5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengkajian 1. Pengertian Pengkajian Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalahmasalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995) 2. Tahap pengkajian Kegiatan utama dalam tahap pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam mengumpulkan informasi yag sistemik tentang klien. a. Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasiyang sistemik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik rekam medic. Klien adalah sumber informasi primer, sumber data yang asli. Sumber informasi sekunder terdiri dari data yang sudah ada atau dari orang lain selain klien. Sumber-sumber sekunder meliputi catatan kesehatan klien, laporan dari laboratorium dan tes diagnostik, keluarga, orang terdekat, masyarakat dan anggota tim kesehatan. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. 1) Wawancara Wawancara atau interviu merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dank lien. Disini perawast mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan 6 pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat klien. 2) Observasi Merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan menggunakan panca-indra. Kemampuan melakukan observasi merupakan ketrampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat I nterpretasi seseorang tentang hal tersebut. 3) Pemeriksaan Pemeriksaan menurut Carol V.A (1991) adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasrkan pada hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemerksaan fisik berfokus pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. b. Pengelompokan data 1) Data objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara factual. Dengan kata lain, data tersebut dapat diamati atau diukur melalui indra perawat : disebut juga sebagai tanda 2) Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien terkait masalah kesehatannya. Data subjektif merupakan informasi yang disampaikan klien kepada perawat selama intervie yang disebut juga sebagai gejala. 7 c. Analisis data Setelah data hasil pengkajian dikelompokkan, kita dapat mulai melakukan validasi data, yaitu membandingkan data subjektif dan data objektif dengan standar atau nilai normal yang baku. Standar atau nilai normal yang baku. Standar atau nilai tersebut merupakan aturan atau ukuran yang lazim dipakai. (Asmadi. 2008) 3. Model dalam Pengkajian Keperawatan a. Gordon (1982) : 1) Pola Kesehatan Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur. 2) Pola metabolik – nutrisi Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan. 3) Pola eliminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit), termasuk pola individu seharihari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunsksn untuk mengendalikan ekskresi. 4) Pola aktivitas – Olahraga Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi ; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi) 5) Pola tidur - istirahat Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan untuk merubah pola tersebut. 8 6) Pola persepsi – kognitif Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengarsn, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif. 7) Pola persepsi diri-konsep diri Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri ; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan. 8) Pola Hubungan peran Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan ; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini. 9) Pola Reproduksi – seksualitas Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas ; termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya. 10) Pola koping - toleransi stress Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping dalam mentoleransi stress. 11) Pola nilai dan keyakinan Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup. (Patricia, 1996) b. Model Roy`s (1984) : Model adaptasi : 1) Kebutuhan fisiologis Komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya a) Aktivitas dan istirahat Menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur. 9 b) Nutrisi Menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan. c) Eliminasi Menggambarkan pola eliminasi d) Cairan dan elektrolit Menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit e) Oksigen Menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi. f) Indera Menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan dengan panca indera g) Integritas kulit. Menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit. h) Fungsi endokrin Menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk respon stress dan system reproduksi. i) Fungsi neurologis. Menggambarkan pola kontrol neurologist, pengaturan dan intelektual 2) Konsep diri Untuk mengetahui bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan ide sendiri. perhatian ditunjukkan pada kenyataan keadaan diri sendiri tentang fisik, individual dan moraletik. 