat suatu pernyataan
agar eksistensi dirinya mempunyai gaya hidup kelas
sosial tinggi. Beer Express yang didefinisikan sebagai
tempat penjual bir, bisa dijadikan tempat kaum hedon
berkumpul.Pernyataan tersebut bisa muncul diakibatkan
faktor kelas sosial, kesenjangan sosial dan penyimpangan
sosial yang dalam hal ini menyimpang dari sisi
keseimbangan pergaulan saat ini.
Pengakuan kaum hedonmemperlihatkan bahwa
cara komunikasi dibangun sangat penting bagi
pengunjungBeer Express. Komunikasi yang kerap terjadi
adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar
pribadi mampu menekankan interaksi langsung
spontanitas dan membuka kesempatan kaum hedon
lainnya untuk ikut berkumpul di Beer Express.
Pemerintah telah menetapkan adanya aturan
untuk pengunjung Beerhouse sesuai dengan Peraturan
Daerah (Perda) No 11 Tahun 2010 yang mengatur
tentang, pengawasan, pengendaliandan larangan
terhadap remaja di bawah umur 21 tahun. Beerhouse
atau kafe yang menjual minuman beralkohol kini mulai
menjamur di Kota Bandung. Hal itu memicu perhatian
Pemkot Bandung. Karena tidak diperbolehkan menjual
minuman beralkohol kepada usia di bawah 21 tahun.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah
mengeluarkan
Peraturan
Menteri
Perdagangan
(Permendag) bernomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang
pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan,
peredaran dan penjualan minuman beralkohol. Dalam
Permendag tersebut juga dijelaskan penjualan minuman
beralkohol hanya dapat diberikan kepada konsumen
yang telah berusia 21 tahun.
Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk
meneliti tentang bagaimana motifpengunjung di Beer
Express.Ingin megetahui lebih dalam makna dirisebagai
kaum hedon Beer Express dan peminum serta alasannya.
Adanya motif yang melatarbelakangi pengalaman sadar
pengunjungdiharapkan dapat membangun fenomena
sebagai realitas pengunjungdi Beer ExpressKota Bandung.
KOM-54
ISBN: 978-602-72850-6-4
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan ini adalah
pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi
dengan latar alamiah. Menekankan teknik data secara
langsung seperti wawancara dan menempatkan peneliti
sebagai bagian internal masalah penelitian. Paradigma
yang digunakan yaitu konstruktivis, bertujuan untuk
menemukan suatu realitas berdasarkan konstruksi dari
makna individupengunjung diBeer Express. Adapun studi
yang dipilih yaitu fenomenologi. Studi yang menekankan
secara aksiologinya untuk memahami makna melalui
konstruksi makna atas pengalaman sadar orang lain
yaitupengunjung atau peminum bir di Beer Express.
BAHAN DAN METODE
2.2.1
Komunikasi
Dalam kehidupan kita selain menjadi makhluk
individu, kita juga sebagai makhluk sosial yang sangat
membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dari interaksi
itulah terjadi sebuah komunikasi untuk menyampaikan
sesuatu, saling bertukar pendapat dengan orang lain
untuk mencapai sebuah tujuan.
Pengertian komunikasi itu sendiri menurut para
pakar komunikasi mengacu pada aktivitas hubungan
manusia yang biasa terjadi secara langsung maupun tidak
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini akan
dijelaskan tentang apa itu komunikasi menurut beberapa
para ahli.
A. Komunikasi adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan manusia, seperti dikatakan
Sussane K.Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau
penggunaan lambang. Manusia memang satu satunya
hewan yang menggunakan lambang, dan itulah
membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Ernst
Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas
mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai
animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi katakata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang
maknanya di sepakati bersama. Kemampuan manusia
menggunakan
lambang
verbal
memungkinkan
perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara
manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa
kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda.
Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga di
representasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan
indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu
benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa
yang di representasikannya. (Mulyana, 2007:92)
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks
adalah tanda yang secara alamiah mempresentasikan
objek lainnya. Istilah lain yang sering di gunakan indeks
sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut
gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan
SNIPTEK 2015
antara sebab dan akibat yang punya kedekatan
eksistensi.
