e-J. Agrotekbis 4 (6) : 684 - 692, Desember 2016 ISSN : 2338 -3011 EFIKASI DUA JENIS EKSTRAK TUMBUHAN DAN KOMBONASI KEDUANYATERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT BAWANG MERAH (Spodoptera exigua Hubn) (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Efficacy of Two Kinds of Plant Extracts and Combination of Both Extracts on The Mortality of Onion Caterpillar Pests Spodoptera exigua Hubn. (Lepidoptera: Noctuidae) Muh. Rifai1), Hasriyanty2), dan Burhanuddin Nasir2) 1) MahasiswaProgram Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail : [email protected] 2) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail : [email protected], [email protected] ABSTRACT The aims of this experiment were to obtain the effective and efficient concentrations of two kinds of plant extracts applied in single or in combination on the mortality of Spodoptera exiqua larva and to determine the LC50 value. This experiment used completely randomized design (CRD) with 5 treatments, namely A (K1 = 0.25%), B (K2 = 0.50%), C (K3 = 0.75%), D (K4 = 1.00%) and E (K5 = 1.25%) and each treatment was replicated 3 times. Larva used was instar 3. Results of this experiment showed that in a single test of Sidondo plant (Vitex negundo L.) extract, the concentration of 1% was effective with the LC50 value at 0.10% and mortality reached 83.33%; and Patah Tulang (Euphorbia tirucalli) extract, the concentration of 1% was also effective with the LC50 value at 0.08% and mortality was upto 83.33%. Combination of Sidondo and Patah Tulang plant extracts with 0.50% each was an effective concentration with LC50 value at 0.09% and mortality of Spodoptera exigua larvae at 48 hours after application reached 83.33%. Key Words: Euphorbia tirucalli, Land, Spodoptera exigua, Viteks negundo. ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dan efisien dari dua jenis tumbuhan pada pengujian tunggal dan kombinasi keduanya terhadap mortalitas larva Spodoptera exiqua serta menentukan nilai LC50. Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi tentang 2 jenis tumbuhan yang bekerja secara kompatibel dalam pengendalian hama S. exigua. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2014 yang bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Tadulako. Penelelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (K1 = 0.25%) B (K2 = 0.50%) C (K3 = 0,75%) D (K4 = 1,00%) dan E (K5 = 1.25%). Peubah yang diamati yaitu mortalitas larva S. exigua. Larva yang digunakan yaitu instar 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian tunggal ekstrak tumbuhan sidondo konsentrasi 1% merupakan konsentrasi yang efektif dengan nilai LC50 sebesar 0,10% dengan mortalitas mencapai 83,33% dan ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia rucalli)1% merupakan konsentrasi yang efektif dengan nilai LC50 sebesar 0,08% dengan mortalitas mencapai 83,33%. Kombinasi konsentrasi ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) 0,50% merupakan konsentrasi yang efektif dengan nilai LC50 sebesar 0,09% terhadap mortalitas larva S.exigua dengan Kematian 48 JSA dapat mencapai 83,33%. Kata Kunci : Euphorbia tirucalli, Spodoptera exigua, Viteks negundo L. 684 PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditi prioritas dalam pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, yang cukup strategis dan ekonomis dipandang dari segi keuntungan usahatani. Pengembangan usahatani bawang merah di Indonesia diarahkan pada peningkatan hasil, mutu produksi dan pendapatan serta peningkatan taraf hidup petani (Rahayu, 2000). Masalah utama usahatani bawang merah disentral produksi lembah palu Sulawesi Tengah adalah serangan ulat bawang Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) yang sering kali