10 3) Fungsi peran Merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda. 4) Interdependent Merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. c. Model Orem (1985) : Self-care / kemandirian klien dalam merawat dirinya sendiri : 1) Pemenuhan kebutuhan oksigen 2) Pemenuhan kebutuhan cairan 3) Pemenuhan kebutuhan nutrisi 4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi 5) Keseimbangan aktivitas dan istirahat 6) Sosial 7) Pencegahan 8) Promosi d. Doengoes : 1) Aktivitas / istirahat : Kemampuan untuk ikut serta dalam aktivitas kehidupan yang perlu/diinginkan dan untuk mendapatkan istirahat/tidur. 2) Sirkulasi Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan selular. 3) Integritas ego Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan ketrampilan serta perilaku untuk mengintegrasikan dan menangani pengalaman hidup. 4) Eliminasi Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa. 11 5) Makanan dan cairan Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan menggunakan nutrient dan cairan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan fisiologi. 6) Hygiene Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan seharihari. 7) Neurosensori Kemampuan untuk menerima, mengintegrsikan dan merespon terhadap isyarat internal dan eksternal. 8) Nyeri / ketidaknyamanan Kemampuan untuk mengontrol nyeri. 9) Pernafasan Kemampuan untuk menyediakan dan menggunakan oksigen. 10) Keamanan 11) Seksualitas 12) Interaksi sosial 13) Penyuluhan / pembelajaran (Doenges,2000) e. FITZ PATRICK (1991) : Pola respon manusia : 1) Memilih : memilih di antara alternatif-alternatif. 2) Berkomunikasi : verbal – non verbal. 3) Bertukaran : memberikan, melepaskan, dan kehilangan sesuatu. 4) Merasakan : pengalaman, kesadaran, sensasi, pemahaman atau pengertian secara sadar / emosional. 5) Mengetahui : mengenal – memahami. 6) Bergerak : mengubah posisi, desakan untuk bertindak / melakukan sesuatu. 7) Mempersepsikan : memahami dengan pikiran, sadar tentang indera / rangsangan eksternal. 8) Berhubungan : menjalin hubungan, membangun hubungan, berada dalam beberapa asosiasi dengan benda, orang atau tempat. 9) Menilai : perhatian, mengenal, peduli, berharga, berguna 12 4. Faktor yang mempengaruhi pengkajian a. Tingkah Laku Kebanyakan orang tingkah Laku dan sikap menjadi satu keutuhan. Apabila sikap yang paling dominan akan mempengaruhi tingkah laku kita. Apabila cenderung mengarah keperbuatan positif maka akan dapat menemukan solusi dari masalah, sebaliknya jika mempunyai sikap yang negatif maka akan mengalami keputus asaan dalam pemecahan masalah. b. Bahasa Tubuh Tingkah laku kita sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. 75 persen pesan yang kita terima adalah komunikasi non verbal. kita dapat mengekspresikan apa yang kita rasakan dengan bahasa tubuh. Yang termasuk kedalam bahasa tubuh adalah gerakgerik/ gerak isyarat, ekspresi wajah, pakaian dan gaya kita. Ada beberapa ekspresi wajah yang ditunjukkan antara lain : 1) Gembira 2) Berduka 3) Ketakutan 4) Kemarahan 5) Terkejut 6) Menjengkelkan c. Tempat/Ruang Dalam keefektifan komunikasi dengan orang lain, kita perlu memahami batasan-batasan dari kebudayaan tempat tersebut. disini ada beberapa tempat yang digunakan untuk proses komunikasi : 1) Tempat/ruang publik. 2) Tempat/ruang sosial. 3) Tempat/ruang dengan teman/sahabat. 13 d. Sikap Profesi medis mempunyai kekuatan dberfikir positif dalam pendokumentasian. Mereka dapat membantu dalam penyembuhan dengan pemikiran yang optimis dan penuh harapan. Mereka mengaplikasikan pemikiran yang optims dan penuh harapan kedalam tindakan mereka. Mereka tidak pernah menyerah dan selalu berharap situasi akan berubah jika mereka dapat menemukan solusi yang tepat. hal ini bias dilihat jika kita mempunyai sikap yang negatif maka kita akan mempunyai pemikiran yang negatif juga begitu pula sebaliknya. e. Komunikasi dengan klien Komunikasi dengan klien ini sangat penting untuk diingat, ini bukan sebagai pengganti komunikasi antar individu, tetapi ini hany dilakukan dengan pemikiranyang sesuai dan tepat sehingga dapt mempengaruhi kemampuan komunikasi pengkajian pada klien. komunikasi yang tepat dan efektif dapat membantu menentukan hubungan komunikasi terapeutik yang tepat. hal ini juga memngkinkan untuk menenrukan apa yang klien butuhkan, seperti kepercayaan dan kenyamanan dan juga team medis yang baikdan sangat disiplin. berikut ini adalah prosedur berkomunkasi dengan klien : 1) Mempersiapkan lingkungan, menciptakan suasana yang hangat dan mendukung. 2) Membina hubungan yang baik kepada klien, dengan sikap tubuh yang terbuka sehingga menimbulkan kenyamanan. 3) Kontak mata dan tenang. 4) Memastikan klien nyaman, tenang, dan jika memungkinkan bebas dari rasa sakit. 5) Meminimalkan potensi gangguan pada klien. 6) Melihat kembali informasi yang disiapkan untuk klien. 7) Menentukan bagaimana pesan yang tepat dan komunikasi yang tepat untuk klien. 14 8) Memperkenalkan diri dan menggunakan nam yang disukai klien. 9) Menjelaskan tujuan dan menganjurkan klien untuk berpartisipasi dalam komunikasi tersebut. (Toni R, 2005) B. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, dimana proses tersebut mengacu pada perubahan tindakan dari orangorang yang berkomunikasi (Sendjaja, 1994). Setiap orang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam membina hubungan antarpribadi dengan orang lain, namun demikian devito mengemukakan beberapa tujuan yang mendorong individu untuk menjalin hubungan antarpribadi dengan orang lain (Devito dalam Supratiknya, 2003): a. Untuk mengenal diri sendiri. b. Untuk menemukan dunia luar c. Untuk membangun dan memelihara hubungan yang sungguhsungguh. d. Untuk mengubah sikap dan perilaku. e. Untuk bermain dan menghibur. f. Untuk mendapatkan pertolongan. 2. Komunikasi Interpersonal Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal secara berbeda-beda. Devito (1997) mengemukakan sudut pandang komunkasi interpersonal sebagai berikut : a. Berdasarkan Komponen Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil 15 orang, dengan berbagai dampak sehingga peluang untuk memberikan umpan balik. b. Berdasarkan Hubungan Diadik Komunkasi interpersonal adalah komunikasi yang langsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. sebagai contoh dapat dilihat pada hubungan komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua, guru dengan murid, dan lain-lain. definisi ini disebit juga dengan definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan yang terjadi antara dua orang tertentu. c. Berdasakan Pengembangan Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi yang intim. 3. Proses Komunikasi Interpersonal Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam effendi (2001:18) mengatakan bahwa mengacu pada paradigma Harold Laswell, terdapat unsur-unsur komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu : a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambing. c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna disampaikan oleh komunikator. d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna lambing yang disampaikan komunikator kepadanya. f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah diterima pesan. 16 h. Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila pesan tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. i. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya psan lain oleh komunikan berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 4. Fungsi Komunikasi Interpersonal Menurut Uchjana (2009) Komunikasi Interpersonal memiliki enam fungsi diantaranya: a) Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis Dengan komunikasi interpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan sosial atau psikologis. Para psikolog pun menyarankan bahwa pada dasarnya kita adalah makhluk sosial, yaitu orang yang membutuhkan orang lain, sebagaimana halnya manusia membutuhkan makanan, minuman, perlindungan dan sebagainya. Apabila kehilangan kontak dengan orang lain, kebanyakan orang akan berhalusinasi, kehilangan koordinasi motorik, dan secara umum tidak bias menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungan sekitar b) Mengembangkan kesadaran diri Melalui komunikasi interpersonal akan terbiasa mengembangkan kesadaran diri mengkonfirmasikan tentang siapa dan apa diri kita. Apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Namun ada yang sebagian merupakan refleksi dari apa yang orang lain sebut tentang diri kita. c) Matang dan konvensi sosial Melalui komunikasi interpersonal kita tunduk atau menentang konvensi sosial. Kita berkomunikasi beramah-tamah dengan orang lain dalam rangka memenuhi konvensi sosial. Mengabaikan orang lain dan tidak berbicara berarti menentang konvensi sosial dan menimbulkan kesan melalikan orang lain. 17 d) Konsistensi hubungan dengan orang lain Melalui komunikasi interpersonal kita menetapkan hubungan kita. kita berhubungan dengan orang lain, melalui pengalaman yang kita lalui bersama dengan mereka. dan melalui percakapan–percakapan bersama mereka. Ketika kita bertemu dengan seseorang secara terusmenerus, sifat dasar komunikasinyaakan menetapkan tipe dan kualitas hubungan kita. Jika percakapan mengenai hal-hal remeh, itu akan menjadi sekedar kenalan. Jika dalam percakapan itu ada perdebatan dan perang muluthubungan akan menjadi tidak sehat. Jika kita memulai percakapan tentang perasaan yang mendalam, berbagai cerita pribadi mendengarkan orang lain dengan empati dan pemahaman, dan membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kita, maka kita akan mengembangkan hubungan yang sehat, dekat dan lebih intim. e) Mendapatkan informasi yang lebih banyak. Melalui komunikasi interpersonal, kita juga akan memperoleh informasi yang lebih. informasi yang akurat dan tepat waktu merupakan kunci untuk membuat keputusan yang efektif. Jika kita biasa memperoleh sebagian informasi melalui observasi langsung, membaca, mendengarkan dari berbagai media, kita bisa memperoleh banyak informasi yang bisa digunakan untukmengambil keputusan selama berbicara dengan orang lain. f) Bisa memperngaruhi atau dipengaruhi orang lain Melalui komunikasi interpersonal kita mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh orang lain. Jika hasil yang diharapkan menyangkut persetujuan dan kerjasama dengan orang lain, komunikasi interpersonal berfungsi untuk mempengaruhi gagasan dan perilaku. Kita biasa menggunakan bentuk komunikasi ini untuk mempengaruhi orang lain, dan demikian pula sebaliknya. Seperti dinyatakan para ahli komunikasi bahwa tujuan utama usaha komunikasi adalah untuk mempengaruhi gagasan dari perilaku orang lain. Berdasarkan 18 pemaparan tentang fungsi komunikasi interpersonal dapat diketahui bahwa Keberadaan komunikasi interpersonal telah berperan aktif dalam kehidupan, bahkan tidak sedikit manusia yang melakukan praktik komunikasi interpersonal ini diantara fungsinya adalah memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, mengembangkan kesadaran diri, matang dan konvensi sosial, Konsistensi hubungan dengan orang lain, mendapatkan informasi yang banyak, biasanya mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain. 5. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal M. Rogers dalam Wiryanto (2004) mengartikan bahwa komunikasi interpersonal/antar-pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut rogers adalah sebagai berikut: a. Arus pesan cenderung dua arah. b. Konteks komunikasi dua arah. c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi. d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi. e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat. f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap (Eduard Depari dan colin MacAdrews, 1995) 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dalam berkomunikasi individu dipengaruhi oleh beberapa hal yang pada akhirnya menjadi faktor penentu dalam mencapai komunikasi interpersonal ynag baik. Menurut Rahmat (2007) akan lebih baik lagi bila dilandasi beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah : a. Persepsi interpersonal Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi 19 dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. b. Konsep Diri Menurut William D. Brooks dalam Jalaluddin R (1974) mendefinsikan konsep diri sebagai “Dari fisik, social, persepsi psikologi dari diri kita yang kita terima dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain” . Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persaepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social dan fisis. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. c. Atraksi Interpersonal Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal, menulis, “ Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima. Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menhindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita sebut sebagai atraksi interpersonal. d. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita 20 berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. 1) Tahap-tahap Hubungan Interpersonal a) Pembentukan Hubungan Interpersonal Tahap ini disebut sebagai tahap pengenalan, menurut Steve Duck (1976): perkenalan adalah proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan. Menurut William Brooks dan Philip Emmert: kesan pertama sangat menentukan, karena itu, hal-hal yang pertama menjadi sangat penting dalam tahap pengenalan. b) Peneguhan Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini : keakraban, control, respons yang tepat, dan nada emosional yang tepat. c) Pemutusan Hubungan Interpersonal Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika keempat faktor diatas tidak ada, hubungan interpersonal akan diakhiri. menurut Nye (1973) menyebutkan lima sumber konflik : (1) Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. (2) Dominasi, salah satu pihak berusaha megendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar. 21 (3) Kegagalan, masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai. (4) Provokasi, salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain. 7. Efektivitas komunikasi antarpribadi Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antar pribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Menurut kumar (2000:121-122) efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai 5 ciri sebagai berikut: 1. Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. 2. Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. 4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi kondusif untuk interaksi yg efektif. 5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. 22 C. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi : a. Tingkah Laku b. Bahasa Tubuh c. Tempat/Ruang d. Sikap Mempengaruhi pengkajian e. Komunikasi dengan klien (Rakhmat J, 2009), Toni R(2005) D. Kerangka Konsep Kerangka Konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. (Alimul, 2003) Variabel Independent Komunikasi Interpersonal Variabel Dependent Pengkajian 23 E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan konsep berupa variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas yaitu variabel yang bertindak sebagai penyebab atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variable lain atau variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat Y dalam penelitian ini adalah pengkajian pada mahasiswa keperawatan. . F. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : ada hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal terhadap pengkajian pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang.