SNIPTEK 2015 ISBN: 978-602-72850-6-4 KONSTRUKSI MAKNA PENGUNJUNG DI BEER EXPRESS Dimas Aksin Azhar, M.Ikom Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika [email protected] ABSTRACT - This research brings about the meaning of visitors in beer express, mushrooming Beerhouse in Bandung gave rise to a new phenomenon among the hedon. The hedon thinks Beerhouse is a suitable place to show their existence, one of which is Beerhouse in Braga street that is Beer Express. The hedon interpreted the Beer Express is a place to find pleasure, spend money, spend time, reduce fatigue and relieve saturation. Therefore, this study is to examine the meaning of the motives in the Beer Express journey, the meaning of the hedon Beer Express self, and the meaning for them as Beer Express drinks. This research uses the theoretical approach of interpersonal communication and communication psychology with the application of symbolic interaction theory and the needs of Abraham Maslow. Psychological techniques are done by way of observation and interview. This, the research produced a Beer Express meaning by the hedon and Beer Express visitors. Keywords: Beer Express, The Hedon, Meaning INTISARI - Penelitian ini mengemukakan tentang Pemaknaan pengunjung di bir express, menjamurnya Beerhouse di Kota Bandung memunculkan suatu fenomena baru di kalangan kaum hedon. Kaum hedon menganggap Beerhouse adalah tempat yang cocok untuk menunjukkan eksistensi diri mereka, salah satunya Beerhouse yang ada di jalan Braga yaitu Beer Express. Kaum hedon memaknai Beer Express adalah tempat untuk mencari kesenangan, menghamburkan uang, menghabiskan waktu, mengurangi rasa penat dan menghilangkan rasa jenuh. Maka dari itu penelitian ini untuk mengkaji makna dari motif dalam perjalanan Beer Express, makna diri kaum hedon Beer Express, dan makna bagi mereka sebagai minuman Beer Express. Penelitian ini menggunakan pendekatan teoritis komunikasi antar pribadi dan psikologi komunikasi dengan penerapan teori Interaksi Simbolik dan Kebutuhan Abraham Maslow. Teknik kejiwaan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Ini, penelitian ini menghasilkan sebuah makna Beer Express menurut kaum hedon dan pengunjung Beer Express. Kata Kunci: Beer Express, Kaum Hedon, Makna PENDAHULUAN Segala sesuatu yang ada didunia ini, sangat memerlukan komunikasi. Manusia umumnya berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri dalam membangun interaksi sosial dengan orang-orang yang berada disekitar kita agar bisa mempengaruhi orang lain untuk berpikir, merasa atau bertingkah seperti yang kita harapkan.Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan untuk mencapai suatu tujuan dengan adanya feedback atau timbal balik. Komunikasi sangat penting diera moderisasi saat ini, komunikasi terus berkembang dengan adanya tekhnologi yang canggih dan serba instan. Apabila dikaitkan dengan orang-orangjaman dulu dan jaman sekarang sangat berbeda. Perilaku dan gaya hidup masa kini ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai, sehingga dapat mengubah gaya hidup secara bebas dan modern sesuai dengan kemauannya sendiri. Trend gaya hidup sosialita atauorang-orang yang aktif bersosialisasi biasanya berubah-ubah sesuai pengaruh dari bangsa atau pihak lain yang dianggap sebagai pemimpin trend. Kemudian diadaptasi sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar. Salah satu trend gaya hidup sosialita saat ini berhubungan dengan hiburan berkeinginan untuk lebih memilih terhadap minuman beralkohol. Kesadaran manusia tentang pentingnya gaya hidup sehat sebanding dengan keinginan mengikuti trend. Hal ini yang memicu perubahan gaya hidup kaum hedondi Kota besar pada umumnya.Membuat kaum hedon menganggap bahwa Beerhouse dijadikan sebuah gaya hidup. Beerhouse adalah bar, bar merupakan suatu tempat atau counter yang menyediakan pelayanan makanan dan minuman, baik yang mengandung alkohol maupun yang tidak mengandung alkohol. Selain itu, terdapat bartender yang bertugas meracik minuman,banyak juga Beerhouse yang menyediakan hiburanseperti live music. Salah satunya beerhouse yang ada di Kota Bandung yaitu Beer Express. Beer Express merupakan salah satu Beerhouse yang berada di jalan Braga. Beer Expressberada di tempat yang strategis, letak Beer Express ini berada dipusat Kota yang selalu padat dengan aktivitas.Jalan Braga sendiri merupakan ikon Kota Bandung, dimana jalan Braga menjadi magnet untuk menarik pengunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Hal tersebut didukung dengan keindahan gedung-gedung klasik, KOM-53 SNIPTEK 2015 