mengakibatkan kegagalan panen. Petani umumnya menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan hama tersebut karena cara kerjanya cepat dan ampuh, namun tanpa disadari terdapat bahaya besar yang mengancam kerena menimbulkan dampak negatif yang kian terasa, separti munculnya pencemaran lingkungan terjadinya resisten istensi hama terhadap pestisida dan terjadinya keracunan pada manusia dan hewan bukan sasaran (Nurjanani & Ramlan, 2008). Untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetik dan untuk menghasilkan produk hasil pertanian yang aman untuk dikonsumsi, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan penggunaan insektisida biotani yang bahan bakunya bersumber dari alam (Moekasan, 2012). Dilahan kering lembah Palu banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber senyawa bioaktif pestidisa seperti tumbuhan sidondo (Vitex negundo L.), tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) dan tumbuhan biduri (Callotropis gigantea). Tumbuhan tersebut tumbuh liar dan belum banyak dimanfaatkan (Novizan, 2002). Banyak penelitian inteksida biotani yang telah dilakukan, namun masih terbatas pada pengujian aktifitas biologi pada berbagai serangga hama. Demikian pula pada pengujiannya lebih banyak dilakukan secara tunggal. Untuk itu diperlukan pencampuran (kombinasi) beberapa ekstrak tumbuhan untuk meningkatkan efektifitas (jika bersifat sinergis) dan juga mengurangi ketergantungan terhadap satujenis ekstrak (satu spesies tumbuhan), serta membuat permulasi insektisida botani sebagai produk komersial untuk digunakan dilapangan sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada insektisida sintetik dan yang lebih penting lagi dapat menekan dampak negatif akibat kegiatan pengendalian hama. Penelitian ini bertujuan untuk efikasi dua jenis ekstrak tumbuhan dan kombinasi keduanya terhadap mortalitas S. exiqua serta menentukan nilai LC50. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2014 yang bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Tadulako. Alat yang digunakan yaitu pisau, timbangan analitik, baskom, gelas ukur, rotavor (rotary evavorator), batang pengaduk, cawang petri, tisu, kertas saring, toples, kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak berbagai tumbuhan endemik sulawesi tengah yaitu tumbuhan sidondo (V. negundo L.), tumbuhan patah tulang (E. tirucalli), daun bawang merah, dan ulat bawang merah S. exigua. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 level perlakuan konsentrasi ekstrak tumbuhan, masing masing konsentrasi yang digunakan yaitu: K1 0.25%, K2 0.50%, K3 0,75%, K4 1,00% dan K5 1.25%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan. Peubah yang nyata dipengaruhi oleh perlakuan, dianalisis dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pembuatan Sediaan Ekstrak Tumbuhan. Bahan tumbuhan yang diuji potensinya sebagai bahan pengendali hama ulat bawang S. exiqua berupa daun tumbuhan sidondo dan patah tulang, bahan tersebut 685 dikumpulkan kemudian dipilih yang baik selanjutnya dibersihkan dan dikering angingkan, kemudian dipotong menjadi bagian bagian yang kecil, selanjutnya dibelender hingga menjadi serbuk, kemudian serbuk direndam dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam. Rendaman masing-masing tumbuhan kemudian disaring menggunakan corong buchner yang dialasi kertas saring hasil saringan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotavor (rotari evaforator) pada tekanan rendah sehingga didapatkan ekstrak pekat tumbuhan sidondo dan patah tulang. Perbanyakan (Spodoptera exiqua). Larva S. exiqua dikumpulkan dari pertanaman bawang merah dimasukkan dalam stoples yang sudah terdapat daun bawang merah segar sebagai pakan, larva dipelihara dilaboratorium