Bab I Pendahuluan I. Latar belakang Ilmu Antrologi sebagai ilmu yang memperlajari makhluk anthropos atau manusia, merupakan ilmu yang tidak serta merta berada secara langsung dengan sendinya. Akan tetapi Ilmu Antropologi ada seperti saat ini melalui tahap demi tahap, atau dapat dikatakan perkembangan secara dinamis dari masa ke masa. Dengan kata lain, Antropologi memiliki sejarah perkembangan sejak eksistensinya diakui dan dipelajari oleh manusia. Antropologi lahir dari kehidupan manusia terhadap manusia lain. Bangsa eropa memperlopori pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Perjalanan tersebut di dorong oleh tujuan yang beragam, yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarnya, mencari daerah jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan menyebarkan agama1. Dari pernyataan tersebut, wawasan masyarakat (Eropa) mengenai kehidupan di luar dirinya semakin luas. Hal tersebut menumbuhkan kesadaran akan adanya perbedaan bentuk fisik manusia, seperti ada berkulit hitam, kuning, rambut keriting, lurus dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula perbedaan bahasa, tingkat teknilogi, cara hidup, dan adat istiadat.2 Mengapa manusia beragam fisik dan budaya, padahal terdiri ataas satu spesies? Hl-hal apa yang menjadi penyebabnya? Mengapa terjadi perubahan fisik manusia dan perubahan kebudayaan? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menorong berbagai bangsa untuk mempelajari manusia secara lebih khusus melalui penelitian secara ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu 1 Tedi Sutardi, Mengungkap Keberagaman Budaya, (Bandung: PT Setia Purna Inves,2003), hal. 2 2 Ibid. Antropologi. Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan. Eksistensi perkembanganya sekarang telah disadari oleh oleh banyak ahli di berbagai negara di mana ilmu antropologi hidup, dan hal ini tampak dari pelajaran-pelajaran ilmu antropologi. Walaupun demikian, hampir setiap negara yang menjalankan antropologi toh telah menyesuaikan antropologi itu dengan ideologi dan kebutuhan sendiri-sendiri. II. Rumusan Masalah a. Bagaimana fase perkembangan Antropologi dari masa ke masa? - Fase abad sebelum 1800-an? - Fase abad 1800-an? - Fase abad 1900-an? - Fase setelah abad 1900-an? b. Bagaimana perkembangan Antropologi masa kini? Bab II Pembahasan I. Fase Perkembangan Antropologi Proses perkembangan panjang dimulai sejak kira-kira permulaan permulaan abad 19-an yang lalu, dan berlangsung sampai sekarang. Antropologi mulai berbentuk konkret setelah lebih enam puluh tokoh antropologi dari berbagai negara Ero-Amerika (termasuk ahli-ahli dari Uni Soviet) bertemu untuk mengadakan suatu International Symposium on Anthropology, guna mengeadakan tinjauan meneluruh dari darai segala kegiatan ilmiah yang pernah dicapai oleh ilmu antropologi saat itu, yang berhasil diterebitkannya buku-buku seperti Antropology Today yang diredaksi oleh A.L Koerber (1953), An Appraisal of Anthropology Today yang diredaksi oleh S. Yax et al (1954), dll.3 Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu antopologi menjadi empat fase4, sebagai berikut: 1. Fase Pertama: Sebelum 1800-an Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai menjelajahi berbagai penjuru dunia, seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Hasil dari perjalanan-perjalanan tersebut, berupa buku-buku yang menceritakan kehidupan suku bangsa di luar bangsa Eropa. Gambaran tentang ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainya itu disebut etnografi. Etnografi berasal dari ethos, artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau uraian (deskripsi). Bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa sendiri menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada menganggap orang di luar bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah primitif. Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adalah orangorang yang masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburukan. Ada pula orang Eropa yang tertarik pada benda-benda hasil suku bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum. 2. Fase Kedua: 1800-an Pada tahap ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahan Etnografi berdsarkan cara berfikir evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarat dan kebudayaan berubah dalam waktu yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampaitingkat tinggi. Mereka menganggap bangsa yang termasuk bangsa yang termasuk tingkat tendah adalan suku-sukun pribumi yang mereka temukan, 3 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI-Press, 1987), hal. 1 Tedi Sutardi, Mengungkap Keberagaman Budaya. Op. Cit. Hal 2-3 4 sedangkan bangsa dengan tinggkat tinggi adalah orang Eropa saat itu. Tujuan mempelajari antropologi saat itu adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah evolusi dan penyebaran kebudayaan manusia. 