2.2.2 KomunikasiAntarPribadi
Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individuindividu (Littlejohn, 1999:10). Bentuk khusus dari
Komunikasi Antar Pribadi ini adalah komunikasi yang
melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, seorang guru dengan seorang muridnya dan
sebagainya.
Komunikasi Antar Pribadi sangat potensial
untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat
untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk
mempertinggi
daya
bujuk
pesan
yang
kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai
komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antar pribadi berperan penting hingga
kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat
kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.
2.2.3 Faktor Personal yang Memengaruhi Perilaku
Manusia
McDougall menekankan pentingnya faktor
personal yang menentukan interaksi sosial dalam bentuk
perilaku
individu.
Menurutnya,
faktor-faktor
personalyang menentukan perilaku manusia. Menurut
Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat
pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi.
Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan
faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif,
kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku
manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor:
Faktor biologis, faktor biologis terlibat dalam seluruh
kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor
sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial
dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah deprogram
secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara
luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
Diakui
pula
adanya
faktor-faktor
biologis
yangmendorong perilaku manusia, yang lazim disebut
sebagi motif biologis. Yang paling penting dari motif
biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat,
kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk melindungi diri
dari bahaya.Faktor Sosiopsikologis, kita dapat
mengklasifikasikannya kedalam tiga komponen yaitu,
komponen aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,
didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan
sebelumnya. Komponen kognitif, aspek intelektual yang
berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
Komponen konatif, aspek volisional atau aspek
ISBN: 978-602-72850-6-4
dorongan/gairah yang berhubungan dengan kebiasaan
dan kemauan bertindak
2.2.4 Konsep Diri
Dalam bagian terdahulu kita melihat bagaimana
kita menanggapi perilaku orang lain, menerangkan sifatsifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab
perilakunya dan menentukan apakah petunjukpetunjuknyayang tampak itu orisinil atau hanya pulasan
saja. Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain,
kita juga mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi
persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus.
Menurut Charles Horton Cooley, kita menjadi
subjek dan objek persepsi sekaligus, kita melakukannya
dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain dalam
benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking glass self
(diri cermin) seakan akan kita menaruh cermin di depan
kita.
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada
gambaran dan penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri.
Walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi
Humanistik yang muncul belakangan ini. Pada psikologi
sosial yakni psikologi sosial yang berorientasi pada
sosiologi, konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton
Cooley (1864 1929), George Herbert Mead (1863 1931),
dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh
terkemukanya adalah Herbert Blumer. (Rakhmat
2011:98)
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai
“those physical, social, and psychological perceptions of
ourselves that we have derived from experiences and our
interaction with others” (1974:40).
Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat
psikologi, sosial, dan fisis
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep
Diri
Setiap konsep diri yang terbentuk pada manusia
selalu berkaitan dengan pengaruh yang membentuk
konsep diri tersebut. Konsep diri kita yang paling awal
dipengaruhi oleh keluarga, yaitu orang tua dan kerabat
terdekat serta orang-orang yang berada dilingkungan
kita. Mereka disebut significant others. Tidak hanya
orang terdekat kita, bahkan media massa pun dapat
mempengaruhi dan dapat membentuk konsep diri kita.
Peranan orang lain dalam memahami diri kita, seperti
kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain
terlebih dahulu, karena kita terbentuk oleh orang lain.
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa
jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi
karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap
menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila
orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita
dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan
menyenangi diri kita. S. Frank Miyamoto dan Sanford M.
Dornbusch (1956) mencoba mengorelasikan penilaian
orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima
angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik.
Yang dinilai ialah kecerdasan, kepercayaan diri, daya
KOM-55
SNIPTEK 2015
tarik fisik dan kesukaan orang lain pada dirinya. Dengan
skala yang sama mereka juga menilai orang lain.
Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain,
cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam
menilai dirinya.
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh
yang sama terhadap diri kita. Orang yang paling dekat
dengan diri kita adalah orang yang paling berpengaruh
karena dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional
atau yang disebut affective others.