hingga menjadi pupa. Pupa dipelihara dalam stoples yang berisi pasir yang sebelumnya sudah disterilkan pada suhu 40ºc selama 2 jam. Pupa dipelihara sampai jadi imago. Selanjutnya imago tersebut dimasukkan pada tanaman bawang merah yang diberi kurungan kasa sebagai makanan imago adalah madu yang telah dibasahkan pada kapas dan digantung pada dinding atas kurungan kasa dan diganti setiap hari, selanjutnya dipelihara sampai keturunan pertama. Larva yang digunakan dalam pengujiian adalah instar tiga. Pengujian Sifat Kompatibilitas. Pengujian sifat kompatibiliras antar ekstrak bertujuan untuk meningkatkan aktivitas biologik dan untuk diversifikasi sumber ekstrak. Ekstrak-ekstrak tumbuhan yang menunjukkan aktivitas kematian tertinggi pada uji hayati selanjutnya dilakukan uji kombinasi atau perbandingan antar ekstrak (hanya akan dilakukan terhadap kombinasi dua ekstrak sebagai penelitian utama). Kombinasi antar ekstrak yang akan dilakukan adalah perbandingan 1:1 (w/w). Prosedur uji kompatibilitas sama dengan metode uji hayati. Untuk menentukan efektivitas campuran A dan B, harus ditentukan hubungan konsentrasikonsentrasi untuk setiap ekstak (A dan B) terhadap kematian larva uji, kemudian ditentukan indeks kombinasi campuran ekstrak yang meliputi efek Sinergis. Variabel Pengamatan. Uji Kematian. Metode yang digunakan dalam uji kematian ini adalah uji beberapa konsentrasi ekstrak sidondo dan patah tulang pada daun bawang merah (Berukuran panjang 5 cm) dicelupkan ke dalam konsentrasi tertentu kemudian diletakkan dalam cawang petri.Untuk setiap perlakuan digunakan 10 ekor serangga uji dan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan kematian dilakukan pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Persen kematian untuk setiap ekstrak dianalisis dengan analisis probit untuk menentukan hubungan dosis dengan kematian serangga uji. Persentase kematian dihitung dengan persamaan yang dikemukakan oleh Mustikawati dan Martono (1993) sebagai berikut: P= a/b x 100% Keterangan: P = Persentase kematian larva a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang diamati. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), bila hasil sidik ragam yang berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk menentukan perbedaan setiap level konsentrasi yang dicobakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil. Hasil penelitian yang dilakukan dengan variabel uji kematian ulat bawang merah S. exigua dengan beberapa ekstrak tumbuhan endemik Sulawesi Tengah yaitu tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) dan tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) yakni sebagai berikut : Mortalitas Larva (Spodoptera exigua) Menggunakan Ekstrak Tumbuhan Sidondo (Vitex negundo). Hasil uji Beda Nyata 686 Jujur (BNJ) taraf 5% pada pengamatan 24 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) tidak berbeda dengan konsentrasi 0,50% (K2) dan 0,75% (K3), namun berbeda dengan perlakuan konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5). Selanjutnya pada pengamatan 48 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) tidak berbeda dengan konsentrasi 0,50% (K2) namun berbeda dengan konsentrasi 0,75% (K3), konsentrasi 0,75% (K3) dan konsentrasi 1,25% (K5). (Tabel 1). Mortalitas Larva (Spodoptera exigua) Menggunakan Ekstrak Tumbuhan Patah Tulang (Euphorbia tirucalli). Berdasarkan analisis keragaman mortalitas larva S. exigua menggunakan ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli), pada pengamatan 24 JSA dan 48 JSA memberikan pengaruh sangat nyata pada kematian larva, sementara itu pengamatan 72 JSA tidak memperikan pengaruh nyata. Hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% pada pengamatan 24 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) berbeda dengan konsentrasi 0,50% (K2) dan 0,75% (K3), serta berbeda dengan perlakuan konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5). Selanjutnya pada pengamatan 48 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) tidak berbeda dengan konsentrasi 0,50% (K2) dan konsentrasi 0,75% (K3). Namun berbeda dengan konsentrasi 1% (K4) serta konsentrasi 1,25% (K5). (Tabel 2). Mortalitas Larva Spodoptera exigua Menggunakan Ekstrak Tumbuhan Sidondo (Vitex negundo) dikombinasikan dengan Ekstrak Tumbuhan Patah Tulang (Euphorbia tirucalli). Berdasarkan analisis keragaman mortalitas larva S. exigua menggunakan ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) dikombinasikan dengan ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli), pada pengamatan 24 JSA dan 48 JSA memberikan pengaruh sangat nyata pada kematian larva sementara itu pengamatan 72 JSA tidak memberikan pengaruh nyata. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% pada pengamatan 24 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) dan konsentrasi 0,50% (K2) berbeda dengan konsentrasi 0,75% (K3), konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5). Selanjutnya pada pengamatan 48 JST, perlakuan konsentrasi 0,25% (K1) berbeda dengan semua konsentrasi 0,50% (K2), konsentrasi 0,75% (K3), konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5). (Tabel 3). Tabel 1. Rata-rata Mortalitas Larva Spodoptera exigua pada Konsentrasi Ekstrak Tanaman Sidondo (Vitex negundo) pada Pengamatan 24 JSA, 48 JSA dan 72 JSA Konsentrasi (%) K1 (0,25) K2 (0,50) K3 (0,75) K4 (1,00) Rata-rata Mortalitas Larva (%) 24 Jam 48 Jam 72 Jam a 66,67 a 100,00 70,00 a 100,00 ab 100,00 bc 100,00 c 100,00 23,33 a 30,00 a 30,00 b 40,00 b 73,33 83,33 K5 (1,25) 43,33 86,67 BNT 5% 8,49 12,06 - Ket : Angka yang diikuti Huruf yang sama pada Kolom yang Sama Tidak Berbeda pada Uji BNJ Taraf 5%. 687 Tabel 2. Rata-rata Mortalitas Larva Spodoptera exigua pada Konsentrasi Ekstrak Tanaman Patah Tulang (Euphorbia rucalli) pada Pengamatan 24 JSA, 48 JSA dan 72 JSA Rata-rata Mortalitas Larva (%) 24 Jam 48 Jam K1 (0,25) 23,33a 70,00a K2 (0,50) 30,00b 73,33a b K3 (0,75) 33,33 76,67a c K4 (1,00) 40,00 83,33ab c K5 (1,25) 43,33 90,00b BNT 5% 6,00 12,00 Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang sama pada Kolom yang sama Tidak Berbeda Taraf 5%. Konsentrasi (%) 72 Jam 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 pada Uji BNJ Tabel 3. Rata-rata Mortalitas Larva Spodoptera exigua pada Konsentrasi Ekstrak Tanaman Sidondo (Vitex negundo) Dikombinasikan dengan Konsentrasi Ekstrak Tanaman Patah Tulang (Euphorbia rucalli) pada pengamatan 24 JSA, 48 JSA dan 72 JSA Rata-rata Mortalitas Larva (%) 24 Jam 48 Jam 72 Jam K1 (0,25) 33,33a 73,33a 100,00 K2 (0,50) 40,00a 83,33b 100,00 K3 (0,75) 46,67ab 90,00b 100,00 ab b K4 (1,00) 50,00 93,33 100,00 K5 (1,25) 50,00ab 100,00b 100,00 BNT 5% 8,48 8,48 Ket : Angka yang Diikuti Huruf yang sama pada Kolom yang sama Tidak Berbeda pada uji BNJ Taraf 5%. Konsentrasi (%) Tabel 4. Nilai LC50 Ekstrak Tumbuhan Sidondo pada Pengamatan 24 dan 48 jsa. Terhadap Larva S. exiqua. Jenis Ekstrak Sidondo Waktu Konsentrasi Pengamatan 0,25 0,50 24-jam 0,75 1 1,25 0,25 0,50 48-jam 0,75 1 1,25 Jumlah Larva yang Mati (%) 1 2 3 20,0 20,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 40,0 40,0 40,0 40,0 50,0 40,0 60,0 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 70,0 80,0 90,0 80,0 80,0 90,0 90,0 80,0 Toksititas Ekstrak Tumbuhan Sidondo (Vitex negundo), Ekstrak Tumbuhan Patah Tulang (Euphorbia tirucalli) dan Kombinasikan Keduanya terhadap Mortalitas arva Spodoptera exigua. Ekstrak tumbuhan sidondo, nilai konsentrasi sublethal (LC50) pada 24 jam pertama sebesar 2,36% Probit Mortalitas 23,3 30 30 40 43,3 6.67 70 73,3 83,3 86,7 LC50 2.36 0,10 mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan masih kurang beracun terhadap serangga uji ulat S. exiqua, tetapi setelah 48 jam atau dua hari setelah aplikasi nilai LC50 menjadi 0,10 yang mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan tersebut mempunyai daya racun yang tinggi terhadap serangga uji. (Tabel 4). 688 Ekstrak tumbuhan patah tulang, nilai konsentrasi sublethal (LC50) pada 24 jam pertama sebesar 2,19% mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan masih kurang beracun terhadap serangga uji ulat S. exiqua, tetapi setelah 48 jam atau dua hari setelah aplikasi nilai LC50 menjadi 0,08 yang mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan tersebut mempunyai daya racun yang tinggi terhadap serangga uji. (Tabel 5). Ekstrak kombinasi antara tumbuhan sidondo dan patah tulang, nilai konsentrasi sublethal (LC50) pada 24 jam pertama sebesar 1,10% mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan masih kurang beracun terhadap serangga uji S. exiqua, tetapi setelah 48 jam atau dua hari setelah aplikasi nilai LC50 menjadi 0,94 yang mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan tersebut mempunyai daya racun yang tinggi terhadap serangga uji. (Tabel 6). Keefektifan insektisida dalam membunuh hewan uji biasa dinyatakan dengan besaran yang lebih spesifik, yaitu LC50 (lethal concentrate). LC50 umumnya dinyatakan dengan satuan mg racun per kg berat badan hewan uji (mg/kg) atau mg racun per hewan uji (mg/belalang). Makin besar ukuran badan serangga uji makin besar konsentrasi yang efektif yang akan digunakan (Priyono 1998). Tabel 6. Nilai LC50 Ekstrak Tumbuhan Sidondo dan Patah Tulang pada Pengamatan 24 dan 48 JSA. terhadap Larva S. Exiqua Jenis Ekstrak Waktu Pengamatan Konsentrasi 0,25 0,50 0,75 1 1,25 0,25 0,50 0,75 1 1,25 24-Jam Sidondo dan Patah Tulang 48-Jam Jumlah Larva yang Mati (%) 1 2 3 30,0 30,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 70,0 70,0 80,0 80,0 80,0 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 90,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Probit Mortalitas 33,3 40 46,7 50 50 73,3 83,3 90 93,3 10,0 LC50 1,10 0,94 Tabel 5. Nilai LC50 Ekstrak Tumbuhan Patah Tulang pada Pengamatan 24 dan 48 JSA. Terhadap Larva S. exiqua Jenis Ekstrak Waktu Konsentrasi Pengamatan Jumlah Larva yang Mati (%) 1 2 3 24-Jam 0,25 0,50 0,75 1 1,25 30,0 30,0 40,0 40,0 40,0 20,0 30,0 30,0 40,0 50,0 48-Jam 0,25 0,50 0,75 1 1,25 70,0 80,0 80,0 90,0 90,0 70,0 70,0 70,0 80,0 90,0 20,0 30,0 30,0 40,0 40,0 70,0 70,0 80,0 80,0 90,0 Patah Tulang Probit Mortalitas LC50 23,3 30 33,3 40 43,3 2,19 70 73,3 76,7 83,3 90 0,08 689 Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasir dan Lasmini (2008 menunjukkan Konsentrasi ekstrak yang efektif dalam menimbulkan mortalitas pada ulat grayak adalah 0,3% dengan konsentrasi sublethal (LC50) sebesar 0,49%. Ekstrak tumbuhan sidondo V. negundo memiliki kandungan zat bioaktif saponin yang diduga berperan sebagai bahan aktif insektisida nabati. Pembahasan. Perlakuan ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.), tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) dan kompatibilitas keduanya berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva Spodoptera exigua pada pengamatan 24 JSA dan 48 JSA. Pemberian ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) pada 24 JSA dengan konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5) memberikan hasil terbaik dengan kematian mencapai 40% dan 43%. Konsentrasi tersebut berbeda dengan 0,25% (K1), konsentrasi 0,50% (K2) dan konsentrasi 0,75% (K3) yang hanya memberikan kematian 23% dan 30%. Pemberian ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) pada 