3. Fase Ketiga: Awal 1900-an Negara-negara Eropa telah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia. Ilmu antropologi mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan penduduk pribumi. Dengan pengetahuan itu dapat disusun strategi untuk menguasai dan mempengaruhi penduduk tersebut. Antropologi menjadi ilmu praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk kepentingan menjajah dan memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. 4. Fase Keempat: Setelah 1930-an Pada fase ini, terjadi perubahan besar. Bangsa-bangsa pribumi sudah banyak mendapatakan pengaruh kebudayaan Eropa sehingga kebudayaan aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia II, timbul kebencian terhadap negara yang menjajah. Perhatian ilmu antropologi beralih ke suku-suku yang hidup di pedesaan di dalam wilayah Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan sebagainya. Demikian pula negara Amerika Serikat. Tujuan antropologi secara keilmuan adalah memperoleh pengertian tentang manusia dengan mempelajari keragaman benntuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan untuk mempelajari suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku bangsa tersebut. Sejak saat itu, timbullah antropologi yang dikhususkan untuk tujuan pembangunan, seperti Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan, Antropologi Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, dan Antropologi Perkotaan. 5. Antropologi Masa Kini Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah tergantung pada perkembangan ilmu Antropologi yang dibahas di Universitas tempat ilmu tersebut berkembang. Tantaralain sebagai berikut: 1. Amerika Serikat, telah memakai ilmu antropologi dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi yang berasal dari fase pertama, fase kedua dan fase keempat maksudnya adalah pengembangan fase ke empat seluasluasnya. 2. Inggris dan negara persemakmuran, fokus pada fase ketiga demi kepentingan negara penjajah. 3. Eropa Tengah, fokus pada fase kedua; mempelajari bangsabangsa di luar Eropa. 4. Eropa Utara, bersifat lebih akademikal; keunikan terdapat pada penelitian suku bangsa eskimo. 5. Uni Soviet, penelitian lebih bersifat praktis dengan meneliti sukusuku bangsa mereka sendiri; namun ada juga penelitian tentang bangsa lain dengan ditemukannya buku yang berjudul Narody Mira (Bangsa- bangsa di Dunia). 6. Indonesia, perkembangannya masih belum terikat pada satu aturan baku; jadi masih boleh disesuaikan dengan perkembangan.5 Bab III Penutup 5 http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2174250-korelasi-antropologi-danilmu-lain/ Kesimpulan Eksistensi Antropologi dimulai dari orang Eropa Barat yang mulai menjelajahi berbagai penjuru dunia, seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Selandia Baru, dan kemudian dari waktu ke waktu mengalami perkembangan signifikan. Perkembangan tersebut dibagi ke dalam tiga empat fase, di antaranya adalah: a. Fase Pertama: Sebelum abad 1800-an. Di dalam fase ini menggambarkan tentang ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainya itu disebut etnografi. Dan bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. b. Fase Kedua: 1800-an Pada tahap ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahan Etnografi berdsarkan cara berfikir evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarat dan kebudayaan berubah dalam waktu yang lama. c. Fase Ketiga: Awal 1900-an Antropologi menjadi ilmu praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk kepentingan menjajah dan memperoleh suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. d. Tujuan antropologi secara keilmuan adalah memperoleh pengertian tentang manusia dengan mempelajari keragaman benntuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis, antropologi bertujuan untuk mempelajari suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan suku bangsa. Daftar Pustaka 1. Sutardi, Tedi. 2003. Mengungkap Keberagaman Budaya. Bandung: PT Setia Purna Inves. 2. Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI- Press. 3. http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2174250- korelasi-antropologi-dan-ilmu-lain/