Selain orang lain kelompok termasuk faktor yang
mempengaruhi konsep diri. Setiap kelompok mempunyai
norma-norma tertentu, ada kelompok yang secara
emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita,hal ini disebut kelompok
rujukan. Dengan melihat kelompok ini orang
mengarahkan perilakunya dalam menyesuaikan dirinya
dengan ciri-ciri kelompoknya.
2.2.5.1 Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi
Interpersonal
Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena
setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah
laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat
yang dipenuhi sendiri. Hubungan konsep diri dengan
perilaku, mungkin dapat disimpulkan, dengan ucapan
para penganjur berpikir positif: you don’t think what you
are, you are what you think”.
Sukses
komuniksi
interpersonal
banyak
bergantung pada kualitas konsep diri, positif atau negatif.
Menurut Williarn D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42
43) ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri
negatif. Pertama, ia peka pada kritik. Kedua, orang yang
memiliki konsepdiri negatif, responsif sekali terhadap
pujian. Ketiga, orang yang konsep dirinya negatif,
cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Dan yang
keempat, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap
pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam
membuat prestasi. Sebaliknya, orang yang memiliki
konsep diri positif ditandai dengan lima hal. Pertama ia
yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Kedua,
iamerasa setara dengan orang lain. Ketiga, ia menerima
pujian tanpa rasa malu. Keempat, ia menyadari, bahwa
setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
Kelima, ia mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang
tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan
komunikasi pada saat yang sama, berkomunikasi dengan
orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat
pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasangagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap
KOM-56
ISBN: 978-602-72850-6-4
defensive dan lebih cermat memandang diri kita dan
orang lain.
Keinginan untuk menutup diri, selain karena
konsep diri yang negatif, timbul dari kurangnya
kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang
tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak
akan mampu mengatasi persoalan. Ketakutan untuk
melakukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi,
akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil
mungkin berkomunikasi dan hanya akan berbicara
apabila terdesak saja.
Tentu tidak semua aprehensi komunikasi
disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara
berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling
menentukan. (Rakhmat 2011:107)
“Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa
anda bersedia membuka diri, bagaimana kita
mempersepsi pesan itu dan apa yang kita ingat,” tulis
Anita Taylor et al. (1977: 112). Dengan singkat, konsep
diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure),
persepsi selektif (selective perception), dan ingatan
selektif (selective attention).
2.2.6 Beerhouse
Beerhouse atau bar, Istilah bar pertama kali
digunakan pada tahun 1592 di Prancis dengan nama atau
sebutan tavern. Bar berasal dari kata barrier yang berarti
sesuatu yang menghalangi, yaitu kayu pemisah antara
pekerja bar (bartender) dengan tamu. Kayu pemisah atau
penghalang tersebut dinamakan counter atau dalam
bahasa Indonesia disebut konter, konter tersebut
mempunyai fungsi lain yang dilengkapi dengan kursi
tinggi yang disebut bar stools. Bars stools dibuat sesuai
dengan keinginan dan selera pemilik bar. Konter juga
bertujuan untuk menghindari tamu yang mabuk masuk
ke dalam Bar dan mengambil minuman yang ada di bar.
1. Minuman beralkohol
Adalah minuman yang mengandung ethanol
yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan
destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang
diproses dengan cara mencampur ethanol atau dengan
cara pengenceran minuman mengandung ethanol
(Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 3 Februari 2012).
2. Fermentasi dan Destilasi
Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah
substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki
dengan menggunakan bantuan mikroba, sedangkan
Destilasi adalah suatu proses pemisahan ethanol dari
cairan termentasi. Adapun alkohol adalah senyawa
ethanol (ethyl alcohol), yaitu suatu jenis alkohol yang
paling populer digunakan dalam industri.
Bir merupakan segala minuman beralkohol yang
diproduksi melalui proses fermentasi bahan berpati dan
tidak melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Bir
SNIPTEK 2015
merupakan minuman beralkohol yang paling banyak
dikonsumsi didunia dan kemungkinan yang tertua. Selain
itu, bir juga adalah minuman terpopuler ketiga didunia,
dibawah air dan teh.
Gaya hidup inilah yang membawa perubahan
pada varian minumannya. Tak sekedar minuman
beralkohol semata, melainkan tersedia juga varian
minuman racikan, seperti cocktail (racikan aneka
minuman beralkohol) dan mocktail (campuran dari jus
dan buah segar). Didalam industri kuliner yang ada saat
ini, terdapat beragam jenis tempat yang masuk ketegori
bar. Diantaranya lounge, yaitu bar kelas atas yang
biasanya ada didalam sebuah restoran, hotel, atau
bandara internasional. Ada juga brew pub, yaitu tempat
yang menyediakan bir hasil produksi in house
(Beerhouse).
Beerhouse dikenal dan disukai mengingat
sifat-sifat serta suasananya yang lain dari pada yang lain.
Pada umumnya orang-orang sangat senang bertemu di
bar, berkumpul, membicarakan sesuatu sambil minum
khususnya minuman beralkohol. Sesuai dengan
perkembangan sekarang ini, bar bukan saja sebagai
tempat berkumpul atau sekadar untuk minum-minum,
tetapi juga merupakan tempat hiburan, tempat santai
setelah seharian kerja, melepaskan dan menghilangkan
ketegangan sambil mendengarkan musik baik secara
tidak langsung (melalui kaset, compact disc, piringan
hitam) maupun secara langsung dari penyanyi, bahkan
tamu dapat berdansa di bar tersebut
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
Paradigma konstruktvisme ialah paradigma dimana
suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi
sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.
Paradigma konstruktivisme ini berada dalam persepektif
interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga
jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologi dan
hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu
sosial merupakan kritik terhadap paradigma postivis.
Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial
bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan
definisi sosial (Eriyanto 2014:13).
“kontruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu
pengetahuan yang menkankan bahwa pengetahuan kita
adalahkonstruksi (bentukan) kita sendiri”
Paradigma konstruktivisme dipengaruhi oleh
persepektif interaksi simbolis dan persepektif strukural
fungsional. Persepektif interaksi simbolis ini mengatakan
bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan
respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya.
Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial itu memiliki makna manakala
realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan
secara subjektif oleh individu lain, sehingga
memantapkan realitas itu secara objektif.
ISBN: 978-602-72850-6-4
Selanjutnya George Kelly dalam Littlejhon dan
Foss (1995: 118-120) berasumsi mengenai paradigma
konstruktivis sebagai berikut :
“paradigma konstruktivis mengakui bahwa konstruksi
personal memiliki latar belakang sosial, dengan demikian
konstruksi personal dipelajari melalui interaksi dengan
orang lain”.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
paradigma konstruktivisme karena subjek dan objek
penelitian ini saling berkaitan. Penelitian ini juga akan
mengkonstruksi kembali komunikasi antarpribadi yang
dilakukan orang tua berstatus eks Narapidana dalam
membangun konsep diri positif pada anak nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti mengemukakan teori yang mendukung
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, komunikasi antar
pribadi orang tua berstatus eks Narapidana dalam
membentuk konsep diri positif pada anak di Blok Tempe
Bandung,
yaitu teori interaksi simbolik yang
dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang menekan
bahwa esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas
yang merupakan ciri khas manusia, yaitu berkomunikasi
atau pertukaran simbol yang diberi makna.
Pada penelitian yang ditemukan dilapangan jika
orang tua berstatus eks Narapidana di Blok Tempe
menekan kan pemaknaan pada saat proses komunikasi
dengan buah hati nya melalui pesan yang disampaikan,
pemaknaan tersebut berawal dari harapan orang tua
berstatus eks Narapidana yang ingin diterapkan pada
keseharian buah hati agar kelak pada saat di masa yang
akan datang buah hati nya tidak mengikuti jejak masa
lalu dari orang tua dan generasi dari orang tua nya.
pada dasarnya setiap orang menginginkan keluarga
yang di isi oleh anggota keluarga yang tidak dipandang
sebelah mata oleh orang lain, kepercayaan dari orang lain
yang cukup baik dalam membesarkan buah hati, hingga
kebersamaan orang tua dan anak yang tidak dianggap
miring. Seperti hal nya dalam kehidupan yang peneliti
eksplorasi bahwa orang tua dianggap sebelah mata dan
diragukan dalam membentuk konsep diri postif pada
anak.
Pesan terdiri atas verbal dan non verbal, ketika
seorang berkata manis namun non verbal nya
mengutarakan hal lain maka akan terjadi pemaknaan
lain, ketika pesan non verbal nya manis namun verbal
nya berkata lain maka akan terjadi juga pemaknaan yang
lain. Peneliti akan mengkaji analisis pesan komunikasi
antarpribadi dalam membentuk konsep diri positif pada
anak yang ditinjau dari aspek verbal dan juga non verbal.
Pesan verbal yang berasal dari suara yang
datang dari komunikator akan terdengar oleh teinga
komunikn begitupun dengan sebalik nya, pesan verbal
sangat harus dperhatikan oleh satu sama lain baik oleh
komunikator dan komunikan, pesan takan berhasil
disampaikan jika satu sama lain nya tidak melakukan
komunikasi dengan baik, aspek pesan verbal terdiri dari
KOM-57
SNIPTEK 2015
ISBN: 978-602-72850-6-4
Vocabulary
(perbendaharaan
kata-kata),
Racing
(kecepatan), Intonasi, Humor, Singkat dan jelas dan
Timing (waktu yang tepat).
Dalam komunikasi hambatan merupakan sebuah hal
lumrah dan sering kita temui pada saat melakukan
komunikasi, begitupun dengan informan sering pula
menjumpai hambatan-hambatan dalam komunikasi
antarpribadi dengan anak nya. Kendati demikian
informan yang berlaku sebagai komunikator tdak patah
semangat dalam melakukan komunikasi dengan buah
hatinya.
Hambatan dalam komunikasi antarpribadi oleh
peneliti ditinjau dari segi enviromental noise, phsiologial
noise, semantic noise, organizational noise dan cultural
noise, peneliliti meninjau dari hal tersebut karena dalam
komunikasi perbedaan bahasa, psikological, lingkungan,
kedudukan dalam organisasi dan budaya sering menjadi
hambatan dalam komunikasi.
KESIMPULAN
Pengunjung mendatangi Beer Express adalah
agar tidak minum bir disembarang tempat, selain itu
pengunjung Beer Express merasa difasilitasi dari mula
iminuman dan pelayan wanita. Beer Express juga
merupakan tempat yang tidak dapat didatangi oleh
pengemis dan pengamen yang membua t pengunjung
lebih aman dan nyaman dalam menikmat isuasana.
Pengunjung mendatangi Beer Express juga bertujuan
untuk menghilangkan penat, berkumpu lbersama temanteman
dan
sekaligus
bertukarpikiran,
sehinggamenimbulkan rasa senang. Beer Expres
smenjadit empat untuk menunjukan eksistensi diri agar
dirinyadiaku ioleh orang-orang. Pengunjung memaknai
Beer Express sebagai tempat untuk menghabiskan waktu,
mencari
kesenangan
dan
menjadi
tempat
menghamburkan
uang,
terutama
untuk
kaum
hedonisme..
REFERENSI
Creswell, J.W. 1998. Qualitative inquiryu and research
design: Choosing among five traditions.
Thousand Oaks, California: SAGE Publication, Inc.
KOM-58
Effendy, Uchjana Onong. 2011. Teori Komunikasi.
Bandung: Rosda.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian kualitatif.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung:
Widya.
Lexy,
J.
Moleong.
2013.
MetodePenelitianKualitatifEdisiRevisi. Bandung:
PT RemajaRosdakarya.
Mulyana,
Deddy.
2000.
Komunikasi
Interpersonal.Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Mulyana, Deddy. 2001. MetodologiPenelitianKualitatif,
ParadigmaBaruIlmuKomunikasidanIlmuSosialLai
nnya. Bandung: PT.RemajaRosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. PengantarIlmuKomunikasi.
Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Morissan, 2013. TeoriKomunikasi: IndividuHingga
Massa.Jakarta: KencanaPrenada Media Group.
Rakhmat,
J.
2004.
MetodePenelitianKomunikasi.
Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Komunikasi.
Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. 2013. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.
2013.
MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantit
atif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Syamsu.
Rosdakarya.
2011.
TeoriKepribadian.
Bandung:
Download