48 JSA dengan konsentrasi 0,75% (K3), konsentrasi 1,00% (K4) dan konsentrasi 1,25% (K5) memberikan hasil terbaik terhadap mortalitas larva S. exigua berturut-turut sebesar 73%, 83% dab 87%. Konsentrasi tersebut berbeda 0,25% (K1) dan konsentrasi 0,50% (K2) dengan kematian sebesar 66% dan 70%. Selanjutnya pada pengamatan 72 JSA semua konsentrasi ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.), tidak memberikan pengaruh dan perbedaan yang nyata terhadap mortalitas larva S. exigua. Secara kumulatif untuk ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) konsentrasi 1,25% (K5) merupakan konsentrasi yang lebih baik dari semua konsentrasi terhadap mortalitas larva S. exigua dengan Kematian 24 JSA dapat mencapai 43% dan mengalami peningkatan sampai 90% pada 48 JSA. Namun jika melihat efektifitas ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) konsentrasi 1,00% (K4) merupakan konsentrasi yang efektif dengan nilai LC50 sebesar 0,10% terhadap mortalitas larva S. exigua dengan kematian mencapai 83,33% pada 48 JSA yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25%. exigua pada konsentrasi Ekstrak Tanaman sidondo (Vitex negundo) pada pengamatan 24 JSA, 48 JSA dan 72 JSA. Ekstrak tumbuhan V. negundo dapat menyebabkan kematian pada larva ulat grayak S. exigua dan ulat daun kubis Plutella xylostella. Konsentrasi ekstrak yang efektif dalam menimbulkan mortalitas pada ulat grayak adalah 0,3%, Ekstrak tumbuhan sidondo V. negundo memiliki kandungan zat bioaktif saponin yang diduga berperan sebagai bahan aktif insektisida nabati. (Nasir dan Lasmini, 2008). Pemberian ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) pada 24 JSA dengan konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5) memberikan hasil terbaik dengan kematian mencapai 43% untuk keduannya. Konsentrasi tersebut berbeda dengan 0,25% (K1), konsentrasi 0,50% (K2) dan konsentrasi 0,75% (K3) yang hanya memberikan kematian 30% dan 33%. Pemberian ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli), pada 48 JSA dengan konsentrasi 1% (K4) dan 1,25% (K5) memberikan hasil yang lebih baik terhadap mortalitas larva Spodoptera exigua yang mencapai 40%. Konsentrasi tersebut berbeda dengan konsentrasi 0,25% (K1), konsentrasi 0,50% (K2) konsentrasi 0,75% (K3) yang hanya memberikan kematian berturut-turut sebesar 30%, 30% dan 33%. Selanjutnya pada pengamatan 72 JSA semua konsentrasi ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli), tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap mortalitas larva Spodoptera exigua. Secara kumulatif untuk ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) konsentrasi 1,25% (K5) merupakan konsentrasi yang terbaik terhadap mortalitas larva S. exigua dengan Kematian 24 JSA dapat 690 mencapai 40% dan mengalami peningkatan sampai 90% pada 48 JSA. Namun jika dilihat efektifitas ekstrak patah tulang konsentrasi 1% (K4) merupakan konsentrsi yang efektif dengan nilai LC50 sebesar 0,08% terhadap mortalitas larva S. exiqua dengan kematian mencapai 83,33% pada 48 JSA yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 1,25%. Getah dari tanaman patah tulang dikenal beracun karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata manusia. Getah patah tulang mengandung senyawa euphobone, taraksasterol, α-laktucerol, euphol; merupakan senyawa damar dengan rasa tajam dan pahit (Wijayakusuma, 1996). Pemberian ekstrak kombinasi tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) pada 24 JSA dengan konsentrasi 0,75% (K3), 1% (K4) dan 1,25% (K5) memberikan hasil yang lebih baik dengan kematian 47% sampai 50%. Konsentrasi tersebut berbeda dengan 0,25% (K1) dan 0,50% (K2) yang hanya memberikan kematian 33% dan 40%. Pemberian ekstrak tumbuhan