kulinernya yang beragam dan tentunya banyak terdapat Beerhouse dengan banyaknya fasilitas yang ditawarkan, salah satunya Beer Express. Menjamurnya Beerhouse dan kafe-kafe di Kota Bandung, dijadikan tempat berkumpul kaum hedon untuk menghabiskan waktu. Hal tersebut menjadi fenomena tren di tahun 2016. Usia pengunjung beragam dari dewasa hingga remaja dan mereka bisa meluangkan waktu di tempat pilihan mereka. Seperti pengalaman salah satu pengunjung Beer Express dengan usia 18 tahun yang bisa dibilang sangat muda, menurutnya jika tidak berkumpul di Beer Express mereka akan dibilang ketinggalan jaman, apalagimalam minggu bukan hanya orang dewasa saja yang mengunjungi, remajapun mengikutinya.Dalam hal ini menunjukan bahwa secara umum orang-orang dapat membuat suatu pernyataan agar eksistensi dirinya mempunyai gaya hidup kelas sosial tinggi. Beer Express yang didefinisikan sebagai tempat penjual bir, bisa dijadikan tempat kaum hedon berkumpul.Pernyataan tersebut bisa muncul diakibatkan faktor kelas sosial, kesenjangan sosial dan penyimpangan sosial yang dalam hal ini menyimpang dari sisi keseimbangan pergaulan saat ini. Pengakuan kaum hedonmemperlihatkan bahwa cara komunikasi dibangun sangat penting bagi pengunjungBeer Express. Komunikasi yang kerap terjadi adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi mampu menekankan interaksi langsung spontanitas dan membuka kesempatan kaum hedon lainnya untuk ikut berkumpul di Beer Express. Pemerintah telah menetapkan adanya aturan untuk pengunjung Beerhouse sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No 11 Tahun 2010 yang mengatur tentang, pengawasan, pengendaliandan larangan terhadap remaja di bawah umur 21 tahun. Beerhouse atau kafe yang menjual minuman beralkohol kini mulai menjamur di Kota Bandung. Hal itu memicu perhatian Pemkot Bandung. Karena tidak diperbolehkan menjual minuman beralkohol kepada usia di bawah 21 tahun. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) bernomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol. Dalam Permendag tersebut juga dijelaskan penjualan minuman beralkohol hanya dapat diberikan kepada konsumen yang telah berusia 21 tahun. Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk meneliti tentang bagaimana motifpengunjung di Beer Express.Ingin megetahui lebih dalam makna dirisebagai kaum hedon Beer Express dan peminum serta alasannya. Adanya motif yang melatarbelakangi pengalaman sadar pengunjungdiharapkan dapat membangun fenomena sebagai realitas pengunjungdi Beer ExpressKota Bandung. KOM-54 ISBN: 978-602-72850-6-4 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi dengan latar alamiah. Menekankan teknik data secara langsung seperti wawancara dan menempatkan peneliti sebagai bagian internal masalah penelitian. Paradigma yang digunakan yaitu konstruktivis, bertujuan untuk menemukan suatu realitas berdasarkan konstruksi dari makna individupengunjung diBeer Express. Adapun studi yang dipilih yaitu fenomenologi. Studi yang menekankan secara aksiologinya untuk memahami makna melalui konstruksi makna atas pengalaman sadar orang lain yaitupengunjung atau peminum bir di Beer Express. BAHAN DAN METODE 2.2.1 Komunikasi Dalam kehidupan kita selain menjadi makhluk individu, kita juga sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dari interaksi itulah terjadi sebuah komunikasi untuk menyampaikan sesuatu, saling bertukar pendapat dengan orang lain untuk mencapai sebuah tujuan. Pengertian komunikasi itu sendiri menurut para pakar komunikasi mengacu pada aktivitas hubungan manusia yang biasa terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini akan dijelaskan tentang apa itu komunikasi menurut beberapa para ahli. A. Komunikasi adalah Proses Simbolik Salah satu kebutuhan manusia, seperti dikatakan Sussane K.Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi katakata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya di sepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga di representasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang di representasikannya. (Mulyana, 2007:92) Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering di gunakan indeks sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan SNIPTEK 2015 antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. 