kombinasi sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) pada 48 JSA dengan konsentrasi 0,75% (K3), 1% (K4) dan 1,25% (K5) memberikan hasil terbaik dengan kematian 90% sampai 100%. Konsentrasi tersebut berbeda dengan 0,25% (K1) dan 0,50% (K2) yang hanya memberikan kematian 73% dan 80%. Pengamatan 72 JSA semua konsentrasi ekstrak kombinasi tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli), tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap mortalitas larva S. exigua. Secara kumulatif untuk ekstrak tumbuhan kombinasi sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) konsentrasi 0,75% (K3) merupakan konsentrasi yang terbaik terhadap mortalitas larva Spodoptera exigua dengan Kematian 24 JSA dapat mencapai 46% dan mengalami peningkatan sampai 90% pada 48 JSA. Namun jika melihat efektifitas ekstrak kombinasi sidondo dan patah tulang konsentrasi 0,50% (K2) merupakan konsentrasi yang efekif dengan nilai LC50 sebesar 0.09% terhadap mortalitas larva spodoptera exiqua dengan kematian mencapai 83,33% pada 48 JSA. Namun tidak berbeda dengan konsentrasi 1,00% (K4) dan 1,25% (K5) pada uji BNJ 5%. Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) antara lain Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik), Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah serta Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ekstrak tumbuhan sidondo (Viteks negundo L.) 1% secara tunggal merupakan konsentrasi yang terbaik terhadap mortalitas larva S. exigua dengan kematian 48 JSA dapat mencapai 83,33%, dengan nilai (LC50) sebesar 0,10%. Dan Ekstrak tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) 1% merupakan konsentrasi yang efektif terhadap mortalitas larva S. exigua dengan Kematian 48 JSA dapat mencapai 83,33%. Dengan nilai LC50 sebesar 0,08%. 2. Ekstrak kombinasi sidondo (Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) 0,50% merupakan konsentrasi yang efektif dalam menimbulkan mortalitas pada S. exigua dengan konsentrasi sublethal (LC50) sebesar 0,09%. Hal ini menunjukkan antara kedua ekstrak tumbuha terjadi sinergis. Saran Disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan kajian penelitian 691 ini dalam skala aplikasi di lapangan, untuk mengetahui tingkat efektifitas dari setiap konsentrasi ekstrak tanaman dan kombinasi keduannya. DAFTAR PUSTAKA Moekasan, T.K., Basuki, RS.,& L. Prabinigrum. 2012. Penerapan Ambang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Budidaya Bawang Merah dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Pestisida. J. Hort. 22 (1) : 47-56. Martono, 1995. Toksikologi Insektisida. Handout Kuliah S2. Program Pasca Pertanian. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nurjanani & Ramlan, 2008. Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. Untuk meningkatkan produktivitas Bawang Merah pada Lahan Sawah Tadah Hujan Di Jeneponto, Sulawesi Selatan. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 11 (2):164-170. Nasir, B dan Lasmini, S., 2008. Toksisitas Senyawa Bioaktif Tumbuhan “Sidondo” (Vitex negundo L.) pada Spodoptera exigua Hubner dan Plutella xylostella Linnaeus. J. Agroland Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu. Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Priyono. D. 1998. Penuntun Praktikum Pestisida. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor. Rahayu, 2000. Bertanam Bawang. Balai Pustaka. Karya Baru. Jakarta. Sastrosiswojo, S. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan Biopestisida di Indonesia. Makalah pada Lokakarya Keanekaragaman Hayati untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta. Tanggal 7 Agustus 2002. Wijayakusuma, H. 1996. Tanaman Berhasiat Obat di Indonesia. Jilid IV. Pustaka Kartini. Jakarta. 692