2.2.2 KomunikasiAntarPribadi Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individuindividu (Littlejohn, 1999:10). Bentuk khusus dari Komunikasi Antar Pribadi ini adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya dan sebagainya. Komunikasi Antar Pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih. 2.2.3 Faktor Personal yang Memengaruhi Perilaku Manusia McDougall menekankan pentingnya faktor personal yang menentukan interaksi sosial dalam bentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personalyang menentukan perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor: Faktor biologis, faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah deprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yangmendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagi motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.Faktor Sosiopsikologis, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tiga komponen yaitu, komponen aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. Komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif, aspek volisional atau aspek ISBN: 978-602-72850-6-4 dorongan/gairah yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak 2.2.4 Konsep Diri Dalam bagian terdahulu kita melihat bagaimana kita menanggapi perilaku orang lain, menerangkan sifatsifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya dan menentukan apakah petunjukpetunjuknyayang tampak itu orisinil atau hanya pulasan saja. Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus. Menurut Charles Horton Cooley, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus, kita melakukannya dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain dalam benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan akan kita menaruh cermin di depan kita. Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri. Walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi Humanistik yang muncul belakangan ini. Pada psikologi sosial yakni psikologi sosial yang berorientasi pada sosiologi, konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton Cooley (1864 1929), George Herbert Mead (1863 1931), dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh terkemukanya adalah Herbert Blumer. (Rakhmat 2011:98) William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others” (1974:40). Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis 2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Setiap konsep diri yang terbentuk pada manusia selalu berkaitan dengan pengaruh yang membentuk konsep diri tersebut. Konsep diri kita yang paling awal dipengaruhi oleh keluarga, yaitu orang tua dan kerabat terdekat serta orang-orang yang berada dilingkungan kita. Mereka disebut significant others. Tidak hanya orang terdekat kita, bahkan media massa pun dapat mempengaruhi dan dapat membentuk konsep diri kita. Peranan orang lain dalam memahami diri kita, seperti kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu, karena kita terbentuk oleh orang lain. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. S. Frank Miyamoto dan Sanford M. Dornbusch (1956) mencoba mengorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai ialah kecerdasan, kepercayaan diri, daya KOM-55 SNIPTEK 2015 tarik fisik dan kesukaan orang lain pada dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Orang yang paling dekat dengan diri kita adalah orang yang paling berpengaruh karena dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional atau yang disebut affective others. Selain orang lain kelompok termasuk faktor yang mempengaruhi konsep diri. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu, ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita,hal ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini orang mengarahkan perilakunya dalam menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. 2.2.5.1 Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan, dengan ucapan para penganjur berpikir positif: you don’t think what you are, you are what you think”. Sukses komuniksi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri, positif atau negatif. Menurut Williarn D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42 43) ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif. Pertama, ia peka pada kritik. Kedua, orang yang memiliki konsepdiri negatif, responsif sekali terhadap pujian. Ketiga, orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Dan yang keempat, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal. Pertama ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Kedua, iamerasa setara dengan orang lain. Ketiga, ia menerima pujian tanpa rasa malu. Keempat, ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. Kelima, ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasangagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap KOM-56 ISBN: 978-602-72850-6-4 defensive dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif, timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. (Rakhmat 2011:107) “Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu dan apa yang kita ingat,” tulis Anita Taylor et al. (1977: 112). Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective attention). 2.2.6 Beerhouse Beerhouse atau bar, Istilah bar pertama kali digunakan pada tahun 1592 di Prancis dengan nama atau sebutan tavern. Bar berasal dari kata barrier yang berarti sesuatu yang menghalangi, yaitu kayu pemisah antara pekerja bar (bartender) dengan tamu. Kayu pemisah atau penghalang tersebut dinamakan counter atau dalam bahasa Indonesia disebut konter, konter tersebut mempunyai fungsi lain yang dilengkapi dengan kursi tinggi yang disebut bar stools. Bars stools dibuat sesuai dengan keinginan dan selera pemilik bar. Konter juga bertujuan untuk menghindari tamu yang mabuk masuk ke dalam Bar dan mengambil minuman yang ada di bar. 1. Minuman beralkohol Adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 3 Februari 2012). 2. Fermentasi dan Destilasi Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba, sedangkan Destilasi adalah suatu proses pemisahan ethanol dari cairan termentasi. Adapun alkohol adalah senyawa ethanol (ethyl alcohol), yaitu suatu jenis alkohol yang paling populer digunakan dalam industri. Bir merupakan segala minuman beralkohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan berpati dan tidak melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Bir SNIPTEK 2015 merupakan minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi didunia dan kemungkinan yang tertua. Selain itu, bir juga adalah minuman terpopuler ketiga didunia, dibawah air dan teh. Gaya hidup inilah yang membawa perubahan pada varian minumannya. Tak sekedar minuman beralkohol semata, melainkan tersedia juga varian minuman racikan, seperti cocktail (racikan aneka minuman beralkohol) dan mocktail (campuran dari jus dan buah segar). Didalam industri kuliner yang ada saat ini, terdapat beragam jenis tempat yang masuk ketegori bar. Diantaranya lounge, yaitu bar kelas atas yang biasanya ada didalam sebuah restoran, hotel, atau bandara internasional. Ada juga brew pub, yaitu tempat yang menyediakan bir hasil produksi in house (Beerhouse). Beerhouse dikenal dan disukai mengingat sifat-sifat serta suasananya yang lain dari pada yang lain. Pada umumnya orang-orang sangat senang bertemu di bar, berkumpul, membicarakan sesuatu sambil minum khususnya minuman beralkohol. Sesuai dengan perkembangan sekarang ini, bar bukan saja sebagai tempat berkumpul atau sekadar untuk minum-minum, tetapi juga merupakan tempat hiburan, tempat santai setelah seharian kerja, melepaskan dan menghilangkan ketegangan sambil mendengarkan musik baik secara tidak langsung (melalui kaset, compact disc, piringan hitam) maupun secara langsung dari penyanyi, bahkan tamu dapat berdansa di bar tersebut Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Paradigma konstruktvisme ialah paradigma dimana suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam persepektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologi dan hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma postivis. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan definisi sosial (Eriyanto 2014:13). “kontruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menkankan bahwa pengetahuan kita adalahkonstruksi (bentukan) kita sendiri” Paradigma konstruktivisme dipengaruhi oleh persepektif interaksi simbolis dan persepektif strukural fungsional. Persepektif interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. ISBN: 978-602-72850-6-4 Selanjutnya George Kelly dalam Littlejhon dan Foss (1995: 118-120) berasumsi mengenai paradigma konstruktivis sebagai berikut : “paradigma konstruktivis mengakui bahwa konstruksi personal memiliki latar belakang sosial, dengan demikian konstruksi personal dipelajari melalui interaksi dengan orang lain”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme karena subjek dan objek penelitian ini saling berkaitan. Penelitian ini juga akan mengkonstruksi kembali komunikasi antarpribadi yang dilakukan orang tua berstatus eks Narapidana dalam membangun konsep diri positif pada anak nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti mengemukakan teori yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti, komunikasi antar pribadi orang tua berstatus eks Narapidana dalam membentuk konsep diri positif pada anak di Blok Tempe Bandung, yaitu teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang menekan bahwa esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yaitu berkomunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Pada penelitian yang ditemukan dilapangan jika orang tua berstatus eks Narapidana di Blok Tempe menekan kan pemaknaan pada saat proses komunikasi dengan buah hati nya melalui pesan yang disampaikan, pemaknaan tersebut berawal dari harapan orang tua berstatus eks Narapidana yang ingin diterapkan pada keseharian buah hati agar kelak pada saat di masa yang akan datang buah hati nya tidak mengikuti jejak masa lalu dari orang tua dan generasi dari orang tua nya. pada dasarnya setiap orang menginginkan keluarga yang di isi oleh anggota keluarga yang tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain, kepercayaan dari orang lain yang cukup baik dalam membesarkan buah hati, hingga kebersamaan orang tua dan anak yang tidak dianggap miring. Seperti hal nya dalam kehidupan yang peneliti eksplorasi bahwa orang tua dianggap sebelah mata dan diragukan dalam membentuk konsep diri postif pada anak. Pesan terdiri atas verbal dan non verbal, ketika seorang berkata manis namun non verbal nya mengutarakan hal lain maka akan terjadi pemaknaan lain, ketika pesan non verbal nya manis namun verbal nya berkata lain maka akan terjadi juga pemaknaan yang lain. Peneliti akan mengkaji analisis pesan komunikasi antarpribadi dalam membentuk konsep diri positif pada anak yang ditinjau dari aspek verbal dan juga non verbal. Pesan verbal yang berasal dari suara yang datang dari komunikator akan terdengar oleh teinga komunikn begitupun dengan sebalik nya, pesan verbal sangat harus dperhatikan oleh satu sama lain baik oleh komunikator dan komunikan, pesan takan berhasil disampaikan jika satu sama lain nya tidak melakukan komunikasi dengan baik, aspek pesan verbal terdiri dari KOM-57 SNIPTEK 2015 ISBN: 978-602-72850-6-4 Vocabulary (perbendaharaan kata-kata), Racing (kecepatan), Intonasi, Humor, Singkat dan jelas dan Timing (waktu yang tepat). Dalam komunikasi hambatan merupakan sebuah hal lumrah dan sering kita temui pada saat melakukan komunikasi, begitupun dengan informan sering pula menjumpai hambatan-hambatan dalam komunikasi antarpribadi dengan anak nya. Kendati demikian informan yang berlaku sebagai komunikator tdak patah semangat dalam melakukan komunikasi dengan buah hatinya. Hambatan dalam komunikasi antarpribadi oleh peneliti ditinjau dari segi enviromental noise, phsiologial noise, semantic noise, organizational noise dan cultural noise, peneliliti meninjau dari hal tersebut karena dalam komunikasi perbedaan bahasa, psikological, lingkungan, kedudukan dalam organisasi dan budaya sering menjadi hambatan dalam komunikasi. KESIMPULAN Pengunjung mendatangi Beer Express adalah agar tidak minum bir disembarang tempat, selain itu pengunjung Beer Express merasa difasilitasi dari mula iminuman dan pelayan wanita. Beer Express juga merupakan tempat yang tidak dapat didatangi oleh pengemis dan pengamen yang membua t pengunjung lebih aman dan nyaman dalam menikmat isuasana. Pengunjung mendatangi Beer Express juga bertujuan untuk menghilangkan penat, berkumpu lbersama temanteman dan sekaligus bertukarpikiran, sehinggamenimbulkan rasa senang. Beer Expres smenjadit empat untuk menunjukan eksistensi diri agar dirinyadiaku ioleh orang-orang. Pengunjung memaknai Beer Express sebagai tempat untuk menghabiskan waktu, mencari kesenangan dan menjadi tempat menghamburkan uang, terutama untuk kaum hedonisme.. REFERENSI Creswell, J.W. 1998. Qualitative inquiryu and research design: Choosing among five traditions. Thousand Oaks, California: SAGE Publication, Inc. KOM-58 Effendy, Uchjana Onong. 2011. Teori Komunikasi. Bandung: Rosda. Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya. Lexy, J. Moleong. 2013. MetodePenelitianKualitatifEdisiRevisi. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Mulyana, Deddy. 2000. Komunikasi Interpersonal.Bandung: PT. RemajaRosdakarya Mulyana, Deddy. 2001. MetodologiPenelitianKualitatif, ParadigmaBaruIlmuKomunikasidanIlmuSosialLai nnya. Bandung: PT.RemajaRosdakarya. Mulyana, Deddy. 2007. PengantarIlmuKomunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Morissan, 2013. TeoriKomunikasi: IndividuHingga Massa.Jakarta: KencanaPrenada Media Group. Rakhmat, J. 2004. MetodePenelitianKomunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Bandung: Remaja Rosdakarya. Komunikasi. Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantit atif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yusuf, Syamsu. Rosdakarya. 2011. TeoriKepribadian. Bandung: